Anda di halaman 1dari 14

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Sampah


Menurut Azwar (2002) yang dimaksud dengan sampah adalah sebagian

dari sesuatu yang tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang harus dibuang

yang umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan manusia (termasuk kegiatan

industri) tetapi bukan biologis karena kotoran manusia tidak termasuk kedalamnya

dan umumnya bersifat padat (karena air bekas tidak termasuk didalamnya). Manik

(2003) mendefinisikan sampah sebagai suatu benda yang tidak digunakan atau

tidak dikehendaki dan harus dibuang. Yang dihasilkan oleh kegiatan manusia.

Dari batasan ini jelas bahwa sampah adalah hasil kegiatan manusia yang

dibuang karena sudah tidak digunakan dan dibuang disebut sampah. Dengan

demikian sampah mengandung prinsip sebagai berikut:

1) Adanya sesuatu benda atau bahan padat.

2) Adanya hubungan langsung atau tidak langsung dengan manusia.

3) Benda atau bahan tersebut tidak dipakai lagi.

2.2 Sumber-Sumber dan Jenis Sampah


2.2.1 Sumber-Sumber Sampah
1) Sampah buangan rumah tangga, termasuk sisa bahan makanan, sisa

pembungkus makanan dan pembungkus perabotan rumah tangga sampai sisa

tumbuhan kebut dan sebagainya.

9
10

2) Sampah buangan pasar dan tempat-tempat umum (warung, toko dan

sebagainya) termasuk sisa makanan, sampah pembungkus makanan, dan

pembungkus lainnya, sisa bangunan, sampah tanaman dan sebagainya.

3) Sampah buangan jalanan termasuk diantaranya sampah berupa debu

jalanan, sampah sisa tumbuhan tanaman, sampah pembungkus bahan

makanan dan bahan lainnya, sampah sisa makanan, sampah berupa

kotoran serta bangkai hewan.

4) Sampah industri termasuk diantaranya air limbah industri, debu industri.

Sisa bahan baku dan bahan jadi dan sebagainya (Dainur, 1995).

2.2.2 Sampah Berdasarkan Zat Pembentuknya


1) Sampah organik termasuk diantaranya sisa bahan makanan serta sisa

makanan, sisa pembungkus dan sebagainya.

2) Sampah anorganik termasuk diantaranya berbagai jenis sisa gelas, logam,

plastik dan sebagainya (Manik, 2003).

2.2.3 Menurut Sifat Fisiknya


1) Sampah kering yaitu sampah yang dapat dimusnahkan dengan dibakar

diantaranya kertas, sisa tanaman yang dapat dikeringkan.

2) Sampah basah yaitu sampah yang karena sifat fisiknya sukar dikeringkan

untuk dibakar (Dianur, 1995).


11

2.2.4 Jenis Sampah

1) Sampah Basah

Adalah jenis sampah yang terdiri dari sisa-sisa potongan hewan dan sayuran

sayuran hasil dari pengolohan, pembuatan, dan penyediaan makanan yang

sebagaian besar terdiri dari zat-zat yang mudah membusuk.

2) Sampah kering

Adalah jenis sampah yang dapat dibakar dan tidak dapat dibakar yang berasal

dari rumah-rumah, pusat-pusat perdagangan, kantor-kantor. Sampah yang

mudah terbakar umumnya terdiri dari zat-zat organik seperti kertas, karbon,

kardus, plastik dan lain-lain. Sedangkan sampah yang tidak dapat/sukar

terbakar sebagian besar mengandung zat-zat inorganik seperti logam-logam,

kaleng-kaleng dan sisa pembakaran.

3) Abu

Sampah jenis ini adalah sampah yang berasal dari sisa pembakaran dari zat

yang mudah terbakar seperti dirumah, kantor maupun di pabrik pabrik industri.

4) Sampah rumah tangga

Sampah jenis ini merupakan jenis sampah campuran yang terdiri dari sampah

kering, sampah basah, dan abu yang berasal dari daerah perumahan.
12

2.2.5 Penanganan Sampah

Menangani secara harfiah menurut KBBI adalah menyelesaikan sebuah

permasalahan yang sedang terjadi. Di dalam penelitian ini yang menjadi

permasalahan adalah perilaku masyarakat mengenai sampah rumah tangga yang

mereka hasilkan dalam kehidupan sehari-hari.

Sebuah masalah dapat ditangani apabila kita mengetahui proses

penanganan masalah itu secara bertahap. Sebagaimana pembahasan sebelumnya

bahwa perilaku acuh tak acuh masyarakat Desa Meunasah Timu di dalam

menangani sampah rumah tangga yang dapat memicu permasalahan lingkungan di

masa depan. Oleh karena itu kita membutuhkan progress awal dalam menangani

sampah, maka proses ini disebut pengelolaan sampah (Kartikawan, 2000).

a) Pengelolaan Sampah

Pengelolaan sampah adalah semua kegiatan yang dilakukan dalam

menangani sampah sejak ditimbulkan sampai dengan pembuangan akhir. Secara

garis besar, kegiatan di dalam pengelolaan sampah meliputi pengendalian

timbulan sampah, pengumpulan sampah, transfer dan transport, pengolahan dan

pembuangan akhir (Kartikawan, 2000). Menurut Mukono (2000: 25) pengelolaan

sampah memiliki pengaruh terhadap masyarakat dan lingkungan sbb:

1. Pengaruh Positif dari Pengelolaan Sampah

Pengelolaan sampah yang baik akan memberikan pengaruh terhadap

masyarakat dan lingkungan seperti: berkurangnya tempat berkembang biaknya

serangga dan binatang pengerat, berkurangnya insiden penyakit-penyakit yang


13

erat hubungannya dengan pengelolaan sampah, keadaan lingkungan yang bersih

akan dapat mencerminkan keadaan sosial masyarakat serta keadaan lingkungan

yang baik akan dapat meningkatkan penerimaan sehingga meningkatkan ekonomi

daerah dan negara.

2. Pengaruh Negatif dari Pengelolaan Sampah terhadap Kesehatan

Pengelolaan sampah yang kurang baik akan menyediakan tempat yang baik

vektor-vektor terutama dari tempat-tempat sampah sehingga mengakibatkan

insiden penyakit tertentu. Pengelolaan sampah yang kurang baik dapat

memberikan tempat tinggal bagi vektor penyakit antara lain serangga, tikus, jamur

dan cacing. dari vektor di atas dapat menimbulkan penyakit seperti: insect horn

disease yakni diare, cholera, typus; nyamuk: dengue haemorrhagic fever (DHF),

raden horn disease yakni pes, vektor cacing, taenia, hookworm, cacing gelang,

dan cacing kremi (Mukono, 2000:26).

3. Pengaruh Negatif dari Pengelolaan Sampah Terhadap Lingkungan

Pengelolaan sampah yang kurang baik akan menyebabkan etika lingkungan

kurang, sedap dipandang mata, terganggu kenyamanan lingkungan masyarakat,

adanya bau busuk proses pembusukan sampah oleh mikroorganisme sehingga

dapat mengganggu kesegaran udara di lingkungan masyarakat, pengaruh negatif

dari pengelolaan sampah terhadap keadaan sosial masyarakat


14

b) Metode Pengelolaan atau Memilah Sampah

Dalam pasal 12 (1) UUPPS, setiap orang diwajibkan melakukan

pengelolaan atau memilah sampah dengan cara atau metode yang berwawasan

lingkungan metode tersebut adalah 3R, yaitu:

1) Reduce (mengurangi sampah) dalam arti tidak membiarkan tumpukan

sampah yang berlebihan.

2) Reuse (menggunakan kembali sisa sampah yang bisa digunakan).

3) Recycle (mendaur ulang)

c) Sistem Penanganan Sampah

Penanganan sampah adalah suatu bidang yang berhubungan dengan

pengendalian terhadap penimbunan, penyimpanan sementara, pengumpulan,

pemindahan, dan pengangkutan, pemrosesan dan pembuangan dengan suatu cara

yang, sesuai dengan prinsip terbaik dari kesehatan masyarakat, ekonomi, teknik,

konvensasi, estetika pertimbangan-pertimbangan lingkungan yang lain dan juga

sikap masyarakat (Slamet, 2002:154).

Pada dasarnya pengelolaan sampah ada dua macam yakni pengelolaan atau

penanganan sampah setempat (individu) dan pengelolaan atau penanganan

terpusat.

Pengelolaan sampah perlu didasarkan bcrbagai pertimbangan yaitu untuk

mencegah terjadinya penyakit, konservasi sumber daya alam, mencegah gangguan

estetika, serta memberi insentif untuk daur ulang atau pemanfaatan kuantitas dan

kualitas sampah (Juli Soemirat Slamet, 2002:155)


15

Menurut Azwar (1996: 56) pokok penanganan sampah terdiri atas:

1. Penyimpanan Sampah

Penyimpanan sampah maksudnya ialah tempat sampah sementara, sebelum

sampah tersebut dikumpulkan, untuk kemudian diangkut serta dibuang

(dimusnahkan). Penyimpanan sampah yang bersifat sementara ini, perlu

disediakan tempat sampah yang berbeda untuk macam atau jenis sampah tertentu.

Ideaalnya sampah basah hendaknya dikumpulkan bersama sampah basah. Sampah

yang mudah membusuk sebaiknya jangan disimpan dalam rumah lebih dari 3 hari.

Demikian pula sampah kering, sampah yang mudah terbakar, sampah yang tidak

mudah terbakar dan lain sebagainya, hendaknya ditempatkan sendiri secara

terpisah. Maksud dari pemisahan ini ialah untuk memudahkan pemusnahan kelak.

2. Pengumpulan Sampah

Sampah yang disimpan sementara di rumah, kantor atau restoran, tentu saja

selanjutnya perlu dikumpulkan, untuk diangkat dan dibuang atau dimusnahkan.

Dalam pengumpulkan sampah ini juga sebaiknya dilakukan pemisahan yaitu

(1) Sistim duet, artinya disediakan dua tempat sampah yang satu untuk sampah

basah dan yang lainnya untuk sampah kering. (2) Sistim trio, yakni disediakan

tiga bak sampah, yang pertama untuk sampah basah, yang kedua untuk sampah

kering yang mudah terbakar dan yang ketiga untuk sampah kering yang tidak

mudah terbakar.
16

3. Pembuangan Sampah

Sampah yang telah dikumpulkan, selanjutnya perlu dibuang untuk

dimusnahkan. Ditinjau dari perjalanan sampah, maka pembuangan atau

pemusnahan sampah ini adalah tahap terakhir yang harus dilakukan terhadap

sampah.

Pembuangan sampah biasanya dilakukan di daerah yang tertentu sedemikian

rupa sehinggha tidak mengganggu kesehatan manusia. Lazimnya syarat yang

harus dipenuhi dalam membangun tempat pembuangan sampah ialah:

1) Tempat tersebut dibangun tidak dekat dengan sumber air minum atau

sumber air lainnya yang dipergunakan oleh manusia (mencuci, mandai

dan sebagainya).

2) Tidak pada tempat yang sering terkena banjir.

3) Di tempat-tempat yang jauh dari tempat tinggal manusia.

2.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Penanganan Sampah


2.3.1 Teori Perilaku

Perilaku manusia pada hakikatnya adalah suatu aktifitas dari manusia itu

sendiri, oleh sebab itu, perilaku manusia itu memiliki pandangan yang sangat luas

mencakup: berjalan, berbicara, bereaksi berpakaian, dan sebagainya.

(Notoadmodjo, 2007).
17

Menurut teori Lawrance Green dkk (1980) menyatakan bahwa perilaku

manusia dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yaitu faktor perilaku dan faktor diluar

perilaku. Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor

yaitu:

a. Faktor predisposisi merupakan faktor yang menjadi dasar motivasi atau niat

seseorang melakukan sesuatu. Faktor ini mencakup pengetahuan, dan sikap.

b. Faktor pemungkin, yang mencakup lingkungan fisik, tersedia atau tidak nya

fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana pendukung, misalnya ketersedianya tong

sampah dengan kategori khusus, seperti tong sampah organik untuk sampah

organik dan tong sampah anorganik untuk sampah non-organik.

c. Faktor penguat, faktor-faktor ini meliputi undang-undang, peraturan-

peraturan, pengawasan dan sebagainya.

Maka di dalam penelitian ini, peneliti akan menilai faktor predisposisi dengan

meninjau pengetahuan, dan sikap sebagai faktor yang berhubungan dengan

perilaku penanganan sampah rumah tangga di desa Meunasah Timu karena bisa

dilihat secara langsung secara observatif.

2.3.2 Pengetahuan

Pengetahuan atau kognitif merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan terjadi

melalui panca indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.

Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Teori

pengetahuan berkaitan dengan sumber-sumber pengetahuan (Notoatmodjo, 2003).


18

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya

tindakan seseorang. Dari pengalaman dan hasil penelitian ternyata perilaku yang

didasari pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari

pengetahuan. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting

untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan yang dicakup di dalam

domain kognitif memiliki enam tingkatan, yaitu:

1) Tahu

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.

Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap

suatu yang spesifik dari seluruh badan yang dipelajari atau rangsangan yang telah

diterima.

2) Memahami

Memahami diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara benar objek

yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

3) Aplikasi

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya.

4) Analisis

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau subjek kedalam

komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu struktur organisasi tersebut dan

masih ada kaitannya satu sama lain.


19

5) Sintesis

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi

baru dari formulasi-formulasi yang ada.

6) Evaluasi

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan

suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria kriteria yang

ada.

Pengetahuan juga dapat dapat disimpulkan bahwa, pengetahuan itu merupakan

hasil tahu dari manusia. (Notoadmodjo, 2005).

Perilaku dalam bentuk pengetahuan, yakni dengan mengetahui situasi

ransangan dari luar yang mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi

perilaku baru didalam memperoleh informasi atau pengetahuan mengenai suatu

hal yang baru sampai pada saat yang memutuskan untuk menerima atau menolak

ide baru tersebut. (FKM UI, 2000).

2.3.3 Sikap

Sikap adalah gambaran kepribadian seseorang yang terlahir melalui gerakan

fisik dan tangkapan pikiran terhadap sesuatu keadaan atau objek. (Salim, 2006).
20

Menurut salah seorang ahli psikologi sosial, Newcomb, menyatakan bahwa

sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan

pelaksanaan motif tertentu. (Notoadmodjo, 2003).

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang

terhadap suatu stimulus atau objek. (Notoadmodjo, 2007).

Newcomb dalam Notoadmodjo menyatakan bahwa sikap itu merupakan

kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif

tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi

merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku.

Thomas dan Znaniecki (1920) menegaskan bahwa sikap adalah predisposisi

untuk melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku tertentu, sehingga sikap

bukan hanya kondisi internal psikologis yang murni dari individu, tetapi sikap

lebih merupakan proses kesadaran yang sifatnya individual. Artinya, proses ini

terjadi secara subjektif dan unik pada diri setiap individu. Keunikan ini dapat

terjadi oleh adanya perbedaan individual yang berasal dari nilai-nilai dan norma

yang ingin dipertahankan dan dikelola oleh individu. (Wawan & Dewi, 2010).

2.4 Hubungan Sampah, Manusia, dan Lingkungan

Sampah berhubungan erat dengan manusia dan lingkungan karena dapat

menimbulkan dampak positif dan dampak negatif terhadap manusia dan

lingkungan, baik atau buruknya dampak tersebut bergantung pada perilaku dalam

menangani nya
21

Pengelolaan sampah yang baik akan memberikan dampak menguntungkan dan

pengelolaan sampah yang kurang baik akan memberikan dampak yang

merugikan. Untuk mengetahui dampak tersebut lebih jelas dapat dilihat seperti:

a) Dampak Terhadap Lingkungan

1) Dampak positif:

a. Dapat dipakai sebagai penyubur tanah.

b. Dapat menambah sumber daya yang dapat didaur ulang.

2) Dampak negatif:

a. Dapat menimbulkan bau yang tidak enak.

b. Dapat menimbulkan pencemaran tanah, air, dan udara.

c. Dapat menimbulkan banjir.

b) Dampak Terhadap Manusia

1) Dampak positif:

a. Dapat digunakan sebagai pakan ternak.

b. Dapat berperan sebagai sumber energi.

c. Benda yang dibuang dapat diambil kembali untuk digunakan.

2) Dampak negatif:

a. Dapat berperan sebagai sumber penyakit.

b. Dapat menimbulkan bahaya kebakaran.


22

2.5 Kerangka Teori

Pengetahuan

Perilaku Penanganan Sampah

Sikap

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Anda mungkin juga menyukai