Anda di halaman 1dari 7

UTS MK Manajemen Mutu dan Pasien Safety

Nama Mahasiswa : Anisa Tiasari

1. Apa yang dimaksud dengan Manajemen Mutu? Uraikan prinsip-prinsip untuk implementasi
Sistem Manajemen Mutu dengan jelas.
Jawab :
Filsafat dan budaya organisasi yang menekankan kepada upaya menciptakan mutu yang
konstan melalui setiap aspek dalam kegiatan organisasi. Manajemen mutu juga dapat
diartukan sebagai kegiatan terkoordinasi untuk mengarahkan dan mengendalikan organisasi
dalam hal mutu. Sistem manajemen mutu adalah sistem yang digunakan untuk menetapkan
kebijakan oleh manajemen puncak berkaitan dengan arah organisasinya di bidang mutu dan
sasaran mutu. Prinsip manajemen mutu yang sebelumnya ada 8 prinsip yang disebutkan
dalam ISO 9001:2008. Pada September 2015 ISO 9001:2015 resmi dirilis dan ada perubahan
prinsip manajemen mutu yang sebelumya 8 prinsip menjadi 7 prinsip.

7 Prinsip Sistem Manajemen Mutu

1. Fokus pada pelanggan (Customer Focus)


Prinsip pertama dari manajemen mutu adalah fokus pada pelanggan. Prinsip fokus
pelanggan merupakan salah satu prinsip yang tidak berubah dari pinsip-prinsip manajemen
mutu pada ISO 9001: 2008. Prinsip ini merupakan fokus utama dari manajemen mutu,
dimana setiap organisasi harus dapat memenuhi persyaratan pelanggan. Bahkan, sebaiknya
organisasi dapat memberikan produk atau jasa yang melebihi harapan mereka. Hal ini
dikarenakan setiap organisasi pasti tergantung pada para pelanggannya, sehingga organisasi
harus memahami kebutuhan pelanggan saat ini dan masa depan. Selain itu, pentingnya fokus
pada pelanggan juga dikarenakan kesuksesan organisasi tidak akan bisa dicapai tanpa adanya
usaha untuk menarik dan mempertahakan para pelanggan dan pihak-pihak lain yang
berkepentingan. Prinsip fokus pada pelanggan menunjukan bahwa setiap organisasi harus
berusaha untuk memuaskan pelanggan; harus mengidentifikasi, membangun, dan memahami
kebutuhan dan harapan pelanggan saat ini dan di masa depan; organisasi harus memastikan
bahwa tujuannya terkait dengan kebutuhan dan harapan pelanggan; manajemen puncak harus
mengkomunikasikan kepada semua pegawai mengenai kebutuhan dan harapan pelanggan;
organisasi harus mengukur kepuasan pelangan; dan organisasi juga harus menjamin
keseimbangan antara kepuasan pelanggan dengan pihak-pihak lainnya.

2. Kepemimpinan (Leadership)
Prinsip yang kedua adalah kepemimpinan. Prinsip ini juga merupakan prinsip yang tidak berubah
dari prinsip-prinsip manajemen mutu pada ISO 9001: 2008. Kaitannya dengan manajemen mutu,
prinsip kepemimpinan menjelaskan bahwa pemimpin di semua level organisasi harus mempunyai
kesatuan tujuan dan arah, serta menciptakan kondisi dimana setiap pegawai terlibat dalam mencapai
sasaran mutu organisasi. Pemimpin harus menciptakan kesatuan tujuan, arah dan keterlibatan
pegawai untuk menyelaraskan strategi, kebijakan, proses, dan sumber daya dengan tujuan organisasi.

3. Keterlibatan orang (Engagement of people)


Melibatkan seluruh pegawai dalam organisasi merupakan prinsip ketiga dalam penerapan
manajemen mutu. Prinsip engagement of people merupakan nama baru dari prinsip manajemen mutu
yang pada ISO 9001: 2008 disebut sebagai prinsip involvement of people. Prinsip ketiga ini
menjelaskan bahwa dalam suatu organisasi setiap pegawai merupakan pegawai kompeten, dapat
diberdayakan, dan dapat dilibatkan dalam menjalankan proses bisnisnya. Dengan kata lain, tidak ada
pegawai yang pekerjaannya dianggap tidak penting oleh organisasi. Bahkan, seorang office boy yang
pekerjaannya hanya membersihkan kantor harus dianggap penting oleh organisasi. Prinsip
keterlibatan orang menekankan pada pentingnya aspek kompetensi, pemberdayaan dan keterlibatan
seluruh pegawai, karena keseluruhan aspek tersebut dapat meningkatkan kemampuan organisasi
untuk menciptakan nilai.

4. Pendekatan proses (Process Approach)


Prinsip keempat dalam penerapan manajemen mutu adalah pendekatan proses. Prinsip ini termasuk
prinsip yang tidak berubah dari prinsip manajemen mutu dalam ISO 9001: 2008. Hanya saja, pada
ISO 9001: 2008, prinsip ini disebut sebagai prinsip pendekatan sistem (system approach). Prinsip
pendekatan sistem (system approach) dianggap memiliki kesamaan dengan pendekatan proses,
sehingga prinsip pendekatan sistem dianggap bagian dari pendekatan proses. Prinsip pendekatan
proses mempercayai bahwa suatu hasil dapat menjadi lebih efektif dan efisien, ketika kegiatan-
kegiatan yang dikelola menjadi suatu proses yang saling terkait dan berfungsi sebagai sistem yang
koheren. Esensi pentingnya prinsip ini adalah sistem manajemen mutu dibangun atas dasar adanya
hubungan proses yang saling terkait dan bersama-sama mengarah pada pencapain tujuan organisasi
yang merefleksikan kepuasan dari pihak-pihak yang berkepentingan. Lebih lanjut, prinsip pendekatan
proses menjelaskan bahwa proses-proses dalam sebuah organisasi harus terstruktur dan mengarah
pada tujuan tertentu dengan cara yang paling efisien dan efektif.

5. Perbaikan (Improvement)
Prinsip manajemen mutu yang kelima adalah perbaikan. Sebelumnya, prinsip ini dikenal dengan
perbaikan berkelanjutan (continual improvement). Prinsip perbaikan menjelaskan bahwa untuk
mencapai kesuksesan, organisasi harus memiliki fokus perbaikan yang berkelanjutan. Hal ini
dikarenakan tindakan perbaikan dapat mempertahankan tingkat kinerja organisasi dan dapat bereaksi
terhadap perubahan yang terjadi baik dalam kondisi internal dan eksternal organisasi, serta dapat
menciptakan peluang baru. Lebih lanjut, dalam manajemen mutu, tindakan perbaikan dapat dilakukan
dengan peningkatan efisiensi dan efektifitas organisasi. Perbaikan yang berkelanjutan harus menjadi
tujuan yang tetap dalam suatu organisasi.

6. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Bukti (Evidence-Based Decision Making)


Prinsip yang keenam adalah pengambilan keputusan berdasarkan bukti. Prinsip ini menggantikan
prinsip sebelumnya yaitu prinsip pendekatan faktual untuk mengambil keputusan (factual approach to
decision making). Prinsip ini menjelaskan bahwa setiap organisasi dalam mengambil keputusan
harus berdasarkan hasil dari analisis dan evaluasi data dan informasi. Hal ini dikarenakan kadangkala
organisasi sering menghadapi situasi yang kompleks dalam pengambilan keputusan, dan sering
menghadapi beberapa ketidakpastian. Bahkan, untuk mengambil keputusan, organisasi sering
melibatkan beberapa jenis dan sumber input, serta interpretasi beberapa orang yang kadang kala
cenderung subjektif. Oleh karena itu, setiap organisasi perlu memahami hubungan sebab dan akibat,
serta mempelajari potensi konsekuensi yang tidak diinginkan. Sebuah keputusan akan efektif jika
keputusan tersebut berdasar pada analisa data dan informasi.

7. Manajemen Relasional (Relationship Management)


Prinsip yang terakhir dari sistem manajemen mutu berdasarkan ISO 9001: 2015 adalah manajemen
relasional (relationship management). Prinsip ini menggantikan prinsip sebelumnya yaitu prinsip
menjalin hubungan dengan pemasok yang saling menguntungkan (mutually beneficial supplier
relationship). Prinsip manajemen relasional menjelaskan bahwa untuk mencapai kesuksesan yang
berkelanjutan, organisasi harus mengelola hubungan dengan berbagai pihak yang berkepentingan.
Dalam manajemen mutu dijelaskan bahwa pihak yang berkentingan adalah orang atau kelompok yang
memiliki kepentingan dalam keberhasilan atau kinerja organisasi. Dengan demikian, pihak–pihak
yang berkepentingan dapat diartikan sebagai para pemangku kepentingan (stakeholders). Dengan kata
lain, pihak yang berkepentingan dapat berasal dari dalam organisasi atau luar organisasi, seperti para
pegawai, pelanggan, pemasok, pemilik modal, serikat pekerja, pemerintah, masyarakat, dll. Dalam
manajemen mutu dijelaskan bahwa organisasi perlu menjaga hubungan yang baik dengan pihak-pihak
yang berkepentingan karena pihak-pihak tersebut dapat mempengaruhi kinerja organisasi. (Bakti,
2015)

2. Uraikan Dimensi Mutu yang kalian ketahui.


a. Keselamatan (patient safety); Perawatan bertujuan untuk membantu pasien bukan
menyakiti mereka. Pasien tidak boleh dilukai oleh perawatan yang dimaksudkan
untuk membantu mereka, juga sebaiknya tidak merugikan orang yang bekerja
melayani kesehatan (kedua pihak harus merasa aman).
b. Effectiveness ; perawatan harus berdasarkan pada ilmu pengetahuan dan disediakan
bagi pasien yang mendapatkan keuntungan. Perawatan diberikan kepada pasien bukan
mengambil keuntungan darinya. Dengan kata lain underuse dan overuse harus
dihindari. Dalam hal ini efektivitas mengacu pada pelayanan yang didasarkan pada
penggunaan bukti yang didapat secara sistematis, untuk menentukan apakah
intervensi, seperti layanan pencegahan, tes diagnostik, atau terapi, menghasilkan hasil
yang lebih baik daripada alternatif-alternatif lain termasuk termasuk alternatif tidak
dilakukan apapun. Efektifitas bisa dikatakan keberhasilan di dalam kondisi riil di
lapangan.
c. Berpusat pada pasien (patient centerdness); perawatan harus didasarkan pada rasa
respek, responsive kecenderungan pasien sebagai individu, kebutuhan pasien dan
nilai-nilai serta nilai-nilai sebagai pasien adalah sebagai pedoman untuk segala
keputusan klinis.
d. Tepat waktu ; perawatan harus tersedia secara tepat waktu saat pasien membutuhkan.
Ketepatan waktu adalah karakteristik penting dari layanan apa pun dan merupakan
hal yang bernilai dan terbukti dalam upaya fokus pada peningkatan perawatan
kesehatan dan industri lainnya
e. Efisiensi ; Pemborosan, termasuk peralatan, suplai, ide-ide dan energi harus dihindari.
Dalam sistem perawatan kesehatan yang efisien, sumber daya digunakan untuk
mendapatkan nilai terbaik dar pengeluaran / uang yang dibelanjakan. Kebalikan dari
efisiensi adalah pemborosan dari penggunaan sumber daya yang tanpa manfaat bagi
pasien. Setidaknya ada dua cara untuk meningkatkan efisiensi: (1) mengurangi
pemborosan kualitas,dan (2) mengurangi biaya administrasi atau produksi.
f. Keadilan (Equity) ; perawatan terbaik harus disediakan bagia semua orang tidak
memandang umur, jenis kelamin, ras, status finansial atau variabel demografis lain.
Berkenaan dengan keadilan dalam pemberian pelayanan, semua individu dengan tepat
mengharapkannya diperlakukan secara adil oleh lembaga sosial, termasuk istitusi
pelayanan kesehatan. Ketersediaan pelayanan yang berkualitas harus didasarkan pada
kebutuhan individu dan bukan pada karakteristik pribadi yang tidak terkait dengan
kondisi pasien atau untuk alasan mencari perawatan. Secara khusus, kualitas
perawatan seharusnya tidak berbeda karena karakteristik seperti gender, ras, usia,
etnis, pendapatan,pendidikan, kecacatan, orientasi seksual, atau lokasi tempat tinggal.
(Kemenkes, 2017)
3. Sebutkan 3 Alat Kendali Mutu yang engkau ketahui dan jelaskan bagaimana cara
penggunaan alat kendali mutu itu
a. Fishbone diagram
Fishbone Diagram adalah alat QC yang dipergunakan untuk meng-identifikasikan dan
menunjukkan hubungan antara sebab dan akibat agar dapat menemukan akar
penyebab dari suatu permasalahan. Fishbone Diagram dipergunakan untuk
menunjukkanfFaktor-faktor penyebab dan akibat kualitas yang disebabkan oleh
faktor-faktor penyebab tersebut. Berikut merupakan contoh fishbone diagram
Cara menggunakannya adalah sesuai bentuk tulang ikan diisi faktor-faktor yang
mempengaruhi suatu hal sesuai dengan ujung tulangnya. Contoh faktor Man diisi
dengan kurang pelatihan, kurang teliti.
b. Check Sheet
Check sheet atau lembar pemeriksaan adalah lembar pengumpulan data yang
digunakan untuk memonitoring suatu kegiatan dalam periode tertentu. Pemantauan
dengan menggunakan check list ini dilakukan secara manual atau tertulis. Lembar
pengamatan (check sheet) ini digunakan untuk mempermudah dan menyederhanakan
dalam melakukan pencatatan data terhadap informasi yang diperlukan oleh pengamat.
Lembar pemeriksaan ini bisa menjadi dasar pengambilan data yang kemudian diolah
menjadi informasi dan hasil yang bermanfaat dalam pengambilan keputusan. Berikut
merupakan contoh dari check sheet.

Cara menggunakan check sheet adalah dengan mencatat data yang hendak diamati,
tanggal dan tempat pencatatan, jumlah atau frekuensi data; dan identitas pencatat
data. Ceklis dilakukan sesuai jadwal, hasil pemeriksaan dan dilengkapi identitas
pencatat data.
c. Histogram
Histogram merupakan tampilan bentuk grafis untuk menunjukkan distribusi data
secara visual atau seberapa sering suatu nilai yang berbeda itu terjadi dalam suatu
kumpulan data. Manfaat dari penggunaan histogram adalah untuk memberikan
informasi mengenai variasi dalam proses dan membantu manajemen dalam membuat
keputusan dalam upaya peningkatan proses yang berkesimbungan. Histogram
memudahkan nilai data yang diambil pengamat dapat dibaca oleh masyarakat umum.
Cara membuat histogram adalah nilai data yang dikumpulkan diubah kedalam bentuk
distribusi, sebaran, dan bentuk pola data dari suatu proses. Kemudian ditentukan
batas-batas observasi (rentang) dan menghitung banyaknya kelas atau sel-sel.
Langkah selanjutnya adalah menentukan lebar atau panjang kelas, menentukan ujung
kelas serta menghitung nilai frekuensi histogram masing-masing kelas. Langkah
terakhir adalah menggambarkan diagram batangnya. Contoh histogram
4. Kasus An. Az. di Rumah Sakit S (padang) umur 3 tahun pada tanggal 14 februari 2012,
pasien dirawat di ruangan melati Rs. S padang dengan diagnosa Demam kejang. Sesuai order
dokter infus pasien harus diganti dengan didrip obat penitoin namun perawat yang tidak
mengikuti operan jaga langsung mengganti infuse pasien tanpa melihat bahwa terapi pasien
tersebut infusnya harus didrip obat penitoin. Beberapa menit kemudian pasien mengalami
kejang-kejang, untung keluarga pasien cepat melaporkan kejadian ini sehingga tidak menjadi
tambah parah dan infusnya langsung diganti dan ditambah penitoin. Terkait dengan hal ini
perawat tidak mengaplikasikan konsep patient safety dengan benar, terbukti dengan?
Jelaskan! Standar keselamatan pasien yang telah di langgar pada kasus tersebut adalah?
Jelaskan!

Jawab :
Perawat tidak menjalankan pasien safety karena tidak memastikan terapi yang harus
diberikan sebelum memberikan terapi, sehingga terjadi kesalahan saat pemberian terapi.
Standar Keselamatan Pasien yang dilanggar adalah standar ketiga yaitu keselamatan pasien
dan kesinambungan pelayanan. Menurut Kemenkes (2017) standarnya adalah fasilitas
pelayanan kesehatan menjamin keselamatan pasien dalam kesinambungan pelayanan dan
menjamin koordinasi antar tenaga dan antar unit pelayanan. Perawat tidak melakukan
koordinasi dengan tidak mengikuti operan jaga sehingga ada hal yang tidak diketahuinya.
Kemudian ketika perawat tersebut tidak mengetahui, perawat juga tidak memastikan melalui
rekam medis pasien atau bertanya kepada perawat lain untuk rencana terapi pasien yang
ditambah penitoin, sehingga terjadi kesalahan yang hampir mencelakakan pasien.

5. Anak laki-laki berusia 4 tahun dengan diagnosis dengan leukemia. Pasien mendapat transfusi
darah, perawat memberikan jenis transfusi darah golongan A Rh +, sedangkan pasien
golongan darah A Rh -. Apakah jenis insiden keselamatan yang terjadi pada pasien? Jelaskan

Jawab :
Jenis insiden keselamatan yang terjadi pada pasien adalah Kejadian Sentinel. Karena dampak
yang terjadi bisa mengakibatkan kematian atau cedera yang diharapkan atau tidak dapat
diterima. Menurut Kemenkes (2018) individu Rh negatif, tidak boleh ditransfusi dengan
darah Rh positif. Karena Ag Rh mempunyai sifat imunogenik dan dapat merangsang respon
imun pada 80% individu Rh negatif pada saat ditransfusi dengan 200 mL darah Rh positif
sehingga menyebabkan reaksi hemolitik.

Sumber :

Bakti, I Gede Mahatma Yuda. 7 Prinsip Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2015. Pusat
Penelitian Sistem Mutu dan Teknologi Pengujian Lembaga Ilmu Pengetahun
Indonesia. Edisi Desember 2015. Diakses pada tanggal 17 April 2021 melalui
http://smtp.lipi.go.id/berita463-7-Prinsip-Sistem-Manajemen-Mutu-ISO-9001-
3A2015.html
Kementerian Kesehatan. 2017. Manajemen Keselamatan Pasien. Pusat Sumber Daya
Manusia Kesehatan. Kementerian Kesehatan
Kementerian Kesehatan. 2017. Manajemen Mutu Informasi Kesehatan I : Quality Assurance.
Pusat Sumber Daya Manusia Kesehatan. Kementerian Kesehatan
Kementerian Kesehatan. 2018. Imunohematologi dan Bank Darah. Pusat Sumber Daya
Manusia Kesehatan. Kementerian Kesehatan

Anda mungkin juga menyukai