Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN ANAK

MALNUTRISI

Disusun Oleh
GITA CORNELYA PUTRI MELANIE
(181210012)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2021
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan dengan “ Malnutrisi “ di Ruang Srikandi RSUD Jombang

Nama Mahasiswa : GITA CORNELYA PUTRI MELANIE


NIM : 181210012

Jombang, 24 Maret 2021


Mahasiswa

(Gita Cornelya Putri M)


Menyetujui
Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan/CI

(........................................................) (..............................................................)

Mengetahui
Kepala Ruangan

(....................................................)
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Konsep Dasar Teori
1. Pengertian
Malnutrisi adalah kesalahan pangan terutama terletak dalam
ketidakseimbangan komposisi hidangan penyediaan makanan (Akhmad Djaeni,
2004).
DepKes RI (2017) malnutrisi adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan
oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam keadaan sehari- hari sehingga
tidak memenuhi dalam angka kecukupan gizi.
Kurang Energi Protein (KEP) adalah seseorang yang kurang gizi yang
disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan
sehari-hari dan atau gangguan penyakit tertentu (Supariasa, 2012).
2. Etiologi
Penyebab malnutrisi dapat dibagi menjadi 2, antara lain:
1. Penyebab langsung
a. Kurangnya asupan makanan: Kurangnya asupan makanan sendiri dapat
disebabkan oleh kurangnya jumlah makanan yang diberikan, kurangnya
kualitas makanan yang diberikan dan cara pemberian makanan yang salah.
b. Adanya penyakit: Terutama penyakit infeksi, mempengaruhi jumlah asupan
makanan dan penggunaan nutrien oleh tubuh. Infeksi apapun dapat
memperburuk keadaan gizi, malnutrisi walaupun masih ringan mempunyai
pengaruh negatif pada daya tahan tubuh terhadap infeksi.
2. Penyebab tidak langsung
a.Kurangnya ketahanan pangan keluarga: Keterbatasan keluarga untuk
menghasilkan atau mendapatkan makanan. Penyakit kemiskinan malnutrisi
merupakan problem bagi golongan bawah masyarakat tersebut.
b. Kualitas perawatan ibu dan anak.
c. Buruknya pelayanan kesehatan.
d. Sanitasi lingkungan yang kurang.
e. Faktor Keadaan Penduduk
Dalam World Food Conference di Roma dikemukakan bahwa kepadatan
jumlah penduduk yang cepat tanpa diimbangi dengan tambahnya persediaan
bahan makanan setempat yang memadai merupakan sebab utama krisis pangan.
Ms. Lorent memperkirakan bahwa marasmus terdapat dalam jumlah yang
banyak jika suatu daerah terlalu padat daerahnya dengan hygiene yang buruk
(Lutfiana, 2013)
3. Patofisiologi
Gizi kurang biasanya terjadi pada anak balita dibawah usia 5 tahun. Tidak
tercukupinya makanan dengan gizi seimbang serta kondisi kesehatan yang
kurang baik dengan kebersihan yang buruk mengakibatkan balita atau anak-anak
menderita gizi kurang yang dapat bertambah menjadi gizi buruk jika tidak
terintervensi dengan cepat dan tepat. Karena rendahnya penghasilan keluarga
sehingga keluarga tidak mampu mencukupi kebutuhan balita dan keluarga tidak
memberikan asuhan pada balita secara tepat dapat menyebabkan terjadinya gizi
kurang (Waryana, 2016). Pada anak gizi kurang dapat mengakibatkan lapisan
lemak di bawah kulit berkurang, daya tahan tubuh balita menurun, dan produksi
albumin juga menurun sehingga balita mudah terkena infeksi dan mengalami
terlambatan perkembangan. Balita dengan gizi kurang juga mengalami
peningkatan kadar asam basa pada saluran pencernaan menyebabkan balita
mengalami diare sehingga masalah keperawatan yang muncul
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (Waryana, 2016).
4. Pathway

Malabsorbsi, infeksi
Kegagalan melakukan
dan anoreksia
sintesa protein dan
kalori

Reaksi infeksi

Intake kurang Sosek rendah krg


Keadaan umum
dari kebutuhan asupan makanan
lemah
bergizi

Daya tahan tubuh Defisiensi kalori Defisiensi


menurun dan protein pengetahuan

Hilangnya lemak Fungsi saluran Asam amino esensial


dibantalan kulit cerna terganggu menurun dan produksi
albumin menurun

Turgor kulit menurun Gangguan


dan keriput peristaltik dan Atropi otot
penyerapan usus

Kerusakan integritas
kulit Peristaltik meningkat,
air dan garam terbawa Keterlambatan
ke usus pertumbuhan

Anoreksia, diare

Cairan elektrolit
terbuang

Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan
(Sumber: A. Aziz Alimul Hidayat, 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak,
EGC. Jakarta)
5. Manifestasi klinis
Supariasa (2012), anak yang mengidap KEP ringan dan sedang pada
pemeriksaan hanya nampak kurus. Namun gejala klinis KEP berat secara garis
besar dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu marasmus, kwasiorkor, atau
marasmus-kwasiorkor.
Pada pemeriksaan klinis, penderita KEP berat akan memperlihatkan tanda-tanda
sebagai berikut:
a. Marasmus
1) Anak tampak sangat kurus, tinggal tulang terbungkus kulit
2) Wajah seperti orang tua
3) Cengeng dan rewel
4) Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit, bahkan sampai tidak
ada
5) Sering disertai diare kronik atau konstipasi/susah buang air, serta penyakit
kronik
6) Tekanan darah, detak jantung, dan pernapasan berkurang.
b. Kwasiorkor
1) Edema umumnya di seluruh tubuh terutama pada kaki
2) Wajah membulat dan sembab
3) Otot-otot mengecil (atropi), lebih nyata apabila diperiksa pada posisi berdiri
atau duduk, anak berbaring terus-menerus
4) Perubahan status mental: cengeng, rewel, kadang apatis
5) Anak sering menolak segala jenis makanan (anoreksia)
6) Pembesaran hati
7) Sering disertai infeksi, anemia, dan diare/mencret
8) Rambut berwarna kusam dan mudah dicabut
9) Gangguan kulit berupa bercak merah yang meluas dan berubah menjadi
hitam terkelupas
10) Pandangan mata anak tampak sayu.
c. Marasmus-kwasiorkor
Tanda-tanda marasmus-kwasiorkor adalah gabungan dari tanda-tanda
yang ada pada marasmus dan kwasiorkor.
6. Komplikasi
Menurut Webster-Gandy (2012), selain tingginya risiko mortalitas, kurang
gizi juga terkait dengan morbilitas yang lebih besar :
a. Berat badan turun (utamanya lemak dan otot)
b. Fungsi otot terganggu :
1) Otot rangka – mobilitas buruk, tingginya risiko jatuh
2) Pernapasan – tingginya resiko infeksi paru-paru, penurunan kapasitas
olahraga penyapihan ventilasi tertunda
3) Jantung – bradikardia, hipotensi, penurunan curah jantung
4) Saluran cerna – penurunan integritas dinding usus berpotensi menambah
akses masuk mikroorganisme
c. Fungsi imun melemah :
1) Penurunan fagositosis, penurunan kemotaksis, penurunan penghancuran
bakteri intrasel, penurunan limfosit T
2) Peningkatan angka infeksi
3) Respons yang buruk terhadap vaksinasi
d. Sintesis protein baru terganggu :
1) Penyembuhan luka kurang baik, tingginya risiko ukserasi
2) Perlambatan masa pulih dari pembedahan
3) Perlambatan atau penghentian pertumbuhan anak
4) Penurunan fertilitas pada wanita dan pria
e. Gangguan psikologis :
1) Depresi, anoreksia, penurunan motivasi
2) Penurunan kualitas hidup
3) Gangguan intelektual jika kurang gizi terjadi pada masa bayi
f. Beban ekonomi bertambah :
1) Peningkatan komplikasi
2) Peningkatan lama rawat inap di rumah sakit dan unit perawatan intensif
(ICU)
3) Tingginya angka rawat inap kembali setelah sebelumnya dipulangkan dari
rumah sakit
4) Rehabilitasi lebih lama
5) Tingginya ongkos obat
6) Meningkatnya kunjungan ke dokter umum
7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang akan diberikan kepada anak dengan masalah
malnutrisiyaitu berupa pengobatan yang berbentuk makanan yang mengandung
banyak protein bernilai tinggi, banyak cairan, cukup vitamin dan mineral. Pasien
dengan defisiensi tidak selalu dibawa ke Rumah Sakit kecuali yang menderita
malnutrisi berat atau malnutrisi dengan komplikasi penyakit lainnya. Cara
memberikan makan pada balita dengan malnutrisi selama anak masih mau makan
peroral diberikan secara berulang-ulang. Tetapi jika dilihat bahwa makanan
selalu masih sisa lebih dari setengahnya, lebih baik diberikan melalui sonde.
Biasanya bila telah 3-4 hari disonde berat badan sudah mulai naik dan nafsu
makan sudah mulai timbul, pemberikan makan secara bertahap seperti yang
diterangkan diatas. Perlu diperhatikan selama masa resusitasi ini apakah tidak
berak-berak, bila demikian susu perlu diganti (Ngastiah, 2005).
8. Pemeriksaan penunjang
 Pemeriksaan laboratorium: kadar gula, darah tepi lengkap, feses lengkap,
elektrolit serum, protein serum (albumin, globulin), ferritin. Pada
pemeriksaan laboratorium,anemia selalu ditemukan terutama jenis
normositik normokrom karena adanya gangguan system eritropoesis akibat
hypoplasia kronis sumsum tulang di samping karena asupan zat besi yang
kurang dalam makanan, kerusakan hati dan gangguan absorbs. Selain itu
dapat ditemukan kadar albumin serum yang menurun.
 Pemeriksaan radiologi (dada, AP dan lateral) juga perlu dilakukan untuk
menemukan adanya kelainan pada paru.
 Tes mantoux
 EKG
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
A. Identitas: Meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, pekerjaan,

No Register, agama, tanggal masuk Rs , dll.

B. Keluhan utama: Tidak ada nafsu makan dan muntah.

C. Riwayat penyakit sekarang: Gizi buruk biasanya ditemukan nafsu makan

kurang kadang disertai muntah dan tubuh terdapat kelainan kulit (crazy

pavement).

D. Riwayat penyakit dahulu: Apakah ada riwayat penyakit infeksi, anemia, dan

diare sebelumnya.

E. Riwayat kesehatan keluarga: Apakah ada keluarga yang lain menderita gizi

buruk

F. Pemeriksaan fisik

a) Inspeksi

 Mata : agak menonjol, konjungtiva anemis, bula mata rontok.

 Wajah : membulat dan sembab.

 Kepala : rambut mudah rontok dan kemerahan, tampak kusam dan kotor

 Kulit : adakah crazy pavement dermatosis.

 Abdomen :

- Marasmus : tampak cekung

- Kwasiokor : tampak buncit seperti busung lapar.

2. Diagnosa Keperawatan
a.Pemenuhan nutrisi kurang daari kebuituhan tubuh b.d intake nutrisi tidak

adekuat.

b. Kerusakan integritas kulit b.d perubahan nutrisi, dehidrasi.

c.Kurang pengetahuan b.d kurang informasi tentang kondisi, prognosi dan

kebutuhan nutrisi

d. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b/d asupan kalori dan

protein yang tidak adekuat.


3. Intervensi Keperawatan
1. Resiko keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan b.d dukungan
orangtua yang tidak adekuat
Tujuan: anak dapat menunjukkan perilaku yang tepat sesuai dengan
usianya.
Kriteria hasil: anak akan emeperlihatkan suatu peningkatan dalam
perilaku personal, social, kognisi atau aktivitas yang sesuai dengan
motoric di usianya.
Intervensi:
a.Tingkatkan rangsangan dengan menggunakan berbagai boneka berwarna
ditempat tidur
b. Gendong saat memberi makan, makan perlahan dalam lingkungan yang
santuy
c.Beri waktu istirahat saat makan.
d. Amati ibu dan anak saat interaksi, terutama saat makan

2. Ketidakefektifan pemberian pola makan b.d kelemahan sekunder


diakibatkan malnutrisi kurang energy protein
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan keluarga dapat
mengetahui pemberian pola makan yang baik.
Kriteria hasil: menerima nutrisi yang adekuat untuk pertumbuhan yang
sesuai dengan usia dan kebutuhan.
Intervensi:
a.Kaji pola makan dan kebutuhan nutrisi
b. Tingkatkan tidur kurangi pemakaian energi yang
tidak perlu

3. Infeksi b.d malnutrisi


Tujuan: individu dapat melaporkan infeksi dan kewaspadaan yang
diperlukan.
Kriteria hasil: individu akan memperlihatkan teknik cuci tangan yang
sangat cermat pada waktu pulang, melakukan tindakan pencegahan yang
tepat untuk mencegah infeksi.
Intervensi:
a.Pantau tanda infeksi missal (kesulitan makan, muntah, ketidakstabilan
tubuh)
b.Lindungi individu yang mengalami defisit imun dari defisit.
c.Amati terhadap manifestasi klinis infeksi
d.Kurangi kerentanan individu terhadap infeksi.
4. Ketidakseimbangan nurtrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d
ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan kekurangan
nutrisi
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan keluarga mampu mengenal,
memutuskan, dan merawat anggota keluarga dengan ketidakseimbangan
nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
Kriterian hasil: keluarga mampu menyebutkan 2 dari 3 penyebab gizi
kurang, Menjelaskan pengertian gizi kurang dengan bahasa sendiri.
Intervensi:
a.Gali pengetahuan keluarga tentang gizi kurang
b.Jelaskan dampak yang ditimbulkan pada balita dengan gizi kurang
c.Bantu keluarga untuk mengulangi apa yang telah dijelaskan
d. Beri pujian atas prilaku yang benar

4. Implementasi Keperawatan
Ketidakseimbangan nurtrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d
ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan kekurangan
nutrisi, dilakukan implementasi keperawatan sebagai berikut:
a.menggali pengetahuan keluarga tentang gizi kurang
b.menjelaskan dampak yang ditimbulkan pada balita dengan gizi kurang
c.membantu keluarga untuk mengulangi apa yang telah dijelaskan
d.memberi pujian atas prilaku yang benar

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil,
implementasi dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat
keberhasilan bila hasil dan evaluasi tidak berhasil sebagian perlu disusun
rencana keperawatan yang baru (Gusti, 2013).
DAFTAR PUSTAKA

Webster-Gandy, Joan. 2014. Gizi & Dietetika. Jakarta : EGC

Supariasa, I Dewa Nyoman. 2012. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC.

A. Aziz Alimul Hidayat, 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak, EGC. Jakarta.

Waryana. 2016. Promosi Kesehatan, Penyuluhan dan Pemberdayaan Masyarakat.


Yogyakarta : Nuha Medika

Gusti, Salvari. 2013. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta : CV Trans
Info Media

Anda mungkin juga menyukai