Anda di halaman 1dari 10

TEKS KHUTBAH JUM’AT

Disampaikan di Masjid Al Istiqomah Gandus Palembang


Jum’at, 11 September 2020 M/ 23 Muharram 1442 H

Meraih Keberkahan dengan Tawakal


Oleh : Fitriyadi, ST
Ketua Yayasan Hidayah Jaya Barokah Palembang
Mencetak generasi pemimpin yang shaleh, cerdas dan
unggul
ِ ُ‫اَلسَّال ُم َعلَ ْي ُك ْم َو َرحْ َمة‬
‫هللا َوبَ َر َكاتُه‬

Ma’asyiral Muslimin Jamaah Sholat Jum’at YDM Allah


Marilah kita hadirkan rasa syukur kita kepada Allah SWT, atas
nikmat umur yang telah menyampaikan kita semua sampai
pada hari ini, 11 September 2020/ 23 Muharram 1442 H - kita
masih bisa berkumpul dalam keadaan yang sehat, masih Allah
berikan umur yang panjang sehingga bisa melaksanakan dan

1
mengikuti ibadah Sholat Jum’at berjamaah saat ini. Semoga
Allah senantiasa menjaga dan melindungi kita dan keluarga
kita dari segala macam penyakit, wabah, balak dan musibah
terutama dari pandemic covid 19 yang belum juga berakhir saat
ini. Aamiin yaa rabbal’alaamiin.

Shalawat beriring salam semoga Allah sampaikan kepada


baginda Rasulullah SAW, keluarga dan sahabat serta pengikut2
beliau hingga akhir zaman.

Selaku khatib, dari atas mimbar yang mulia ini, kami


berwasiat. Marilah kita senantiasa menjaga dan meningkatkan
ketaqwaan kita kepada Allah. Taqwalah satu2nya bekal kita
untuk menghadap Allah, hanya dengan taqwa kita akan selamat
dan mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat. Semoga
dengan bertambahnya umur kita, maka semakin dekat kita
dengan Allah, semakin banyak bisa melaksanakan perintah dan
syariat-syariat Allah dan semakin jauh dan dijauhkan kita dari
maksiat-maksiat dan dosa serta kedurhakaan kepada Allah.
Aamiin Allah humma aamiin.

Ma’asyiral Muslimin Jamaah sholat Jum’at YDM Allah


Judul khutbah kita kali ini :
Meraih Keberkahan Hidup dengan Tawakal
Dalam bahasa Arab, barokah atau berkah adalah
berkembangnya atau bermakna bertambahnya sesuatu.
Sedangkan makna berkah dalam Al-Qur'an dan hadis adalah
langgengnya kebaikan, kadang bertambah kebaikan, atau bisa
kedua-duanya. Menurut Imam Al-Ghazali, berkah adalah
bertambahnya kebaikan (Azziyadatul khoir).
Nikmat keberkahan tidak semua orang bisa mendapatkannya.
Bisa jadi di sana ada orang yang diberkahi ketika duduk di
2
majelis ilmu. Namun, dia tidak diberkahi saat berada di tengah-
tengah keluarganya karena berbuat zalim kepada anak dan
istrinya.

Sebagian orang mungkin diberkahi oleh Allah subhanahu wa


ta’ala untuk beramal kebaikan pada saat kondisi lapang, namun
tidak diberkahi pada saat kondisi sulit. Karena dia pengeluh
misalnya, karena dia tidak sabar dengan kesulitan misalnya.
Padahal apabila keberkahan hidup menyertai seseorang,
sesuatu yang sedikit bisa menjadi banyak; perubahan kondisi
pun dari lapang ke sempit tidak akan mengubah semangatnya
untuk menjalankan ketaatan kepada Allah subhanahu wa ta’ala.

Selanjutnya, dalam hal meraih keberkahan hidup dan


bertawakal kepada Allah, kita perlu menyadari dan
menginsyafi hal-hal berikut ini :

1. Manusia itu bersifat lemah


Tanpa bantuan Allah subhanahu wa ta’ala, manusia selalu
diliputi oleh kelemahan dalam segala sisi kehidupannya.
Firman Allah subhanahu wa ta’ala,

“Dan manusia diciptakan bersifat lemah.” (an-Nisa [4] : 28)

Tak terkecuali dalam hal pemenuhan kebutuhan hidup sehari-


hari. Oleh karena itu, sebagai orang yang beriman kita mesti
senantiasa bergantung pada Sang Pencipta alam semesta,

3
dengan selalu memohon kepada-Nya agar dimudahkan dalam
segala urusan. Tentu saja dengan diiringi usaha yang maksimal.

Orang yang berserah diri kepada Allah subhanahu wa ta’ala


(tawakal) tidak akan pernah kecewa karena ia yakin dengan
janji Allah subhanahu wa ta’ala,

“Dan barang siapa bertawakal kepada Allah niscaya Allah


akan mencukupkan (keperluan)nya.” (ath-Thalaq [65] : 3)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berpesan dalam suatu


haditsnya, (artinya)

“Bersemangatlah engkau terhadap sesuatu yang bermanfaat


bagimu, dan mintalah bantuan kepada Allah subhanahu wa
ta’ala, janganlah melemah.” (HR. Muslim dari Abu Hurairah
radhiallahu ‘anhu)

Ma’asyiral Muslimin Jamaah sholat Jum’at YDM Allah


Asy-Syaikh as-Sa’di rahimahullah berkata, “Urusan yang
bermanfaat ada dua macam, yaitu urusan agama dan urusan
dunia. Sebagaimana halnya memerlukan urusan dunia, seorang
hamba juga memerlukan urusan agama. Sementara itu, rahasia
keberhasilan hamba dan diberinya petunjuk terletak pada
semangat dan kesungguhannya dalam mewujudkan dua macam
urusan yang bermanfaat tersebut, sembari memohon
pertolongan Allah subhanahu wa ta’ala.

4
Manakala seorang hamba bersungguh-sungguh dalam urusan
yang bermanfaat, dengan menelusuri jalan (keberhasilan) serta
senantiasa memohon pertolongan kepada Allah subhanahu wa
ta’ala agar hal tersebut terwujud, ini menjadi pertanda
kesempurnaan dan keberhasilannya. Apabila salah satu dari
tiga faktor tadi (yaitu : bersungguh-sungguh, jalannya benar
merupakan jalan keberhasilan dan ketiga senantiasa
memohon pertolongan Allah) tidak terpenuhi, sebatas itu pula
ia terlewatkan dari kebaikan.

Oleh karena itu, orang yang tidak bersemangat dalam urusan


yang bermanfaat, justru akan bermalas-malasan, ia tidak akan
menggapai apa pun (dari kebaikan) karena kemalasan adalah
pangkal kegagalan. Orang yang pemalas tidak akan meraih
kebaikan dan kemuliaan. Ia bukan orang yang memperoleh
keberuntungan, baik dari sisi agama maupun sisi dunia.

Berikutnya, apabila seorang hamba telah menempuh usaha


yang bermanfaat dengan penuh semangat, belum dikatakan
sempurna hingga dia benar-benar bergantung pada Allah
subhanahu wa ta’ala dan meminta bantuan-Nya guna tercapai
dan terpenuhinya (kebutuhannya).

Karena seseorang hendaknya tidak mengandalkan kemampuan


diri, usaha, dan kekuatannya. Akan tetapi, hal berikutnya yaitu
hendaknya ia bersandar secara penuh, lahir dan batin, kepada
Rabbnya. Dan inilah tawakkal tersebut. Dengan cara ini, hal-
hal yang sulit akan terasa mudah, dan kondisi yang berat
menjadi ringan, serta hasil yang maksimal bisa diraih.”

Ma’asyiral Muslimin Jamaah sholat Jum’at YDM Allah


2. Amal Saleh Membawa Keberkahan Hidup
5
(hal yang perlu kita perhatikan dan insyafi untuk mendapatkan
keberkahan = amalnya adalah amal shaleh)
Usaha yang keras dan tekun dengan menempuh sebab-sebab
keberhasilan, secara teori duniawi bukanlah satu-satunya jalan
untuk menggapai keberkahan. Ada sebuah faktor utama untuk
mendapatkan keberkahan hidup, yaitu menjalankan beragam
ketaatan kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Hal ini dinyatakan
oleh Allah subhanahu wa ta’ala dalam firman-Nya,

“Jikalau penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa,


pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari
langit dan bumi.” (al-A’raf: 96)

Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma berkata, “Sesungguhnya amal


kebaikan akan menjadikan wajah bercahaya, hati bersinar,
rezeki luas, badan kuat, dan kecintaan pada hati para hamba.
Sebaliknya, sesungguhnya kemaksiatan akan membuat wajah
menjadi kelam, hati menjadi gelap, badan menjadi lemah,
rezeki berkurang, dan kebencian pada hati para hamba.”

3. Merasa Cukup dengan Pemberian Allah subhanahu wa


ta’ala (qanaah)

Menurut agama, orang yang kaya bukan yang melimpah


hartanya. Orang yang kaya adalah yang hatinya merasa cukup
dengan pemberian Allah subhanahu wa ta’ala (qana’ah).
6
Orang yang hatinya selalu rakus dengan dunia tidak akan
pernah merasakan kebahagiaan. Ia selalu melihat kepada orang
yang lebih tinggi darinya dalam urusan dunia. Akhirnya, ia
meremehkan nikmat Allah subhanahu wa ta’ala yang telah Ia
dapat dan nikmati. Dalam kalbunya tumbuh rasa hasad dan iri
terhadap orang lain.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


َ ‫ َوأَ َت ْت ُه ال ُّد ْن َيا َوه‬،ُ‫ َو َج َم َع َل ُه َش مْ َله‬،ِ‫ت اآْل خ َِرةُ َه َّم ُه َج َع َل هللاُ غِ َن اهُ فِي َق ْل ِب ه‬
‫ِي‬ ِ ‫َمنْ َكا َن‬
‫ َو َل ْم َيأْ ِت ِه‬،ُ‫ َو َفرَّ َق َع َل ْي ِه َش مْ َله‬،ِ‫ت ال ُّد ْن َيا َه َّم ُه َج َع َل هللاُ َف ْق َرهُ َبي َْن َع ْي َن ْيه‬
ِ ‫ َو َمنْ َكا َن‬،‫َراغِ َم ٌة‬
‫م َِن ال ُّد ْن َيا إِاَّل َما قُ ِّد َر َل ُه‬
“Barang siapa yang akhirat menjadi tujuannya, Allah
subhanahu wa ta’ala jadikan rasa kecukupan dalam hatinya.
Allah subhanahu wa ta’ala akan kumpulkan baginya urusan-
urusannya yang berceceran. Dunia akan mendatanginya
dalam keadaan hina dan mudah didapat. Sebaliknya, barang
siapa yang dunia menjadi tujuannya, Allah subhanahu wa
ta’ala jadikan kefakirannya terpampang di hadapan kedua
matanya; Allah subhanahu wa ta’ala cerai-beraikan
urusannya, dan dunia tidaklah sampai kepadanya kecuali apa
yang telah ditakdirkan untuknya.” (HR. at-Tirmidzi dari Anas
bin Malik radhiallahu ‘anhu)

Orang yang kefakirannya selalu terpampang di hadapannya


karena selalu merasa kekurangan, maka tidak akan mungkin
merasakan kebahagiaan. Orang yang tidak pernah puas dengan
pemberian Allah subhanahu wa ta’ala, maka pastinya dia akan
selalu merasa tersiksa.

Ma’asyiral Muslimin Jamaah sholat Jum’at YDM Allah

7
Al-Imam asy-Syafi’i rahimahullah mengatakan, “Apabila Anda
memiliki hati yang merasa puas dengan pemberian Allah
subhanahu wa ta’ala, Anda sama dengan raja dunia.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


‫كث َر َوأَ ْل َهى‬
ُ ‫َما َق َّل َو َك َفى َخ ْي ٌر ِممَّا‬
“Sesungguhnya yang sedikit dan mecukupi lebih baik daripada
yang banyak namun melalaikan.” (HR. Abu Ya’la dan adh-
Dhiya)
Semoga Allah SWT memberikan semangat untuk kita bisa
beramal shaleh dan senantiasa dalam ketaatan kepada-NYA,
menempuh jalan sukses dan keberhasilan ahhirat sehingga
dunia menjadi mudah dan hina di hadapan kita, senantiasa
merasa cukup atau qanaah terhadap yang Allah berikan saat ini
sehingga hati kita menjadi tenang dan tentram, dengan ini
mudah-mudahan semuanya yang ada pada diri kita yaitu :
waktu, umur, amal, harta benda dan semuanya menjadi
barokah/ penuh manfaat bahkah bertumbuh manfaatnya/
Azziyadatul khoir/ kebaikan yang bertambah/ bertumbuhnya
kebaikan dan itulah keberkahan hidup.

8
Khutbah ke 2

9
10

Anda mungkin juga menyukai