Anda di halaman 1dari 8

BAB 

I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kelahiran seorang anak sangat dinanti oleh banyak pasangan yang menikah.
Kehadiran anak seakan menjadi pelita yang terang benderang bagi orang tua
dalam mengarungi kehidupan rumah tangga. Saat anak lahir kedunia dia adalah
fitrah, masih suci, masih putih cemerlang dan belum ternoda apapun juga seperti
kertas putih. Maka kewajiban orang tua untuk mewarnai kertas putih tersebut,
anak akan menjadi apa dikemudian hari itu tergantung dari bagaimana orang tua
memberikan pendidikan yang terbaik bagi anaknya.
Namun, dengan sedikit kesabaran dan pendidikan yang terlatih, orang tua dan
balita dapat mengatasi rintangan dan berhasil dalam melakukan toilet training.
Bagi beberapa orang tua, memberikan pelatihan toilet training pada sikecil sudah
merupakan tugas yang memang seharusnya diajarkan bagi buah hari mereka.
Namun, dengan adanya beberapa kendala dalam menghadapi sikecil saat
mengajarkan toilet traini ini hanya anda yang dapat menentukan cara yang tepat
dan melakukan pendekatan dengan sikecil 
Toilet training pada anak merupakan suatu usaha untuk melatih anak agar mampu
mengontrol dalam melakukan buang air kecil dan buang air besar. Toilet training
ini dapat berlangsung pada fase kehidupan anak umur 18 bulan sampai 2 tahun.
Dalam melakukan latihan buang air kecil dan air besar pada anak membutuhkan
persiapan secara fisik, psikologis maupun secara intelektual.
Kesiapan fisik dalam melakukan toilet training merupakan kemampuan anak
secara fisik sudah kuat dan mampu sehingga memudahkan anak untuk dilatih
buang air besar dan kecil. Sedangkan kesiapan psikologis keadaan dimana anak
membutuhkan suasana yang nyaman agar mampu mengontrol dan konsentrasi
dalam merangsang untuk buang air besar dan air kecil. Persiapan intelektual pada
anak juga dapat membantu dalam proses toilet training, hal ini dapat ditunjukkan
apabila anak memahami arti buang air besar dan air kecil sehingga anak dapat
mengetahui kapan saatnya harus buang air besar dan kapan saatnya harus buang
air kecil.
Mengajari anak menggunakan toilet adalah sebuah proses yang membutuhkan
kesabaran, pengertian, kasih sayang dan persiapan.

1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang dibahas
dalam makalah ini terinci sebagai berikut.

1. Apa yang dimaksud dengan toilet training?


2. Usia berapa yang tepat melakukan Toilet Training?
3. Kenapa Toilet Training harus diterapkan?
4. Siapa saja yang berperan dalam pengajaran Toilet Training pada anak?
5. Bagaimana cara mengajarkan toilet training?
6. Bagaimana latihan mengontrol berkemih dan defekasi?
7. Apa faktor-faktor yang mendukung toilet training?
8. Apa saja hal yang perlu diperhatikan selama toilet training?
9. Apa tanda anak siap melakukan toilet training?
10. Apa dampak toilet training?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Membuat Mahasiswa mengerti bagaimana melakukan penyuluhan
Toilet Training kepada ibu yang memiliki anak 1-3 tahun
2. Membuat Para ibu yang memiliki anak 1-3 tahun mengajarkan dan
menerapkan Toilte Training kepada anaknya dengan baik dan benar
2. Mengetahui pentingnya Toilet Training
3. Megetahui pentingnya pengetahuan ibu tentang Toilet Training

2
BAB II

ISI

2.1 Pengertian Toilet Training (TT)


Toilet training merupakan salah satu tugas dari perkembangan anak pada usia
toddler (Hockenbery, Wilson, & Wong, 2012). Pada tahapan usia 1–3 tahun
atau yang disebut dengan usia toddler, kemampuan sfingter uretra yang
berfungsi untuk mengontrol rasa ingin defekasi dan rasa ingin berkemih mulai
berkembang, dengan bertambahnya usia, kedua sfingter tersebut semakin
mampu mengontrol rasa ingin berkemih dan rasa ingin defekasi.
Toilet training adalah melatih untuk mengajarkan anak untuk mengontrol
BAK/BAB dan melakukannya secara sendiri. Selain itu juga didukung dengan
kebiasaan orang tua untuk mengajarkan tentang toilet training yang benar pada
anak saat dirumah sesuai dengan tumbuh kembang anak. Masing-masing anak
mempunyai waktu kesiapan yang berbeda-beda untuk memulai toilet training.

2.2 Usia yang tepat dilakukan Toilet Training


Toilet Training dapat berlangsung pada usia 1-3 tahun atau usia balita, sebab
kemampuan spingter ani untuk mengontrol rasa ingin devekasi telah
berfungsi. Namun setiap anak kemampuanya berbeda tergantung factor
fisik,mental, psikologisnya, dan kesiapannya.

2.3 Keuntungan dilakukan Toilet Training


Kemandirian
Toilet Training juga dapat menjadi awal terbentuknya kemandirian anak secara
nyata sebab anak sudah bisa untuk melakukan hal-hal yang kecil seperti buang
air kecil dan buang air besar

Mengetahui bagian-bagian tubuh dan fungsinya

Toilet Training bermanfaat pada anak sebab anak dapat mengetahui bagian-
bagian tubuh serta fungsinya ( anatomi ) tubuhnya. Dalam proses toilet training
terjadi pergantian implus atau rangsangan dan instink anak dalam melakukan
buang air kecil dan buang air besar.

3
2.4 Yang berperan dalam pengajaran Toilet Training pada anak

 Orang Tua dan Keluarga


Dalam menjalankan peran ini keluarga sangat dipengaruhi oleh faktor orang tua.
Orang tua harus sabar dan mengerti kesiapan anak untuk memulai pengajaran
penggunaan toilet. Orang tua juga harus memiliki dukungan positif, salah satu
contoh yaitu orang tua harus siap mengantarkan anak pada saat mau buang air
besar atau buang air kecil ke toilet
 Perawat
Memotivasi dan membantu para orang tua untuk melatih dan mempersiapkan
anak-anak mereka dalam melakukan latihan toilet training, sehingga anak sudah
siap untuk melakukan toilet training.

2.5 Cara yang dilakukan oleh orang tua dalam pengajaran Toilet Training

1) Teknik lisan

Merupakan usaha untuk melatih anak dengan cara memberikan intruksi pada anak
dengan kata-kata sebelum atau sesudah buang air kecil dan buang air besar. Cara
ini kadang-kadang merupakan hal biasa dilakukan pada orang tua akan tetapi
apabila kita perhatikan bahwa teknik lisan ini mempunyai nilai yang cukup besar
dalam memberikan rangsangan untuk buang air kecil atau buang air besar dimana
dengan lisan ini persiapan psikologis pada anak akan matang dan akhirnya anak
mampu dengan baik dalam melaksanakan buang air kecil dan buang air besar.

2) Teknik modeling

Merupakan usaha untuk melatih anak dalam melakukan buang air besar dengan
cara meniru untuk buang air besar atau memberikan contoh. Cara ini juga dapat di
lakukan dengan memberikan contoh-contoh buang air besar dan buang air kecil
atau membiasakan baung air kecil dan besar secara benar.

4
2.6 Latihan Mengontrol Berkemih dan Defekasi pada Anak
Orang tua harus diajarkan bagaimana cara melatih anak untuk
mengontrol rasa ingin berkemih, di antaranya pot kecil yang bisa diduduki
anak apabila ada, atau langsung ke toilet, pada jam tertentu secara regular.
Misalnya, setiap dua jam anak dibawa ke toilet untuk berkemih. Anak
didudukkan pada toilet atau pot yang bisa diduduki dengan cara menapakkan
kaki dengan kuat pada lantai sehingga dapat membantunya untuk mengejan.
Latihan untuk merangsang rasa untuk mengejan ini dapat dilakukan selam 5
sampai 10 menit. Selama latihan, orang tua harus mengawasi anak dan
kenakan pakaian anak yang mudah untuk dibuka.

2.7 Faktor yang mendukung Toilet Training pada anak


1.Kesiapan Fisik

a. Usia telah mencapai 1-3 tahun


b. Kemampuan anak sudah kuat dan mampu.
c. Mempunyai kemampuan motorik kasar seperti duduk dan berjalan
d. Mempunyai kemampuan motorik halus seperti membuka celana dan
pakaian

2.Kesiapan Mental
a. Mengenal rasa ingin berkemih dan devekasi
b. Komunikasi secara verbal dan nonverbal jika merasa ingin berkemih
c. Keterampilan kognitif untuk mengikuti perintah dan meniru perilaku orang
lain

3.Kesiapan Psikologis
a. Dapat jongkok dan berdiri ditoilet selama 5-10 menit tanpa berdiri dulu
b. Mempunyai rasa ingin tahu dan penasarsan terhadap kebiasaan orang
dewasa dalam BAK dan BAB
c. Merasa tidak betah dengan kondisi basah dan adanya benda padat dicelana
dan ingin segera diganti
d. Setiap anak membutuhkan suasana yang nyaman dan aman agar anak
mampu mengontrol dan konsentrasi dalam merangsang untuk BAB atau
BAK.

4.Kesiapan Anak
a. Mengenal tingkat kesiapan anak untuk berkemih dan devekasi
b. Membantu anak dalam proses BAB atau BAK.
c. Tidak mengalami koflik tertentu atau stress keluarga yang berarti
(Perceraian)

5
2.8 Hal-hal yang Perlu diperhatikan Selama Toilet Training
Hal-hal yang Perlu Diperhatikan Selama Toilet Training, antara lain:
1. Hindari pemakain popok sekali pakai.
2. Ajari anak mengucapkan kata-kata yang berhubungan dengan buang air
kecil dan buang air besar dengan benar.
3. Motivasi anak untuk melakukan rutinitas ke kamar mandi seperti cuci
tangan dan kaki sebelum tidur dan cuci muka disaat bangun tidur.
4. Jangan memarahi anak saat anak dalam melakukan toilet training.

2.9 Tanda anak siap untuk melakukan Toilet Training
1. Tidak mengompol dalam waktu beberapa jam sehari minimal 3-4 jam
2. Anak berhasil bangun tidur tanpa mengompol
3. Anak mengetahui saat merasa ingin BAK dan BAB dengan menggunakan kata
kata pup
4. Sudah mampu memberi tahu bila celana atau popok sekali pakainya sugah basa
dan kotor
5. Bila ingin BAK dan BAB anak memberi tahu dengan cara memegang alat 
kelamin atau minta ke kamar mandi
6. Bias memakai dan melepas celana sendiri
7. Memperlihatkan ekspresi fisik misalnya wajah meringis, merah atau jongkok 
saat merasa BAB dan BAK
8. Tertarik dengan kebiasaan masuk ke kamar mandi seperti kebiasaan orang 
sekitarnya
9. Minta diajari menggunakan toilet
10. Mampu jongkok 5-10 menit tanpa berdiri dulu

6
2.10 Dampak Toilet Training
Dampak yang paling umum dalam kegagalan toilet training seperti
adanya perlakuan atau aturan yang ketat bagi orang tua kepada anaknya yang
dapat mengganggu kepribadian anak atau cenderung bersifat retentif dimana
anak cenderung bersikap keras kepala bahkan kikir.Hal ini dapat dilakukan
oleh orang tua apabila sering memarahi anak pada saat buang air besar atau
kecil, atau melarang anak saat bepergian. Bila orang tua santai dalam
memberikan aturan dalam toilet training maka anak akan dapat mengalami
kepribadian ekspresif dimana anak lebih tega, cenderung ceroboh, suka
membuat gara-gara, emosional dan seenaknya dalam melakukan kegiatan
sehari-hari.

7
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Toilet training pada anak merupakan suatu usaha untuk melatih anak agar
mampu mengontrol dalam melakukan buang air kecil dan buang air besar.Dalam
melakukan latihan buang air kecil dan besar pada anak membutuhkan persiapan
baik secara fisik, psikologis maupun secara intelektual, melalui persiapan tersebut
diharapkan anak mampu mengontrol buang air besar atau kecil sendiri.

Teknik yang digunakan bisa melalui lisan maupun modeling.terdapat beberapa


hal-hal yang perlu diperhatikan selama toilet training, diantaranya: Hindari
pemakain popok sekali pakai dimana anak akan merasa aman, ajari anak
mengucapkan kata-kata yang khas yang berhubungan dengan buang air besar,
mendorong anak melakukan rutinitas ke kamar mandi seperti cuci muka saat
bangun tidur, cuci muka, cuci kaki, dan lain-lain, jangan marah bila anak gagal
dalam melakukan toilet training.

3.2 Saran
Anak sudah harus diajarkan tentang toilet training sejak masih umur 18 b
ulan agaranak terbiasa melakukan BAK & BAB pada tempatnya.Untuk
mahasiswa keperawatan dan perawat harus memberikan penyuluhan tentang
Toilet Training bagi para ibu agar lebih mengetahui,memahami,dan dapat di
terapkan Toilet Training yang baik dan benar untuk anaknya.

Anda mungkin juga menyukai