Anda di halaman 1dari 11

Kesejahteraan Pendidikan dan Implementasi Kebijakan

Bina Lingkungan Kota Bandar Lampung

Rydho Bastian1
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Administrasi Publik Tahun 2020

Dosen Pembimbing: Muh. Zainul Arifin, S.H., MH.

Abstrak
Bina lingkungan merupakan program Pemerintah Kota Bandar Lampung guna
menyerap siswa-siswi daerah agar bisa bersekolah di negeri. Pemerintah berupaya
memberikan pelayanan yang baik akan pendidikan, salah satu upaya nyata pemerintah dalam
memberikan pemerataan dan akses layanan pendidikan yang berkualitas kepada setiap warga
negara yang ekonominya lemah yaitu dengan diberlakukannya Program Penerimaan Peserta
Didik Baru Jalur Bina Lingkungan. Yang mana program jalur bina lingkungan bertujuan
untuk memperluas akses pendidikan dan serta memberikan kesempatan kepada setiap warga
negara khususnya untuk anakanak usia sekolah yang termasuk berasal dari keluarga yang
kurang mampu untuk mendapatkan suatu layanan pendidikan yang bermutu tinggi serta
berkualitas pada satuan pendidikan.

Kata Kunci: Kebijakan, Implementasi, Pendidikan


A. Pendahuluan
Kebijakan publik merupakan pemanfaatan yang setrategis terhadap sumberdaya-
sumberdaya yang ada untuk memecahkan masalah-masalah publik atau pemerintah. Begitu
banyak kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah, baik pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah demi tercapainya kesejahteraan masyarakat baik dari bidang ekonomi,
sosial, kesehatan, pendidikan dan sebaginya. Dibidang pendidikan khususnya, ada banyak
program yang diselenggarakan oleh pemerintah guna meningkatkan kualitas pendidikan di
Indonesia. Salah satunya program kebijkan Bina Lingkungan. Untuk ikut berperan dalam
meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, pemerintah kota Bandar Lampung dalam
kurun beberapa tahun ini melaksanakan program Bina lingkungan.Kebijakan ini merupakan
sekolah gratis tanpa tes bagi siswa/siswi tidak mampu yang tinggal berdekatan dengan
sekolah. Program Bina Lingkungan ini berlaku bagi seluruh sekolah negeri SMP/SMA/SMK
yang berada di Kota Bandar Lampung.

1
Rydho Bastian lahir di Lampung pada tanggal 01 April 2000, saat ini ia sedang menempuh pendidikan strata 1 di Fakultas Fisipol
Universitas Sriwijaya semester 3. Artikel ini dibuat untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh Bapak Zainul Arifin selaku Dosen Pengampu

pada mata kuliah Hukum Administrasi Publik


2
Eka Febriani. 2017. Implementasi Bina Lingkungan Walikota Dalam Bidang Pendidikan Di Kota Bandar Lampung [tesis]. Bandar

Lampung (ID) : Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung.


Permasalahan
1. Apa definisi kebijakan publik ?
2. Hambatan yang dihadapi ketika mengimplementasi kebijakan?
3. Upaya mengatasi hambatan implementasi kebijakan?
4. Bagaimana implementasi program bina lingkungan di Kota Bandar Lampung?
5. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam Implementasi Program
Bina Lingkungan ?
6. Permasalahan implementasi kebijakan Program Bina Lingkungan

Tujuan Kajian

1. Untuk mengetahui kebijakan publik


2. Untuk mengetahui hambatan-hambatan implementasi kebijakan
3. Untuk mengetahui upaya mengatasi hambatan implementasi kebijakan
4. Untuk mengetahui bagaimana implementasi kebijakan bina lingkungin di Kota
Bandar Lampung
5. Untuk mengetahui faktor-faktor pendukung dan penghambat implementasi
program bina lingkungan
6. Untuk mengetahui permasalahan yang dihadapai saat implementasi kebijakan
bina lingkungan

B. Metode Penelitian
Metode penelitian ini adalah menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan metode
analisis deskriptif, Penggunaan metode ini adalah untuk mendeskripsikan dan mengkaji
secara kualitatif, bagaimana presepsi pelaksana Program ( tenaga pendidik dan
kependidikan ) dalam hal Implementasi program bina lingkungan di Kota Bandar Lampung.
Seluruh data diperoleh dari informan dilapangan dengan menggunakan wawancara dan
obsevasi.

C. Pembahasan Dan Kajian


1) Kebijakan Publik
Menurut Edi Susanto kebijakan adalah sebuah instrumen pemerintah yang
menyangkut aparatur negara dalam pengelolaan suberdaya. Kebijakan yang terkait dengan
kepentingan publik biasanya disebut sebagai kebijakan publik. Menurut Chandler dan Plano
kebijakan publik adalah pemanfaatan ynag strategis terhadap sumberdaya-sumberdaya yang
ada untuk memecahkan masalah-masalah publik atau pemerintah. Chandler dan Plano
beranggapan bahwa kebijakan publik merupakan suatu bentuk intervensi yang kontinum oleh
pemerintah demi kepentingan orang-orang yang tidak berdaya dalam masyarakat agar mereka
dapat hidup, dan ikut berpartipasi dalam pemerintah. Dapat dilihat bahwa kebijakan tidak
semata-semata dilihat sebagai pemanfaatan strategis dari sumberdaya tetapi juga memiliki
dimensi moral yang sangat mendalam.
Kebijakan publik adalah sebuah fakta strategis daripada fakta politis atau ataupun
fakta teknis. Sebagai sebuah strategi, dalam kebijakan public sudah terangkum prefensi-
prefensi politis dari para aktor yang terlibat dalam proses kebijakan, khususnya pada proses
perumusan. Sebagai suatu strategi, kebijakan publik tidak saja bersifat positif, namun juga
negative, dalam arti pilihan keputusan juga selalu bersifat menerima salah satu dan menolak
yang lain.
Kebijakan publik pada dasarnya adalah suatu kewenangan karena dibuat oleh
sekelompok individu yang mempunyai kekuasaan yang sah dalam sebuah sistem
pemerintahan. Keputusan akhir yang telah ditetapkan memiliki sifat yang mengikat bagi para
pelayan publik atau public servant untuk melakukan tindakan kedepannya. Kebijakan publik
menjadi faktor penting dalam pencapaian penyelenggaraan pemerintahan yang baik. Hal
tersebut bergantung kepada setiap kebijakan-kebijakan yang dilaksanakan oleh pemerintah
dan dampak yang dirasakan oleh objek kebijakan tersebut. Sering kali kebijakan publik yang
dilaksanakan tidak berpihak kepada rakyat dan justru hanya menguntungkan pihak-pihak
tertentu. Maka dari itu, kebijakan publik yang dikeluarkan oleh pemerintah harus memiliki
keberpihakan kepada rakyat dan memang ditujukan untuk menyelesaikan setiap
permasalahan yang berada di tengahtengah masyarakat. Pada dasarnya kebijakan publik
merupakan suatu rangkaian kegiatan yang umumnya dipikirkan, didesain, dirumuskan, dan
diputuskan oleh para pemangku kebijakan. Walaupun dalam suatu siklus kebijakan publik
telah dilakukan tetapi fakta di lapangan sering menunjukan bahwa kebijakan tersebut gagal
untuk mencapai sasaran. Kebijakan publik sebagai proses yang krusial seringkali dicampuri
oleh unsur-unsur politik kepentingan yang dibawa oleh pihak tertentu. Sehingga baik dalam
perumusan maupun pelaksanaan kebijakan, dapat melenceng dari apa yang sebenarnya
dibutuhkan oleh masyarakat.

2) Hambatan Dalam Mengimplementasi Kebijakan


Kendalan sebuah implementasi suatu kebijakan, tidak akan luput dari suatu kendala.
Kendala ini akan mengiringi setiap langkah suatu penerapan kebijakan. Hal ini dikarenakan
tidak semua lapisan masyarakat akan pro dengan kebijakan yang diterapkan. Kendala dalam
implementasi pendidikan ini disebut implementasi gap oleh Dunsire, implementasi gap yaitu
suatu kendala dalam proses kebijakan selalu terbuka untuk kemungkinan akan terjadi
perbedaan antara apa yang diharapakan oleh pembuat kebijakan dengan apa yang senyatanya
dicapai ( sebagai hasil atau prestasi dari pelaksanaan kebijakan). Perbedaan tersebut
tergantung pada “implementation capacity” dari organinsasi birokrasi pemerintah atau
kelompok organisasi atau aktor yang dipercaya mengemban tugas mengimplementasikan
kebijakan tersebut.
3
Keban, Yeremias T. 2014. Enam Dimensi Strategis Administrasi Publik Konsep, Teori, Dan Isu Edisi 3.Yogyakarta: Gava Media. Abidin, Said

Zainal. 2016. Kebijakan Publik Edisi 3. Jakarta: Salemba Humaika

Implementasi kebijakan dalam kenyataanya tidak jarang akan menghadapi masalah


dilapangan sebagaimana yang disebutkan Hasbullah dalam bukunya yaitu:
a. Dalam keadaan senyatanya, organisasi sering dihadapkan pada adanya perbedaan
pandangan atau persepsi dalam melihat suatu masalah.
b. Suatu kebijakan seringan telah mengatur bagaimana program tersebut dilaksanakan
melalui juklak dan juknis.
c. Organisasi pelaksana tidak mempunyai mekanisme sistem komunikasi yang baik
antar masing-masing organisasi.
d. Suatu kebijakan dalam implementasinya mengalami masalah waktu (time
permasalahan) karena kelambatan komunikasi dan hilangnya momentum yang tepat
dalam implementasi.
e. Masalah penyampaian informasi dalam pelaksanaan implementasi karena akumulasi
kesalahan penyampaian informasi dari bawah ke atas ( bottom up).

Implementasi kebijakan pun tidak aka berjalan dengan efektif dan efisien. Dalam
implementasi kebijakan juag terdapat beberapa faktor yang menjadi penyebab kegagalan
implementasi. Menurut Jan Merse sebagaimana yang dikutip Hasbullah faktor penyebab
kegagalan tersebut adalah :
a. Informasi, adanya informasi untuk menyatukan visi, misi, dan pemahaman kebijakan
yang telah dirumuskan. Informasi ini akan berjalan baik jika setiap orang bekerja
sama saling terbuka dan peduli. Kurangnya informasi mengakibatkan adanya
gambaran yang kurang tepat terhadap objek kebijakan maupun pelaku dari isi
kebijakan yang akan diterapkan.
b. Isi kebijakan, isi kebijakan haruslah jelas dan mngekomodir kepentingan seluruh
stakeholder.
c. Dukungan, dukungan dari dari masyarakat selaku bagian dari stakeholder diperlukan
untuk berjalan implementasi kebijakan.
d. Pembagian potensi, pada dasarnya hal ini berkaitan dengan kinerja koordinasi
masyarakat luas. Koordinasi diperlukan karena setiap pelaku kebijakan memiliki latar
belakang kepentingan dan keinginan yang berbeda. Untuk itu, perlu adanya
koordinasi sebagai titik sentral keberhasilan kebijakan pendidikan.
Dinamika Implementasi Kebijakan, Implementasi kebijakan sering dianggap sebagai
bentuk pengoperasionalisasian atau penyelenggaraan aktivitas yang telah ditetapkan
berdasarkan Undang-Undang dan menjadi kesepakatan bersama di antara beragam pemangku
kepentingan (stakeholders), aktor, organisasi (publik atau privat), prosedur dan teknik yang
digerakkan untuk bekerjasama guna menerapkan kebijakan kearah yang dikehendaki.
Sederhananya adalah realita implementasi melibatkan berbagai pihak dan menyangkut
kepada hubungan-hubungan keorganisasian yang kompleks. Jika sebuah kebijakan yang telah
disusun mengalami kegagalan, maka pertanyaannya adalah apa yang telah dilakukan oleh
para aktor pelaksana kebijakan? Beberapa hal yang mungkin mempengaruhi dapat dikatakan
terjadi karena ada unsur “kepentingan” di dalamnya. Tentu ini sangat menjadi sebuah
problem yang dilematis ketika masyarakat sangat berharap besar kepada para aktor pelaksana
kebijakan agar mendapatkan sebuah hal yang bermanfaat. Dimana ini sangat erat kaitannya
ketika masyarakat lah yang memiliki “kedaulatan” terbesar di dalam negara ini.
Menurut Gow dan Mors, dalam implementasi kebijakan terdapat berbagai hambatan
antara lain: (1) hambatan politik, ekonomi, dan lingkungan, (2) kelemahan institusi, (3)
ketidakmampuan SDM di bidang teknis dan administratif, (4) kekurangan dalam bantuan
teknis, (5) kuranganya desentralisasi dan partisipasi, (6) pengaturan waktu , (7) sistem
informasi, (8) perbedaan agenda tujuan antara aktor, (9) dukungan yang berkesinambungan.

3) Upaya Mengatasi Hambatan Implementasi Kebijakan


Peraturan perundang-undangan merupakan sarana bagi implementasi kebijakan publik. Suatu
kebijakan akan menjadi efektif apabila dalam pembuatan maupun implementasinya didukung
oleh sarana-sarana yang memadai. Adapun unsur-unsur yang harus dipenuhi agar suatu
kebijakan dapat terlaksana dengan baik, yaitu :
a. Peraturan hukum ataupun kebijakan itu sendiri, di mana terdapat kemungkinan
adanya ketidakcocokan-ketidakcocokan antara kebijakan-kebijakan dengan hukum
yang tidak tertulis atau kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat.
b. Mentalitas petugas yang menerapkan hukum atau kebijakan. Para petugas hukum
(secara formal) yang mencakup hakim, jaksa, polisi, dan sebagainya harus memiliki
mental yang baik dalam melaksanakan (menerapkan) suatu peraturan perundang-
undangan atau kebijakan. Sebab apabila terjadi yang sebaliknya, maka akan terjadi
gangguangangguan atau hambatan-hambatan dalam melaksanakan
kebijakan/peraturan hukum.
c. Fasilitas, yang diharapkan untuk mendukung pelaksanaan suatu peraturan hukum.
Apabila suatu peraturan perundang-undangan ingin terlaksana dengan baik, harus pula
ditunjang oleh fasilitas-fasilitas yang memadai agar tidak menimbulkan gangguan-
gangguan atau hambatan-hambatan dalam pelaksanaannya.
d. Warga masyarakat sebagai obyek, dalam hal ini diperlukan adanya kesadaran hukum
masyarakat, kepatuhan hukum, dan perilaku warga masyarakat seperti yang
dikehendaki oleh peraturan perundangundangan (Bambang Sunggono, 1994 : 158)

4) Implementasi Program Bina Lingkungan


Ada beberapa tahapan dalam siklus kebijakan publik dan salah satu tahapan penting
dalam siklus kebijakan publik adalah implementasi kebijakan. Dengan kata lain implementasi
merupakan tahap dimana suatu kebijakan dilaksanakan secara maksimal dan dapat mencapai
tujuan kebijakan itu sendiri.
Peraturan Daerah Kota Bandar lampung Nomor 01 Tahun 2012 tentang
penyelenggaraan pendidikan merupakan landasan pemerintah kota Bandar Lampung untuk
menindak lanjuti program-program pendidikan atau kebijakan-kebijakan pendidikan dikota
Bandar lampung. Dalam Bab V tentang tentang pendidikan formal. Bagian kesatu tentang
tanggung jawab pemerintah daerah pasal 9.

4
Perda Kota Bandar Lampung Tahun 2012.
5
Eka Febriani. 2017. Implementasi Bina Lingkungan Walikota Dalam Bidang Pendidikan Di Kota Bandar Lampung [tesis]. Bandar

Lampung (ID) : Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung.

Bab XI hak dan kewajiban warga negara, Keluarga, Masyarakat, dan Pemerintah. Bagian satu
hak dan kewajiban warga negara pasal 27. Dan peraturan wali Kota Bandar lampung Nomor
49 Tahun 2013 tentang pedoman pelaksanaan Penerimaan peserta didik baru pada semua
jenjang. Dengan ditetapkanya peraturan bersama antara menteri pendidikan nasional dan
menteri agama nomor 054/VI/PB/2011 dan Nomor MA/III/2011 tentang penerimaan peserta
didik baru dapat dilaksanakan dengan obyektif, akuntabel, transparan dan tidak diskriminatif.
Bab V Tentang jalur seleksi bagian kesatu penerimaan peserta didik Baru Pasal 10 terdapat
tiga jalur seleksi 1) Jalur Prestasi, 2) Jalur reguler ,3) jalur bina Lingkungan.
Adapun tujuan adanya jalur bina lingkungan tersebut adalah memberikan kesempatan
kepada warga masyarakat Kota Bandar Lampung khusunya usia anak sekolah yang berasal
dari keluarga tidak mampu untuk memperoleh layanan pendidikan yang berkualitas pada
satuan pendidikan. Kebijakan penerimaan peserta didik baru jalur bina lingkungan
merupakan kebijakan yang strategis dan yang di jalankan oleh pemerintah Kota Bandar
Lampung. Dalam pelaksanaan penerimaan peserta didik baru jalur bina lingkungan di Kota
Bandar Lampung, pemertintah Kota Bandar Lampung member fasilitas kepada siswa/i bina
lingkungan berupa alat tulis, seragam, sepatu dan perlengkapan sekolah lainnya, dan
pembebasan biaya spp setiap bulan.
Program bina lingkungan adalah sebuah bentuk kebijakan bidang pendidikan dari
pemerintah kota Bandar Lampung dalam rangka memberikan perluasan akses pendidikan
kepada peserta didik dari keluarga kurang mampu yang ada di Kota Bandar Lampung.
Program bina lingkungan sudah ada dari tahun 2012 di peruntukan bagi peserta didik tingkat
pendidikan Sekolah Dasar (SD) sampai Perguruan Tinggi Negeri ini merupakan program
yang di keluarkan oleh pemerintah Kota Bandar Lampung, yang bertujuan membantu meretas
kemiskinan dan pemerataan pendidikan bagi peserta didik kurang mampu di Kota Bandar
Lampung dengan memberikan kesempatan warga kurang mampu mengenyam pendidikan di
sekolah negeri yang sudah di siapkan oleh pemerintah Kota Bandar Lampung, agar kedepan
peserta didik program bina lingkungan dapat melanjutkan cita-cita nya dan meraih masa
depan yang lebih baik lagi.
Program bina lingkungan Kota Bandar Lampung memberikan akses pelayanan
pendidikan bagi peserta didik, dari anak kandung pendidik, tenaga pendidik dan dari keluarga
kurang mampu agar dapat masuk di sekolah negeri di Kota Bandar Lampung dengan kuota
pada tahun ajaran 2012-2013 30%, tahun ajaran 2014-2015 mencapai 40%, tahun 2014-2015
mencapai 50% dan di tahun 2015-2016 dari 50 % naik menjadi 70%. Program bina
lingkungan memberdayakan lembaga pendidikan sekolah negeri di Kota Bandar Lampung,
sebagai pusat pemberdayaan nilai, sikap dan partisipasi keluarga dan masyarakat yang di
dukung oleh sarana dan prasarana yang memadai.
Berdasar kan peraturanWalikota Bandar Lampung No. 49 tahun 2013 tanggal 11 Juni
2013, tentang pedoman pelaksanaan penerimaan siswa peserta didik baru pada jenjang
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama
(SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA) se-derajat di Kota Bandar Lampung.Pada BAB V
tentang jalur dan system seleksi penerimaan peserta didik baru pasal 10 butir ke (3), jalur bina
lingkungan di peruntukan untuk:
a. Calon peserta didik baru dari keluarga belum mampu, secara ekonomi , yang
berdomisili di sekitar sekolah negeri dan resmi sebagai warga Kota Bandar Lampung.
b. Anak kandung pendidik dan tenaga kerja pada sekolah

Apabila pendaftar melampaui kuota (50%) yang telah di tetapkan akan di adakan
seleksi berdasarkan kemampuan akademik dan atau hasil verifikasi biodata (home visit) yang
dilakukan oleh panitia. tujuan penerimaan peserta didik baru tersebut, pemerintah juga
menetapkan asas-asa yang di gunakan dalam menyeleksi peserta didik baru, khusunya peserta
didik baru yang masuk melalui jalur bina lingkungan yaitu dengan berpedoman secara
objektif, tranparasi, akuntabilitas, dan tidak diskriminatif.
5) Faktor Pendukung dan Penghambat Program Bina Lingkungan
a. Faktor pendukung
Faktor Pendukung dari pelaksanaan program bina lingkungan di Bandar Lampung
yaitu, komunikasi yang baik dan hubungan emosional yang erat antara guru dan peserta didik
harus lebih dibangun, guru selalu menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif di kelas
yang di dalamnya di dominasi oleh peserta didik bina lingkungan, lebih menekankan pada
sikap guru yang mampu menjaga dan meningkatkan komunikasi serta hubungan emosional
yang erat dengan peserta didik bina lingkungan di perlukan agar peserta didik bina
lingkungan dapat menyesuaikan diri dengan peserta didik dari jalur reguler dan jalur prestasi.
Dalam Perkembangan dunia pendidikan di Kota Bandar Lampung pada saat ini, sudah
sangat baik dari sebelum nya, dengan adanya program bina lingkungan yang di keluarkan
oleh pemerintahan Kota Bandar Lampung pada tahun 2012 lalu sangat membantu
masyarakan kurang mampu dalam memperoleh pendidikan yang lebih baik lagi. Program
bina lingkungan menjadi salah satu solusi untuk mengatasi persoalan memberantas usia putus
sekolah di Kota Bandar Lampung, dengan cara memberikan kesempatan kepada peserta didik
dari keluarga kurang mampu yang ada di sekitar sekolah negeri yang ada di Kota Bandar
Lampung tanpa ada deskriminasi dalam pelaksanaannya.

b. Faktor Penghambat
Faktor penghambat yang dialami dalam pelaksanaan program kelas bina lingkungan
di Bandar Lampung adalah pada saat pendaftaran pada pendidik syarat keterangan tidak
mampu dimiliki oleh semua calon pendaftar dari jalur bina lingkungan belum ada kriteria
standar dan hal ini menyebabkan sekolah kurang dapat menyeleksi secara objektif karena
syarat telah terpenuhi pada anak didik sulitnya adaptasi terhadap lingkungan membuat
peserta didik bina lingkungan kesulitan menyesuaikan diri dengan peserta didik dari jalur
umum dan reguler yang masuk ke sekolah biasa bersaing dalam memperoleh nilai, hal ini
dirasakan oleh guru bidang studi yang mengajar di kelas bina lingkungan. Masih kurangnya
minat belajar dan keinginan peserta didik bina lingkungan dalam menerima materi yang
diberikan guru mata pelajaran di kelas kadang kala menyulitkan guru yang mengajar di kelas.
Di butuhkan kesabaran saat menyampaikan materi ajar dan mengubah cara menyampaikan
bahan ajar menjadi suatu keharusan bagi guru, hal ini menjadi penting dilakukan agar peserta
didik bina lingkungan dapat lebih menyerap materi pelajaran dan meningkatkan semangat
belajar.

6) Permasalahan Implementasi Kebijakan Program Bina Lingkungan


Dalam penerapan sistem zonasi tidak terlepas dari permasalahan yang muncul.
Permasalahan ini muncul dari berbagai pihak baik pada pihak sekolah sebagai stakeholder
internal dan masyarakat sebagai stakeholder eksternal. Permasalahan ini banyak diungkap di
berbagai media.
Permasalahan yang muncul sebagai reaksi terhadap implementasi kebijakan sistem
zonasi atau bina lingkungan :
a. Petugas pendaftaran memerlukan waktu lebih dalam proses penerimaan peserta didik
baru. Hal ini dikarenakan perlu adanya pengecekan secara langsung alamat calon
peserta didik secara digital.
b. Sekolah merasa tercurangi dengan adanya kenekatan oranrtua siswa yang menitipkan
nama anaknya di kartu keluarga (KK) saudaranya yang tiinggal berdekatan dengan
sekolah favori. Bahkan lebih parahya lagi ada yang menitipkan ke sembarang orang
agar anaknya mampu bersekolah di sekolalh favorit.
Permasalahan lain juga muncul dilingkungan masyarakat dan peserta didik diantaranya :
a. Saat sistem zonasi diterapkan beberapa kecamatan tidak memiliki sekolah negeri,
kasus inipun terjadi di gresik. Akibatnya hanya beberapa persen anak-anak yang
diterima di beberapa kecamatan itu yang diterima disekolah negeri.
b. Di tanggerang banten sistem PPDB menerapkan batas usia maksimal, hal ini
mengakibatkan beberapa calon peserta didik baru tidak dapat diterima disekolah
negeri karena usianya lewat dari 15 tahun.
c. Begitupula di SMAN 2 dan SMAN 13 medan Sumatera Utara. Dinas Pendidikan
Sumatera Utara mengizinkan penerimaan siswa tambahan diluar jalur no-PPDB
online. Akhirnya ada penambahan 5 kelas dengan jumlah siswa 180 siswa di SMAN 2
Medan. Dimana masing-masing siswa dikenai biaya RP 10jt/orang. Yang belakang ini
180 siswa tersebut terancam dipindah ke SMA swasta karena dianggap ilegal.
Sedangkan SMAN 13 Medan menerima 70 siswa dari luar jalur PPDB online dan
siswa-siswa tersebut terancam dikeluarkan atau dipindahkan ke sekolah swasta.
d. Terdapat seorang wali siswa merasa tidak adil dengan sistem zonasi. Hal ini
dikarenakan anaknya yang tidak bisa diterima di SMPN 24 dikarenakan adanya
peraturan sistem zonasi. Padahal NEM anaknya sudah memenuhi syarat untuk masuk
SMPN 24 dan jarak sekolah dengan rumahnya hanya berjarak 1 kilometer.

6
Khasanah, Umi Latiful. 2018. Analisis Implementasi Kebijakan Sistem Zonasi Perspektif Stakeholder Sekolah [tesis]. Malang (ID): Universitas

Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Asrudi. 2017.


7
Dampak Kebijakan Bina Lingkungan Pemerintah Kota Bandar Lampung. [diakses pada 17 september 2020]. Tersedia

pada :https://www.academia.edu/30808070/DAMPAK_KEBIJAKAN_BINA_LINGKUNGAN_PEMERINTAH_KOTA_BANDAR_LAMPUNG_docx?

auto=download

Dalam implementasi kebijakan diiringi dengan muncuknya isu-isu kebijakan, karena


isu kebijakan merupakan elemen eksternal dari kebijakan itu sendiri, dimana secara internal
terdiri dari pelaku kebijakan, aturab-aturan formal baku, dan juga meliputi motive-motive.
Dengan demikian, isu yang meskipun merupakan faktor eksternal kebijakan, akan tetapi
sangat mempengaruhi aktor kebijakan. Artinya, sebuah masalah kebijakan adalah lahir tidak
semata-semata dari pemikiran mengawang-ngawang dair seorang pelaku kebijakan
melainkan respon terhadap lingkungannya baik yang bersifat sosial, ekonomi, dan politik.
Dan setiap masalah eksternal tersebut memiliki isu tertentu.
Isu-isu kebijakan tidak hanya menunjukan tentang ketidaksetujuan terhadap aksi yang
aktual, tetapi juga menunjukan pandangan yang berbeda dengan masalah-masalah itu sendiri.
Kompleksitas isu-isu kebijakan dapt diperlihatkan dengan di jenjang mana isu-isu itu
diformulasikan. Dan mengklasifikasikan isu-isu kebijakan sesuai dengan hierarki dari tipe :
utama, sekunder, fungsional, dan minor.

D. Penutup
Kesimpulan
Dalam pelaksanaan sebuah kebijakan terdapat empat aspek yaitu komunikasi,
sumberdaya, disposisi, dan struktur birokrasi. Penerapan di Kota Bandar Lampung sendiri
yang menjadi skala prioritas adalah komunikasi. Komunikasi ini merupakan sosialisasi
kebijakan kepada kelompok sasaran. Tujuan dari kebijakan sistem bina lingkungan atau
zonasi ini harus disosialisasikan secara jelas dan gamblang kepada masyarakat. Mengingat
tujuan dari kebijakan ini adalah pemerataan pendidikan, untuk itu harus disampaikan dengan
jelas.
Hal ini dilakukan, berdasarkan banyaknya animo masyarakat bahwa masih perlu adanya
sekolah yang harus menjadi sekolah unggulan. Masih banyak masyarakat yang belum
memahami bahwa dengan kebijakan ini diharapkan pemerataan pendidikan dapat terjadi
sehingga setiap sekolah menjadi sekolah unggulan. Tidak ada lagi sekolah pinggiran dan
pada akhirnya kebijakan ini dilakukan untuk memajukan kualitas pendidikan di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku
Abidin, Said Zainal. 2016. Kebijakan Publik Edisi 3. Jakarta: Salemba Humaika
Keban, Yeremias T. 2014. Enam Dimensi Strategis Administrasi Publik Konsep, Teori, Dan
Isu Edisi 3.Yogyakarta: Gava Media.
Perda Kota Bandar Lampung Tahun 2012.
Khasanah, Umi Latiful. 2018. Analisis Implementasi Kebijakan Sistem Zonasi Perspektif
Stakeholder Sekolah [tesis]. Malang (ID): Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim
Malang.

Sumber Internet
Asrudi. 2017. Dampak Kebijakan Bina Lingkungan Pemerintah Kota Bandar Lampung.
[diakses pada 17 september 2020]. Tersedia pada :
https://www.academia.edu/30808070/DAMPAK_KEBIJAKAN_BINA_LINGKUNGAN_PE
MERINTAH_KOTA_BANDAR_LAMPUNG_docx?auto=download
Muhammad Riyandi F. 2020. Implementasi Kebijakan Publik Zaman Now. [diakses pada 17
september 2020]. Tersedia pada : https://banjarmasin.tribunnews.com/2018/08/02/tantangan-
implementasi-kebijakan-publik-zaman-now.

Sumber Artikel
Muhammad Zainul Arifin, Understanding The Role Of Village Development Agency In
Decision Making, Kader Bangsa Law Review, http://ojs.ukb.ac.id/index.php/klbr ,
https://scholar.google.co.id/citations?user=SFDX82UAAAAJ&hl=id
https://unsri.academia.edu/MuhammadZainulArifin
Muhammad Zainul Arifin, The Theft Of Bank Customer Data On Atm Machines In
Indonesia, International Journal of Mechanical Engineering and Technology (IJMET),
http://www.iaeme.com/MasterAdmin/UploadFolder/IJMET_10_08_018/IJ
MET_10_08_018.pdf, https://unsri.academia.edu/MuhammadZainulArifin
Muhammad Zainul Arifin, Implementasi Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 8 Tahun 2016
Tentang Dana Desa Yang Bersumber Dari Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara (Studi
Kasus Desa Datar Balam Kabupaten Lahat), Jurnal Fiat Justicia,
http://journal.ukb.ac.id/journal/detail/288/implementasi-peraturan-pemerintah-pp--nomor-
8tahun-2016-tentang-dana-desa-yang-bersumber-dari-anggaran-pendapatan--dan-belanja-
negara--studi-kasus-desa-datar-balam-kabupaten-lahat,
https://unsri.academia.edu/MuhammadZainulArifin

Muhammad zainul Arifin, Penerapan Prinsip Detournement De Pouvoir Terhadap Tindakan


Pejabat Bumn Yang Mengakibatkan Kerugian Negara Menurut Undang-Undang Nomor 17
Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara, Jurnal Nurani,
http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/Nurani/article/view/2741/2070,
https://unsri.academia.edu/MuhammadZainulArifin
Muhammad Zainul Arifin, Korupsi Perizinan Dalam Perjalanan Otonomi Daerah Di
Indonesia, Lex Librum : Jurnal Ilmu Hukum,
http://www.lexlibrum.id/index.php/lexlibrum/article/view/138/pdf ,
https://scholar.google.co.id/citations?user=SFDX82UAAAAJ&hl=id
Muhammad Zainul Arifin, Pengelolaan Anggaran Pembangunan Desa Di Desa Bungin
Tinggi, Kecamatan Sirah Pulau Padang, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan,
Jurnal Thengkyang,
http://jurnaltengkiang.ac.id/jurnal/index.php/JurnalTengkhiang/issue/view/1/Halaman
%20%201-21 , https://scholar.google.co.id/citations?user=SFDX82UAAAAJ&hl=id

Anda mungkin juga menyukai