Anda di halaman 1dari 8

NAMA : ANIS ILYANA

NIM : 200330003

RINGKASAN MATERI IX - XV

Pertemuan IX
Kecepatan Reaksi
1. Pengertian
Kecepatan Reaksi atau Laju reaksi adalah perubahan konsentrasi dari reaktan ataupun
produk per satu satuan waktu. Untuk reaksi dengan reaktan A dan B menghasilkan
produk C dan D seperti pada rumus persamaan reaksi berikut, seiring waktu jumlah
molekul reaktan A dan B akan berkurang dan jumlah molekul produk C dan D akan
bertambah. laju reaksi adalah kecepatan suatu reaktan bereaksi hingga habis. Laju
reaksi juga berarti seberapa cepat reaksi kimia membentuk sesuatu yang baru. Laju
reaksi dapat berjalan dengan cepat maupun lambat bergantung pada zat-zat reaktan
yang saling bereaksi.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan reaksi


 Konsentrasi
Konsentrasi yang memengaruhi laju reaksi adalah jumlah mol dalam satu liter
pelarut. Satuan konsentrasi yang digunakan adalah molaritas.
 Luas Permukaan
Luas permukaan molekul ataupun partikel reaktan sangat memengaruhi
kecepatan reaksi. Dilansir dari Encyclopaedia Britannica, bila kedua reaktan
memiliki permukaan partikel yang luas, gesekan antarpartikel yang bergerak
akan lebih sering terjadi.
 Suhu
Suhu saat reaksi berlangsung memengaruhi seberapa cepat reaksi berlangsung,
semakin besar suhu reaksi, maka akan semakin cepat laju reaksinya.
 Katalisator
Katalisator adalah zat selain reaktan yang ditambahkan pada suatu reaksi
kimia. Katalisator adalah zat kimia yang dapat mempercepat laju reaksi tanpa
terpakai dalam reaksi tersebut.

3. Order Reaksi Kimia


Dalam persamaan laju reaksi terdapat variabel orde reaksi. Orde reaksi merupakan
jumlah pangkat konsentrasi dari zat yang bereaksi (reaktan). Orde reaksi dapat berupa
bilangan bulat positif kecil, namun dalam beberapa hal dapat berupa bilangan pecahan
atau nol. Pada umumnya, reaksi kimia memiliki orde reaksi berupa bilangan bulat
positif. Nilai orde reaksi tidak dapat ditentukan dari harga koefisien reaksi, melainkan
berdasarkan percobaan. Orde suatu reaksi merupakan penjumlahan dari orde reaksi
setiap zat yang bereaksi.
Jika terdapat reaksi sebagai berikut :
Maka rumus umum unruk laju reaksi adalah:

di mana :
v = laju reaksi; [A] = konsentrasi zat A; [B] = konsentrasi zat B; k = konstanta laju
reaksi; m = orde reaksi zat A ; n = orde reaksi zat B; dan nilai orde reaksi total = m +
n
Orde reaksi bisa ditentukan dengan cara :
 Perbandingan data hasil percobaan laju reaksi terhadap konsentrasi reaktan
 Jika suatu reaksi diketahui tahap tahap mekanisme reaksinya, maka persamaan
laju raksi ditentukan dari tahap yang paling lambat dengan koefisien reaktan
reaktan dari tahap tersebut akan menjadi orde reaksinya.

4. Katalis 
Katalis adalah suatu zat yang mempercepat laju reaksi kimia pada suhu tertentu, tanpa
mengalami perubahan atau terpakai oleh reaksi itu sendiri. Suatu katalis berperan
dalam reaksi tetapi bukan sebagai pereaksi ataupun produk. Katalis memungkinkan
reaksi berlangsung lebih cepat atau memungkinkan reaksi pada suhu lebih rendah
akibat perubahan yang dipicunya terhadap pereaksi. Katalis menyediakan suatu jalur
pilihan dengan energi aktivasi yang lebih rendah. Katalis mengurangi energi yang
dibutuhkan untuk berlangsungnya reaksi.

Pertemuan X
Larutan
1. Pengertian Larutan dan Konsentrasi
Larutan adalah adalah campuran dari dua fasa zat yang bersifat homogen.
Konsentrasi adalah ukuran kepekatan suatu larutan.

2. Berbagai Konsentrasi Larutan


Persen massa (%m/m)
Persen massa menunjukkan massa suatu zat dalam 100 gram larutannya.
Persen volume (% V/V)
Persen volume adalah satuan yang menunjukkan volume suatu zat dalam 100 mL
larutannya.
Persen massa per volume (% m/V)
Persen massa per volume merupakan salah satu konsentrasi larutan yang
menunjukkan massa zat dalam 100 mL larutannya. 
Molaritas (M)
Membahas masalah molaritas tidak akan lepas dari besaran bernama mol. Hal itu
karena molaritas merupakan satuan konsentrasi yang menunjukkan banyaknya mol
zat terlarut dalam satu liter larutan.
Molalitas
Hampir sama dengan molaritas, molalitas merupakan banyaknya mol zat terlarut
dalam satu kilogram pelarut. 
Hubungan antara persen massa dan molaritas
Dari persamaan yang telah disebutkan sebelumnya, ternyata bisa dicari hubungan
antara persen massa dan molaritas, Adapun hubungan antara keduanya ditunjukkan
oleh SUPER “Solusi Quipper”

Fraksi mol
Fraksi mol merupakan satuan konsentrasi yang menunjukkan perbandingan antara
konsentrasi mol zat terlarut atau pelarut terhadap larutannya.
Pengenceran
Untuk mengurangi tingkat kepekatan suatu larutan, Quipperian bisa melakukannya
dengan menambahkan air. Metode ini dikenal sebagai pengenceran. Larutan yang
diencerkan jelas mengalami perubahan konsentrasi dan volume. Namun demikian,
jumlah mol larutan tidak berubah.
Molaritas campuran
Jika dua jenis larutan dengan konsentrasi berbeda dicampurkan, maka akan terbentuk
larutan baru dengan konsentrasi tertentu.

Pertemuan XI
Larutan
1. Cara membuat larutan dengan berbagai konsentrasi
Contoh:
Bahan yang akan digunakan dalam pembuatan larutan NaOH 0,35 N adalah NaOH.
Sebelum membuat larutan NaOH, terlebih dahulu, dihitung jumlah NaOH yang akan
digunakan untuk membuat larutan NaOH 0,35 N. Dari hasil perhitungan, untuk
membuat suatu larutan NaOH 0,35 N dibutuhkan 0,7 gr NaOH. Setelah didapatkan
jumlah NaOH yang akan digunakan, NaOH dimasukkan kedalam labu takar,
kemudian dilarutkan dengan aquadest hingga batas tera (volume larutan menjadi 50
mL) dan di aduk hingga homogen dimana antara zat terlarut dan pelarut tidak dapat
dibedakan lagi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Baroroh (2004) bahwa larutan
adalah campuran homogen antara dua atau lebih zat yang terdispersi baik sebagai
molekul, atom maupun ion yang komposisinya dapat bervariasi. Bahan yang
digunakan untuk pengenceran adalah HCl 37%. Sebelum melakukan pengenceran,
terlebih dahulu dihitung volume awal HCl dengan menggunakan rumus pengenceran,
yaitu molaritas akhir dikali volume akhir kemudian dibagi dengan nilai molaritas
awal. Dari hasil perhitungan, jumlah HCl yang akan digunakan untuk membuat
larutan 0,2 M adalah 0,8291 mL. Setelah didapatkan jumlah HCl yang akan encerkan,
HCl dimasukkan ke dalam labu takar kemudian dilarutkan dengan aquadest hingga
batas tera (volume larutan menjadi 50 mL) kemudian dihomogenkan. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Khopkar (1990) bahwa Pengenceran adalah mencampur larutan
pekat (konsentrasi tinggi) dengan cara menambahkan pelarut agar diperoleh volume
akhir yang lebih besar. Bahan yang digunakan untuk pencampuran adalah NaOH
dengan konsentrasi 0,35 M sebanyak 20 mL dan NaOH 0,1 M sebanyak 30 mL.
Sebelum melakukan pencampuran, terlebih dahulu dihitung jumlah molaritas dari
bahan yang akan digunakan dengan menggunakan rumus penghitungan.
2. Pengenceran larutan
Berikut step-step dalam mengencerkan larutan :
 Siapkan alat-alat yang digunakan, biasanya menggunakan labu ukur, pipet
ukur,gelas ukur, karet penghisap (rubber bulb).
 Siapkan bahan yang akan di encerkan. Misal pada contoh kali ini kita akan
mengencerkan larutan HCl (asam klorida) 36.5%
 Tentukan berapa konsentrasi yang akan dibuat beserta volume yang
diinginkan.
 Hitung volume yang dibutuhkan dengan menggunakan rumus pengenceran.
 Setelah volume nya ketemu, ambil larutan HCl 36.5% dengan pipet ukur
dengan volume sesuai dengan hasil perhitungan.
 Masukkan larutan tersebut ke dalam labu ukur.
 Tambahkan aquades/air suling hingga tanda batas.
 Kocok hingga rata.

3. Sifat Koligatif Larutan di Lingkungan Perairan


Sifat koligatif larutan itu adalah suatu sifat larutan yang tergantung pada jumlah
partikel zat terlarut dan tidak tergantung pada sifat zat terlarut tersebut. Untuk istilah
koligatif sendiri, berasal dari bahasa latin, yaitu colligarae yang artinya bergabung
bersama. Terdapat empat macam sifat koligatif larutan, yaitu penurunan tekanan uap
larutan jenuh, penurunan titik beku, kenaikan titik didih, dan tekanan
osmotik. Sebelum mempelajari sifat koligatif larutan. apakah air murni dapat
dikatakan sebagai larutan? Air murni bukan termasuk ke dalam jenis larutan. Suatu
larutan terbentuk apabila terdapat zat terlarut di dalam zat pelarut. Contohnya, apabila
ke dalam air murni dimasukkan satu sendok gula, maka air murni tersebut berubah
menjadi larutan gula. Air murni berperan sebagai pelarut dan gula berperan sebagai
zat terlarut. Secara garis besar, senyawa dapat dikelompokkan menjadi dua golongan,
pertama senyawa elektrolit dan kedua, senyawa nonelektrolit. Apabila suatu senyawa
nonelektrolit ditambahkan kedalam air, maka akan terjadi peristiwa pelarutan.
Sebagai contoh, ketika gula yang merupakan senyawa nonelektrolit dicampurkan ke
dalam air maka akan mengalami pelarutan. Pada proses pelarutan, partikel-partikel
gula akan menjauh satu sama lain dan bercampur dengan molekul air. Hasil dari
pencampuran yang terjadi, disebut larutan gula.

Pertemuan XII
Asam dan Basa
1. Pengertian Asam
Asam yaitu denfan ktaacidus yang artinya masam. Asam menurut Arrhenius adalah
senyawa yang menghasilkan ion hidrogen ketika larut dalam pelarut air. Kekuatan
asam ditentukan oleh banyak-sedikitnya ion hidrogen yang dihasilkan. Semakin
banyak ion H+ yang dihasilkan, semakin kuat sifat asamnya.

2. Basa
Basa adalah senyawa kimia yang menyerap ion hidronium ketika dilarutkan dalam air.
Basa memiliki pH lebih besar dari 7
3. PH (Derajat Keasaman)
pH (Power of Hydrogen) adalah skala yang digunakan untuk menyatakan tingkat
keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan. Skala dari pH terdiri dari
angka 1 hingga 14. Skala pH menunjukkan konsentrasi ion hidrogen [H+] dalam
larutan. Nilai pH larutan dihitung menggunakan nilai konsentrasi molar ion hidrogen
yang larut dalam larutan. Pada pengukuran skala pH, terdapat tiga jenis parameter
yaitu pH asam, netral, dan basa.

Pertemuan XIII
Asam dan Basa
1. Indikator Asam Basa
Indikator asam basa adalah suatu zat yang memberikan warna berbeda pada larutan
asam dan larutan basa. Dengan adanya perbedaan warna tersebut, indikator dapat
digunakan untuk mengetahui apakah suatu zat bersifat asam atau basa.

2. Mengukur pH Larutan Asam Basa


Cara menentukan besar pH larutan asam-basa yaitu dengan menghitung nilai
konsentrasi ion H+ atau OH- dalam larutan tersebut. Selanjutnya, substitusi nilai
H+/OH- ke dalam rumusan pH.

3. Larutan Buffer
Larutan dapar adalah larutan yang mengandung campuran asam lemah dan basa
konjugatnya, atau sebaliknya. Perubahan pH larutan ini sangat kecil, ketika asam atau
basa kuat ditambahkan, dalam jumlah sedikit atau sedang, ke dalam larutan dapar.
Oleh karena itu, larutan ini berguna untuk mencegah perubahan pH larutan.
Larutan dapar dapat mempertahankan pH karena adanya kesetimbangan antara asam
HA dan basa konjugatnya A−.
HA = H+ + A−
Ketika sejumlah asam kuat ditambahkan ke dalam campuran kesetimbangan asam
lemah dan basa konjugatnya, kesetimbangan bergeser ke kiri, sesuai dengan prinsip
Le Chatelier. Akibatnya, konsentrasi ion hidrogen meningkat kurang dari yang
seharusnya untuk jumlah asam kuat yang ditambahkan. Sama seperti hal tersebut, jika
basa kuat ditambahkan ke dalam campuran, konsentrasi ion hidrogen menurun kurang
dari yang seharusnya untuk jumlah basa yang ditambahkan. Efek ini diilustrasikan
dengan simulasi titrasi asam lemah dengan pKa = 4,7. Konsentrasi relatif asam yang
tak terdisosiasi ditunjukkan sebagai biru dan basa konjugatnya sebagai merah.
Perubahan pH relatif lambat pada rentang dapar, pH = pKa ± 1, berpusat pada pH =
4,7 di mana [HA] = [A−]. Konsentrasi ion hidrogen menurun kurang dari seharusnya
karena sebagian besar ion hidroksida yang ditambahkan bereaksi sesuai dengan reaksi
berikut :
OH− + HA → H2O + A−
Dan hanya sedikit yang terlibat reaksi netralisasi tersebut yang menghasilkan
kenaikan pH.
OH− + H+ → H2O
Setelah asam 95% terdeprotonasi, pH meningkat tajam karena sebagian besar basa
yang ditambahkan bereaksi dalam reaksi netralisasi.

Pertemuan XIV
Konsep Dasar Kimia Organik
1. Pengertian Senyawa organik
Senyawa organik adalah kelompok dari senyawa kimia yang mengandung atom
karbon yang dihubungkan satu sama lain oleh ikatan kovalen dan umumnya
ditemukan dalam sel makhluk hidup. Contoh senyawa organik: protein, karbohidrat
dan lemak. Senyawa organik dan anorganik merupakan salah satu klasifikasi yang ada
dalam perkembangan ilmu kimia. Klasifikasi ini berdasarkan dari asal usul senyawa.
Semua senyawa yang asalnya dari makhluk hidup disebut dengan senyawa organik.
Sementara itu, yang asalnya dari mineral digolongkan ke dalam senyawa anorganik.
senyawa organik adalah golongan besar dari senyawa kimia. Dimana dalam senyawa
organik tersebut molekulnya mengandung karbon. Kecuali karbonat, oksida karbon,
dan karbida. Bahan organik tersebut dihasilkan lewat proses fotosintesis pada
tumbuhan yang memiliki klorofil. Dengan demikian, penyusun utama bahan organik
merupakan unsur karbon yang berupa senyawa polisakarida. Ini bisa dicontohkan
seperti pati, hemiselulosa, lignin, selulosa, dan bahan pektin. Disamping itu, ada
berbagai macam bahan organik tanah yang mengandung senyawa nitrogen lain dan
protein.

2. Struktur senyawa organik


Pertemuan XV
Konsep Dasar Kimia Organik
1. Klasifikasi dan Tata Nama Senyawa Organik
 Tata nama Senyawa Alkana, Alkena, dan Alkuna
Senyawa alkana, alkena, dan alkuna dibedakan berdasarkan jenis ikatan rangkap
pada unsur karbon yang satu dengan unsur karbon yang lainnya. Senyawa alkana
tidak memiliki ikatan rangkap, senyawa alkena memiliki ikatan rangkap 2 dan
bukan ikatan rangkap, sedangkan alkuna memiliki ikatan rangkap tiga dan bukan
ikatan rangkap.

 Tata nama Senyawa Alkohol


Senyawa alkohol atau R-OH, dimana –OH adalah gugus fungsinya, memiliki
akhiran berupa “-ol”. Penamaan IUPAC alkohol menggunakan angka untuk
mendeskripsikan letak atau posisi gugus –OH di dalam senyawa, misalnya
CH3CH2CH2CH2OH menjadi 1-butanol.
Adapun penggunaan –diol, –triol, dst mendeskripsikan jumlah gugus –OH.
Namun perlu diperhatikan letak –OH dalam satu atom C karena hal ini
mengindikasikan gugus fungsi asam karboksilat yaitu –COOH.

 Tata nama Senyawa Aldehida


Untuk senyawa Aldehida atau R-CHO, penamaan senyawa menggunakan akhiran
“–al”.Contoh senyawa HCHO ditulis menjadi metanal atau formaldehida.

 Tata nama Senyawa Ester


Ester atau dikenal dengan rumus R-COO-R’, dimana R dan C dari gugus fungsi
adalah rantai utama sedangkan R’ adalah rantai cabang yang ditulis pertama kali
dalam tata nama senyawanya. Rantai utama ditulis dengan akhiran –oat. Sebagai
contoh CH3CH(CH3)OOCH2CH2CH3 maka ditulis 2-propil propanoat.

 Tata nama Senyawa Keton


Tatanama senyawa keton atau R-CO-R didasarkan pada letak gugus –CO- pada
rantai senyawa alkohol. Misalnya CH3CH2COCH2CH3, maka penamaannya
ditulis sebagai 3-Pentanon.

 Tata nama Senyawa Asam Karboksilat


Senyawa organik asam karboksilat memiliki gugus fungsi yang paling panjang
yaitu –COOH. Tata nama senyawa asam karboksilat menggunakan awalan
“asam” dengan akhiran –oat. Misalnya asam butanoat, asam pentanoat, dan
sebagainya.

 Tata nama Senyawa Eter


Senyawa eter memiliki rumus R-O-R dimana –O—mengikat dua atom C.
Penentuan tatanama dimulai dari melihat rantai R yang lebih panjang. Rantai R
yang lebih panjang disebut dengan rantai utama, maka penamaannya berada di
akhir dengan menggunakan akhiran –ana. Sedangkan rantai R yang lebih pendek
menggunakan akhiran –oksi. Contoh untuk senyawa CH3CH2OCH3 maka ditulis
metoksietana.
2. Gugus Fungsi
Gugus fungsi adalah atom atau gugus atom yang paling menentukan sifat suatu
senyawa. Gugus fungsi merupakan ciri khas dari suatu homolog dan merupakan pusat
reaktivitas molekul. Senyawa karbon yang direaksikan dengan zat tertentu, maka
gugus fungsi itulah yang mengalami perubahan, sedangkan bagian lainnya pada
umumnya tetap. Gugus fungsi juga dapat bermuatan, misalnya dalam garam
karboksilat (–COO−), yang mengubah molekul menjadi ion poliatomik atau ion
kompleks. Gugus fungsi yang mengikat atom pusat dalam kompleks koordinasi
disebut ligan. Pengompleksan dan solvasi juga disebabkan oleh interaksi spesifik dari
gugus fungsi. Dalam aturan umum “like dissolve like”, adalah bersamanya atau saling
berinteraksinya gugus fungsi yang menghasilkan kelarutan. Sebagai contoh, gula larut
dalam air karena keduanya berbagi gugus fungsi hidroksil (–OH) dan hidroksil
berinteraksi kuat satu sama lain. Ditambah lagi, ketika gugus fungsi lebih
elektronegatif daripada atom yang mereka lekati, gugus fungsi akan menjadi polar,
dan molekul-molekul nonpolar yang mengandung gugus-gugus fungsi ini menjadi
polar dan menjadi larut dalam beberapa lingkungan berair.
Menggabungkan nama-nama gugus fungsi dengan nama-nama alkana induk
menghasilkan apa yang disebut sebagai tata nama sistematis untuk penamaan senyawa
organik. Dalam tata nama tradisional, atom karbon pertama setelah karbon yang
menempel pada gugus fungsi disebut karbon alfa; yang kedua, karbon beta, ketiga,
karbon gamma, dan seterusnya. Jika terdapat gugus fungsi lain pada karbon, ia dapat
dinamai dengan huruf Yunani, misalnya, gamma-amina dalam asam gamma-
aminobutirat berada pada karbon ketiga dari rantai karbon yang melekat pada gugus
asam karboksilat. Konvensi IUPAC mengatur pelabelan numerik dari posisi ini,
misalnya asam 4-aminobutanoat. Dalam berbagai nama tradisional, berbagai
kualifikasi digunakan untuk memberi label isomer, misalnya, isopropanol (nama
IUPAC: propan-2-ol) adalah suatu isomer dari n-propanol (propan-1-ol).

3. Sifat sifat Senyawa Organik


 Titik leleh dan titik didih rendah.
 Tidak tahan terhadap pemanasan   
 Berikatan kovalen   
 Umumnya tidak larut dalam air 
 Reaksi antar molekul berlangsung lama

Anda mungkin juga menyukai