Anda di halaman 1dari 10

ISSN 2354 - 5798

Vol. 6 No. 2 November Tahun 2018

DAMPAK DESENTRALISASI TERHADAP KAPABILITAS KEPALA DAERAH


(STUDI KASUS GUBERNUR RIAU PERIODE TAHUN 2008-2013)

Ramadhani Setiawan
ramadhanisetiawan@gmail.com
Rumzi Samin
rumzisamin@umrah.ac.id/rumzi@hotmail.co.id
(Jurusan Ilmu Administrasi Negara FISIP Universitas Maritim Raja Ali Haji)

Abstrak
Kepemimpinan pemerintah (kepala daerah) yang dijalankan secara terpusat oleh rezim Orde
Baru merupakan cikal bakal pelaksanaan sistem pemerintahan yang tidak memberi peluang
kepada daerah untuk tumbuh dan berkembang. Terjadinya era reformasi di mana pergeseran
berubah menjadi sistem pemerintahan yang terdesentralisasi yang meningkatkan nilai
substansi demokrasi. Namun euphoria perjalanan otonomi daerah sebagai Kepala Daerah
penguasa setempat semakin kuat. Bukti ini, nyata yang terjadi adalah praktik KKN (korupsi,
Korupsi dan Nepotisme) terjadi jauh dalam pencapaian harapan desentralisasi. Tujuan
penelitian dalam penelitian ini adalah untuk membahas kapabilitas, meskipun setiap kepala
daerah dipilih oleh rakyat. Peneliti telah dilakukan dengan studi kasus kualitatif di provinsi
Riau. Peneliti adalah elemen penelitian utama sebagai kebutuhan untuk analisis, data
dikumpulkan menggunakan elemen pengumpulan data triangulasi yang melibatkan observasi,
wawancara dan dokumentasi. Realitas dalam penelitian menemukan sejumlah kelemahan
dalam proses dan pada masalah kepemimpinan kapabiliti hubungan tiga dimensi antara
pemerintah, swasta dan publik.
Kata Kunci: Kemampuan, Pengembangan, Desentralisasi

Abstract
Leadership of the government (regional head) which is run centrally by the New Order
regime was the forerunner for the implementation of the system of government that does not
give an opportunity to the region to grow and progress. The occurrence of the reform era in
which the shift change to decentralized government system that enhances the value of the
substance of democracy. But the journey euphoria of regional autonomy as the Regional
Head of the local authorities is getting stronger. Evidence of this, real happens area is the
practices of KKN (corruption, Corruption and Nepotism) occur far in the achievement of
decentralization expectations. The purpose of the study in this study is to discuss capability,
even though each regional head is elected by the people. Researchers have done with
qualitativ case studies in Riau province. The researcher is the main research element as a
need for analysis, the data is collected using triangulation data collection elements involving
observation, interviews and documentation. Reality in the study found a number of
weaknesses in the process and on the issue of leadership kapabiliti three-dimensional
relationship between the government, private and public.
Keyword : Capability, Development, Desentralization

Pendahuluan tidak dikelola dan diatur dengan baik.


Dampaknya, muncul berbagai masalah
Pada peristiwa terjadinya krisis
seperti rasuah, kolusi dan nepotisme yang
ekonomi di Indonesia masa orde baru tahun
sulit dibasmi, masalah penegakan hukum
1998 dalam kepemimpinan presiden
yang sulit berjalan, monopoli dalam
Soeharto antara lain disebabkan oleh tata
kegiatan ekonomi, serta kualitas pelayanan
cara penyelenggaraan pemerintahan yang
Jurnal Ilmu Administrasi Negara (JUAN) 15
ISSN 2354 - 5798
Vol. 6 No. 2 November Tahun 2018

kepada masyarakat yang memburuk dan mengatur dan mendikte ke posisi sebagai
kesenjangan pemerataan pembangunan. fasilitator, Osborne & Gaebler (1993).
Habibie (2006). Sebagai dampak dari hal Kemudian menurut Haris (2007, pp. 39 &
tersebut presiden BJ. Habibie pada masa 51) dunia usaha dan pemilik modal, yang
reformasi, telah menetapkan kebijakan sebelumnya berusaha mengurangi otoritas
desentralisasi sebagai suatu bentuk negara yang dinilai cenderung menghambat
pemerintahan yang baru di Indonesia. perluasan aktivitas bisnis, harus mulai
Secara konseptual, desentralisasi menyadari pentingnya regulasi yang
seperti fokus studi dari Mawhood (1989) melindungi kepentingan. Oleh sebab itu
Sifonis & Goldberg (1996), Kingsley desentralisasi pada awalnya memberi
(1996), Rondinelli, Nellis, & Cheema, peluang kepada daerah untuk terciptanya
(1983) secara bersamaan menyetujui good governance tetapi perkembangan
perkembangan pemerintahan pada demokrasi dan globalisasi menekankan
umumnya pemerintahan modern memiliki pada keharusan dalam penerapan
sifat devolutif. Sellers & Lidstrom, (2007) implementasi good governance.
melakukan sebuah penelitian adanya Penelitian ini menitik beratkan pada
desentralisasi di pemerintahan yang telah di faktor kepemimpinan karena merujuk
teliti dari 21 negara menunjukan ialah untuk pendapat Agustino,(2010) bahwa daerah
mewujudkan kesejahteraan sosial serta hanya menciptakan penguasa-penguasa
demi mewujudkan pembangunan daerah lokal yang berfokus pada mempertahankan
dalam upaya menunjukan kapasitas sebagai kekuasaan di daerahnya masih-masing.
negara maju, . Di indonesia, sebenarnya Sejak tahun 1999 hingga 2004, di Indonesia
tujuan dasar desentralisasi yang dituangkan terjadi berberapa peristiwa penting dalam
dalam UU No 20 tahun 1999 hingga ke UU kehidupan berbangsa dan bernegara, baik di
No 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan tingkat nasional maupun di tingkal lokal
Daerah atau yang bermaksud dari daerah. Pada tahun 2001 merupakan
pemerintahan modern tersebut salah satu tonggak penting dalam pelaksanaan
bertujuan untuk memberi peluang serta desentralisasi di Indonesia yang ditandai
kesempatan terjadinya perubahan dengan dimulainya pelaksanaan otonomi
pembangunan di masing – masing daerah. daerah. Selama empat tahun pelaksanaan
Astomo (2014), menungkapkan otonomi daerah telah terjadi beberapa
penyelenggaraan pemerintah yang baik perubahan dalam tata pemerintahan di
seharusnya memegang prinsip – prinsip berbagai daerah. Pelaksanaan otonomi
pemerintahan di dalam penerapannya. daerah disambut oleh pemerintah daerah
Besarnya basis pengawasan oleh dengan melakukan pembenahan dalam
masyarakat akan pemerintahan menjadi berbagai aspek kehidupan, mulai dari
sebuah siklus yang darurat dengan hadirnya kelembagaan pemerintahan, dan
masyarakat sebagai pengawasan di luar pembenahan di bidang perencanaan
pemerintahan, darurat yang di maksud perekonomian, serta kemasyarakatan, dan
adalah seperti salah satu contoh di sebagainya. Hal lain yang menyertai
antaranya adanya ketergantungan antar pelaksanaan otonomi daerah adalah
negara dalam kerjasama ekonomi dan terjadinya pemekaran wilayah. Jika awal
kehidupan dunia usaha. pelaksanaan otonomi daerah tercatat kurang
Baik demokratisasi maupun lebih ada 375 daerah kabupaten dan kota,
globalisasi, menuntut redefinisi peran maka dalam waktu empat tahun telah
pelaku-pelaku penyelenggaraan berkembang menjadi 440 kabupaten dan
pemerintahan. Pemerintah yang sebelumnya kota. Pada akhir tahun 2004 dilakukan
memegang kuat kendali pemerintahan, revisi terhadap Undang-undang yang
cepat atau lambat harus mengalami menjadi payung pelaksanaan otonomi
pergeseran peran dari posisi yang sebagai daerah, yakni UU. No.22 dan 25 tahun

16 Jurnal Ilmu Administrasi Negara (JUAN)


ISSN 2354 - 5798
Vol. 6 No. 2 November Tahun 2018

1999, menjadi UU No.32 dan 33 Tahun mendapatkan dampaknya, diharapkan dapat


2004.. Menurut Indonesia Corruption lebih mewujudkan tata kepemerintahan,
Watch (ICW), sepanjang 1998-2007 kasus adil dan demokratis serta membantu
lebih banyak terjadi di daerah. Di antara 82 mengeluarkan masyarakat dari kemiskinan .
kasus yang telah ditangani penegak hukum Oleh sebab itu terjadinya proses demokrasi
dan tersangkanya telah ditetapkan, 68,3 dan globalisasi membuat suatu harapan
persen dilakukan oleh instansi daerah. Iaitu, besar dari masyarakat kepada seorang
terjadi pada pemerintah provinsi, pemimpin.
pemerintah kabupaten, pemerintah kota, Mengutip pendapat Bas (1990) dan
DPRD, dan BUMD (Jawa Pos, 11/02/08, Politis (2002) bahwa kepemimpinan yang
h.10., ”Korupsi, Kampanye Hitam Otda”). berjaya akan didorong kuat oleh suatu
Realitas tersebut akan berbanding tanggungjawap dan keinginan dalam
terbalik dengan konsep tata menyelesaikan tugas. Pemimpin memiliki
kepemerintahan, yang mana merupakan kekuatan, keberanian dan kegigihan di
sebagai sebuah proses, mekanisme, dalam mengejar tujuan, menjadi penggerak
jaringan, nilai-nilai, dan sekaligus lembaga dalam menggerakkan inisiatif di dalam
dalam menggunakan kekuasaan struktur organisasi disamping berkeyakinan
administrasi, politik, dan ekonomi untuk dan mempunyai identitas. Kepemimpinan
manajemen masalah sesuatu pemerintahan juga dapat mengembangkan sumber-sumber
pada semua tingkat kemudian Dwiyanto, potensi yang ada dengan adil agar
(2003) menekankan tata kelola masyarakat dapat merasakan dampak
kepemerintahan melibatkan semua jaringan, pembangunan, swasta dapat meningkatkan
dan institusi di luar pemerintahan untuk keuntungan ekonominya dan pemerintahan
mengurusi masalah dan keperluan dapat melaksanakan fungsinya sebagai
masyarakat publik. Dalam roda Negara dalam fungsi melindungi, tugas
pemerintahan pelaku-pelaku dan unsur- pelayanan dan kemakmuran masyarakat.
unsur masyarakat memiliki kewenangan Freeman & Stewart (2006).
dan kekuasaan untuk ikut mempengaruhi Quinn & Spreitzer, (1997) selanjutnya
dan terlibat dalam proses dasar untuk pentingnya faktor kepemimpinan
merespon masalah dan kepentingan publik. memberikan pengaruh terhadap perubahan
Oleh karena itu, faktor politik, ekonomi, sosial, teknologi dan
kepemimpinan menjadi penting bahwa lingkungan dalam dan luar negara
dalam memilih kepala daerah masyarakat membawa peran kepada stakeholders
sadar bahwa Kepala daerah yang dipilihnya pembangunan. Bagi memastikan
memang benar mempunyai kapabilitas, stakeholders tersebut, keadaan akan banyak
setiap pemimpin daerah akan merangkap bergantung kepada kerja keras organisasi
sebagai dua pimpinan iaitu kepemimpinan berkenaan dalam menangani masalah-
secara administrasi dan kepemimpinan masalah interen dan luarannya. Kompetisi
secara politik. yang kuat dalam era globalisasi hari ini
yang begitu sengit diperlukan sebuah
Kerangka Teoritik
organisasi untuk memiliki ketahanan dalam
Penyelesaian masalah dan bersaing. Ketahanan dan kemampuan
kepentingan publik tentu selalu melibatkan lembaga pemerintahan akan bergantung
multistakeholders dari berbagai lembaga kepada kemampuan kepemimpinannya.
yang terkait dengan masalah dan Dari perkembangan diatas, terlihat bahwa
kepentingan publik yang di ungkapkan oleh roda pemerintahan merupakan suatu konsep
Sumarto & Sj, (2004). Dengan fenomena yang terjadi di dunia ini.
mendekatnya proses tata kepemerintahan Eksekutif jika merujuk pada instansi
tersebut dapat membuat masyarakat serta pemerintah (birokrasi) maka akan
stakeholder lainnya yang secara langsung melaksanakan implementasi inovasi dasar

Jurnal Ilmu Administrasi Negara (JUAN) 17


ISSN 2354 - 5798
Vol. 6 No. 2 November Tahun 2018

dalam meningkatkan kualitas pelayanan dan informasi penelitian berkaitan dengan


publik yang akan bermuara pada fokus penelitian ini.
peningkatan ekonomi stakeholders Grindle
(2004, p. 7); Hellman, Jones, Temuan dan Pembahasan
Schankerman, & Kaufmann (1999) & Kapabilitas Gubernur Riau
Rivera-Batiz, (2002) Sedangkan menurut
Etzioni & Halevy (2002) mendefinisikan Keberagaman suku-bangsa,
birokrasi sebagai organisasi hirarkis keberagaman kepentingan, keberagaman
pemerintah yang ditunjuk untuk ideologi, keberagaman agama dan berbagai
menjalankan tugas pelayanan kepentingan macam ketidaksamaan yang lain adalah
publik. Hal serupa juga dengan pendapat conditio sine qua non. Kondisi inilah yang
tersebut dalam kata hirarkis terlihat jelas menginginkan masyarakat Indonesia
bahwa kepemimpinan menjadi faktor khususnya di Riau untuk segera mengubah
penting dan berpengaruh dalam derajat cara berpikir yang sentralistis, cara berpikir
tingkat roda pemerintahan, karena prilaku yang otoriter dan semaunya sendiri. Untuk
birokrasi, dan kinerja birokrasi akan menciptakan demokrasi sebagai ukuran
dipengaruhi oleh faktor kepemimpinan bahwa Kepala Daerah memang menjadi
(Weiss (2000); Beck, et.al (2001); Kotter harapan masyarakat, tentu tidak hanya
(1996) ( Manz & Sims (2001) melalui kaedah kultural, pada kaedah
struktural pun seperti kepemimpinan
Metode Penelitian Gubernur Riau (Rusli Zainal),
Peneliti menggunakan metode sesungguhnya ada cara untuk
penelitian kualitatif. Menurut Krik & menkontestasikan kapabilitas kepala daerah
Miller (1986) penelitian kualitatif adalah tersebut.
tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan
sosial secara fundamental bergantung dari Pengurusan bangsa yang sehat dan
pengamatan pada manusia baik dalam bersih dari korupsi , kolusi dan nepotisme
kawasanya maupun dalam peristilahannya. adalah sesuatu yang pasti dari bentuk
Sedangkan menurut Taylor & Bogdan kapabilitas ini, dan tentu saja merupakan
(1975, p. 5). Penelitian kualitatif sebagai sesuatu yang sangat dirindukan masyarakat
prosedur penelitian yang menghasilkan data Indonesia, Riau pada khususnya.
deskriptif berupa data-data tertulis atau Terpilihnya pemimpin-pemimpin baru
lisan dari orang-orang dan perilaku yang melalui pilkada merupakan bagian dari
dapat diamati. (Data-data yang kehendak rakyat yang menginginkan
dikumpulkan berupa teks, kata-kata simbol, terciptanya hal itu. Namun, perdebatan
gambar, walaupun dapat dimungkinkan masih saja berlanjut dari berbagai
terkumpulnya data-data yang bersifat kedinamikaan masalah hulu dan hilir
kuantitatif Milles & Huberman (2014). pembangunan. Dari usaha bagaimana
Didalam sebuah literatur disebut bahwa melakukan amandemen UUD 1945 sampai
terdapat 2 pertimbangan objektif dan pada Pilkada yang demokratis. Harapan-
subjektif yaitu Pertimbangan objektif harapan rakyat adalah bagaimana agar
adalah pertimbanagan berdasarkan kualitas mereka dapat hidup lebih sejahtera secara
masalah dan konseptualisasi dan ekonomi maupun politik. Secara ekonomi,
Pertimbangan subjektif adalah rakyat Indonesia menginginkan kenaikan
pertimbanagan tentang kredibilitas calon pendapatan perkapita, harga-harga
peneliti terhadap apa yang akan diteliti keperluan dasar (merit goods) yang tidak
(singarimbun:1984) mahal, berkurangnya angka kemiskinan,
Mengingat penelitian ini menggunakan turunnya inflasi dan berbagai indikasi
penelitian kualitatif, maka penelitian kemakmuran lainnya. Secara politik, rakyat
diarahkan melihat atau menganalis objek berkehendak agar demokrasi dapat berjalan
sebagaimana mestinya: menghargai hak
18 Jurnal Ilmu Administrasi Negara (JUAN)
ISSN 2354 - 5798
Vol. 6 No. 2 November Tahun 2018

menyampaikan pendapat, menghormati hak Dalam beberapa negara, persyaratan-


asasi manusia, bebas berkreasi dan persyaratan khusus dibuat untuk
berorganisasi, dan penghargaan- pemerintahan lokal dari pusat-pusat
penghargaan terhadap kebebasan perkotaan yang luas. Perbedaan ketiga
berpendapat lainnya. Sebagai manifestasi pelimpahan wewenang ini tentunya
dari harapan dan aspirasi rakyat banyak, memberikan suatu gambaran bahwa
terpilihnya mereka (yang dianggap disetiap peringkat daerah lokal, propinsi
reformis) tersebut tentu saja diiringi oleh dan nasional mempunyai kapasitas yang
berbagai agenda bangsa yang mendesak dan berbeda . Perbedaan ini akan di dukung
berat. oleh sistem keamanan sebagai wewenang
pusat atau dengan kontrol langsung
Di sisi ekonomi, keduanya terhadap lokalitas-lokalitas yang
diharapkan agar mampu mengembalikan sebenarnya akan membuat perbedaan
kepercayaan (trust) terhadap pelaburan, kapasitas tetapi di lain hal ada
juga untuk mencegah dan mengantisipasi kedinamikaan dalam kapabilitas.
capital flight. Kepercayaan ini merupakan
modal yang sangat penting bagi Kemudian Mawhood (1989) secara
pembangunan ekonomi Indonesia masa tegas mendefinisikan desentralisasi sebagai
depan. Seperti fenomena-fenomena yang devolusi kekuasaan daripada pemerintah
terjadi bahwa untuk mengembalikan pusat ke pemerintah daerah, Oleh
kepercayaan yang hilang, tidak hanya karenanya dapat dimengerti, bila Mawhood
diperlukan sosok pemimpin yang tegar, kemudian merumuskan tujuan utama dari
berwibawa dan dikehendaki rakyat, tapi kebijakan desentralisasi sebagai usaha
juga sosok yang mampu berkomunikasi untuk mewujudkan political equality, local
dengan baik di dalam dan diluar dalam accountability, dan local responsiveness. Di
penyelenggaraan pemerintahan. antara syarat yang harus dipenuhi untuk
mencapai tujuan tersebut adalah pemerintah
Bersikap jujur pada rakyat adalah daerah harus memiliki teritorial kekuasaan
titik tolak untuk menciptakan pemerintahan yang jelas (legal territorial of power);
yang tidak hanya kuat (strong government), memiliki pendapatan daerah sendiri (local
melainkan juga pemerintahan yang bersih own income); memiliki badan perwakilan
dan berwibawa (good governance). Dengan (local representative body) yang mampu
kesedaran baru, pembangunan masa depan mengontrol eksekutif daerah; dan adanya
harus dibangun dengan mentalitas dan Kepala Daerah yang dipilih sendiri oleh
budaya berdemokrasi yang baru pula. masyarakat daerah melalui pilkada. Dengan
Sehingga agenda mendesak pemerintahan rumusan definisi dan tujuan desentralissai
Riau adalah untuk menyelenggarakan seperti dikemukakan di atas, para
pemerintahan yang bersih dan pendukung political decentralisasi
bertanggungjawab. perspektif percaya bahwa keberadaan
kebijakan desentralisasi akan mampu
Desentralisasi Pemerintah Daerah menciptakan sistem pemerintahan yang
Provinsi Riau demokratis.
Pada umumnya penyelenggaraan Argumen dasarnya adalah, dengan
pemerintahan dibagi menjadi tiga tingkat konsep tersebut diasumsikan society akan
dan dua sektor pemerintah lokal. Ada pusat memiliki akses yang lebih besar dalam
sebagai nasional, provinsi dan kabupaten mengkawal penyelenggaraan pemerintahan
yang bertindak sebagai perantara lokal. di daerah. Sementara, pada sisi lain,
Lokal dibagi menjadi sektor-sektor pemerintah daerah sendiri, akan lebih
pedesaan dan perkotaan walaupun responsif terhadap berbagai tuntutan yang
pembagian seperti itu di banyak negara. datang dari pada komunitasnya. Jika syarat
Jurnal Ilmu Administrasi Negara (JUAN) 19
ISSN 2354 - 5798
Vol. 6 No. 2 November Tahun 2018

desentralisasi sudah dapat dipenuhi seperti satu prasyarat untuk terciptanya


itu, maka boleh dipastikan akan diperoleh pemerintahan yang baik dan terpercaya.
hasil bahwa daerah dan pemerintah pusat
berbesar hati untuk mewujudkan hal Mengenai pencapaian kapabilitas
tersebut. Sehingga masalah yang kemudian yang dapat dirasakan masyarakat, yang
harus diagendakan penangananya oleh mana pelaksanaan visi, kebijakan dan
daerah adalah tentang pelaksanaan visi dan mendapatkan dukungan dari rakyat harus
misi Kepala Daerah, khususnya dalam dilaksanakan melalui kerja sama yang erat
penggunaan sumber-sumber alam yang dengan pemerintahan pusat di mana tingkat
menjadi aset andalan pembangunan pelaksanaan oleh daerah disesuaikan
daerah.Belajar daripada bad governance dengan kemampuan daerah masing-masing.
(penyelenggaraan negara yang buruk) di Pentingnya prinsip akauntabilitas
masa lalu yang telah menyebabkan kepempinan akan dirasakan pada saat
hancurnya sistem ekonomi, sosial-bodaya perancangan pembangunan daerah
dan sistem ekologi, terlihat bahwa di masa dilaksanakan oleh daerah yang harus
depan pengurusan sumber alam dan memberi masukan, menunjang dan
pembangunan daerah haruslah mengacu memanfaatkan pengalaman perancangan
kepada prinsip-prinsip penyelenggaraan pembangunan nasional dengan
negara yang bersifat good and clean memperhatikan pendapatan daerah dan
governance (baik dan bersih). kemampuan sumberdaya manusia di
daerah. Akan tetapi tidak seluruhnya
Menggunakan kata kapabilitas, titik akauntabilitas kepemimpinan Gubernur
tekannya pada kepemimpinan Gubernur Riau (Rusli Zainal) Riau dapat
Riau (Rusli Zainal) mesti mengandung dilaksanakan secara seluruhnya dalam
akauntabilitas. Di manapun, pembangungan menggambarkan kapabilitasnya. Seperti
dengan kaidah good and clean governance apapun pencapaiannya kepemimpinan
itu ditujukan guna menjadikan instansi Gubernur Riau (Rusli Zainal) tidak dengan
pemerintah yang akauntabel sehingga dapat sendirinya dapat melaksanakan
beroperasi secara efektif, efisien dan kewenangan, hal ini dikarenakan dengan
responsif terhadap aspirasi masyarakat dan keterbatasan kemampuan keuangan dan
lingkungannya, terwujudnya transparansi dukungan sumberdaya manusia di daerah
instansi pemerintah, terwujudnya Riau tersebut. Adapun perbedaan-
penrtisipasi masyarakat dalam pelaksanaan perbedaan tersebut (1) Dasar keperluan
pembangunan daerah, terpeliharanya masing-masing daerah; (2) Dasar manfaat
kepercayaan masyarakat kepada pemerintah dan kapasitas, artinya apakah sebuah
melalui peranan Kepala Daerah selaku kewenangan dilakukan benar- benar
Gubernur Riau (Rusli Zainal) Riau. diperlukan oleh daerah yang bersangkutan;
(3) Seberapa jauh berguna bagi pemerintah
Sesusai dengan INPRES No.7 daerah dan stakeholders dan (4) Tersedia
Tahun 1999 (intruksi presiden) secara jelas sarana dan prasarana serta sumber daya
memerintahkan kepada seluruh jajaran elit- manusia yang mendukung kepemimpinan
elit pemerintahan seperti Para Menteri, Gubernur Riau (Rusli Zainal) tersebut.
Panglima Tentara Nasional Indonesia,
Gubernur Bank Indonesia, Jaksa Agung, Oleh karena itu, dalam masa
Para Pimpinan Lembaga Pemerintah Non peralihan pelaksanaan otonomi, kapabilitas
Departemen, Para Pimpinan Sekretariat kepemimpinan Gubernur Riau (Rusli
Lembaga Tertinggi dan Tinggi Negara, Para Zainal) dengan kepemimpinan daerah
Gubernur, dan Para Bupati/Gubernur Riau lainnya mungkin akan berbeda . Karena di
(Rusli Zainal). Tujuan Inpres untuk dalam pelaksanaanya kepemimpinan
mendorong terciptanya akauntabilitas Gubernur Riau (Rusli Zainal) Riau
kinerja instansi pemerintah sebagai salah sesungguhnya yang mempunyai hak untuk
20 Jurnal Ilmu Administrasi Negara (JUAN)
ISSN 2354 - 5798
Vol. 6 No. 2 November Tahun 2018

menentukan kewenagan bukan ditentukan Golkar. Atau dapat juga seperti calon
oleh elit-elit pemerintahan pusat yang Kepala Daerah daripada parti politik dan
terkait dengan DAU (dana Alokasi Umum). calon wakilnya dari birokrat. Jadi, dalam
Perbedaan ini tentu berdinamika dengan sistem satu paket, variasi pasangan dapat
berbagai keadaan bergantung daripada dari latar belakang yang berbeda . Pada
bentuk spektrum demokrasi yang masa proses pencalonan sampai pada
dijalankan. Tentu pada negara berkembang pemilihan tidak ada masalah, namun ketika
perlawanan terhadap degeneralisasi sistem pasangan itu terpilih dan kemudian
dan degradasi kualitas demokrasi masih memimpin pemerintahan terjadi konflik
terus mendominasi. Dari sini penulis kepentingan karena berbagai faktor seperti:
melihat dengan membagi kapabilitas kewenangan tidak dapat diimplementasikan
kepemimpinan pada sebelum reformasi dan secara efektif, Kepala Daerah dan wakil
sesudah reformasi, karena untuk dapat Kepala Daerah (Gubernur Riau (Rusli
menggambarkan kapabilitas mesti Zainal)) dapat dikendalikan kepentingan
menjelaskan bad governance. partai politik, rebutan pengaruh kekuasaan
dan kepentingan rebutan projek
Realitasnya secara umum hampir di pembangunan.
semua daerah, Riau secara khusus, proses
pilkada belum melahirkan pemimpin yang Ketiga, legitimasi calon terpilih
dapat melakukan perubahan mendasar rendah. Aturan main calon Kepala Daerah
untuk mempercepat kemajuan daerah. dan wakil Kepala Daerah terpilih dalam UU
Bahkan ada kecenderungan dengan pilkada hanya mensyaratakan 25 persen. Ketentuan
justeru menimbulkan sejumlah persoalan ini telah menyebabkan terjadinya proses
dan tidak menjawab kapabilitas delegitimasi terhadap kepemimpinan
kepemimpinan. Pertama, pilkada ternyata Kepala Daerah. Dengan ketentuan ini
tidak ada hubungan antara pemilih seorang Kepala Daerah dapat terpilih
(konstituensi) dengan kompetensi. dengan modal dukungan hanya sekitar 25
Seseorang calon Kepala Daerah walaupun persen dari total pemilih, ertinya 75 persen
dipilih dengan perolehan suara terbanyak pemilih sesungguhnya tidak memberikan
tidak berarti menjadi Kepala Daerah yang dukungan terhadap Kepala Daerah terpilih.
memiliki kapabilitas. Karena, dalam
realitasnya proses rekrutmen pilkada, aspek Keempat, ketimpangan dukungan
kualifikasi kemampuan termarjinalkan oleh politik daripada DPRD. Calon Kepala
faktor popularitas, kemampuan keuangan, Daerah dan wakil Kepala Daerah yang
dan partai politk pendukung. Di sinilah terpilih dapat berasal dari parti politik yang
proses seleksi pemimpin menjadi bias tidak menguasai suara mayoritas di DPRD.
karena realitas politik di masyarakat dan Misalnya, calon terpilih dari PDIP,
partai politik baru sebatas penarikan sementara di DPRD yang menguasai
dukungan belum sampai pada usaha mayoritas adalah Partai Golkar. Apa
pencarian pemimpin yang memiliki visi dan dampaknya? Jika seni kepemimpinan dan
kapabilitas memimpin pemerintahan. kemampuan komunikasi politiknya lemah,
Kualifikasi dan kemampuan seseorang akan berpeluang untuk dimain-mainkan bahkan
dikalahkan ketidakmampuannya dalam sangat mungkin dicari-cari kesalahan oleh
mengakses kepentingan partai politik. DPRD untuk dijatuhkan kepemimpinanya.
Juga, sangat berpeluang terjadi
Kedua, proses pengusungan calon disharmonisasi antara Kepala Daerah
dalam satu paket menimbulkan konflik dengan DPRD, yang terjadi bukan
karena formasinya dapat dilakukan secara bagaimana mengefektifkan penggunaan
beragam. Misalnya, Kepala Daerah diusung kekuasaan, tapi adalah bagaimana
dari PDIP (Parti Demokrasi Indonesia memperebutkan kekuasaan untuk
Perjuangan) dan wakilnya daripada parti
Jurnal Ilmu Administrasi Negara (JUAN) 21
ISSN 2354 - 5798
Vol. 6 No. 2 November Tahun 2018

kepentingan politik sesaat (the politics of pemimpin-pemimpin adat yang ada di


opportunities). Indonesia. Namun dalam perjalan sejarah,
kebijakan pemerintah yang terpola
Kelima, batas-batas kewenangan sentralistik (walaupun sudah desentralisasi)
elit-elit politik dan elit-elit birokrasi tidak telah memanipulasi pembentukan
jelas, sehingga kekuasaan menjadi terpusat kapabilitas kepemimpinan daerah sebagai
di Kepala Daerah. Akibatnya, urusan alat untuk mensukseskan program dan
penyelenggaraan pemerintahan yang projek pemerintah semata, yang kental
lazimnya menjadi kewenangan autoriti dengan status quo kekuasaan yang
birokrasi, akan dapat diintervensi oleh dimanfaatkan oleh kelompok tertentu
kepentingan elit politik. Fenomena rolling sehingga tidak bermanfaat bagi masyarakat
pejabat struktural di pemerintah daerah dan yang ia pimpin. Akibatnya masyarakat
distribusi alokasi anggaran keuangan dalam merasa tidak memiliki pemimpinnya. Oleh
APBD sangat ditentukan oleh otoritas kerana itu, dengan kajian Gubernur Riau
kepemimpinan Gubernur Riau (Rusli ditawarkan sebuah gambaran tentang
Zainal). Suasana pemerintahan menjadi kapabilitas kepemimpinan, semenjak
tidak kondusif dan tidak efektif karena di berlakunya kebijakan desentralisasi di
kalangan kaki tangan pemerintah daerah Indonesia.
dihantui penuh ketidakpastian jenjang Namun, dalam perkembangannya
karier. kapabilitasmya kepimpinan yang
menekankan pada mengajak, menggalang,
Penutup memperkasakan, dan menggairahkan masih
belum terjadi pada Gubernur Riau.
Kapabilitas kepemimpinan Gubernur Hubugan antara intelligence, knowledge,
Riau (Rusli Zainal) tidak mudah untuk capability dan action sebagai empat hal
didefinisikan secara baku dan seragam yang berjenjang, jauh dari harapan
sebab istilah ini memiliki banyak makna mentransformasikan kepada institusi atau
yang bervariasi dan substansi bahasannya masyrakatnya. Justeru apa yang menjadi
cukup luas. Namun demikian, keberagaman asumsi publik masih berlaku di propinsi
makna tersebut pada hakekatnya memiliki Riau iaitu kepemimpinan berusaha
kesatuan tujuan yang utuh, yakni mempertahankan posisinya sebagai local
pencapaian kondisi pemerintahan yang strongman. Hal ini dilihat dengan
terselenggara secara seimbang dengan penguatan birokrasi sebagai bentuk top-
kerjasama individu dan lembaga, serta down, kampanye politik yang tersembunyi
antara pemerintah, dunia usaha, dan pihak daripada kepemimpinan Gubernur Riau.
masyarakat publik. Hal ini berarti masing- Penggemukan birokrasi yang berlaku sangat
masing pilar harus saling tahu apa yang memungkinkan ketidakefektifan berlaku
dilakukan oleh pilar lainnya. Adanya ruang apalagi efisiensi tidak dapat berlaku dalam
dialog dapat membantu proses saling pembangunan Daerah Riau. Singkatnya
memahami perbedaan-perbedaan di antara peran pemimpin dalam perubahan untuk
stakeholders. Melalui proses dalam visi, membangun tidak terlaksana.
kebijakan dan dukungan kepemimpinan
Gubernur Riau (Rusli Zainal) tersebut Daftar Pustaka
diharapkan akan tumbuh konsensus dan ___. (1999). Undang - Undang Republik
sinergi di dalam masyarakat. Indonesia Nomor 22 Tahun 1999
Idealnya kapabilitas kepemimpinan Tentang Pemerintahan Daerah.
yang baik muncul maupun terlaksana dan Jakarta. Retrieved from
berproses atas kehendak masyarakat lokal http://www.dpr.go.id/dokjdih/documen
untuk mengorganisir diri sesuai tujuan yang t/uu/UU_1999_22.pdf
ingin dicapainya. Hal ini sebenarnya pernah ___. (2014). Undang - Undang Republik
berlaku pada proses adat melalui
22 Jurnal Ilmu Administrasi Negara (JUAN)
ISSN 2354 - 5798
Vol. 6 No. 2 November Tahun 2018

Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 Hellman, J. S., Jones, G., Schankerman, M.,
Tentang Pemerintahan Daerah. & Kaufmann, D. (1999). Measuring
Jakatra. Retrieved from Governance, Corruption, and State
https://pih.kemlu.go.id/files/UU02320 Capture: How Firms and Bureaucrats
14.pdf Shape the Business Environment in
Agustino, L. (2010). Pilkada dan Transit. The World Bank.
Redistricting : Dinamika Politik Lokal https://doi.org/10.1596/1813-9450-
dalam Politik Indonesia yang 2312
Terdemokrasi. Pamong Praja, 1(16), Kingsley, G. T. (1996). Perspectives on
14–34. Devolution. Journal of the American
Astomo, P. (2014). Penerapan Prinsip- Planning Association, 62(4), 419–426.
Prinsip Pemerintahan yang Baik dalam https://doi.org/10.1080/019443696089
Penyelenggaraan Pemerintahan, (64), 75709
401–420. Kotter, J. P. (1996). Leading Change (p.
Bas, B. M. (1990). Handbook of 187). Harvard Business School Press.
Leadership: a Survey of Theory and Manz, C. C., & Sims, H. P. (2001). The new
Research, 1188. superleadership : leading others to
Beck, T., Clarke, G., Groff, A., & Walsh, P. lead themselves. Berrett-Koehler
(2001). New tools in comparative Publishers.
political economy: The Database of Mawhood, P. (1989). State Formation in
Political Institutions. World Bank Tropical Africa. International Political
Economic Review, 15(1), 165–176. Science Review, 10(3), 239–250.
Dwiyanto, A. (2003). Reformasi tata https://doi.org/10.1177/019251218901
pemerintahan dan otonomi daerah. 000306
Pusat Studi Kependudukan dan Osborne, D., & Gaebler, T. (1993).
Kebijakan, Universitas Gadjah Mada. Reinventing Government. Leadership
Etzioni, E., & Halevy. (2002). Bureaucracy Abstract, 6, 1–3.
and democracy a political dilemma. Politis, J. D. (2002). Transformational
(P. Scienc, Ed.) (Vol. 7). London and Leadership and Transactional
New York. Leadership enabling (disabling)
Freeman, R. E., & Stewart, L. (2006). knowledge acquisition f self-managed
Developing Ethical Leadership. Bridge teams: the consequences for
Paper. Business Roundtable Institute performance. Leadership &
for Corporate Ethics. Organization Development Journal,
https://doi.org/10.1007/978-90-481- 23(4), 186–197.
9106-2 https://doi.org/10.1108/014377302104
Grindle, M. S. (2004). Good Enough 29052
Governance: Poverty Reduction and Quinn, R. E., & Spreitzer, G. M. (1997).
Reform in Developing Countries. The road to empowerment: Seven
Governance, 17(4), 525–548. questions every leader should
https://doi.org/10.1111/j.0952- consider. Organizational Dynamics,
1895.2004.00256.x 26(2), 37–49.
Habibie, B. J. (2006). Detik-Detik yang https://doi.org/10.1016/S0090-
Menentukan: Jalan Panjang Indonesia 2616(97)90004-8
Menuju Demokrasi. jakarta: THC Rivera-Batiz, F. L. (2002). Democracy,
Mandiri. Governance, and Economic Growth:
Haris, S. (2007). Desentralisasi dan Theory and Evidence. Review of
Otonomi Daerah : Desentralisasi, Development Economics, 6(2), 225–
Demokratisasi & Akuntabilitas 247. https://doi.org/10.1111/1467-
Pemerintah Daerah. (S. Haris, Ed.). 9361.00151

Jurnal Ilmu Administrasi Negara (JUAN) 23


ISSN 2354 - 5798
Vol. 6 No. 2 November Tahun 2018

Rondinelli, D. A., Nellis, J. R., & Cheema, Oxford University Press. Retrieved
G. S. (1983). Decentralization in from http://cds.cern.ch/record/1250175
developing countries. World Bank Sumarto, & Sj, H. (2004). Inovasi,
Staff Working …, (581), 110. partisipasi dan good governance : 20
Sellers, J. M., & Lidstrom, A. (2007). prakarsa inovatif dan partisipatif di
Decentralization, Local Government, Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor
and the Welfare State. Governance, Indonesia. https://doi.org/2004
20(4), 609–632. Weiss, T. G. (2000). Governance, good
https://doi.org/10.1111/j.1468- governance and global governance:
0491.2007.00374.x Conceptual and actual challenges.
Sifonis, J. G., & Goldberg, B. (1996). Third World Quarterly, 21(5), 795–
Corporation on a tightrope : balancing 814.
leadership, governance, and https://doi.org/10.1080/713701075
technology in an age of complexity.

24 Jurnal Ilmu Administrasi Negara (JUAN)

Anda mungkin juga menyukai