Anda di halaman 1dari 15

AGROEKOSISTEM DAN

KEANEKARAGAMAN HAYATI

D
I
S
U
S
U
N

Oleh :

NAMA : M. ADE REZA


NPM : 1901010017

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ALMUSLIM
2020

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Agroekosistem dan Keanekaragaman Hayati “ dengan
baik. Shawalat serta salam saya sampaikan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW, keluarga dan sahabat beliau, serta orang-orang mukmin yang
tetap istiqamah di jalan-Nya.
Saya sangat berterima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu
dalam pembuatan makalah ini. Saya menyadari bahwa penyusunan makalah ini
tidaklah sempurna. Saya mengharapkan adanya sumbangan pikiran serta masukan
yang sifatnya membangun dari pembaca, sehingga dalam penyusunan makalah
yang akan datang menjadi lebih baik.

Matangglumpang Dua, Desember 2020

Penulis

2
ii
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR........................................................................................ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
A. Latar Belakang Masalah .............................................................1
B. Rumusan Masalah .......................................................................3
C. Tujuan Penulisan..........................................................................3

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................4
A. Keanekaragaman (Biodeversitas)................................................4
B. Tingkat Keanekaragaman Hayati.................................................5
C. Keanekaragaman Hayati Pertanian..............................................8
D. Ruang Lingkup Keanekaragaman hayati Agroekosistem............8
E. Manfaat Biodiversitas dalam Agroekosistem..............................10
F. Erosi Genetik pada Keanekaragaman Hayati Agroekosistem.....10

BAB III PENUTUP ...........................................................................................11


A. Kesimpulan .................................................................................11
B. Saran............................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................12

3
iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keanekaragaman hayati (biological diversity atau biodiversity) merupakan
istilah yang digunakan untuk menerangkan keragaman ekosistem dan berbagai
bentuk variabilitas hewan, tumbuhan, serta jasad renik di alam. Dengan demikian
keanekaragamn hayati mencakup keragaman ekosistem (habitat), jenis (spesies)
dan genetik (varietas/ras). Sementara Pasal 2, Konvensi tentang Keanekaragaman
Hayati (Convention on Biological Diversity, CBD) mendefinisikan bahwa
keanekaragaman hayati sebgai variasi yang terdapat diantara makhluk hidup dari
semua sumber termasuk diantaranya ekosistem daratan, lautan, dan ekosistem
perairan lain, serta kompleks ekologis yang merupakan bagian dari
keanekaragamannya.
Keanekaragaman hayati adalah keanekaragaman makhluk hidup yang
menunjukkan keseluruhan variasi gen, spesies dan ekosistem di suatu daerah. Ada
dua faktor penyebab keanekaragaman hayati, yaitu faktor genetik dan faktor luar.
Faktor genetik bersifat relatif konstan atau stabil pengaruhnya terhadap morfologi
organisme. Sebaliknya, faktor luar relatif stabil pengaruhnya terhadap morfologi
organisme. Lingkungan atau faktor eksternal seperti makanan, suhu, cahaya
matahari, kelembaban, curah hujan dan faktor lainnya bersama-sama faktor
menurun yang diwariskan dari kedua induknya sangat berpengaruh terhadap
fenotip suatu individu. Dengan demikian fenotip suatu individu merupakan hasil
interaksi antara genotip dengan lingkungannya Keanekaragaman hayati dapat
terjadi pada berbagai tingkat kehidupan, mulai dari organisme tingkat rendah
sampai organisme tingkat tinggi. Misalnya dari mahluk bersel satu hingga mahluk
bersel banyak dan tingkat organisasi kehidupan individu sampai tingkat interaksi
kompleks, misalnya dari spesies sampai ekosistem.
Agroekosistem merupakan ekosistem yang dimodifikasi dan
dimanfaatkan secara langsung atau tidak langsung oleh manusia untuk memenuhi

1
kebutuhan akan pangan dan atau sandang. Karakteristik esensial dari suatu
agroekosistem terdiri dari empat sifat utama yaitu produktivitas
(productivity), kestabilan (stability), keberlanjutan (sustainability) dan
kemerataan (equitability). Untuk mencapai tujuannya, kriteria yang digunakan
untuk menentukan karakteristik agroekosistem meliputiekosistem, ekonomi,
sosial, dan teknologi yang digunakan dalam budidaya. Salah satu agroekosistem
yang ada, terutama dimanfaatkan dalam konservasi adalah sistem agroforestri.
Manajemen agroekosistem adalah kegiatan mengelola ekosistem pada
lahan pertanian sedemikian rupa sehingga seperti keadaan yang alamiah dan
berkelanjutan, keadaan seperti ini diupayakan oleh manusia. Manajemen
agroekosistem meliputi tiga aspek, yaitu aspek Hama Penyakit Tanaman, aspek
Tanah dan aspek Budidaya Pertanian. Ketiga aspek tersebut sangat berhubungan
erat satu sama lain dan juga saling mempengaruhi. Ketiga aspek tersebut
dapat kita jumpai pada lahan pertanian di Desa Bayem Kecamatan
Kasembon Kabupaten Malang, pada lahan pertamian ini dengan tanaman
komoditas padi dapat dijumpai dua system pengelolaan hama dan penyakit
yaitu, dengan pengelolaan hama terpadu (PHT) dan non pengelolaan hama
terpadu (non-PHT). Untuk budiaya penanaman padi menggunakan system
tanam monokultur dengan pola tanam jajar legowo, pola tanam ini bertujuan
untuk mengurangi intensitas serangan hama tikus. Untuk tanah yang ada di
lahan tersebut diberikan pupuk anorganik dan bokasi (bahan organic kaya
nutrisi), pemberian pupuk ini perlahan-lahan sudah mulai berubah menuju pupuk
alami.

2
B. Rumusan Masalah
1. Apa Yang dimaksud Dengan Keanekaragaman (Biodeversitas)?
2. Bagaimana Tingkat Keanekaragaman Hayati?
3. Apa Yang dimaksud Dengan Keanekaragaman Hayati Pertanian?
4. Bagaimana Ruang Lingkup Keanekaragaman hayati Agroekosistem?
5. Apa Saja Manfaat Biodiversitas dalam Agroekosistem?
6. Apa Yang dimaksud Dengan Erosi Genetik pada Keanekaragaman Hayati
Agroekosistem?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Keanekaragaman (Biodeversitas)
2. Untuk Mengetahui Tingkat Keanekaragaman Hayati
3. Untuk Mengetahui Keanekaragaman Hayati Pertanian
4. Untuk Mengetahui Ruang Lingkup Keanekaragaman hayati
Agroekosistem
5. Untuk Mengetahui Manfaat Biodiversitas dalam Agroekosistem
6. Untuk Mengetahui Erosi Genetik pada Keanekaragaman Hayati
Agroekosistem

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Keanekaragaman (Biodeversitas)
Keanekaragaman hayati atau biodiversitas adalah semua kehidupan di atas
bumi ini baik tumbuhan, hewan, jamur dan mikroorganisme serta berbagai materi
genetik yang dikandungnya dan keanekaragaman sistem ekologi di mana mereka
hidup. Termasuk didalamnya kelimpahan dan keanekaragaman genetik relatif dari
organisme-organisme yang berasal dari semua habitat baik yang ada di darat, laut
maupun sistem-sistem perairan lainnya.
Pengertian yang lain, keanekaragaman hayati adalah ketersediaan
keanekaragaman sumber daya hayati berupa jenis maupun kekayaan plasma
nutfah (keanekaragaman genetik di dalam jenis), keanekaragaman antarjenis dan
keanekaragaman ekosistem.
Keanekaragaman adalah semua kumpulan benda yang bermacam-macam,
baik ukuran, warna, bentuk, tekstur dan sebagainya. Hayati yaitu menunjukkan
sesuatu yang hidup. Jadi keanekaragaman hayati menggambarkan bermacam-
macam makhluk hidup (organisme) penghuni biosfer. Keanekaragaman hayati
disebut juga “Biodiversitas”. Keanekaragaman atau keberagaman dari makhluk
hidup dapat terjadi karena akibat adanya perbedaan warna, ukuran, bentuk,
jumlah, tekstur, penampilan dan sifat-sifat lainnya.
Lingkungan atau faktor eksternal seperti makanan, suhu, cahaya matahari,
kelembaban, curah hujan dan faktor lainnya bersama-sama faktor menurun yang
diwariskan dari kedua induknya sangat berpengaruh terhadap fenotip suatu
individu. Dengan demikian fenotip suatu individu merupakan hasil interaksi
antara genotip dengan lingkungannya Keanekaragaman hayati dapat terjadi pada
berbagai tingkat kehidupan, mulai dari organisme tingkat rendah sampai
organisme tingkat tinggi. Misalnya dari mahluk bersel satu hingga mahluk bersel
banyak dan tingkat organisasi kehidupan individu sampai tingkat interaksi
kompleks, misalnya dari spesies sampai ekosistem.

4
B. Tingkat Keanekaragaman Hayati
Keanekaragaman hayati dapat dibagi menjadi tiga macam yaitu
keanekaragaman gen dan keanekaragaman jenis atau spesies serta
keanekaragaman ekosistem.
1. Keanekaragaman Gen
Adalah perbedaan atau variasi gen yang terdapat dalam suatu
spesies makhluk hidup. Contoh, buah durian yang memiliki kulit tebal,
kulit tipis, dagingnya tebal, berdanging buah tipis, biji besar atau biji kecil.
Demikian pula dengan buah pisang yang mempunyai ukuran, warna,
bentuk dan tekstur serta rasa daging buah yang tidak sama dengan yang
pisang lainnya. Pisang mempunya beberapa variasi yaitu pisang raja uli,
pisang raja molo, pisang raja jambe, pisang raja sereh.
Keanekaragaman sifat genetik pada suatu makhluk hidup
dikendalikan oleh gen-gen yang ada didalam kromosom yang dimilikinya.
Kromosom tersebut didapatkan dari kedua induknya melalui pewarisan
sifat. Namun, gen juga dapat dipengaruhi dengan kondisi lingkungan
tempat hidupnya. Contohnya bibit yang diambil dari batang induk mangga
yang memiliki sifat genetik berbuah dengan besar,dan bila ditanam pada
area yang berbeda maka ada kemungkinan tidak menghasilkan buah
mangga berukuran besar seperti sifat genetik induknya.

2. Keanekaragaman Jenis
Keanekaragaman jenis adalah adanya perbedaan yang bisa
ditemukan pada kelompok atau komunitas pada berbagai spesies yang
hidup di suatu habitat makhluk. Contoh, di halaman kita terdapat pohon
mangga, jeruk, rambutan, kelapa, bunga melati, bunga mawar, jahe,
kunyit, burung, lebah, semut, kupu-kupu, dan cacing. Keanekaragaman
jenis yang lebih tinggi umumnya dapat ditemukan di suatu tempat yang
jauh dari kehidupan manusia, semisal di hutan. Di hutan terdapat jenis
hewan dan tumbuhan yang lebih banyak dibandingkan dengan di kebun
atau di sawah.

5
Adapun beberapa jenis organisme yang memiliki ciri-ciri fisik
yang hampir sama seperti tumbuhan kelompok palem yaitu pinang, aren,
sawit dan kelapa yang memiliki daun seperti pita. Namun, tumbuh-
tumbuhan tersebut merupakan spesies yang berbeda, kelapa memiliki
nama spesies Cocos Nucifera, pinang bernama Areca catechu.

3. Keanekaragaman Ekosistem
Ekosistem bisa terbentuk disebabkan adanya berbagai kelompok
spesies yang dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya, setelah itu
saling mempengaruhi antar spesies dengan spesies dan spesies dengan
lingkungan abiotik tempat hidup, semisal suhu, air, udara, tanah, cahaya
matahari, kelembapan dan mineral. Ekosistem berbeda dengan lainnya
sesuai dengan spesies pembentuknya. Terdapat beberapa ekosistem yaitu
ekosistem hutan, ekosistem rawa, ekosistem terumbu karang, ekosistem
laut dalam, ekosistem padang lamu, ekosistem mangrove, ekosistem dana,
eosistem pantai pasir dll. Kemudian adapun ekosistem buatan manusia
yaitu agro ekosistem seperti sawah, kebun, dan ladang. Hanya saja
agroekosistem memiliki tingkat keanekaragaman spesies yang lebih
rendah dibandingkan dengan ekosistem alamiah, tetapi mempunyai tingkat
keanekaragaman genetik yang lebih tinggi.

Komponen-komponen pembentuk ekosistem yaitu :


a) Abiotik
Abiotik atau komponen tak hidup adalah komponen fisik dan
kimia yang merupakan medium atau substrat tempat berlangsungnya
kehidupan, atau lingkungan tempat hidup. Sebagian besar komponen
abiotik bervariasi dalam ruang dan waktunya. Komponen abiotik
dapat berupa bahan organik, senyawa anorganik, dan faktor yang
memengaruhi distribusi organisme, yaitu:
 Suhu. Proses biologi dipengaruhi suhu. Mamalia dan unggas
membutuhkan energi untuk meregulasi temperatur dalam
tubuhnya.

6
 Air. Ketersediaan air memengaruhi distribusi organisme.
Organisme di gurun beradaptasi terhadap ketersediaan air di
gurun.
 Garam. Konsentrasi garam memengaruhi kesetimbangan air
dalam organisme melalui osmosis. Beberapa organisme
terestrial beradaptasi dengan lingkungan dengan kandungan
garam tinggi.
 Cahaya matahari. Intensitas dan kualitas cahaya memengaruhi
proses fotosintesis. Air dapat menyerap cahaya sehingga pada
lingkungan air, fotosintesis terjadi di sekitar permukaan yang
terjangkau cahaya matahari. Digurun, intensitas cahaya yang
besar membuat peningkatan suhu sehingga hewan dan
tumbuhan tertekan.
 Tanah dan batu. Beberapa karakteristik tanah yang meliputi
struktur fisik, pH, dan komposisi mineral membatasi
penyebaran organisme berdasarkan pada kandungan sumber
makanannya di tanah.
 Iklim. Iklim adalah kondisi cuaca dalam jangka waktu lama
dalam suatu area. Iklim makro meliputi iklimglobal, regional
dan lokal. Iklim mikro meliputi iklim dalam suatu daerah yang
dihuni komunitas tertentu.

b) Biotik
Biotik adalah istilah yang biasanya digunakan untuk menyebut
sesuatu yang hidup (organisme). Komponen biotik adalah suatu
komponen yang menyusun suatu ekosistem selain komponen abiotik
(tidak bernyawa).

7
C. Keanekaragaman Hayati Pertanian
Keanekaragaman hayati pertanian adalah subbidang keanekaragaman
hayati yang mencakup semua bentuk kehidupan yang secara langsung terkait
dengan aktivitas pertanian; berbagai varietas benih dan ras hewan, juga fauna
tanah, gulma, hama, dan organisme asli daerah yang tumbuh di atas lahan
pertanian. Namun bidang ini menaruh lebih banyak perhatian terhadap varietas
tanaman yang dibudidayakan dan varietas tanaman asli yang ada di alam liar.
Kultivar dapat diklasifikasikan menjadi varietas modern dan varietas petaniatau
varietas tradisional Varietas modern merupakan hasil dari pembiakan selektif
formal dan dicirikan dengan hasil yang tinggi. Contohnya adalah varietas gandum
dan beras yang sempat memicu Revolusi Hijau. Varietas petani atau varietas
tradisional merupakan seleksi yang dilakukan oleh petani tradisional berdasarkan
pengalaman mereka di lahan. Setiap kawasan pertanian tradisional dapat memiliki
varietas tradisional yang berbeda-beda. Semua varietas ini bersama-sama
membentuk keanekaragaman hayati yang menjadi fokus utama aktivitas
konservasi genetika.
Yang dikembangkan dan dilindungi bersama-sama oleh petani, peternak,
penjaga hutan, nelayan, dan masyarakat pribumi. Keanekaragaman hayati
pertanian dapat berkontribusi dalam menghadapi tantangan ketahanan pangan,
terutama di masa terjadinya perubahan iklim yang dapat memicu stres bagi
kultivar yang banyak dipakai saat ini. Karena kekayaan genetika pertanian dapat
menjadikan usaha pertanian lebih resilien terhadap perubahan.

D. Ruang Lingkup Keanekaragaman hayati Agroekosistem


Keanekaragaman hayati pertanian merupakan hasil dari seleksi yang hati-
hati yang dilakukan oleh petani, peternak, dan nelayan selama ribuan tahun.
Keanekaragaman hayati pertanian merupakan subbagian yang vital dari
keanekaragaman hayati yang memberi makan dan kehidupan manusia sehingga
menjaga dan mengelola keanekaragaman sumber daya hayati yang digunakan
dalam aktivitas pertanian sangat penting untuk keberlangsungan hidup manusia.
Keanekaragaman hayati pertanian dapat mencakup :

8
 Tumbuhan domestikasi dan tumbuhan liar yang berhubungan dengan
tanaman pertanian, termasuk tumbuhan menahun berkayu (sumber daya
genetika hutan) dan tumbuhan air (yang dimanfaatkan oleh manusia)
 Hewan domestikasi dan liar yang dimanfaatkan untuk menghasilkan
produk hewan, ikan dan hewan air, organisme yang hidup di ladang,
hutan, padang rumput, dan ekosistem air.
 Spesies yang dipelihara secara tidak sengaja, yang tidak dipanen dan hidup
dalam ekosistem pertanian yang mendukung pertumbuhan tanaman dan
hewan yang dipelihara, seperti mikroorganisme tanah, polinator, dan
sebagainya
 Spesies yang dipelihara secara tidak sengaja, yang tidak dipanen dan hidup
dalam cakupan yang lebih luas yang terkait dengan rantai produksi
pangan.

Keanekaragaman spesies serangga yang tidak menjadi polinator namun


hidup dalam ruang lingkup ekosistem pertanian dapat menjadi indikator kesehatan
ekosistem.
FAO juga memasukan cakupan keanekaragaman hayati pertanian sebagai
"varietas dan variabilitas tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme yang
mendukung fungsi, struktur, dan proses ekosistem pertanian demi mendukung
produksi dan ketahanan pangan". Termasuk juga genetika, populasi, spesies,
komunitas, ekosistem, dan komponen lanskap serta interaksinya dengan manusia.
Keanekaragaman perairan juga penting bagi keanekaragaman hayati
pertanian. Konservasi dan keberlanjutan penggunaan ekosistem perairan lokal
seperti kolam, sungai, dan pantai oleh nelayan dan petani tradisional juga mampu
mendukung produksi pangan di tingkat lokal dan membantu mempertahankan
varietas tradisional. Praktek pertanian petani dan nelayan tradisional memiliki
kekayaan genetika yang tidak dimiliki industri pertanian sehingga penting untuk
menjaga dan melestarikannya.

9
E. Manfaat Biodiversitas dalam Agroekosistem
            Adapun manfaat dari Biodeversitas dalam Agroekosistem adalah sebagai
berikut :
 Keragaman mikrohabitat
 Keberlanjutan Produktivitas tanaman, mis. Rizhobium, mikoriza
 Mengurangi gulma
 Mempertahankan predator/herbivore
 Meningkatkan efisiensi serapan hara
 Mengurangi resiko gagal panen
 Mengrangi resiko kepunahan flora dan fauna
 Mempertahankan biodiversitas dalam tanah dan layanan lingkungannya

F. Erosi Genetik pada Keanekaragaman Hayati Agroekosistem


Erosi genetik pada keanekaragaman hayati pertanian adalah hilangnya
keanekaragaman genetika, termasuk gen individu dan hilangnya kombinasi gen
tertentu seperti ras atau kultivar tradisional yang sudah beradaptasi dengan kondisi
lokal. Istilah erosi genetik dapat digunakan pada ruang lingkup yang sempit
seperti hilangnya alel atau gen tertentu, dan dalam ruang lingkup yang lebih luas
seperti hilangnya subspesies dan spesies. Penggerak utama terjadinya erosi
genetik adalah: penetapan varietas, penebangan habis,eksploitasi berlebih, tekanan
populasi, degradasi lingkungan, penggembalaan berlebih, dan perubahan
kebijakan pertanian
Faktor utama adalah penetapan varietas yang mengganti varietas lokal
yang sudah beradaptasi dengan varietas baru (varietas komersial atau varietas
industri) yang lebih menghasilkan. Seperti penggantian tanaman varietas lokal
dengan tanaman transgenik dan pertanian monokultur. Beberapa peneliti percaya
bahwa masalah utama yang terkait dengan pengelolaan ekosistem
pertanian adalah kecenderungan menuju keseragaman genetika dan ekologi akibat
perkembangan dunia pertanian modern. Tekanan dari keseragaman ekologi
tersebut terhadap petani dan peternak diakibatkan oleh tingginya permintaan dari
industri pangan yang menginginkan konsistensi bahan dari produk mereka.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Agroekosistem merupakan ekosistem yang dimodifikasi dan
dimanfaatkan secara langsung atau tidak langsung oleh manusia untuk memenuhi
kebutuhan akan pangan dan atau sandang. Karakteristik esensial dari suatu
agroekosistem terdiri dari empat sifat utama yaitu produktivitas
(productivity), kestabilan (stability), keberlanjutan (sustainability) dan
kemerataan (equitability). Untuk mencapai tujuannya, kriteria yang digunakan
untuk menentukan karakteristik agroekosistem meliputiekosistem, ekonomi,
sosial, dan teknologi yang digunakan dalam budidaya. Salah satu agroekosistem
yang ada, terutama dimanfaatkan dalam konservasi adalah sistem agroforestri.
Keanekaragaman adalah semua kumpulan benda yang bermacam-macam,
baik ukuran, warna, bentuk, tekstur dan sebagainya. Hayati yaitu menunjukkan
sesuatu yang hidup. Jadi keanekaragaman hayati menggambarkan bermacam-
macam makhluk hidup (organisme) penghuni biosfer. Keanekaragaman hayati
disebut juga “Biodiversitas”. Keanekaragaman atau keberagaman dari makhluk
hidup dapat terjadi karena akibat adanya perbedaan warna, ukuran, bentuk,
jumlah, tekstur, penampilan dan sifat-sifat lainnya.

B. Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini, tentunya masih terdapat banyak kekurangan dan
kelemahan, karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi
yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman sudi memberikan
kritik dan saran yang membangun kepada penulis untuk perbaikan makalah
selanjutnya.

11
DAFTAR PUSTAKA

Altieri and Nichols (2004). Biodiversity and Pest Management in


Agroecosystems. Food ProductPress. 236 p

FAO, (1996). Global Plan of Action for the Conservation and Sustainable
Utilization of Plant Genetic Resources for Food and Agriculture. Food and
Agriculture Organization of the United Nations,
http://www.fao.org/ag/AGP/AGPS/GpaEN/gpatoc.htm

FAO : SD Dimensions : Environment : Environmental conventions and


agreements

http://id.wikipedia.org/wiki/Keanekaragaman_hayati

http://www.fao.org/dad-is

Jackson, L., Bawa, K., Pascual, U., and Perrings, C. (2005).agroBIODIVERSITY:


A new science agenda for biodiversity in support of sustainable
agroecosystems. DIVERSITAS Report N°4. 40 pp.

Miguel A. Altieri (1999). The ecological role of biodiversity in agroecosystems.


Agriculture,Ecosystems and Environment 74 (1999) 19–31.Biodiversity and
Pest Management in

Rizali, Akhmad; Buchori, Damayanti; Triwidodo, Hermanu (2002).


"Keanekaragaman Serangga pada Lahan Persawahan -Tepian Hutan:
Indikator untuk Kesehatan Lingkungan". Hayati Journal of Biosciences.

Trijoko, 2006. Biologi. Jakarta:Erlangga.

12

Anda mungkin juga menyukai