Anda di halaman 1dari 9

NAMA : NURUL ANNISAK

NIM : PO714241181058

KELAS: D.IV B TK.2

PEMERIKSAAN SPESIFIK PADA REGIO ANKLE

 Anamnesis dan Inspeksi pada Ankle


1. Anamnesis

Secara skematis anamnesis terdapat berbagai bagian yaitu:

1. Anamnesis khusus : merupakan bagian yang paling utama dari anamnesis. Hal-hal yang perlu
dipertanyakan adalah :
a. Letakataulokalisasinyeri
b. Bagaimana terjadinya nyeri
c. Kapan terjadi nyeri
d. Bagaimana perjalanan nyeri
e. Factor yang memperberatdan yang menguranginyeri (provokasi)
f. Sifat dari nyeri
2. Anamnesis tambahan : untuk mendapatkan kesan atau gambaran tentang asal / penyebab
keluhan yang berada diluardarisusunanalatgerakatauterlokalisai.
3. Anamnesis familial : dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang kelainan atau penyakit
yang adahubungannyadengan factor heriditerseperti DM, muscle distropi, dll.

2. Inspeksi
Ada 2 jenis inspeksi:
1) Inspeksi statis
Inspeksi dimulai dengan pasien dalam posisi berdiri, yang tidak hanya melepaskan
sepatu dan kaos kakinya saja. Kita harus mendapatkan kesan mengenai keselurahan statik
(tulangbelakang, panggul, bila ada perbedaan panjang kaki, pangkal paha, lutut dan akhirnya
kedua belah kaki) kita terutama memperhatikan apakah terdapata simetris pada jalannya
tendon-tendon achiles, dan juga diperhatikankarena bersangkutan dengannya, ialah posisi
(ukuranvalgusnya) kedua kalkanei, lengkung-lengkung kaki bagian medial dan depan, serta
posisi jari-jari kakinya. Terkadang kelihatan ada gangguan trofis (kulit, kuku).
Dalam melakukan palpasi yang sifatnya beroientasi kita mencari adanya kenaikkan
temperature danbila ada pembengkakan. Dalam melakukan inspeksi pada ankle yang perlu
diperhatikan adalah:
a. Memperhatikan apakah terdapat asimetris pada jalannya tendon-tendon achiles, dan
yang juga diperhatikan karena bersangkutan dengannya ialahposisi(ukuranvalgusnya)
kedua calcanei, lengkung-lengkung kaki bagian medial dan depan serta posisi jari-jari
kakinya.
b. Pola berjalan, yaitu pembebanan serta proses peletakan kakinya
c. Apakah ada bunion atau tidak
d. Jumlah jari kaki
e. Apakah ada arkus atau tidak.

2) Inspeksi Dinamis
Selanjutnya kita perhatikan pola berjalannya : pembebanan serta proses meletakkan
kakinya. Dalam keadaan normal proses meletakkan kaki selama kegiatan berjalan itu terjadi
sebagai berikut :
 Menapakkan kaki kalkaneus (yang agak berbeda dalam posisi varus
 Kemiringan langsung dari kalkaneus kearah valgus
 Proses meletakkan kaki itu melalui tepi kaki bagian lateral, selanjutnyamelaluikepala-
kepala metatarsalia, ibujari kaki, yang tepatdiarahberjalan. Kelainan yang sering terjadi
adalah tahap terakhir dari proses meletakkan kaki melalui tepi medial dari ibu jari kaki,
dimana jari kaki tersebut tertekan dalam sendi MCP kearah valgus. Pola ini sering kita
jumpai perbatasan gerak atau perubahan posisi didalam pangkal paha atau lutut.

TES SPESIFIK PADA REGIO ANKLE

1. Thomson Test
Tujuan: Untuk mengetahui adanya kerobekan pada tendon Achilles
Prosedur: Posisi pasien, ankle berada diluar atau dipinggir bed, kemudian remas
musclebelli gastrok. Akan ada gerakan planter fleksi.
Hasil: Jika tidak terjadi gerakan berarti positif
2. Heel Tap (“Bump”) Test
Tujuan: Mungkin fraktur pada calcaneus
Prosedur: Pasien duduk dengan posisi lying supine dengan seluruh kaki sampai di batas
meja dan lutut lurus. Periksa stabilisasi dari kaki bawah dengan satu tangan dan sundul
calcaneus dengan tangan lainnya. Uji dengan memberikan sundulan sebanyak 2-3 kali
dengan beban yang progresif
Hasil: Positif bila dirasakan sakit di daerah complain

3. Squeeze Test
Tujuan: Mungkin fraktur/ cedera syndesmotic ligaments
Prosedur: Pasien terlentang atau duduk dengan kaki menggantung. Periksa dengan
meletakkan tangan di sisi tibia dan fibula, 6-8 inchi dibawah knee. Uji dengan menekan
tibia dan fibula kemudian secara perlahan berikan tekanan berlebih
Hasil: Positif jika ada krepitasi atau nyeri.
4. Homan Sign Test
Tujuan: Deep vein thrombophlebitis (DVT)
Prosedur: Pasien duduk atau telentang dengan lutut diluruskan. Pemeriksa pasif
dorsiflexi kaki sementara lutut diluruskan. Pemeriksa palpasi betis
Hasil: Parestese/mati rasa saat betis di palpasi

5. Tinel's Sign Test


Tujuan: Tarsal tunnel syndrome
Prosedur: Pasien terlentang dengan pinggul dari rotasi eksternal dan kaki sedikit eversi.
Pemeriksa mengetuk di bagian atas tarsal tunnel
Hasil: Radiasi nyeri pada kaki dan jari kaki
KASUS FISIOTERAPI PADA REGIO ANKLE

 Cedera Sprain Ankle

Cedera yang sering terjadi pada atlet adalah sprain yaitu cedera pada sendi yang mengakibatkan
robekan pada ligamen. Sprain terjadi karena adanya tekanan mendadak pada sendi, atau karena
penggunaan berlebih yang berulang ulang. Sprain ringan biasanya disertai hematom dengan sebagian
serabut ligamen putus, sedangkan pada sprain sedang terjadi efusi cairan yang menyebabkan bengkak.
Pada sprain berat, seluruh serabut ligamen putus sehingga tidak dapat digerakkan seperti biasa dengan
rasa nyeri hebat, pembengkakan dan adanya darah dalam sendi (Petersion,1986 dalam Setiawan,
2011).

Menurut klasifikasinya tingkat cedera sprain ankle dibagi menjadi tiga, pada sprain ankle tingkat
pertama biasanya terjadi robekan kecil pada serabut ligament yang ditandai dengan sedikit bengkak
dan peradangan tetapi masih stabil dan atlit masih bisa bergerak dengan sedikit nyeri atau tidak sama
sekali. Pada tingkat kedua terjadi robekan yang lebih besar pada serabut ligamen. Gejala yang muncul
adalah peradangan pada sendi, terdapat nyeri tetapi masih dapat digerakkan dan bengkak pada area
tertentu. Sedangkan pada tingkat ketiga terdapat robekan pada seluruh serabut ligamen, gejala yang
timbul adalah bengkak, sendi tidak stabil, peradangan dan tidak bisa digerakkan (Nuhmani & Khan,
2014). Menurut Dutton (2012) sprain ankle dapat dikategorikan sebagai berikut :

a. Grade I, dengan karakteristik bengkak minimal dan nyeri lokal. Rata rata membutuhkan
waktu 11,7 hari untuk kembali beraktifitas.
b. Grade II, dengan karakteristik bengkak lokal dan nyeri lebih menyebar. Tingkat ini
membutuhkan waktu 2-6 minggu untuk kembali berktifitas.
c. Grade III, dengan karakteristik bengkak yang signifikan, nyeri, lebam dan harus ditangani
oleh tenaga professional. Membutuhkan waktu lebih dari 6 minggu untuk dapat berfungsi
kembali.

 Pemeriksaan Sprain Ankle


Menurut Hatch (2016), pemeriksaan yang dapat dilakukan pada kasus cedera sprain ankle, antara
lain :
a. Melakukan observasi terhadap area yang terkena cedera, melihat apakah terdapat deformitas,
bengkak dan memar.
b. Melakukan pemeriksaan gerak sendi dengan mengukur ROM (Range Of Motion) untuk
gerakan plantar fleksi, dorsi fleksi, invers dan eversi secara aktif, pasif maupun resisted.
c. Melakukan palpasi pada area tungkai bawah secara menyeluruh untuk mendukung penegakan
diagnosa.
d. Mengukur edema / bengkak yang terdapat pada area cedera (jika terdapat bengkak).
e. Melakukan pemeriksaan neurovaskuler (tes sensoris, tes motoris dan hematom)
f. Melakukan pemeriksaan spesifik, yaitu :
1) Drawer Test
Tujuan dari tes ini adalah melihat adanya kerusakan pada ligamen, khususnya ATFL
(Anterior TaloFibular Ligamen).

2) Inversion Talar Tilt


Tujuan dari tes ini adalah untuk mengetahui adanya gangguan pada bagian lateral
ankle, positif apabila terdapat nyeri.

3) Eversion Talar Tilt


Tujuan dari tes ini adalah untuk mengetahui adanya kerusakan pada bagian medial
ankle, positif apabila terdapat nyeri.
 Bentuk Terapi Latihan Cedera Ankle
Menurut Marcia et al (2009, dalam Nugroho, 2016) bentuk latihan yang digunakan adalah sebagai
berikut :
a. Plantar Fascia Stretch dengan cara menarik ankle menggunakan handuk, dengan cara
melilitkan handuk pada telapak kaki dan mengulur tendon Achilles.

b. Towel Crunches dengan cara meletakkan handuk dibawah telapak kaki dan melakukan
gerakan menggulung dan melepaskan gulungan handuk.
c. Picking Up Object dengan cara mengambil suatu objek dan memindahkan ke tempat

d. Unilateral Balance Activities dengan cara berdiri dengan satu kaki diawali dengan mata
terbuka dilanjutkan dengan mata tertutup.

e. Triceps Surae Strecth dengan cara mengkontraksikan otot gastrocnemius pada lantai atau
dinding.
f. Thera Band dengan cara dililitkan pada ankle dan kaki meja dilanjutkan dengan melatih
gerakan dorsifleksi, plantar fleksi, inverse dan eversi.

Anda mungkin juga menyukai