Revolusi Industri 4.0 yang ditandai dengan makin masifnya penggunaan Internet of Thing (IoT)
telah mendisrupsi aspek kehidupan manusia. Hal ini dapat dilihat dengan terjadinya peningkatan volume
data, komputasi konektivitas, analisis kecerdasan bisnis yang pada akhirnya menuntut pula peningkatan
kecerdasan digital dalam mejalankannya. Kecerdasan digital menjadi kata kunci agar tetap dapat survive
di Era Revolusi Industri 4.0 dengan pemanfaatan Internet of Thing (IoT) dan perpaduan teknologi, yang
berimplikasi dimensi fisik, biologis, dan digital sulit untuk dibedakan. Era ini ditandai dengan digitalisasi
dan pemanfaatan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence) secara masif di berbagai sektor kehidupan
manusia, terutama di bidang ekonomi (Schwab, 2016).
Konsep Revolusi Industri 4.0 yang tengah melanda dunia telah mengakibatkan terjadinya
perubahan yang revolusioner berbasis penerapan teknologi terkini, memunculkan cyber-physical-
system, Internet of Thing (IoT), Big Data, dan aneka layanan yang memanfaatkan IT. Contoh sederhana
implementasi konsep Revolusi Industri 4.0 dengan pemanfaatan kecerdasan digital, dapat kita cermati
pada perkembangan layanan daring pada sektor bidang transportasi, perbankan, belanja dan keuangan
berbasis digital serta digitalisasi dalam penyediaan materi pendidikan dan pelatihan.
Tidak pernah terpikirkan sebelumnya bahwa ojek/taksi yang populer dimanfaatkan masyarakat
untuk kepentingan mobilitas berhasil ditingkatkan kemanfaatannya dengan sistem aplikasi berbasis
internet. Perusahaan Transportasi besar seperti Blue Bird, Bosowa dan Damri mau tidak mau harus
mengakui teknologi dan bahkan harus adaptif. Pemanfaatan kecerdasan digital melalui pengembangan
aplikasi berbasis internet menjadikan kita lebih mudah mendapatkan layanan transportasi dengan harga
yang terjangkau. Layanan ojek online tersebut lalu berkembang tidak hanya sebatas layanan
transportasi namun juga merambah hingga bisnis layanan antar (online delivery order).
Pada sektor ekonomi, perbankan dan keuangan berperan dalam bertumbuhnya cashless society,
business start-up, dan transaksi online, serta transformasi toko fisik menjadi e-commerce karena
masifnya transaksi online memanfaatkan digitalisasi. Pada sektor pendidikan dan pelatihan, manfaat
nyata kecerdasan digital dapat dicermati dari transformasi model pembelajaran yang tidak lagi
menggunakan traditional class. Teaching methods pun telah berkembang dengan adanya model hybrid,
blended learning, online class dengan pemanfaatan Internet of Thing (IoT). Perubahan ini membuat
proses belajar pembelajaran menjadi lebih efektif dan efisien dengan ekosistem pembelajaran baru yang
lebih “merdeka belajar”.
Pendek kata, pemanfaatan kecerdasan digital telah menjadikan beragam aktivitas menjadi lebih
bermakna dan memudahkan, mengedepankan efisiensi dan efektifitas. Kecerdasan digital dengan
pemanfaatan teknologi online telah mendisrupsi peradaban manusia dan ekonomi. Hal ini tampaknya
sejalan dengan apa yang di katakan oleh Kasali (2017) bahwa disrupsi tidak hanya bermakna fenomena
perubahan hari ini (today change) tetapi juga mencerminkan makna fenomena perubahan hari esok (the
future change).
Penyimpanan data kepesertaan dilakukan di kantor pusat dan kantor cabang-kantor cabang
tempat peserta mendaftarkan kepesertaan. Data kepesertaan yang tersimpan terdiri atas dokumen fisik
dan digital. Data dokumen fisik disimpan dalam arsip data, sementara data digital tersimpan dalam
database. Badan terus memperbarui fasilitas penyimpanan data kepesertaan dan menjaga kerahasiaan
data peserta. Secara bertahap, Badan memindahkan seluruh penyimpanan data dalam bentuk dokumen
fisik ke dalam bentuk digital untuk meningkatkan keamanan data.
Badan memahami pentingnya keamanan data kepesertaan, sehingga data kepesertaan hanya
bisa diakses fungsi-fungsi yang berkepentingan guna mencegah kebocoran maupun penyalahgunaan
data kepesertaan. Badan mengimplementasikan sistem manajemen keamanan informasi sesuai standar
ISO 27001:2013 dalam rangka memastikan pengelolaan atas keamanan informasi, sesuai standar dan
praktik-praktik terbaik internasional. Sampai dengan akhir tahun 2020, Badan tidak pernah menerima
keluhan terkait dugaan kebocoran maupun penyalahgunaan data kepesertaan. Badan memastikan tidak
ada indikasi kebocoran data kepesertaan terkait pemberitaan mengenai kebocoran data kependudukan
yang terjadi beberapa waktu lalu.
Badan melakukan evaluasi keamanan secara internal untuk aplikasi-aplikasi eksternal yang telah
diluncurkan dan dapat diakses oleh publik. Selama tahun 2020, terdapat 63 aplikasi eksternal yang telah
dievaluasi. Selain itu, BPJS Ketenagakerjaan meningkatkan keamanan data kepesertaan melalui kerja
sama dengan lembaga, dan pihak-pihak yang memiliki kompetensi dalam meningkatkan keamanan data.
Kerja sama meliputi pengembangan perangkat keras maupun perangkat lunak, yang dapat mendukung
keamanan data kepesertaan. Badan juga melakukan edukasi dan sosialisasi kepada peserta untuk
menjaga keamanan serta kerahasiaan data pribadi mereka. Termasuk mengingatkan peserta terkait
keberadaan aplikasi palsu yang mengatasnamakan BPJS Ketenagakerjaan. Selama periode pelaporan,
Badan telah melaporkan keberadaan beberapa aplikasi palsu mengatasnamakan BPJS Ketenagakerjaan
kepada pihak berwenang