Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

PENGAWASAN DAN PARTISIPASI PEMBANGUNAN

Oleh :

RYDHO BASTIAN
NIM : 07011281924067

Dosen Pengampu:
DR. Alamsyah, S.IP., M.SI.

JURUSAN ILMU ADMINISTRASI PUBLIK


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Koherensi suatu bangsa dalam menyelesaikan kemajuan publik tidak dapat dilepaskan
dari sifat kerangka organisasi negara yang dimiliki oleh negara tersebut. Kerangka organisasi
negara berisi kemungkinan untuk membantu pencapaian tujuan dan sasaran perbaikan publik.
Kemudian lagi, hal itu dapat menjadi penghalang bagi upaya untuk melakukan pergantian
acara publik.

Pembangunan nasional mencakup semua bagian kehidupan, seperti sosial, politik,


moneter, hukum, dll, termasuk kondisi geologis dan aset normal lainnya. Karena sudut
peningkatan sangat luas, kerangka kerja pemeriksaan yang ketat diperlukan agar tujuan dan
sasaran latihan unit pemerintah dapat dicapai dengan baik dan layak. Oleh karena itu,
pengaturan pengawasan terhadap pelaksanaan suatu unit hirarki atau unit pemerintah dalam
setiap kasus harus dilakukan, sehingga disebut tepat waktu seperti yang diharapkan jika
terjadi anomali dan penyalahgunaan kekuasaan, dengan tujuan agar peningkatan dan
penataan kembali dapat dilakukan segera seperti yang ditunjukkan oleh target pertama.

Pencapaian pembangunan akan terlihat dari masyarakat yang berdaya guna, sejahtera,
dan sejahtera secara merata. Kecukupan perbaikan pada dasarnya adalah demonstrasi rencana
kontras dan hasil yang ada. Hal ini karena di antara kedua hal tersebut sering terjadi
penyimpangan, tugas administrasi adalah melakukan perbaikan terhadap penyimpangan
tersebut. Kelangsungan suatu kemajuan pada dasarnya adalah demonstrasi dari rencana yang
kontras dan hasil yang ada. Hal ini karena diantara kedua hal tersebut sering terjadi
penyimpangan, tugas administrasi adalah melakukan perbaikan terhadap penyimpangan
tersebut.

Pencapaian suatu rencana atau proyek tidak hanya di pengaruhi dari faktor internal,
tetapi faktor eksternal juga berperan dalam mempengaruhi pencapaian pembangunan.
Dukungan dari publik merupakan faktor luar yang menentukan tercapainya suatu program,
tanpa kerjasama daerah tidak akan berjalan dengan baik, perlu adanya kepentingan publik
dalam penyusunan atau proyek, sehingga program dapat berjalan dengan baik. Proyek-proyek
yang disusun tidak diragukan lagi erat kaitannya dengan peningkatan wilayah setempat. Oleh
karena itu, perlu adanya perhatian dari masyarakat setempat terhadap proyek pembangunan
ini. Kerjasama publik dalam pelaksanaan program perbaikan membutuhkan keakraban
masyarakat dengan kepentingan dan kepentingan yang sama. Metodologi yang diterapkan
adalah melalui sistem mindfulness. Salah satu investasi publik dalam pemerintahan para
eksekutif adalah mengambil keputusan sebagai bagian penting dari teknik strategi perbaikan.
Jika publik mengambil bagian dalam pembangunan, misalnya jalannya pembuatan strategi,
pelaksanaan, pengecekan, penilaian, dan perolehan keuntungan, maka pada saat itulah tujuan
perbaikan akan tercapai.

Penyusunan suatu program tentu bukanlah pekerjaan yang mudah, program yang
layak harus sesuai dengan kebutuhan dan masalah yang dilihat oleh masyarakat yang menjadi
tujuan program, semakin beragam dan kompleks persyaratan dan masalah dari pengumpulan
tujuan, semakin banyak berbelit-belit penyusunan program. Masyarakat (kelompok sasaran)
memiliki atribut khusus. Masyarakat memiliki kebutuhan dan kepentingan yang berbeda,
kemampuan mereka untuk membedah situasi saat ini juga bermacam-macam, kemampuan
mereka untuk menentukan pilihan tidak sama antara kelompok masyarakat satu dengan
lainnya.

1.2. Rumusan Masalah


a) Apa saja konteks-konteks dalam pengawasan?
b) Bagaimana hierarki fungsi pengawasan dalam administrasi pembangunan?
c) Bagaimana konsep partisipasi masyarakat?
d) Bagaimana hakikat pengawasan dan partisipasi masyarakat?

1.3. Tujuan
a) Untuk mengetahui konteks-konteks dalam pengawasan
b) Untuk mengetahui hierarki fungsi pengawasan dalam administrasi
pembangunan
c) Untuk mengetahui konsep partisipasi masyarakat
d) Untuk mengetahui hakikat pengawasan dan partisipasi masyarakat dalam
pembangunan

1.4. Manfaat
a) Manfaat Teoritis
Secara teoritis hasil karya ilmiah ini diharapkan mampu memberikan
pengetahuan mengenai Ilmu Administrasi Publik dan memberikan kontribusi
terhadap pembuatan karya ilmiah tentang Pengawasan dan Partisipasi dalam
Pembangunan.
b) Manfaat Praktis
Untuk meningkatkan kemampuan berpikir melalui penulisan karya ilmiah
serta melatih penulis dalam menerapkan dan mengembangkan disiplin Ilmu
Administrasi Publik, khususnya di bidang administrasi pembangunan.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Konteks-Konteks dalam Pengawasan


Konteks dalam pengawasan terbagi menjadi tiga bagian yakni: pengawasan
dalam konteks manajemen, pengawasan dalam konteks politik, dan pengawasan
dalamkonteks pembangunan.
Pertama, pengawasan dalam manajemen memiliki kapasitas sebagai upaya
yang disengaja dalam menetapkan prinsip-prinsip pelaksanaan dan tujuan yang
berbeda, merencanakan kerangka data kritik, membandingkan pameran yang dicapai
dan pedoman yang telah ditetapkan baru-baru ini, memutuskan apakah ada
penyimpangan dan tingkat makna dari setiap penyimpangan, dan membuat langkah-
langkah mendasar untuk menjamin bahwa semua aset organisasi digunakan secara
memadai dan produktif. Pengawasan dalam konteks manajemen menurut
Schermerhorn (2001), antara lain:

“metode yang terlibat dengan memperkirakan pelaksanaan dan


bergerak untuk menjamin hasil yang ideal, pekerjaan yang signifikan
dan positif dalam siklus administrasi, dan menjamin bahwa semuanya
berjalan sebagaimana mestinya dan sesuai jadwal”

Kedua, pengawasan dalam konteks politis berperan sebagai kapasitas


parlemen yakni untuk menjamin bahwa undang-undang yang telah diberikan oleh
parlemen dapat dijalankan dan dikendalikan dengan baik oleh kepala, diselesaikan
dengan cara yang ditentukan dalam undang-undang. Kapasitas yang dilakukan oleh
parlemen adalah untuk menjamin bahwa rencana keuangan yang telah disahkan telah
dibelanjakan oleh kepala daerah sesuai dan dapat mencapai sasaran yan ditetapkan.
Pengawasan menjadi sebuah kewajiban vital parlemen dan harus dilakukan secara
paksa. Hal ini dengan alasan bahwa hanya melalui pengawasan ini, parlemen dapat
menjamin pemerintahan yang cukup seimbang terhadap kepala.Akan secara umum
diremehkan dan eksekusi yang paling mengerikan.
Ketiga, pengawasan dalam konteks pembangunan menjadi salah satu unsur
alamiah pengurus, yang merupakan suatu rangkaian pelaksanaan wewenang untuk
menjamin dan menjamin bahwa maksud dan tujuan serta usaha-usaha persekutuan
dilakukan dengan tepat sesuai dengan rencana, pengaturan, arahan, dan pengaturan
yang telah ditetapkan.
Pengawasan juga merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk lebih
mengembangkan produktivitas dan kecukupan dalam penyelenggaraan pemerintahan
dan pergantian wilayah. Peningkatan yang dimaksud adalah pengakuan proyek dan
rencana keuangan di semua bidang kemajuan kehidupan individu. Untuk mengakui
proyek kemajuan teritorial dan rencana keuangan, lakukan siklus pemeriksaan.
Tujuannya adalah agar rencana keuangan diawasi secara memadai dan mahir. Selain
itu, juga untuk menjamin dan memastikan bahwa proyek-proyek yang
dikoordinasikan oleh Pemerintah Daerah akan dan telah selesai dengan baik sesuai
dengan rencana, pendekatan, arahan, dan pengaturan undang-undang yang
bersangkutan, sehingga diyakini tidak akan terjadi inkonsistensi dalam
penyelenggaraan rencana belanja provinsi.

2.2. Hierarki Fungsi Pengawasan Dalam Administrasi Pembangunan


Sebagai organisasi yang berkembang, rantai kepentingan pengawasan
dilengkapi dengan tingkatan dan derajat yang berlapis dan harus dimungkinkan
sebagai fitur latihan alami dari dalam dan dari luar. Dengan cara ini, manajemen
utilitarian dan pengawasan intrinsik diketahui.

A. Pengawasan Fungsional
Pengawasan fungsional sebagai upaya administratif yang dilakukan oleh
otoritas yang ditunjuk secara khusus untuk mengarahkan tinjauan otonom terhadap
pasal-pasal yang mereka kelola. Pengawasan ini berperan untuk membantu
administrasi kontrol hierarkis dalam mencapai tujuannya. Pengawasan fungsional
dipisahkan menjadi dua, khususnya: pertama, pengawasan internal adalah
pengawasan yang dilakukan oleh Badan Pengelola Utilitarian (APFP), seperti BPKP,
Inspektorat Jenderal (Itjen). Selanjutnya, kedua, pengawasan luar adalah pengelolaan
yang dilakukan oleh perangkat di luar kewenangan publik, seperti BPK dan DPRD.

B. Pengawasan Melekat
Dalam pengawasan melekat, pengawasan diartikan sebagai atasan yang
memiliki kendali dan dapat bertindak tanpa hambatan dari keadaan yang tidak dapat
didamaikan. Dalam ide ini, bawahan dan masyarakat tidak terlalu diperhatikan
dengan anggapan bahwa bos dapat melatih kekuatannya sehingga mereka diizinkan
untuk mengatur bawahannya. Pengawasan yang melekat merupakan suatu tindakan
yang bersifat nonstop control, yang dilakukan oleh atasan langsung yang lebih baik
dari bawahannya sehingga pelaksanaan kewajiban bawahan berjalan dengan sukses
dan cakap sesuai rencana gerakan dan undang-undang serta pedoman yang relevan.

Johnson, dkk (1973) membagi sistem pengawasan menjadi dua bagin yakni
pertama, pengawasan otoritatif. Khususnya suatu kerangka pengamatan menyeluruh
yang menilai pameran umum suatu gerakan di dalam asosiasi. Norma estimasi yang
biasa digunakan untuk jenis manajemen ini adalah estimasi kecukupan tindakan. Dari
hasil estimasi kelayakan, masukan selanjutnya dapat digunakan untuk menilai tujuan
dan sasaran, mengetahui tahap persiapan selanjutnya, dan selanjutnya
mengembangkan arah pelaksanaan tindakan (metodologi kerja standar). Kedua,
pengawasan fungsional, khususnya kerangka pemeriksaan yang digunakan untuk
mengukur pelaksanaan setiap hari dari suatu tindakan dan memberikan tindakan
restoratif langsung.

Komponen-komponen yang menyebabkan pelaksanaan manajemen belum


ideal dengan alasan bahwa objek penilaian sangat beragam dan tersebar, jumlah
pejabat yang telah ditentukan yang memiliki SDM yang diandalkan pada bidang
manajemen, dan pengawasan bawaan dari setiap tingkat inisiatif kepada bawahan
belum berjalan secara positif. Johnson, dkk (1973) juga menggambarkan kapasitas
administratif dengan membedakan empat penyusun utama manajemen, secara
spesifik: pertama, kepastian norma-norma pelaksanaan. Kedua, rencana instrumen
pemeriksaan yang dapat digunakan untuk mengukur presentasi suatu gerakan.
Ketiga, membandingkan hasil nyata dan presentasi normal. Keempat, membuat
langkah perbaikan atau restoratif.

2.3. Konsep Partisipasi Masyarakat


Konsep partisipasi masyarakat sering dikaitkan dengan sistem berbasis suara
partisipatif, pemerintahan mayoritas deliberatif, atau sistem aturan mayoritas
langsung. Kemungkinan pemerintahan mayoritas partisipatif ditangani sebagai efek
kekecewaan sistem berbasis suara liberal dalam bereaksi terhadap hak-hak sipil dan
kemiskinan.
Pemerintahan mayoritas liberal yang bergantung pada pemerintahan mayoritas
agen yang dikombinasikan dengan kerangka administrasi teknokratis dianggap telah
membom dalam bekerja dengan asosiasi penduduk, terutama orang-orang miskin.
Pemikiran mendasar dari sistem berbasis suara partisipatif adalah mengembalikan
kapasitas kepada setiap individu. Individu adalah penduduk daerah setempat yang
tidak dibedakan oleh tingkat sekolah, silsilah, jenis kelamin, agama, atau kelimpahan
hanya sebagai tingkat sosial daerah setempat, karena masing-masing dari mereka
memenuhi syarat untuk mengambil minat dalam menentukan pilihan yang penting
bagi diri sendiri dan lingkungan.
Dalam administrasi, pola partisipasi sering dikaitkan dengan eksekutif atau
model administrasi. Seperti yang ditunjukkan oleh M. Gottdiener (1973), hubungan
antara dukungan dan administrasi adalah individu diatur bukan administrasi terletak
pada standar eksekutif.
Administrasi yang berpihak pada daerah merupakan pilihan yang harus
diambil untuk menjamin pergantian program yang mendukung. Keputusan ini
memiliki hasil bahwa kerjasama publik harus diperkuat dari satu perspektif, dan
sekali lagi otoritas publik harus mengambil tugas fasilitator untuk berbagai
kepentingan daerah atau bentrok. Partisipasi mengandung arti memberdayakan
proses belajar bersama, menyesuaikan korespondensi dalam mengkaji masalah dan
kebutuhan publik, menetapkan kepengurusan warga di tingkat RT, dan memberikan
ruang yang cukup kepada daerah untuk mengontrol pilihan-pilihan publik yang telah
dibuat sehingga selesai sebagaimana mestinya.
Pembangunan menjadi suatu perjalanan memahami tujuan negara untuk
mewujudkan masyarakat yang sejahtera dan makmur secara adil di seluruh
Indonesia, bagaimanapun kemajuan yang melatarbelakangi terwujudnya masyarakat
yang sejahtera dan sejahtera tidak dapat diperoleh secara keseluruhan. Salah satu
unsurnya adalah mentalitas sosial dan kekhawatiran masyarakat sebagai investasi.
Kepentingan wilayah lokal adalah jenis inklusi wilayah lokal untuk membantu
program dengan cara yang berbeda. Partisipasi masyarakat dalam pembanguan dapat
berupa memberikan pemikiran/gagasan untuk program perbaikan yang sesuai dengan
kondisi masyarakat. Melalui metodologi partisipatif, kepentingan daerah tidak hanya
dibatasi sejauh dukungan yang sebenarnya, namun asosiasi daerah dalam
menyumbangkan pemikiran dalam menangani masalah.
Partisipasi sebagai gagasan dan pemikiran yang bersumber dari masyarakat
setempat, dukungan tersebut disampaikan sebagai kontribusi yang signifikan untuk
pengakuan proses kemajuan yang sebenarnya, baik peningkatan aktual sebagai jalan
diskon besar, pengaspalan, dan pengerasan. Hal ini karena dukungan jiwa tidak
terbatas pada pemberian struktur atau energi yang sebenarnya, melainkan pemikiran
atau pertimbangan yang penting untuk kontribusi kepada pemerintah kota. Sejauh
mana pun pilihan itu dapat diakui secara wajar dan kondisi-kondisinya, sangat baik
dapat diputuskan pada suatu pilihan yang penting. Selain sebagai renungan atau
renungan, minat daerah dalam mendukung latihan pemberian energi merupakan salah
satu bentuk pemberian pengembangan diri dari daerah. Tanggung jawab ini
merupakan kesepahaman antara pemerintah kota dan daerah untuk mempercepat
program kemajuan yang sebenarnya sebagai jalan melalui komitmen energi baik
secara eksklusif maupun bebas.
Partisipasi bakat sebagai bentuk kerjasama daerah sebagai komitmen
kemampuan. Kemampuan pendukung adalah kemampuan yang dilakukan melalui
kemampuan yang dimiliki masyarakat kepada individu lain yang membutuhkan,
untuk keadaan ini dilakukan melalui penanaman keahlian, dengan harapan individu
tersebut dapat menyelesaikan latihan yang dapat meningkatkan kesejahteraan
sosialnya.

2.4. Hakikat Pengawasan Dan Partisipasi Masyarakat


Pengawasan adalah serangkaian latihan pemeriksaan untuk menjamin bahwa
semua latihan hierarkis diselesaikan sebagaimana diatur dan latihan untuk
memperbaiki dan mengatasi jika ditemukan penyimpangan. Pengawasan diartikan
sebagai pekerjaan administrasi yang diharapkan untuk menilai kinerja asosiasi atau
unit-unit di dalam suatu asosiasi untuk menentukan kemajuan sesuai dengan tujuan
yang diinginkan. Dari gambaran tersebut, dapat diartikan bahwa manajemen adalah
suatu tindakan atau kegiatan administratif dari seseorang yang diberi tugas,
kewajiban, dan kekuasaan untuk memimpin arah dan penilaian individu serta
landasan yang dia dorong. Jika kita melihat pedoman saat ini, jenis manajemen dapat
ditemukan dalam berbagai pedoman, dua undang-undang, undang-undang tidak
resmi, arahan resmi dan pilihan pastoral.
Pengawasan masyarakat dan pengelolaan wilayah setempat dari Badan
Administratif tidak dibakukan dalam komponen kerangka kerja asosiasi perbaikan.
Pengertian pengawasan, tata cara penyelenggaraan, perkumpulan-perkumpulan yang
bertugas melakukan pengurusan, dan cara pengawasan itu diatur dalam Instruksi
Presiden Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 1983 tentang Tata Tertib Pelaksanaan
Pengawasan. Memperhatikan butir (a) dinyatakan bahwa pengawasan merupakan
komponen penting dalam rangka perluasan penggunaan alat pemerintah negara
dalam menyelesaikan tugas pemerintahan umum dan kemajuan menuju terwujudnya
pemerintahan yang bersih.
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Partisipasi masyarakat sebagai siklus ketika penduduk sebagai makhluk
individu seperti kumpulan individu dan afiliasi, berpartisipasi dan mempengaruhi
interaksi untuk merencanakan, melaksanakan, dan memperhatikan prosedur yang
secara langsung mempengaruhi kehidupan mereka. Pencapaian pembangunan tidak
lepas dari dinamika kepentingan individu daerah. Kelompok masyarakat teritorial,
baik sebagai kerangka kebersamaan maupun sebagai rakyat, merupakan bagian
fundamental yang vital dari kerangka otoritas publik, karena pada tingkat dasar
organisasi daerah diarahkan pada pemahaman masyarakat yang sejahtera dalam
ruang yang bersangkutan. partisipasi dari masyarakat dapat berupa komitmen
pertimbangan atau pemikiran, kerjasama sebagai tenaga, dukungan kemampuan
sebagai salah satu kepentingan daerah sebagai komitmen kemampuan dan juga
partisipasi dari masyarakat dapat berupa pengawasan atas berjalannya program
pembangunan agar sesuai dengan tujuan yang disepakati.

Anda mungkin juga menyukai