Anda di halaman 1dari 23

SUBSTANSI MANAJEMEN PENDIDIKAN

Dosen Pengampu: SRINAH YANTI, S.Pd, M.Pd

Mata Kuliah : Profesi pendidikan

Disusun Oleh:

Kelompok 6

Kristin R Sianturi (5203343022)

Nur Sofhiya Azmi (5203343003)

PRODI PENDIDIKAN TATA BUSANA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MARET 2021
PEMBAHASAAN
Bidang tugas manajemen pendidikan adalah bidang atau jenis tugas pokok yang harus dikelola
oleh administrator atau manajer pendidikan. Secara operasional bidang tugas ini disebut sebagai
subtansi manajemen yang harus diberdayakan sedemikian rupa oleh administrator atau manajer
(kepala sekolah) agar tujuan pendidikandan pembelajaran dapat tercapai secara efektif dan
efisien. Bidang tugas di sekolah menyangkut berbagai aspek, yaitu: (1) kurikulum, (2) peserta
didik, (3) pendidik dan tenaga Kependidikan, (4) sarana dan prasarana pendidikan, (5)
keuangan, (6) layanan khusus, (7) ketatausahaan, (8) mitra sekolah dengan masyarakat

1. Manajemen Kurikulum

Salah satu aspek yang berpengaruh terhadap keberhasilan suatu pendidikan adalah aspek
kurikulum. Karena kurikulum merupakan salah satu komponen dalam sistem pendidikan untuk
mencapai tujuan institusional pada lembaga pendidikan. Oleh karena itu kurikulum memegang
peranan yang sangat penting dalam mewujudkan sekolah yang bermutu.
Adapun yang mempengaruhi keberhasilan kurikulum adalah pemberdayaan bidang manajemen
kurikulum atau pengelolaan kurikulum di lembaga pendidikan yang bersangkutan yang mana
pengelolaan kurikulum tersebut dikoordinasi oleh pihak pimpinan lembaga dan pembantu
pimpinan yang dikembangkan secara integral dalam konteks MBS dan KTSP yang sesuai
dengan visi, misi lembaga pendidikan yang bersangkutan. Maka dari itu manajemen kurikulum
sangatlah penting dalam suatu lembaga pendidikan.

A. Pengertian Manajemen Kurikulum


Sebelum membahas tentang manajemen kurikulum, terlebih dahulu kita bahas tentang
manajemen dan kurikulum. Manajemen berasal dari kata “Manage” dan dalam bahasa latin
berarti “manus” yang berarti memimpin, menangani, mengatur atau membimbing.
[1]Manajemen adalah kemampuan atau keterampilan untuk memperoleh hasil dalam rangka
pencapaian tujuan tertentu melalui atau dengan cara menggerakkan orang lain.
[2] Sedangkan menurut Made Pidarta manajemen adalah aktivitas yang saling menunjang dan
sebagian besar berlangsung dalam waktu yang bersamaan.
[3]George R Terry mendefinisikan manajemen adalah suatu proses yang khas yang terdiri dari
tindakan-tindakan, perecanaan, pengorganisasian, penggiatan dan pengawasan yang dilakukan
untuk menentukan serta mencapai sasaran yang telah ditetepkan melalui pemanfaatan sumber
daya manusia dan sumber-sumber lainnya.
[4]Dan Luther Gulick mengatakan bahwa manajemen adalah sebagai suatu bidang ilmu
pengetahuan yang berusaha secara sistematis untuk memahami mengapa dan bagaimana
manusia bekerjasama untuk mencapai tujuan dan membuat sistem kerjasama untuk mencapai
tujuan dan membuat ini lebih bermanfaat bagi kemanusiaan.
Sedangkan Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan
bahan pelajaran serta cara digunakan sebagai pedoman penyenggaraan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Jadi Manajemen kurikulum adalah sebagian suatu sistem pengelolaan kurikulum yang
kooperatif, komprehensif, sistemik, dan sistematik dalam rangka mewujudkan ketercapaian
tujuan kurikulum.
Dalam pelaksanannya, manajemen kurikulum harus dikembangkan sesuai dengan konteks
manajemen berbasis sekolah ( MBS ) dan Kurikulum Tingkat Satuan Sekolah ( KTSP ).
Keterlibatan masyarakat dalam manajemen kurikulum dimaksudkan agar dapat memehami,
membantu, dan mengontrol implementasi kurikulum, jadi suatu lembaga pendidikan atau
sekolah selain dituntut kooperatif juga dituntut mampu mandiri dalam mengidentifikasi
kebutuhan kurikulum, mendesain kurikulum, menentukan prioritas kurikulum, melaksanakan
pembelajaran, menilai kurikulum, mengendalikan serta melaporkan sumber dan hasil
kurikulum, baik kepada masyarakat maupun pemerintah.

Manajemen kurikulum merupakan subtansi manajemen yang utama di sekolah. Sehingga


prinsip dasar manajemen kurikulum adalah berusaha agar proses pembelajaran dapat berjalan
dengan baik, dengan tolak ukur pencapaian tujuan oleh siswa dan mendorong guru untuk
menyusun dan terus-menerus menyempurnakan strategi pembelajarannya. Dan Manajemen
kurikulum disekolah dilakukan dengan empat tahapan yakni :perencanaan, pengorganisasian
dan koordinasi, pelaksanaan dan pengendalian.
Beberap dasar yang menjadikan Manajemen kurikulum sebagai suatu disiplin ilmu adalah :
1. Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pada pasal 36
ayat 2 yang menyebutkan bahwa “kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan
dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi dan
siswa”.
2. Peraturan menteri pendidikan Nasional nomor 22 tahun 2006 tantang standar isi untuk
Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
3. Peraturan menteri pendidikan nasional Nomor 23 tahun 2006 tentang standar kompetensi
lulusan untuk satuan pendidikan dasar dan menengah.
Dalam manajemen kurikulum terdapat empat istilah yang sering digunakan sebagai
pendelegasian kurikulum dari kota ke desa, yaitu derivasi, dekonsentralisasi, delegasi dan
desentralisasi. Adapun maksud dari keempatnya adalah :
1. Derivasi
Pengembangan kurikulum sepenuhnya berada di tangan pemerintah pusat jadi segala kebijakan
tergantung pada pemerintah dan daerah harus mengikutinya.
2. Dekonsentralisasi
Pelimpahan wewenang dari Pemerintah kepada Gubenur sebagai Wakil Pemerintah dan/atau
perangkat pusat di daerah. yakni kurikulum ada pada wewenang dibawah pemerintah pusat
seperti pemerintah tingkat kota madya. Contohnya CBSA.
3. Delegasi
Yakni kurikulum sudah diserahkan kepada pihak sekolah atau masing-masing daerah akan
tetapi masih terikat dengan pemerintah. Jadi meskipun kurikulum sudah menjadi wewenang
bagi tingkatan daerah masing-masing namun masih ada control dari pemerintah. Contohnya
adalah KBK.
4. Desentralisasi
Kurikulum desentralisasi disusun oleh sekolah ataupun kelompok sekolah tertentu dalam suatu
wilayah. Pengembangan kurikulum ini didasarkan atas karakteristik, kebutuhan, perkembangan
daerah serta kemampuan sekolah tersebut. Jadi kurikulum terutama isinya sangat beragam, tiap
sekolah punya kurikulum sendiri. Peranan guru lebih besar daripada dikelola secara sentralisasi,
guru-guru turut berpartisipasi, bukan hanya dalam penjabaran dalam program
tahunan/semester/satuan pengajaran, tetapi did alam menyusun kurikulum yang menyeluruh
untuk sekolahnya. Di dini guru juga bukan hanya berperan sebagai pengguna, tetapi perencana,
pemikir, penyusun, pengembang dan juga pelaksana dan evaluator kurikulum.
Jadi pada desentalisasi ini pusat hanya menetapkan kompetensi-kompetensi kelulusan dan
materi-materi yang minimal, dan daerah diberi keluasaan untuk mengembangkan silabusnya
sesuai dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan daerah masing-masing.
Proses manajemen kurikulum merupakan proses awal untuk mencapai sasaran ideal. Sasaran
idel tang dimaksud disini adalah optimalisasai menformulasikan semua tindakan edukatif
tersebut dalam suasana dinamis dan demokratis. Sehingga acuan yang dibuat harus fleksibel,
terbuka serta merangsang dinamika fitra peserta didik secara optimal. Eksistensinya setiap saat
harus senantiasa di tinjau kembali keabsahannya dan sifat korelatifnya yang dinamis harus
berjalan secara kesinambungan sesuai dengan perkembangan zaman dan kebutuhan masyarakat.
Oleh karena itu manajemen kurikulum merupakan pengelolaan dan pengaturan pembelajaran
yang diiringi dengan materi pembelajaran, sehingga para guru dan murid akan mengikuti
serangkaian proses manajemen kurikulum yang telah ditetapkan.

B. Ruang lingkup Manajeman Kurikulum


Manajemen kurikulum merupakan bagian integral dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
( KTSP ) dan Manajemen Berbasis Sekolah ( MBS ). Adapun Lingkup manajemen kurikulum
meliputi Perencanaan, Pengorganisasian, Pelaksanaan, dan evaluasi kurikulum.
1. Perencanaan
Perencanaan kurikulum adalah perencanaan kesempatan-kesempatan belajar untuk membina
siswa kea rah perubahan tingkah laku yang diinginkan dan menilai samapai mana perubahan-
perubahan telah terjadi pada siswa. Adapun menurut T. Hani Handoko Perencanaan adalah
pemilihan atau penetapan tujuan organisasi dan penentuan strategi, kebijaksanaan, proyek,
program, prosedur, metode, sistem, anggaran dan standar yang dibutuhkan untuk mencapai
tujuan. Pembuatan keputusan banyak terlibat dalam fungsi ini.
Sedangkan menurut Omar hamalik Perencanaan kurikulum adalah suatu proses social yang
kompleks yang menuntut berbagai jenis dan tingkat pembuatan keputusan.[9] Adapun yang
mempengaruhi perencanaan dan pembuatan kurikulum adalah filosofis, konten/ materi,
manajemen pembelajaran, pelatihan guru dan sistem pembelajaran.
Perencanaan kurikulum berfungsi sebagai berikut :
a. Sebagai pedoman atau alat manajeman yang berisi petunjuk tentang jenis dan sumber
individu yang diperlukan, media pembelajaran yang digunakan, tindakan-tindakan yang perlu
dilakukan, sumber biaya, tenaga, dan sarana yang diperlukan, sistem monitoring dan evaluasi,
untuk mencapai tujuan manajemen lembaga pendidikan.
b. Sebagai pendorong untuk melaksanakan sistem pendidikan sehingga mencapai hasil
yang optimal.
Adapun langkah-langkah dalam tahap pelaksanaan adalah sebagai berikut: analisis kebutuhan,
merumuskan dan menjawab pertanyaan filosofis, menentukan desain kurikulum, dan membuat
rencana induk seperti pengembangan, pelaksanaan dan penelian. Pengorganisasian
Organisasi kurikulum adalah pola atau desain bahan kurikulum yang tujuannya untuk
mempermudah siswa dalam mempelajari bahan pelajaran serta mempermudah siswa dalam
melakukan kegiatan belajar sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif. Adapun
Pengorganisasian adalah tindakan mengusahakan hubungan-hubungan kelakuan yang efektif
antara orang-orang, sehingga mereka dapat bekerja sama secara efisien, dan memperoleh
kepuasan pribadi dalam melaksanakan tugas-tugas tertentu, dalam kondisi lingkungan tertentu
guna mencapai tujuan atau sasaran tertentu.
Hal yang penting untuk diperhatikan dalam pengorganisasian adalah bahwa setiap kegiatan
harus jelas siapa yang mengerjakan, kapan dikerjakan, dan apa targetnya. Beberapa factor yang
mempengaruhi organisasi kurikulum adalah ruang lingkup, urutan bahan, kontinuitas,
keseimbangan dan keterpaduan.
Adapun tahapan-tahapannya adalah sebagai berikut : perumusan rasional atau dasar pemikiran,
perumusan visi,misi dan tujuan, penentuan struktur dan isi program, pemilihan dan
pengorganisasian materi, pengorganisasian kegiatan pembelajaran, pemilihan sumber, alat, dan
sarana belajar dan yang terakhir penentuan cara mengukur hasil.
Berkenaan dengan pengorganisasian ini, Hadari Nawawi mengemukakan beberapa asas dalam
organisasi, diantaranya adalah :
a. organisasi harus profesional, yaitu dengan pembagian satuan kerja yang sesuai
dengan kebutuhan.
b. pengelompokan satuan kerja harus menggambarkan pembagian kerja
c. organisasi harus mengatur pelimpahan wewenang dan tanggung jawab
d. organisasi harus mencerminkan rentangan kontrol
e. organisasi harus mengandung kesatuan perintah
f. organisasi harus fleksibel dan seimbang.[12]

3. Pelaksanan
Dari seluruh rangkaian proses manajemen, pelaksanaan merupakan fungsi manajemen yang
paling utama. Dalam fungsi perencanaan dan pengorganisasian lebih banyak berhubungan
dengan aspek-aspek abstrak proses manajemen, sedangkan fungsi pelaksanan justru lebih
menekankan pada kegiatan yang berhubungan langsung dengan orang-orang dalam organisasi.
Menurut George R. Terry pelaksanan merupakan usaha menggerakkan anggota-anggota
kelompok sedemikian rupa hingga mereka berkeinginan dan berusaha untuk mencapai sasaran
perusahaan dan sasaran anggota-anggota perusahaan tersebut oleh karena para anggota itu juga
ingin mencapai sasaran-sasaran tersebut.
Pelaksanaan kurikulum harus menempatkan pengembangan kreativitas siswa lebih dari
penguasaan materi. Jadi siswa ditempatkan sebagai subjek dalam proses pembelajaran. Dan
untuk melaksanakan kurikulum sesuai denga rancanagan dibutuhkan beberapa kesiapan,
terutama kesiapan dalam pelaksanaan.
Pada tahap ini langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
a. Penyusunan rencana dan program pembelajaran ( Silabus, Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran / RPP )
b. Penjabaran Materi ( kedalaman dan keluasan)
c. Penentuan strategi dan metode pembelajaran.
d. Penyedian sumber, alat dan sarana pembelajaran.
e. Penentuan cara dan alat penilaian proses dan hasil belajar.
f. Setting lingkungan pembelajaran.
4. Evaluasi Kurikulum
Menurut Gronlund Evaluasi adalah suatu proses yang sistematis dari pengumpulan, analisis dan
interpretasi informasi/data untuk menentukan sejauh mana siswa telah mencapai tujuan
pembelajaran. Evaluasi kurikulum mencakup enam komponen yaitu: komponen analisis
kebutuhan dan kelayakan, perencanaan dan pengembangan, proses pembelajaran, revisi
kurikulum, penilaian kurikulum dan penelitian kurikulum.
Evaluasi kurikulum didasarkan atas prinsip-prinsip sebagai berikut :
a. Evaluasi kurikulum didasarkan atas tujuan tertentu.
b. Evaluasi kurikulum harus bersifat objektif.
c. Evsluasi kurikulum bersifat komprehensif.
d. Evsluasi kurikulum dilaksanakan secara kooperatif.
e. Evsluasi kurikulum harus dilaksanakan secara efisien.
f. Evsluasi kurikulum dilaksanakan secara berkesinambungan.
Evaluasi kurikulum dilakukan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan pelaksanaan kurikulum
yang telah ditetapkan. Sedangkan menurut stufflebeam tujuan utama evaluasi kurikulum adalah
member informasi terhadap pembuat keputusan, atau untuk penggunaannya dalam proses
menggambarkan hasil, dan memberikan informasi yang berguna untuk membuat pertmbangan
berbagai alternative keputusan.Jadi evaluasi kurikulum dilakukan untuk memeriksa kinerja
kurikulum secara keseluruhan ditinjau dari berbagai kriteria.

C. Prinsip dan Fungsi Manajeman Kurikulum


Prinsip dasar manajemen kurikulum ini adalah berusaha agar proses pembelajaran dapat
berjalan dengan baik, dengan tolok ukur pencapaian tujuan oleh siswa dan mendorong guru
untuk menyusun dan terus menerus menyempurnakan strategi pembelajarannya. Terdapat lima
prinsip yang harus diperhatikan dalam melaksanakan manajemen kurikulum, yaitu :
1. Produktivitas
Hasil yang akan diperoleh dalam kegiatan kurikulum merupakan aspek yang harus
dipertimbangkan dalam manajemen kurikulum. Pertimbangan bagaimana agar peserta didik
dapat mencapai hasil belajar sesuai dengan tujuan kurikurum harus menjadi sasaran dalam
manajemen kurikulum.
2. Demokratisasi
Pelaksanaan manajemen kurikulum harus berasaskan demokrasi yang menempatkan pengelola,
pelaksana dan subjek didik pada posisi yang seharusnya dalam melaksanakan tugas dengan
penuh tanggung jawab untuk mencapai tujuan kurikulum.
3. Kooperatif
Manajemen kurikulum perlu adanya kerja sama yang positif dari berbagai pihak yang terlibat.
4. Efektivitas dan efisiensi
Rangkaian kegiatan manajemen kurikulum harus mempertimbangkan efektivitas dan efisiensi
untuk mencapai tujuan kurikulum sehingga kegiatan manajemen kurikulum tersebut
memberikan hasil yang berguna dengan biaya, tenaga dan waktu yang relatif singkat.
5. Mengarahkan visi, misi dan tujuan
Proses manajemen kurikulum harus dapat memperkuat dan mengarahkan visi, misi, dan tujuin
kurikulum.
Agar perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi kurikulum berjalan lebih efektif, efesien, dan
optimal dalam memperdayakan berbagai sumber belajar, pengalaman belajar maupun
komponen kurikulum dalam suatu proses pendidikan perlu dilaksanakannya manajemen
kurikulum. Adapun beberapa fungsi dari manajemen kurikulum adalah sebagai berikut :[16]
1. Meningkatkan efesiensi pemanfaatan sumber daya kurikulum.
2. Meningkatkan keadilan ( equity ) dan kesempatan pada siswa untuk mencapai hasil
yang maksimal.
3. Meningkatkan relevansi dan efektivitas pembelajaran sesuai dengan kebutuhan
peserta didik maupun lingkungan sekitar peserta didik.
4. Meningkatkan efektivitas kinerja guru maupun aktivitas siswa dalam mencapai tujuan
pembelajaran.
5. Meningkatkan efesiensi dan efektivitas proses belajar mengajar.
6. Meningkatkan partisipasi masyarakat untuk membantu mengembangkan kurikulum.

2. Manajemen peserta didik

Manajemen peserta didik keberadaanya sangat dibutuhkan di lembaga pendidikan karena siswa
merupakan subjek sekaligus objek dalam proses transformasi ilmu dan ketrampilan.
Keberhasilan dalam penyelenggaraan pendidikan akan sangat bergantung dengan
perkembangan potensi fisik, kecerdasan intelektual, sosial, emosional dan kejiwaan peserta
didik. Manajemen peserta didik merupakan penataan dan pengaturan terhadap kegiatan yang
berkaitan dengan peserta didik, mulai dari siswa itu masuk sampai dengan keluar dari suatu
sekolah. Manajemen peserta didik tidak semata pencatatan data peserta didik akan tetapi
meliputi aspek yang lebih luas yaitu dapat membantu upaya pertumbuhan anak melalui proses
pendidikan di sekolah.

 PENGERTIAN MANAJEMEN PESERTA DIDIK

Manajemen peserta didik berdasarkan pada dua kata, yang merupakan penggabungan dari
manajemen dan peserta didik. Manajemen sendiri, dalam buku M. Manullang yang mengutip
pada buku Encylopedia of the Social Science dikatakan bahwa manajemen adalah suatu proses,
dengan proses dimana pelaksanaan suatu tujuan tertentu diselenggarakan dan diawasi.
Sedangkan peserta didik sendiri ialah orang yang mempunyai suatu pilihan untuk menempuh
ilmu sesuai dengan cita-cita dan harapan masa depan. Dengan dasar Undang-undang RI No. 20
Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, peserta didik adalah anggota masyarakat yang
berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur,
jenjang, dan jenis pendidikan tertentu.

Manajemen peserta didik adalah penataan dan pengaturan terhadap kegiatan yang berkaitan
dengan peserta didik, mulai dari masuk sampai dengan keluarnya peserta didik tersebut dari
suatu sekolah. Manajemen peserta didik bukan hanya berbentuk pencatatan data peserta didik,
melainkan meliputi aspek yang lebih luas yang secara operasional dapat membantu upaya
pertumbuhan dan perkembangan peserta didik dalam proses pendidikan di sekolah.

 TUJUAN MANAJEMEN PESERTA DIDIK

Tujuan umum manajemen peserta didik adalah mengatur kegiatan-kegiatan peserta didik agar
kegiatan-kegiatan tersebut menunjang proses belajar mengajar di sekolah. Lebih lanjut, proses
belajar mengajar di sekolah dapat berjalan lancar, tertib dan teratur sehingga dapat memberikan
kontribusi bagi pencapaian tujuan sekolah dan tujuan pendidikan secara keseluruhan.

Tujuan khusus manajemen peserta didik adalah sebagai berikut:

Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan psikomotor peserta didik.


Menyalurkan dan mengembangkan kemampuan umum (kecerdasan), bakat dan minat peserta
didik.
Menyalurkan aspirasi, harapan dan memenuhi kebutuhan peserta didik.
Peserta didik dapat mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan hidup yang lebih lanjut dapat
belajar dengan baik dan tercapai citacita mereka.

 FUNGSI MANAJEMEN PESERTA DIDIK

Fungsi manajemen peserta didik secara umum adalah sebagai wahana bagi peserta didik untuk
mengembangkan diri seoptimal mungkin, baik yang berkenaan dengan segi-segi
individualitasnya, segi sosialnya, segi aspirasinya, segi kebutuhannya dan segi-segi potensi
peserta didik lainnya.

Fungsi manajemen peserta didik secara khusus dirumuskan sebagai berikut:

Fungsi yang berkenaan dengan pengembangan individualitas peserta didik, ialah agar mereka
dapat mengembangkan potensi-potensi individualitasnya tanpa banyak terhambat. Potensi-
potensi bawaan tersebut meliputi: kemampuan umum (kecerdasan), kemampuan khusus (bakat),
dan kemampuan lainnya.
Fungsi yang berkenaan dengan pengembangan fungsi sosial peserta didik ialah agar peserta
didik dapat mengadakan sosialisasi dengan sebayanya, dengan orang tua dan keluarganya,
dengan lingkungan sosial sekolahnya dan lingkungan sosial masyarakatnya. Fungsi ini
berkaitan dengan hakekat peserta didik sebagai makhluk sosial.
Fungsi yang berkenaan dengan penyaluran aspirasi dan harapan peserta didik, ialah agar peserta
didik tersalur hobi, kesenangan dan minatnya. Hobi, kesenangan dan minat peserta didik
demikian patut disalurkan, oleh karena ia juga dapat menunjang terhadap perkembangan diri
peserta didik secara keseluruhan.
Fungsi yang berkenaan dengan pemenuhan kebutuhan dan kesejahteraan peserta didik ialah
agar peserta didik sejahtera dalam hidupnya. Kesejahteraan demikian sangat penting karena
dengan demikian ia akan juga turut memikirkan kesejahteraan sebayanya.

 PRINSIP-PRINSIP MANAJEMEN PESERTA DIDIK

Yang dimaksudkan dengan prinsip adalah sesuatu yang harus dipedomani dalam melaksanakan
tugas. Jika sesuatu tersebut sudah tidak dipedomani lagi, maka akan tanggal sebagai suatu
prinsip. Prinsip manajemen peserta didik mengandung arti bahwa dalam rangka memanaj
peserta didik, prinsip-prinsip yang disebutkan di bawah ini haruslah selalu dipegang dan
dipedomani. Adapun prinsip-prinsip manajemen peserta didik tersebut adalah sebagai berikut:

Manajemen peserta didik dipandang sebagai bagian dari keseluruhan manajemen sekolah. Oleh
karena itu, ia harus mempunyai tujuan yang sama dan atau mendukung terhadap tujuan
manajemen secara keseluruhan. Ambisi sektoral manajemen peserta didik tetap ditempatkan
dalam kerangka manajemen sekolah. Ia tidak boleh ditempatkan di luar system manajemen
sekolah.
Segala bentuk kegiatan manajemen peserta didik haruslah mengemban misi pendidikan dan
dalam rangka mendidik para peserta didik. Segala bentuk kegiatan, baik itu ringan, berat,
disukai atau tidak disukai oleh peserta didik, haruslah diarahkan untuk mendidik peserta didik
dan bukan untuk yang lainnya.
Kegiatan-kegiatan manajemen peserta didik haruslah diupayakan untuk mempersatukan peserta
didik yang mempunyai aneka ragam latar belakang dan punya banyak perbedaan. Perbedaan-
perbedaan yang ada pada peserta didik, tidak diarahkan bagi munculnya konflik di antara
mereka melainkan justru mempersatukan dan saling memahami dan menghargai.
Kegiatan manajemen peserta didik haruslah dipandang sebagai upaya pengaturan terhadap
pembimbingan peserta didik. Oleh karena membimbing, haruslah terdapat ketersediaan dari
pihak yang dibimbing. Ialah peserta didik sendiri. Tidak mungkin pembimbingan demikian
akan terlaksana dengan baik manakala terdapat keengganan dari peserta didik sendiri.
Kegiatan manajemen peserta didik haruslah mendorong dan memacu kemandirian peserta didik.
Prinsip kemandirian demikian akan bermanfaat bagi peserta didik tidak hanya ketika di sekolah,
melainkan juga ketika sudah terjun ke masyarakat. Ini mengandung arti bahwa ketergantungan
peserta didik haruslah sedikit demi sedikit dihilangkan melalui kegiatan-kegiatan manajemen
peserta didik.
Apa yang diberikan kepada peserta didik dan yang selalu diupayakan oleh kegiatan manajemen
peserta didik haruslah fungsional bagi kehidupan peserta didik baik di sekolah lebih lebih di
masa depan.

RUANG LINGKUP MANAJEMEN PESERTA DIDIK

 Perencanaan Peserta Didik

(1) Merencanakan jumlah peserta didik yang akan diterima. Agar supaya penentuan jumlah
tersebut optimal dalam pembelajaran.

(2) Menyusun program kegiatan peserta didik yang didasari dengan:

Visi dan misi lembaga pendidikan yang bersangkutan


Minat dan bakat peserta didik
Sarana dan prasarana
Anggaran yang tersedia
Tenaga kependidikan yang tersedia.

 Rekruitmen Peserta Didik

Rekruitmen peserta didik di sebuah lembaga pendidikan merupakan proses pencarian,


menentukan, dan menarik pelamar yang mampu untuk menjadi peserta didik di lembaga yang
bersangkutan. Sedangkan langkah-langkahnya sebagai berikut:

(1) Pembentukan panitia penerimaan peserta didik baru.

(2) Pembuatan dan pemasangan pengumuman penerimaan peserta didik baru yang dilakukan
secara terbuka.

 Seleksi Peserta Didik

Penyeleksian peserta didik merupakan kegiatan pemilihan peserta didik untuk ditentukan
diterima atau tidak. Pada dasarnya, penyeleksian dilakukan oleh lembaga pendidikan yang daya
tampungnya melebihi daya tampung yang teresedia.

 Orientasi Peserta Didik


Orientasi peserta didik (siswa baru) merupakan kegiatan penerimaan peserta didik baru dengan
mengenalkan situasi dan kondisi lembaga pendidikan tempat peserta didik itu menempuh
pendidikan. Situasi dan kondisi ini menyangkut lingkungan fisik sekolah dan sosial sekolah.

Tujuan diadakan kegiatan orientasi bagi peserta didik adalah:

Agar peserta didik dapat mengerti dan mentaati segala peraturan yang berlaku di sekolah
Agar peserta didik siap mengahadapi lingkungannya yang baru baik secara fisik, mental, dan
emosional. Sehingga peserta didik merasa betah dalam mengikuti proses pembelajaran di
sekolah serta menyesuaikan dengan kehidupan sekolah.
Pengelompokkan Peserta Didik (pembagian kelas)

Sebelum peserta didik yang diterima dalam sebuah lembaga pendidikan (sekolah) mengikuti
kegiatan pembelajaran, terlebih dahulu perlu ditempatkan dan dikelompokkan dalam kelompok
belajarnya. Pengelompokkan peserta didik yang dilaksanakan pada sekolah-sekolah didasarakan
kepada sistem kelas.

Menurut William A Jeager dalam pengelompokkan peserta didik dapat didasarkan kepada:

Fungsi integrasi, yaitu pengelompokkan berdasakan kesamaan-kesamaan peserta didik.


Pengelompokkan ini berdasarkan jenis kelamin, umur, dan sebagainnya. Pengelompokkan
berdasarkan fungsi ini menghasilkan pembelajaran yang bersifat klasikal.
Fungsi perbedaan, yaitu pengelompokkan peserta didik didasarakan kepada perbedaan-
perbedaan yang ada dalam induvidu peserta didik, seperti minat, bakat, kemampuan, dan
sebagainnya. Pengelompokkan berdasarkan fungsi ini menghasilkan pembelajaran yang bersifat
induvidual.

 Pembinaan dan Pengembangan Peserta Didik

Pembinaan dan pengembagan peserta didik dilakukan untuk membina dan membantu
mengembagkan potensi yang dimilki peserta didik dalam beraneka ragam pembelajaran.
Sehingga peserta didik mempunyai bekal untuk kehidupan di masa yang akan datang. Dengan
pengalaman-pengalaman yang diberikan oleh lembaga pendidikan (sekolah). Untuk
mendapatkan pengetahuan dan pengalaman beraneka pembelajaran. Biasanya pihak lembaga
pendidikan (sekolah) melaksanakan bermacam-macam kegiatan seperti kegiatan kurikurel dan
extra kerikurel.

 Pencatatan dan Pelaporan

Pencatatan dan pelaporan peserta didik di sebuah lembaga pendidikan (sekolah) sangat
diperlukan. Kegiatan pencatatan dan pelaporan ini dimulai sejak awal peserta didik diterima
sampai lulusan atau peserta didik meninggalkan sekolah tesebut. Pencatatan tentang peserta
didik di sebuah lembaga pendidikan (sekolah) agar pihak lembaga dapat membimbing secara
optimal. Sedangkan pelaporan dilakukan sebagai bentuk tanggung jawab lembaga pendidikan
agar pihak-pihak yang terkait dapat mengetahui perkembangannya
3. Manajemen pendidik dan tenaga kependidikan

Tenaga pendidik dan kependidikan dalam proses pendidikan memegang peranan strategis
terutama dalam upaya membentuk watak bangsa melalui pengembangan kepribadian dan
nilai-nilai yang diinginkan. Dipandang dari dimensi pendidikan, peranan pendidik dalam
masyarakat Indonesia tetap dominan meskipun teknologi yang dapat dimanfaatkan dalam
proses pembelajaran berkembang amat cepat. Begitu pun dengan tenaga kependidikan
mereka bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan
dan pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan.

 Pengertian manajemen Tenaga Pendidik dan Kependidikan.

Manajemen tenaga pendidik dan kependidikan adalah aktivitas yang harus dilakukan
mulai dari tenaga pendidik dan kependidikan masuk ke dalam organisasi pendidikan
sampai akhirnya berhenti.

 Tujuan Manajemen Tenaga Pendidik Dan Kependidikan

Tujuan manajemen tenaga pendidik dan kependidikan secara umum adalah:

1. Memungkinkan organisasi mendapatkan dan mempertahankan tenaga kerja yang cakap,


dapat dipercaya, dan memiliki motivasi tinggi

2. Meningkatkan dan memperbaiki kapasitas yang dimiliki oleh karyawan

3. Mengembangkan sistem kerja dengan kinerja tinggi yang meliputi prosedur perekrutan
dan seleksi yang ketat, sistem kompensasi yang disesuaikan dengan kinerja,
pengembangan manajemen serta aktivitas pelatihan yang terkait dengan kebutuhan
organisasi dan individu

4. Mengembangkan praktik manajemen dengan komitmen tinggi yang menyadari bahwa


tenaga pendidik dan kependidikan merupakan stakeholder internal yang berharga serta
membantu mengembangkan iklim kerjasama dan kepercayaan bersama

5. Menciptakan iklim kerja yang harmonis.

Badan yang Mengatur Tenaga Pendidik dan Kependidikan

Di Indonesia badan yang memiliki wewenang untuk mengatur dan mengelola tenaga
pendidik dan kependidikan adalah Ditjen Peningkatan Mutu Pendidik dan Kependidikan
(PMPTK).

Berdasarkan Permendiknas No. 8 Tahun 2005 tugas Ditjen PMPTK mempunyai tugas
merumuskan serta melaksanakan kebijakan standarisasi teknis di bidang peningkatan
mutu pendidik dan tenaga kependidikan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar,
pendidikan menengah dan pendidikan nonformal.

Fungsi Ditjen PMPTK:

1. Penyiapan perumusan kebijakan departemen di bidang peningkatan mutu pendidik dan


tenaga kependidikan

2. Pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan


3. Penyusunan standar, norma, pedoman, criteria dan prosedur di bidang peningkatan
mutu pendidik dan tenaga kependidikan

4. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang peningkatan mutu pendidik dan
tenaga kependidikan

2.6 Aktivitas Manajemen Tenaga Pendidik dan Kependidikan

1. Perencanaan

Perencanaan manajemen tenaga pendidik dan kependidikan adalah pengembangan dan


strategi dan penyusunan tenaga pendidik dan kependidikan (Sumber Daya Manusia/SDM)
yang komprehensif guna memenuhi kebutuhan organisasi di masa depan. Perencanaan
SDM merupakan awal dari pelaksanaan fungsi manajemen SDM. Walaupun merupakan
langkah awal yang harus dilaksanakan, perencanaan ini seringkali tidak diperhatikan
dengan seksama. Dengan melakukan perencanaan ini, segala fungsi SDM dapat
dilaksankan dengan efektif dan efisien.

2. Seleksi

“Selection” atau seleksi didefinisikan sebagai suatu proses pergambilan keputusan dimana
individu dipilih untuk mengisi suatu jabatan yang didasarkan pada penilaian terhadap
seberapa besar karakteristik individu yang bersangkutan, sesuai dengan yang
dipersyaratkan oleh jabatan tersebut. Proses seleksi itu penting dan sangat menentukan
keberhasilan roda organisasi.

Tujuan utama dari seleksi adalah untuk:

1. Mengisi kekosongan jabatan dengan personil yang memenuhi persyaratan yang


ditentukan dan dinilai mampu dalam:

a. Menjalankan tugas dalam jabatan tersebut,

b. Mendapatkan kepuasan dalam jabatannya sehingga dapat bertahan dalam sistem,

c. Menjadi kontributor efektif bagi pencapaian tujuan dalam sistem,

d. Memiliki motivasi untuk mengembangkan diri.

2. Membantu meminimalisasi pemborosan waktu, usaha, dan biaya yang harus


diinvestasikan bagi pengembangan pendidikan para pegawai.

Dalam proses seleksi, kelompok pelamar yang terdiri dari para pengajar profesional,
pengawas administrasi profesional, pelaksana teknis profesional, dan tenaga pendukung
lainnya harus melalui tiga tahapan proses, yaitu:

1. Pra Seleksi

Melibatkan kebijakan dan penetapan prosedur seleksi. Inti dari tahap pra seleksi adalah
bahwa suatu sistem keputusan yang dijabarkan dalam bentuk prosedur dan kebijakan
sistem dapat membantu memfokuskan upaya organisasi dalam mencapai tujuan seleksi.

Terdapat dua tugas utama pengujian dalam tahap pra seleksi, yaitu:

1. Pengembangan Kebijakan Seleksi


Dasar pengembangan sistem rencana gabungan dalam seleksi personal dimulai dari dewan
pendidikan. Kebijakan dewan mengidentifikasikan kewenangan dewan berkaitan dengan
seleksi, dan kebijakan tersebut dipergunakan sebagai pedoman umum dalam proses
seleksi, pendekatan terhadap kebijakan seleksi adalah dengan menghubungkan kebijakan
umum tentang sumberdaya manusia dengan kebijakan seleksi.

2. Keputusan Prosedur Pra seleksi

Kerangka pengembangan keputusan prosedur pra seleksi, meliputi:

1. Hukum dan perundang-undangan seleksi; upaya meminimalisasi permasalahan hukum


yang berkaitan dengan aktivitas seleksi.

2. Komponen keputusan seleksi, yaitu pembentukan persyaratan jabatan dan persyaratan


personal.

3. Kriteria efektivitas keputusan seleksi, yaitu mengembangkan ukuran-ukuran yang akan


digunakan sebagai prediktor kinerja atau keberhasilan (performance predictors or
success).

4. Prediktor/alat untuk memprediksi keberhasilan keputusan seleksi, seperti: wawancara,


biodata formulir lamaran, wawancara lanjutan, pengujian personal.

3. Manajemen Kinerja

Manajemen kinerja adalah suatu proses yang berlangsung terus menerus berkaitan dengan
fungsi-fungsi manajerial kerja. Menurut Achmad S Ruky (2001:5) menyatakan bahwa
sebuah program manajemen kinerja berkaitan dengan usaha, kegiatan atau program yang
di prakarsai dan dilaksanakan oleh pimpinan organisasi untuk merencanakan,
mengarahkan dan mengendalikan prestasi karyawan. Karena program ini mencantumkan
kata management, seluruh kegiatan yang dilakukan dalam sebuah proses management
harus terjadi, di mulai dengan menetapkan tujuan dan sasaran yang ingin di capai,
kemudian tahap pembuatan rencana, pengorganisasian, penggerakan/pengarahan dan
akhirnya evaluasi atas hasilnya.

Secara teknis program ini memang harus di mulai dengan menetapkan tujuan dan sasaran
yaitu kinerja dalam bentuk apa dan yang seperti bagaimana yang ingin di capai. Karena
yang menjadi objek adalah kinerja manusia, maka bentuk yang paling umum tentunya
adalah kinerja dalam bentuk produktivitas sumber daya manusia.

4. Pemberian Kompensasi

Kompensasi adalah balas jasa yang diberikan organisasi kepada pegawai, yang dapat
dinilai dengan uang dan mempunyai kecenderungan di berikan secara tetap. Pamberian
kompensasi, selain dalam bentuk gaji, dapat juga berupa tunjangan, fasilitas perumahan,
kendaraan dan lain-lain.Pada umumnya program kompensasi atau balas jasa bertujuan
untuk kepentingan organisasi, karyawan dan pemerintah. Supaya tujuan tercapai
memberikan kepuasan bagi semua pihak hendaknya program pemberian kompensasi
didasarkan pada prinsip adil dan wajar.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kompensasi adalah:

1. Produktivitas kerja karyawan


2. Pemerintah dan undang-undangnya

3. Biaya hidup/ cost of living

4. Posisi jabatan karyawan

5. Pendidikan dan pengalaman pekerjaan

6. Kondisi perekonomian nasional

7. Jenis dan sifat pekerjaan

5. Pembinaan Pegawai

Pembinaan atau pengembangan pegawai adalah usaha yang dijalankan untuk memajukan
dan meningkatkan mutu tenaga pendidik dan kependidikan.

Cara-cara pembinaan:

1. Melalui usaha sendiri misanya dengan belajar melalui buku, majalah atau kursus

2. Melalui kelompok profesi misalnya kelompok bidang studi sejenis seperti ISMAPI dan
PGRI

3. Lokakarya, seminar, rapat kerja dan sebagainya

4. Promosi diberikan jabatan dengan beban dan tanggung jawab yang lebih besar dari
jabatan semula.

6. Pemberhentian

Pemberhentian adalah fungsi operatif terakhir manajemen SDM. Istilah pemberhentian


sinonim dengan separation, pemisahan atau pemutusan hubungan tenaga kerja karyawan
dari suatu organisasi perusahaan.

Pemberhentian tenaga kependidikan menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia


Nomor 38 Tahun 1992 tentang Tenaga Pendidikan:

1. Pemberhentian dengan hormat tenaga kependidikan atas dasar:

1. Permohonan sendiri

2. Meninggal dunia

3. Mencapai batas usia pensiun dilakukan oleh penyelenggara satuan pendidikan yang
bersangkutan

2. Pemberhentian tidak dengan hormat tenaga kependidikan atas dasar:

1. Hukuman jabatan

2. Akibat pidana penjara berdasarkan keputusan pengadilan yang telah mempunyai


kekuatan hukum.
Tata cara pemberhentian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan
oleh penyelenggara satuan pendidikan yang bersangkutan.

4. Manajemen sarana dan prasarana

Dalam rangka mengatur substansi fasilitas atau sarana di sekolah di gunakan suatu
pendekatan administratif tertentu yang disebut juga manajemen sarana pendidikan.
Manajemen sarana pendidikan adalah keseluruhan proses perencanaan, pengadaan,
pendayagunaan, dan pengawasan yang digunakan untuk menunjang pendidikan agar
pencapaian tujuan pendidikan dapat berjalan dengan lancer, teratur, efektif, dan efisien.
Perlengkapan sekolah, atau juga sering disebut dengan fasilitas sekolah, dapat di
kelompokan menjadi sarana pendidikan dan prasarana pendidikan. Sarana pendidikan
adalah semua perangkat peralatan, bahan dan perabot yang secara langsung digunakan
dalam proses pendidikan di sekolah, seperti: ruang, buku, perpustakaan, labolatarium dan
sebagainya.Sedangkan prasarana pendidikan adalah semua perangkat kelengkapan dasar
yang secara tidak langsung menunjang proses pendidikan di sekolah.

 Prinsip-prinsip manajemen sarana dan prasarana pendidikan

Agar tujuan-tujuan manajemen perlengkapan bisa tercapai, ada beberapa prinsip-prinsip


yang perlu di perhatikan dalam mengelola perlengkapan di sekolah, prinsip-prinsip yang
dimaksud adalah :
1.Prinsip pencapaian tujuan. manajemen perlengkapan sekolah dapat di katakan berhasil
bilaman fasilitas sekolah itu selalu siap pakai setiap saat, pada setiap seorang personel
sekolah akan menggunakannya
2.Prinsip efisiensi. Dengan prinsip efisiensi semua kegiatan pengadaan sarana dan
prasarana sekolah di lakukan dengan perencanaan yang hati-hati, sehingga bisa
memperoleh fasilitas yang berkualitas baik dengan harga yang relatif murah. Dengan
prinsip efisiensi berarti bahwa pemakaian semua fasilitas sekolah hendaknya dilakukan
dengan sebaik-baiknya, sehingga dapat mengurangi pemborosan. Maka perlengkapan
sekolah hendaknya di lengkapi dengan petunjuk teknis penggunaan dan pemeliharaannya.
3.Prinsip administrative. Dengan prinsip administratif berarti semua perilaku pengelolaan
perlengkapan pendidikan di sekolah itu hendaknya selalu memperhatikan undang-undang,
peraturan, instruksi, dan pedoman yang telah di berlakukan oleh pemerintah.
4.Prinsip kejelasan tanggung jawab. semua tugas dan tanggung jawab semua orang yang
terlibat itu perlu di deskripsikan dengan jelas.
5.Prinsip kekohesifan. Dengan prinsip kekohesfan berarti manajemen perlengkapan
pendidikan di sekolah hendaknya terealisasikan dalam bentuk proses kerja sekolah yang
sangat kompak.
 Pengelolaan Fasilitas Pendidikan

1.Perencanaan sarana pendidikan Penentuan kebutuhan merupakan perencanaan


pengadaan sarana pendidikan yang diperlukan dalam penyelenggaraan pendidikan.
Sebelum mengadakan alat-alat tertentu atau fasilitas pendidikan terlebih dahulu harus
melalui prosedur yang benar, yaitu melihat dan memeriksa kembali keadaan dan kekayaan
yang telah ada, agar tidak terjadi sarana pendidikan yang mubazir, seperti pengadaan
kembali sarana yang masih memadai dari segi kuantitas maupun kualitas atau pengadaan
alat-alat yang tidak diperlukan dalam penyelenggaraan pendidikan. Setelah melalui
prosedur yang benar, baru bisa ditentukan jenis sarana yang diperlukan berdasarkan
kepentingan pendidikan di sekolah bersangkutan. Penentuan sarana pendidikan sekolah
juga harus mempertimbangkan siapa-siapa saja yang memfasilitasi atau membiayai
pengadaan sarana tersebut.. Jones menegaskan bahwa perencanaan pengadaan
perlengkapan pendidikan di sekolah di awali dengan menganalisis jenis pengalaman
pendidikan yang di berikan di sekolah itu. Janes mendeskripsikan langkah-langkah
perencanaan pengadaan perlengkapan sekolah sebagai berikut :
a) Menganalisis kebutuhan pendidikan suatu masyarakat dan menetapakan program untuk
masa yang akan datang sebagai dasar untuk mengevaluasi keberadaan fasilitas dan
membuat model perencanaan perlengkapan yang akan datang.
b) Melakuakan survei keseluruh unit sekolah untuk menyususn master plan untuk jangka
waktu tertentu.
c) Memilih kebutuhan utama berdasarkan hasil survei.
d) Mengembangkan educational specification untuk setiap proyek yang terpisah-pisah
dalam usaha master plan.
e) Merancang setiap proyek yang terpisah-pisah sesuai dengan spesifikasi pendidikan
yang diusulkan.
2.Penyimpanan Sarana Dan Prasarana Pendidikan.
a. Hakikat Penyimpanan Sarana Dan Prasarana Penyimpanan adalah kegiatan yang
dilakukan untuk menampung hasil pengadaan dan umumnya barang tersebut adalah milik
negara pada wadah/tempat yang telah disediakan. Penyimpanan sarana dan prasarana
pendidikan adalah kegiatan menyimpan suatu barang baik berupa perabot, alat tulis
kantor, surat-surat maupun barang elektronik dalam keadaan baru ataupun sudah rusak
yang dapat dilakukan oleh seorang beberapa orang yang ditunjuk atau ditugaskan pada
lembaga pendidikan. Aspek yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan adalah aspek
fisik dan aspek administratif. Aspek fisik dalam penyimpanan adalah wadah yang
diperlukan untuk menampung barang milik negara berasal dari pengadaan. Aspek ini
biasa disebut gudang, yang dapat dibedakan menjadi:
• Gudang pusat, yaitu gudang yang diperlukan untuk menampung barang hasil pengadaan
yang terletak pada unit. Biasanya gudang pusat juga digunakan untuk menyimpan barang
yang akan dijadikan stok/persediaan.
• Gudang penyalur, yaitu gudang yang digunakan untuk menyimpan barang sementara
sebelum disalurkan ke unit atau satuan kerja yang membutuhkan.
• Gudang transit, yaitu gudang yang digunakan untuk menyimpan barang sementara
sebelum disalurkan ke unit atau satuan kerja yang membutuhkan.
• Gudang pemakai, yaitu gudang yang digunakan untuk meyimpan barang-barang yang
akan dan telah digunakan dalam pelaksanaan kegiatan.
Aspek administratif adalah hal-hal yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan
kegiatan dalam penyimpanan seperti: bendaharawan kepala gudang, urusan tata usaha,
urusan penerimaan, urusan penyimpanan, dan pemeliharaan, urusan pengeluaran. Struktur
organisasi penyimpanan.
b.Prosedur dan tata cara penyimpanan barang
• Penerimaan, hal-hal yang dilakukan dalam penerimaan barang antara lain: 1) Menerima
pemberitahuan pengiriman barang dari pihak yang menerima barang. Mempersiapkan
segala sesuatu yang diperlukan dalam penerimaan dan pemeriksaan barang. 2) Memeriksa
barang yang diterima baik fisik maupun kelengkapan administrasi seperti surat
kepemilikan. 3) Membuat berita acara penerimaan dan hasil pemeriksaan barang.
• Penyimpanan barang dan kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam hal ini adalah: 1)
Meneliti barang-barang yang akan disimpan 2) Menyiapkan barang-barang tersebut
berdasarkan pengelompokkan-pengelompokkan tertentu/harga 3) Mencatat barang
tersebut ke dalam buku penerimaan, kartu barang dan kartu stok. 4) Membuat denah
lokasi barang-barang yang disimpan agar dapat dikeluarkan secara tepat. 5) Pengeluaran
barang dilakukan berdasarkan Surat Perintah Mengeluarkan Barang (SPMB).
• Penyimpanan sarana dapat dikatakan suatu kegiatan simpan menyimpan suatu barang
baik berupa perabot, alat tulis kantor, surat-surat maupun barang elektronik dalam
keadaan baru maupun rusak dapat dilakukan oleh seorang beberapa orang yang ditunjuk
pada suatu sekolah.
• Penyimpanan barang dilaksanakan melalui kegiatan-kegiatan sebagai berikut: 1)
Barang-barang yang sudah diterima, dicatat, digudangkan, diatur, dirawat, dan dijaga
secara tertib, rapi dan aman. 2) Menyelenggarakan administrasi penyimpanan dan
penggunaan atas semua barang yang ada dalam ruang atau gudang. 3) Secara berkala atau
insidental diadakan pengontrolan dan perhitungan barang persediaan agar diketahui
apakah memenuhi kebutuhan. 4) Laporan tentang keadaan penyimpanan dibuat sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
• Kegiatan penyimpanan meliputi menerima, menyimpan, dan mengeluarkan barang di
gudang. Gudang dibedakan menurut bentuknya menjadi: 1) Gudang terbuka adalah
gudang yang tidak berdinding dan tidak beratap, tetapi berlantai dan harus dikeraskan
sesuai dengan berat barang-barang yang akan disimpan. 2) Gudang tertutup adalah gudang
berdinding dan beratap yang konstruksinya disesuaikan dengan fungsi gudang itu. Barang-
barang yang sudah dianggarkan dalam pengadaan barang jika sudah terealisasi sebaiknya
langsung disimpan ke bagian penyimpanan barang, selanjutnya diterima dan
diinventarisasi dan dicatat ketika barang tersebut akan dikeluarkan agar terlihat tertib dan
rapi.
c. Inventarisasi Sarana Prasarana. Inventarisasi adalah kegiatan melaksanakan pengurusan
penyelenggaraan, pengaturan, dan pencatatan barang-barang, menyusun daftar barang
yang menjadi milik sekolah yang bersangkutan ke dalam suatu daftar inventaris barang
secara teratur dan menurut ketentuan yang berlaku.
Tujuan inventarisasi: (1) Tujuan umum Inventarisasi dilakukan dalam rangka usaha
penyempurnaan pengurusan dan pengawasan yang efektif terhadap barang- barang milik
negara atau swasta, (2) Tujuan khusus; Untuk menjaga dan menciptakan tertib
administrasi barang milik negara yang dimiliki oleh suatu organisasi; Untuk menghemat
keuangan negara baik dalam pengadaan maupun pemeliharaan dan penghapusan barang;
Bahan/pedoman untuk menghitung kekayaan negara dalam bentuk materiil yang dapat
dinilai dengan uang; Untuk memudahkan pengawasan dan pengendalian barang.
Inventarisasi juga memberikan masukan yang sangat berharga yakni, analisis kebutuhan,
pengadaan, penyimpanan, pengeluaran, pemeliharaan, rehabilitasi, dan penghapusan.
Daftar barang inventaris adalah suatu dokumen berisi jenis dan jumlah barang yang
menjadi milik dan dikuasai negara, serta berada dibawah tanggung jawab sekolah. Daftar
inventarisasi barang yang disusun dalam suatu organisasi yang lengkap, teratur, dan
berkelanjutan dapat berfungsi untuk: (1) Menyediakan data dan informasi dalam rangka
menentukan kebutuhan dan menyusun rencana kebutuhan barang, (2) Memberikan data
dan informasi untuk dijadikan bahan/pedoman dalam pengarahan pengadaan barang, (3)
Memberikan data dan informasi untuk dijadikan bahan/pedoman dalam penyaluran
barang, (4) Memberikan data dan infromasi dalam menentukan keadaan barang sebagai
dasar untuk menentukan penghapusannya, (5) Memberikan data dan informasi dalam
rangka memudahkan pengawasan dan pengendalian barang.

 Prosedur pengawasan

1.Observasi. Digunakan untuk mengadakan penilaian atau evaluasi baikterhadap pimpinan


atau bawahannya. Digunakan untuk auditdan review terhadap apa yang telah dilakukan.
2.Pemberian contoh. Apa yang dikerjakan oleh pimpinan seharusnya juga dikerjakanpula
oleh bawahannya dan sebaliknya pimpinan akan seganmenindak terhadap bawahannya
kalau ia sendiri tidak dapatmengerjakannya.
3.Pencatatan pelaporan. Suatu alat pembuktian, dapat berupa catatan atau laporan.
4.Pembatasan wewenang. Untuk menjaga agar seseorang tidak melakukan hal
yangmelebihi wewenangnya serta untuk menghindari penyimpangan.

5. Manajemen keuangan

Dalam mengelola keuangan harus dilakukan dengan menganut system :


 Transparan

 Akuntabel

 Responsible
 Relevan

 Efektif

 Efisien

Pelaksanaan Pengelolaan keuangan di Sekolah

Dalam pelaksanaan pengelolaan keuangan di sekolah dilakukan oleh otorisator, ordonator dan
bendaharawan. Otorisator adalah pejabat yang diberi kewenangan untuk mengambil tindakan
yang mengakibatkan penerimaan atau pengeluaran. Ordonator adalah pejabat yang berwenang
melakukan pengujian dan memerintahkan pembayaran atas segala tindakan yang dilakukan
berdasarkan otoritasi yang ditetapkan. Bendahrawan adalah pejabat yang berwenang dalam
melakukan penerimaan, penyimpanan dan pengeluaran uang atau surat-surat berharga lainnya.
Langkah-langkah pengelolaan keuangan yaitu:
 Perencanaan atau Analisis Kebutuhan

Kegiatan perencanaan sekolah dilakukan  pada setiap awal tahun pelajaran dengan


mengidentifikasi segala kebutuhan.
 Penggalian atau Pencarian Sumber Dana

Penggalian sumber dana ialah kegiatan mencari sumber dana yang dapat memberikan
kontribusi untuk pembiayaan sekolah.

 Pendistribusian atau Pemanfaatan

Pendistribusian atau pemanfaatan sesuai dengan yang ditetapkan dalam RAPBS, selain itu
mengacu kepada peraturan yang ditetapkan seperti peraturan pemanfaatan dana satuan
operasional digunakan secara proporsional.
 Pelaporan dan Pertanggung Jawaban

Dalam tahap ini sekolah harus mencatat seluruh pemasukan keuangan sekolah dan belanja
kegiatan yang dicatat secara rinci dan sistematis. Pertanggung jawabannya menganut system
transparan, akuntabel dan responsibel.

6. Manajemen Ketatausahaan

Pelayanan Ketatausahaan Peserta Didik

Pengertian Pelayanan Kegiatan pelayanan merupakan hal yang sangat penting


dalam mencapai tujuan penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Pelayanan
berhubungan langsung dengan pemenuhan kebutuhan fasilitas para pengguna
pendidikan. Pelayanan merupakan kegiatan yang secara langsung terlibat dalam
mendapatkan dan mempergunakan barang-barang dan jasa termasuk di dalamnya
proses 31 pengambilan keputusan pada masa persiapan dan penentuan kegiatan-
kegiatan tersebut (Handoko, 2004: 10). Pendapat lain mengenai pengertian
pelayanan dikemukakan Andie Megantara (2005: 4) yang menyebutkan bahwa
pelayanan merupakan suatu cara melayani, membantu menyiapkan atau mengurus
keperluan seseorang atau sekelompok orang.

Pengertian Pelayanan Ketatausahaan Peserta Didik

Pada konteks ketatausahaan, pelayanan ketatausahaan merupakan kegiatan


pemberian pelayanan mengenai hal-hal yang bersifat adminisratif. Pada kegiatan
manajemen peserta didik bukan hanya terdapat pelayanan pada aspek operasional
yang dilakukan oleh guru untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan peserta
didik melalui proses pendidikan di sekolah, melainkan terdapat pelayanan pada
aspek administratif yang dilakukan oleh tenaga administrasi sekolah atau yang biasa
disebut sebagai tata usaha sekolah.
Aspek administratif tersebut berupa kegiatan pencatatan, pendataan, dan
pemberkasan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan peserta didik mulai dari
peserta didik masuk di suatu sekolah sampai keluar dari sekolah tersebut. Kegiatan
pencatatan, pendataan, dan pemberkasan yang berkaitan dengan peserta didik
tersebut merupakan tugas dari bagian ketatausahaan.
Pendapat mengenai ketatausahaan yang berkaitan dengan peserta didik sebagaimana
dikemukakan oleh Edi Suardi (1979: 24) bahwa yang dimaksud dengan
ketatausahaan peserta didik adalah segala bentuk catatan yang berkaitan dengan
peserta didik.
Pernyataan tersebut diperkuat dengan pendapat Mulyasa (2007: 46) yang
menyatakan bahwa ketatausahaan peserta didik berkaitan dengan pencatatan data
dan pengaturan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan peserta didik mulai dari
masuk sampai dengan keluarnya peserta didik tersebut dari suatu sekolah. Sementara
itu, ketatausahaan peserta didik sebagaimana disebutkan Abdul Aziz Wahab (2008:
107) berkaitan dengan kegiatan kesekretariatan, menghimpun surat, keterangan, dan
informasi.
Pelaksanaan ketatausahaan siswa merupakan bentuk pelayanan administratif siswa
yang terselenggara selama siswa berada di sekolah. Jadi, pelayanan ketatausahaan
siswa berupa pelayanan mengenai surat-menyurat, keterangan (data), dan informasi
yang berkaitan dengan peserta didik mulai dari masuk sekolah, proses
perkembangan di sekolah, sampai dengan keluarnya peserta didik tersebut dari suatu
sekolah.

Tujuan Pelayanan Ketatausahaan Peserta Didik

Adanya pelaksanaan pelayanan ketatausahaan peserta didik di suatu sekolah


memiliki tujuan-tujuan tertentu yang dikehendaki oleh penyelenggara pendidikan
pada masing-masing sekolah tersebut. Petugas bagian ketatausahaan sekolah
memberikan pelayanan ketatausahaan peserta didik dimaksudkan untuk
mempermudah proses penyelenggaraan kegiatan pendidikan di sekolah (Tim Dosen
AP, 2011: 118). Sementara itu, Mulyasa (2007: 47) berpendapat bahwa pelaksanaan
pelayanan ketatausahaan peserta didik di suatu sekolah memiliki tujuan sebagai
berikut:
a. Memudahkan pihak sekolah, guru, dan orang tua peserta didik dalam memantau
keberhasilan, kemajuan, dan prestasi belajar para peserta didik selama mengikuti
pembelajaran di sekolah.
b. Mendeteksi kondisi setiap peserta didik sehingga pihak sekolah dapat
memberikan bimbingan maupun bantuan terhadap peserta didik yang memiliki suatu
permasalahan.
c. Menunjang aktivitas pengembangan pengetahuan, sikap kepribadian, aspek sosial
emosional, dan keterampilan setiap peserta didik sehingga dapat tumbuh dan
berkembang secara optimal sesuai potensi masing-masing.
d. Mengetahui dan mengontrol keberhasilan atau prestasi kepala sekolah sebagai
manajer pendidikan di suatu sekolah. Pelaksanaan pelayanan ketatausahaan peserta
didik merupakan salah satu tugas sekolah untuk memenuhi hak siswa selama
menempuh pendidikan di suatu sekolah dalam rangka menunjang segala aktivitas
pembelajaran guna tercapainya tujuan pendidikan yang efektif dan efisien.

Bentuk Pelayanan Ketatausahaan Peserta Didik


Tata usaha sekolah wajib memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya kepada siapa
saja yang membutuhkan layanan administrasi pada penyelenggaraan pendidikan di
sekolah. Salah satu pihak yang berhak mendapat pelayanan tersebut adalah peserta
didik. Layanan administrasi yang diberikan kepada peserta didik menurut pendapat
Abdul Aziz Wahab (2008: 107) berupa surat menyurat, keterangan (melalui
pendataan), dan informasi.

a. Persuratan
Petugas tata usaha sekolah memiliki tugas kesekretariatan yaitu urusan tata
persuratan dan kearsipan. Tata persuratan meliputi aktivitas mengelola surat masuk
dan keluar. Terdapat berbagai aktivitas peserta didik yang harus didukung dengan
sebuah legalitas berupa surat. Surat tersebut dapat berupa surat pernyataan, surat
keterangan, surat pengantar, surat izin, surat dinas, dan sebagainya. Oleh karena itu,
petugas tata usaha harus dapat melayani dan memenuhi kebutuhan persuratan
tersebut. Selain itu, tata usaha sekolah harus menyimpan berkas atau surat yang
menerangkan siswa tersebut agar jika dibutuhkan kembali dapat disediakan oleh tata
usaha. Jika kebutuhan tersebut tidak dapat terpenuhi maka tidak menutup
kemungkinan bahwa aktivitas perkembangan peserta didik dapat terhambat.

b. Pendataan Petugas
Tata usaha perlu melakukan pendataan kepada setiap peserta didik guna mengenal
latar belakang serta mengetahui taraf kemajuan dan perkembangan peserta didik
dengan baik. Hal tersebut dilakukan dengan menyediakan data dan keterangan yang
objektif. Setiap perubahan dan perkembangan peserta didik harus dicatat, dihimpun,
dan disimpan sebagai dokumen sekolah secara lengkap, rapi, sistematis, dan
terpelihara. Data yang lengkap mengenai siswa akan sangat berguna dalam
membantu perkembangan atau mengatasi kesulitan belajar siswa. Selain itu, data
yang didukung dengan dokumen siswa yang lengkap dapat memudahkan klasifikasi
siswa guna pengajuan beasiswa, bantuan sekolah, maupun berpartisipasi dalam
sebuah kompetisi.

c. Informasi
Sekolah berkewajiban untuk melayani kepentingan siswa. Tata usaha dalam
fungsinya melayani pekerjaan-pekerjaan operatif (operasional) harus dapat
menyediakan berbagai informasi yang diperlukan siswa. Informasi-informasi
tersebut dapat memudahkan tercapainya tujuan yang diinginkan atau memungkinkan
penyelesaian pekerjaan operasional kesiswaan secara lebih baik. Petugas tata usaha
harus dapat mengakses, menyediakan, dan mensosialisasikan berbagai informasi
yang menyangkut kepentingan siswa. Oleh karena itu, petugas tata usaha sekolah
dituntut mampu menerapkan sistem informasi dengan terampil agar dalam
memberikan pelayanan mengenai informasi kesiswaan dapat dilaksanakan dengan
cepat, tepat, dan akurat. Jadi, kegiatan ketatausahaan merupakan bagian dari
kegiatan administrasi di sekolah. Adapun bentuk layanan ketatausahaan peserta
didik bukan hanya meliputi layanan persuratan peserta didik, melainkan mencakup
pengelolaan semua bahan keterangan atau data-data serta informasi yang
menyangkut peserta didik selama berada di sekolah.

2.8.4 Hubungan Manajemen Pendidikan dengan Pelayanan Ketatausahaan


Peserta Didik Manajemen pendidikan merupakan rangkaian kegiatan yang berupa
proses pengelolaan kerjasama sekelompok manusia yang tergabung dalam
organisasi pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan
sebelumnya agar tujuan tersebut tercapai secara efektif dan efisien. Lebih lanjut
dijelaskan bahwa bidang garapan manajemen pendidikan, meliputi: organsiasi
pendidikan; manajemen kurikulum; manajemen peserta didik; manajemen tenaga
kependidikan; manajemen fasilitas pendidikan; manajemen pembiayaan pendidikan;
manajemen hubungan lembaga pendidikan dengan masyarakat; ketatalaksanaan
lembaga pendidikan; serta kepemimpinan dan supervisi pendidikan (Tim Dosen AP,
2011: 18-19).
Berdasarkan sepuluh bidang garapan manajemen pendidikan, salah satu bidang
garapan tersebut adalah mengenai ketatalaksanaan lembaga pendidikan.
Ketatausahaan atau sering disebut ketatalaksanaan merupakan rangkaian kegiatan
yang berkaitan dengan aktivitas menghimpun, mencatat, mengolah, menggandakan,
mengirim, dan menyimpan semua bahan keterangan yang diperlukan oleh suatu
organisasi (The Liang Gie, 2007: 16). Berdasarkan pengertian ketatausahaan
tersebut maka yang dimaksud dengan ketatausahaan pada lembaga pendidikan yang
dalam hal ini adalah sekolah, bukan hanya meliputi kegiatan persuratan, melainkan
mencakup pengelolaan terhadap semua bahan keterangan atau informasi yang
digunakan untuk kepentingan penyelenggaraan pendidikan di suatu sekolah
Kegiatan ketatausahaan bertujuan untuk memberikan pelayanan administratif secara
prima kepada para pengguna pendidikan guna menunjang dan memperlancar
kegiatan penyelenggaraan pendidikan di sekolah.. Jadi, salah satu bentuk pelayanan
katatausahaan adalah pelayanan ketatausahaan peserta didik. Pelayanan
ketatausahaan peserta didik merupakan suatu upaya memperlancar aktivitas peserta
didik selama mengikuti pendidikan di sekolah mulai dari peserta didik masuk di
sekolah sampai keluar dari sekolah tersebut.
Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat dilihat bahwa pelayanan ketatausahaan
peserta didik merupakan bagian dari kegiatan ketatausahaan. Sementara itu,
ketatausahaan merupakan salah satu bidang garapan manajemen pendidikan. Jadi,
hubungan antara manajemen pendidikan dengan pelayanan ketatausahaan peserta
didik yaitu pelayanan ketatausahaan peserta didik merupakan bagian dari salah satu
aktivitas bidang garapan manajemen pendidikan yaitu bidang ketatausahaan atau
ketatalaksanaan pendidikan.

7. Manajemen Hubungan Sekolah dengan Masyarakat

Hubungan sekolah dan masyarakat didefinisikan sebagai proses komunikasi antara


sekolah dan masyarakat untuk berusaha menanamkan pengertian warga masyarakat
tentang kebuttuhan dan karya pendidikan serta pendorong minat dan tanggung jawab
masyarakat dalam usaha memajukan sekolah.

Tujuan Manajemen Sekolah dan Masyarakat (Husemas)


Tujuan Husemas dimaksudkan untuk menciptakan hubungan sekolah secara harmonis,
meningkatkan kemajuan pendidikan disekolah dan memberi manfaat masyarakat akan
kemajuan sekolah.
Elsbree yang dikutip Sobari (1994) mengemukakan tujuan husemas, yaitu:
• Untuk meningkatkan kualitas belajar dan pertumbuhan anak.
• Untuk meningkatkan pemahaman masyarakat akan pentingnya pendidikan dan
meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat.
• Untuk mengembangkan antuasisme atau semangat saling bantu antara sekolah dengan
masyarakat antara sekolah dengan masyarakat demi kemajuan kedua belah pihak.
Fungsi Hubungan Sekolah dan Masyarakat
Fungsi Husemas dideskripsi sebagai berikut :
• Mengebangkan pengertian masyarakat tentang semua aspek pelaksanaan program
pendidikan di sekolah.
• Dapat menetapkan bagaimana harapan masyarakat terhadap sekolah dan apa harapannya
mengenai tujuan pendidikan.
• Memperoleh bantuan secukupnya dari masyarakat untuk sekolahnya, baik financial,
material maupun moril.
• Menimbulkan rasa tanggung jawab yang lebih besar pada masyarkat terhadap kualitas
pendidikan yang dapat diberikan oleh sekolah.
• Merealisasikan perubahan-perubahan yang diperlukan dan memeperoleh fasilitas dalam
merealisasikan perubahan-perubahan itu.
• Mengikutsertakan masyarakat secara kooperatif dalam usaha-usaha memecahkan
persoalan pendidikan.
• Meningkatkan semangat kerja sama antara sekolah dengan masyarakat, dan
meningkatkan partisipasi kepemimpinan untuk meningkatkan kehidupan dalam
masyarakat.

8. Manajemen layanan khusus


Manajemen layanan khusus di suatu sekolah merupakan bagian penting dalam Manajemen
Berbasis Sekolah (MBS) yang efektif dan efisien. Sekolah merupakan salah satu sarana
yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas dari penduduk bangsa Indonesia.
Sekolah tidak hanya memiliki tanggung jawab dan tugas untuk mlaksanakan proses
pembelajaran dalam mengembangkan ilmu penegetahuan dan teknologi saja, melainkan
harus menjaga dan meningkatkan kesehatan baik jasmani maupun rohani peserta didik.
Hal ini sesuai dengan UUSPN bab 11 Pasal 4 yang memuat tentang adanya tujuan
pendidikan nasional.

Untuk memenuhi tugas dan tanggung jawab tersebut maka sekolah memerlukan suatu
manajemen layanan khusus yang dapat mengatur segala kebutuhan peserta didiknya
sehingga tujuan pendidikan tersebut dapat tercapai.

Manajemen layanan khusus di sekolah pada dasarnya ditetapkan dan di organisasikan


untuk mempermudah atau memperlancar pembelajaran, serta dapat memenuhi kebutuhan
khusus siswa di sekolah. Pelayanan khusus diselenggarakan di sekolah dengan maksud
untuk memperlancar pelaksanaan pengajaran dalam rangka pencapain tujuan pendidikan
di sekolah. Pendidikan di sekolah antara lain juga berusaha agar peserta didik senanatiasa
berada dalam keadaan baik. Baik disini menyangkut aspek jasmani maupun rohaninya.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa manajemen layanan khusus adalah suatu
proses kegiatan memberikan pelayanan kebutuhan kepada peserta didik untuk menunjang
kegiatan pembelajaran agar tujuan pendidikan bisa tercapai secara efektif dan efisien.

2.1 Layanan Khusus yang Menunjang Manajemen Peserta Didik


1. Layanan Bimbingan dan Konseling. Menurut Hendyat Soetopo bimbingan adalah proses
bantuan yang diberikan kepada siswa dengan memperhatikan kemungkinan dan
kenyataan tentang adanya kesulitan yang dihadapi dalam rangka perkembangan yang
optimal, sehingga mereka memahami dan mengarahkan diri serta bertindak dan bersikap
sesuai dengan tuntutan dan situasi lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat.
2. Layanan Perpustakaan. Perpustakaan merupakan salah satu unit yang memberikan
layanan kepada peserta didik, dengan maksud membantu dan menunjang proses
pembelajaran di sekolah, melayani informasi-informasi yang dibutuhkan serta memberi
layanan rekreatif melalui koleksi bahan pustaka.
3. Layanan Kantin/Kafetaria. Kantin/ warung sekolah diperlukan adanya di tiap sekolah
supaya makanan yang dibeli peserta didik terjamin kebersihannya dan cukup
mengandung gizi. Para guru diharapkan sekali-kali mengontrol kantin sekolah dan
berkonsultasi dengan pengelola kantin mengenai makanan yang bersih dan bergizi.
Peran lain kantin sekolah yaitu supaya para peserta didik tidak berkeliaran mencari
makanan keluar lingkungan sekolah.
4. Layanan Kesehatan. Layanan kesehatan di sekolah biasanya dibentuk sebuah wadah
bernama Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). Usaha kesehatan sekolah adalah usaha
kesehatan masyarakat yang dijalankan sekolah.
5. Layanan Transportasi Sekolah. Sarana angkutan (transportasi) bagi para peserta didik
merupakan salah satu penunjang untuk kelancaran proses belajar mengajar. Transportasi
diperlukan terutama bagi para peserta didik ditingkat prasekolah dan pendidikan dasar.
6. Layanan Asrama. Bagi para peserta didik khususnya jenjang pendidikan menengah dan
pendidikan tinggi, terutama bagi mereka yang jauh dari orang tuanya diperlukan
diperlukan asrama. Selain manfaat untuk peserta didik, asrama mempunyai manfaat bagi
para pendidik dan petugas asrama tersebut.
Dafrtar pustaka

1. https://ernisusiyawati.wordpress.com/2013/06/01/manajemen-tenaga-pendidik-dan-
kependidikan/
2. https://sumberbelajarangga.wordpress.com/2012/12/10/manajemen-peserta-didik/

Anda mungkin juga menyukai