Anak adalah suatu potensi tumbuh kembang suatu Bangsa di masa depan, yang memiliki sifat
dan ciri khusus. Kekhususan ini terletak pada sikap dan perilakunya di dalam memahami dunia,
yang mesti dihadapinya. Oleh karenanya Anak patut diberi perlindungan secara khusus oleh
negara dengan Undang-Undang.
Perkembangan jaman, dan kebutuhan akan perlindungan anak yang semakin besar mendesak
kita untuk memikirkan secara lebih, akan hak-hak anak karena di bahu mereka lah, masa depan
dunia tersandang.
Memberikan perlindungan hukum kepada anak yang melakukan perbuatan pidana, sehingga
anak yang melakukan perbuatan pidana mendapat penanganan secara khusus, sedangkan peradilan
yang dijalani anak tersebut pun diatur dengan mengingat kekhususan pada anak
Memberikan perlindungan hukum kepada anak terhadap segala bentuk kekerasan dan
diskriminasi kepada anak, termasuk melindungi anak yang menjadi korban tindak pidana serta
melindungi kepentingan-kepentingan keperdataan anak.
o Batas usia Anak yang diatur dalam peradilan anak adalah 8 hingga 18 tahun
Pelaku tindak pidana anak di bawah usia 8 tahun diatur dalam Undang-Undang Peradilan Anak:
“Akan diproses penyidikannya, namun dapat diserahkan kembali pada ortunya atau bila tidak dapat
dibina lagi diserahkan pada Dep Sosial. “
o Aparat hukum yang menjalankan proses peradilan anak adalah aparat hukum yang
mengerti masalah anak terdiri dari Penyidik anak, Penuntut Umum anak, Hakim anak,
Hakim Banding anak dan Hakim Kasasi anak.
o Orang tua/ wali/ orang tua asuh dan petugas kemasyarakatan yang berwenang dapat
mendampingi anak selama proses pemeriksaan anak di persidangan
o Penjatuhan pidana penjara pada anak dalam perkara anak adalah separoh dari ancaman
maksimal orang dewasa
o Masa penahanan anak lebih singkat dari masa penahanan orang dewasa
o Sidang anak ialah sidang tertutup untuk umum dengan putusan terbuka bagi umum
o Pemberian kesempatan pembebasan bersyarat dengan masa percobaan bagi anak yang
menjalani pidana, apabila telah menjalani sekurang-kurangnya sembilan bulan dan telah
menjalani 2/3 dari pidana penjara yang dijatuhkan dan berkelakuan baik, serta
o Adanya kesempatan Anak untuk dilepas dari penjara setelah menjalani hukumannya,
dengan permohonan izin dari Kalapas yang menyampaikan permohonannya kepada
Men Keh dengan permohonan izin agar anak dapat dikeluarkan dari lembaga
pemasyarakatan dengan atau tanpa syarat, apabila Kalapas berpendapat bahwa anak
negara tidak memerlukan pembinaan lagi setelah menjalani masa pendidikannya dalam
lembaga paling sedikit satu tahun dan berkelakuan baik sehingga tidak memerlukan
pembinaan lagi.
UU Perlindungan Anak No. 23 Tahun 2002:
Anak yang diatur dalam UU Perlindungan Anak adalah orang yang belum berusia 18 tahun,
termasuk anak yang masih berada dalam kandungan
Hal ini karena UU Perlindungan anak juga melindungi keperdataan anak dimana aturan ini
berhubungan dengan aturan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, yakni aturan mengenai
Orang, dimana apabila kepentingan anak menghendaki, anak yang berada dalam kandungan seorang
perempuan dianggap telah ada, sedangkan anak yang mati pada saat dilahirkan dianggap tidak pernah
ada. Jadi Anak di dalam Undang-Undang ini diatur batasan usianya dari sejak dalam kandungan seorang
perempuan hingga usia 18 tahun.
Penangkapan, penahanan atau pidana penjara anak hanya dilakukan sesuai dengan hukum yang
berlaku dan sebagai upaya terakhir, apabila upaya lain bagi anak yang melakukan perbuatan
pidana, seperti dikembalikan kepada orang tuanya, ataupun diserahkan kepada Departemen
Sosial untuk dibina, tidak dapat lagi dilakukan
Pada dasarnya berlakunya Undang-Undang No 23 Tahun 2004 mengenai Penghapusan Kekerasan dalam
Rumah Tangga yang menempatkan Anak juga sebagai salah satu subyek yang dilindungi dalam Undang-
Undang ini tidak menghapus keberadaan Undang-Undang Perlindungan anak yang telah ada. Namun jika
dicermati, maka UU KDRT ini memberikan perlindungan yang lebih bagi anak pada beberapa hal,
terutama bagi anak yang mendapatkan perlakuan kekerasan baik secara fisik maupun psikis oleh orang
yang ada dalam rumah tangga si anak, masih ditambah lagi anak mendapatkan hak-hak lain untuk
mendapatkan perlindungan bukan hanya dari Pemerintah namun juga dari Masyarakat. Oleh karenanya
patut dibahas hal-hal yang lebih memberi perlindungan kepada anak dengan berlakunya Undang-
Orang tua si anak (baik orang tua kandung maupun orang tua angkat atau orang tua tiri)
Orang-orang yang mempunyai hubungan keluarga dengan anak, atau orang tua si anak (dalam
hubungan darah, perkawinan, persusuan, pengasuhan dan perwalian yang menetap dalam
rumah tangga si anak)
Orang yang bekerja membantu rumah tangga atau pengasuh si anak dan menetap dalam
rumah tangga si anak tersebut
Dalam hal seorang anak menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga, ia berhak melapor
kepada polisi, apabila si anak tidak dapat melapor, orang lain dalam rumah tangga si anak,
bahkan orang lain yang mendengar, melihat atau mengetahui terjadinya kekerasan dalam
rumah tangga wajib melindungi si anak.
Perlindungan Undang-Undang Kekerasan dalam Rumah Tangga yang diberikan kepada anak
yang menjadi korban kekerasan dalam Rumah Tangga:
a. Perlindungan dari keluarga, kepolisian, kejaksaan, pengadilan advokat, lembaga
sosial atau pihak lainnya maupun perlindungan yang didapatkan berdasar penetapan pengadilan
b. Pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan korban secara medis
c. Penanganan secara khusus berkaitan dengan kerahasiaan korban
d. Didampingi oleh pekerja sosial dan bantuan hukum pada setiap tingkat pemeriksaan
e. Pelayanan bimbingan rohani
Ketentuan Pidana
Bagi orang di dalam rumah tangga si anak yang melakukan penganiayaan terhadap anak secara
fisik akan dipidana paling lama 5 tahun atau denda paling banyak 15 juta rupiah (Ketentuan
pidana ini lebih berat daripada ketentuan mengenai penganiayaan terhadap anak pada UU
Perlindungan anak bahkan ketika UU Perlindungan anak memperberat sepertiga dari ketentuan
pidana pada undang-undang tersebut apabila penganiayaan itu dilakukan oleh orang tua si anak,
ketentuan pidana pada UU Penghapusan KDRT masih lebih tinggi)
Bagi orang dalam rumah tangga si anak yang melakukan penganiayaan terhadap anak secara
psikis (mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk
bertindak, rasa tidak berdaya, dan/atau penderitaan psikis berat) dipidana paling lama 3 (tiga)
tahun atau denda paling banyak 9 juta rupiah
(Ketentuan mengenai penganiayaan psikis ini tidak diatur pada UU Perlindungan Anak)