Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH KEPEMIMPINAN

PERMASALAHAN KORUPSI DAN SOLUSINYA DALAM KACAMATA


AKUNTAN
Dosen Pengampu: Dra. Endang Iryanti, MM

Disusun oleh:

Nama : Mikhael Garda Prasetya


NPM : 19013010203
Kelas :D

Program Studi Akuntansi


Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
2021
A. PENDAHULUAN
Praktik korupsi di Indonesia dapat dikatakan telah jamak dilakukan oleh para
pemangku kepentingan di negara Indonesia, baik di lingkungan pemerintahan maupun
swasta. Jika diteliti, praktik korupsi dewasa ini bahkan telah menjamur hingga ke
instansi-instansi non-formal atau bertaraf rendah yang bersentuhan langsung dengan
masyarakat luas. Sangat disayangkan, ketika masyarakat Indonesia yang sarat akan
budaya ketimuran dengan sopan santun dan kejujurannya harus tercoreng dengan
budaya korupsi yang menjalar di tiap lini kehidupan di negeri ini dan kian hari kian
mengkhawatirkan karena dianggap telah terlalu lumrah terjadi.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), korupsi didefinisikan sebagai
penyelewengan atau penggelapan uang negara atau perusahaan dan sebagainya untuk
kepentingan pribadi maupun golongan. Korupsi juga berhubungan denga Kolusi dan
Nepotisme. Kolusi memiliki arti kerja sama secara rahasia, ilegal, dan melanggar
hukum hanya untuk mendapatkan keuntungan bagi para pelakunya. Sedangkan
nepotisme memiliki arti perbuatan mengutamakan kerabat atau keluarga sendiri di
dasari rasa kesukaan dan kecenderungan bukan karena kemampuan, untuk memegang
suatu jabatan Jika ditinjau dari sejarahnya, kasus korupsi di Indonesia telah berkembang
jauh sebelum kemerdekaan. Contoh paling tersohor kala itu adalah kasus korupsi yang
melibatkan organisasi penjajahan Belanda, yaitu VOC yang pelakunya adalah para
pemangku jabatan di dalamnya sendiri hingga akhirnya organisasi tersebut bubar
dikarenakan oleh korupsi sehingga mengakibatkan kerugian yang jumlahnya sangat
besar. Negara Indonesia pun mengalami kerugian yang teramat besar akibat praktik
korupsi yang telah berlangsung sejak awal kemerdekaan hingga kini. Untuk
menanggapi kasus korupsi yang semakin mengkhawatirkan, maka didirikanlah
lembaga-lembaga hukum resmi yang ditugaskan dalam rangka mencegah, mengusut,
dan mengadili kasus korupsi di Indonesia. Lembaga-lembaga tersebut adalah BPK
(Badan Pengawas Keuangan), BPKP (Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan),
KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) yang didirikan pada 29 Desember 2003,
Inspektorat, maupun oleh kalangan LSM seperti MTI (Masyarakat Transparansi
Indonesia) dan ICW (Indonesian Corruption Watch).
Secara garis besar, kehadiran berbagai lembaga tersebut merupakan angin segar
bagi keadilan hukum bagi segenap rakyat Indonesia, akan tetapi faktanya kasus korupsi
masih menjadi persoalan utama di negeri ini yang tak kunjung usai. Berkaitan dengan
hal tersebut, perlu sosialisasi kepada masyarakat secara luas serta adanya upaya nyata
untuk memperkuat lembaga-lembaga yang berkewenangan untuk melakukan
pemberantasan korupsi. Selanjutnya adalah tersedianya profesional dengan kompetensi
mumpuni untuk melacak dan membuktikan suatu kejadian korupsi yang didukung pula
dengan karakter individu yang jujur dan menjalankan etika profesi sebagaimana di
pekerjaan yang digelutinya. Dalam permasalahan korupsi sangatlah kental dengan yang
namanya uang, harta maupun benda, sosok akuntan dinilai merupakan profesi yang
cocok untuk melakukan pencegahan maupun pemberantasan korupsi. Strategi
pemberantasan korupsi serta potensi dari peran akuntan forensik sebagai profesi dalam
pemberantasan korupsi di Indonesia dan akuntansi forensik sebagai ilmu yang
menaunginya. Pembahasan peran akuntan forensik dan akuntansi forensik dalam upaya
pengungkapan dan penyelesaian kasus korupsi akan dibahas melalui rantai model segi
tiga kecurangan fraud triangle dari Donald R. Cressy.
Konsep akuntansi forensic, korupsi, serta strategi pembahasan mengenai konsep
model pemberantasan korupsi fraud triangle dibahas untuk menjabarkan peran
akuntansi forensik dalam pemberantasan korupsi. Akuntansi forensik sebagai aplikasi
ilmu akuntansi ditujukan untuk mampu menyediakan informasi secara gamblang, bukti
dan pembuktian yang memadai dalam mengusut dan mengadili kasus korupsi. Selain
itu, juga dibahas mengenai upaya pencegahan bagi seorang akuntan duntuk melakukan
Tindakan korupsi. Seorang akuntan wajib dibekali dengan etika-etika profesi akuntan
sebagai solusi untuk mencegah terjadinya ketidakjujuran maupun penyelewengan yang
merupakan bibit awal terjadinya korupsi saat melakukan pengolahan data laporan
keuangan yang dilakukan oleh profesional akuntan baik di lingkungan pemerintahan
maupun swasta.

B. PEMBAHASAN
Analisis atas perbuatan-perbuatan korupsi dapat didasarkan pada berbagai
pilihan pendekatan. Berdasarkan pendekatan yang telah dipilih sebelumnya, tahap
selanjutnya dapat dirumuskan untuk melakukan Tindakan pencegahan dan
pemberantasan korupsi yang tepat sasaran. Praktik korupsi dapat dilihat berdasarkan
aliran prosesnya, yakni dengan melihatnya pada saat sebelum perbuatan korupsi
dilakukan, pada saat perbuatan korupsi dilakukan dan pada posisi setelah perbuatan
korupsi tersebut terjadi.
Pada posisi sebelum perbuatan korupsi terjadi upaya pencegahannya bersifat
preventif. Strategi preventif harus dibuat dan dilakukan dengan diarahkan pada hal-hal
yang menjadi penyebab terjadinya kasus korupsi. Setiap penyebab korupsi yang
terkuak harus dibuatkan langkah preventifnya, sehiningga dapat meminimalkan
penyebab korupsi. Di samping itu, perlu adanya upaya yang dilakukan untuk
meminimalkan peluang untuk melakukan tindak pidana korupsi. Dalam hal ini, akuntan
jangan lengah untuk tetap berada pada jalan kejujuran untuk mengolah data keuangan
secara transparan dengan berpedoman kepada etika profesi akuntan yang telah menjadi
acuan profesi akuntan selama bertahun-tahun lamanya. Etika profesi akuntansi tersebut
menyatu dengan kualitas dasar akuntansi yang juga merupakan acuan utama dalam
menyusun laporan keuangan, berikut adalah kualitas dasar akuntansi yang juga
merupakan konsep dasar akuntansi yang dapat mendukung upaya pencegahan korupsi.
1. Kualitas Dasar – Relevansi
Relevansi adalah salah satu dari dua kualitas dasar akuntansi yang membuat
informasi akuntansi berguna untuk pengambilan keputusan. Agar relevan,
informasi akuntansi harus mampu membuat perbedaan dalam keputusan. Informasi
yang tidak terkait dengan keputusan merupakan informasi yang tidak relevan.
Informasi keuangan mampu membuat perbedaan ketika memiliki nilai prediktif,
nilai konfirmasi, atau keduanya.
Informasi keuangan memiliki nilai prediktif jika informasi tersebut memiliki
nilai sebagai masukan untuk proses prediksi yang digunakan oleh investor untuk
membentuk harapan mereka tersendiri di masa depan. Informasi yang relevan juga
membantu pengguna mengkonfirmasi atau memperbaiki harapan sebelumnya,
dalam hal ini relevansi memiliki nilai konfirmasi. Selanjutnya ada nilai materialitas,
yang merupakan aspek relevansi dari perusahaan tertentu. Menilai materialitas
adalah salah satu aspek yang lebih menantang dari akuntansi karena memerlukan
evaluasi ukuran relatif dan kepentingan, sehingga materialitas itu sendiri bervariasi
dengan jumlah relatif dan dengan kepentingan relatif.
2. Kualitas Dasar – Penyajian Jujur
Penyajian jujur adalah kualitas dasar kedua yang membuat informasi yang
berguna untuk pengambilan keputusan akuntansi. Penyajian jujur memiliki arti
bahwa angka-angka dan penjelasan sesuai denga napa yang benar-benar terjadi.
Penyajian jujur adalah suatu keharusan karena Sebagian besar pengguna tidak
memiliki waktu atau keahlian untuk mengevaluasi isi faktual dari informasi.
Selanjutnya adalah kelengkapan. Kelengkapan berarti bahwa tersedianya semua
informasi yang diperlukan untuk penyajian jujur. Kelalaian dalam mencatumkan
dapat menyebabkan informasi menjadi tidak benar dan menyesatkan sehingga tidak
akan membantu pengguna laporan keuangan dan memungkinkan untuk terjadinya
tindak pidana korupsi maupun suap. Netralitas, memiliki arti bahwa perusahaan
tidak dapat memilih informasi untuk mendukung sekelompok pihak yang
berkepentingan atas pihak yang lain. Informasi yang tidak bias harus menjadi
pertimbangan utama. Dan yang terakhir ada bebas dari kesalahan, dimana menjadi
penyajian dari bagian keuangan yang lebih akurat (tulus dan jujur).
Selanjutnya, pada saat perbuatan korupsi terjadi upaya mengidentifikasi atau
mendeteksi terjadinya korupsi bersifat detektif. Strategi defektif harus dibuat dan
dilaksanakan terutama dengan diarahkan agar apabila suatu perbuatan korupsi terlanjur
terjadi maka perbuatan tersebut akan dapat diketahui dalam waktu yang singkat dan
akurat. Deteksi dini mengenai suatu Tindakan korupsi dapat mempercepat pengambilan
tindak lanjut dengan tepat sehingga akan menghindari kerugian lebih besar lagi yang
kemungkinan timbul. Sedangkan pada posisi setelah perbuatan korupsi terjadi upaya
untuk menyelesaikan kasus secara hukum dengan sebaik-baiknya bersifat represif.
Strategi represif harus dibuat dan dilaksanakan terutama dengan diarahkan untuk
memberikan sanksi hukum yang setimpal secara cepat dan tepat kepada pihak-pihak
yang terlihat dalam praktik korupsi. Dengan demikian, proses penanganan korupsi
sejak dari tahap penyelidikan, penyidikan dan penuntutan sampai dengan peradilan
perlu dikaji untuk dapat disempurnakan di segala aspeknya sehingga proses
penanganan tersebut akan dapat dilakukan secara cepat dan tepat.
Peran akuntan dalam aplikasi ilmu akuntansi sangat penting dalam sebuah kasus
KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme). Ilmu akuntansi yang berkaitan dengan bidang
ini salah satunya adalah akuntansi forensik. Akuntansi forensik dalam konteks
preventif, detektik, dan represif secara aksiomatis dapat mengambil perannya dengan
menyediakan pendekatan-pendekatan yang efektif dalam mencegah, mengetahui, atau
mengungkapkan dan menyelesaikan kasus korupsi. Untuk kepentingan ini akuntansi
forensik di Indonesia belum banyak digunakan karena profesi akuntan sendiri belum
menetapkan standar dari penerapan akuntansi forensik ini sebagai salah satu profesi
akuntan.
Akuntansi forensik dengan pendekatannya yang efektif dalam mengungkap dan
menyediakan alat bukti tindakan kejahatan korupsi di pengadilan dalam perspektif
fraud triangle tentu saja memiliki aplikasi yang sangat luas. Akuntansi forensik dengan
profesi akuntan forensiknya dapat menghambat keyakinan dari pelaku atau calon
pelaku korupsi bahwa ada peluang untuk melakukan korupsi dan tidak ada profesi atau
lembaga manapun yang akan mampu mengungkapkannya. Akuntansi forensik juga
dapat mengambil peranan dalam upaya pengungkapan tindak pidana korupsi atau
strategi detektif. Secara sistematis prosedur-prosedur investigasi dalam audit forensik
memang berbeda dari auditing pada umumnya. Audit forensik yang sejak awal memang
dirancang guna mengumpulkan dan menyediakan bukti untuk kepentingan persidangan
di pengadilan akan menghasilkan temuan audit yang lebih bermanfaat dan berpengaruh
besar dibandingkan dengan audit secara umum yang jamak disediakan oleh profesi
akuntan. Dalam konteks strategi detektif audit forensik menerapkan prosedur-prosedur
investigasi unik yang memadukan kemampuan investigasi bukti keuangan dengan
muatan transaksinya dengan investigasi Tindakan pidana dengan muatan untuk
mengobservasi niat atau modus yang dimaksud dari pelakunya.

C. KESIMPULAN
Peran akuntan dalam ilmu akuntansi forensik merupakan formula terbaik dalam
memecahkan belantara kasus korupsi yang tak kunjung berakhir di Indonesia. Ilmu
akuntansi forensik tersebut dapat dikembangkan lebih jauh lagi sebagai upaya
preventif, detektif, dan persuasif melalui prosedur audit forensik dan audit investigatif
yang bersifat mendukung upaya pengadilan dalam menghasilkan temuan serta bukti
yang dapat digunakan dalam proses pengadilan yang tentunya dilakukan dalam rangka
menangani permasalahan korupsi yang mencoreng negara Indonesia.
Selain itu, seorang akuntan juga harus dibekali konsep dasar sekaligus kualitas
dasar akuntansi yang menjadi konsep dasar adanya akuntansi, dengan kesadaran dan
penerapan kualitas dasar akuntansi untuk menyajikan data keuangan secara relevan dan
jujur dapat menjadi salah satu langkah akuntan untuk terhindar dari iming-iming tindak
pidana korupsi yang kerap menyasar akuntan yang hendak mementingkan dirinya
sendiri di atas kepentingan bersama. Akuntan merupakan sosok penting dalam
mendukung kesuksesan negeri ini untuk keluar dari mimpi buruk korupsi yang
nampaknya sudah mengakar di lingkungan pemerintahan maupun swasta tidak
terkecuali. Akuntan perlu mengabdikan dirinya sesuai profesi yang digelutinya dalam
rangka membela negara dari ancaman internal negara, dalam hal ini korupsi, dan
menjadi harapan bangsa ke depannya untuk melangkah maju.
DAFTAR PUSTAKA

Dharmawan, N. A. (2018). ETIKA, AGAMA, DAN CINTA SEBAGAI MODAL DASAR AKUNTAN DALAM
MEMBERANTAS KORUPSI. Jurnal Ilmiah Akuntansi • Vol. 3, No. 1, Hal: 17-32 .
Hasriyanti, H. (2019). Akutansi Forensik Dalam Upaya Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. JUSTISI.
Kieso, W. W. (2017). Akuntansi Keuangan Menengah, Volume 1 Edisi IFRS. Jakarta: Penerbit Salemba
Empat.

Anda mungkin juga menyukai