Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN

GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN RASA NYAMAN, TIDUR, DAN


ISTIRAHAT
Di Ruang Melati 4 RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

Tugas Mandiri
Stase Praktik Keperawatan Dasar

Disusun Oleh:
Alifvia Nurintansari
16/397794/KU/18938

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN, KESEHATAN MASYARAKAT
DAN KEPERAWATAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2020
I. Konsep Kebutuhan Rasa Nyaman, Tidur, dan Istirahat
A. Konsep Gangguan Rasa Nyaman
Rasa nyaman adalah suatu kondisi dimana telah terpenuhinya kebutuhan dasar
manusia seperti kebutuhan akan kelegaan, ketentraman, dan transenden. Kenyamanan
merupakan hal yang bersifat sementara yang tergantung pada tingkat
ketidaknyamanan yang harus ditangani (Kolcaba 1992, dalam Siefert, 2018). Rasa
nyaman merupakan sebuah tujuan bagi perawat untuk melakukan praktik
keperawatan dan hasil yang diharapkan semua pasien. Meningkatkan kebutuhan rasa
nyaman diartikan perawat telah memberikan kekuatan, harapan, hiburan, dukungan,
dorongan, dan bantuan. Secara umum dalam aplikasinya, pemenuhan kebutuhan rasa
nyaman adalah kebutuhan rasa nyaman bebas dari rasa nyeri, dan hipo / hipertermia.
Hal ini disebabkan karena kondisi nyeri dan hipo / hipertermia merupakan kondisi
yang mempengaruhi perasaan tidak nyaman pasien yang ditunjukan dengan
timbulnya gejala dan tanda pada pasien. Kenyamanan dapat mencakup empat aspek
jika dipandang secara holistik, yaitu:
1. Fisik, berhubungan dengan sennsasi tubuh
2. Sosial, berhubungan dengan hubungan interpersonal, keluarga, dan sosial
3. Psikospiritual, berhubungan dengan kewaspadaan internal dalam diri sendiri
yang meliputi harga diri, seksualitas, dan makna kehidupan)
4. Lingkungan, berhubungan dengan latar belakang pengalaman eksternal manusia
seperti cahaya, bunyi, temperatur, warna, dan unsur alamiah lainnya.
(Kolcaba 1992, dalam Siefert, 2018)
Gangguan rasa nyaman merupakan perasaan kurang senang, lega, dan sempurna
dalam dimensi fisik, psikospiritual, lingkungan, dan sosial (PPNI, 2016). Menurut
buku Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) penyebab gangguan rasa
nyaman yaitu gejala penyakit, efek samping dari terapi, gangguan stimulus
lingkungan, ketidakadekuatan sumber daya (misalnya dukungan sosial, finansial, dan
pengetahuan), kurang pengendalian situasional atau lingkungan, gangguan adaptasi
kehamilan, dan kurangnya privasi.
Menurut NANDA-I 2018-2020, kenyamanan berada di domain 12 dan dibagi
menjadi 3 kelas dengan masing-masing diagnosis sebagai berikut :
Kelas Diagnosis
Kelas 1: Kenyamanan Fisik Hambatan rasa nyaman
Kesiapan meningkatkan rasa nyaman
Mual
Nyeri akut
Nyeri kronis
Sindrom nyeri kronis
Nyeri persalinan
Kelas 2: Kenyamanan Lingkungan Hambatan rasa nyaman
Kesiapan meningkatkan rasa nyaman
Kelas 3: Kenyamanan Sosial Hambatan rasa nyaman
Kesiapan meningkatkan rasa nyaman
Risiko kesepian
Isolasi sosial

a.) Nyeri
Nyeri merupakan perasaan yang tidak menyenangkan seperti tusukan,
kesemutan, sengatan, luka bakar, atau sakit yang menjadi sinyal pada saraf bahwa
seseuatu yang salah mungkin terjadi. Nyeri bersifat sangat subjektif. Berikut
merupakan beberapa pendapat para ahli mengenai nyeri:
1. Mc. Coffery (1979), mendefinisikan nyeri sebagai suatu keadaan yang
memengaruhi seseorang yang keberadaanya diketahui hanya jika orang
tersebut pernah mengalaminya.
2. Wolf Weifsel Feurst (1974), mengatakan nyeri merupakan suatu perasaan
menderita secara fisik dan mental atau perasaan yang bisa menimbulkan
ketegangan.
3. Artur C Curton (1983), mengatakan bahwa nyeri merupakan suatu mekanisme
bagi tubuh, timbul ketika jaringan sedang dirusak, dan menyebabkan individu
tersebut bereaksi untuk menghilangkan rangsangan nyeri.
4. Scrumum mengartikan nyeri sebagai suatu keadaan yang tidak menyenangkan
akibat terjadinya rangsangan fisik maupun dari serabut saraf dalam tubuh ke
otak dan diikuti oleh reaksi fisik, fisiologis maupun emosional.
Berikut merupakan kategori nyeri berdasarkan durasi berlangsungnya nyeri
(akut atau kronis), dan atau dengan kondisi patologis ( contoh : kanker dan
neuropatik).
1. Nyeri akut/sementara. Nyeri akut memiliki penyebab yang dapat
diidentifikasi, berdurasi pendek, dan terdapat sedikit kerusakan jaringan serta
respon emosional.
2. Nyeri kronis/menetap. Nyeri kronis berlangsung lebih lama dari yang
diharapkan, tidak selalu memiliki penyebab yang dapat diidentifikasi dan
dapat menyebabkan penderitaan yang berat bagi seseorang.
3. Nyeri kronis yang tak teratur (episodik). Nyeri yang terjadi sesekali dalam
jangka waktu tertentu. Nyeri ini berlangsung dalam beberapa jam, hari, atau
minggu.
4. Nyeri akibat kanker. Nyeri kanker biasanya disebabkan oleh berkembangnya
tumor dan berhubungan dengan proses patologis, prosedur, invasif, toksin-
toksin dari pengobatan, infeksi, dan keterbatasan secara fisik.
5. Nyeri akibat proses patologis. Nyeri akibat proses patologis dibagi menjadi
dua yaitu nyeri nosiseptif dan nyeri neuropatik. Nyeri nosiseptif merupakan
proses normal dari stimulus yang merusak jaringan-jaringan normal atau
memiliiki potensial untuk merusak apabila diperpanjang. Nyeri neuropatik
merupakan proses abnormal dari input sensorik oleh sistem saraf pusat atau
perifer (Potter & Perry, 2010).
Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri :
1. Faktor fisiologis. Usia, kelemhan (fatigue), gen, dan fungsi neurologis dapat
mempengaruhi individu dalam menafsirkan nyeri.
2. Faktor sosial. Perhatian, pengalaman sebelumnya, keluarga dan dukungan
sosial dapat mempengaruhi individu dalam merespon dan menafsirkan nyeri.
3. Faktor spiritual.
4. Faktor psikologis. Kecemasan dan teknik koping dapat mempengaruhi nyeri
individu.
5. Faktor budaya. Ari dari nyeri dan suku bangsa dapat mempengaruhi ekspresi
nyeri (Potter & Perry, 2010).
Intensitas nyeri merupakan salah satu karakteristik yang paling subyektif dan
paling berguna dalam pengkajian nyeri. Variasi skala nyeri dapat digunakan untuk
mengkomunikasikan skala nyeri klien. Skala intensitas nyeri dapat dijelaskan
secara verbal dalam skala angka atau skala analog visual (Potter & Perry, 2010).
Menurut Smeltzer & Bare pada tahun 2001 skala nyeri adalah sebagai berikut :

Keterangan:
0 : Tidak nyeri
1-3 : Nyeri ringan: secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan baik.
4-6 : Nyeri sedang: Secara obyektif klien menyeringai, mendesis, dapat
menunjukkan lokasi nyeridapat mengikuti perintah dengan baik, dan dapat
mendeskripsikannya,.
7-9 : Nyeri berat: secara obyektif klien terkadang tidak dapat mengikuti perintah
tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat
diatasi dengan alih posisi nafas panjang dan distraksi, dan tidak dapat
mendeskripsikannya.
10 : Nyeri sangat berat: Pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi, memukul.
Skala nyeri yang dikembangkan oleh Wong & Baker (2009)

Digunakan pada pasien anak-anak dengan usia lebih dari 3 tahun dan dewasa
yang tidak mampu menggambarkan intensitas nyerinya dengan angka. Tingkatan
nyeri dari tidak sakit (0), sakit sedikit (2), lebih sakit (4), sangat sakit (6), teramat
sakit (8), dan sakit yang tak tertahankan (10) (Potter & Perry, 2010).
b.) Mual
Mual merupakan perasaan yang tidak nyaman pada bagian belakang
tenggorok atau lambung yang dapat mengakibatkan muntah (PPNI, 2016).
Menurut buku Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) penyebab Mual
yaitu: Gangguan biokimiawi, gangguan esofagus, distensi lambung, gangguan
pancreas, iritasi lambung, aroma tidak sedap, efek agen farmakologis, faktor
psikologis, peningkatan tekanan intraabdominal, tumor terlokalisasi, rasa
makanan atau minuman yang tidak enak, kehamilan, dan lain sebagainya.
B. Konsep Gangguan Tidur dan Istirahat
Tidur merupakan proses fisiologis yang berputar dan bergantian, dengan periode jaga
yang lebih lama. Siklus tidur-bangun mempengaruhi dan mengatur fungsi fisiologis dan
respon perilaku. Irama biologis dari tubuh untuk tidur secara berkelanjutan akan
bersinkronasi dengan fungsi tubuh yang lain. Tidur adalah bagian dari penyembuhan
dan perbaikan. Fungsi tidur yaitu menjaga psikologis dan fisiologis (Potter & Perry,
2010). Berikut merupakan 5 tahapan siklus tidur:
1. Tahap 1 : NREM. Merupakan tingkat tidur yang paling ringan. Tahapan ini
berlangsung beberapa menit. Pada tahap ini terjadi penurunan aktivitas fisiologis
yang ditandai dengan penurunan tanda vital dan metabolisme.
2. Tahap 2 : NREM. Tanda-tanda siklus tidur ini adalah periode tidur nyenyak,
semakin rileks, mudah terjaga, tahapan ini berlangsung 10 sampai 20 menit, dan
fungsi tubuh terus melambat.
3. Tahap 3 : NREM. Tahapan ini merupakan awal tidur nyenyak. Seseorang akan
sulit untuk dibangunkan dan digerakkan. Otot menjadi rileks dan tanda-tanda
vital mengalami penurunan tetapi tetap teratur. Tahapan ini berlangsung 15
sampai 30 menit.
4. Tahap 4 : NREM. Tahap terdalam dari tidur. Sangat sulit untuk dibangunkan.
Tahap ini merupakan tahap terpanjang dalam tidur tanda-tanda vital secara
signifikan lebih rendah dari pada jam bangun. Tahap ini berlangsung sekitar 15
sapai 30 menit. Tidur sambil berjalan dan mengompol kadang-kadang terjadi
pada tahap ini.
5. Tidur REM. Pada tahap ini muncul mimpi yang bewarna dan nyata. Tahap ini
biasanya dimulai sekitar 90 menit setelah memulai tidur. Tahap ini ditandai
dengan respon otonom yaitu gerakan mata cepat, denyut jantung dan pernapasan
yang berfluktuasi, serta peningkatan tekanan darah yang berfuktluasi. Durasi
tidur REM meningkat dengan setiap siklus dan rata-rata 20 menit (Potter &
Perry, 2010).
Faktor-faktor yang mempengaruhi tidur antara lain konsumsi obat dan substansi,
gaya hidup, pola tidur yang layak, tingkat stres, lingkungan, latihan dan kelelahan, dan
asupan makanan atau kalori (Potter & Perry, 2010).
Gangguan tidur merupakan suatu kondisi yang jika tidak diobati, umumnya
menyebakan tidur terganggu yang menghasilkan salah satu dari tiga masalah insomnia,
yaitu gerakan abnormal atau sensasi saat tidur atau ketika terbangun di malam hari, atau
kantuk yang berlebihan di siang hari (Potter & Perry, 2010).
Jenis-jenis gangguan tidur diantaranya yaitu insomnia (kesulitasn untuk tidur, sering
terbangun, atau tidur pendek), apnea tidur (kesulitan bernapas saat tidur), kantuk yang
berlebihan di siang hari, narkolepsi (disfungsi mekanisme yang mengatur kondisi tidur
dan terjaga), kurang tidur, parasomnia (masalah tidur yang mayoritas terjadi pada anak-
anak) (Potter & Perry, 2010).
II. Nilai-Nilai Normal
Tekanan darah : berkisar antara 120/80 mmHg – 130/85 mmHg (WHO).
Suhu tubuh normal dewasa : 36,5-37,5°C (WHO)
Menurut Meliala & Pinzon tahun 2004 terdapat beberapa aspek yang membedakan
nyeri akut dan nyeri kronik.
Aspek Nyeri Akut Nyeri Kronis
Lokasi Jelas Difus, menyebar
Deskripsi Mudah Sulit
Durasi Pendek Terus berlangsung
Fisiologis Kondisi alert (BP,HR naik) Muncul puncak-puncak nyeri
Istirahat Mengurangi nyeri Memperburuk nyeri
Toleransi nyeri Terkendali Kurang terkendali
Berikut merupakan kebutuhan tidur berdasarkan usia.
Usia Durasi
0-1 Bulan 14-18 jam
1-18 Bulan 12-14 jam
3-6 Tahun 11-13 jam
6-12 Tahun 10 jam
12-18 Tahun 8-9 jam
18-40 Tahun 7-8 jam
Lansia (>60 Tahun) 6 jam
(Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2018)
III. Hal- Hal yang Perlu Dikaji pada Pasien dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan
Rasa Nyaman, Tidur, dan Istirahat
Pengkajian nyeri pada klien :
Singkatan Deskripsi Contoh Pertanyaan
O Onset Kapan rasa nyeri atau ketidaknyamanan muncul?
o terus menerus
o hilang timbul
P Provocation Apa faktor yang memperburuk rasa nyeri?
(Provokasi) o cahaya
o gelap
o gerakan
o berbaring
o lainnya: ....
Q Quality Bagaimana rasa nyerinya?
(kualitas) o seperti ditusuk
o seperti dipukul
o seperti berdenyut
o seperti ditikam
o seperti ditarik
o seperti dibakar
o seperti kram
R Regio Dimana area nyeri dirasakan?
Radiation Apakah nyeri berjalan (menjalar) ke bagian tubuh yang lain?
(Radiasi) o ya. Dimana?
o tidak.
S Severity Gunakan perangkat penilaian skala nyeri (sesuai untuk
(keparahan) pasien) untuk pengukuran keparahan nyeri yang konsisten.
Gunakan skala nyeri yang sama untuk menilai kembali
keparahan nyeri dan apakah nyeri berkurang atau
memburuk. Untuk anak dapat menggunakan Wong Baker
Faces Pain Rating Scale.
o tidak nyeri
o ringan
o sedang
o berat
T Treatment Apa efek yang membuat nyeri berkurang?
o kompres
o nafas dalam
o istirahat
o lainnya: ....
Time (Waktu) Berapa lama nyeri berlangsung?
Singkatan Deskripsi Contoh Pertanyaan
o hilang timbul
o terus-menerus
Impact to Impact Apa efek dari nyeri yang dirasakan?
U (pengaruh o mual/ muntah
nyeri) o aktivitas terganggu
o emosi
o gangguan tidur
o nafsu makan berkurang
o lainnya: ....
V Value (nilai) Apa hasil yang diharapkan setelah nyeri ditangani?
o nyeri berkurang
o nyeri hilang

Pengkajian tidur :
o Berapa lama waktu tidur klien saat ini?
o Bagaimana pola tidur klien saat ini?
o Faktor apa saja yang mempengaruhi pola tidur klien?
o Bagaimana respon klien terhadap gangguan tidur?
IV. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul

Diagnosis
Deprivasi tidur
Domain 4 Kelas 1 Tidur/Istirahat
Gangguan pola tidur
Domain 12 Kelas 1: Kenyamanan Fisik Nyeri akut
Hambatan rasa nyaman
Domain 12 Kelas 2: Kenyamanan Hambatan rasa nyaman
Lingkungan

V. Penatalaksanaan Keperawatan
No Diagnosis Tujuan/ NOC Intervensi/ NIC
.
1. Gangguan pola tidur Setelah dilakukan tindakan Peningkatan tidur
Definisi: interupsi keperawatan selama 1. Tentukan pola tidur/aktivitas
jumlah waktu tidur dan .......x24 jam, diharapakan: klien.
kualitas tidur yang Tidur 2. Tentukan efek samping dan
terbatas karena faktor Jam tidur 2 ke 4 pengobatan pada pola tidur
eksternal. Kualitas tidur 2 ke 4 pasien
Berhubungan dengan: Pola tidur 2 ke 4 3. Ajarkan pasien dan keluarga
No Diagnosis Tujuan/ NOC Intervensi/ NIC
.
kendala lingkungan Perasaan segar 2 ke 4 tentang factor-faktor yang
Ditandai dengan : saat bangun dapat meningkatkan tidur
 Kesulitan berfungsi 1: sangat terganggu 4. Fasilitasi untuk
sehari-hari 2: banyak terganggu mempertahankan rutinitas
 Kesulitan memulai 3: cukup terganggu tidur
tidur 4: sedikit terganggu 5. Sesuaikan jadwal pemberian
 Kesulitan 5: tidak terganggu obat untuk mendukung
mempertahankan siklus bangun tidur pasien.
tetap tidur Kesulitan 2 ke 4 Sesuaikan lingkungan untuk
 Ketidakpuasan tidur memulai tidur mendukung tidur.
 Tidak merasa tidur Tidur yang 2 ke 4
istirahat terputus
 Terjaga tanpa jelas Mimpi burruk 2 ke 4
penyebabnya. 1: berat
2: cukup berat
3: sedang
4: ringan
5: tidak ada

2. Nyeri akut (00132) Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri: Akut


Definisi: Pengalaman keperawatan selama 1. Lakukan pengkajian nyeri
sensori dan emosional .......x24 jam, diharapakan komprehensif ,meliputi:
yang tidak nyeri berkurang dengan lokasi, karakteristik, dan
menyenangkan yang kriteria: onset, durasi, frekuensi,
muncul akibat kualitas, intensitas/ beratnya
kerusakan jaringan Kontrol Nyeri  nyeri, faktor-faktor
yang aktual atau Menggambarkan 2 ke 4 presipitasi
potensial atau faktor penyebab 2. Monitor nyeri menggunakan
digambarkan sebagai Mengenali 2 ke 4 alat pengukuran yang valid
kerusakan (International kapan nyeri dan reliable sesuai dengan
Association for the terjadi usia dan kemampuan
Study of Pain); awitan Menggambarkan 2 ke 4 komunikasi klien
yang tiba-tiba atau nyeri 3. Berikan informasi tentang
lambat dari intensitas Melaporkan 2 ke 4 nyeri
ringan hingga berat nyeri terkontrol 4. Ajarkan teknik relaksasi
dengan akhir yang Keterangan: 5. Tingkatkan tidur/ istirahat
dapat diantisipasi atau 1. tidak dilakukan yang cukup
dapat diprediksi, dan samasekali 6. Turunkan dan hilangkan
dengan durasi kurang 2. jarang dilakukan faktor yang dapat
dari 3 bulan. 3. kadang dilakukan meningkatkan nyeri
Berhubungan dengan: 4. sering dilakukan 7. Lakukan teknik variasi untuk
agen cedera fisik 5. selalu dilakukan mengurangi nyeri
Ditandai dengan:
 Ekspresi wajah nyeri Tingkat Nyeri Pemberian Analgetik
No Diagnosis Tujuan/ NOC Intervensi/ NIC
.
 Perubahan selera Nyeri yang 1 ke 3 1. Tentukan lokasi,
makan dilaporkan karakteristik, kualitas, dan
 Perilaku ekspresif Ekspresi nyeri 1 ke 3 derajat nyeri sebelum
 Sikap melindungi wajah pemberian obat
area nyeri Keterangan: 2. Monitor vital sign sebelum
 Keluhan tentang 1. berat dan sesudah pemberian
intensitas 1. cukup berat analgetik
menggunakan skala 2. sedang 3. Berikan analgetik yang tepat
nyeri 3. ringan sesuai dengan resep
 Keluhan tentang 4. tidak ada 4. Catat reaksi analgetik dan
karakteristik nyeri efek buruk yang ditimbulkan
menggunakan skala 5. Cek instruksi dokter tentang
nyeri jenis obat, dosis, dan
frekuensi
3. Hambatan rasa Setelah dilakukan tindakan Manajemen lingkungan:
nyaman (00214) keperawatan selama kenyamanan
Definisi: merasa kurang .......x24 jam, diharapakan: 1. Ciptakan lingkungan yang
nyaman, lega, dan tenang dan mendukung
sempurna dalam Status kenyamanan 2. Sediakan lingkungan yang
dimensi fisik, Kesejahteraan 2 ke 4 aman dan bersih
psikospiritual, fisik 3. Pertimbnagkan sumber
lingkungan, budaya, Lingkungan 2 ke 4 sumber ketidaknayamanan,
dan/atau sosial. fisik seperti balutan yang lembab,
Berhubungan dengan: Suhu ruangan 2 ke 4 posisi selang, balutan yang
kurang pengendalian tertekan, sprei kusut, atau
lingkungan, stimuli 1: sangat terganggu lingkungan yang
lingkungan yang 2: banyak terganggu menggangu.
mengganggu. 3: cukup terganggu 4. Sesuaikan suhu rungan yang
Ditandai dengan: 4: sedikit terganggu paling nyaman.
 Perubahan pola tidur 5: tidak terganggu 5. Hindari paparan aliran udara
 Ansietas yang tidak perlu, terlalu
 Gejala distres panas/dingin.
 Merasa tidak 6. Sesuaikan pencahayaan.
nyaman 7. Fasilitasi tindakan tindakan
 Ketidakmampuan kebersihan untuk menjaga
untuk rileks kenyamanan.
 Merintih 8. Posisikan pasien untuk
memfasilitasi kenyamanan.
 Gelisah
9. Monitor kulit terutama
 Berkeluh kesah
daerah tonjolan tubuh
 Kurang puas dengan terhadap adanya tanda tanda
keadaan tekanan atau iritasi.
VI. Daftar Pustaka
Ali Mulhidayat, Aziz. 1997. Kebutuhan Dasar Manusia. EGC: Jakarta.
Butcher, H. K., Bulechek, G. M., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M. (2018). Nursing
Interventions Classification (NIC) 7th Edition. Elsevier Inc.
Herdman, T. H. (2018). NANDA-I Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi
2018-2020. (T. H. Herdman & S. Kamitsuru, Eds.) (Edisi 11). Jakarta: ECG.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2018). Kebutuhan Tidur sesuai Usia.
Retrieved from http://www.p2ptm.kemkes.go.id/infographic-
p2ptm/obesitas/page/18/kebutuhan-tidur-sesuai-usia
Meliala, L., & Pinzon, R. (2004). Patofisiologi dan Penatalaksanaan Nyeri Punggung
Bawah. Kumpulan Makalah Pain Symposium.
Moorhead, S., Swanson, E., Johnson, M., & Maas, M. L. (2018). Nursing Outcomes
Classification (NOC) 6th Edition. Elsevier Inc.
Potter, P. A., & Perry, A. G. (2010). Fundamental of Nursing 7th Edition Book 3.
Elsevier Ltd.
PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (Edisi III). Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat PPNI.
Siefert, M. Lou. (2018). Concept Analysis of Comfort, (January).
https://doi.org/10.1111/j.1744-6198.2002.tb01288.x
Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner
& Suddarth Edisi 8 Volume 2. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai