Anda di halaman 1dari 5

Upaya pemerintah dalam penenggulangan Covid-19 konteks Kesehatan global

Situasi kita saat ini korban Covid-19 mencapai 1,6 juta dengan kasus konfirmasi
5000/hari angka ini merupakan angka yang sudah menurun dari akhir Desember sampai
Januari dengan kasus konfirmasi 10.000 hingga 14.000 kasus meninggal 300-400/hari. Kasus
meninggal juga cenderung turun. Capaian yang sudah baik harus dipertahankan dan harus
kita upayakan untuk menekan laju penularan, jangan sampai terjadi lonjakan kasus lagi.
Capaian vaksinasi pada 20 April 2021 yaitu 181 jt sasaran, dan saat ini memasuki
tahap ke 2 yaitu SDM Kesehatan, petugas publik, dan lansia (usia diatas 60 tahun). Vaksinasi
pertama SDM kesehatan sudah mencapai 99,94%, dan vaksinasi kedua 90,38%. Petugas
publik juga sudah menjalani vaksinasi pertama dengan capaian sebesar 42,80% dan vaksinasi
kedua 21,86%.
Kelompok lansia adalah kelompok yang menjadi tantangan dalam hal vaksinasi
karena mereka adalah kelompok paling berisiko mengalami kematian 4 kali lebih tinggi dari
rata-rata nasional. Walau kasusnya kecil hanya 12%, tapi 50% nya mengalami kematian.
Capaian kelompok lansia pada vaksinasi pertama hanya 10,50% sehingga pemerintah
mengkhususkan bulan April untuk akselerasi capaian vaksinasi pada lansia sebesar 60-70%.
Baru kemudian sisanya untuk guru dan tenaga pendidik. Yang lainnya setelah target
vaksinasi ini terpenuhi. Diharapkan bulan juni sudah selesai vaksinasi pada petugas publik
dan lansia paling tidak 90% suntikan dosis pertama
Dr. Siti menjelaskan latar belakang dari penanggulangan Covid-19 ini yaitu dimulai
dari awal tahun 2020 munculnya Covid-19 dan membawa perubahan di berbagai aspek.
Maka perlu ada upaya bahwa terjadinya pandemik Covid-19 bukan hanya di Indonesia
namun seluruh dunia.
Dunia pernah mengalami ancaman global seperti pandemik influenza tahun 1918
yang sudah membunuh 50-100 juta (3x jumlah korban perang dunia I) dan beberapa ancaman
global lainnya walaupun tidak sampai kondisi yang dinyatakan pandemi secara global
maupun regional. Seperti SARS di tahun 2002, H1N1 influenza di tahun 2009, Mers CoV di
tahun 2021, H7N9 influenza di tahun 2013, Ebola di tahun 2014, Zika di tahun 2016, lalu
Covid-19 ditahun 2019 hingga sekarang, lalu yang lainnya ada kedaruratan NUBIKA. Ini
merupakan ancaman global dan penyakit termasuk ancaman global bukan hanya mengancam
aspek kesehatan namun juga mengancam ekonomi dan ketahanan kesehatan nasional &
global.
Adanya Covid-19 banyak memberi pelajaran bagi kita bahkan negara-negara dengan
sistem kesehatan yang sudah baik seperti negara Amerika, Eropa, Inggris saat menghadapi
pandemik Covid-19 ternyata ketehanan kesehatannya masih belum cukup mampu
menghadapi ancaman-ancaman global tadi. Membicarakan ketahanan kesehatan global, kita
dapat mengingat dasar bagaimana komitmen berbagai negara untuk melakukan ketahan
kesehatan global yang disebut Interternational Health Regulations (IHR). IHR ini dimulai
1969 dimulai dengan 3 penyakit yaitu kolera, PES, dan demam kuning. Dalam IHR yaitu
kuncinya pengawasan lintas batas, bagaimana antar negara menjaga transmisi itu masuk ke
negaranya dengan pengawasan lintas batas. Di Indonesia masih melakukan dengan penerapan
bagaimana syarat-syarat perjalanan baik dari luar negeri maupun dalam negeri dengan
menggunakan SWAB PCR/antigen. Kemudian memantau varian/mutasi yang masuk ke
Indonesia dengan pemerikasaan whole genome sequencing pemeriksaan menyeluruh
terhadap materi genetik.
Di 2005 IHR diperkuat dengan ancaman Kesehatan masyarakat yang meresahkan
dunia (Public Health Emergency of Internatioanl Concern) sehingga mencoba melakukan
pengendalian sumber resiko. Dari sini muncul konsep ketahanan kesehatan global yang
didasari oleh sistem kesehatan nasional dari negara-negara masih yang diperkuat dengan
hubungan dengan kewaspadaan global dan system repons.
Di Indonesia sejak tahun 1969 sudah berkomitmen untuk mengimplementasikan IHR.
Berikut merupakan gambaran perjalanan IHR di Indonesia:

Dunia sempat terjadi pandemik SARS lalu ada inisiatif yang diperkuat dari negara-
negara untuk memperkuat ketahanan kesehatn global yang disebut Global Health Security
Agenda. Dimulai dari tahapan di setiap negara melakukan penilaian terhadap pertahanan
kesehetannya masing-masing dan apa saja yang perlu di perkuat. Berikut merupakan
prosesnya:
Di Indonesia salah satu komitmen untuk mendukung ketahanan kesehatan global
Indonesia mempunyai Intruksi Presiden Republik Indonesia nomor 4 tahun 2019 tentang
peningkatan kemampuan dalam mencegah, mendeteksi, dan merespons wabah penyakit,
pandemic global, dan kedaruratan nuklir, biologi dan kimia.
Komponen utama Kesehatan global adalah isu kesehatan yang melewati batas negara,
jadi banyak negara memiliki masalah kesehatan yang sama, contohnya Covid-19. Lalu ada
keadilan global, jadi jika ada negara yang menahan vaksin untuk kepentingannya, itu
merupakan contoh ketidak adilan komunitas bersama di tatanan masyarakat global.
Kemudian dalam penanggulangan Covid-19 butuh kerjasama global karena tidak mungkin
suatu negara bisa menangani Covid-19 jika negara sekitarnya belum mampu untuk
menanganinya. Karena Covid-19 tidak mengenal batas negara maupun wilayah.
Dampak Covid-19 terhadap kehidupan masyarakat yaitu sebagai berikut:
1. Ekonomi : semua infrastruktur ekonomi tidak berjalan, adanya PHK, bertambahnya
penggangguran
2. Sosial Budaya : perubahan sosial tata hubungan masyarakat, adanya kekhawatiran
yang berlebihan karena masih rendahnya literasi masyarakat tentang Covid-19
3. Politik : adanya Covid-19 agenda politik yaitu pelaksanaan Pilkada (Gubernur,
Bupati/Walikota) ditunda, partai politik lebih solid untuk bersama-sama menangani
Covid-19
4. Pertahanan Keamanan : dampak dari sosial ekomoni munculnya kerawanan, adanya
hoax yang dapat meresahkan masyarakat.
Berbicara ketahan Kesehatan global peranan Indonesia yaitu bagaimana meneruskan
Health Security Diplomacy. Diplomasi adalah seni dan praktik bernegosiasi yang biasanya
mewakili sebuah negara atau organisasi. Dalam hal ini artinya Indonesia memastikan vaksin
tersedia untuk masyarakat Indonesia serta berjuang untuk mendapatkannya. Permasalahan
kesehatan ternyata saling tergantung antar negara satu dengan lainnya karena interkoneksi
antar sektor, pemain sehingga masalah kesehatan itu menjadi fokus masalah internasional.
Tujuan dari Health Security Diplomacy yaitu :
1. Kerjasama International berorientasi pada memperkuat negara dalam health security
2. Kontribusi positif Indonesia dalam pencegahan dan pengendalian penyakit di level
global
3. Promosi kepentingan Indonesia dalam global health security
Tujuan ini bersifat government to government, government to business, bilateral,
regional, atau global. Untuk vaksin itu selain bersifat government to government tetapi juga
melakukan kerjasama government to business.
Indonesia berperan aktif dalam diplomasi kesehatan global karena Indonesia adalah
bagian dari komunitas global dan merupakan bagian dari upaya meningkatkan ketahanan
internal maupun global. Diantaranya perumusan resolusi PIP Network, Menkes RI sebagai
chair di Global Fund to fight ATM, Indonesia sebagai Lead Country Coordinator Group yang
ditetapkan oleh OKI.
Fokus Diplomasi Kesehatan untuk meningkatkan akses kemandirian dan mutu
kefarmasian dan alat Kesehatan, selain itu fokusnya mengenai:
1. Pemenuhan sediaan farmasi dan alat Kesehatan
2. Peningkatan kapasitas industry farmasi dan alkes dalam negeri
3. Pembukaan pasar ekspor produk dalam negeri
Untuk vaksin sendiri difasilitasi pengembangannya dengan kolaborasi dengan CEPI
kemudian upaya untuk meningkatkan kapasitas transfer teknologi dari Sinovac untuk
kemudian Biofarma bisa membuat vaksin dari vaksin setengah jadi menjadi vaksin yang
sudah jadi.
Diplomasi bilateral di era pandemi Covid-19 berdasarkan unit utama yang berada di
Kemenkes, di Kesmas ada 12 MOU, Pelayanan Kesehatan 16 MOU, Farmasi dan Alkes 14
MOU, P2P 13 MOU, SDM Kesehatan 15 MOU serta Litbang Kesehatan 9 MOU. Kerjasama
bilateralnya diantaranya seperti gambar dibawah ini :

Beberapa negara juga memberikan dukungan anggaran selama tahun 2020. Indonesia
berperan aktif pada ASEAN karena sebagai Ketua Kerjasama Kesehatan ASEAN 2020-2021.
Dalam ASEAN terdapat 4 cluster yaitu :
1. Mempromosikan gaya hidup sehat
2. Memberikan respon pada semua bahaya dan penanganan kegawatdaruratan
3. Memperkuat sistem dan akses kesehatan
4. Memastikan keamanan pangan
Peran Indonesia dalam pengendalian Covid-19 di ASEAN yaitu rencana membuat
ASEAN Emergency Operations Centre Network, ASEAN Risk Assessment and Risk
Communication Centre, ASEAN BioDiaspora Virtual Centre, ASEAN Network on Public
Health Laboratories, ASEAN Plus Three Field Epidemiology Training Network, dan
Koordinasi dan Dialog dengan mitra wicara ASEAN. Indonesia juga melakukan kerjasama
dalam merespon Covid-19 yang membuktikan bahwa Diplomasi Kesehatan betul dilakukan.
Selain aktif di ASEAN, Indonesia juga aktif di APEC. Pada perkembangan kerjasama
forum APEC pada situasi pandemi Covid-19 terdapat Statement Menteri Perdagangan yaitu
perlunya memfasilitasi obat dan alat bagi negara yang aktif di APEC. Kemudian Indonesia
aktif juga dalam Forum BIMST tahun 2020 yang bertujuan untuk mendorong percepatan
pembangunan dan pertumbuhan ekonomi dimana Indonesia merupakan Ketua Forum.
Kerjasama multilateral yang dilakukan Indonesia yaitu Indonesia aktif di WHO, Foreign
Policy of Global Health dan Global Digital Health Summit, Pernyataan Bersama tentang
Penanganan Covid-19 dalam Pertemuan Luar Biasa Steering Group OKI, Deklarasi Menteri
Kesehatan G20 dan Dokumen Urgent Action, Chair’s Statement GHSA pada sidang WHA,
dan Pembentukan 2 Working Group terkait Covid-19. Kerjasama teknis dan hibah juga
dilakukan dengan UNICEF, IAEA, WFP, UNDO, UNOPS, dan ADB. Indonesia juga aktif
dalam solidarity trial dalam penelitian untuk obat maupun vaksin.
Diplomasi kesehatan kedepan dalam ketahanan kesehatan global akan tetap dilakukan
Indonesia dalam kondisi global di era new normal yang akan ada penyesuaian-penyesuaian.
Indonesia berperan dalam diplomasi untuk memastikan negara lain juga memiliki akses.
Isu kesehatan global di era new normal diantaranya Global Health Security, Akses untuk
menjangkau obat dan vaksin Covid-19, Essential Health Services, Primary Health Care,
Teknologi Kesehatan Digital, Solidarity and Collaborations.

Anda mungkin juga menyukai