Anda di halaman 1dari 47

LAPORAN PENDAHULUAN, ASUHAN KEPERAWATAN , DAN RESUM,

GANGGUAN JIWA( ISOLASI SOSIAL)


PROFESI NERS

NAMA: MARIA DO ITILA ROSTI


NIM: 2020611002

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGA DEWI

Asuhan keperawatan gangguan/ risiko gangguan jiwa | 1


I. KASUS (MASALAH UTAMA)
Isolasi sosial

II. PROSES TERJADINYA MASALAH


1. Pengertian
Hubungan sosial adalah hubungan untuk menjalin kerjasama dan ketergantungan
dengan orang lain (Stuart and Sundeen, 1998).
Kerusakan interaksi sosial merupakan suatu gangguan hubungan intrapersonal yang terjadi
akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel yang menimbulkan perilaku maladaptif dan
mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosial (Depkes, 2000).
Kerusakan interaksi sosial adalah suatu keadaan dimana seseorang berpartisipasi dalam
pertukaran sosial dengan kuantitas dan kualitas yang tidak efektif. Klien yang mengalami
kerusakan interaksi sosial mengalami kesulitan dalam berinteraksi dengan orang lain salah
satunya mengarah pada perilaku menarik diri (Townsend, 1998).
Kerusakan interaksi sosial adalah satu gangguan kepribadian yang tidak fleksibel,
tingkah maladaptif, dang mengganggu fungsi individu dalam hubungan sosialnya (Stuart
dan Sundeen, 1998)
Suatu sikap di mana individu menghindari diri dari interaksi dengan orang lain. Individu
merasa bahwa ia kehingan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk
membagi perasaan, pikiran, prestasi, atau kegagalan. Ia mempunyai kesulitan untuk
berhubungan secara spontan dengan orang lain, yang dimanifestasikan dengan sikap
memisahkan diri, tidak ada perhatian, dan tidak sanggup membagi pengamatan dengan
orang lain (Balitbang, 2007) .
Merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari
hubungan maupun komunikasi dengan orang lain (Rawlins, 1993).
Merupakan upaya menghindari suatu hubungan komunikasi dengan orang lain karena
merasa kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk berbagi rasa,
pikiran, dan kegagalan. Klien mengalami kesulitan dalam berhubungan secara spontan
dengan orang lain yang dimanifestasikan dengan mengisolasi diri, tidak ada perhatian, dan
tidak sanggup berbagi pengalaman (Balitbang, 2007).
2. Rentang Respon

Respon adaptif Respon maladaptif

Menyendiri merasa sendiri menarik diri


Otonomi dependensi ketergantungan
Bekerja sama interdepen curiga manipulasi curiga
3. Penyebab
Terjadinya Gangguan ini dipengaruhi oleh faktor predisposisi di antaranya
perkembangan dan sosial budaya. Kegagalan dapat mengakibatkan individu tidak percaya
pada diri, tidak percaya pada orang lain, ragu, takut salah, pesimis, putus asa terhadap
orang lain, tidak mampu merumuskan keinginan, dan merasa tertekan. Kedaan ini
menimbulkan perilaku tidak ingin berkomunikasi dengan orang lain, lebih suka berdiam
diri, menghindar dari orang lain, dan kegiatan sehari-hari (Direja, 2011).
a. Faktor Predisposisi Menurut Direja (2011) faktor predisposisi yang mempengaruhi
masalah isolasi sosial yaitu:
1. Faktor tumbuh kembang Pada setiap tahapan tumbuh kembang individu ada tugas
perkembangan yang harus dipenuhi agar tidak terjadi gangguan dalam hubungan sosial.
Apabila tugas-tugas dalam setiap perkembangan tidak terpenuhi maka akan menghambat
fase perkembangan sosial selanjutnya.
Menurut Yosep (2009), hidup manusia dibagi menjadi 7 masa dan pada keadaan
tertentu dapat mendukung terjadinya gangguan jiwa.

Asuhan keperawatan gangguan/ risiko gangguan jiwa | 2


a) Masa Bayi Masa bayi adalah menjelang usia 2-3 tahun, dasar perkembangan yang
dibentuk pada masa tersebut adalah sosialisasi dan pada masa ini timbul dua masalah yang
penting yaitu:
1) Cara mengasuh bayi Cinta dan kasih sayang ibu akan memberikan rasa hangat/aman
bagi bayi dan di kemudian hari menyebabkan kepribadian yang hangat, terbuka dan
bersahabat. Sebaliknya, sikap ibu yang dingin acuh tak acuh bahkan menolak di kemudian
hari akan berkembang kepribadian yang bersifat menolak dan menentang terhadap
lingkungan.
2) Cara memberi makan
Sebaiknya dilakukan dengan tenang, hangat yang akan memberikan rasa aman dan
dilindungi, sebaliknya,pemberian yang kaku, keras, dan tergesa -gesa akan menimbulkan
rasa cemas dan tekanan.
b) Masa Anak Prasekolah
Pada usia ini sosialisasi mulai dijalankan dan tumbuh disiplin dan otoritas. Hal-hal yang
penting pada fase ini adalah:
 Hubungan orangtua-anak
 Perlindungan yang berlebihan
 Otoritas dan disiplin
 Perkembangan seksual
 Agresi dan cara permusuhan
 Hubungan kakak-adik
 Kekecewaan dan pengalaman yang menyakitkan
 c) Masa Anak Sekolah
Masa ini ditandai oleh pertumbuhan jasmani dan intelektual yang pesat. Pada masa ini
anak akan mulai memperluas pergaulan, keluar dari batas-batas keluarga. Masalahmasalah
penting yang timbul adalah:
 Perkembangan jasmani
 Penyesuaian diri di sekolah dan sosialisasi
 Masa Remaja
Secara jasmaniah, pada masa ini terjadi perubahn-perubahan yang penting yaitu timbulnya
tanda-tanda sekunder (ciri-ciri kewanitaan atau kelaki-lakian). Secara kejiwaan, pada masa
ini terjadi pergolakan yang hebat. Pada masa ini, seorang remaja mulai dewasa mencoba
kemampuannya, di satu pihak ia merasa sudah dewasa, sedangkan di pihak lain belum
sanggup dan belum ingin menerima tanggung jawab atas semua perbuatannya.
e) Masa Dewasa Muda Seseorang yang melalui masa-masa sebelumnya dengan aman dan
bahagia akan cukup memiliki kesanggupan dan kepercayaan diri dan umumnya ia akan
berhasil mengatasi kesulitan-kesulitan pada masa ini. Bila mengalami masalah pada masa
ini mungkin akan mengalami gangguan-gangguan jiwa.
f) Masa Dewasa Tua
Sebagai patokan, pada masa ini dicapai apabila status pekerjaan dan sosial seseorang
sudah mantap. Masalah-masalah yang mungkin timbul adalah:
 Menurunnya keadaan jasmani
 Perubahan susunan keluarga
 Terbatasnya kemungkinan perubahan-perubahan yang baru dalam bidang pekerjaan
atau perbaiki kesalahan yang lalu.
g) Masa Tua
Ada dua hal penting yang perlu diperhatikan pada masa ini yaitu berkurangnya daya
tangkap, daya ingat, berkurangnya daya belajar, kemampuan jasmani dan kemampuan
sosial ekonomi menimbulkan rasa cemas dan rasa tidak aman serta sering mengakibatkan
kesalah pahaman orangtua terhadap orang sekitarnya. Perasaan terasingkan karena
kehilangan teman sebaya, keterbatasan gerak, dapat menimbulkan kesulitan emosional
yang cukup berat.

Asuhan keperawatan gangguan/ risiko gangguan jiwa | 3


2. Faktor Komunikasi Dalam Keluarga
Gangguan komunikasi dalam keluarga merupakan faktor pendukung untuk terjadinya
gangguan hubungan sosial, seperti adanya komunikasi yang tidak jelas (double bind) yaitu
suatu keadaan dimana individu menerima pesan yang saling bertentangan dalam waktu
bersamaan, dan ekspresi emosi yang tinggi di setiap berkomunikasi.
3. Faktor Sosial Budaya
Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan sosial merupakan suatu faktor
pendukung terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Hal ini disebabkan oleh
normanorma yang salah dianut oleh keluarga, dimana setiap anggota keluarga yang tidak
produktif seperti lanjut usia, berpenyakitan kronis, dan penyandang cacat diasingkan dari
lingkungan sosial.
4. Faktor Biologis
Faktor biologis juga merupakan salah satu faktor pendukung yang menyebabkan terjadinya
gangguan dalam hubungan sosial. Organ tubuh yang jelas mempengaruhi adalah otak.
Klien skizofrenia yang mengalami masalah dalam hubungan sosial terdapat struktur yang
abnormal pada otak, seperti atropi otak, perubahan ukuran dan bentuk sel-sel dalam limbik
dan kortikal (Sutejo, 2017). Klien yang mengalami gangguan jiwa memiliki ciri-ciri
biologis yang khas terutama susunan dan struktur syaraf pusat, biasanya klien dengan
skizofrenia mengalami pembesaran ventrikel ke-3 sebeah kirinya. Ciri lainnya yaitu
memiliki lobus frontalis yang lebih kecil dari rata-rata orang normal (Yosep, 2009).
Menurut Candel dalam Yosep (2009), pada Klienskizofrenia memiliki lesi pada area
Wernick’s dan area Brocha biasanya disertai dengan Aphasia serta disorganisasi dalam
proses bicara. Adanya hiperaktivitas Dopamine pada Kliendengan gangguan jiwa
seringkali menimbulkan gejala skizofrenia. Menurut hasil penelitian, Neurotransmitter
tertentu seperti Norepinephrine pada Klien dengan gangguan jiwa memegang peranan
dalam proses learning, memory reinforcement, siklus tidur dan bangun, kecemasan,
pengaturan aliran darah dan metabolisme. Menurut Singgih dalam Yosep (2009), gangguan
mental dan emosi juga bisa disebabkan oleh perkembangan jaringan otak yang tidak cocok
(Aphasia). Kadang-kadang seseorang dilahirkan dengan perkembangan cortex cerebry
yang kurang sekali, atau disebut sebagai otak yang rudimenter. Contoh gangguan tersebut
terlihat pada Microcephaly yang ditandai oleh kecilnya tempurung otak. Adanya trauma
pada waktu kelahiran, tumor, infeksi otak seperti Enchepahlitis Letargica, gangguan
kelenjer endokrin seperti tiroid, keracunan CO (Carbon Monocide) serta perubahan-
perubahan karena degenerasi yang mempergaruhi sistem persyarafan pusat (Yosep, 2009).
b. Faktor Presipitasi
Menurut Herman Ade (2011) terjadinya gangguan hubungan sosial juga dipengaruhi oleh
faktor internal dan eksternal seseorang. Faktor stressor presipitasi dapat dikelompokan
sebagai berikut:
1. Stressor Sosial Budaya
Stress dapat ditimbulkan oleh beberapa faktor antara faktor lain dan faktor keluarga seperti
menurunnya stabilitas unit keluarga dan berpisah dari orang yang berarti dalam
kehidupannya, misalnya karena dirawat dirumah sakit.
2. Stressor Psikologi
Tingkat kecemasan berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan dengan keterbatasan
kemampuan untuk mengatasinya. Tuntutan untuk berpisah dengan orang dekat atau
kegagalan orang lain untuk memenuhi kebutuhan ketergantungan dapat menimbulkan
kecemasan tingkat tinggi.
4.Tanda gejala
Subyektif
 Tidak berminat
 Perasaan berbeda dengan orang lain
 Tidak mampu memenuhi harapan orang lain

Asuhan keperawatan gangguan/ risiko gangguan jiwa | 4


 Merasa sendirian
 Menolak interaksi dengan orang lain
 Mengungkapkan tujuan hidup yang tidak adekuat
 Merasa tidak diterima
Obyektif
Tidak ada dukungan orang yang dianggap penting
Afek tumpul
Adanya kecacatan ( missal fisik, mental)
Tindakan tidak berarti
Tidak ada kontak mata
Menyendiri / menarik diri
Tindakan berulang
Afek sedih
Tidak komunikatif

5. Akibat
Klien dengan isolasi sosial dapat berakibat terjadinya resiko perubahan sensori
persepsi (halusinasi) atau bahkan perilaku kekerasan menciderai diri ( akibat dari harga diri
rendah disertai dengan harapan yang suram, mungkin klien akan mengakhiri hidupnya ).

III. A. POHON MASALAH

Resiko gangguan persepsi sensori : halusinasi (effect)

ISOLASI SOSIAL (core problem)

Gangguan konsep diri: Harga diri rendah (cause)


B. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI
Isolasi sosial
DS:
 Pasien mengatakan malu mengatakan masalah yang terjadi pada dirinya
 Pasien mengatakan belum nikah, enak sendirian karena merasa lebih nyaman
 Pasien mengatakan tidak mau berinteraksi denga orang lain
 Pasien mengatakan jika ada masalah di pikirkan sendiri
DO:
 Pasien tidak melihat lawan bicara
 Kontak mata kurang
 Terlihat melamun
 Dan pasien terlihat sering berjalan- jalan di luar rungan , kakinya juga sering
terlihat gerak gerik walaupun sedang duduk

IV. DIAGNOSA KEPERAWATAN


Isolasi sosial
V. STRATEGI PELAKSANAAN
a. Pasien
SP 1
 Identifikasi penyebab isolasi sosial, siapa yang serumah, siapa yang dekat, yang
tidak dekat, dan apa sebabnya.
 Keuntungan punya teman dan bercakap-cakap.
Asuhan keperawatan gangguan/ risiko gangguan jiwa | 5
 Kerugian tidak punya teman dan tidak bercakap-cakap.
 Latih cara bercakap-cakap dengan anggota keluarga dalam 1 kegiatan harian.
 Masukkan dalam jadwal untuk kegiatan harian.
SP 2:
 Evaluasi kegiatan bercakap-cakap (berapa orang). Beri pujian.
 Latih cara bercakap-cakap dengan 2 orang lain dalam 2 kegiatan harian.
 Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan bercakap-cakap dengan 2-3 orang:
tetangga atau tamu, saat melakukan kegiatan harian.
SP 3
 Evaluasi kegiatan bercakap-cakap (berapa orang) saat melakukan 2 kegiatan harian.
Beri pujian.
 Latih cara bercakap-cakap (4-5 orang) dalam 2 kegiatan harian baru.
 Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan bercakap-cakap dengan 4-5 orang
saat melakukan 4 kegiatan harian
SP 4:
 Evaluasi kegiatan bercakap-cakap saat melakukan 4 kegiatan harian. Beri pujian.
 Latih cara bercakap-cakap dalam kegiatan sosial: belanja ke warung, meminta
sesuatu, menjawab pertanyaan.
 Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan bercakap-cakap dengan >5 orang,
orang baru, saat melakukan kegiatan harian, dan sosialisasi.
SP 5
 Evaluasi kegiatan bercakap-cakap saat melakukan kegiatan harian dan sosialisasi.
Beri pujian.
 Latih kegiatan harian.
 Nilai kemampuan yang telah mandiri.
 Nilai apakah isolasi sosial teratasi.

b. keluarga

SP 1:

 Diskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat pasien.


 Jelaskan pengertian, tanda dan gejala, dan proses terjadinya isolasi sosial (gunakan
booklet).
 Jelaskan cara merawat isolasi sosial.
 Latih cara merawat: bercakap-cakap saat melakukan kegiatan harian.

SP2:
 Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/melatih pasien bercakap-cakap saat
melakukan kegiatan harian. Beri pujian.
 Jelaskan kegiatan rumah tangga yang dapat melibatkan pasien bercakap-cakap
(makan, solat bersama).
 Latih cara membimbing pasien bercakap-cakap dan member pujian.
SP3 :

Asuhan keperawatan gangguan/ risiko gangguan jiwa | 6


 Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/melatih pasien bercakap-cakap saat
melakukan kegiatan harian dan rumah tangga. Beri pujian.
 Jelaskan cara melatih pasien dalam melakukan kegiatan sosial, seperti berbelanja,
meminta sesuatu, dll.
 Latih keluarga mengajak pasien belanja.
SP4:
 Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/melatih pasien bercakap-cakap saat
melakukan kegiatan harian, RT, berbelanja. Beri pujian.
 Jelaskan follow up ke PKM, tanda kambuh dan rujukan.
 Anjurkan membantu pasien sesuai jadual dan memberi pujian.
SP5:
 Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/melatih pasien bercakap-cakap saat
melakukan kegiatan harian, RT, berbelanja, kegiatan lain dan follow up. Beri
pujian.
 Nilai kemampuan keluarga merawat pasien.
 Nilai kemampuan keluarga melakukan control ke PKM.

DAFTAR PUSTAKA

Jumaini, Keliat, B.A, Hastono, S.P (2010). Pengaruh Cognitive Behavior Social Skill
Tarining (BCSST) terhadap peningkatan kemampuan sosialisasi klien isolasi sosial di BLU
RS. Marzoeki Mahdi Bogor. Tesis FIK-UI. Tidak dipublikasikan.
Keliat, B. A, dkk. (1999). Pengaruh Model Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi (TAKS)
terhadap kemampuan komunikasi verbal dan nonverbal pada klien menarik diri di Rumah
Sakit Jiwa. Jurnal Keperawatan Indonesia, II (8), 277-283.
Keliat, B.A, Akemat. (2005). Keperawatan Jiwa :Terapi Aktivitas Kelompok. Jakarta :
EGC
Keliat, B.A, Akemat, Daulina, N.H.C, Nurhaeni, H. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa
: CMHN (Basic Course). Jakarta : EGC
Keliat, B.A., Wiyono, A. P., Susanti, H. (2011). Manajemen Kasus Gangguan Jiwa CMHN
(Intermediate Course). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
NANDA, (2012). Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014.
Cetakan 2012. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Nyumirah, S., Hamid, A.Y., Mustika sari. (2012). Pengaruh Terapi Perilaku Kognitif
terhadap kemampuan interaksi sosial klien isolasi sosial di RSJ Dr. Amino Gonhutomo
Semarang. Tesis FIK-UI. Tidak dipublikasikan.
Renidayati, Keliat, B., A., & Sabri., L. (2008). Pengaruh Social Skills Training Pada Klien
Isolasi Sosial di Rumah Sakit Jiwa Prof HB Saanin Padang Sumatera Barat. FIK UI :
Depok
Sukma, Keliat, B., A., Mustikasari. (2015). Pengaruh Cognitive Behaviour Therapy dan
Cognitive Behavioural Social Skills Training terhadap Gejala Klien Halusinasi dan Isolasi
Sosial di Rumah Sakit. FIK UI : Depok
Asuhan keperawatan gangguan/ risiko gangguan jiwa | 7
Surtiningrum. A., Hamid, A., Y., Waluyo, A. (2011). Pengaruh terapi suportif terhadap
kemampuan bersosialisasi klien isolasi sosial di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr.Amino
Gondohutomo Semarang. FIK UI : Depok
Stuart, G.W., (2013). Principles and practice of psychiatric nursing. (9th edition). St
Louis: Mosby.
Surtiningrum, A., Hamid, A.Y., Waluyo, A. (2011). Pengaruh Terapi Supportif Terhadap
Kemampuan Sosialisasi klien Isolasi Sosial di Rumah Sakit Daerah Dr. Amino
Gondohutomo Semarang. Tesis FIK-UI. Tidak dipublikasikan.
Wiyati,R., Hamid, A., Y., & Gayatri. (2009). Pengaruh Psikoedukasi Keluarga Terhadap
Kemampuan Keluarga dalam Merawat Klien Isolasi Sosial. FIK UI : Depok

Asuhan keperawatan gangguan/ risiko gangguan jiwa | 8


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGA DEWI

STRATEGI PELAKSANAAN
TINDAKAN KEPERAWATAN HARI KE 1

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien:
Kondisi klien saat ini tampak memakai seragam RSJ , berpakaian yang sesuai pasien
bicara seperlunya, bicara pelan, tidak mau bertanya , jika di tanya pasien menjawab dengan
jelas, pasien tidak men gawali pembicaraan , kontak mata kurang, pasien kurang mampu
mengekspresikan perasaan , tidak melihat lawan bicara , lebih senang menyendiri
2. Diagnosa keperawatan:
Isolasi sosial
3. Tujuan khusus:
Pasien mampu mengenal isolasi sosial
4. Tindakan keperawatan:
a. Pasien
SP 1
 Identifikasi penyebab isolasi sosial, siapa yang serumah, siapa yang dekat, yang
tidak dekat, dan apa sebabnya.
 Keuntungan punya teman dan bercakap-cakap.
 Kerugian tidak punya teman dan tidak bercakap-cakap.
 Latih cara bercakap-cakap dengan anggota keluarga dalam 1 kegiatan harian.
 Masukkan dalam jadwal untuk kegiatan harian.
SP 2:
 Evaluasi kegiatan bercakap-cakap (berapa orang). Beri pujian.
 Latih cara bercakap-cakap dengan 2 orang lain dalam 2 kegiatan harian.
 Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan bercakap-cakap dengan 2-3 orang:
tetangga atau tamu, saat melakukan kegiatan harian.
SP 3
 Evaluasi kegiatan bercakap-cakap (berapa orang) saat melakukan 2 kegiatan harian.
Beri pujian.
 Latih cara bercakap-cakap (4-5 orang) dalam 2 kegiatan harian baru.
 Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan bercakap-cakap dengan 4-5 orang
saat melakukan 4 kegiatan harian
SP 4:
 Evaluasi kegiatan bercakap-cakap saat melakukan 4 kegiatan harian. Beri pujian.
 Latih cara bercakap-cakap dalam kegiatan sosial: belanja ke warung, meminta
sesuatu, menjawab pertanyaan.
 Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan bercakap-cakap dengan >5 orang,
orang baru, saat melakukan kegiatan harian, dan sosialisasi.
SP 5
 Evaluasi kegiatan bercakap-cakap saat melakukan kegiatan harian dan sosialisasi.
Beri pujian.
 Latih kegiatan harian.
 Nilai kemampuan yang telah mandiri.
 Nilai apakah isolasi sosial teratasi.

Asuhan keperawatan gangguan/ risiko gangguan jiwa | 9


b. keluarga

SP 1:

 Diskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat pasien.


 Jelaskan pengertian, tanda dan gejala, dan proses terjadinya isolasi sosial (gunakan
booklet).
 Jelaskan cara merawat isolasi sosial.
 Latih cara merawat: bercakap-cakap saat melakukan kegiatan harian.

SP2:
 Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/melatih pasien bercakap-cakap saat
melakukan kegiatan harian. Beri pujian.
 Jelaskan kegiatan rumah tangga yang dapat melibatkan pasien bercakap-cakap
(makan, solat bersama).
 Latih cara membimbing pasien bercakap-cakap dan member pujian.
SP3 :
 Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/melatih pasien bercakap-cakap saat
melakukan kegiatan harian dan rumah tangga. Beri pujian.
 Jelaskan cara melatih pasien dalam melakukan kegiatan sosial, seperti berbelanja,
meminta sesuatu, dll.
 Latih keluarga mengajak pasien belanja.
SP4:
 Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/melatih pasien bercakap-cakap saat
melakukan kegiatan harian, RT, berbelanja. Beri pujian.
 Jelaskan follow up ke PKM, tanda kambuh dan rujukan.
 Anjurkan membantu pasien sesuai jadual dan memberi pujian.
SP5:
 Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/melatih pasien bercakap-cakap saat
melakukan kegiatan harian, RT, berbelanja, kegiatan lain dan follow up. Beri
pujian.
 Nilai kemampuan keluarga merawat pasien.
 Nilai kemampuan keluarga melakukan control ke PKM.

Asuhan keperawatan gangguan/ risiko gangguan jiwa | 10


B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN
KEPERAWATAN
ORIENTASI
1. Salam Terapeutik:
Memerikan ucapan salam kepada pasien dan keluarga
Menjelaskan maksud dan tujuan
2. Evaluasi/ Validasi:
Mengevaluasi semua tindakan yang sudah diberikan
3. Kontrak: Topik, waktu, dan tempat
Topik : isolasi sosial
Waktu:09.00
tempat : Rumah klien
KERJA: Langkah-Langkah Tindakan keperawatan
TERMINASI:
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan:
Subyektif:
Bagaimana perasaan mas setelah kita berbincang- bincang tadi ? dan juga cara mengatasi
masalah yang di alami
Obyektif:
Apa mas masih ingat bagaimana cara mengatasi rasa malu untuk berkomunikasi dan bsa
bersosialisasi dengan kelompok ?coba mas praktekan sekali lagi cara mengatasi perasaan
malu yang mas rasakan , ia benar selaki yang mas katakan.

2. Tindak lanjut klien (apa yang perlu dilatih klien sesuai dengan hasil tindakan yang
telah dilakukan):
Kalau nanti mas masih merasa malu untuk berkomunikasi dengan orang lain , mas bolah
ajak keluara mas untuk melatih bercakap-cakap, dan lakukan sesuatu yang membuat mas
nyaman .
(masukkan kegiatan latihan bercakap -cakap masalah pribadi )
3. Kontrak yang akan datang (Topik, waktu, dan tempat):
Topik :
Mas bagaimana kalau besok kita ngobrol lagi tentang cara bercakap-cakap masalah pribadi
Waktu :
Kira- kira waktunya kapan ya mas? Bagaimana kalau besok jam 09.00 , bisa mas?
Tempat :
Kira-kira tempat yang enak buat kita ngobrol besok di mana ya?
Terimakasih mas dan selamat pagi

Asuhan keperawatan gangguan/ risiko gangguan jiwa | 11


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGA DEWI

PENGKAJIAN KEPERAWATAN
GANGGUAN/ RISIKO GANGGUAN JIWA

A. IDENTITAS KLIEN
Nama :Tn. A (L) Tanggal Dirawat : 10/03/2021
Umur : 30 Tahun
Pendidikan : S1
Agama : Islam
Status : belum menikah Tanggal Pengkajian : 11/04/2021
Alamat : Bendungan Sutami- malang Ruang Rawat : RSJ
Pekerjaan :Wiraswasta Sumber Informasi : pasien, keluarga pasien dan
RM
Jenis Kel. : laki-laki
No RM : tidak ada

B. ALASAN MASUK

 Data primer :pasien mengatakan mengalami kesulitan tidur akibat memikirkan


sesuatu , hanya melamun , jika ada masalah di pikirkan sendiri dan di pendam
sendiri
 Data keluarga: keluarga mengatakan pasien bingung dan sering melamun , kadang
mengamuk
 Dari status : pasien bicara seperlunya ,bicara pelan ,tidak mau bertanya ,respon
tidak sesuai dengan stimulus yang di berikan diajak bercanda pasien hanya
diam saja, pasien kurang mampu mengeskpesikan perasaan , pasien tidak melihat
lawan bicara, kontak mata kurang

C. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG dan FAKTOR PRESIPITASI


Klien mengatakan pernah alami hal yang tidak menyenangkan yaitu kematian kakeknya
pada tahun 2004 pasien merasa sedih hanya kakeknya orang yang di percaya . klen masuk
RSJ sugah satu bulan yang lalu dan mengatamkan malu mengatakan masalah yang terjadi
pada dirinya . dari data rekam medis lawang bahwa keluarga mengatakan pasien bingung
dan sering melamun . pasien mengatakan saya tidak tahu kenapa di bawah di RSJ lawang .
D. FAKTOR PREDISPOSISI
RIWAYAT PENYAKIT LALU
Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu ?
 Ya
 √Tidak
Jika Ya,Jelaskan: tidak ada
Diagnosa Keperawatan / masalah keperawatan: tidak ada
Pengobatan sebelumnya
 Berhasil
 √Kurang berhasil
 Tidak berhasil
Jelaskan:
Diagnosa Keperawatan / masalah keperawatan: tidak ada

Asuhan keperawatan gangguan/ risiko gangguan jiwa | 12


Pernah mengalami Penyakit Fisik (termasuk gangguan tumbuh kembang)
 Ya
 √Tidak
Bila Ya, jelaskan :

Diagnosa Keperawatan / masalah keperawatan: tidak ada

E. RIWAYAT TRAUMA

Trauma Usia Pelaku Korban Saksi


Aniaya fisik tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada
Aniaya seksual tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada
Penolakan tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada
Kekerasan dalam keluarga tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada

Tindakan kriminal tidak ada tidak ada tidak ada tidaka ada
Jelaskan:
Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan (Bio,Psiko,Sosio, Kultural dan Spiritual)
Klien mengatakan pernah alami hal yang tidak menyenangkan yaitu kematian kakeknya
pada tahun 2004 pasien merasa sedih hanya kakeknya orang yang di

Diagnosa Keperawatan : Respo pasca trauma

E .RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


Anggota keluarga yang gangguan jiwa ?
 Ada
 √Tidak
Kalau ada : tidak ada
Hubungan keluarga : tidak ada
Gejala : tidak ada
Riwayat pengobatan : tidak ada

Diagnosa Keperawatan: tidak ada

F. PEMERIKSAAAN FISIK
Tanggal
 Keadaan umum : cukup
 Tanda vital:
 TD : 120/80 mm/Hg
 N : 100x/m
 S: 36,6℃
 P: 20x/m
 Ukur: BB: 60 kg TB: 151 cm
 Turun: -
 Naik:-
Keluhan fisik:
 √ Tidak
 Ya,

Jelaskan : pasien tidak ada masalah fisik


Pemeriksaan Fisik : (head to toe)
Asuhan keperawatan gangguan/ risiko gangguan jiwa | 13
Jelaskan : tidak ada masalah fisik
Diagnosa Keperawatan

G. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL (Sebelum dan sesudah sakit)


Genogram:

30
Tahun

Keterangan Gambar

: Laki-laki Perkawinan

: Perempuan
Garis keturunan
: Laki-laki meninggal

: Perempuan meninggal Tinggal serumah


D
: distrant/berjarak Klien

: Cerai

Asuhan keperawatan gangguan/ risiko gangguan jiwa | 14


Asuhan keperawatan gangguan/ risiko gangguan jiwa | 15
Konsep Diri
 Citra tubuh : semua anggota tubuh disukai
 Identitas : berperan sebagai anak dalam keluarganya
 Peran : pasien mengatakan ia anak pertama dari 2 bersaudara
 Ideal diri : klien menginginkan dirinya cepat sembuh dan pengen cepat
pulang
 Harga diri : klien pernah mengalami hal yang tidak menyenangkan yaitu
kematian kakeknya
Diagnosa Keperawatan :_
Hubungan sosial
 Orang yang berarti/terdekat:
Klien mengatakan mempunyai hubungan dekat dengan orag tuanya
 Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat:
Klien mengatakan jarang mengikuti kegiatan di masyarakat seperti gotong royong ,
karang taruna, dan musyawarah .
 Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain:
Klien mengatakan sulit berkomunikasi dengan orang lain , malu membuka diri
Diagnosa Keperawatan : isolasi sosial
Spiritual
 Nilai dan keyakinan: islam /pasien mengatak ia sehat- sehat saja dan ini merupakan
cobaab dari Allah
 Kegiatan ibadah
Pasien selalu melakukan sholat 5 waktu
Diagnosa Keperawatan: tidak ada
H. STATUS MENTAL
 Penampilan:bersih
 Tidak rapi:rapi
 Penggunaan pakaian tidak sesuai:Tidak
 Cara berpakaian tidak seperti biasanya: ya
Jelaskan: pasien tampak memakai seragam RSJ , berpakaian yang sesuai, badan tampak
bersih, pasien juga mengatakan mandi 2x sehari.
Diagnosa Keperawatan: tidak ada

Kesadaran
Menurun:
√Compos mentis
 Sopor
 Apatis/sedasi
 Subkoma
 Somnolensia
 Koma
 Meninggi
 Hipnosa
 √Gangguan Tidur: tidak bisa tidur hanya melamun
 Disosiasi: ……………….
 Berubah
 Gangguan perhatian
Jelaskan : kesadaran compos mentis, klien mengatakan mengalami kesulitasn tidur hanya
melamu
Diagnosa Keperawatan:

Asuhan keperawatan gangguan/ risiko gangguan jiwa | 16


3. Orientasi
 Waktu
 Tempat
 Orang
 Jelaskan: Klien tidak mempunyai masalah pada orientasi waktu
o tempat dan orang yang di tandai dengan :
 Waktu : Mas, sekarang pagi atau malam ? Klien menjawab, ”pagi mba ”.
 Tempat : Sekarang lagi dimana ? Klien menjawab, di RS ruang 23 psikiatri
kamar isolasi.
 Orang : Siapa yang jaga mas sekarang : Klien menjawab, keluarga saya

Diagnosa Keperawatan: tidak ada

Asuhan keperawatan gangguan/ risiko gangguan jiwa | 17


4. Pembicaraan
 Cepat
 Keras
 Gagap
 Apatis
√ Lambat
 Membisu
√ Tidak mampu memulai pembicaraan
Lain-lain
Jelaskan: pasien berbicara seperluhnya, bicara pelan , tidak mau bertanta , jika di tanya
pasien menjawab dengan jelas , pasien tidak mengawali pembicaraan , pasien hanya diam
saja.
Diagnosa Keperawatan: harga diri rendah
Aktifitas motorik/Psikomotor
 Kelambatan :
 Hipokinesia, hipoaktifitas
 Katalepsi
 Sub stupor katatonik
 Fleksibilitas serea
 Jelaskan:. Tidak ada

 Peningkatan :
 √ Hiperkinesia,hiperaktifitas
 Gagap
 Stereotipi
 √ Gaduh Gelisah Katatonik
 Mannarism
 Katapleksi
 Tik
 Ekhopraxia
 Command automatism
 Grimace
 Otomatisma
 Negativisme
 Reaksi konversi
 Tremor
 Verbigerasi
 Berjalan kaku/rigid
 Kompulsif : sebutkan ………………….
Jelaskan : pasien terlihat sering berjalacn- jalan di luar ruangan kakinya juga sering
terlihat gerak- gerik walaupun sedang duduk
Persepsi – Sensorik
 Halusinasi
 Pendengaran
 Penglihatan
 Perabaan
 Pengecapan
 Perabaan
 ………..
 Ilusi
Asuhan keperawatan gangguan/ risiko gangguan jiwa | 18
 Ada
√ Tidak ada
 Depersonalisasi
 Ada
√ Tidak ada
 Derealisasi
 Ada
√ Tidak ada
 Gangguan somatosensorik pada reaksi konversi
 Ada
√ Tidak ada

Jelaskan: tidak ada

Diagnosa Keperawatan : tidak ada

Proses Pikir
 Arus Pikir
 Koheren
 Inkoheren
 Sirkumstansial
 Neologisme
 Tangensial
 Logorea
 Kehilangan asosiasi
√ Bicara lambat
 Flight of idea
 Bicara cepat
 Irrelevansi
 Main kata-kata
 Blocking
 Pengulangan Pembicaraan/perseverasi
 Afasia
 Asosiasi bunyi
 Lain-lain ……………………
Jelaskan: pasien berbicara seperluhnya, bicara pelan
Diagnosa Keperawatan: -

Arus Pikir
 Obsesif
 Ekstasi
 Fantasi
 Alienasi
 Pikiran Bunuh Diri
 Preokupasi
 Pikiran Isolasi sosial
 Ide yang terkait
 Pikiran Rendah diri
 Pesimisme
 Pikiran magis
Asuhan keperawatan gangguan/ risiko gangguan jiwa | 19
 Pikiran curiga
 Fobia,sebutkan…………..
 Waham
 Agama
 Somatik/hipokondria
 Kebesaran
 Kejar / curiga
 Nihilistik
 Dosa
 Sisip pikir
 Siar piker
 Kontrol pikir
 Lain lain

 Bentuk Pikir
 Realistik
√ Non Realistik
 Dereistik
 Otistik
Jelaskan :

Diagnosa Keperawatan :

Interaksi selama wawancara


 Bermusuhan
 Tidak kooperatif
 Mudah tersinggung
 √ Kontak mata kurang
Defensif
Jelaskan : pasien tidak melihat lawan bicara, kontak mata kurang
Diagnosa Keperawatan :

Memori
 Gangguan daya ingat jangka panjang ( > 1 bulan)
 Gangguan daya ingat jangka pendek ( 1 hari – 1 bulan)
 Gangguan daya ingat saat ini ( < 24 jam)
 Amnesia
 Paramnesia:
 Konfabulasi
 Dejavu
 Jamaisvu
 Fause reconnaissance
 hiperamnesia
Jelaskan : tidak ada

Diagnosa Keperawatan :
Tingkat konsentrasi dan berhitung
 Mudah beralih
 Tidak mampu berkonsentrasi
 Tidak mampu berhitung sederhana
Asuhan keperawatan gangguan/ risiko gangguan jiwa | 20
Jelaskan : mampu

Diagnosa Keperawatan :

Kemampuan penilaian
 Gangguan ringan
 Gangguan bermakna
Jelaskan :
Diagnosa Keperawatan :

Daya tilik diri


 Mengingkari penyakit yang diderita
 Menyalahkan hal-hal diluar dirinya
 Jelaskan : pasien mengatakan belum memahami kalau dirinya gangguan jiwa

Diagnosa Keperawatan :

I . KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG


Makan
 Bantuan Minimal
 Bantuan total
 JelaskanBAB/BAK
 Bantuan minimal
 Bantuan total
Jelaskan: pasien mengatakan BAK 5X sehari , BAB 1x sehari

Mandi
 Bantuan minimal
 Bantuan total
 Jelaskan
 : pasien mengatakan mandi 2x pagi dan sore itupun diingatkan oleh perawat

 Berpakaian/berhias
 Bantuan Minimal
 Bantuan total
 Jelaskan
:pasien mengatakan ganti baju setiap hari 1 kali, pakaian yang dipakai sesuai tidak terbalik
Istirahat dan tidur
 Tidur Siang, Lama : 13.00 s/d 15.00
 Tidur Malam, Lama : 19.30 s/d 06.00
 Aktifitas sebelum/sesudah tidur : menonton tv
 Jelaskan: pasien mengatakan sering melamun sebelum tidur
Penggunaan obat
 √Bantuan Minimal
 Bantuan total
Jelaskan
Pemeliharaan kesehatan
Ya Tidak
Perawatan Lanjutan √  
Sistem pendukung √ 
Asuhan keperawatan gangguan/ risiko gangguan jiwa | 21
Aktifitas dalam rumah
Ya Tidak
Mempersiapkan makanan √ 
Menjaga kerapihan rumah √ 
Mencuci Pakaian √ 
Pengaturan keuangan  √ 

Aktifitas di luar rumah


Ya Tidak
Belanja √  
Transportasi  
Lain-lain
Jelaskan :

Diagnosa Keperawatan :

J. MEKANISME KOPING
Adaptif Maladaptif
Bicara dengan orang lain Minum alkhohol
Mampu menyelesaikan masalah Reaksi lambat/berlebihan
Teknik relaksasi Bekerja berlebihan
Aktifitas konstruktif √ Menghindar
Olah raga Menciderai diri
Lain-lain Lain-lain…………..

Diagnosa Keperawatan :
K. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN
 Masalah dengan dukungan kelompok, spesifiknya
Tidak ada masalah
 Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifiknya
Klien mengatakan jarang mengikuti kegiatan di masyarakat

 Masalah dengan pendidikan, spesifiknya


Klien mengatakan sudah putuh kuliah pada semester 5r
 Masalah dengan pekerjaan, spesifiknya
Klien belum mempunyai pekerjaan
 Masalah dengan perumahan, spesifiknya
Klien tidak memiliki masalah dengan perumahan
 Masalah dengan ekonomi, spesifiknya
Tidak ada ada masalah dengan ekonomi
 Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifiknya
Klien tidak mengalami masalah
 Masalah lainnya, spesifiknya
Pasien mengatakan pernah alami hal yang tidak menyenangkan yaitu kematian
kakeknya pada tahun 2004, pasien merasa sedih hanya karena kakeknya orang yang
di percaya
Diagnosa Keperawatan :

Asuhan keperawatan gangguan/ risiko gangguan jiwa | 22


L. PENGETAHUAN KURANG TENTANG
 Apakah klien mempunyai masalah yang berkaitan dengan pengetahuan yang
kurang tentang suatu hal?
√Penyakit/gangguan jiwa
 Sistem pendukung
o √Faktor presipitasi
o √Mekanisme koping
 Penyakit fisik
o √Obat-obatan
Lain-lain, jelaskan

Diagnosa Keperawatan : Defisit pengetahuan

ASPEK MEDIS
Diagnosis medic : Skizofrenia
Terapi medik: Stelazin 3 x 5mg/Tab (Anti Psikotik)

Asuhan keperawatan gangguan/ risiko gangguan jiwa | 23


ANALISA DATA

NO DATA DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. DS: Isolasi sosial
 Pasien mengatakan malu
mengatakan masalah yang
terjadi pada dirinya
 Pasien mengatakan belum
nikah, enak sendirian
karena merasa lebih
nyaman
 Pasien mengatakan tidak
mau berinteraksi denga
orang lain
 Pasien mengatakan jika
ada masalah di pikirkan
sendiri
DO:
 Pasien tidak melihat lawan
bicara
 Kontak mata kurang
 Terlihat melamun
 Dan pasien terlihat sering
berjalan- jalan di luar
rungan , kakinya juga
sering terlihat gerak gerik
walaupun sedang duduk
2. Risiko Perilaku Kekerasan
DS:
 -

DO:
 Dari data rekam medis RSJ
Lawang . bahwa kelurga
mengatakan pasien bingung
dan serimh melamun, dan
kadang mengamuk

Asuhan keperawatan gangguan/ risiko gangguan jiwa | 24


POHON MASALAH

Risiko Perilaku Kekerasan (effect)

ISOLASI SOSIAL (core problem)

Gangguan konsep diri: Harga diri rendah (cause

DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN


Isolasi sosial

PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN


Isolasi sosial

Malang, 12-04- 2021


Perawat yang mengkaji

Maria Domitila Rosti


______________________________
NIM: 2020611002

Asuhan keperawatan gangguan/ risiko gangguan jiwa | 25


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGA DEWI

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Inisial klien : Tn. A


No RM :-
No. DX. Rencana
Keperawatan Tindakan Keperawatan
Tujuan Kriteria Hasil Intervensi

1. Isolasi TUM : Klien mampu Setelah 2 X interaksi klien 1. Bina hubungan saling
Sosial berinteraksi dengan orang menunjukan tanda-tanda percaya percaya dengan :
lain kepada atau terhadap perawat :  beri salam setiap
 Wajah cerah, tersenyum berinteraksi
TUK 1 : Klien dapat  Mau berkenalan  Perkenalkan nama, nama
membina hubungan saling  Ada kontak mata panggilan perawat, dan
percaya  Bersedia menceritakan tujuan perawat
perasaan berkrnalan
 Berseddia  Tanyakan dan panggil
mengungkapkan nama kesukaan klien
masalahnya  Tunjukan sikap jujur dan
menepati janji setiap kali
berinteraksi
 Tanyakan perasaan dan
masalah yang dihadapi
klien
 Buat kontrak interaksi
yang jelas
 Dengarkan dengan penuh
perhatian ekspresi

Asuhan keperawatan gangguan/ risiko gangguan jiwa | 26


perasaan klien

TUK 2 : 2.Setelah 2 kali interaksi klien 1.Tanyakan pada klien tentang :


Klien mampu dapat menyebutkan minimal  Orang yang tinggal
menyebutkan satu penyebab menarik diri : serumah atau dengan
penyebab tanda dan gejala  Diri Sendiri sekamar klien
isolasi sosial  Orang lain  Orang yang paling dekat
 Lingkungan ddengan klien dirumah
atau diruangan
perawatan
 Apa yang membuat klien
dekat dengan orang
tersebut
 Orang yang tidak dekat
dengan klien dirumah
atau diruangan perawat
 Apa yang membuat klien
tidak dekat dengan orang
tersebut
 Upaya yang sudah
dilakukan agar dekat
dengan orang tersebut
2.Diskusikan dengan klien
penyebab menarik diri / tidak
mau bergaul dengan orang lain
3.Beri pujian terhadap
kemampuan klien
mengungkapkan perasaanya

Asuhan keperawatan gangguan/ risiko gangguan jiwa | 27


TUK 3 : 3.Setelah 2 X interaksi dengan 1.Tanyakan pada klien tentang :
Klien mampu klien dapat menyebutkan  Manfaat hubungan
menyebutkan keuntungan keuntungan berhubungan sosiial
berhubungan sosial dan sosial, misalnya :  Kerugian menarik diri
kerugian menarik diri  Banyak teman
 Tidak kesepian 2.Diskusikan bersama klien
 Saling menolong tentang manfaat berhubungan
sosial dan kerugian menarik diri
Dean kerugian menarik diri
misalnya : 3.Beri pujian terhadap
 Sendiri kemampuan klien
 Kesepian mengungkapkan perasaannya
 Tidak bisa diskusi
 -
TUK 4 : 4.Setelah 2 X interaksi klien dapat 1. Observasi perilaku klien
Klien dapat melaksanakan melaksanakan hubungan soosial tentang berhubungan sosial
hubungan sosial secara secara bertahaap dengan :
bertahap -Perawat 2. Beri motivasi dan bantuu
- Perawat lain klien untuk berkenalan /
- Kelompok berkomunikasi dengan
perawat lain, klien lain,
kelompok

3. Libatkan klien dalam terapi


aktivitas kelompok
sosialisasi
4. .Diskusikan jadwal harian
yang dilakukan untuk
meningkatkan kemampuan
klien bersosialisasi
5. Beri motivasi klien untuk

Asuhan keperawatan gangguan/ risiko gangguan jiwa | 28


melakukan kegiatan sesuai
jadwal yang telah dibuat
6. Beri pujian terhadap
kemampuan klien
memperluas pergaulanya
melalui aktifitas yang
dilaksanakan

TUK 5 : 5.Setelah 2X interaksi klien dapat 1.Diskusikan dengan klien


Klien mampu menjelaskan menyebutkan perasaanya setelah tentang perasaanya setelah
perasaanya setelh berhubungan sosial dengan : berhbungan sosial dengan :
berhubungan sosial  Orang lain  Orang lain
 Kelompok  Kelompok

2.Beri pujian terhadap


kemampuan klien
mengungkapkan perasaaanya

TUK : 6 1.Setelah 2X kali pertemuan, 1.Diskusikan pentingya peran


Klien mendapat dukungan keluarga dapat menjelaskan : serta keluarganay sebagai
keluarga dalam pengertian menarik diri pendukung untuk mengatasi
memperluas hubyngan  tanda dan gejala menarik perilaku menarik diri
sosial diri 2.Diskusikan potensi keluarga
 penyebab dan akibat untuk membantu klien
menarik diri mengatasi perilaku menarik diri
 cara merawat klien 3.Jelaskan pada keluarga tentang
menarik diri :
 pengertian menarik diri
2.Setelah 2X pertemuan, keluarga  tanda dan gejala menarik
dapat mempraktekkan cara diri
merawat klien menarik diri  penyebab dan akibat
menarik diri

Asuhan keperawatan gangguan/ risiko gangguan jiwa | 29


 cara merawat klien
menarik diri

4.Latih keluarga cara merawat


klien menarik diri

5.Tanyakan perasaan keluarga


setelah mencoba cara yang
dilatihkan

6.Beri motivasi keluarga agar


membantu klien bersosialisasi

7.Beri pujian pada keluarga atas


keterlibatannya merawat klien
dirumah sakit
TUK 7 : 7.1 Setelah 2X interaksi klien 1. Diskusikan dengan klien
Klien dapat memanfaatkan menyebutkan : tentang manfaaat dan
obat dengan baik  manfaat minum obat kerugian tidak minum obat,
 kerugian tidak meminum nama, warna, dosis, cara,
obat efek terapi, dan efek
 nama, warna, dosis, efek samping penggunaan obat.
terapi, efek samping obat
2. Pantau klien saat
7.2.Setelah...kali interaksi klien penggunaan obat
mendemonstrasikan penggunaan
obat dengan benar 3. Beri pujian jika klien
menggunakan obat dengan
7.3.Setelah...kali interaksi klien benar
dapt menyebutkan akibat berhenti
minum obat tanpa konsultasi 4. Diskusikan berhenti minum
dokter obat tanpa konsultasi dengan

Asuhan keperawatan gangguan/ risiko gangguan jiwa | 30


dokter

5. .Anjurkan klien untuk


konsultasi kepada dokter
atau perawat jika terjadi hal-
hal yang tidak diinginkan

Asuhan keperawatan gangguan/ risiko gangguan jiwa | 31


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGA DEWI

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

Nama : Tn. A
Ruangan : Tidak ada
RM No. : tidak ada

NO Tanggal
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN EVALUASI
Dx & Jam

Asuhan keperawatan gangguan/ risiko gangguan jiwa | 32


Data Pasien: S:
DS: Pasien:
 Pasien mengatakan malu  Pasien mengatakan malu
mengatakan masalah yang terjadi mengatakan masalah yang terjadi
pada dirinya pada dirinya
 Pasien mengatakan belum nikah,  Pasien mengatakan belum nikah,
enak sendirian karena merasa lebih enak sendirian karena merasa lebih
nyaman nyaman
 Pasien mengatakan tidak mau  Pasien mengatakan tidak mau
berinteraksi denga orang lain berinteraksi denga orang lain
 Pasien mengatakan jika ada masalah  Pasien mengatakan jika ada
di pikirkan sendiri masalah di pikirkan sendir
DO: Keluarga:
 Pasien tidak melihat lawan
bicara O:
 Kontak mata kurang 
Dari dara rekam medis rsj
 Terlihat melamun lawang bahwa keluarga
 Dan pasien terlihat sering mengatakan pasien bingung
berjalan- jalan di luar rungan , dan sering melamun , kadang
kakinya juga sering terlihat mengamuk
gerak gerik walaupun sedang Pasien:
duduk  Pasien tidak melihat lawan bicara
Data Keluarga:  Kontak mata kurang
DS:-  Terlihat melamun
 Dan pasien terlihat sering berjalan-
DO: jalan di luar rungan , kakinya juga
 Dari dara rekam medis rsj lawang sering terlihat gerak gerik
bahwa keluarga mengatakan pasien walaupun sedang duduk
bingung dan sering melamun ,
kadang mengamuk . Keluarga:
-
DIAGONOSIS KEPERAWATAN: A:masalah belum teratasi
Isolasi sosial Kognitif:
Pasien mengatakan pernah kuliah di
TINDAKAN KEPERAWATAN: UB sampai semseter 7 kemudian
Pasien: putus kuliah
 Identifikasi penyebab isolasi sosial, Afektif:
siapa yang serumah, siapa yang Pasien menerima cara yang di berikan
dekat, yang tidak dekat, dan untuk mengontrol isolasi sosial
apasebabnya. Psikomotor:
 Keuntungan punya teman dan Pasien telah mampu melakukan cara
bercakap-cakap. mengontrol isolasi sosial dengan cara
 Kerugian tidak punya teman dan bercakap –cakap dan melakukan
tidak bercakap-cakap. kegiatan harian
 Latih cara bercakap-cakap dengan P: Pertahankan intervensi
anggota keluarga dalam 1 kegiatan Pasien:
harian.  Melatih bercakap- cakap dengan 1
 Masukkan dalam jadwal untuk anggota keluarga dalam kegiatan
kegiatan harian harian

Asuhan keperawatan gangguan/ risiko gangguan jiwa | 33


Keluarga: Perawat:
 Diskusikan masalah yang dirasakan  Tetap melakukan sp 1
dalam merawat pasien.  Melatih bercakap- cakap
 Jelaskan pengertian, tanda dan dengan 1 anggota keluarga
gejala, dan proses terjadinya isolasi dalam kegiatan harian
sosial (gunakan booklet).
 Jelaskan cara merawat isolasi sosial.
 Latih cara merawat: bercakap-cakap
saat melakukan kegiatan harian.

RENCANA TINDAK LANJUT:


Pasien:
 Melatih bercakap-cakap dengan 1
angota keluarga dalam kegiatan
harian
 Memasukan dalam jadwal kegiatan
harian

Keluarga:
 Melatih cara merawat, bercakap-
cakap saat melakukan kegiatan
harian dengan 1 orang keluarga
 Membantu pasien dalam
pengisian buku harian sesuai
jadwal

Asuhan keperawatan gangguan/ risiko gangguan jiwa | 34


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGA DEWI

ANALISA PROSES INTERAKSI

Inisial klien : Tn. A Nama Mahasiswa : Maria Domitila Rosti


Status interaksi perawat-klien : pertemuan 1 dengan klien Tanggal : 12/04/2021
Lingkungan : Di rumah klien Jam: 10.00
Deskripsi klien : klien tampak melamun Bangsa : tidak ada
Tujuan (berorientasi pada klien : klien bisa bercakap- cakap dengan 1 orang
Anggota keluarga
ANALISA ANALISA
KOMUNIKASI NON
KOMUNIKASI VERBAL BERPUSAT BERPUSAT RASIONAL
VERBAL
PADA PERAWAT PADA KLIEN
P : selamat pagi mas , boleh P : menyapa sambil Ingin membuka Via video call Salam merupakan kalimat
saya ngobrol sama mas tersenyum percakapan dengan pembuka untuk memulai
sebentar? klien dan berharap suatu percakapan sehingga
K : selamat pagi, silakan K : membalas dengan dengan sapaan dapat terjalin rasa saling
senyum sederhana Perawat bisa percaya
di terima oleh pasien

P :mas. perkenalkan saya P : menatam pasien Berharap klien dapat Via video call Perkenalan adalah salah
maria domitila rosti , K : : kontak mata, nada pelan menjawab dengan satu cara membina
mahasiswa prfresi ners dari mempersilahkan perawat benar hubungan saling percaya
Universitas Tribhuwana duduk dengan pasien
Tunggadewi Malang yang
bertugas disini, bisakah saya
berincang – bincang dengan
ibu
K : iya, boleh
P : kalau boleh tau , nama P : : mempertahankan kontak Berharap klien dapat Tersenyum Memperkenalkan diri
mas siapa mata menjawab dengan dapat menciptakan rasa

Asuhan keperawatan gangguan/ risiko gangguan jiwa | 22


K : mas . K benar percaya klien terhadap
K : kontak mata kurang perawat

P : mas sekarang ada dimana P : Menatap klien dengan Berada Menjelaskan Berharap klien dapat
K : saya berada di rumah senyum dan nada pelan menjawab dengan benar

K : kontak mata kurang

Rekomendasi : fase awal yaitu fase 1 (perkenalan) dilaksanakan dengan baik. Klien cukup kooeperatif walaupun sering terganggu dengan . Data
yang tergali adalah data tidak malu menjelaskan masalah pribadinya , . Kontrak selanjutnya telah dilaksanakan dan pasien menerima kontrak
tersebut. Secara umum proses interaksi sudah dapat dilanjutkan.

Asuhan keperawatan gangguan/ risiko gangguan jiwa | 23


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGA DEWI
RESUME
KEPERAWATAN GANGGUAN JIWA WAHAM
Nama : Ny.Z Ruangan :tidak ada RM No. : tidak ada

NO Tanggal
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN EVALUASI
Dx & Jam
1 13 Data Pasien: S:
April DO: Pasien: klien dapat mengikuti arahan
2021 Klien mengatakan mudah marah dan tersinggung Pada dengan cara menarik nafas dalam
saat SMP pasien, membakar bajunya sendiri dan sering melalui hidung tahan sebentar dan di
memukul keluarganya. hembuskan lewat mulut bisa diulangi
Pada tahun 2005 keluhan pasien kembali muncul saat 5 kali ketika sudah mengaami gejala
ayah pasien meninggal karena jatuh dari tangga. ingin marah.
Pasien kembali sering marah, mengamuk, dan melempar
orang Keluarga: kakak sepupu klien
mengatakan Ny.C sudah dapat
DS: mengikuti arahan dengan cara
klien tampak mudah marah dan tersinggung dan tampak menarik nafas dalam dan di ulangi
malas dan kantung matanya hitam. selama 5 kali
Data Keluarga:
DO: kaka sepupunya mengatakan klien marah-marah O:
tampa sebab dan sering tertawa dan mengobrol sendiri Pasien: Ny.C sudah bisa melakukan
DS: kliennya kurang tidur karena setiap malam bngun cara menarik nafas dalam dan sudah
keluyuran menjadi kegiatan hareiannya

DIAGONOSIS KEPERAWATAN: Keluarga: kakak sepupu klien selalu


Resiko perilak kekerasan meningatkan cra menerik nafas

Asuhan keperawatan gangguan/ risiko gangguan jiwa | 24


dalam.
TINDAKAN KEPERAWATAN:
Pasien: A:
Pertemuan 1 : Kognitif: Ny.C memahami apa yang
Identifikasi penyebab, tanda dan gejala, PK yang perawat dan keluarga sanpaikan
dilakukan, akibat PK. Afektif: Ny.C beretika sopandan
Jelaskan cara mengontrol PK: fisik, obat, verbal, menghargai perawat yang
spiritual. mengajaknya mengobrol
Latih cara mengontrol PK fisik 1 (tarik nafas dalam) dan
2 (pukul kasur atau bantal). Psikomotor: Ny.C tampak diam dan
Masukkan pada jadual kegiatan untuk latihan fisik. mencermati saat perawat dan
Pertemuan 2: keluarganya bicara dan mengigatkan
Evaluasi kegiatan latihan fisik 1 dan 2. Beri pujian. kegiatan hariannya
Latih cara mengontrol PK dengan obat (jelaskan 6 benar:
jenis, guna, dosis, frekuensi, cara, kontinuitas minum P:
obat). Pasien:
Masukkan pada jadual kegiatan untuk latihan fisik dan Latihan menarik nafas dalam
minum obat. Perawat:
Pertemuan 3 : Perawat mampu klien untuk latihan
Evaluasi kegiatan latihan fisik 1 dan 2 dan obat,bri menarik nafas dalam
pujian Membuat jadual kegiatan harian yang
Latih cara mngontrol PK secara vebal (3 cara yaitu, akan di rencanakan
mengungkapkan, meminta, menolak dengan benar) Seperti :
Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihyan fisik Bercerita dengan saudara dan
minum obat, dan verbal keluarga
Pertemuan 4 : Melakukan kegiatan dirumah atau
Evaluasi kegiatan latihan fisik 1 dan 2, obat dan verbal. membantu orang tua
Beri pujian Menjalani sholat 5 waktu
Latih caera mengontrol PK secara spritual (2 kegiatan)
Masukkan pada jadwal kegitan untuk latihan fisik,
minum obat,verbal dan spiritual
Pertemuan 5:

Asuhan keperawatan gangguan/ risiko gangguan jiwa | 25


Evaluasi latihan fisik1,2,minum obat,verbal dan spiritual
dan berikan pujian
Nilai kemampuan yang telah mandiri.
Nilai apakah PK terkontrol

Keluarga:
RENCANA TINDAK LANJUT:
Pasien:
Pertemuan 1:
Diskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat
klien.
Jelaskan pengertian, tanda dan gejala, dan proses
terjadinya PK (gunakan booklet).
Jelaskan cara merawat PK.
Latih 1 cara merawat PK: fisik 1, 2.
Anjurkan membantu pasien sesuai jadual dan
memberikan pujian.
Pertemuan 2:
Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/ melatih
pasien fisik 1, 2. Beri pujian.
Jelaskan 6 benar cara memberikan obat.
Anjurkan membantu pasien sesuai jadual dan memberi
pujian.

Pertemuan 3
Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/melatih
pasien fisik 1,2dan memberikan obat beri pujian
Latih cara membimbing verbal/bicara
Latih cara membimbing

Pertemuan 4:
Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/melatih

Asuhan keperawatan gangguan/ risiko gangguan jiwa | 26


pasien fisik 1,2 dan memberikan obat,verbal dan
spiritual. Beri pujian
Jelaskan follow up ke PKM tanda kambuh, rujukan
Anjurkan membantu pasien

Pertemuan 5:
Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/melatih
pasien fisik 1,2 dan memberikan obat, verbal dan
spiritual dan follow up. Beri pujian

RENCANA TINDAK LANJUT:


Pasien:
Melatih memukul kasur atau bantal
Keluarga:
Menyampaikan ke orang tua agar terus mengajak
anaknya melakukan kegiatan harianya dan
memberikannya motivasi yang baik untuk mengertiakan
keadaanya

Data Pasien: S:
DO: Pasien tampak berbicara sendiri Pasien: Pasien mengatakan masi
mendengar suara bisikan hanya sesekali

DS:Pasien terkadang mendengar suara bisikan yang


menyuruhnya untuk menjaga wilayah daerah luwu dari Keluarga: keluarga pasien mengatakan
serangan perang mandar, Pasien juga mengatakan pernah
anaknya sudah mulai bisa
melihat hantu

Asuhan keperawatan gangguan/ risiko gangguan jiwa | 27


mengendalikan diri.
Data Keluarga:
DO: O:

- Keluarga pasien tampak mendukung klien untuk sembuh. Pasien: Pasien sudah tampak tenang
- Keluarga pasien tampak mengurus pasien dengan baik

DS:
Keluarga: keluarga pasien tampak
- Ibu pasien mengatakan Pada awalnya pasien tiba-tiba
melihat hantu di rumahnya ketika sedang menonton bola mengajarkan cara untuk menghardik,
di televisi, pasien pun berlari keluar rumah dan sangat minum obat, berbincang-bincang dan
ketakutan. Sejak peristiwa tersebut pasien selalu merasa melakukan kegiatan untuk mendukung
ketakutan. Pada tahun 2006, ayah pasien meninggal
kesembuhan pasien
dunia dan sejak saat itu pasien sering berbicara-bicara
sendiri.
- Menurut adiknya, setiap pasien melakukan aktivitas
pasien selalu berbicara sendiri dengan mengatakan ”salah A: Masalah belum teratasi
lagi-salah lagi” sehingga aktivitas apa pun yang
Kognitif: Pasien mengerti dan pahan
dikerjakannya selalu dilakukan secara berulang-ulang.
cara unruk mengatasi halusinasi dengan
DIAGONOSIS KEPERAWATAN: cara menghardik, menggunakan obat,
Halusinasi berbincang-bincang dengan orang lain
dan melakukan kegiatan

TINDAKAN KEPERAWATAN: Afektif: Pasien memiliki sikap yang baik


saat dijelaskan dan diajarkan cara untuk
Pasien:
mengontrol halusinasi
Jam 10.00 mendiskusikan cara untuk Mengenali
halusinasi yang dialaminya: isi, frekuensi, waktu
Psikomotor: Pasien mau melakukan
terjadi, situasi pencetus, perasaan, respon dan
kegiatan-kegiatan untuk mengotrol

Asuhan keperawatan gangguan/ risiko gangguan jiwa | 28


mengontrol halusinasi dengan cara menghardik halusinasinya.
- Mendiskusikan dengan pasien isi, frekuensi, waktu
terjadi, situasi pencetus, perasaan, respon
terhadap halusinasi. P: Intervensi dilanjutkan

- Menjelaskan dan melatih cara mengontrol Pasien:


1. Dukung klien untuk mengungkapkan
halusinasi: Menghardik halusinasi
pengalaman yang mendukung
- Menjelaskan cara menghardik halusinasi, memperagakan
pikiran, perasan dan perilaku positif
cara menghardik, meminta pasien memperagakan ulang,
2. Latih satu kemampuan positif.
memantau penerapan cara ini, dan menguatkan perilaku
pasien.
Perawat:
Menganjurkan keluarga untuk Membantu
Keluarga:
dalam memberikan motivasi dan
Jam 10.30 mendiskusikan cara untuk mengenal membantu pasien agar selalu berpikir
masalah merawat pasien di rumah dan menjelaskan
positif dan melakukan kegiatan-kegiatan
halusinasi (pengertian, jenis, tanda dan gejala
halusinasi dan proses terjadinya). positif.

- Mendiskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam


merawat pasien.
- Memberikan penjelasan kesehatan meliputi : pengertian
halusinasi, jenis halusinasi yang dialami, tanda dan gejala
halusinasi, proses terjadinya halusinasi
RENCANA TINDAK LANJUT:
Pasien:
Jam 10.00 mendiskusikan cara untuk Mengontrol
halusinasi dengan cara menggunakan obat.
- Menggunakan obat secara teratur

Asuhan keperawatan gangguan/ risiko gangguan jiwa | 29


Menjelaskan pentingnya penggunaan obat, jelaskan bila
obat tidak digunakan sesuai program, jelaskan akibat
bila putus obat, jelaskan cara mendapat obat/ berobat,
jelaskan cara menggunakan obat dengan prinsip 6 benar
(benar jenis, guna, frekuensi, cara, kontinuitas minum
obat).
Keluarga:
Jam 10.30 melatih cara untuk merawat pasien dengan
halusinasi.
- Jelaskan dan latih cara merawat anggota keluarga yang
mengalami halusinasi: menghardik, minum obat,
bercakap-cakap, melakukan aktivitas.

RENCANA TINDAK LANJUT:


Pasien:
Jam 10.00 Mendiskusikan cara untuk Mengontrol
halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan
orang lain.
- Melatih cara bercakap-cakap dengan orang lain.
Keluarga:

Jam 10.30 Melatih cara untuk menciptakan


lingkungan yang nyaman untuk klien dengan
halusinasi dan mengenal tanda dan gejala kambuh
ulang

- Diskusikan cara menciptakan lingkungan yang dapat


mencega terjadinya halusinasi.

Asuhan keperawatan gangguan/ risiko gangguan jiwa | 30


- Diskusikan tanda dan gejala kekambuhan.
RENCANA TINDAK LANJUT:
Pasien:
Jam 10.00 mendiskusikan cara untuk mengontrol
halusinasi dengan cara melakukan aktifitas.
- Melakukan aktifitas yang terjadual.
Menjelaskan pentingnya aktifitas yang teratur,
mendiskusikan aktifitas yang biasa dilakukan oleh
pasien, melatih pasien melakukan aktifitas, menyusun
jadual aktifitas sehari–hari sesuai dengan jadual yang
telah dilatih, memantau jadual pelaksanaan kegiatan,
memberikan reinforcement.
Keluarga:
Jam 10.30 melatih cara untuk
memanfaatkan fasilitas kesehatan
untuk follow-up pasien dengan
halusinasi.

- Diskusikan pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan


terdekat
untuk follow-up anggota keluarga dengan halusinasi

Asuhan keperawatan gangguan/ risiko gangguan jiwa | 31


Asuhan keperawatan gangguan/ risiko gangguan jiwa | 32
Asuhan keperawatan gangguan/ risiko gangguan jiwa | 33
Asuhan keperawatan gangguan/ risiko gangguan jiwa | 34

Anda mungkin juga menyukai