Tentang :
Disusun Oleh :
KELOMPOK III
KELAS WEEKEND-SEMESTER I
A. Latar Belakang
Sejarah tentang perubahan Ilmu Administrasi Negara masih terus berulang.
Upaya mendefinisikan diri Ilmu Administrasi Negara sebagai ilmu administrasi
pemerintahan sebagaimana dijelaskan sebelumnya ternyata tidak berlangsung
lama. Dinamika lingkungan administrasi negara yang sangat tinggi kemudian
menimbulkan banyak pertanyaan tentang relevansi keberadaan Ilmu
Administrasi Negara sebagai administrasi pemerintahan. Gugatan tersebut
terutama ditujukan pada lokus Ilmu Administrasi Negara yang dirasa tidak
memadai lagi. Menurut Dwiyanto (2007) lembaga pemerintah dirasa terlalu
sempit untuk menjadi lokus Ilmu Administrasi Negara. Kenyataan yang ada
menunjukkan bahwa lembaga pemerintahan tidak lagi memonopoli peran yang
selama ini secara tradisional menjadi otoritas pemerintah.
B. Pokok Pembahasan
Dalam makalah ini akan dijelaskan tentang administrasi publik dan sebuah
kebijakan.
BAB II
PEMBAHASAN
Definisi Administrasi Publik
Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, dengan adanya pergeseran makna
‟publik‟ sebagaimana dijelaskan di atas, maka ilmu administrasi publik telah menemukan
lokusnya secara lebih jelas. Intinya, semua aktivitas yang terjadi pada birokrasi pemerintah
dan organisasi-organisasi non-pemerintah yang menjalankan fungsi pemerintah menjadi
bidang perhatian ilmuwan administrasi publik. Apabila lokus ilmu administrasi publik menjadi
semakin jelas, pertanyaan berikutnya adalah apa yang seharusnya menjadi fokus perhatian
ilmuwan administrasi publik. Kegelisahan tersebut kemudian dijawab dengan munculnya
studi kebijakan publik sebagai pokok perhatian ilmuwan administrasi publik. Hal ini
merupakan implikasi yang sangat logis karena kebijakan publik merupakan output utama
dari pemerintah (Dwiyanto, 2007). Bagi pemerintah, kebijakan merupakan instrumen pokok
yang dapat dipakai untuk mempengaruhi perilaku masyarakat dalam upaya memecahkan
berbagai persoalan publik (public affairs). Upaya tersebut dapat dilakukan dengan
menggunakan kebijakan domestik yang bersifat: distributive policy, protective regulatory
policy, competitive regulatory policy, dan redistributive policy (Ripley, 1985: 60).
Dwiyanto (2007) dengan mengutip pendapat Denhardt mengatakan bahwa tingginya minat
ilmuwan administrasi publik untuk memusatkan perhatian pada studi kebijakan semakin
meningkatkan keyakinan bahwa para administrator memiliki intensitas yang tinggi dalam
proses perumusan kebijakan publik. Hal ini juga semakin menguatkan argumen bahwa ilmu
administrasi publik memang tidak dapat dipisahkan dari induknya Ilmu Politik, sebab proses
perumusan kebijakan itu sendiri tidak hanya dilakukan melalui tahapan yang bersifat
teknokratis akan tetapi juga melampaui tahapan yang bersifat politis. Tahapan teknokratis
dalam proses perumusan kebijakan memiliki posisi sentral. Sebab, pada tahapan ini
berbagai solusi cerdas sebagai upaya memecahkan persoalan masyarakat digodok agar
dapat dirumuskan serangkaian alternatif kebijakan yang dapat dipilih oleh para policy maker
melalui proses politik. Pentingnya proses teknokratis dalam pembuatan kebijakan semakin
membuat analisis kebijakan publik menjadi keahlian yang sangat vital yang dibutuhkan oleh
para praktisi administrasi publik.
Berbagai tokoh seperti William N. Dunn (1981), Carl Patton dan David Sawicki (1983),
Arnold J. Meltsner (1986), dan lain-lain telah menghasilkan berbagai buku penting sebagai
acuan para ilmuwan dan praktisi administrasi publik dalam melakukan kegiatan analisis
kebijakan publik. Selain itu, kenyataan bahwa kebijakan yang telah dirumuskan tidak selalu
menjamin implementasinya akan berjalan mulus juga memicu munculnya studi implementasi
kebijakan publik di dalam ilmu administrasi publik. Para ilmuwan seperti Jeffrey Pressman
dan Aaron Wildavsky (1984), Merilee Grindle (1980), Malcolm Goggin et.al (1990)
merupakan sebagian ilmuwan yang menjadi pelopor pengembangan studi implementasi
dalam disiplin Ilmu Administrasi Publik.
a. Administrasi negara adalah suatu kegiatan yang tidak bisa dihindari (unavoidable). Setiap
orang selama hidupnya selalu berhubungan dengan administrasi negara. Mulai dari lahir
sampai meninggal dunia, orang tidak bisa melepaskan diri dari sentuhan kegiatan
administrasi negara, baik warga negara ataupun orang asing.
b. Administrasi negara memerlukan adanya kepatuhan. Hal ini administrasi negara
mempunyai monopoli untuk mempergunakan wewenang dan kekuasaan yang ada
padanya untuk memaksa setiap warga negara mematuhi peraturan-peraturan dan segala
perundangan yang telah ditetapkan.
c. Administrasi negara mempunyai prioritas. Banyak kegiatan yang bisa dilakukan oleh
administrasi negara. Dari sekian banyaknya tersebut tidak lalu semuanya diborong
olehnya. Prioritas diperlukan untuk mengatur pelayanan terhadap masyarakat.
d. Administrasi negara mempunyai ukuran yang tidak terbatas. Besar lingkup kegiatan
administrasi negara meliputi seluruh wilayah negara, di darat, di laut dan di udara.
e. Pimpinan atasnya (top management) bersifat politis. Administrasi negara dipimpin oleh
pejabat-pejabat politik. Hal ini berarti pimpinan tertinggi dari administrasi negara dijabat
oleh pejabat yang dipilih atau diangkat berdasarkan ketentuan-ketentuan yang berlaku.
f. Pelaksanaan administrasi negara adalah sangat sulit diukur. Oleh karena kegiatan
administrasi negara sebagiannya bersifat politis dan tujuan di antaranya untuk mencapai
perdamaian, keamanan, kesehatan, pendidikan, keadilan, kemakmuran, pertahanan,
kemerdekaan, dan persamaan, maka hal tersebut tidak mudah untuk diukur.
g. Banyak yang diharapkan dari administrasi negara. Dalam hubungan ini akan terdapat
dua standar penilaian. Satu pihak masyarakat menghendaki administrasi negara berbuat
banyak untuk memenuhi kebutuhan mereka. Di pihak lain administrasi Negara
mempunyai kemampuan, keahlian, dana, dan sumber-sumber lain yang terbatas.
UNSUR-UNSUR ADMINISTRASI PUBLIK
PENUTUP