Anda di halaman 1dari 14

RINGKASAN MATERI KULIAH

CHAPTER 10

‘’ PELAPORAN SEGMEN, EVALUASI PUSAT INVESTASI, DAN


PENETAPAN HARGA TRANSFER ’’

Disusun Oleh :

KELOMPOK 2

1. Dhea Adellya Firs’ke Salwa (19013010184)


2. Rani Melati Oktadifa (19013010192)
3. Lorensa Prima Dwi Adha (19013010200)
4. Mikhael Garda Prasetya (19013010203)
5. M. Hilmi Junaidi (19013010208)

KELAS J

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ‘’VETERAN’’

JAWA TIMUR
Desentralisasi dan Pusat Pertanggungjawaban

Pertanggung jawaban sistem akuntansi, merupakan sebuah sistem yang


mengukur hasil dari masing – masing pusat pertanggung jawaban berdasarkan
informasi yang dibutuhkan oleh para manajer dalam mengoprasikan pusat
pertanggung jawaban mereka.

Didalam mengambil keputusan untuk mengelola kegiatan suatu perusahaan,


biasaya mereka mermilih salah satu dari dua pendekatan , yang meliputi
Tersentralisasi dan tersedentralisasi, pada sentralisasi keputusan dibuat pada tingkat
atas, dan manajer tingkat bawah ditugaskan untuk menerapkan keputusan ini,
sedangkan pada desentralisasi, manajer tingkat bawah boleh membuat dan
menerapkan keputusan berdasarkan area pertanggngjawaban mereka.

Hasil dari pusat pertanggungjawaban bisa diukur berdasar informasi yang


diperlukan manajer dalam mengoprasikan pusat pertanggung jawaban. Pusat
tersebut biasanya meliputi

1) Pusat Biaya , bertanggung jawab hanya pada biaya


2) Pusat Pendapatan, bertanggung jawab pada penjualan
3) Pusat Laba, bertanggung jawab terhadap penjualan dan biaya.
4) Pusat Investasi , bertanggung jawab pada penjualan, serta investasi modal.
Infromasi adalah kunci bagi manajer yang bertanggung jawab pada hasil – hasilnya.
Dalam ilustrasi diatas, pusat investasi menunjukkan tingkat desentralisasi tertinggi,
dikarekanan manajernya bebas membuat berbagai keputusan yang ada.

Dalam departemen produksi pada sebuah pabrik, seperti perakitan atau


penyelesaian akhir, adalah contoh pusat biaya. Karena departemen ini
mengendalikan biaya manufaktur tetapi tidak mengatur harga atau pemasaran.
Sedangkan departemen pemasaran, mengatur harga dan memproyeksikan
penjualan, maka departemen ini digolongkan sebagai pusat pendapatan.. sedang
biaya langsung pemasaran dan penjualan keseluruhannya adalah tanggung jawab
manajer penjualan

Manajer pabrik diberi tanggung jawab membuat juga memasarkan produk


mereka , mengendalikan biaya dan pendapatan maka mereka ditempatkan pada
pusat laba. Karena itu laba operasi akan menjadi suatu ukuran kinerja yang penting
bagi manajer pusat laba

Divisi – divisi ini kemudian akan sering disebut dengan contoh pusat
investasi. Karena mereka memiliki kendali atas biaya dan keputusan penetapan
harga, juga memiliki kekuasaan untuk membuat keputusan investasi seperti
menutup atau mendirikan pabrik, dan memutuskan produksi suatu lini produk.
Maka laba operasi menjadi ukuran yang penting bagi manajer pusat investasi.

Suatu keputusan pada satu divisi secara tidak langsung akan mempengaruhi
divisi pusat pertanggungjawaban lainnya. Pengorganisasian divisi pada pusat
pertanggungjawabab menciptakan peluang untuk mengendalikan divisi melalui
penggunaan akuntansi pertanggung jawaban. Pengendalian bisa dicapai
berdasarkan evaluasi efisiensi dan efektivitas manajer divisi atas pendapatan
penjualan.
Pengukuran Kinerja Pusat Investasi dengan Menggunakan Laporan Laba-
Rugi Variabel dan Absorpsi

Pusat laba akan dinilai berdasarkan laporan laba – rugi. Ada dua metode
perhitungan laba yang dikembangkan, yaitu berdasarkan perhitungan biaya variable
dan berdasarkan biaya penuh atau Absorpsi. Dua metode itu merupakan metode
perhitungan biaya karena keduanya berkaitan dengan cara penentuan biaya produk.
Pengitungan antara biaya absorpsi dan variable bergantung atas perlakuan terhadap
salah satu biaya tertentu yaitu, Overhead tetap.

Perhitungan Biaya Perhitungan Biaya


Absorpsi Variabel

Biaya Produk Bahan Baku langsung Bahan baku langsung


Tenaga kerja langsung Tenaga kerja langsung
Overhead variable Overhead variabel
Overhead tetap

Biaya periode Beban penjualan Overhead tetap


Beban administrasi Beban penjualan
Beban administrasi

GAAP (Generally Accepted Accounting Principles) mensyaratkan


perhitungan biaya absorpsi untuk pelaporan eksternal. Dan FASB (Financial
Accounting Standards Boards). IRS (Internal Revenue Service) dan Lembaga
lainnya tidak menerima perhitungan Variable sebagai penghitungan biaya produk
untuk laporan eksternal. Namun biaya variable beruna untuk memberikan informasi
biaya yang penting dalam mengambil keputusan dan juga untuk pengendalian. Jadi
untuk internal, biaya variavle merupakan alat manajerial yg bermanfaat.
Penilaian Persediaan

Persediaan dinilai atas biaya produk atau produksi. Berikut data Fairchild Company
tahun lalu

Unit di persediaan awal -


Unit diproduksi 10.000
Unit terjual ($300/unit) 8.000
Biaya Variabel per unit:
Bahan Baku langsung $50
Tenaga kerja langsung 100
Overhead variable 50
Biaya Tetap :
Ovehead tetap perunit yang diproduksi 25
Penjualan dan Administrasi tetap 100.000

Maka perhitungan persediaannya adalah sebagai berikut.

Perhitungan Biaya Absorpsi Perhitungan Biaya Variabel

Bahan Baku langsung $50 Bahan Baku langsung $50


Tenaga kerja langsung 100 Tenaga Kerja langsung 100
Overhead Variable 50 Overhead variable 50
Overhead tetap 25
Biaya Produk per unit $225 Biaya produk per unit $200

Nilai persediaan akhir : Nilai persediaan akhir :


2000 x $225 = $ 450.000 2000 x $200 = $400.000
Laporan Laba-Rugi Dengan Menggunakan Biaya Variabel Dan Absorpsi
Laba bersih yang dihasilkan dari perhitungan menggunakan metode biaya
variabel dan biaya absorpsi akan berbeda, hal itu bisa terjadi karena perbedaan
pembebanan overhead tetap. Pada biaya variabel seluruh overhead tetap
dibebankan sebagai biaya periode, sedangkan pada biaya absorpsi
dibebankandalam biaya produksi per unit.

Hubungan Antara Produksi, Penjualan Dan Laba


Hubungan laba berdasar perhitungan biaya variabel dan laba menurut
perhitungan biaya absorpsi berubah ketika hubungan antara produksi dan penjualan
berubah. Jika barang yang terjual lebih banyak dari yang diproduksi, maka laba
menurut perhitungan biaya variable akan lebih tinggi dari laba menurut perhitungan
biaya absorpsi. Menurut perhitungan biaya absorpsi, unit-unit yang keluar dari
persediaan mengandung overhead tetap dari periode sebelumnya selain itu, unit-
unit yang diproduksi dan dijual telah mengandung seluruh overhead tetap periode
berjalan.
Dengan begitu, jumlah beban overhead tetap menurut perhitungan biaya
absorpsi lebih besar dari biaya overhead tetap periode berjalan sejumlah overhead
tetap yang keluar dari persediaan. Oleh karenaitu, laba menurut perhitungan biaya
variable lebih tinggi dari laba menurut perhitungan biaya absorpsi karena sejumlah
overhead tetap mengalir keluar dari perssediaan awal.
Perlakuan Overhead Tetap pada Perhitungan Biaya Absorpsi
Perbedaan antara perhitungan biaya absorpsi dan variabel terletak pada
pengakuan beban yang berhubungan dengan overhead tetap. Menurut perhitungan
biaya absorpsi, overhead tetap harus dibebankan pada unit yang diproduksi.
Terdapat 2 permasalahan yang akan dibahas yang pertama, bagaimana kita
mengonversi overhead pabrik yang dibebankan berdasarkan jam tenaga kerja
langsung atau jam mesin terhadap overhead pabrik yang ditetapkan untuk unit-unit
yang diproduksi? Kedua, apa yang dilakukan jika overhead pabrik yang aktual tidak
sama dengan overhead pabrik yang dibebankan?
Masalah pertama dapat diatasi dengan relatif mudah. Misalkan, overhead
pabrik ditetapkan atas dasar jam tenaga kerja langsung. Selanjutnya, misalkan
dibutuhkan 0,25 jam tenaga kerna langsung untuk memproduksi satu unit. Jika tarif
overhead pabrik tetap adalah $12 per jam tenaga kerja langsung, maka overhead
tetap per unit adalah $3 (0,25 x $12).
Solusi untuk masalah kedua membutuhkan pemikiran yang lebih dalam.
Pertama, kita harus menghitung overhead tetap yang ditetapkan dan
membebankannya kepada unit yang diproduksi. Selanjutnya, total overhead yang
ditetapkan dibandingkan dengan overhead tetap actual. Apabila kekurangan atau
kelebihan overhead yang ditetapkan tidak material, maka akan ditutup dalam harga
pokok penjualan. Setiap unit yang masuk kedalam persediaan akhir mengandung
overhead tetap yang ditetapkan.
Overhead variabel (yang juga dapat ditetapkan terlalu tinggi atau terlalu
rendah) diperlakukan dengan cara yang sama. Jika jumlah yang ditetapkan terlalu
rendah atau terlalu tinggi itu material, maka dialokasikan diantara Barang dalam
Proses, Barang Jadi, dan Harga Pokok Penjualan.
Mengevaluasi Manajer Pusat Laba
Evaluasi terhadap para manajer sering dikaitkan dengan profitabilitas unit-unit yang
berada dalam kendali mereka. Misalnya, jika seorang manajer telah bekerja keras
dan berhasil meningkatkan penjualan, sementara biaya tidak berubah, maka laba
harus meningkat melebihi periode sebelumnya yang mengisyaratkan keberhasilan.
Secara umum jika kinerja laba diharapkan untuk mencerminkan kinerja manajerial
maka manajer berhak :
1. Ketika pendapatan penjualan meningkat dari satu periode ke periode
berikutnya, sementara faktor-faktor lainnya tetap, maka laba akan
meningkat.
2. Ketika pendapatan penjualan menurun dari satu periode ke periode
berikutnya, sementara faktor-faktor lainnya tetap, maka laba akan menurun.
3. Ketika pendapatan penjualan tidak berubah dari satu periode ke periode
berikutnya, sementara faktor-faktor lainnya tetap, maka laba akan tetap
tidak berubah
Laporan Laba-Rugi Segmen dengan Menggunakan Perhitungan Biaya
Variabel
Sebuah segmen adalah subunit dari suatu perusahaan yang cukup penting
dalam pembuatan laporan kinerja. Segmen bisa berupa divisi, departemen, lini
produk, kelompok pelanggan, dan lain-lain. Dalam laporan laba rugi segmen, beban
tetap dibagi menjadi dua kategori, yaitu : beban tetap langsung (direct fixed
expenses) dan beban tetap umum (common fixed expenses).
Pembagian tambahan ini menggarisbawahi biaya yang dapat dikendalikan
dengan biaya yang tidak dapat dikendalikan dan meningkatkan kemampuan
manajer untuk mengevaluasi kontribusi setiap segmen terhadap kinerja perusahaan
secara keseluruhan.
Beban tetap langsung (direct fixed expenses)adalah beban tetap yang secara
langsung dapat ditelusuri ke suatu segmen. Disebut juga sebagai beban tetap yang
dapat dihindari (avoidable fixed expenses) atau beban tetap yang dapat ditelusuri
(traceable fixed expenses) karena beban ini akan hilang jika segmen ditutup atau
dihapus. Misal segmen adalah wilayah penjualan.
Beban tetap umum (common fixed expenses) disebabkan oleh dua atau
lebihbsegmen secara bersamaan. Beban-beban ini tetap muncul, bahkan ketika
salah satu segmen dihapus. Sebagai contoh, depresiasi gedung kantor pusat, gaji
CEO, dan biaya untuk mencetak dan mendistribusikan laporan tahunan kepada para
pemegang saham adalah beban tetap umum bagi Walt Disney Company. Jika Walt
Disney Company akan menjual sebuah taman tematis atau membuka yang baru,
maka beban tetap tersebut tidak akan terpengaruh.
Laporan laba rugi segmen dengan menggunakan perhitungan biaya variabel
memiliki satu keistimewaan di samping laporan laba rugi perhitungan biaya
variabel yang telah disajikan sebelumnya. Pembagian seluruh beban tetap dalam
dua kategori: beban tetap langsung dan beban tetap umum, memberikan informasi
tambahan bagi manajer. Pembagian tambahan ini menggarisbawahi Biaya yang
dapat dikendalikan dengan biaya yang tidak dapat dikendalikan dan meningkatkan
kemampuan manajer untuk mengevaluasi setiap kontribusi segmen terhadap kinerja
perusahaan secara keseluruhan.
PENGUKURAN KINERJA PUSAT INVESTASI DENGAN
MENGGUNAKAN ROI

IMBAL HASIL ATAS INVESTASI


Salah satu tahap dalam mengaitkan keuntungan operasi dengan aset yang
sedang dipakai adalah dengan menjumlahkan imbal hasil atas investasi (return on
investment – ROI), yakni keuntungan yang didapat untuk setiap nilai yang dipakai
dalam investasi. ROI merupakan ukuran kinerja yang paling umum teruntuk sebuah
pusat investasi. ROI dapat diartikan sebagai berikut.
ROI = Laba Operasi / Aset operasi rata-rata
Laba atau keuntungan operasi (operating income) berpatokan pada laba
sebelum ditetapkannya bunga dan pajak. Aset operasi (operating assets) merupakan
total keseluruhan aset yang dipergunakan untuk memperoleh laba operasi, termasuk
di dalamnya yaitu piutang, kas, tanah, gedung, persediaan, dan peralatan. Salah satu
bentuk aset operasi rata-rata dapat dihitung sebagai berikut.
Aset operasi rata-rata = (Nilai buku bersih awal + nilai buku bersih akhir)/2
MARGIN DAN PERPUTARAN
Cara yang dapat digunakan selanjutnya untuk mengkalkulasikan ROI
adalah dengan memisahkan rumus tersebut, yaitu Laba Operasi/Aset Operasi Rata-
Rata dalam margin perputaran.
ROI = Margin x Perputaran
= Laba operasi x Penjualan
Penjualan Aset Operasi Rata-Rata
Hal yang harus diperhatikan adalah “Penjualan” pada rumus di atas dapat
dihapuskan untuk menghasilkan rumus ROI pertama sebelumnya, yakni Laba
operasi/Aset operasi rata-rata.
Margin merupakan rasio dari jumlah keuntungan yang diperoleh dari hasil
operasi terhadap penjualan. Hal tersebut memperlihatkan bahwa jumlah laba atau
keuntungan operasional yang dihasilkan dari uang hasil penjualan. Hal ini
menjabarkan bagian dari penjualan yang tersedia untuk laba, pajak, maupun bunga.
Perputaran (turnover) merupakan suatu estimasi lain yang dapat dikalkulasikan
dengan membagi pendapatan penjualan dengan aset operasi rata-rata. Perputaran
memperlihatkan jumlah penjualan yang didapat dari seyiap uang yang
diinvestasikan dalam aset operasi. Hal tersebut memperlihatkan adanya
produktivitas aset yang dipakai untuk memberikan hasil dalam penjualan.
KEUNGGULAN ROI
Setidaknya, ROI memiliki 3 manfaat positif yang dapat digunakan secara bijak,
yaitu:
1. ROI memberikan dorongan untuk fokus terhadap hubungan atau relasi
antara beban, penjualan, investasi, dan sebagainya sebagaimana yang dicita-
citakan dari seorang manajer yang menangani pusat investasi.
2. ROI memberikan dorongan manajer untuk fokus pada pengelolaan biaya
perusahaan secara efisien.
3. ROI memberikan dorongan manajer untuk fokus pada pemanfaatan aset
operasi secara tepat guna dan efisien.

KELEMAHAN PENGUKURAN ROI


Selain keunggulan yang dapat dimanfaatkan dalam ROI, penekanan secara
berlebihan pada cara kerja ROI juga dapat menimbulkan pemikiran yang sempit.
Berikut merupakan dua aspek negatif dari ROI yang sering dijelaskan.
1. ROI dapat menimbulkan fokus yang sempit pada profitabilitas departemen
dengan mengorbankan profitabilitas perusahaan secara keseluruhan.
2. ROI memberikan dorongan bagi para manajer untuk hanya fokus pada
urgensi jangka pendek dengan mengorbankan urgensi jangka panjang
perusahaan.

MENGUKUR KINERJA PUSAT INVESTASI DENGAN


MEMANFAATKAN PENGGUNAAN LABA RESIDU SERTA NILAI
TAMBAH EKONOMI
Untuk menangani kemungkinan ROI untuk menghalangi adanya investasi
yang memberikan keuntungan untuk perusahaan, akan tetapi menurunkan ROI
departemen, beberapa perusahaan telah mengaplikasikan alternatif ukuran kinerja
seperti halnya laba residu. Nilai tambah ekonomi (economic value added – EVA)
merupakan salah satu metode alternatif untuk menghitung laba residu yang
sekarang digunakan di beberapa perusahaan global.
LABA RESIDU
Laba residu (residual income) merupakan perbedaan antara imbal balik
uang minimum yang disyaratkan atas aset operasional perusahaan dengan laba atau
keuntungan operasi perusahaan.
Laba residu = Laba operasi – (Tingkat imbal hasil minimum x Aset operasi
rata-rata)
Tingkat imbal hasil paling rendahnya ditetapkan perusahaan dan sama
dengan hurdle rate yang telah dipaparkan pada bagian ROI. Apabila laba residu
lebih besar dari nol, departemen mendapatkan lebih banyak tingkat imbal hasil
paling rendah yang diminta (hurdle rate). Apabila laba residu kurang dari nol,
maka departemen mendapatkan lebih sedikit tingkat imbal hasil paling rendah yang
diminta. Pada akhirnya, laba residu yang nilainya sama dengan nol memperlihatkan
bahwa departemen mendapatkan tepat sama dengan tingkat imbal hasil paling
rendah yang diminta sebelumnya.
KEUNGGULAN LABA RESIDU
Pemanfaatan laba residu sebagai tolak ukur kinerja akan mencegah kerugian
perusahaan yang berasal dari penolakan proyek yang dilakukan oleh departemen
dalam perusahaan yang membebani sejumlah uang. Pemanfaatan laba residu akan
memberikan dorongan kepada para manajer untuk menerima bermacam-macam
proyek yang menghasilkan tingkat di atas minimum.
KELEMAHAN LABA RESIDU
Laba residu, seperti layaknya ROI, dapat mendorong adanya orientasi
jangka pendek. Masalah yang kemungkinan dapat timbul dengan laba residu
mungkin tidak akan sama seperti ROI, laba residu merupakan ukuran absolut dari
profitabilitas. Jadi dapat disimpulkan bahwa perbandingan langsung dari kinerja
pada dua pusat investasi yang memiliki iklim berbeda akan menjadi susah sebab
tingkat investasinya memiliki kemungkinan untuk berbeda.
NILAI TAMBAH EKONOMI
Cara lainnya yang secara khusus diperuntukkan untuk menghitung laba
residu adalah nilai tambah ekonomi. Nilai tambah ekonomi (economic value added
– EVA) merupakan total keuntungan bersih (laba operasi dikurangi pajak)
dikurangi dengan total biaya modal tahunan.
Pada intinya EVA merupakan laba residu dengan biaya modal yang sama
dengan biaya modal aktual dari perusahaan (sebagai pilihan dari suatu tingkat imbal
hasil paling rendah yang diharapkan perusahaan yang disebabkan oleh alasan
lainnya). Jika EVA menunjukkan hasil positif, artinya perusahaan sedang
membentuk kekayaan. Jika negatif, itu artinya perusahaan sedang menghamburkan
modal. Pertimbangkan pepatah yang telah ada sejak lama, “perlu ada uang untuk
mendapatkan uang”. EVA menolong perusahaan untuk memperkirakan apakah
yang akan didapatkannya lebih besar daripada uang yang dimanfaatkan untuk
mendapatkan uang tersebut. Dalam jangka panjang, hanya perusahaan-perusahaan
yang dapat menciptakan kekayaan atau balik modal yang dapat bertahan.
MENGHITUNG EVA
EVA merupakan laba operasional atau laba bersih setelah pajak yang
dikurangi dengan biaya modal yang telah terpakai. Biaya modal yang telah terpakai
merupakan persentase secara nyata dari biaya modal lalu dikali dengan total modal
yang dipakai. Persamaan EVA ditulis sebagai berikut.
EVA = Laba operasi setelah pajak – (Persentase biaya modal aktual x Total
modal yang digunakan)
ASPEK PERILAKU EVA
Beberapa perusahaan telah menyimpulkan bahwa EVA sangat membantu
dalam memberikan dorongan jenis perilaku yang tepat dari berbagai departemen
dengan memperlihatkan penekanan semata-mata pada pendapatan operasi tidaklah
mencukupi. Alasan yang mendasari hal tersebut ialah EVA mengandalkan biaya
modal secara aktual. Di banyak perusahaan, tanggung jawab keputusan yang harus
diambil dalam berinvestasi merupakan tanggung jawab manajer perusahaan.
Apabila suatu departemen menumpuk persediaan dan melakukan aktivitas
investasi, biaya yang dikeluarkan untuk pendanaan investasi akan dibuat dalam
laporan laba rugi perusahaan secara menyeluruh dan tidak diperlihatkan sebagai
pengurangan pendapatan operasi departemen bersangkutan. Efeknya adalah
investasi akan terlihat seakan-akan bebas biaya bagi departemen dan mereka akan
mendambakan lebih banyak lagi.
PENETAPAN HARGA TRANSFER

Pada banyak organisasi terdesentralisasi, keluaran salah satu divisi


digunakan sbagai masukan pada divisi lainnya. Ketika divisi-divisi diperlakukan
sebagai pusat pertanggungjawaban, divisi tersebut dievaluasi berdasarkan laba
operasi, pengembaian atas investasi dan residua tau EVA. Jadi, nilai barang yang
ditransfer merupakan pendapatan bagi divisi yang menjual dan biaya bagi divisi
yang membeli. Nilai ini atau harga internal disebut harga transfer (transfer price).
Dampak Penetapan Harga Transfer terhadap Divisi dan Perusahaan secara
Keseluruhan

Ketika satu divisi dari suatu perusahaan menjual pada divisi lain, kedua divisi
tersebut dan perusahaan secara keseluruhan terkena pengaruhnya. Harga yang
dikenakan untuk barang yang ditransfer memengaruhi biaya divisi pembeli dan
pendapatn divisi penjual. Artinya, laba kedua divisi tersebut, sebagaimana juga
evaluasi dan kompensasi para manjer mereka, dipengaruhi oleh harga transfer.

Penetapan Harga Transfer

Dalam penyusunan sebuah kebijakan penetapan harga transfer, kedua pandangan


dari divisi penjual dan divisi pembeli harus dipertimbangkan. Berikut merupakan
harga-harga yang ditetapkan oleh setiap divisi :

a) Harga transfer minimum


Harga transfer yag akan membuat keadaan divisi penjual tidak menjadi
lebih buruk jika barang dijual pada divisi internal daripada dijual pada pihak
luar. Hal ini terkadang disebut ‘’batas bawah’’ (floor) dari rentang
penawaran.
b) Harga transfer maksimum
Harga transfer yang akan membuat keadaan divisi pembeli tidak menjadi
lebih buruk jika suatu input dibeli dari divisi internal daripada jika barang
yang sama dibeli secara eksternal. Hal ini terkadang disebut ‘’batas atas’’
(ceiling) dari rentang penawaran.

Harga Pasar

Dalam persaingan sempurna untuk produk yang ditransfer, maka harga transfer
paling sesuai yaitu harga pasar. Pada situasi demikian, berbagai tindakan manajer
divisi akan mengoptimalkan laba divisi dan laba perusahaan secara simultan. Lagi
pula, tidak ada divisi yang memperoleh manfaat di atas beban divisi lain. Bila
demikian, manajemen pusat tidak akan tertarik untuk melakukan campur tangan.
Harga Transfer Berdasarkan Biaya

Seingkali harga pasar luar kerap tidak tersedia. Hal tersebut bisa terjadi karena
produk yang akan ditransfer menggunakan desain hak paten yang dimiliki
perusahaan induk. Maka perusahaan dapat menggunakan pendekatan harga transfer
terhadap biaya.

Harga Transfer yang Dinegosiasikan

Pada akhirnya, manajemen tingkat atas bisa mengizinkan manajer divisi pembeli
dan penjual untuk menegosiasikan harga transfer. Secara khusus, pendekatan ini
berguna saat kondisi pasar tidak sempurna, seperti kemampuan divisi di dalam
perusahaan untuk menghindari biaya penjualan dan distribusi. Dalam hal ini, biaya
yang dihemat bisa dibagi di antara dua divisi.

Anda mungkin juga menyukai