Oleh
KHUMAIDI
06.2.00.1.13.08.0038
Pembimbing
Dr. Ahmad Dardiri, M.A.
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2008
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Khumaidi
1
TRANSLITERASI ARABLATIN
I. HURUF HIJAIYYAH
ء =’ ط = TH
ب =B ظ = ZH
ت =T ع =‘
ث = TS غ = GH
ج =J ف =F
ح =H ق =Q
خ = KH ك =K
د =D ل =L
ذ = DZ م =M
ر =R ن =N
ز =Z و =W
س =S ه =H
ش = SY ي =Y
ص = SH ة = T
ض = DL
َ─ و = au ال = al
َ─ى = ai اﻟﺶ = al-sy
وال = wa -al
1
Pedoman Akademik Sekolah Pascasarjana, UNIVERSITAS ISLAM NEGERI Syarif
Hidayatullah Jakarta.
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim,
Alhamduliiahirrahmanirrahim, puji syukur penulis panjatkan kehadirat
Allah SWT, yang telah memberikan karunia dan ni’matnya hingga penulis mampu
menyelesaikan penulisan karya ilmiah berupa tesis ini sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Magister bidang Pendidikan Bahasa Arab pada Sekolah
Pascasarjana Universitas Islam Negeri Jakarta " Syarif Hidayatullah " Jakarta.
Shalawat dan Salam semoga tercurahkan kepada junjungan kita Nabi akhir jaman
Muhammad SAW, karena dengan jasanya ummat manusia mendapat limpahan ilmu
dan petunjuk kebenaran yang dibawanya.
Dalam menyelesaikan penelitian ini, penulis perlu menyampaikan ucapan
terima kesih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan penulis baik moril
maupun materil, terutama kepada Prof. DR. Azzyumardi Azra, MA. (Direktur
Sekolah Pascasarjana UIN Jakarta), Prof. DR.Komaruddin Hidayat, MA.(Rektor UIN
Jakarta), (Asdir I SPS UIN), (Asdir II SPS UIN), Prof. DR.H. D. Hiayat, MA.( ),
seluruh staf perpustakaan dan akademik Sekolah Pascasarjana UIN Jakarta. Selain itu
penghargaan dan terima kasih tak terhingga penulis haturkan kepada seluruh jajaran
Dosen SPS UIN Jakarta yang telah memberikan bimbingan dan pengajaran selama
penulis menimba ilmu di Universitas ini.
Penghargaan dan ungkapan terima kasih juga penulis haturkan kepada
DR.Ahmad Dardiri, MA., selaku pembimbing yang telah memberikan arahan,
masukan dan bimbinganya dengan sabar kepada penulis. Tak lupa penulis sampaikan
terima kasih kepada Drs. H. Imam Sutomo, M,Ag. ( Ketua STAIN Salatiga), Drs.
Sidqon Maisur, MA. (Ketua SIBA STAIN Salatiga), H. Irfan Helmi, Lc. MA.
(Sekretaris SIBA STAIN Salatiga), dan seluruh Dosen program studi intensif bahasa
Arab STAIN Salatiga, yang telah membantu penulis dalam mencari data dan
informasi selama penulis melakukan penelitian di STAIN Salatiga.
Yang terakhir ucapan terima kasih juga disampaikan kepada kedua orang
tua penulis ( Tasliman dan Suripah ) yang telah mendidik dan memberikan doa
kepada penulis hingga bisa menghantarkan mengenyam jenjang pendidikan Magister.
Juga kepada istri ( Norhamidah) dan anak tersayang ( Devi Rahma Nila Latifi dan
Ariska Meila Dina Aprilia) yang telaah memberikan dorongan dan motivasi dalam
menyelesaikan studi penulis di UIN Syarrif Hidayatullah Jakarta. Semoga semua
bantuan dan dukungan yang diberikan menjadi amal baik dan mendapatkan balasan
berlipat ganda dari Allah SWT. Jazakumullah Khair al-Jaza’. Amiin ya rab al-
‘alamiin.
Penulis
TANDA TERIMA TESIS
Telah diterima tesis dengan judul "KETERAMPILAN MENDENGAR
DALAM PENGAJARAN BAHASA ARAB" (Studi Kasus Keterampilan
Mendengar Pada Mahasiswa Program SIBA STAIN Salatiga Tahun Akademik
2007/2008), dari:
Nama :KHUMAIDI
NIM : 06.2.00.1.13.18.0038
Program : Pendidikan Bahasa Arab
Untuk TIM Penguji Tesis:
Nama :KHUMAIDI
NIM : 06.2.00.1.13.18.0038
Program : Pendidikan Bahasa Arab
Untuk:
Yang Menerima
No Keperluan Tanda Tangan
(Nama)
Perpustakaan Pascasarjana
1 UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
Perpustakaan Pusat
2 UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
KETERAMPILAN MENDENGAR DALAM
PENGAJARAN BAHASA ARAB
(Studi Kasus Keterampilan Mendengar Pada Mahasiswa Program Studi
Intensif Bahasa Arab (SIBA) STAIN Salatiga Tahun Akademik 2007/2008)
Tesis
Oleh
KHUMAIDI
06.2.00.1.13.08.0038
Pembimbing
Dr. Ahmad Dardiri, M.A.
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2008
i
SURAT PERNYATAAN
Nama : KHUMAIDI
NIM : 06.2.00.1.13.08.0038
Program : Pendidikan Bahasa Arab
Alamat : Dusun Gayam RT/RW : 03/02 Desa Kadirejo Kec. Pabelan
Kab. Semarang Jawa Tengah
menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis dengan judul: “KETERAMPILAN
MENDENGAR DALAM PENGAJARAN BAHASA ARAB” (Studi Kasus
Keterampilan Mendengar Pada Mahasiswa Program Studi Intensif Bahasa
Arab (SIBA) STAIN Salatiga Tahun Akademik 2007/2008) adalah benar
merupakan karya asli saya, kecuali kutipan-kutipan yang disebutkan sumbernya.
Apabila terdapat kesalahan dan kekeliruan di dalamnya sepenuhnya menjadi
tanggung jawab saya dan saya bersedia menanggung akibat berupa pencabutan gelar
akademik.
KHUMAIDI
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Pembimbing
iii
PERSETUJUAN TIM PENGUJI
TIM PENGUJI
Penguji, Penguji,
iv
ABSTRAK
v
rumus R Pearson Product Moment yang sampai pada analisa inferensial, disamping
juga mengkombinasikan pendekatan kuantitatif dan kualitatif.
vi
ﻣﻠﺨﺺ ﺍﻟﺒﺤﺚ
ﺩﻟﹼﺖ ﻧﺘﺎﺋﺞ ﺍﻟﺒﺤﺚ ﻋﻠﻰ ﺃﻥﹼ ﺗﻌﻠﻴﻢ ﺍﻟﻠﻐﺔ ﺍﻟﻌﺮﺑﻴﺔ ﰲ ﺩﺭﺍﺳﺔ ﺍﻟﻠﻐﺔ ﺍﻟﻌﺮﺑﻴﺔ ﺍﳌﻜﺜﻔﺔ ﰲ ﺍﳉﺎﻣﻌﺔ
ﺍﻹﺳﻼﻣﻴﺔ ﺍﳊﻜﻮﻣﻴﺔ ﺳﺎﻻﺗﻴﺠﻮ ،SIBA STAIN Salatiga ،ﻳﺘﺨﺬ ﻋﻤﻮﻣﺎ ﺍﳌﻨﻬﺞ ﺍﻟﺪﺭﺍﺳﻲ ﰲ ﺍﻟﻠﻐﺔ
ﺑﻨﻈﺮﻳﺔ ﺍﻟﻔﺮﻭﻉ ) ،(Separated Approachﻭﻃﺮﻳﻘﺔ ﻫﺬﺍ ﺍﳌﻨﻬﺞ ﻫﻲ ﺍﻟﻘﺮﺍﺀﺓ )(Reading Method
ﻭﺍﻟﺘﺮﲨﺔ ) ،(Translation Methodﻭﺍﻟﺴﻤﺎﻉ ﻭﺍﻟﻜﻼﻡ ) ،(Aural Oral Methodﻭﺍﻟﻄﺮﻳﻘﺔ ﺍﳌﺒﺎﺷﺮﺓ
) .(Direct Methodﻭﺃﻣﺎ ﻧﺘﺎﺋﺞ ﺍﻟﺒﺤﺚ ﺍﳋﺎﺻﺔ ﺩﻟﺖ ﻋﻠﻰ ﺃﻥ ﻣﻬﺎﺭﺓ ﺍﻻﺳﺘﻤﺎﻉ ﺗﺆﺛﹼﺮﻓﻴﻬﺎ ﺍﻷﺻﻮﺍﺕ،
ﻭﺍﻟﺼﺮﻑ ﻭﺍﻟﻨﺤﻮ ،ﻭﺫﻟﻚ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﱪﺍﻫﲔ ﺍﻷﺗﻴﺔ:
ﺍﻷﻭﻝ :ﺃﻧﻪ ﲦﺔ ﻋﻼﻗﺔ ﺇﳚﺎﺑﻴﺔ ﻭ ﻓﻌﺎﻟﺔ ﺑﲔ ﻋﻠﻢ ﺍﻷﺻﻮﺍﺕ ) ،(x1ﻭﻋﻠﻢ ﺍﻟﺼﺮﻑ) ،(x2ﻭﻋﻠﻢ
ﺍﻟﻨﺤﻮ ) ،(x3ﺑﻔﻬﻢ ﺍﳌﺴﻤﻮﻉ ) ،(Yﺑﺎﻟﺪﺭﺟﺔ ﺍﻻﺭﺗﺒﺎﻃﻴﺔ ﺗﺼﻞ ﻟﻜﻞ ﻣﻨﻬﺎ ﺇﱃ ،ry2=0.931 ،ry1=0.923
،ry3=0.913ﻭ .ry123=0.968ﻭﻫﺬﺍ ﻳﺪﻝ ﻋﻠﻰ ﺃﻥ ﺑﲔ ﺍﻟﻌﻨﺎﺻﺮ ﺍﻷﺭﺑﻌﺔ ﺍﺭﺗﺒﺎﻁ ﻗﻮﻱ ﺑﲔ ﺍﻟﻌﻨﺎﺻﺮ
ﺍﻟﻠﻐﻮﻳﺔ ﻭﻓﻬﻢ ﺍﳌﺴﻤﻮﻉ .ﻭﺍﻟﺜﺎﱐ :ﺃﻧﻪ ﲦﺔ ﲦﺎﺭﺇﺭﺗﺒﺎﻃﻲ ﻟﻜﻞ ﻣﻨﻬﺎ ﺗﺼﻞ ﺇﱃ85,10%, 86,60%, :
83,40%ﻭ .93,80%ﻭﻣﻌﲎ ﻫﺬﺍ ﺑﺄﻥ ﳒﺎﺡ ﺍﻟﻄﻠﺒﺔ ﺑﺎﻟﻨﺴﺒﺔ ﺇﱃ ﻓﻬﻤﻬﻢ ﰲ ﺍﻹﺳﺘﻤﺎﻉ ﺗﺆﺛﺮﻫﺎﺍﻟﺼﻮﺕ
ﻭﺍﻟﺼﺮﻑ ﻭﺍﻟﻨﺤﻮ ،ﻭﺍﻟﺒﻘﻴﺔ ﺍﳌﺌﻮﻳﺔ ﺗﺆﺛﺮﻣﻨﻬﺎ ﺍﻟﻌﻨﺼﺮ ﺍﻷﺧﺮ .ﻭﺍﻟﺜﺎﻟﺚ :ﺗﺼﺢ ﻗﻀﻴﺔ ﺍﻟﺒﺤﺚ ﺍﳌﺬﻛﻮﺭﺓ ﻋﻠﻤﺎ
ﺑﺄﻥ ﺩﺭﺟﺔ ﺍﻻﺣﺘﻤﺎﻝ ﺍﻻﺭﺗﺒﺎﻃﻲ ﻟﻜﻞ ﻣﻦ ﺍﻟﻌﻨﺎﺻﺮ ﺍﳌﻄﻠﻘﺔ ) (X3،X2،X1ﻭﺍﻟﻌﻨﺼﺮ ﺍﳌﻘﻴﺪ )(Y
ﻫﻲ) 0,05>0,...ﺍﻟﺜﻘﺔ ،(% ٥ﺃﻱ ﲟﻌﲎ ﺇﺫﺍ ﺍﺭﺗﻘﺖ ﻧﺘﺎﺋﺞ ﺍﻟﻄﻠﺒﺔ ﺑﺎﻟﻨﺴﺒﺔ ﺇﱃ ﺍﻟﺼﻮﺕ ﻭﺍﻟﺼﺮﻑ
ﻭﺍﻟﻨﺤﻮ ﻓﺎﺭﺗﻘﺖ ﻣﻬﺎﺭﺗﻪ)ﻓﻬﻢ ﺍﳌﺴﻤﻮﻉ( ﰲ ﺍﻹﺳﺘﻤﺎﻉ .ﻭﺃﺷﺎﺭ ﻫﺬﺍ ﺍﻟﺘﺤﻠﻴﻞ ﺑﺄﻥ ﺍﻟﻌﻨﺼﺮ ﺍﻷﻛﺜﺮ ﺗﺄﺛﲑﺍ
ﻋﻠﻰ ﻓﻬﻢ ﺍﳌﺴﻤﻮﻉ ﻫﻮ ﻋﻠﻢ ﺍﻟﺼﺮﻑ ﻷﻥ ﺩﻭﺭﻩ ﺍﻟﻜﺒﲑ ﰲ ﺍﻧﺘﺎﺝ ﺍﳌﻔﺮﺩﺍﺕ ﺍﻟﱵ ﻳﺴﺘﻔﻴﺪﺎ ﺍﳌﺘﻌﻠﻢ ﰲ
ﻓﻬﻢ ﺍﳌﺴﻤﻮﻉ ،ﻭﺭﻏﻢ ﺫﻟﻚ ﺃﻥ ﻻﻤﻞ ﻋﻠﻢ ﺍﻷﺻﻮﺍﺕ ﻭﻋﻠﻢ ﺍﻟﻨﺤﻮ ،ﻷﻥ ﺃﻋﺪﺍﺩ ﺍﻻﺭﺗﺒﺎﻁ ﻣﺘﻘﺎﺭﺑﺔ ،ﻟﺬﺍ،
ﻻﺭﺗﻘﺎﺀ ﻓﻬﻢ ﺍﳌﺴﻤﻮﻉ ﰲ ﺗﻌﻠﻴﻢ ﺍﻟﻠﻐﺔ ﺍﻟﻌﺮﺑﻴﺔ ﻟﻠﻄﺎﻟﺐ ﻻﺑﺪ ﺃﻥ ﻳﻌﺘﻤﺪ ﻋﻠﻰ ﺛﻼﺛﺔ ﻣﻨﺎﻫﺞ :ﻋﻠﻢ
ﺍﻷﺻﻮﺍﺕ ،ﻭﻋﻠﻢ ﺍﻟﺼﺮﻑ ،ﻭﻋﻠﻢ ﺍﻟﻨﺤﻮ.
ﻭﻫﺬﺍ ﺍﻟﺒﺤﺚ ﻳﺆﻳﺪ ﻋﻠﻰ ﻣﺎ ﻗﺎﻟﻪ :ﺻﻼﺡ ﻋﺒﺪ ﺍﻴﺪ ﺍﻟﻌﺮﰊ ﻳﺮﻯ ﺑﺄﻥ ﺍﻟﻌﻼﻗﺔ ﺑﲔ ﻋﻨﺎﺻﺮ ﺍﻟﻠﻐﺔ
ﻭﻓﻬﻢ ﺍﳌﺴﻤﻮﻉ ﻭﺍﻟﺘﺤﻠﻴﻞ ﺍﻟﺘﺠﺮﻳﱯ ﺍﳌﻴﺪﺍﱐﹼ ﺑﻴﻨﻬﺎ ﻋﻼﻗﺔ ﻗﻮﻳﺔ ﰲ ﺍﻧﺘﺎﺝ ﺍﻟﻠﻐﺔ.
ﻭﺍﳌﺼﺪﺭﺍﻷﺳﺎﺳﻲ ﺍﻟﺬﻱ ﻳﺮﺟﻊ ﺍﻟﻴﻪ ﺍﻟﺒﺤﺚ ﻫﻮ:ﺍﻟﺒﻴﺎﻧﺎﺕ ﺍﳌﺄﺧﻮﺫﺓ ﻣﻦ ﺍﻟﻄﻠﺒﺔ ﰲ ﺩﺭﺍﺳﺔ ﺍﻟﻠﻐﺔ
ﺍﻟﻌﺮﺑﻴﺔ ﺍﳌﻜﺜﻔﺔ ﺍﻟﺘﺎﺑﻌﺔ ﰲ ﺍﳉﺎﻣﻌﺔ ﺍﻹﺳﻼﻣﻴﺔ ﺍﳊﻜﻮﻣﻴﺔ ﺳﺎﻻﺗﻴﺠﻮ ،٢٠٠٨/٢٠٠٧ﻭﻋﻴﻨﺔ ﺍﻟﺒﺤﺚ ﻓﻴﻪ
vii
ﲬﺴﺔ ﻭﺳﺒﻌﻮﻥ ﻃﺎﻟﺒﺎ ﺑﺎﻟﻄﺮﻳﻘﺔ ﺍﻟﻌﺸﻮﺍﺋﻴﺔ .ﻭﺃﻣﺎ ﺍﻷﺳﺎﻟﻴﺐ ﰲ ﲡﻤﻴﻌﻬﺎ ﻫﻲ ﺍﻹﺧﺘﺒﺎﺭ ﻭﺍﳌﺸﺎﻫﺪﺓ ﻭﺩﺭﺍﺳﺔ
ﺍﻟﻮﺛﺎﺋﻖ .ﻭﻳﺴﺘﺨﺪﻡ ﺍﻟﺒﺎﺣﺚ ﰲ ﺩﺭﺍﺳﺔ ﺍﻟﺒﻴﺎﻧﺎﺕ ﺍﻹﺧﺘﺒﺎﺭﻳﺔ ﲟﻨﻬﺠﲔ :ﻳﻜﻮﻥ ﺍﻟﺘﺤﻠﻴﻞ ﻗﺒﻞ ﺍﻻﻣﺘﺤﺎﻥ ﻭﻫﻮ
ﺑﻘﻴﺎﻡ ﲡﺮﺑﺔ ﺍﻟﺜﺒﺎﺕ ﻭﺍﻟﺼﺪﻕ ﺑﺎﺳﺘﻔﺎﺩﺓ .XL CORRELﻭﻳﻜﻮﻥ ﺑﻌﺪﺍﻻﻣﺘﺤﺎﻥ ﺍﻟﺘﺠﺮﻳﱯ ﻭﻫﻮ ﲢﻠﻴﻞ
ﺍﻟﺒﻴﺎﻧﺎﺕ ﺑﺎﺳﺘﻔﺎﺩﺓ ﺍﺭﺗﺒﺎﻁ ﺑﲑﺳﻮﻥ ﺍﻟﺬﻱ ﻻ ﻳﻜﻔﻲ ﺑﺎﻟﺘﺤﻠﻴﻞ ﺍﳊﺴﺎﰊ ﻓﻘﻂ ﺑﻞ ﻳﻘﺎﺭﻥ ﺑﲔ ﻭﺻﻒ ﺍﻟﻜﻤﻴﺔ
ﻭ ﺍﻟﻜﻴﻔﻴﺔ.
viii
ABSTRACT
The research finding’s show that Arabic teaching in SIBA STAIN Salatiga
generally utilizes separated approach which assumed the language as particular units
()ﻧﻈﺮﯾﺔ اﻟﻔﺮوع, its application form uses reading method, translation method,
grammar/translation method, aural oral method and direct method. Whereas the
research findings particularly have showed that hearing skills are influenced by same
factor, such as phonology, morphology and syntax. This research finding’s are based
on:
First, there is positive and significant relation between phonology (X1),
morphology (X2) and Syntax (X3) concurrently with hearing skill (Y) whether it
stands alone or together which its coefficient correlation of ry1= 0.923, ry2 = 0.931,
ry3 = 0.913, and ry123 = 0.968. It means that there is strong correlation between
elements of language and hearing skill. Second, the analysis result found that the
coefficient determinant of elements of language and hearing skill is: 85,10%, 86,60%,
83,40%, and 93,80%. It means the variation of hearing skill is influenced by the
variation of elements of language, whereas its’ rest is influenced by other factor.
Third, the hyphothesis is accepted, because the probability of each variable is
0,000<0,05 (Degree of probability 5%). It means that the higher the students’
understanding of phonology, morphology and syntax the better their hearing
skill. Therefore, variable of elements of language which has influenced mostly to
hearing skill in Arabic teaching is morphology variable. This matter because at level
of hearing ( ) ﻓﻬﻢ ﺍﳌﺴﻤﻮﻉof morphology have a big contribution in enriching vocabulary
which is very required in hearing skill, but may not disregard the variable of
phonology and syntax, because its number of correlation coefficient does not too far
differ. Its meaning, so in order to increase the students’ hearing skill, the three
variables (phonology, Syntax and morphology) cannot be ignored.
This thesis basically wishes to strengthen view of Shalah Abd al-Majid al-
Arabi about language elements relation with hearing skill, with analyzing inferential a
posteriori / field.
The primary source of this thesis is the data of instrument test and the result of
interview in accordance with the hearing skill and the elements of language which
are taken from 75 students of intensive program of Arabic language of STAIN
Salatiga, year of academic 2007 / 2008, who are chosen through random sampling
manner. The techniques of collecting data are test, observation, interview, and
documentation. The result of test is analyzed in two ways: the data of pre test is
firstly examined by empirical test, namely validity and reliability test by utilizing XL
CORREL, and the data of post-test than , reanalyzed with utilizing hereinafter R
Pearson Product Moment to the analysis of inferential, besides, it also combines
quantitative and qualitative approach.
ix
PEDOMAN TRANSLITERASI
ARAB-LATIN
Pedoman transliterasi Arab-Latin yang digunakan dalam penelitian ini adalah buku
Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi UIN syarif Hidayatullah Jakarta
yang secara garis besar dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Konsonan
x
و Wau w we
ﻫـ Ha h Ha
ﻻ lam alif la el dan a
ء Hamzah ‘ Apostrop
ي Ya y Ye
2. Vokal
Vokal Tunggal
Tanda Nama Huruf Latin Nama
fathah a a
....َ
kasrah i i
ِ ....
ِ....ُ dlammah u u
Vokal Rangkap
Tanda Nama Gabungan Huruf Nama
Contoh:
ﺣﺴﲔ: ĥusain ﺣﻮﻝ : ĥaula
3. Maddah
َـﺎ
ـــ fathah dan alif  a dan garis di atas
ِﻲ
ــــ kasrah dan ya Î i dan garis di atas
ُﻮ
ــــ Dlammah dan wau Û u dan garis di atas
xi
4. Ta Marbuthah
Ta Marbuthah yang dipakai di sini dimatikan atau diberi harakat sukun, dan
transliterasinya adalah /h/.
Kalau kata yang berakhir dengan ta marbuthah diikuti oleh kata yang bersandang
/al/, maka kedua kata itu dipisah dan ta marbuthah ditransliterasikan dengan /h/.
Contoh:
ُ ﻓﺎﻃﻤﺔ : Fâthimah
5. Syaddah
Syaddah/tasydid di transliterasi ini dilambangkan dengan huruf, yaitu huruf yang
sama dengan huruf yang bersaddah itu.
Contoh:
6. Kata Sandang
Kata sandang “ ” اﻟـdilambangkan dengan “al”, baik yang diikuti dengan huruf
syamsiyah maupun yang diikuti dengan huruf qamariyah.
Contoh:
xii
SINGKATAN
cet. : Cetakan
dkk. : dan kawan-kawan
H. : Tahun Hijriyah
hal. : Halaman
HR. : Hadis Riwayat
M. : Tahun Masehi
QS. : al-Quran Surat
r.a. : Radhiya Allâh 'anhu
Saw. : Sallallâh ‘Alaihi wa Sallam
SWT. : Subĥânahu wa Ta‘âla
tp. : Tanpa penerbit
tt. : Tanpa tahun
ttp. : Tanpa tempat penerbit
w. : Tahun wafat
xiii
KATA PENGANTAR
ﺣﻴﻢﲪﻦ ﺍﻟﺮ ﺍﻟﺮﺑﺴﻢ ﺍ
ﻭﺍﻟﺼﻼﺓ ﻭﺍﻟﺴﻼﻡ ﻋﻠﻰ ﳏﻤﺪ ﺳﻴﺪ ﺍﻟﻌﺮﺏ ﻭﺍﻟﻌﺠﻢ، ﺍﻟﺬﻱ ﻓﻀّﻞ ﺑﲏ ﺁﺩﻡ ﺑﺎﻟﻌﻠﻢ ﻭﺍﻟﻌﻤﻞ ﻋﻠﻰ ﲨﻴﻊ ﺍﻟﻌﺎﱂ ﺍﳊﻤﺪ
1. Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, MA. sebagai Rektor UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Prof. Dr. Azyumardi Azra, MA. sebagai Direktur Sekolah Pascasarjana UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta beserta seluruh jajaranya.
3. Dr. H. Ahmad Dardiri, MA., pembimbing tesis ini, yang dalam kesibukannya
dan kepadatan aktivitas intelektual, beliau senantiasa memberikan waktu
kepada penulis dengan tulus untuk berkonsultasi, memberikan bimbingan,
arahan, dan perbaikan hingga tesis ini selesai.
xiv
4. Jajaran Dosen Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) syarif
Hidayatullah Jakarta Yang telah memberikan wawasan ilmu dan pengetahuan
kepada penulis selama menempuh jenjang pendidikan.
5. Pimpinan perpustakaan utama dan pascasarjana Universitas Islam Negeri
(UIN) syarif Hidayatullah Jakarta beserta seluruh karyawan yang telah
memberi fasilitas kepada penulis untuk mendapatkan sumber-sumber
penulisan tesis ini.
6. Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga Drs. H. Imam Sutomo,
M, Ag. Ketua SIBA STAIN Salatiga, H. Sidqon Maisur, MA. Sekretaris
SIBA STAIN Salatiga H. Irfan Helmi, Lc. MA. dan seluruh Dosen program
studi intensif bahasa Arab STAIN Salatiga, yang telah membantu penulis
dalam mencari data dan informasi selama penulis melakukan penelitian di
STAIN Salatiga.
7. Kedua orang tua penulis tercinta, Tasliman dan Suripah. Beliau berdua adalah
suri tauladan dan guru bagi penulis yang telah mengajarkan kehidupan
sederhana yang bergairah.
8. Mertua penulis, Ibu Munawarah, yang telah memberi motivasi, baik secara
moril maupun materiil tanpa sedikitpun pamrih.
9. Istri tercinta Nurhamidah dan ananda tersayang Devi Rahma Nila Latifi dan
Ariska Meila Dina Aprilia, karena dengan penuh kesabaran mendoakan dan
memotivasi penulis untuk menyelesaikan tesis ini.
10. Sahabat-sahabat penulis di UIN Jakarta yang tidak bisa disebutkan namanya
satu persatu yang telah memberikan banyak bantuan dan dukungan sehingga
penulis dapat menyelesaikan tesis ini sebagai tugas akhir pada Sekolah
Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari, bahwa karena keterbatasan ilmu dan pengalaman penulis,
sangat mungkin tesis ini jauh dari kesempurnaan. Karena itu, kritik dan saran dari
pihak manapun sangat diharapkan bagi kesempurnaannya. Segala kekurangan yang
terdapat di dalam tesis ini, sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis sendiri.
xv
Akhirnya, dengan mengharap rahmat dan petujuk Allah SWT., penulis
persembahkan karya ini kepada almamater tercinta dan mereka yang berkonsentrasi
pada pendidikan Bahasa Arab, disertai harapan semoga penelitian ini bermanfaat
dalam memperkaya wacana intelektual, khususnya bagi pengembangan pengajaran
bahasa Arab. Dengan segala kerendahan hati, penulis memohon doa dan restu
semuanya, agar ilmu yang telah diperoleh menjadi ilmu yang bermanfaat dan
memberi berkah bagi kehidupan pribadi, keluarga, dan masyarakat. Amin.
KHUMAIDI
xvi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................ i
SURAT PERNYATAAN ................................................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING.................................................. iii
ABSTRAK ............................................................................................................ iv
PEDOMAN TRANSLITERASI........................................................................ ix
SINGKATAN ....................................................................................................... xii
KATA PENGANTAR......................................................................................... xiii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xvi
DAFTAR TABEL................................................................................................ xix
DAFTAR HISTOGRAM................................................................................... xxii
BAB I : PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................... ٦
C. Pembatasan Masalah ................................................................... 7
D. Rumusan Masalah ........................................................................ 7
E. Tujuan ........ .................................................................................. 7
F. Manfaat Penelitian........................................................................ 8
G. Penelitian Terdahulu Yang Relevan ........................................... ٨
H. Metodologi Penelitian .................................................................. ٩
I. Kerangka Berfikir dan Hipotesis ................................................. ١٩
A. Unsur-Unsur Bahasa..................................................................... 2٢
1. Fonologi .................................................................................. ٢٢
2. Morfologi ................................................................................ ٢٥
3. Sintaksis .................................................................................. ٣٠
B. Keterampilan Mendengar............................................................. 33
1. Proses Mendengar .................................................................. ٣٣
2. Urgensi Pengajaran Keterampilan Mendengar..................... ٣٤
xvii
3. Tujuan Pengajaran Keterampilan Mendengar ...................... ٣٩
4. Materi Pengajaran Keterampilan Mendengar....................... ٤١
5. Tehnik Pengajaran Keterampilan Mendengar ...................... ٤٤
6. Drill Pengajaran Keterampilan Mendengar .......................... ٤٦
7. Evaluasi Pengajaran Keterampilan Mendengar.................... ٤٧
xviii
C. Tahap Lanjutan........................................................................... 119
1. Analisis Hubungan Unsur-Unsur Bahasa Arab Dengan
Keterampilan Mendengar dan Interpretasi .......................... 119
a. Hubungan Fonologi Dengan Keterampilan Mendengar
Bahasa Arab……………………………………………… 128
b. Hubungan Morfologi Dengan Keterampilan Mendengar
Bahasa Arab…………………………………....………… 132
c. Hubungan Sintaksis Dengan Keterampilan Mendengar
Bahasa Arab....................................................................... 135
d. Hubungan Fonologi, Morfologi Dan Sintaksis Dengan
Keterampilan Mendengar Bahasa Arab………………… 139
2. Analisis Problematika Mahasiswa Dalam Keterampilan
Mendengar Bahasa Arab .................................................... 153
3. Pembahasan Hasil Penelitian Tentang Hubungan Antar
Variabel................................................................................. 168
4. Keterbatasan Penelitian......................................................... 175
xix
DAFTAR TABEL
xx
TABEL 31 : Model Summary................................................................. 14٢
TABEL 32 : Model Summary................................................................. 14٣
TABEL 33 : Koefisien............................................................................. 14٤
TABEL 34 : Korelasi Parsial Dengan Mengontrol X2 Dan X3 ............. 14٥
TABEL 35 : Korelasi Parsial Dengan Mengontrol X1 Dan X3 ............. 14٥
TABEL 36 : Korelasi Parsial Dengan Mengontrol X1 Dan X2 ............. 14٦
TABEL 37 : Koefisien Uji T................................................................... 14٦
TABEL 38 : Analisis Problem Morfologi.............................................. 15٦
TABEL 39 : Analisis Problem Sintaksis ................................................ 15٨
TABEL 40 : Data Mahasiswa Program SIBA ....................................... 1٦٠
TABEL 41 : Analisis Materi Keterampilan Mendengar SIBA............. 16٤
xxi
DAFTAR HISTOGRAM
xxii
DAFTAR LAMPIRAN
xxiii
1
BAB I
PENDAHULUAN
1
Keterampilan mendengar adalah suatu keterampilan seseorang berbahasa dalam
menangkap kode bahasa lisan dengan tujuan pemahaman terhadap ungkapan pembicaraan.
Pemahaman dalam proses mendengar ini terdapat kekayaan morfologi dengar yang dapat membantu
mempermudah kemajuan keterampilan membaca. Lihat Fâdhil Fatĥî Muĥammad Wâlî dalam bukunya:
Tadrîs Al Lughah Al ‘Arabiyyah Fi Al Mar ĥalah Al Ibtidâiyyah, Thuruquhu, Asâlîbuhu, Qadhâyâhu,
(Dâr Al Andâlusy, Li al Nâsyr’ Wa al Tauzî’, 1998), hal. 143-144. Lihat juga Rusdî Aĥmad
Tu’aimah dan Muĥammat Al Sayyid Munâ’, dalam buku: Tadrîs Al ‘Arabiyyah Fi Al Ta ’lîm Al ‘Ăm,
Nadzariyyât Wa Tajârub, (Dâr Al Fikr, 2001), hal. 80. Lihat juga : Makalah Mus’âd Muĥammad Ziyâd
dengan judul: Mahârât Al Istimâ ’ Wa Kaifiyyah Al Tadrîb ‘Alaihâ, di:
http://www.drmosad.com/index85.htm.
2
Pembicaraan adalah merupakan perbuatan dan aktifitas,serta pergerakan seseorang yang
dapat dirasa dengan pendengaran indra dengar, dapat dipahami dan diketahui dengan cara menganalisa
pembicaraan tersebut. Lihat Tamâm Ĥasân, Al Lughah Al ‘Arabiyyah Ma ’nâhâ Wa Mabnâhâ,( Meshr:
Al Haiah Al Mishriyyah Al ‘Ầmmah Li Al Kitâb, 1992), cet. II, hal. 32.
3
Madzkûr, Ali Aĥmad, Tadrîs Funûn al Lughah al ‘Arabiyyah, (Kairo: Dar al
Syawaf,1995), hal.73.
4
Shalâĥ Abd al Majîd Al ‘Arabî, Ta ’allum Al_lughoh Al hayyah Wa Ta ’lîmuhâ Baina
Nadhoriyah Wa Al Tatbîq, (Bairut: Maktabah Lubnan ,1981), hal.67.
5
Muĥammad ‘Ali Al Khûli, A Dictionary of Theoretical Linguistics, English Arabic, With
An Arabic English Glossary, (Beirut: Librairi Du Liban1982), , cet. I, hal.85.
2
Abd Al Majîd pada hakekatnya dipengaruhi oleh pendekatan kognitif6 oleh Noam
Chomsky (1957) dan James Deez. Dalam pembelajaran bahasa asing mereka
mendasarkan pada aliran transformative-generative, yang mengatakan bahwa, dalam
kalimat itu terdapat unsur yang harus dipenuhi yaitu sistem aturan dan bina ’ atau
makna 7 . Tokoh lain seperti Muĥammad Abd Al Khâliq Muĥammad memperkuat
pandangan Abd al-Majîd bahwa, keterampilan mendengar merupakan keterampilan
yang sulit karena merupakan keterampilan yang menuntut seseorang mempunyai
kemampuan fonologi dan kemampuan unsur morfologi dan sintaksis untuk
mendapatkan pemahaman umum terhadap apa yang didengar. Secara realita
pemahaman umum dibangun oleh unsur morfologi dan sintaksis, sementara unsur-
unsur tersebut dibangun oleh adanya kemampuan pendengar dalam membedakan
fonologi bahasa 8 . Keterampilan mendengar tidak mungkin akan tumbuh dengan
sendiri tanpa adanya latihan yang terus menerus sebab keterampilan mendengar erat
pula hubunganya dengan proses berfikir yang mendasari bahasa, bahasa
6
Pendekatan kognitif adalah suatu pola pendekatan desain silabus dengan kerangka bangun
(landasan) teori structural (struktur bahasa) secara lebih komprehensip yang terkristal dalam sebuah
pendekatan dan metode pembelajaran yang aplikatif. Pendekatan ini muncul tahun 1970 an yang
berpandangan bahwa, bahasa lebih tepat dilihat sebagai sesuatu yang berkenaan dengan dengan apa
yang dapat dilakukan dengan bahasa, tapi bukan berkenaan dengan butir-butir tata bahasa. Dengan
kata lain menggunakan bahasa untuk meminta maaf, menyapa, membujuk, menasehati dan lain lain,
tapi tidak untuk membeberkan kategori kategori gramatikal yang ditemukan oleh para ahli bahasa.
Lihat Bambang Kaswanti Porwo, Pragmatik Dan Pengajaran Bahasa, (Yogyakarta: Kanisius, 1990),
hal. 50.
7
Teori Tranformative-generative berpandangan bahwa dalam bahasa itu terdapat struktur
dalam (surface Struktur) dan struktur luar (deep Struktur). Kemampuan berbahasa dibagi menjad dua
yaitu kompetensi yang menggambarkan pengetahuan tentang sistem bahasa yang sempurna (fonologi,
morfologi, sintaksis) dan performansi yang berupa ujaran ujaran yang bisa didengar dan di baca. Lihat
Fu’ad Effendi dalam buku Metodologi Pengajaran Bahasa Arab, ( Malang: Misykat, 2005), hal.14-16.
8
Muĥammad Abd Al Khâliq Muĥammad adalah seorang ahli pendidikan dibidang bahasa.
Dia banyak menulis buku buku terutama yang membahas tentang profesionalitas guru bahasa Arab,
yang dianggap bahasa Arab sebagai bahasa asing dalam proses belajar mengajar di sekolah.Dalam
proses penulisan buku selalu merujuk hasil karya pada para ahli linguis seperti Haiton,Harist dan Carl
terutama yang berkaitan dengan metodologi pengajaran bahasa. Lihat dalam mukaddimah
buku:Ikhtibârât Al Lughah, ( Riyâd: ‘Imâdah Syu’ûn Al Maktabât, Jâmi’ah Al Mulk Su’ûd, 1989),
hal.ط.
3
9
Mildred A. Dawson, Guiding Language Learning, (New York: Harcourt, Brace &World,
In. 1985), hal.27
10
Aĥmad Ali Mazdkûr, Tadrîs Funûn al lughah al Arabiyyah, (Mesir: Dâr al Fikr al
‘Arabî), hal.72
11
Rusydî Ahmad Thu’aimah, Ta ’lîm al-‘Arabiyyah Li Ghari al-Nâthiqîn Bihâ Manâhijuh
Wa Asâlîbuh, ((Rabat: Jâmi’ah al-Manshûrah, 1989), hal.48. Lihat juga Rebecca M. Valette, Modern
Language Testing,( New York: Harcourt Brace Jovanovich, 1977), hal.97.
12
Pedoman Penyelenggaraan Studi Intensif Bahasa Arab, Sekolah Tinggi Agama Islam
Negeri Salatiga, 2007- 2008, hal. 9.
4
13
Pedoman Penyelenggaraan Studi Intensif Bahasa Arab… hal. 13.
14
Dokumen nilai mahasiswa program SIBA STAIN Salatiga tahun akademik 2007/ 2008.
5
mahasiswa belum mampu memahami teks percakapan atau ungkapan bahasa Arab
dengan sempurna, ditemukan dari 35 mahasiswa hanya 8 (22%) mahasiswa
memperoeh nilai sangat baik, 25 (70%) mahasiswa dengan nilai sedang dan 2 (5%)
mahasiswa dengan nilai kurang15. Kalau dilihat nilai unsur-unsur bahasa berhubungan
dengan keterampilan mendengar, dengan penjelasan mahasiswa yang mendapat nilai
fonologi, morfologi dan sintaksis rendah, cenderung mendapatkan nilai keterampilan
mendengar rendah atau sebaliknya. Dengan demikian tampak ada hubungan antara
kemampuan unsur-unsur bahasa dengan keterampilan mendengar. Dengan kata lain
mahasiswa yang mempunyai nilai unsur-unsur bahasa kurang, mengalami kesulitan
dalam keterampilan mendengar.
Adapun alasan peneliti memilih lokasi penelitian di Sekolah Tinggi Agama
Islam Negeri Salatiga dengan pertimbangan sebagai berikut:
1. Dari sisi input mahasiswa. Para mahasiswa yang menguasai unsur-unsur bahasa
relatif sama Hal ini bisa dibuktikan dengan data-data mahasiswa yaitu: Jumlah
mahasiswa semester I tahun akademik 2007/2008 sebanyak 376 orang 16 yang
terdiri dari 245 orang atau 66% alumni Madrasah Aliyah baik berbasis pesantren
maupun tidak, 131 orang atau 34% alumni SMA/SMK. Dengan asumsi bahwa
mahasiswa lulusan SMA/SMK kurang menguasai unsur bahasa. Dan dengan
asumsi bahwa mahasiswa lulusan MA tidak berbasis pesantren relatif menguasai
unsur bahasa sedangkan dengan asumsi bahwa mahasiswa alumni MA berbasis
pesantren lebih menguasai unsur bahasa. Dengan demikian adanya responden
yang variatif sedemikian rupa dapat diharapkan akan memberikan hasil penelitian
yang valid.
2. Dari sisi lembaga. Perhatian STAIN Salatiga terhadap pembelajaran bahasa Arab
menunjukkan respon positif dengan keputusan membuka program SIBA mulai
tahun1998/1999, mewajibkan terhadap seluruh mahasiswa semester I dan II dari
15
Daftar nilai keterampilan mendengar kelas H.Nasafi program SIBA STAIN Salatiga
2007- 2008.
16
Daftar hadir (absensi) mahasiswa program SIBA STAIN Salatiga tahun 2007 2008.
6
semua jurusan kecuali program Diploma untuk mengikuti mata kuliah program
studi intensif bahasa Arab selama satu tahun atau dua semester. Dengan mata
kuliah tersebut diharapkan para mahasiswa agar mempunyai kemampuan bahasa
Arab dan siap mengkaji sumber primer ajaran Islam dan lainya serta dapat
menggunakan bahasa Arab untuk berkomunikasi secara lisan dan tulisan.
3. Dari sisi sosial. Penulis mendasarkan penelitian pada kondisi dan tuntutan
masyarakaat Kota Salatiga, khususnya sekitar STAIN Salatiga yang mayoritas
masyarakat non muslim, sehingga ummat Islam yang berdomisili di wilayah
Salatiga terdapat harapan kepada sarjana yang memiliki bekal bahasa Arab
memadai untuk mengkaji literatur dan berkomunikasi dalam bahasa Arab. Hal ini
dirasakan perlu untuk membekali masyarakat dengan ilmu agama dalam
menghadapi ketatnya persaingan keberagaman didaerah tersebut. Menurut hemat
penulis hal ini menarik untuk diteliti dan dikembangkan kearah pembelajaran
yang efektif.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, menurut penulis, permasalahan ini
layak untuk diteliti lebih mendalam.
B. Identifikasi masalah
C. Pembatasan Masalah
D. Perumusan Masalah
E. Tujuan Penelitian.
F. Manfaat Penelitian.
17
’Afrâ’ Badar al-Badar, Mahârât Al-Istimâ Fi Al-Lughag Al-’Arabiyyah Li Al-Mar ĥalah Al-
Ibtidâiyyah Wa Thuruq Wa Asâlîb Wa Al-Tadrîb ’Alaihâ, tesis, (Jâmi’ah al-Mulk Su’ûd, 1989)
9
H. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang dikroscek dengan
penelitian kualitatif yang berusaha memaparkan kemampuan mahasiswa dalam
unsur-unsur bahasa yang meliputi fonologi, morfologi dan sintaksis yang kemudian
dihubungkan dengan keterampilan mendengar bahasa Arab. Penelitian ini difokuskan
pada mahasiswa pada program SIBA STAIN Salatiga tahun akademik 2007/2008.
18
Sri Nurhayati, Pemanfaatan video dalam pengajaran keterampilan mendengar pada siswa
semester VI di MAK Ponpes Dar al Najah, (skripsi). (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2007)
19
Shalâĥ Abd al Majîd Al ‘Arabî, Ta ’allum Al_lughoh Al hayyah Wa Ta ’lîmuhâ Baina
Nadhoriyah Wa Al Tatbîq, (Bairut: Maktabah Lubnan ,1981), hal.67
10
2. Definisi Operasional
a. Yang dimaksud fonologi dalam penelitian ini adalah bunyi-bunyi huruf
hijaiyyah yang dapat membedakan makna kata .
b. Morfologi yang dimaksud adalah pembentukan kata dan bagian-bagianya.
c. Sementara yang dimaksudkan sintaksis dalam penelitian ini adalah struktur
frasa dan kalimat sehingga mampu mengetahui hubungan kata satu dengan
lainya.
d. Adapun yang dimaksud keterampilan mendengar adalah suatu kompetensi
mahasiswa tentang pemahaman terhadap substansi atau isi pesan yang
diterima lewat indra dengar.Yang diteliti dalam keterampilan mendengar yaitu:
(a). mengidentifikasi bunyi fonem, (b). memahami arti kosa kata dan frase,
(c). memahami kalimat, (d). memahami wacana.
3. Populasi dan Sampel
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh Mahasiswa program studi intensif
bahasa Arab tahun akademik 2007/2008 dari semua jurusan kecuali program Diploma
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga, menurut data dokumentasi diperoleh
informasi bahwa jumlah populasi mahasiswa program SIBA STAIN Salatiga
sejumlah 376 orang20. Jumlah inilah yang penulis jadikan sebagai populasi dalam
penelitian ini . Populasi adalah semua individu yang dijadikan objek penelitian.
Sutrisno Hadi menjelaskan bahwa populasi adalah semua kenyataan yang diperoleh
itu hendak digeneralisasikan 21 . Sementara sampel adalah sebagian individu yang
diselidiki. 22 Dalam menentukan sampel Arikunto berpendapat bahwa, bila subjek
kurang dari 100, maka lebih baik diambil semua, jika subjeknya lebih besar dari 100
20
Dokumentasi pada program studi intensif bahasa Arab Sekolah Tinggi Agama Islam
Negeri Salatiga 2007-2008. Diambil tanggal, 25 Nopember 2007.
21
Sutrisno Hadi,, Metodologi Research I, (Yogyakarta: Yasbit, Fak. Psikologi UGM,1983),
hal.70.
22
Sutrisno Hadi, Metodologi Research I… hal. 257.
11
dapat diambil antara 10%-15% atau lebih dari itu. 23 Maka berdasarkan pendapat
diatas, penulis menentukan besar sampel sebanyak 20%, dengan demikian besarnya
sampel dalam penelitian ini adalah 74 orang dan ditetapkan sebesar 75 mahasiswa.
Untuk lebih jelasnya bisa dilihat tabel berikut ini:
TABEL 1
Populasi Sampel
23
Suharsimi Arikunto, Dasar dasar Evaluasi Pendidikan, ( Jakarta: Bumi Aksara, , 1996)
cet.12, hal.107.
12
Gronlund dan Lin memberikan pengertian tentang tes adalah alat untuk mengukur
saampel pengetahuan atau kemampuan yang dimiliki seseorang.24 Menurut definisi
Ainin25 bahwa tes adalah salah satu jenis alat untuk memperoleh data numerik atau
alat untuk melakukan pengukuran yang hasilnya dimanfaatkan sebagai salah satu
bahan pertimbangan dalam melakukan evaluasi.Metode tes ini sebagaimana
diungkapkan Arikunto adalah merupakan serentetan pertanyaan atau latihan serta alat
lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, inteligensi,
kemampuan/bakat yang dimiliki oleh seseorang. 26 Dengan demikian gambaran
pengetahuan dan kemampuan yang melalui tes merupakan sample dari semua
pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki pembelajar, sedangkan test ini bertujuan
untuk mengumpulkan data-data kemampuan tentang unsur-unsur bahasa dan
keterampilan mendengar.
b. Library Research ( penelitian kepustakaan ).
Pengumpulan data dengan metode ini adalah untuk mengumpulkan dan
meniliti teori-teori yang berkaitan dengan fonologi, morfologi dan sintaksis serta
keterampilan mendengar, baik yang ada di buku-buku pustaka maupun hasil-hasil
penelitian terdahulu. Dengan metode ini juga dilakukan anlisis terhadap dokumentasi
sebagai sumber data penelitian.
c. Wawancara ( interview )
Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang semua hal yang
dicari datanya dengan instrumen pertanyaan dalam rangka untuk menguji kesahihan
data yang diperoleh. Adapun wawancara yang digunakan adalah wawancara tidak
24
Gronlund N. E. dan Robert L. Lin, Measurement and Evaluation in Teaching. (New York:
Macmillan Publishing Co, 1985), hal. 5.
25
Moch. Ainin adalah seorang peneliti dan aktifis penulis karya ilmiah yang banyak
disajikan dalam berbagai seminar nasional dan jurnal ilmiah, pemakalah dan penyaji seminar nasional
dan internasional. Memperoleh gelar Dr. dibidang pendidikan bahasa Indonesia di UM 2003. Lihat
Moch Ainin , Evaluasi dalam Pembelajaran Bahasa Arab, (Malang: Misykat, 2006), hal.220.
26
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitia ; Suatu Pendekatan Praktek.( Jakarta: Rineka
Cipta,, 1997), cet.V, hal. 127. Kontraskan juga dengan Moch Ainin, Metodologi Penelitian Bahas
Arab ,( Malang: Hilal Pustaka, cet.I, 2007), hal.114.
13
berstruktur27 yang ditujukan kepada dosen, mahasiswa, ketua SIBA STAIN Salatiga.
d. Observasi
Dalam observasi ini peneliti menggunakan observasi nonpartisipan, yakni
peneliti tidak terlibat langsung dengan aktivitas orang-orang yang sedang
diamati,hanya sebagai pengamat independen. 28 Dalam hal ini peneliti mengamati
dosen yang sedang melaksanakan proses pengajaran di kelas.
e. Dokumentasi.
Yakni peneliti mengumpulkan data yang sudah ada dalam dokumen atau arsip,
dan lain-lain.
5. Instrumen Penelitian
Instrumen tes yang dilakukan oleh peneliti meliputi empat hal : yaitu tes
fonologi, merfologi, sintaksis dan ketrampilan mendengar. Masing-masing tes dan
kisi-kisinya dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Pembuatan kisi-kisi dengan
mendasarkan silabi pengajaran yang ada di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri
Salatiga dengan merujuk kepada teori Rusdi Aĥmad Thu’aimah dalam mengurutkan
materi yaitu dari yang mudah kepada yang sulit.29. Peneliti dalam mendesain materi
test keterampilan mendengar dengan mengambil materi dari buku pengajaran bahasa
Arab bagi non Arab:"al’Arabiyyah baina yadaik" yang memang dijadikan sebagai
buku wajib dalam mata kuliah mendengar di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri
Salatiga dengan kisi-kisi sebagai berikut:
27
Wawancara tidak berstruktur adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak
menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk
pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar
permasalahan yang akan ditanyakan. Baca Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan ( Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D ), (Bandung : Alfabeta, 2007), hal.197-199.
28
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan....hal. 204- 205. Lihat juga Sudijono, Anas,
Tekhnik Evaluasi Pendidikan Suatu pengantar, ( Yogyakarta: UD Rama, 1992 ), hal. 36. Lihat juga
Sutrisno Hadi, Metodologi Research II, hal.131.
29
Rusdi Aĥmad Tu’aimah adah seorang Doktor kajian kurikulum dan metodologi
pengajara bahasa asing, Ia memperoleh gelar dari Universitas Mensuta Amerika. Banyak tulisan
tulisanya yang berisi tentang metodologi pengajaran bahasa asing yang sangat berguna bagi para
profesi guru dan dosen dalam melaksanakan tugas mengajanya. Lihat mukaddimah dalam buku:
“ Tadrîs al ‘Arabiyyah fi al Ta ’lîm al ‘Am Nadzariyyât wa Tajârub” , (Mesir: Dâr al Fikr al ‘Arabî,
2001). hal. 9-10.
14
TABEL 2
DAFTAR INSTRUMENT TES FONOLOGI
NO KOMPETENSI INDIKATOR NO. SOAL
Mahasiswa mampu Mahasiswa dapat membedakan 1, 2, 3, 4,
mengucapkan huruf- cara pengucapan hurufhija’iyyah 5, 6, 7, 8,
huruf hija’iyyah yang makhrajnya hampir 9, 10, 11,
dengan baik sesuai berdampingan(minimalpair) 12 .
dengan makhrajnya
dan menggunakanya
dalam berbahasa Arab
TABEL 3
DAFTAR INSTRUMENT TES MORFOLOGI
NO KOMPETENSI INDIKATOR NO. SOAL
1 Mampu memahami dan Menghafal tashrif 1, 2, 3, 4, 5, 6
menguasai perubahan- istilah
perubahan bentuk fi’l Menghafal tasrif 7, 8, 9
lughawy
Menerapkan 10, 11, 12
semua bentuk fi’l
dengan tepat
dalam kalimat
TABEL 4
DAFTAR INSTRUMENT TES SINTAKSIS
TABEL 5
DAFTAR INSTRUMENT TES KETERAMPILAN MENDENGAR
N KOMPETENSI INDIKATOR NO. TES
O
1 Mahasiswa Mengungkapkan ide dari 1, 2, 3, 4, 5, 6, 22, 23,
mampu 26, 27
materi yang didengar
memahami materi
yang disima’( ﻓﻬﻢ
)اﻟﻤﺴﻤﻮع, baik
yang berkaita Membedakan bunyi yang 7, 24,30
dengan teks
didengar
pendidikan,
sosial, dan
budaya modern Menilai isi materi yang
arab. didengar 8, 9, 10, 11, 12, 13
tehnik penilaian adalah jumlah jawaban benar dibagi jumlah item soal dikalikan
seratus.30
Kemudian nilai dimasukkan dalam klasifikasi penilaian yang telah ditetapkan
dalam ketetapan penilaian acuan patokan SIBA STAIN Salatiga sebagai berikut:
TABEL 6
STANDAR PENILAIAN ACUAN PATOKAN31
NO KATEGORI INTERVAL NILAI INTERVAL PROSENTASE
1 SANGAT BAIK 80 – 100 80% – 100%
2 BAIK 70 – 79 70% – 79%
3 SEDANG 60 – 69 60% – 69%
4 KURANG 50 – 59 50% – 59%
30
Dengan mendasarkan kepada pendapat Gronlund tentang penentuan penilaian tes objektif
dengan pilihan yang diskriminatif, dimana jawaban yang paling benar adalah hanya satu dan jika
menjawab benar diberi skor satu (1) dan jika menjawab salah tidak mendapatkan skor atau mendapat
skor nol (0). Lihat : Constructing Achievement Test, (Prentice Hall INC, Englewood cliffs, N.J,1982),
Third Edition, hal. 37. Kontraskan juga Burhan Nurgiyantara, Penilaian dalam Pengajaran Bahasa
dan Sastra. (Yogyakarta : BPEE, 1988), hal. 57.
31
STAIN, Pedoman Penyelenggaraan Studi Intensif Bahasa Arab, Salatiga, 2007- 2008,
hal.25.
32
Moch Ainin, Metodologi Penelitian Bahasa Arab, (Malang: Hilal Pustaka, 2000), hal.122.
33
Kuntjoroningrat, Metode – Metode Penelitian Masyarakat, ( Jakarta: Gramedia, 1989 ),
hal 129
17
N
Keterangan:
X : harga rata-rata
∑X : jumlah skor keseluruhan
N : jumlah sampel
Sehingga dari analisa dengan rumus frekuensi akan nampak tingkat nilai rata-
rata mahasiswa dari ketiga unsur bahasa dan tingkat nilai rata-rata dari keterampilan
mendengar.
34
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian , (Jakarta, Rineka Cipta,1996), hal.106
35
Regresi tujuanya mencari dan menguji persamaan regresi variable terikat atas variable
bebas.Persamaan regresi yang dimaksud adalah persamaan regresi variabel terikat Keterampilan
mendengar ( lambang Y) terhadap variabel bebas terdiri fonologi (x1), Morfologi(x2) dan sintaksis(x3).
Tehnik regresi ada dua macam tehnik regresi sederhana seperti yang sudah
disampaikan dan yang kedua tehnik regresi ganda yang berfungsi untuk menguji hipotesis
terakhir yaitu hipotesis nomor empat yakni menguji apakah terdapat hubungan yang berarti jika
variable bebas (x1, x2, x3) dihubungkan dengan variable terikat (y) dengan didahului menguji
persamaan regresi ganda.Lihat Sudjana, Metoda Statistika,( Bandung: Tarsita, 1992), hal. 6-12 dan
hal.69- 77.
18
Pearson Product Moment.36 Dan dalam proses analisis statistik dengan aplikasi SPSS
15.0, dengan rumus regresi linier dan korelasi r product moment.37
Y=a+bX (Regresi Linier)
a+b =Bilangan konstan
X =Variabel yang diketahui(Independent)
Y =Variabel yang diramalkan(Dependent)
rxy =
√{n.∑X²(∑X)²}.{n.∑Y²(∑Y)²
Keterangan :
Rxy = Koefisien korelasi
N = banyaknya subjek
X = Skor setiap butir
Y = Skor total
Korelasi PPM dilambangkan (r) dengan ketentuan , nilai r tidak lebih dari
harga (1< r < +1). Apabila nilai r = -1 artinya korelasinya negatif sempurna; r= 0
artinya tidak ada korelasi; dan r= 1 berarti korelasinya sangat kuat. Sedangkan arti
harga r akan di konsultasikan dengan tabel interpretasi nilai r sebagai berikut:
TABEL 7
INTERPRETASI KOEFISIEN KORELASI39
INTERVAL KOEFISIEN TINGKAT HUBUNGAN
36
Product Moment digunakan untuk menguji hipotesis I,II dan III yang sebelumnya sudah
dilakukan pengujian regresi sederhana dari masing masing variable penelitian. Lihat Suharsimi
Arikunta, Prosedur penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), hal.123
37
Riduwan, Metode Dan Tehnik Menyusun Tesis, ( Bandung: Alfabeta, , 2007), cet.V,
hal.145
38
Riduwan, Sekala Pengukuran Variabel variabel Penelitian. (Bandung: Alfabeta, .2003),
cet.3, hal.227.
39
Sutrisno Hadi, Metodologi Research, jilid 3, (Yogyakarta: Fak. Psikologi UGM, 1988),
hal. 36.
19
b. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka teori yang telah diuraikan diatas, hipotesis yang
diajukan dalam penelitian ini adalah sebagtai berikut:
21
Hipotesis Pertama:
Ho : χ1γ = 0 Tidak terdapat hubungan antara fonologi dengan
keterampilan mendengar
H1 : χ1γ ≥ 0 Terdapat hubungan antara fonologi dengan keterampilan
mendengar
Hipotesis Kedua:
Ho : χ2γ = 0 Tidak terdapat hubungan antara morfologi dengan
keterampilan mendengar
H1 : χ2γ ≥ 0 Terdapat hubungan antara morfologi dengan keterampilan
mendengar
Hipotesis Ketiga:
Ho : χ3γ = 0 Tidak terdapat hubungan antara sintaksis dengan
keterampilan mendengar
H1 : χ3γ ≥ 0 Terdapat hubungan antara sintaksis dengan keterampilan
mendengar
Hipotesis Keempat:
Ho : χ1,2,3γ = 0 Secara bersama-sama antara fonologi, morfologi dan
sintaksis tidak terdapat hubungan dengan keterampilan
mendengar.
H1 : χ1,2,3γ ≥ 0 Secara bersama-sama antara fonologi, morfologi dan
sintaksis terdapat hubungan dengan keterampilan mendengar.
22
BAB II
TEORI MENDENGAR
Mendengar merupakan salah satu keterampilan yang sangat dibutuhkan
dalam pengajaran bahasa, termasuk bahasa Arab karena sebagai dasar utama
memperoleh ilmu pengetahuan. Mendengar termasuk keterampilan reseptif seperti
membaca yang menitikberatkan pada pemahaman suatu pembicaraan. Proses
mendengar terjadi ketika adanya komunikasi antar sesama yang saling berganti peran
pendengar dan pembicara/Listener dan speaker. Para linguist sepakat bahwa, untuk
memahami ungkapan apa yang didengar dibutuhkan kemampuan bidang unsur-unsur1
bahasa, yang dijadikan sebagai standar keterampilan mendengar dalam memahami
pesan sebuah ungkapan bahasa asing sesuai dengan maksud pembicara dengan tanpa
pengurangan dan penambahan. Bab ini penulis ingin menguraikan unsur-unsur
bahasa yang dibutuhkan dalam keterampilan mendengar dengan membatasi pada
unsur fonologi, morfologi dan sintaksis sebagai berikut :
A. UNSUR-UNSUR BAHASA
1. Fonologi
Fonologi merupakan ilmu yang menyelidiki perbedaan minimal antara ujaran-
ujaran dalam kata sebagai fungsi konstituan. Perbedaan-perbadaan itu
mengakibatkan perbedaan arti disebabkan fungsi yang berbeda.2 Kamal Muhammad
Basyar membagi fonem menjadi 2 macam yaitu: fonem primary dan fonem
secondary.3 Dia memasukkan intonasi dan stressing masuk dalam fonem secondary.
Fonem ini mempunyai peranan penting dalam kebahasaan..
1
Shalâĥ Abd al Majîd Al ‘Arabî, Ta ’allum Al_lughoh Al hayyah Wa Ta ’lîmuhâ Baina
Nadhoriyah Wa Al Tatbîq, (Bairut: Maktabah Lubnan ,1981), hal.67
2
Guntur Tarigan, Menyima ’ Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung: Angkasa,
1987).hal. 36.
3
Kamâl Muĥammad Bisyr, ‘Ilm al Lughah al ‘Ầm al Ashwât, ( Beirut: Dâr al Ma’ârif,
1990), cet. VII, hal. 135. Lihat Juga Daniel Jones, The Phoneme: Its Nature and Use , (W. Heffer &
Sons Ltd. Cambridge, tt), hal.212. Juga lihat M.Soenardi Djiwandono, Tes Bahasa Dalam Pengajaran,
(Bandung: ITB, 1996), hal.75. Lihat J.W.M Verhar , Pengantar Linguistik, (Yogyakarta: Gajah Mada
University Press,, 1992), .hal.36. Lihat juga Herimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik, (Jakarta:
23
Harakat yang diberikan pada konsonan dalam bahasa Arab akan menghasilkan
vokal. Pemberian vokal pada sebuah kata bahasa Arab sangat penting karena tanpa
harakat atau vokal bagi yang belum mempunyai kompetensi dalam bidang bahasa
tentu akan mengakibatkan kesalahan dan perubahan makna. Contohnya kata” َ”َﺣَﻤَﻞ
artinya “membawa”, kalau diberi harakat"ٌ ”ﺣَﻤْﻞartinya berubah menjadi “hamil”.
Berdasarkan pada tabel diatas6 dalam bahasa Arab terdapat tiga(3) harakat:
a) Fathah ( َ- ) yaitu garis diatas konsonan yang menjadi suku terbuka, fathah
membentuk bunyi /a/. Bunyi [a] dihasilkan dari bagian depan lidah dalam
Gramedia, 2001), Edisi 3, cet. 5, hal. 56. Lihat Moch Ainin, Metodologi Penelitian Bahasa Arab,(,
Malang: Hilal Pustaka, 2007). hal. 134.
4
Muĥammad Shâliĥ al-Syantî, Al-Mahârât Al-Lughawiyyah, Madkhal Ila Khasâish Al-
Lughah Al-‘Arabiyyah Wa Funûnuhâ, (Hâil: Dâr al-Andalus li al-Nâsyr wa Tauzî’), cet. IV, hal. 146.
5
Kamâl Muĥammad Basyar, ‘Ilm al Lughah al ‘Ầm al Ashwât, ( Beirut: Dâr al Ma’ârif,
1990), cet. VII, hal. 137-146.
6
Nashr Raja, The structure Of Arabic From Sound To Sentence, ( Riyâd: 1987), hal. 21
24
posisi meninggi dan bentuk bibir netra, tidak bulat dan tidak terentang. Seperti
fathah yang diberikan pada konsonan / ف/pada kata ﻓﺘﺢ.
b) Kasrah( ِ- ) yaitu garis dibawah konsonan yang menjadikan suku terbuka
dengan bunyi /i/. Bunyi ini dihasilkan dari bagian depan lidah naik dam bibir
terentang. Seperti kasrah yang diberikan pada konsonan / ب/ pada kata "ٌ " ﺑِﺌْﺮ.
c) Dammah ( ُ- ) yaitu waw kecil diatas konsonan yang menjadikan suku terbuka
dengan bunyi / u/ . Bunyi ini dihasilkan dari naiknya bagian belakang lidah
dan bentuk bibir bulat, seperti dommah yang diberikan pada konsonan / د/
pada kata ُ َاﻟْﻮَﻟَﺪ.
2) Konsonan
TABEL 9
KONSONAN BAHASA ARAB7
Gabunga
Letupan Geseran Sifat Lain
n
Tida
Tidak
Suar k Geseran
Mahraj Bersua Suara
a Bers Bersuara
ra
uara
T T T T T T T T S U N S
b p b p b p b p p l s v
Bilabial ب م و
Labio Dental ف
Interdental ظ ذ ث
Apikodental د ض ط ت ل ن
Apikoalveolar ز سص ر
Apikoalatal ش ج
Mediopalatal ي
Dorsovelar ك غ خ
Uvular ق
Pharyngal ع ح
Glottal ء ﻫـ
7
Untuk mengetahui secara mendalam pembagian konsonan Bahasa Arab beserta
penjelasanya dengan terperinci dapat dibaca dalam buku Kamal Basyar, ‘Ilm al Lughah ‘Ầm al Ashwât,
(Dâr al Ma’ârif, 1980), hal. 66-67.
25
b. Pembagian Fonem
1) Fonem segmental8 yaitu fonem yang dianalisis keberadaanya. Fonem ini terdiri
dari 289 konsonan, 3 vokal pendek atau tunggal 3 vokal panjang / ّ اﻟﻤﺪ10/ dan 2
vokal rangkap.
2) Fonem suprasegmental yaitu fonem yang keberadaanya harus bersama-sama
fonem segmental. Fonem ini terdiri dari tekanan ( stress), nada ( pitch ), panjang
( length ), dan jeda ( juncture ), atau وﻗﻒ.
2. Morfologi
Menurut Verhaar memberikan batasan tentang morfologi adalah sebagai
bidang linguistik yang mempelajari susunan bagian-bagian kata secara
gramatikal. 11 dikatakan berupa susunan atau bentuk karena dapat dipecah menjadi
fonem-fonem. Suatu contoh kata” medan “ terdiri dari 5 fonem. Kalau dalam bahasa
Arab morfologi disebut dengan perubahan ()اﻟﺼّﺮﻓﻰ, Tamâm Hasân mengatakan
sistem morfologi terbentuk dari 3 unsur yaitu:12
a. Kumpulan makna morfologi yang merujuk kepada segi klasifikasi kata seperti:
benda (ism), kerja (fi’l) dan sambung (harf) dan dari segi perubahan kata
seperti tunggal, dua, banyak, kata ganti, jenis, jelas dan umum dan dari segi
sifat morfologi seperti transitif dan lain-lain.
8
Ada dua tokoh yang menyatakan hal tersebut diatas, yaitu Nashr, Raja, T. MA. ED. D, The
structure Of Arabic From Sound To Sentence, (Beirut: Librarie DV Liban, 1967), hal. 85. Lihat juga
Salman H. Al ‘Ani, Arabic Phonologi, (Paris: Mouton, The Hague Paris, 1970), hal. 22-42.
9
Ramadhân Abd al Tawwâb, Al Madhal ila ‘ilm al Lughah wa Manâhij al Lughawy, (al
Qâhirah: Maktabah al Khanji, 1985), hal. 24 dan 100.
10
Huruf Mad itu ada tiga, harakat kasrah jatuh sebelum Ya, harakat dhammah terletak
sebelum waw dan harakat fathah jatuh sebelum alif. Sedangkan huruf lîn itu hanya ada dua, Ya mati
yang jatuh setelah harkat fathah dan waw mati yang jatuh setelah harkat fathah. Lihat Ahmad
Muthahar, Nail al Anfal Fi Tarjamah Al Athfâl, (Semarang: Thaha Putra, 1962), hal. 18-19.
11
J.W.M Verhar, Pengantar Linguistik, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press,
1992).hal.52.
12
Ĥasân Tamâm, Al Lughah Al ‘Arabiyyah Ma ’nâhâ Wa Mabnâhâ, (Mishr: Al’Ầmmah li
Al Kitâb cet.II, 1979),, hal.36.
26
13
Hasân Tamâm, Al Lughah Al ‘Arabiyyah Ma ’nâhâ Wa Mabnâhâ, (Mishr: Al’Ầmmah li
Al Kitâb, cet.II, 1979),, hal.36.
14
Maulana Abdullah al-Dangqazy, Matan Bina ’ Al-Asas, (semarang: Sumber Keluarga, tt),
hal. 2.
27
15
Herimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik,… hal. 76.
16
Gorys Keraf, Tata Bahasa Indonesia,( Ende: Nusa Indah, 1978), hal. 57.
17
Musthafâ Al Ghalayainî, Jâmi’ Al Durus Al ‘Arabiyyah, ( Beirut: Al Maktabah Al
‘Ashriyyah, 2005), Juz I, hal. 10. Lihat juga Muĥammad Ĥamasah Abd al-Lathîf, Al-Na ĥ w Al-Asâsî,
(Mesir: Dâr al- Fikr al-‘Arabî, 1997), hal. 8. Lihat Ibn Ĥisyâm, Syar ĥ Syudzur al Dzahâb Fi Ma ’rifah
Kalâm al ‘Arab, ( Beirut: Dâr al Fikr, tt), hal.11. Lihat Maĥmûd Ĥusni al Mughâlasah, Al Na ĥ wî Al
Syâfî, ( Yordan: Dâr al Basyîr, 1991), hal. 13. Kontraskan Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa,
( Jakarta: Gramedia, 2002), hal. 21.
28
tersebut. Ketiga, bahasa yang bertipe fleksi yaitu dilakukan dengan merubah bentuk
dasar menjadi bentuk-bentuk lain sesuai dengan kebutuhan pemakai yang perubahan
bentuk kata tersebut dapat merubah makna kata.
Proses perubahan kata dalam bahasa Arab dipelajari dalam ilmu sharaf
(morfologi), yaitu ilmu yang mempelajari hal ihwal kata ketika berdiri sendiri
( mufradah) sebelum dirangkaikan dengan kata lain dalam sebuah kalimat.18 Tehnik
pembentukan kata dalam19 bahasa Arab dapat dilakukan dengan Inflektif ( I’râbiy ),
yaitu perubahan dalam bentuk yang tidak merubah makna dasarnya. Dan Derifatif
( isytîqâqiy ), yaitu perubahan yang dengan cara merubah bentuk dasarnya yang akan
menimbulkan makna baru.20
Adapun tehnik infleksi dapat dilakukan dengan cara deklinatif ( tasrif al ism)
yaitu terjadi pada nomina( al ism) dan ajektif ( al shifah), dan konjungsi (tashrif al
Fi’l). Tehnik pembentukan pada nomina ada yang berkaitan dengan jumlah (‘adad)
dan jenis ( al nau’). Proses pembentukan ism dari tunggal menjadi dua dilakukan
dengan menambah alif dan nun pada isim mufrad pada saat rafa ’ ( ) اﻟﻤﺠﺮﻣﺎنdan
menambah ya’ dan nun pada saat nasab dan jar (ِ) اﻟﻤﺠﺮﻣَﯿْﻦ. Yang bentuk tasniyyah
pada kedudukan nasab dan jar, huruf sebelum ya ’ dibaca fathah dan nun dibaca
kasrah.
Sementara proses dari mufrad ke jama ’ dapat dilakukan dengan 3 (tiga)
bentuk yaitu: Pertama, pada jama ’ muzakar sâlim (yang menunjukkan banyak laki-
laki) dengan tehnik pembentukan yaitu dalam kedudukan rafa ’ dengan menambah
18
Abdullah Muĥammad Al Ustha, Al Ta ’rif Fi ‘Ilm Al Tashrîf Dirâsah Sharfiyyah
Tathbîqiyyah, (Troplis: Kulliyyah Al Da’wah Al Islâmiyyah, 1982), hal. 29.
19
Abd Al Hamîd Abdullah dan Nashr Abd Allah Al Ghâly, Usus I’dâd Al Kutub Al
Ta ’lîmiyyah Li Ghair Al Nâtiqîn Bi Al ‘Arabiyyah, ( Kairo: Al I’tishâm, 1991), hal. 78.
20
Pembentukan kata dalam bahasa Arab pada hakekatnya dilakukan dengan cara
penambahan morfem terikat ( morfem muqayyad) kepada morfem bebas ( morfem ĥur). Morfem terikat
ini dibagi menjadi dua macam, yaitu inflecting morfem atau morfem I’raby yang berupa tambahan
yang ada pada fi’ l, isim, atau sifat berupa I’rab, baik I’rab huruf maupun I’rab harakat.Morfem I’raby
ini kaitanya dengan persoalan nahwy, contoh pada fi’l ﻛﺘﺒﻮا، ﻛﺘﺒﺎ، ﻛﺘﺐ, pada isim ﺳﯿّﺎرات، ﺳﯿّﺎرﺗﺎن، ﺳﯿّﺎرة,
pada huruf ﻋﺎﻟﻤﻮن، ﻋﺎﻟﻤﺎن، ﻋﺎﻟﻢ, dan derifatif morfem ( morfem isytiqaqy ), yaitu morfem yang berupa
tambahan atau ziyâdah atau perubahan yang terdapat pada fi’l mujarrad,seperti ﻣﻘﺘﻮل، ﻗﺎﺗﻞ، ﻗﺘﻠﺔ، ﯾﻘﺘﻞ، ﻗﺘﻞ.
Lihat Moch. Mastna HS. Orientasi Pemikiran Semantic al Zamakhsyariy dalam menafsirkan Ayat-
Ayat Kalam,( Jakarta: Perpustakaan PPs UIN Jakarta: 1999), hal. 88-93.
29
waw dan nun dengan catatan huruf terahirnya dibaca dlammah dan nun dibaca fathah
() اﻟﻤﻌﻠّﻤﻮن, sementara kalau kedudukan nasab dan jar () اﻟﻤﻌﻠّﻤﯿﻦ, huruf terahir dibaca
kasrah dan nun tetap sama dibaca fathah. 21 Kedua, pada jama ’ Muannas sâlim (yang
menunjukkan banyak perempuan ), tehnik pembentukanya dengan cara menambah
alif dan ta ’ pada bentuk mufradnya, contoh ( ) اﻟﻤﻌﻠّﻤﺎتdengan tanda harakat dhammah
saat rafa’ dan diberi harakat kasrah saat nashab dan jar.22 Ketiga, pada jama ’ taksîr
(yang menunjukkan lebih dari dua dan telah mengalami perubahan dari bentuk
tunggalnya), jama’ ini berlaku secara umum baik yang ‘aqil ( berakal) maupun ghair
‘aqil ( tidak berakal), dan sifatnya adalah sima ’i, yaitu diterima apa adanya sesuai
dengan penutur asli, jama’ taksîr ada dua macam jama ’ qillah (yang menunjukkan
sesuatu yang berjumlah tiga sampai sepuluh) dengan wazan-wazan: أﻓﻌﺎل, أﻓﻌﻠﺔ, ﻓﻌﻠﺔ,
dan jama ’ katsrah (yang menunjukkan sesuatu yang berjumlah tiga sampai tidak
terbatas) yang disebut juga dengan deklinasi sifat, dengan wazan-wazan ada yang
mensifati mudzakar ‘aqil, yang mensifati mufrad, yang mensifati penyakit atau
kebinasaan, yang mensifati isim, dan bentuk shighat muntaha al jumû ’ . 23
Adapun deklinasi yang berkenaan dengan jenis tehnik pembentukanya melihat
pada pembagian kriteria jenis kata yang terdiri dari feminim (ism muannats)dan
maskulin (ism mudzakkar) baik ditujukan pada manusia, hewan maupun benda mati.
Namun persoalanya adalah pembentukan ism muannats karena mempunyaai kriteria
tertentu yaitu pada kata tersebut diberi tanda ta ’ta ’nîs ( al marbûtah) seperti ﺣﺪﯾﻘﺔ,
dan alif ta ’nîs al maqshûrah seperti ﺑﺸﺮىdan lain-lain, dan alif ta ’nîs mamdûdah,
seperti ﺻﺤﺮاء24. Adapun dalam membentuk isim muannats dapat mengikuti ketiga
ciri tersebut, yang disebut sebagai isim muannats.
21
Musthafâ Al Ghalayainî, Jami’ Al Durûs Al ‘Arabiyyah, ( Beirut: Al Maktabah Al
‘Ashriyyah), Juz II, hal. 183.
22
Musthafâ Al Ghalayainî, Jami’ Al Durûs Al ‘Arabiyyah, Juz II…hal. 186.
23
Wazan-wazan secara lengkap dapat dibaca pada buku Musthafâ Al Ghalayainî, Jami’ Al
Durûs Al ‘Arabiyyah,Juz II… hal. 191-217.
24
David Cowan, An Introduction To Modern Literatery Arabic, ( Cambridge University
Press, 1978 ), hal 13-14.
30
25
Wazan-wazan secara lengkap dapat dibaca pada buku Musthafâ Al Ghalayainî, Jami’ Al
Durûs Al ‘Arabiyyah Juz II… hal. 166-169.
26
Yâsîn al-Ĥâfidz, Al-Ta ĥlîl Al-Sharfî, (Damaskus: Dâr al-‘Ashamâ’, 1997), hal. 28-36
27
Wazan-wazan secara lengkap dapat dibaca buku tulisan Yâsîn al-Ĥâfidz, Al-Ta ĥlîl Al-
Sharfî, (Damaskus: Dâr al-‘Ashamâ’, 1997), hal. 28-36. Juga lihat Mustafa Al Ghalayainy, Jami’ Al
Durus Al ‘Arabiyyah, Juz II… hal. 158-162.
28
Musthafâ Al Ghalayainî, Jami’ Al Durûs Al ‘Arabiyyah, Juz I… hal. 17.
29
Musthafâ Al Ghalayainî, Jami’ Al Durûs Al ‘Arabiyyah, Juz I… hal. 13. Lihat J.W.M
Verhar, Pengantar Linguistik, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1992).hal.75.
31
ﻓﺘﺢ, sedang dalam contoh ذﻫﺐ ﺳﻌﯿﺪ tidak terdapat fudlah karena tidak ada
pelengkapnya yang disebabkan fi’lnya berupa lazim ( intransitive).
b. Pembagian Tarkib Bahasa Arab
Dalam pembahasan struktur sintaksis dalam bahasa Arab perlu menguraikan
“ al tarkîb “( susunan) yang merupakan satuan-satuan yang mengisi struktur kalimat.
Dalam hal ini susunan ( tarkib) terdiri dari enam macam, yaitu:30
1) Tarkîb isnâdy
Yaitu merupakan struktur sintaksis yang terdiri dari susunan musnad dan
musnad ilaih, atau tarkib ini disebut jumlah yang dalam bahasa Arab terdiri dari 2
macam yaitu: jumlah fi’liyyah dan jumlah ismiyyah.
Yang dimaksud dengan jumlah ismiyyah adalah suatu struktur yang
mengandung pola mubtada ’ dan khabr atau asalnya merupakan mubtada ’ dan khabr,
seperti: ﺍﻷﺳﺘﺎﺫ ﺣﺎﺿﺮ.
Yang dimaksud dengan jumlah fi’liyyah adalah suaatu struktur kalimat yang
mengandung pola fi’l dan fail atau fi’l dan nâib fail seperti :
ﯾﻌﺎﻗﺐ اﻟﻌﺎﺻﻮن،ّﺟﺎء اﻟﺤﻖ
2) Tarkîb idhâfy
Yaitu merupakan susunan kata yang terdiri dari mudhâf dan mudhâf ilaih,
seperti: ﺻﻮم اﻟﻨّﻬﺎر
3) Tarkîb bayâny
Yaitu suatu susunan dua kata dimana kata yang kedua berperan menjelaskan
kata yang pertama. Dan tarkib ini terbagi dalam 3 macam:
a) Tarkîb washfî, yaitu susunan kata yang terdiri dari kata sifat dan benda yang
disifati, seperti: أﻛﺮﻣﺖ اﻟﺘﻠﻤﯿﺬ اﻟﻤﺠﺘﻬﺪ
b) Tarkîb taukîdî, yaitu susunan yang terdiri dari muakkid dan muakkad, seperti:
أﻛﺮﻣﺖ اﻟﻘﻮم ﻛﻠّﻬﻢ
c) Tarkîb badâlî, yaitu susunan kata yang terdiri dari badal dan mubdal minhu,
seperti: رأﯾﺖ ﺧﻠﯿﻼ أﺧﺎك
30
Musthafâ Al Ghalayainî, Jami’ Al Durûs Al ‘Arabiyyah, Juz I…hal. 12.
32
d) Tarkîb ‘atafî, yaitu suatu susunan atau kalimat yang terdiri dari ma ’tuf dan
ma ’tûf alaih, dimana diantara kedua kata atau kalimat tersebut terdapat
huruf ‘ataf, seperti: ﯾﻨﺎل اﻟﺘﻠﻤﯿﺬ و اﻟﺘّﻠﻤﯿﺬة اﻟﺤﻤﺪ و اﻟﺜّﻨﺎء
e) Tarkîb mazjî, yaitu susunan dua kalimat yang disusun dan dijadikan satu
kalimat, seperti:ﺳﯿﺒﻮﯾﻪ
f) Tarkîb ‘adadî, yaitu susunan dua ‘adad (bilangan) yang diantarai oleh hurf
‘ataf yang ditakdirkan, seperti: رأﯾﺖ أﺣﺪ ﻋﺸﺮ ﻛﻮﻛﺒﺎ
Kesalahan yang terjadi pada aspek sintaksis ini antara lain menyangkut
kesesuaian nau’nya yaitu dalam hal tadzkîr dan ta ’nîs (male dan female) kesesuaian
‘adadnya, yaitu dalam hal ifrâd, tatsniyah dan jama’, kesesuaian ta ’yinya, yaitu
ta ’rif-tankir( definitive-indefinitif).31
Sementara unsur sintaksis juga mempunyai peranan penting dalam
menemukan pemahaman makna ungkapan bahasa Arab, sebab sintaksis merupakan
sarana dan alat untuk menyampaikan tujuan pemahaman. 32 Menurut Muĥammad
Baidawi bahwa, dalam bahasa Arab terdapat perbedaan yang sangat fundamental dari
bahasa lain dengan karakteristiknya dengan adanya sistem tata bunyi yang khusus,
adanya i’rab, kalimat verbal dan nominal dan sistem muthâbaqah.33 Konsep dalam
bahasa Arab menurut Aziz Fahrurrazi adalah pemahaman terlebih dahulu terhadap
kedudukan kata dalam rangka pemahaman makna ungkapan. Sedang menurut
Musthafâ Al Ghalayainî jabatan kata dalam kalimat menentukan makana kalimat.34
Dengan demikian pemahaman terhadap makna tidak akan tercapai tanpa adanya
memahami terlebih dahulu terhadap jabatan dan kedudukan masing-masing kata
dalam ungkapan bahasa Arab.
31
Moch. Mastna HS. Orientasi Pemikiran Semantic al Zamakhsyariy dalam menafsirkan
Ayat-Ayat Kalam, ( Jakarta: Perpustakaan PPs UIN Jakarta: 1999), hal. 88-93.
32
Aziz Fahrurrazy, Pembelajaran Gramatika Sebagai Ilmu Bantu Memahami Teks,
Makalah, (Jakarta: 1997), hal. 1
33
Muĥammad Baidawî, ‘Ilm Al-Tarjamah Al-Nadzariyyah Wa Al-Tathbîq, (Tunis: Dâr Al-
Ma’ârif, 1992), hal. 245-246
34
Musthafâ Al Ghalayainî, Jami’ Al Durûs Al ‘Arabiyyah, Juz I… hal. 17.
33
B. KETERAMPILAN MENDENGAR
1. Proses Mendengar
Poses mendengar35 dapat terjadi ketika ada komunikasi antara pendengar dan
pembicara. Menurut aliran Transformative Generative 36 Noam Chomsky(1957)
terjadinya proses mendengar sebagai berikut:
a. Pembicara memilih isi pesan tertentu yang ingin disampaikan kepada pendengar.
b. Pembicara mendesain ide dalam kode bahasa yang mematuhi aturan sintaksis
bahasa,tanpa ada pertentangan terhadap sistem sintaksis, demikian juga pada
pemilihan morfologi yang untuk mengungkapkan makna.
c. Terjadinya perintah otak pada organ bicara supaya mengucapkan ungkapan
tertentu.
d. Indra dengar pendengar menangkap ungkapan pembicara yang berupa kode
bahasa (bunyi) yang mematuhi standar hukum sistem bahasa yang disepakati.
e. Pendengar berusaha memahami kode bahasa itu (decode) yang ditangkap indra
dengar, sesuai dengan kemampuan kebahasaan yang dimiliki (fonologi,
morfologi dan sintaksis). Pemahaman tergantung pada kemampuan unsur-unsur
kebahasaanya.
35
Mendengar adalah suatu Keterampilan seseorang berbahasa dalam menangkap kode
bahasa lisan dengan tujuan pemahaman dan penganalisaan terhadap pendengaran pembicaraan .
Pemahaman dalam proses mendengar ini terdapat kekayaan morfologi pendengaran yang bisa
membantu mempermudah kemajuan keterampilan membaca. Lihat Fâdhil Fatĥî Muĥammad Wâlî
dalam bukunya: Tadrîs Al Lughah Al ‘Arabiyyah Fi Al Marhalah Al Ibtidâiyyah, Turuquhu, Asâlîbuhu,
Qadlâyâhu, (Dâr Al Andâlusî, Li Al Nasyrî Wa Al Tauzî’, 1998), hal. 143 144. Lihat juga Rusdy
Aĥmad Tu’aimah dan Muĥammat Al Sayyid Munâ’, dalam buku: Tadrîs Al ‘Arabiyyah Fi Al Ta ’lîm
Al ‘Ăm, Nadzariyyât Wa Tajârub, (Dâr Al Fikr, 2001), hal. 80. Lihat juga:Makalah Musâd Muĥammad
Ziyâd dengan judul : Mahârât Al Istimâ ’ Wa Kaifiyyah Al Tadîrb ‘Alaihâ, di:
http://www.drmosad.com/index85.htm. tanggal, 10-8-2007.
36
Teori Tranformatif generatif berpandangan bahwa dalam bahasa itu terdapat struktur
dalam (surface Struktur) dan struktur luar(deep Struktur). Kemampuan berbahasa dibagi menjadi dua
yaitu kompetensi yang menggambarkan pengetahuan tentang sistem bahasa yang sempurna (fonologi,
morfologi, sintaksis)dan performansi yang berupa ujaran ujaran yang bisa didengar dan di baca.Lihat
buku Metodologi Pengajaran Bahasa Arab, ( Malang: Misykat, 2005), hal.14 -16.
34
37
Shalâĥ Abd al Majîd Al ‘Arabî, Ta ’alum Al_lughoh Al ĥayyah Wa Ta ’lîmuha Baina
Nadhariyah Wa Al Tathbîq, (Bairut: Maktabah Lubnan ,1981), hal. 27-28.
38
Aĥmad Ali Madhkur, Tadrîs Funûn al-lughah al-Arabiyyah, (Mesir: Dâr al-Fikr al-
Arabî), hal.55.
39
Rusdî Aĥmad Tu’aimah, Tadrîs al-‘Arabiyyah fi al-Ta ’lîm al-‘Am Nadzariyyât wa
Tajârub, (Mesir: Dâr al-Fikr al-‘Araby, 2001), hal.147.
35
40
Shalâĥ Abd al-Majîd Al-‘Arabî, Ta ’alum Al_lughoh Al-hayyah Wa Ta ’lîmuha Baina
Nadhoriyah Wa Al-Tathbîq, (Bairut: Maktabah Lubnan, 1981), hal.147.
41
Fonem adalah segmen terkecil dalam bahasa yang berupa suatu bunyi dan mempunyai
fungsi untuk membedakan makna kata satu dari kata yang lain. Jaman dulu orang Inggris menyebut
fonem dengan kata phonemics dan sekarang beralih menjadi kata phonology, dalam bahasa Indonesia
disebut fonologi. Fonologi berasal dari bahasa Inggris Phonology. Lihat Verhar J.W.M, Pengantar
Linguistik, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1992), hal.36.Kontraskan juga Asrori, Imam,
Sintaksis Bahasa Arab, Frasa-Klausa-Kalimat, (Malang: Misykat, 2004), hal20-21.
42
Kamâl Muĥammd Basyar memberikan pembagian fonem menjadi dua macam yaitu
fonem primary dan secondary. Fonem primary (segmental) adalah merupakan unsur utama dari kata-
kata yang terpisah.Adapun Fonem secondary(supra segmental) adalah fonem berupa tanda-tanda yang
diletakkan diatas dan dipakai oleh para ahli fonologi dan tidak merupakan unsur dari susunan kata, tapi
hanya sebagai pertanda saja yang menunjukkan bergabungnya satu kata dengan yang lain atau kadang
digunakan dalam kata dengan bentuk tersendiri, contoh diantara fonem suprasegmental adalah intonasi
dan stressing dan ini dalam bahasa komunikasi mempunyai fungsi yang sangat istimewa. Lihat ‘Ilm Al-
Lughah Al-‘Ầm Al-Ashwât, (Dâr Al-Ma’ârif, 1980), hal.161-162.
43
Maĥmûd Kâmil Al-Nâqah, Ta ’lîm Al-lughah Al-‘arabiyah Li Al-nâtiqîn Bilughah Ukhrâ,
(Al-mamlakah Al-‘Arabiyah As-Su’ûdiyah,Al-Jâmi’ah Ummu Al-Qurâ,1985),hal.121.
36
44
Ahmad Fuad ‘Ilyân, Al-Mahârah Al-Lughawiyyah Mâhiyyatuhâ Wa Tarâiqu Tadrîsihâ,
(Riyâd: Dâr Al-Muslim, 1992), hal.65.
45
‘Ali Al-Qâsimy adalah seorang ahli ahli mlinguis terapan dan ahli pendidikan yang telah
mempunyai pengetahuan luas dalam bidang kajian dan pengajaran bahasa asing di dua perguruan
tinggi Bagdâd dan Riyâd.Dia menimba ilmu dan meraih gelar Doktor dari beberapa perguruan tinggi di
Irâq, Inggris , perancis, dan Amerika Serikat Dia telah banyak menulis buku dan artikel ilmiah yang
ditulis dalam bahasa inggris dan perancis serta makalah-makalahnya telah banyak terbit dalam
majalah-majalah ilmiah yang tersebar di Amerika , Inggris dan Perancis. Lihat dalam buku” ,
Mukhtabar Al-Lughah, Kuwait, Dâr Al-Qalam, cet.I, 1970, hal. 10 dan 27. Lihat juga dalam halaman
peutup buku: ‘Ilm Al-Lughah Wa Shinâ ’ah Al-Mu’jâm.(Jâmi’ah Al-Mulk su’ûd, ‘Imâdah Syu’ûn Al-
Maktabât, 1991).
46
Dalam Makalah: Mahârât Al-Istimâ ’ Al-Muftaqadah : Al Mu’allim Yatahaddas Bi Sur ’ah,
ditulis oleh Muĥammad Bin Syadîd Al-Basyâr menyampaikan tentang adanya harapan suatu lembaga
pendidikan yang sangat kontradiktif terhadap adanya tuntutan terhadap para siswanya untuk mampu
memiliki ketrampilan mendengar yang bagus, namun dari lembaga sendiri tidak memperhatikan
alokasi waktu dalam kurikulum sekolah untuk ketrampilan mendengar bagi para siswanya, padahal
ketrampilan mendengar ada hubungan sangat kuat dengan kemampuan siswa pada beberapa bidang
akademik. http://www.almoslem.net/. Selasa, tanggal 6-6-2007
47
Abd Al-Mun’im Sayid Abd Al-‘Ăl dalam bukunya yang berjudul”Thuruq Tadrîs Al-
Lughah Al-‘Arabiyyah”, (Kairo: Maktabah Al-Ghorib,tt), hal.8 menyatakan sarana memperoleh bahasa
anak ada dua macam : pertama, melalui mendengar dan kedua melalui membaca. Lewat mendengar
adalah sarana yang sangat penting untuk pengungkapan karena dengan lisan alat pertama untuk
pengungkapan kata-kata. Lewat membaca sarana untuk memahami kode-kode bahasa tulisan dan juga
salah satu alat pemerolehan bahasa anak. Lihat Departemen Agama,Al-Qur ’an dan Terjemahanya,
(Semarang: CV.Alwa’ah, 1989), surat al-Nakhl, ayat 78, hal.413.
37
48
James B. Robbin, Komunikasi yang Efektif, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1986), hal.127.
Lihat juga Ĥasan Syaĥatah, Ta ’lîm al-Lughah al-‘Arabiyyah Bain al-Nadzariyyah Wa al-Tatbîq,
hal.75.
49
Aĥmad Ali Madzkur, Tadrîs Funûn al-lughah al-Arabiyyah, (Mesir: Dâr al-Fikr al-Arabî),
hal.163.
50
Shalâĥ Abd al-Majîd Al-‘Arabî, Ta ’allum Al-lughah Al-hayyah Wa Ta ’lîmuhâ Baina Al-
nadhariyah Wa Al-Tathbîq, (Bairut: Maktabah Lubnan, 1981),hal.67.
38
didik mampu memahami ungkapan bahasa baik dari segi kognitif , afektif maupun
psikomotor.51
Menurut Roman Jakovson sebagaiman yang dikutip Tamam Hasan
menyatakan bahwa proses mendengar melahirkan adanya beberapa fungsi berbahasa.
Fungsi-fungsi berbahsa dapat dijelaskan melalui bagan konsep berikut ini:
Getaran Udara
Berubah
Materi
F F F F F
Penjelas Seni Informasi Perantara Arahan
Konsep Jakovson diatas menunjukkan bahwa fungsi bahasa ketika terjadi
proses pendengaran melahirkan beberapa fungsi sebagai berikut:
a Dilihat dari Pembicara, bahasa berfungsi sebagai penjelas ide yang ada dalam diri
seseorang. Biasanya fungsi ini akan nampak lebih jelas ketika disampaikan oleh
para sastrawan dengan rasa sastra yang tinggi.
b Dari sisi Pendengar, bahasa berfungsi sebagai alat pengarahan untuk membentuk
prilaku pendengar agar sesuai dengan arahan yang telah didengarnya.
c Dari sisi Gelombang suara,bahasa berfungsi sebagai pergaulan antar manusia dan
menjaga hubungan kehidupan social antar sesama dalam masyarakat dengan cara
melaui gelombang komunikasi.
51
Pemahaman kognitif dimaksudkan adalah pemahaman yang bertujuan mengetahui
sejauhman penguasaan seseorang terhadap isi pesan yang di dengar, meliputi: unsur ingatan,
penghayatan, aplikasi, analisa, hubungan dan penilaian. Pemahaman afektif dimaksudkan adalah untuk
mempengaruhi jiwa dan perasaan jiwa pendengar melalui materi yang perdengarkan. Sementara
Pemahaman psikomotor merupakan pemahaman yang bertujuan untuk merubah prilaku pendengar.
Lihat,Shalâĥ Al-Syantî: Al-Mahârah Al-Lughawiyyah, (Libanon: Dar al-Andalusî, 1996), hal.148-155.
39
52
Ĥasan Tamâm, Al-Ushûl Dirâsah Etîmûlûjiyyah Li Al-Fikr Al-Lughawî ‘Ind Al-‘Arab
Al-Nahwî-Fiqh Al-Lughawî-Al-Balâghî, (Kairo: ‘Ălam Al-Kutub, 2000), hal. 347.
53
Maĥmûd Kamil al-Naqah, Ta ’lîm Al-lughah Al-‘arabiyah Li Al-Nâtiqîn Bilughoh Ukhrâ,
(Almamlakah Al-‘Arabiyah As-Su’udiyah: Al-Jâmi’ah Ummu Al-Qurâ,1985),hal.124.
40
54
Ibrâhîm Ĥammâdah, Al-Ittijâhât Al-Mu ’âsharah Fi Tadrîs Al-Lughah Al-‘Arabiyyah Wa
Al-Lughât Al-ĥayyah Al-ukhrâ Li Al-Ghair Al-Nâtiqîn Bihâ, (Kairo: Dâr Al-Fikr Al-‘Araby, 1987),
hal.225.
55
Ahmad Fu’ad ‘Ilyân, Al-Mahârât Al-Lughawiyyah Mâhiyyatuhâ Wa Tharâiq Tadrîsihâ,
(Riyâd: Dâr Al-Muslîm, 1992), hal. 59-60.
56
Rubin Dorothy, Teaching Elementary Language Arts,2 nd.Ed, (New York: Holt, Rinehart
and Winston, 1980), hal. 45-49.
41
57
Silabi Program SIBA Mata Kuliah Pembelajaran Ketrampilan Menyima’, tahun 2007-
2008.
58
Henry Guntur Tarigan, Menulis Sebagai Suatu Ketrampilan Berbahasa, (Bandung :
Ankasa, 1982), hal.152.
42
cita-cita dan sebagainya. Tehnik menyampaikan ide tersebut bisa dalam bentuk
narasi, deskripsi, ekposisi dan argumentasi.59
Adapun materi pembelajaran ketrampilan mendengar hendaknya didesain
sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai peserta didik dalam kurikulum sekolah yang
antara lain:
a Mengetahui ide pokok dari materi yang disampaikan.
b Meringkas isi pesan materi yang disampaikan.
c Menuliskan unsur-unsur pokok isi materi yang disampaikan.
d Dan seterusnya.
Jadi, desain materi dalam kurikulum pembelajaran ketrampilan mendengar
hendaknya sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran. Dengan
demikian materi pembelajaran ketrampilan mendengar mempunyai karakteristik
tersendiri sesuai dengan beberapa tujuan yang ada dalam pembelajaran. 60 Untuk
tehnik pemilihan materi agar sesuai dengan tujuan pembelajaran dengan mengikuti
ketentuan-ketentuan sebagai berikut:61
a Kurikulum yang mencanangkan tujuanya untuk mengulang dan menirukan
langsung, maka seorang guru harus menyampaikan materi berupa ungkapan
yang pendek-pendek atau singkat, sehingga siswa mendengar betul-betul
ungkapan tersebut dengan sempurna. Materi tidak sampai melewati 8 kata
dalam satu ungkapan.Dengan tehnik seperti itu akan membantu daya ingat
59DEPAG RI, Kurikulum Madrasah Aliyah Program Bahasa, Kelas III, GBPP , Mata
Pelajaran Bahasa Arab, 1997. Maksud dari narasi adalah penyampaian ide dihadapan pendengar
tentang terjadinya suatu kejadian sampai akhir peristiwa.Deskripsi dimaksudkan penyampaian ide
pembicara kepada pendengar tentang segala sesuatu yang pernah dilihat, didengar dan dialaminya yang
berkaitan dengan panca indra. Eksposisi adalah penyampaian tentang tentang pengalaman atau temuan
pemikiran dengan tujuan menyampaikan informasi dan pemberitahuan.Dan argumentasi adalah
penyampaian bukti-bukti , data-data dan temuan pemikiran dan lain-lain dalam rangka meyakinkan
pendengar dengan adanya ide yang telah disampaikan. Lihat njuga DEPDIKBUD, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1997), hal.55, 228, 254 dan 683.
60
Shalâĥ Abd al-Majîd Al-‘Arabî, Ta ’alum Al lughoh Al-hayyah Wa Ta ’lîmuha Baina
Nadhoriyah Wa Al-Tathbîq,(Bairut: Maktabah Lubnan, 1981), hal.69-74.
61
‘Abd Al-Raĥmân Shâliĥ Al-Ĥamîs, Makalah, http://www.syeh.com/ tanggal, 10-10-
2007.
43
pendengar sehingga makna benar-benar bisa dipahaminya sejak awal mula serta
guru mempertegas pemahaman siswa..
b Kurikulum yang mencanangkan tujuan mendengarnya untuk menghafal materi
dengaran, maka dalam membuat materi harus berupa ungkapan-ungkapan
pendek seperti salam jumpa dan pisah, ungkapan perkenalan dan
memperkenalkan diri kepada sesama, ucapan terima kasih, menanyakan
kesehatan, nyanyian, puisi, kasyidah, Hadist Nabi dan ungkapan sastra.
c Kurikulum yang mencanangkan tujuanya untuk menentukan ide pokok, maka
hendaknya memilih materi mendengar yang isinya saling berkaitan antara
paragraph satu dengan yang lain. Materi itu hendaknya bisa mengarahkan
pendengar untuk bisa menemukan ide pokok. Dan juga materi itu tidak
merupakan materi yang membingungkan daya ingatan pendengar karena
terdapat banyak penjelasan yang sangat memberatkan pendengar..
d Kurikulum yang mencanangkan pemahaman, maka seorang guru hendaknya
memilih materi kebahasaan yang belum sempurna dibahas dan diajarkan di
ruang kelas belajar.
Disamping ketentuan-ketentuan diatas yang hendak diikuti guru dalam
memilih materi pembelajaran ketrampilan mendengar, guru hendaknya
memperhatikan kondisi psikologi siswa tentang adanya kemampuan daya dengar.62
Daya dengar itu lebih pendek daripada kemampuan daya lihat, karena para siswa dari
sejak pertama memasuki lingkungan sekolah sudah terbiasa dengan bahasa tulis dan
baca.
Penulis dapat menyimpulan kriteria pemilihan materi pembelajaran
ketrampilan mendengar menjadi empat hal sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai:
a Mengulang sebagai tujuan dalam kurikulum, pemilihan materi berupa ungkapan
pendek tidak lebih dari 8 kata.
62
Aĥmad Ali Madzkûr, Tadrîs Funûn al-lughah al-‘Arabiyyah, (Mesir: Dâr al-Fikr al-
Araby),ha
44
63
Mary Finocchiaro, Teaching Children Foreign Languages, (New York, Mc.Graw-Hill
Company), hal. 67-70.
45
struktur yang terbatas), dan latihan yang lebih luas atau aplikatif(kombinasi
antara bahan baru dengan bahan yang telah diajarkan sebelumnya dalam
komunikasi yang normal). Dalam kedua tipe latihan itu haruslah dibuat
perencanaan yang baik serta pengawasan yang cermat dan teliti.
Sementara langkah-langkah pembelajara ketrampilan mendengar menurut
tehnik yang dapakai Ahmad Ali Madkûr kelihatan lebih praktis dibanding dengan
tehnik Finocchiaro yang telah terpaparkan diatas.’Ali memberikan penjelasan
berkenaan dengan tehnik, menurutnya tehnik yang dimaksudkan Ali adalah cara
berlangsungnya proses pembelajaran ketrampilan mendengar. Adapun dalam
pelaksanaan pembelajaran ketrampilan mendengar melalui 3 tahapan yaitu:64
a Tahap I. Persiapan
Dalam tahap ini materi mendengar harus di persiakan terlebih dahulu, materi
sesuai dengan tingkat kemampuan siswa, sesuai dengan kebutuhan dan keinginan,
sarana dan prasarana yang cocok untuk pembelajaran ketrampilan
mendengar.Langkah ini berada pada persiapan materi program mendengar.
b Tahap II. Pelaksanaan
Dalam tahap ini ketika berlangsungnya pendengaran guru menghadap kepada
siswanya untuk memberikan pengarahan-pengarahan kepada permasalahan yang
muncul dalam materi, serta memberikan penjelasan terhadap kata-kata atau kalimat
yang kadang terlupakan oleh siswa, kemudian mendiskusikan materi itu dengan
memberikan pertanyaan-pertanyaan. Kadang sebagian guru memberikan pengarahan-
pengarahan kepada siswanya untuk bisa mendiskripsikan proses pendengaran.
c Tahap III. Lanjutan
Dalam tahap ini seorang guru mengadakan diskusi dengan para siswa yang
memang mempunyai keinginan untuk diskusi, dan memberikan pertanyaan kepada
mereka untuk mengetahui sejauh mana tujuan sudah tercapai atau belum dan juga
untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan kebahasaan yang telah terjadi.
64
Aĥmad Ali Madzkûr, Tadrîs Funûn al-Lughah al-‘Arabiyyah…hal.99-100.
46
a Guru memilih materi sesuai tingkat kematangan berfikir anak dan juga sesuai
dengan pengalaman yang talah dimiliki. Materi dibacakan, siswa
mendengarkaan, setelah itu diberi pertanyaan tentang isi pokok materi atau ide-
ide yang utama untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi.67
b Guru bisa dengan tehnik cerita, bisa guru sebagai pelakunya atau dari salah satu
siswa yang mampu, yang tentunya kalau siswa sebagai pelaku, maka
sebelumnya sudah dilatih agar mampu menyampaikan cerita kepada teman-
temanya.
c Guru bisa memanfaatkan tes lisan dengan satu pertanyaan dengan meminta
kepada siswa menjawab dengan kata-kata yang panjang.
d Guru memberikan tugas berupa materi yang sudah dipelajari kepada siswa yang
tidak hadir.
Kesimpulan dari beberapa kegiatan latihan ketrampilan mendengar diatas
adalah guru bisa memilih diantara latihan-latihan yang sudah diketahui, namun
banyak yang tidak menghiraukan, menganggap hal itu mudah, padahal mempunyai
pengaruh besar dalam belajar bahasa terutama dalam ketrampilan mendengar.
Adapun latihan ketrampilan mendengar bagi tingkat lanjutan dan atas dengan
membiasakan mengulang ungkapan pendek, potongan cerita, siaran berita di radio,
televisi, kemudian memberikan pertanyaan atau dengan mendiskusikan bersama.
7. Evaluasi Ketrampilan Mendengar
Keterampilan mendengar menuntut tiga kemampuan yaitu kemampuan
membedakan bunyi-bunyi, kemampuan dalam unsur-unsur tertentu dan kemampuan
dalam memberikan pemahaman secara umum apa yang didengar, artinya ketrampilan
mendengar ini berkaitan dengan “kempetensi dalam” siswa tentang kebahasaan
sebagaimana yang dikemukakan oleh bapak linguistik Ferdinand De Sausser.
Kemampuan dalam yang dimaksud adalah unsur fonologi, morfologi dan sintaksis
67
‘Abd Al-Raĥmân Shâliĥ Al-Khamîs, Makalah, http://www.syeh.com/ tanggal, 10-10-
2007.
48
68
Muĥammad Abd al Khâliq Muĥammad, Ikhtibât Al Lughah, (Riyâd: ‘Imâdah Syuûn Al
Maktabah Jâmi’ah Al Mulk su’ûd, cet. I, 1996), hal.45
49
BAB III
PENGAJARAN BAHASA ARAB DI SIBA STAIN SALATIGA
Pembahasa bab ini berusaha menguarikan disain pengajaran bahasa Arab pada
program studi intensip bahasa Arab (SIBA) STAIN Salatiga yang dibagi dalam dua
sub pembahasan, pada sub pertama membahas pengajaran bahasa Arab secara umum,
sedangkan pada sub kedua menguraikan secara khusus tentang pengajaran
keterampilan mendengar ()اﻹﺳﺘﻤﺎع, sebab keberadaan pengajaran keterampilan
mendengar bahasa Arab tidak dapat terlepas dengan pengajaran bahasa Arab secara
umum. Secara realitas keterampilan mendengar sering dipraktekkan pada pengajaran
bahasa yang lain, baik dalam baik dalam pengajaran unsur-unsur bahasa maupun
dalam keterampilan kebahasaan, sehingga pengajaran keterampilan mendengar tidak
dapat terlepas dengan pengajaran bahasa secara umum.
1. Kurikulum
Secara umum aktifitas pendidikan diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu,
tujuan pendidikan selalu memerlukan sebuah media sebagai petunjuk pelaksanaan
yang disebut kurikulum1. Dalam bahasa Arab istilah kurikulum dikenal dengan al-
manhaj () اﻟﻤﻨﻬﺞ. 2 Istilah kurikulum dikenal masyarakat sejak tahun lima puluhan,
yang diperkenalkan oleh para alumni universitas Amerika Serikat. Pada masa-masa
1
Istilah kurikulum berasal dari bahasa Latin yaitu “Curriculae”, yang secara etimologis
berarti jarak tempuh dalam berlari, atau jarak dari garis star sampai garis finis. Lihat Oemar Hamalik,
Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), cet. V, hal. 16. Pendapat lain
mengatakan kurikulum berasal dari bahasa Latin yaitu Currere. (Lihat: Ahmad, Pengembangan
Kurikulum, (Bandung: Pustaka Setia, 1998), hal. 9. Yahya Handâmi dan Jâbir Abdul amîd Jâbir
menyebutkan pengertian kurikulum adalah sejumlah materi pembelajaran yang dipelajari siswa, yang
akan diuji pada akhir tahun pembelajaran.( Lihat: Al-Manhaj, asâsuhâ, Takhtîtuhâ, Taqwîmuhâ, (Kairo:
Dâr al-Nahdhah al-‘Arabiyyah, 1987), cet. III, hal. 9.
2
Menurut Ibnu Manzhûr,al-manhaj bermakana al-tarîq al-wâdhiĥ atau jalan yang terang.
Lihat Lisân al-‘Arab, (Kairo: Dâr al-Hadîts, 2003), juz VII, hal. 714.
51
sebelum itu di lembaga pendidikan kurikulum disebut dengan materi pelajaran.3 Akan
tetapi sebagian masyarakat Indonesia masih ada yang menyebut kurikulum itu dengan
materi pelajaran, walaupun sebenarnya materi pelajaran merupakan bagian dari
kurikulum. Para ahli pendidikan, diantaranya al-Syaibany dan Philip W. Jacobson,
menganggap kalau kurikulum hanya berisi materi pelajaran semata, maka kurikulum
menjadi sempit4, karena pendidikan seharusnya tidak kaku dengan mengikuti materi
ajar yang telah disusun dalam kurikulum saja, tetapi bersifat fleksibel dengan
mengikuti perkembangan yang terjadi dalam masyarakat. Al-Syaibani secara tegas
menyebutkan, pemahaman kurikulum sebagai materi pengajaran mempunyai banyak
kelemahan dan kekurangan5.
Pemahaman kurikulum secara luas disampaikan Nana Syaodah Sukmadinata
yang mengatakan kurikulum merupakan semua aktifitas dan pengalaman pendidikan
(educative experience) dan dalam kurikulum memuat tujuan, materi, media dan
evaluasi.6
Dengan demikian kurikulum mempunyai pemahaman: ada yang menekankan
pada materi pembelajaran, dan menekankan pengalaman pembelajaran. Sehingga
kurikulum bisa dipahami sebagai pedoman pembelajaran yang didalamnya terdapat
materi ajar guna memberikan pengalaman pendidikan kepada pembelajar.
Undang-undang Standar Nasional Pendidikan no.19, tahun 2005, bab I, pasal I,
ayat 13 7 , mengamanatkan bahwa kurikulum yang ada pada lembaga pendidikan
hendaknya memuat tiga komponen dasar yaitu tujuan, materi, dan metode. Dengan
3
S. Nasution, Asas-asas Kurikulum, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), cet. VII, ed.II, hal.2.
4
Philip W. Jackson, Conceptions of Curriculum Specialists, dalam Handbook of Research
on Curriculum, (New York: Simon dan Schuster Macmillan, 1992), hal. 5
5
Omar Muhammad al-Toumy al-Syaibany, Falsafah Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan
Bintang, 1989), hal. 481.
6
Nana Syaodah, Pengembangan Kurikulum, Teori dan Praktek, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2004), cet VI, hal. 5.
7
Undang-undang Standar Nasional Pendidikan, bab I, pasal I, ayat 13, menyebutkan
kurikulum adalah”seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, serta
cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu”Standar Nasional Pendidikan, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 19
tahun 2005, (Jakarta: Lekdis, 2005), hal.11.
52
demikian semua lembaga pendidikan yang mengikuti peraturan ini, maka seharusnya
dalam kurikulum yang digunakan perlu mencantumkan tiga komponen kurikulum
seperti yang disebutkan diatas.
Adapun kurikulum sebagai pedoman pengajaran bahasa Arab di SIBA STAIN
Salatiga mencakup sistem, tujuan, materi dan metode serta evaluasi pembelajaran.
8
Mahmud Yunus, Metodik Khusus Bahasa Arab (Bahasa Al-Quran), (Jakarta:Hidakarya,
1977), hal.26. Lihat juga Ahmad Fuad Effendi, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab, (Malang:
Misykat, 2005), hal. 80-81.
9
Wina Sanjaya, Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi,
(Jakarta: Prenada Media, 2005), cet I, hal. 40.
10
S. Nasution, Asas-asas Kurikulum, (Jakarta: Bumi Aksara, 2002), cet IV, hal. 185. Lihat
juga Pengembangan Kurikulum, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1993), hal. 108.
53
tidak mempunyai kaitan secara langsung dalam pengajaran tersebut, dan pengajar
menggunakan buku yang berbeda-beda.
Sistem pengajaran bahasa Arab yang dipakai di SIBA STAIN Salatiga
diperoleh fakta bahwa, belajar bahasa Arab di SIBA menggunakan sistem teori
cabang ()ﻧﻈﺮﯾﺔ اﻟﻔﺮوع, yaitu pengajaran bahasa Arab secara terpisah-pisah yang dibagi
menjadi beberapa mata kuliah. Penggunaan sistem ini dapat dilihat dengan
memperhatikan nama materi pelajaran yang terdapat dalam silabi mata kuliah bahasa
Arab yaitu qira ’ah, nahw, ashwat, shorof, insya ’ dan istima ’.11
Penggunaan sistem cabang dalam pengajaran bahasa Arab akan memberi
pengaruh terhadap hasil belajar. Azhar M.Nur 12 dalam penelitianya menemukan
bahwa pelajar yang diajarkan dengan berpedoman kepada teori ini mempunyai
kemampuan dengan mendalam pada bidang-bidang tertentu. Dengan kata lain
kemampuan pembelajar sangat tergantung kepada tekanan materi bahasa yang dipilih
dalam pengajaran..
SIBA STAIN Salatiga menerapkan kurikulum dengan sistem terpisah-pisah
dalam pengajaran bahasa Arab telah berlaku sejak berdiri tahun 1998, administrasi
kurikulum sebagai petunjuk dalam praktek pengajaran ditangani langsung oleh UPB
(Unit Pelayanan Bahasa) agar dapat menyesuaikan dengan perkembangan jaman.
Menurut ketua UPB Sidqon Maisur, Lc, MA mengatakan bahwa, kurikulum SIBA
telah berjalan sejak 1998 dan materi pengajaran sudah pernah mengalami perubahan
sekali yaitu tahun 2005. Hal senada juga diakui oleh sekretaris UPB Irfan Helmi, Lc,
MA bahwa, materi bahasa Arab kususnya mata kuliah istima’ sebelum tahun 2005
menggunakan buku al-‘Arabiyyah li al-Nâsyiîn, namun sekarang berubah
menggunakan buku al-‘Arabiyyah Bain Yadaik, karena buku ini dipandang lebih tepat
dan materinya menarik untuk diajarkan.13
11
STAIN, Buku Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan , 2007, hal. 152
12
Azhar M.Nur, Pengembangan Model Pembelajaran Terpadu Untuk Meningkatkan
Pemahaman Mahasiswa Dalam Berbahasa Arab, (Bandung:UPI Pres, 2002), hal.7.
13
Wawancara, tanggal 5 April 2008, di Kantor SIBA STAIN Salatiga.
54
14
Akrom Maliabary, Pengajaran Bahasa Arab di Madrasah Aliyah, (Jakarta : Bulan
Bintang, 1987), hal.2.
55
STAIN Salatiga pada awal masuk di STAIN dalam durasi satu tahun atau dua
semester.
Berkenanaan dengan tujuan pengajaran bahasa Arab peneliti mengadakan
wawancara dengan beberapa dosen bahasa Arab program SIBA diantaranya adalah
syeh Abd al-Rahman sebagai dosen bahasa Arab asal negara Mesir, dalam
wawancara yang berada di diruang dosen beliau mengatakan bahwa tujuan
pengajaran bahasa Arab adalah bahasa Arab itu disamping sebagai bahasa Alquran
dan ummat Islam digunakan untuk penguasaan bahasa Arab dimana bahasa Arab
dapat dimanfaatkan sebagai alat mempelajari sumber-sumber Islam dan ilmu-ilmu
lain. Menurutnya walaupun dalam kenyataan terdapat buku-buku dan literatur Islam
yang ditulis dengan bukan bahasa Arab atau buku-buku Arab ada yang diterjemahkan
dalam bahasa non arab( bahasa Indonesia), namun tentunya dengan terjemahan itu
tidak bisa dijamin seperti aslinya, sebab bagaimanapun posisi kitab asli mempunyai
tempat tersendiri demikian juga posisi terjemah, sehingga tentu terdapat adanya segi
pertentangan antara kitab asli dengan terjemah..15
Oleh karena itu STAIN Salatiga melalui program unggulan yang disebut
dengan program SIBA mendesain pengajaran bahasa Arab sedemikian rupa dengan
tujuan para output STAIN mempunyai kemampuan bahasa Arab untuk digunakan
sebagai alat memahami sumber-sumber Islam yang ditulis dengan bahasa asli bahasa
Arab. Dengan penguasaan bahasa Arab merupakan faktor penting untuk memasuki
lautan Islam secara benar, karena sumber-sumber Islam asli mayoritas berbahasa
Arab, walaupun terdapat terjemahan literatur Islam, namun hal itu tidak dapat dengan
sempurna menterjemahkan makna murni dari realitas sumber Islam. Dengan
demikian tidak terdapat cara lain untuk mencapai Islam secara sempurna jika tidak
terdapat adanya penguasaan bahasa Arab.
Sedangkan Sidqon Maisur, Lc, MA dan H. Irfan Helmy, Lc, MA
menyampaikan tentang urgensi pengajaran bahasa Arab yang pada intinya bahwa,
15
Syeikh Abd al-Rahman adalah dosen bahasa Arab asal Mesir, Wawancara hari selasa
tanggal 20 Maret 2008 di kantor SIBA STAIN Salatiga.
56
16
Sidqon Maisur,Lc, MA dan H. Irfan Helmy, Lc, MA keduanya adalah ketua dan sekretaris
SIBA, juga dosen bahasa Arab yang sama-sama alumnus Mesir, Wawancara tanggal 26 Maret 2008
di kantor SIBA STAIN Salatiga.
17
Yûnus Fatkhî, Tashmỉm Manhaj Lita ’lỉm al-Lughah al-‘arabiyyah Li al-Ajânib, (Kairo,
Dâr al-Tsaqâfah, 1977), hal. 182.
57
18
Selaras dengan perkembangan kajian kebahasaan, hubungan bilateral antar Negara dan
terbukanya batas ruang dan waktu pada Negara-negara di dunia dan juga perkembangan dunia
pendidikan pada jaman modern ini, maka tujuan pengajaran bahasa asing mengalami perubahan dari
yang sebelumnya, oleh karena itu tujuan pengajaran bahasa asing berusaha: (1) Membekali peserta
didik dengan pengetahuan kebahasaan dan bagaimana cara mengaplikasikan dalam kehidupan.(2)
Membentuk peserta didik agar mampu berkomunikasi dengan benar dengan menggunakan bahasa
asing.(3) Membekali peserta didik untuk bisa bertoleran dan memahami budaya orang lain, cara hidup
dan berfikirnya. (3) Membekali peserta didik dengan skil-skil kebahasaan yang bisa membentuknya
mampu berkomunikasi lisan dan tulisan dengan penutur asli. Lihat Kâmil al-Nâqah, Ta ’lỉm al-Lughag
al-Arabiyyah Li al-Nâthiq ỉn bihâ bi Lughât Ukhrâ, (Jâmiah Um al-Qrâ, 1985), hal.85.
58
21
Abdullah Syukri Zarkasyi, Gontor dan Pembaharuan Pendidikan Pesantren, (Jakarta:
Rajawali, 2005), hal. 79. Lihat juga Aĥmad Rusdi Thu’aimah, Tadrîs al-‘Arabiyyah fi al-Ta ’lîm al-
‘Am Nadzariyyât wa Tajârub, (Mesir: Dâr al-Fikr al-‘Arabî, 2001), hal. 61.
61
tersebut dinamai اﻹﺳﺘﻤﺎع, اﻟﻤﻄﺎﻟﻌﺔ, dan اﻹﻧﺸﺎء. Dengan keterbatasan waktu belajar
menyebabkan pemberian pengajaran kemampuan bahasa Arab tidak bisa secara
sempurna yang meliputi materi kebahasaan dan keterampilan bahasa yang ada.
Adapun pengajaran bahasa Arab program SIBA mulai awal berdiri dengan
menerapkan sistem pengajaran klasikal secara intensif. Sistem pengajaran materi
bahasa kabahasaan yang digunakan adalah sistem terpisah-pisah (nadhariyyah al-
furû’) yaitu memberikan pengajaran bahasa dengan membagi menjadi beberapa mata
kuliah dengan buku ajar yang variatif. Materi yang terpisah-pisah ini dapat dilihat
pada Silabi yang ada di SIBA yaitu dengan membagi mata kuliah bahasa Arab
menjadi beberapa materi ilmu/mata kuliah yang dipelajari.
Materi ajar program SIBA di format menjadi enam macam mata kuliah yang
merupakan representasi dalam keterampilan berbahasa. Pembagian tersebut untuk
memudahkan dalam proses pembelajaran klasikal. Mata kuliah tersebut adalah
qira ’ah, nahw, ashwat, shorof, insya ’ dan istima ’ sebagaimana tertera dalam
jadwal(terlampir).
1. Mata kuliah Qira ’ah menggunakan buku ajar ‘Al-Arabiyyah li al-Nâsyi’în
2. Mata kuliah Nahw menggunakan buku ajar ‘Al-Arabiyyah li al-Nâsyi’în
3. Mata kuliah shorf menggunakan buku ajar al-Amtsilat al-Tashrîfiyyah
4. Mata kuliah Ashwât menggunakan buku ajar al-Arabiyyah bain yadaik
5. Mata kuliah Istima ’ menggunakan buku ajar al-Arabiyyah bain yadaik
6. Mata kuliah Insya ’ menggunakan buku ajar ‘Al-Arabiyyah li al-Nâsyi’în
Mata kuliah diatas terdapat sejumlah materi ajar yang tercermin dalam silaby.
Dimana materi ajar setiap mata kuliah merupakan realisasi kompetensi dan indikator
yang telah dirumuskan untuk diajarkan kepada mahasiswa. Akan tetapi dalam
menentukan materi ajar perlu mengadakan analisa terhadap isi pembahasan buku
yang digunakan, sehingga dapat melihat berapa pokok bahasan yang harus dipelajari
agar bisa mengakomodir kompetensi yang telah ditentukan.
62
22
Maĥmûd Ismâ’il Shînî, al-‘Arabiyyah li al-Nâsyi’în, (Mamlakah ‘Arabiyyah, hal. H).
63
23
Adalah sebuah buku pelajaran bahasa Arab disusun oleh Tim Universitas al-Imam
Muhammad Bin Su’ûd, dibawah supervise DR. Abdullah Bin Hamid. Buku serial ini juga
diperuntukkan pembelajaran bahasa Arab bagi non Arab.
64
24
Muhammad Ma’shûm, al-Amtsilah al-Tashrîfiyyah,( 2002), hal. 3
25
Nasafi adalah dosen bahasa Arab , Wawancara, tanggal 25 April 2008 di kantor SIBA
STAIN Salatiga.
65
Abd al-Raĥmân Bin Ibrâhîm al-Fauzân, al-‘Alarabiyyah Bain Yadaik, ( Saudi Arabia,
26
otodidak. Demikian juga bisa digunakan untuk pengajaran dalam program intensif.
Lebih dari itu serial buku ini ditujukan kepada siswa yang sebelumnya belum pernah
belajar bahasa Arab. Kelebihan buku inilah bisa menjadikan pembelajar yang
mempunyai pengetahuan kebahasaan nol menjadi pembelajar yang mempunyai
pengetahuan kebahasaan tingkatan atas/tinggi, sehingga pengetahuan bahasa Arabnya
menjadi baik serta mampu mengadakan komunikasi langsung dengan penutur asli
maupun komunikasi tulis serta mempunyai kemampuan mengikuti penyesuaian
lingkungan di perguruan tinggi yang menjadikan bahasa Arab sebagai sebagai bahasa
mengajar.27
Adapun penggunaan SIBA teradap buku al-‘Alarabiyyah Bain Yadaik
didasarkan pada alasan-alasan Agar lebih variatif dan tidak terfokus pada buku al-
Arabiyyah li- al-Nâsyi’în, karena semula mata kuliah keterampilan mendengar atau
istima’ memakai al-Arabiyyah li- al-Nâsyi’în, kandungan materinya lebih padat dan
variatif, baik segi temanya maupun kekayaan kosa katanya,tampilan gambar dan
mutu cetaknya sangat menarik, sehingga lebih nyaman untuk dipandang dan dibaca
serta tema-tema yang disajikan menampilkan budaya-budaya arab modern.28
Dengan demikian SIBA STAIN Salatiga membuka pintu lebar-lebar untuk
kemungkinan memasukkan rujukan-rujukan berupa materi yang bervariatif apalagi
rujukan yang datang dari sebagian negara-negara Arab. Berdasarkan pengajaran
bahasa Arab di SIBA STAIN Salatiga dengan berbagai sumber yang variatif yang
digunakan tidak lain bertujuan untuk membekali pembelajar/mahasiswa dengan
beberapa ilmu kebahasaan yang ditulis olaeh penyusun yang berlainan, sehingga
materinya bisa mencakup masalah sosial, politik dan budaya Arab asli. Hal ini sesuai
dengan misi STAIN dalam menyelenggarakan pendidikan untuk menyiapkan peserta
didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademis dan/atau
professional yang dapat menerapkan, mengembangkan dan/atau menciptakan ilmu-
ilmu keIslaman dan tehnologi serta seni yang bernafaskan Islam serta
27
Abd al-Rahmân Bin Ibrâhîm al-Fauzân, al-‘Alarabiyyah Bain Yadaik…hal. ج.
28
Irfan Helmi, Lc, MA, Wawancara, tanggal 20 Maret 2008 di kantor SIBA STAIN Salatiga.
67
29
Dokumen, Buku Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan STAIN Salatiga, (Salatiga Pres,
2007), hal.10.
30
Baca Abu Ahmadi, Joko Tri Prasetya, SBM Strategi Belajar Mengajar Untuk Fakultas
Tarbiyah Komponen MKDK, (Bandung: Pustaka Setia, 2005), hal. 52. Dan juga Aminuddin Rasyad,
Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: UHAMKA PRESS, 2003), hal. 110. Lebih jelas baca Omar
Mohammad al- Toumy al- Syaibany, Falsafah Pendidikan Islam, alih bahasa Hasan Langgulung,
(Jakarta: Bulan Bintang, 1979), hal. 550-554. Kontraskan juga Kamâl Ibrâhîm Badrî, Usus al-Ta ’lîm
al-Lughah al-’Ajnabiyyah, (Jakarta : LPBA, 1988), hal. 3-4.
68
yang diajarkan, perkembangan peserta didik serta suasana lingkungan sekitar dalam
rangka membantu peserta didik memperoleh pengetahuan, keterampilan, kebiasaan
dan nilai-nilai sebagai tujuan pengajaran yang diinginkan.31
Pada umumnya sebutan metode dicampurkan dengan istilah pendekatan dan
tehnik, namun menurut Anthony dalam Fuad Effendi32 membedakan istilah metode,
pendekatan dan tehnik dalam pengajaran bahasa. Menurutnya metode merupakan
“rencana menyeluruh yang berkenaan dengan penyajian materi bahasa secara teratur,
tidak ada satu bagian yang bertentangan dengan yang lain, dan semuanya berdasarkan
pada pendekatan (approach) yang telah dipilih”. Pendekatan adalah” sebagai
seperangkat asumsi mengenai hakekat bahasa dan hakekat belajar mengajar bahasa
dan bersifat filosofis serta axiomatic”. Sedangkan Tehnik adalah” sebagai sesuatu
yang terjadi di dalam kelas dan merupakan pelaksanaan dari metode yang bersifat
operasional atau implementatif, dimana secara operasional sangat tergantung kepada
kreatifitas dan kemampuan pengajar dalam menyajikan materi”. Bahkan menurut
Jack Richards dan Theodore Rodges menjadikan metode untuk menggambarkan
ketiga konsep pendekatan, rancangan dan prosedur yang ketiga konsep ini semula
dengan istilah pendekatan, metode dan tehnik.
Dengan demikian metode, pendekatan dan tehnik mempunyai keterkaitan
yang sangat erat, dimana pemilihan metode pengajaran dalam kelas berdasarkan pada
pendekatan yang digunakan, sehingga melahirkan variasi metode pengajaran sebagai
kreasi pengajar yang secara operasional dipraktekkan di dalam kelas untuk
menyajikan materi pelajaran.
Ukuran pemilihan metode dalam proses pengajaran perlu diperhatikan
pengajar, sehingga proses belajar mengajar bisa berlangsung secara efektif dan efisien.
Menurut Abdul Majid, metode apapun yang dipakai dalam mengajar, harus
memperhatikan kepada lima hal pokok yaitu: metode harus berpusat pada anak didik
31
Omar Muhammad al-Toumy al-Syaibany, Falsafah Pendidikan Islam…, hal. 553. Lihat
juga Jack C. Richards, The Context of Language Teaching, (Cambridge University Press, 1985), hal.17.
32
Ahmad Fuad Effendy, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab, (Malang: Misykat, 2005), hal.
6-7.
69
33
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, Mengembangkan Standar Kompetensi Guru,
( Bandung: Rosda Karya, 2005), hal. 136.
34
Rusdi Aĥmad Tu’aimah, Ta ’lîm al-‘Arabiyyah Li Ghai al-Nâthiqîn Bihâ Manâhijuh Wa
Asâlîbuh, ((Rabat: Jâmi’ah al-Manshûrah, 1989), hal.62.
35
Tim Penyusun, Pedoman Pengajaran Bahasa Arab, (Jakarta, Proyek Pengembangan
Sistem Pendidikan Agama, Depag RI, 1974), hal. 33
70
36
Muljanto Sumardi, Pengajaran Bahasa Asing, Sebuah Tinjauan Dari Segi Metodologi, (Jakarta:
Bulan Bintang, 1975) , hal. 32-40.
71
5. Elastisitas metode, artinya memungkinkan bisa sesuai dengan kondisi dan situasi
yang ada.
Sementara menurut Martinis Yamin mengemukakan tentang beberapa
pertimbangan yang mesti dilakukan oleh pengajar dalam memilih metode pengajaran
secara tepat dan akurat, sebagai berikut:37
a. Tujuan Instruksional
Dalam konteks KBK, tujuan instruksional ini diwujudkan dalam bentuk
kompetensi, yang dikembangkan kedalam indikator-indikator pencapaian kompetensi.
Indikator-indikator itulah sebagai tujuan atau sasaran pencapaian proses pembelajaran.
Untuk mencapai sasaran tersebut diperlukan metode. Pembelajaran bahasa Arab yang
menekankan tujuannya untuk mencapai kemampuan membaca dan memahami teks
bacaan sudah barang tentu akan berbeda dalam menggunakan metode yang
digunakan guru ketika tujuan dari pembelajarannya untuk mencapai kemampuan
berkomunikasi baik lisan maupun tulisan (produktif/ekspresif).
37
Martinis Yamin, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi (Jakarta: Gaung Persada Press,
2007), h. 59-64.
72
kelas yang berbeda. Implikasinya adalah pengajar dituntut untuk menguasai banyak
metode dan sekaligus teknik pembelajaran dengan berbagai variasinya.
c. Pokok Bahasan
Tujuan akhir pembelajaran bahasa adalah pemerolehan empat ketrampilan
bahasa yang harus diajarkan kepada peserta didik, yaitu mahârat istimâ ’, kalâm,
qirâ ’ah, dan kitâbah. Sudah barang tentu, pembelajaran ketrampilan istimâ ’a akan
berbeda metode yang digunakan dengan pembelajaran ketrampilan qirâ ’at dan
seterusnya. Oleh karena itu, pokok bahasan sebagai salah satu unsur yang harus
dijadikan pertimbangan dalam memilih metode.
sementara jumlah siswa dalam satu kelas itu melebihi ideal,38 maka pengajar dapat
mengurangi indikatornya pencapaian kompetensi menjadi lebih minimalis.
f. Pengalaman Pengajar
Pengajar yang baik adalah pengajar yang berpengalaman. 39 Pengalaman
diperoleh dari lama dan seringnya berinteraksi dengan masalah-masalah pendidikan.
Sehingga pengalamannya dapat membantu dalam memilih metode dan teknik yang
sesuai serta menerapkan strategi pembelajaran yang efektif. Sebaliknya, bagi pengajar
yang masih relatif baru, dimana pengalaman mengajar belum begitu banyak, akan
mengalami kesulitan dalam menentukan dan memilih metode.
38
Menurut para ahli, jumlah idela dalam satu kelas untuk sekolah lanjutan atas (setara aliyah)
adalah 24 (duapuluh empat) siswa. Lihat Martinis Yamin, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi,
h. 62.
39
Pengajar dianggap berpengalaman, apabila dia telah bergelut dengan proses pembelajaran
tidak kurang dari 10 (10) tahun. Tetapi lamanya mengajar tidak otomatis menjadi guru yang
berpengalaman. Ada hal lain dari sekedar lamanya mengajar, misalnya intensitas, kesungguhan, mau
belajar, terbuka dan sikap positif lainnya.
40
Diadaptasi dari pendapat Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standar
Kompetensi Guru (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), h. 136-137.
74
41
Thu’aimah menyebutkan ada 5 (lima) metode induk, yaitu Tharîqah al-Nahw wa al-Tarjamah,
al-Tharîqah al-Mubâsyarah, al-Tharîqah al-Sam’iyyah al-Syafawiyyah, Tharîqah al-Qirâ ‘ah, dan al-
Tharîqah al-Ma ’rifiyyah. Ahmad Fuad Effendy menyebutkan ada 6 (enam) metode, yaitu: Metode
Gramatika Terjemah, Metode Langsung, Metode Membaca, Metode Audio-Lingual (Aural-Oral),
Metode Komunikatif, and Metode Eklektik.
42
Ma’mun Effendi Nur, Mencari Metode Yang Sesuai Dterapkan Di IAIN Walisongo Semarang,
(Semarang: Walisongo Press, 1990), hal. 20.
75
43
Ahmad Fuad Effendi, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab, ( Malang, Misykat, 2005),
hal.19
44
Yûnus Fatkhî, Tashmỉm Manhaj Lita ’lỉm al-Lughah al-‘arabiyyah Li al-Ajânib, (Kairo:
Dâr al-Tsaqâfah, 1977), hal. 182.
77
M.Ag45 pada saat mengajar mata kuliah istima’. Pola yang dilakukan ketika mengajar
berusaha menghindarkan komunikasi dengan B1. Pola tersebut terlihat nyata pada saat
menjelaskan kosa-kata yang belum diketahui maknanya dengan cara menggunakan
ungkapan uraian dengan bahasa Arab, sampai akhirnya makna difahami mahasiswa.
Tehnik mengajar yang dilakukan dengan sangat menarik mahasiswa, karena
mahasiswa sambil disuguhi kosa kata-kosa kata yang berkenaan dengan informasi
aktual yang diambil dari berita-berita hangat seperti dari TV, majalah Aloindonesia
dan internet.
Menurut Hafidz, bahasa adalah ilmu yang harus di praktekkan, tidak mungkin
berhasil tanpa banyak mmempraktekkan dalam berbagai kesempatan, dimanapun dan
kapanpun baik secara lisan maupun tulis. Melihat mahasiswa di STAIN ini mayoritas
berbicara dengan bahasa ibu, maka sebagai gantinya Hafidz selalu menggunakan
komunikasi bahasa Arab dikelas. Menurut hemat penulis, pengkondisian berbahasa
Arab di kelas mempunyai peran penting untuk membentuk mahasiswa terbiasa
dengan lingkungan berbahasa Arab apa lagi dengan dukungan dibukanya program
ma’had STAIN Salatiga bagi semua mahasiswa baru yang sudah dimulai tahun 2007.
Berdasarkan pernyataan Hafidz diatas tentu pada SIBA STAIN Salatiga
terdapat usaha yang sungguh-sungguh dalam pengajaran bahasa Arab dengan
menggunakan metode pengajaran bahasa Arab sesuai dengan salah satu metode yang
telah banyak dipraktekkan oleh para pakar pengajaran bahasa Arab yang dikenal
dengan al-Tarîqah al-Mubâsyarah, sebagai metode pengajaran komunikatif, dimana
metode ini merupakan reaksi ketidak puasan metode qawâ ’id dan tarjamah yang
dianggap kurang berhasil digunakan dalam pengajaran bahasa.
Penulis juga mengadakan klarifikasi tentang pandangan Hafidz tersebut yang
diakui oleh salah seorang mahasiswa/mahasiswi program SIBA bernama Mila Nur
Afifah dan Eko Nur Cahyo yang menyampaikan pernyataan tentang metode
pengajaran bahasa Arab yang dipraktekkan para dosen di kelas bahwa, ketika terdapat
45
M. Hafidz, adalah dosen bahasa Arab pada mata kuliah istima ’ SIBA STAIN Salatiga
pada ruang A2 , Observasi, 14 Mei 2008.
78
sisa waktu dalam mengajar qiraah, sering para dosen menampilkan siaran berbahasa
Arab dengan mengakses internet diruang kelas untuk dibahas bersama-sama. Tehnik
seperti ini dapat memotivasi mahasiswa menghidupkan bahasa Arab dilingkungan
kampus.46
Melihat tehnik dan pola mengajar yang dilakukan para dosen diatas, dapat
ditemukan bahwa, keterampilan mendengar yang dipraktekkan dalam pengajaran
qiraah adalah dengan menggunakan metode audio lingual.
Bahkan menurut pengakuan mahasiswi bernama Sri Sudarni bahwa, ada
beberapa dosen terutama K. H. Nasafi yang menurutnya sebagai dosen yang familier
dan kaya ilmu, membuat mahsiswa senang belajar bahasa Arab dan dalam
penyampaian materi, mudah untuk dipahami.47
Menurut penulis bahwa, sikap para dosen diatas terutama K.H. Nasafi
merupakan bentuk pendekatan pribadi terhadap para mahasiswanya, atau dikenal
dengan personal approach yang tidak membedakan anatara mahasiswa dengan dosen
dalam pergaulan. Bahkan sikap seperti ini mempunyai pengaruh positif yang kuat
dalam diri mahasiswa dalam menjalin hubungan dosen dan mahasiswa. Kondisi
hubungan pribadi, akan membuat mahasiswa merasa aman dan senang saat
pengajaran bahasa Arab berlangsung, faktor rasa senang terhadap sang dosen inilah
merupakan faktor yang sangat tinggi nilainya dalam proses belajar mengajar, karena
merupakan salah satu faktor yang dapat membuat kondisi belajar yang
menyenangkan, sehingga materi mudah diterima. Sebaliknya mahasiswa yang merasa
acuh taacuh terhadap dosenya termasuk faktor yang dapat mempersulit menerima
materi pelajaran. Disamping itu seorang dosen bisa membangun nuansa demokratis
dalam kelas belajar maupun diluar kelas. Bukti kondisi demokratis tersebut
disampaikan salah seorang mahasiswi bernama Nur Rohmatul Laila yang
menyatakan banwa, dosen ketika mengajarkan mata kuliah nahw sering meminta
46
Mila Nur Afifah dan Eko Nur Cahyo keduanya adalah mahasiswa probran SIBA STAIN
Salatiga 2007/2008, Wawancara tanggal 24 Maret 2008 di STAIN Salatiga
47
Sri Sudarni adalah mahasiswi jurusan PAI yang mengikuti program SIBA. Dia berlatar
belakang SMK Negeri I Salatiga, Wawancara tanggal 24 Maret 2008 di STAIN Salatiga
79
48
Nur Rohmatul Laila adalah mahasiswi program SIBA STAIN Salatiga, wancara tanggal
24 Maret 2008 di STAIN Salatiga
49
Bobbi De Porter dan Mike Hernacki, Quantum Learning,(Bandung: Kaifa, 2002), hal. 120.
80
temanya yang mengerti. Pada materi qiraah ini, dosen juga menerangkan cara-cara
penggunaan kamus.”Dengan menggunakan kamus, pembelajar akan menemukan
sendiri makna beberapa kata yang belum diketahui”50
Setelah selesai tiga puluh menit pertama, dosen menyuruh siswa agar maju
kedepan untuk membaca dengan suara keras, dengan cara bergantian, ketika terjadi
kesalahan membaca dosen menyuruh mengulangi bacaan untuk dikoreksi dengan cara
menawarkan kepada para mahasiswa untuk membenarkanya. Jika tidak ada yang bisa
membenarkan, maka akan dijelaskan dosen secara langsung. Tehnik yang dipakai
dalam menjelaskan adalah hanya segi-segi yang menonjol saja yang dianggap sulit.
Untuk mengetahui sejauhmana para mahasiswa memahami isi bacaan, maka
dosen mengajukan beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan materi bacaan
yang sedang dipelajari dengan jawaban-jawaban singkat.
Sebelum menutup materi pelajaran, dosen selalu menganjurkan mahasiswa
agar mempelajari tema bacaan yang akan dipelajari pada pertemuan akan datang.
Seluruh materi bacaan pada mata kuliah qiraah ini menggunakan topik-topik
dalam buku serial al-‘Arabiyyah Li al-Nâsyi’în, silabi mata kuliah ini terlampir.
Melihat pola pengajaran tersebut diatas menjelaskan bahwa, metode yang
digunakan dalam pengajaran qiraah dengan menggunakan metode langsung,
membaca serta qawa’id dan tarjamah, dan mahasiswa lebih diaktifkan belajar mandiri
dikelas dengan pengawasan dosen.
50
Fachrudin, Tehnik Pengembangan Kurikulum Pengajaran Bahasa Arab, Yogyakarta,
Global Pustaka Utama, 2005), hal.145.
81
penyampaian materi dari mahasiswanya, apakah benar atau tidak apa yang
disampaikan itu. Kemudian dosen menghimbau mahasiswa lain untuk mengajukan
pertanyaan-pertanyaan.
Setelah satu atau dua siswa menerangkan, baru dosen menjelaskan pelajaran
sesuai yang tertera dalam dalam buku ajar, dan meminta kepada para mahasiswa
untuk mempraktekkan nahw yang sedang dipelajari itu dengan membuat contoh
dalam kalimat sempurna yang komunikatif.51
Dengan demikian tehnik yang digunakan dalam pengajaran nahw ini adalah
dengan menggunakan cara induktif(al-istiqrâ ’iyyah), yaitu dengan penyajian contoh-
contoh dan memahami artinya dan secara bersama-sama menyimpulkan kaidaah
tatabahasa yang ada dalam contoh tersebut, kemudian baru menerangkan kaidah
nahwnya (syawâhid).
Pengajaran ini di akhiri dengan latihan-latihan atau tamrînât sebagaimana
tertera dalam buku pelajaran.
Melihat pola pengajaran tersebut diatas menjelaskan bahwa, metode yang
digunakan dalam pengajaran nahw dengan menggunakan metode langsung, membaca
serta qawa’id dan tarjamah, serta eclectif dan mahasiswa lebih diaktifkan belajar
mandiri dikelas dengan pengawasan dosen.
51
Observasi , tanggal 28 Maret 2008 di STAIN Salatiga
82
52
Mustafa al-Ghalayainî, Jamî’ al-Durûs al-‘Arabiyyah, (Bairût, Maktabah ‘Ashîriyyah,
1991), hal. 9.
83
53
Fonem adalah segmen terkecil dalam bahasa yang berupa suatu bunyi dan mempunyai
fungsi untuk membedakan makna kata leksikal satu dari kata yang lain. Jaman dulu orang Inggris
menyebut fonem dengan kata phonemics dan sekarang beralih menjadi kata phonology, dalam bahasa
Indonesia disebut fonologi. Fonologi berasal dari bahasa Inggris Phonology. Lihat Verhar J.W.M,
Pengantar Linguistik, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1992), hal.36.Kontraskan juga
Asrori, Imam, Sintaksis Bahasa Arab, Frasa-Klausa-Kalimat, (Malang: Misykat, 2004), hal20-21.
54
Kamâl Muhammd Basyar memberikan pembagian fonem menjadi dua macam yaitu
fonem primary dan secondary. Fonem primary (segmental) adalah merupakan unsur utama dari kata-
kata yang terpisah.Adapun Fonem secondary(supra segmental) adalah fonem berupa tanda-tanda yang
diletakkan diatas dan dipakai oleh para ahli fonologi dan tidak merupakan unsur dari susunan kata, tapi
hanya sebagai pertanda saja yang menunjukkan bergabungnya satu kata dengan yang lain atau kadang
digunakan dalam kata dengan bentuk tersendiri, contoh diantara fonem suprasegmental adalah intonasi
dan stressing dan ini dalam bahasa komunikasi mempunyai fungsi yang sangat istimewa. Lihat ‘Ilm Al-
Lughah Al-‘Ầm Al-Ashwât, (Dâr Al-Ma’ârif, 1980), hal.161-162.
84
dan kemudian menyuruh untuk mengucapkan kembali huruf yang kurang tepat
bacaanya yang di paraktekkan dalam ayat-ayat pendek maupun syâir- syâir.55
Dengan demikian tehnik pengajaran ashwat yang digunakan dosen adalah
tehnik kecermatan pengucapan huruf sesuai dengan makhrajnya. Tehnik ini
digunakan dengan tujuan melatih pembelajar dalam menggunakan sistem bunyi
bahasa Arab untuk memahami kode bahasa yang didengar atau memahami kode
bahasa yang digunakan dalam percakapan. Hal ini sesuai pendapat Tu’aimah tentang
tehnik pengajaran ashwat yang disampaikan oleh pengajar non Arab, hendaknya
menjaga kecermatan pengucapan huruf –huruf Arab dan menjauhkan dari
56
interferensi bahasa asli pembelajar.
Sedangkan Shalâh Abd al-Mjîd memberikan gambaran tentang tehnik
mengajar dalam pengucapan huruf yang benar yaitu pengajar ketika melatih
pengucapan huruf misalnya huruf " " ثatau "" ذ, maka pengajar bisa dengan
mengeluarkan sedikit lidah, dan ketika mengucapkan huruf ""غ, maka pengajar
mempraktekkan senyuman dengan mengucapakan makhraj huruf tersebut.57
Melihat pola pengajaran tersebut diatas menjelaskan bahwa, metode yang
digunakan dalam pengajaran ashwat dengan menggunakan metode langsung,
membaca serta qawâid dan tarjamah, audio-lingual.
yang dihadapi pembelajar adalah adanya kesulitan memahami gambaran umum isi
pembicaraan sejak awal. Namun pemahaman dapat dicapai dengan melalui isyarat,
bantuan penterjemah maupun menggunakan kamus.58
Ketrampilan Mendengar merupakan pondasi pertama seseorang mempelajari
bahasa, karena mempunyai peranan penting sebagai sarana pemerolehan bahasa
( )إﻛﺘﺴﺎب اﻟﻠﻐﺔyang bisa mempengaruhi tercapainya keterampilan bahasa yang lain,
baik pemerolehan ketrampilan berbicara, membaca dan menulis serta dapat
digunakan dalam mengajarkan berbagai macam ilmu pengetahuan dan menanamkan
kebudayaan dalam diri seseorang.
Ahmad Tu’aimah 59 menegaskan tentang urgensi ketrampilan mendengar,
dimana ketrampilaan mendengar sebagai alat komunikasi manusia pada tahap
pertama berhubungan dengan orang lain melalui cara pemerolehan morfologi, gaya
bahasa, menerima ide dan pengetahuan, serta melalui ketrampilan mendengar itu juga
akan diperoleh ketrampilan lain seperti berbicara, membaca dan menulis.
Demikian juga Shalah Abd Al-Majîd 60 mengutip pendapat para linguistic
dalam psikologi anak bahwa, bahasa lisan merupakan sumber dari semua bahasa yang
ada. Para linguistis tersebut memberikan alasan logis berkenaan dengan hal itu
dengan adanya realita membuktikan semua bahasa didunia ini dimulai dengan lisan
/berbicara kemudian baru berkembang kepada bahasa tulisan , demikian juga bahasa
lisan jelas terbukti sebagai bahasa yang paling sempurna daripada bahasa tulis. Hal
tersebut disebabkan dalam bahasa lisan, menurut Kamâl Muhammad Basyar terdapat
macam-macam fonem61 secara lengkap yang bisa memperjelas makna pengungkapan
kata.62
58
Mahmûd Kâmil al-Nâqah, Asâsiyyât Ta’lîm al-‘Arabiyyah Li Ghair al- ‘Arab, (Khourtum,
Ma’hâd Khourtûm, 1978), hal. 71.
59
Ahmad Rusdi Tu’aimah, Tadrîs al-‘Arabiyyah fi al-Ta ’lîm….hal.147.
60
Shalâĥ Abd al-Majîd Al-‘Arabî, Ta ’allum Al-lughoh Al-hayyah…hal.140.
61
Fonem adalah segmen terkecil dalam bahasa yang berupa suatu bunyi dan mempunyai
fungsi untuk membedakan makna kata leksikal satu dari kata yang lain. Jaman dulu orang Inggris
menyebut fonem dengan kata phonemics dan sekarang beralih menjadi kata phonology, dalam bahasa
Indonesia disebut fonologi. Fonologi berasal dari bahasa Inggris Phonology. Lihat Verhar J.W.M,
86
Pengantar Linguistik, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1992), hal.36.Kontraskan juga
Imam Asrori, Sintaksis Bahasa Arab, Frasa-Klausa-Kalimat, (Malang: Misykat, 2004), hal20-21.
62
Kamâl Muĥammad Basyar memberikan pembagian fonem menjadi dua macam yaitu
fonem primary dan secondary. Fonem primary (segmental) adalah merupakan unsur utama dari kata-
kata yang terpisah.Adapun Fonem secondary(supra segmental) adalah fonem berupa tanda-tanda yang
diletakkan diatas dan dipakai oleh para ahli fonologi dan tidak merupakan unsur dari susunan kata, tapi
hanya sebagai pertanda saja yang menunjukkan bergabungnya satu kata dengan yang lain atau kadang
digunakan dalam kata dengan bentuk tersendiri, contoh diantara fonem suprasegmental adalah intonasi
dan stressing dan ini dalam bahasa komunikasi mempunyai fungsi yang sangat istimewa. Lihat ‘Ilm Al-
Lughah Al-‘Ầm Al-Ashwât, (Dâr Al-Ma’ârif, 1980), hal.161-162.
63
Mus’ad Muĥammad Ziyâd, Mahârât al-Istimâ ’ wa Kaifiyyah al-Tadrîb ‘Alaihâ,
http://www. Darmosad.com
64
Maĥmûd Kamil Al-Nâqah, Ta ’lîm Al-lughah Al-‘arabiyah Li Al-nâtiqîn Bilughoh
Ukhro,(Al-mamlakah Al-‘Arabiyah As-Su’ûdiyah,Al-Jami’ah Ummu Al-Qurâ,1985),hal.121.Lihat
juga Muĥammad Sholah al-Syantî, al-Mahârât al-Lughawiyyah, Madkhal Ila khasâis al-Lughah al-
‘arabiyyah Wa Funûnuhâ, (Hâ’il: Dâr al-Andalus Li al-NasyrWa al-Tauzî’ 1996), cet. IV, hal. 146.
65
Mus’ad Muĥammad Ziyad, Mahârât al-Istimâ’ Wa Kaifiyyah al-Tadrîb ‘Alaihâ,
http://www.drmosad.com/index85.htm.
87
68
Irfan Helmy, dosen bahasa Arab, Obsevasi pola mengajar di ruang A.1 tanggal 27 Maret
2008 di STAIN Salatiga.
89
Kemudian langkah terakhir dosen memberikan motivasi dan ditutup dengan membaca
salam.
Tehnik mengajar yang dipraktekkan dosen diruang belajar tersebut diatas
sesuai dengan wawancara dengan mahasiswa yang bernama Widawati yang
mengatakan bahwa, model mengajar mata kuliah keterampilan mendengar yang
dipakai dosen adalah dengan memperdengarkan bacaan tek Arab oleh dosen atau
perwakilan mahasiswa yang kemudian baru diberikan pertanyaan sesuai dengan
kandungan isi materi yang dipelajari kadang dosen juga menggunakan media laptop
dengan memutar CD yang berisi materi pelajaran.69
Tehnik mengajar keterampilan mendengar menurut Mary Finocchiaro sama
dengan model mengajar dosen SIBA STAIN Salatiga yang pada intinya terdiri dari
pendahuluan pelaksanaan dan pendiskusian materi dan penutup.70
Melihat model pembelajaran keterampilan mendengar yang dipraktekkan
SIBA STAIN Salatiga tergolong mendengar pemahaman teks. Sejauh pengamatan
penulis pola seperti ini dapat dikatakan berhasil karena setelah belajar, mahasiswa
mempunyai kemampuan sesuai dengan target yang diberikan. Hal ini bisa dibuktikan
bahwa mahasiswa mempunyai kemampuan menjawab materi yang didengar atau
pertanyaan lisan yang diberikan dosen tentang isi pesan materi ajar, dan juga
mahasiswa mampu mengucapkan makhârij al-hurf secara benar.
Melihat pola pengajaran tersebut diatas menjelaskan bahwa, metode yang
digunakan dalam pengajaran istima ’ dengan menggunakan metode langsung,
membaca serta qawa ’id dan tarjamah dan audi-lingual.
yaitu fan al-kitâbah, al-khatt, al-hija ’ dan al-rasm. 71 Dan sebagian ahli bahasa
menyebut dengan al-insyâ ’.
Dalam prakteknya al-insyâ ’ dibagi dalam dua tingkatan yang disesuaikan
dengan tingkat kemampuan pembelajar. Tingkat pertama adalah keterampilan
menulis untuk membentuk huruf dan mengetahui ejaan. Adapun tingkat kedua adalah,
keterampilan menulis dalam bentuk melahirkan pemikiran dan perasaan dengan
tulisan ilmiah.72 Radliah Zainuddin juga membagi keterampilan menulis kedalam dua
istilah yaitu insya ’ al-muwajjah dan insya ’ al-hûr. 73 Kedua model insya ’ ini jika
diamati secara mendalam sebenarnya dapat dibagi lagi kedalam uraian yang lebih
terperinci. Jenis al-insya ’ al-muwajjah dapat dibagi kepada dua kategori yaitu pada
tingkat pertama adalah menulis dasar-dasar huruf Arab dalam bentuk huruf dan kata-
kata. Kemudian yang juga dimasukkan dalam kategori al-insya ’ al-muwajjah ini
adalah menulis kalimat secara benar dan komplek, yang dapat disebut sebagai
keterampilan tingkat kedua.
Jenis insya ’ al-hur juga dapat dibagi kepada dua kategori. Pertama adalah
tulisan-tulisan sederhana dalam bentuk surat atau melahirkan pemikiran dalam bentuk
tulisan sederhana. Kategori kedua adalah pengajaran metode penulisan dan penelitian
yang mempunyai pola yang disusun secara ilmiah.
Keterampilan menulis pada tingkat pertama adalah kategori menulis tingkat
terendah, yang kegiatanya dimulai dengan merangkai huruf menjadi kata, kemudian
menyusun kata menjadi kalimat yang lebih komplek, yang menurut zainuddin disebut
sebagai insya ’ muwajjah.
Adapun keterampilan menulis tingkat dua dikenal sebagai al-insya ’ al-hûr
merupakan metode penulisan ilmiah. Dalam pengajaran insya ’ al-hûr ini tidak lagi
tekanan pembelajaran difokuskan pada penulisan huruf dasar kata, tetapi
71
Abd al-‘Azîz Yanbû mengatakan bahwa, yang dimaksud dengan insya’ adalah peraturan-
peraturan (cara menulis) untuk menghindari dari kesalahan dalam penulisan ( Lihat: Abd al-‘Azîz
Yanbû, Asâsiâ al-Lughah al-‘Arabiyyah, al-Kitâbah al-Imlâiyyah Wa al-Wadlîfiyyah, al-Nahw al-
Wadlîfi, Wa Fawâid al-Lughawiyyah, Kairo, Muassasah al-Muĥtâr, 2001), hal. 8.
72
Ahmad Fuad Effendi, Metodologi Pengajaran Bahasa…hal. 37.
73
Radliah Zainuddin, , Metodologi dan Strategi… hal. 81.
91
74
Observasi, tanggal 28 April 2008 di STAIN Salatiga.
92
75
Ĥusain Ĥamdî al-Tubjî, Wasâil al-Ittishâl Wa al-Tiknolojiya Fi al-Ta ’lîm, (Kuwait: Dâr
al-Qolam, 1996), hal. 23.
76
Aĥmad Ali Madzkûr, Tadrîs Funûn al-lughah al-Arabiyyah, (Mesir: Dâr al-Fikr al-
Araby), hal.55.
77
Gordon Dryden dan Jeannette Vos, Revolusi Cara Belajar, Keajaiban Pikiran Sekolah
Masa Depan, Judul asli The Learning Revolution: to change the way the world learns. Terj. Ahmad
Baiquni. ( Bandung: Kaifa, 2001), hal. 100.
93
1. Papan tulis
Papan tulis merupakan sarana pengajaran penting didalam kelas, karena
mempunyai kelebihan-kelebihan tertentu jika dibandingkan dengan yang lain. Para
pengajar bahasa Arab menggunakan papan tulis untuk mempermudah pengajaran
uslub-uslub bahasa, yaitu pengajar ketika mengajarkan uslub bahasa bisa dengan cara
mengulang kembali apa yang di baca atau dengan menulis uslub bahasa itu di papan
tulis, sehingga para pembelajar bisa dengan mudah memahami dan mengingatnya.
Papan tulis juga bisa digunakan dalam mengajarkan mufradat, bebicara
terbimbing/bebas, menulis maupun dalam pengajaran mengarang tertulis, dimana
pengajar menuliskan kata-kata bantu di papan tulis.
2. Tape Recorder
Audio tape ini merupakan media pengajaran dimana pesan dan isi pengajaran
dapat direkam dan bisa diputar pada saat yang diinginkan. Media ini bisa digunakan
untuk mengajarkan materi yang didengar yaitu para siswa bisa mendengarkan materi
secara bersama-sama, dan kemudian siswa bisa menirukan kembali materi yang
dilatihkan, dan tentunya bisa membuat daya tarik pembelajar terhadap materi yang
diajarkan . Menurut Azhar Arsyad bahwa, materi rekaman audio tape adalah cara
ekonomis untuk menyiapakan materi pelajaran yang diperuntukkan untuk semua
siswa ataupun perorangan.78
Sedangkan menurut Nana Sujana dan Rivai berpendapat bahwa, media audio
berhubungan dengan pengajaran keterampilan mendengar yang meliputi hal-hal
sebagai berikut:a). Pemusatan perhatian. b). Mengikuti pengarahan. c). Melatih daya
analisis. d). Menjelaskan arti dari kontek. e). Membedakan gagasan yang relavan
maupun yang tidak.f). Mengungkap kembali informasi-informasi atau membuat
rangkuman.
Dengan demikian penggunaan media audio tape adalah untuk mencapai tujuan
pengajaran secara normal, tetap berfokus pada aspek kognitif, afektif dan psikomotor.
78
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran,(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), hal. 45.
94
3. VCD
VCD merupakan salah satu jenis hasil teknologi yang bisa dimanfaatkan
sebagai media pengajaran yang merupakan sistem penyimpanan dan rekaman video
dimana signal audio visual direkam pada disket plastic, bukan pada pita magnetic.79
Penggunaan VCD sebagai media dapat dengan cara interaktif video, yakni
suatu sistem penyampaian pengajaran dimana video rekaman disajikan dengan
pengendalian computer. VCD dan layar monitor kepada pembelajar yang tidak hanya
mendengar dan melihat video, tetapi juga memberikan respon yang aktif dan respon
itu yang menentukan kecepatan dan suksesnya pengajaran. Dalam hal ini computer
sebagai multi media atau secara parsial VCD dengan layar monitor saja.
4. Laboratorium Bahasa
Laboratorium Bahasa memegang peranan penting dalam memberikan bantuan
para pembelajar untuk memperoleh keilmuan tentang bahasa Arab, karena merupakan
praktek dalam keterampilan mendengar bahasa Arab. Dan program SIBA STAIN
Salatiga mempunyai satu ruangan laboratorium bahasa yang berkapasitas 40
mahasiswa.
5. Majalah Dinding
Majalah Dinding juga mempunyai peranan penting dalam meningkatkan
kemajuan pembelajaran bahasa Arab, karena pembelajar bahasa akan bisa terbantu
pemerolehan bahasa yang dipelajari secara alamiah, karena setiap melewatinya
terdapat keinginan untuk mengetahuinya.
6. Internet
Salah satu media mutahir dalam pengajaran bahasa Arab adalah keberadaan
internet, internet merupakan salah satu perlengkapan elektronik yang berkaitan
langsung dengan indra pendengaran yang dapat digunakan untuk mendengar berita-
79
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran …hal. 36.
95
7. Sistem Evaluasi
Evaluasi merupakan metode yang dipakai untuk mengetahui keberhasilan
belajar mengajar dengan cara menilai unjuk kerja individu peserta didik atau
kelompok.83
Evaluasi merupakan bagian yang tak terpisahkan dari praktek pengajaran,
karena tanpa adanya evaluasi, maka sebuah kegiatan pengajaran tidak dapat diketahui
sampai sejauhmana hasil yang dicapai karena evaluasi merupakan metode untuk
menilai unjuk kerja individu peserta didik atau kelompok .84
Pada dasarnya evaluasi ialah proses memberikan pertimbangan berdasarkan
kriteria tertentu, dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan pembelajar dalam
80
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran…hal. 45-46
81
Shalâĥ Abd al-Majîd Al-‘Araby, Ta ’alum Al_lughoh Al-hayyah Wa Ta ’lîmuha Baina
Nadhoriyah Wa Al-Tatbîq,( Bairut: Maktabah Lubnan, 1981), hal.76.
82
Yusuf Muhammad Asyraf , arikel, http://www.iraqaf tomorrow org. tanggal,7-25-2007.
83
Mimin Haryati, Model & Teknik Penilaian pada Tingkat Satuan Pendidikan, (Jakarta:
Gaung Persada Press, 2007), hal. 15
84
Evaluasi secara umum dapat diartikan sebagai proses sistematis untuk menentukan nilai
sesuatu(tujuan, kegiatan, keputusan, unjuk kerja, proses, orang, objek, dan lain-lain) berdasarkan
kriteria tertentu melalui penilaian. Lihat: Dimyati dan Mujiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta,
Rineka cipta, 2002), hal. 191. Lihat juga Mimin Haryati, Model & Teknik Penilaian pada Tingkat
Satuan Pendidikan, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2007), hal. 15
96
85
R. Ibrahim Dan Nana Syaodih S, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta, Rineka Cipta, 2003),
hal. 86.
86
R.L. Thorndike dan E.P. Hagen, Managemen and Evaluation in Psychology and
Education, ( New York: Wiley & Sons, 1977), hal 172.
87
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Rosda Karya,
1995), hal. 142.
88
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitia ; Suatu Pendekatan Praktek.( Jakarta: Rineka
Cipta,, 1997), cet.V, hal. 29.
97
wajib mengikuti lima kali ujian. Pertama, placement test, kedua ujian mid semester,
ketiga ujian semester satu, keempat ujian mid semester dua dan kelima ujian semester
dua”89.
Disamping ujian tersebut para mahasiswa juga dibebani dengan berbagai
tugas rumah secara terstruktur yang berupa lembaran-lembaran kerja, yaitu menjawab
beberapa pertanyaan atas bacaan untuk qiraah dan pertanyaan atas mendengar untuk
istimâ ’. Analisis gramatikal atas suatu bacaan, penulisan insyâ’dan khitobah.
Bahan ujian disusun oleh Tim ahli bahasa Arab STAIN Salatiga dengan
berbagai bentuk dan model. Mata kuliah SIBA yang diujikan sebagai berikut:
1. Qiraah dengan bentuk ujian tertulis objektif, dan essay
2. Nahw dengan bentuk ujian tertulis objektif
3. Shorf dengan bentuk ujian tertulis objektif
4. Ashwât dengan bentuk ujian tertulis objektif
5. Insyâ ’ dengan bentuk ujian tertulis objektif, dan essay
6. Istimâ ’ dengan bentuk ujian tertulis objektif
Keseluruhan mata kuliah diatas, masing-masing diujikan sendiri-sendiri. Ujian
dilaksanakan sebanyak empat kali tahapan, yaitu pertama test mid semester ganjil,
kedua test semester ganjil, ketiga test mid semester genap dan keempat test semester
genap.
Dengan demikian sistem evaluasi pengajaran bahasa Arab yang diterapkan di
SIBA sudah terprogram dan dimenej dengan baik, sehingga kemampuan masing-
masing mahasiswa dapat terlihat dari nilai mata kuliah bahasa Arab dalam bentuk
nominal.
8. Waktu Pengajaran
Waktu mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran diberbagai
institusi pendidikan, apalagi waktu pengajaran keterampilan mendengar tentu
89
Wawancara, tanggal 21 Maret 2008 di kantor SIBA STAIN Salatiga.
98
90
Kata intensif dalam bahasa Arab disebut al-barnâmaj al-mukatsaf yaitu suatu program
pengajaran yang menggunakan alokasi waktu yang lebih banyak di setiap harinya dengan tujuan
menghemat waktu. Dengan demikian pembelajaran intensif lebih dikonotasikan dengan frekuensi
waktu dan intensitas pembelajaran, contohnya siswa dikatakan belajar intensif jika dalam satu hari
belajar sebanyak 5 jam dibandingkan dengan yang belajar 3 jam perhari. Lihat Muhammad ‘ali al-
Khûly, Qomus al-Tarbiyyah,( Beirût, al-‘Ilm Li al-Malâyîn), hal. 240.
91
Makalah HD. Hidayat, Pengajaran Bahasa Arab untuk Tujuan Pemahaman, disampaikan
dalam workshop pengajaran bahasa Arab untuk Pergururan Tinggi, pada 16 Nopember 2000 di Solo,
hal. 2.
99
Dengan demikian waktu yang dipakai dalam pengajaran bahasa Arab program
SIBA STAIN Salatiga termasuk pada kategori intensif. Adapun jadwal pengajaran
bahasa Arab di SIBA STAIN Salatiga terlampir.
Dengan demikian pengajaran bahasa Arab di SIBA berlangsung selama 3 hari
dalam seminggu dengan perincian Qiraah berlangsung hari Senin jam 08.40-12.00.
Sintaksis (Nahw) dan Morfologi (Shorf) berlangsung hari selasa jam 08.40 – 10.20.
Sedangkan fonologi (Aswat) dan Menulis diajarkan pada hari Selasa jam 10.20-12.00
Sedangkan istima ’/ keterampilan mendengar berlangsung hari jum’at jam 08.40-
10.20.
92
Radliah Zainuddin, Metodologi Dan Strategi Alternatif Dalam Pembelajaran Bahasa
Arab, (Cirebon: Pustaka Rihlah Group dan STAIN, 2005), hal.53.
100
Dalam al-Qur'an surat al-Isrâ' (17): 36, Ayat tersebut menyebutkan posisi
keterampilan mendengar menduduki porsi yang utama dibandingkan dengan
keterampilan yang lain. Hal tersebut tergambar dengan posisi ( اﻟﺴﻤﻊmendengar) yang
pertama disbanding dengan aspek lain, yakni ( اﻟﺒﺼﺮ و اﻟﻔﺆادpenglihatan dan hati). Hal
ini menunjukkan akan adanya urgensi keterampilan mendengar dalam proses
pendidikan dan pengajaran yang tetrjadi sepanjang massa, karena indra dengar
mempunyai daya kekuatan dan kecermatan diatas indra yang lain, disamping posisi
mendengar memegang peranan penting dalam proses komunikasi yang terjadi dalam
pelaksanaan pendidikan dan pengajaran.
Demikian juga pada ayat lain berbunyi :
(٢٦ : )اﻟﻔﺼﻠﺖ.وﻗﺎل اﻟﺬﺑﻦ ﻛﻔﺮوا ﻻ ﺗﺴﻤﻌﻮا ﻟﻬﺬا اﻟﻘﺮأن واﻟﻐﻮا ﻓﺒﻪ ﻟﻌﻠﻜﻢ ﺗﻐﻠﺒﻮن
Ayat tersebut menunjukkan bahwa mendengar merupakan awal berfikir
manusia, sebab mendengar sebagai kunci pemahaman dan penanaman ide-ide, tanpa
adanya pendengaran yang baik tentu tidak akan ada pengaruh yang dapat ditangkap
dari apa yang didengar.
Kadang proses mendengar dilakukan tanpa sadar, sehingga tidak terjadi
pemahaman, namun jika kesadaran menyatu dengan pendengaran, maka akan
membentuk pendengaran yang sungguh-sungguh yang dapat menyebabkan adanya
usaha memahami materi dengar. Karena itu mendengar merupakan keterampilan
terpenting yang dapat menumbuhkan percaya diri dan sikap toleransi. Keterampilan
mendengar tersebut sangat dibutuhkan dalam kehidupan bermasyarakat dan
berbangsa.
Dengan melihat pentingnya peranan mendengar, maka keterampilan
mendengar bagi SIBA STAIN Salatiga merupakan mata kuliah tersendiri yang masuk
dalam kurikulum SIBA, bahkan pada praktek pengajaran bahasa Arab, keterampilan
mendengar diwujudkan juga dalam beberapa materi mata kuliah yang lain. Dalam
pembahasan ini dibatasi pengaplikasian keterampilan mendengar dalam pengajaran
mata kuliah qiraah, aswat, nahw dan shorf. Adapun praktek keterampilan mendengar
pada mata kuliah-mata kuliah tersebut sebagai berikut:
101
95
Aĥmad Ali Madkûr, Tadrîs Funûn al-lughah al-Arabiyyah, (Mesir: Dâr al-Fikr al-Araby),
hal.55.
103
96
Fachrudin, Tehnik Pengembangan Kurikulum Pengajaran Bahasa Arab, (Yogyakarta:
Global Pustaka Utama, 2005), hal.145.
104
membenarkan, maka akan dijelaskan dosen secara langsung. Tehnik yang dipakai
dalam menjelaskan adalah hanya segi-segi yang menonjol saja yang dianggap sulit.
Ketika dosen menggunakan metode mubâsyarah dalam menjelaskan makna
dari kata-kata baru yang belum diketahui artinya juga menuntut mahasiswa harus
mempunyai kecermatan mendengar untuk memahami maksud ungkapan yang
disampaikan dari dosen.
Untuk mengetahui sejauhmana para mahasiswa memahami isi bacaan, maka
dosen mengajukan beberapa pertanyaan lisan yang berhubungan dengan materi
bacaan yang sedang dipelajari dengan menuntut jawaban-jawaban singkat.
Model keterampilan mendengar yang dipraktekkan dalam pengajaran mata
kuliah qiraah di program SIBA STAIN Salatiga, jika diamati sesuai dengan teori
keterampilan mendengar, maka pola keterampilan mendengar tersebut termasuk
keterampilan mendengar pemahaman teks. Model mendengar dalam pengajaran
qiraah ini terdapat kelemahan yaitu hanya terdapat kemampuan dalam mendengar
memahami tek yang disampaikan oleh dosen dan temanya, namun keterampilan
mendengar dengan mendengar percakapan penutur asli jarang dipraktekkan dalam
mata kuliah qiraah. Ketermpilan mendengar seperti ini terdapat kelemahan, yaitu
tidak melatih keterampilan mendengar untuk mengulang kembali apa yang didengar
sebagai latihan dalam komunikasi.
Tehnik mendengar dalam pengajaran qiraah dengan cara pembelajar diminta
mendengarkan bacaan yang disampaikan pengajar atau perwakilan dari temanya
seperti ini sangat efektif dikembangkan dalam pengajaran qiraah, karena pembelajar
dapat mempunyai kemampuan yang bagus dalam mendengar pesan teks dengan
harapan mampu menjelaskan, mengungkap serta menjawab pertanyaan tentang yang
didengar dengan baik.
kalimat yang tidak mengikuti sistem aturan yang benar. Kemudian ungkapan itu
didiskusikan bersama-sama dimana letak kesalahan bentuk susunan yang terjadi
dalam ungkapan tersebut. Dan untuk memperkuat lagi tentang keterampilan
mendengar dalam pengajaran nahw, dapat menggunakan model dan tehnik latihan
mengganti kata dalam kalimat sempurna yang diperdengarkan, dimana kata pengganti
supaya dapat menempati posisi kata sesuai dengan perintah.
Kemampuan yang dicapai dalam pengajaran nahw adalah kemampuan
memahami penggunaan tata bahasa Arab. Kemampuan ini sesuai dengan indikator
yang ingin dicapai dalam keterampilan mendengar yaitu memahami tata bahasa
dalam ungkapan yang didengar. Pengajaran tata bahasa bisa saja dengan cara
membacakan ungkapan kalimat yang mengandung tata bahasa yang dipelajari,
kemudian mendiskusikan tata bahasa yang ada dalam ungkapan tersebut dengan
menggunakan media tape recorder maupun papan tulis. Dan jenis keterampilan
mendengar yang dipakai dalam hal ini adalah keterampilan mendengar memahami
kandungan teks dengan bentuk menilai terhadap kandungan teks yang didengar.
Dalam hal ini pembelajar dilatih dengan memahami tata bahasa yang ada dalam
ungkapan yang didengar.
97
Rusydi Ahmad Thu’aimah, Ta ’lîm al-Lughah al-‘Arabiyyah....hal 198-199.
107
pemahaman materi yang disampaikan dengan baik. Atau pada saat dosen menjelaskan
makna dari kata yang berbeda fonem yang bisa membedakan arti antara kedua kata
tersebut.
Pada dasarnya pergeseran makna diakibatkan perubahan salah salah satu
partikel (fonem) nya. Bahkan, pada beberapa tempat kesalahan pengucapan vokal
salah satu fon, juga akan menggeser perubahan makna seperti ﻣَﺮﻓﻘﺎ/ bermanfaat
dalam urusan tertentu dan ﻣِﺮﻓﻘﺎ/ siku tangan.
109
BAB IV
HUBUNGAN UNSUR-UNSUR BAHASA DENGAN KETERAMPILAN
MENDENGAR BAHASA ARAB
A. Validitas Instrumen
Setelah melalui konsultasi dengan pembimbing dengan memenuhi
beberapa saran perbaikan, instrument tes dilakukan uji coba terlebih dahulu
terhadap 30 orang mahasiswa, sebelum digunakan pengukuran yang sebenarnya. 1
Uji coba dilakukan untuk mengetahui kualitas instrumen tes itu valid atau tidak. 2
1
Ujicoba instrumen di PP. Nurul Atsna Salatiga (Salah satu Ma’had yang dipakai tempat
pemondokan mahasiswa program SIBA STAIN Salatiga). Uji coba merupakan bagian dari proses
validasi empirik. Melalui ujicoba tersebut, instrumen diberikan kepada sejumlah responden
sebagai sampel uji-coba yang mempunyai karakteristik sama atau ekuivalen dengan populasi
penelitian. Jawaban atau respon dari sampel uji-coba merupakan data empiris yang akan dianalisis
untuk menguji validitas empiris atau validitas kriteria dari instrumen yang dikembangkan. Pada
umumnya yang dipakai sebagai taraf signifikansi adalah 5 % atau 1 % (atau 0,05 atau 0,01).
Sekiranya telah ditetapkan taraf signifikansi 0,05 untuk mengetes suatu hipotesa, maka
kemungkinan kita akan menolak hipotesa yang benar adalah 5 di antara 100. Dengan kata lain, kita
percaya bahwa 95 % dari keputusan kita adalah benar. Menolak hipotesa atas dasar taraf
signifikansi 5 % sama halnya dengan menolak hipotesa atas dasar taraf kepercayaan 95 %. Jika
seorang penyelidik telah menolak hipotesa atas dasar taraf signifikansi 5 % (atau atas dasar
kepercayaan 95 %), berarti ia mengambil resiko salah dalam keputusannya itu sebanyak-
banyaknya 5 % (atau benar dalam keputusannya itu sedikit-dikitnya 95 %). Lihat Sutrisno Hadi,
Metodologi Research (Yogyakarta : Andi Offset, 1995), Jilid 3 Cet. XV, h. 318. Lihat Djaali dan
Pudji Muljono, Pengukuran Dalam Bidang Pendidikan (Jakarta : UNJ, 2004), Cet. II, h. 83.
2
Kadir dan Raihan, Statistika Sosial (Jakarta : Universitas Islam Jakarta, 2006), Cet. I, h.
14.
110
B. Tahap Persiapan
Dalam tahap ini berusaha mendiskrpsikan analisis data bersifat kwantitatif
yang berhubungan dengan kemampuan mahasiswa program studi intensif dalam
keterampilan mendengar bahasa Arab dan unsur-unsur bahasa sesuai dengan
pengolahan data penelitian.
3
Kadir, Evaluasi hasil Belajar Dalam Pelatihan , Makalah , 2007, hal.13.
4
Penghitungan analisis dapat dilihat pada lampiran.
111
TABEI 11
DAFTAR NILAI KETERAMPILAN MENDENGAR BAHASA ARAB
PROGRAM SIBA STAIN SALATIGA
bahasa.
Berdasarkan pada tabel diatas jelas bahwa nilai fonologi bahasa Arab
mahasiswa program SIBA STAIN Salatiga bisa diuraikan 21% pada kategori
sangat baik, dan 53% pada kategori baik, 20% pada kategori sedang, 3% pada
kategori kurang, serta 3% pada kategori gagal, sehingga dengan demikian dapat
diketahui nilai fonologi yang diperoleh mahasiswa moyoritas berada pada kategori
baik, karena kategori baik mencapai 53%. Hal tersebut bisa diartikan bahwa
problem mahasiswa dalam hal fonologi adalah pada tingkatan kecil, karena
tentang fonologi bagi para mahasiswa sudah mengenal dengan baik dan tidak
menjadikan problem besar yang ikut menghambat pemahaman terhadap isi pesan
pembicaraan dari teks yang didengar.
3 C 60 - 69 43 57%
4 D 50 - 59 5 7%
5 E 00 - 49 2 3%
JML 75 100%
Berdasarkan pada tabel diatas jelas bahwa nilai morfologi bahasa Arab
mahasiswa program SIBA STAIN Salatiga bisa diuraikan 11% pada kategori
sangat baik, dan 23% pada kategori baik, 57% pada kategori sedang, 7% pada
kategori kurang, serta 3% pada kategori gagal. Sehingga dengan demikian dapat
diketahui nilai morfologi mahasiswa moyoritas berada pada kategori sedang,
karena kategori sedang mencapai 57 %. Hal tersebut bisa diartikan bahwa
problem mahasiswa dalam hal morfologi sedang, karena tentang morfologi bagi
para mahasiswa belum mengenal morfologi secara sempurna, sehingga secara
teoritis kemampuan morfologi ikut mempengaruhi pemahaman mahasiswa
terhadap isi pesan pembicaraan dari tek yang didengar.
TABEL 15
DAFTAR FREKWENSI NILAI SINTAKSIS MAHASISWA PROGRAM SIBA
STAIN SALATIGA
Berdasarkan pada tabel diatas jelas bahwa nilai sintaksis bahasa Arab
mahasiswa program SIBA STAIN Salatiga dapat diuraikan 13% pada kategori
sangat baik, dan 27% pada kategori baik, 40% pada kategori sedang, 13% pada
kategori kurang, serta 7% pada kategori gagal, sehingga dengan demikian dapat
diketahui nilai Sintaksis pada keterampilan mendengar bahasa Arab mahasiswa
moyoritas berada pada kategori sedang, karena mayoritas mahasiswa mencapai
nilai sedang sebesar 40 %. Hal tersebut bisa diartikan bahwa problem mahasiswa
dalam hal sintaksis adalah pada tingkatan sedang, karena tentang sintaksis bagi
para mahasiswa belum mempunyai pemahaman yang sempurna serta mengenal
dengan baik, sehingga secara teoritis hal ini bisa menjadikan problem yang ikut
menghambat pemahaman terhadap isi pesan pebicaraan dari tek yang didengar.
Berdasarkan uraian diatas, kemudian peneliti selanjutnya ingin membuktikan
pengujian hipotesis5 apakah ada hubungan yang positif dan signifikan antara
5
Pengujian hipotesis dapat dibedakan atas dua kategori, yaitu ; menguji hubungan dan
menguji perbedaan. Menguji hubungan dilakukan apabila ada dua variabel yang akan diketahui
kuat atau lemahnya hubungan antara keduanya. Misalnya variabel X dan Y dapat diukur derajat
hubungannya dengan menggunakan koefisien korelasi (r). Sedangkan menguji perbedaan
dilakukan untuk menguji perbedaan rata-rata dua populasi. Lihat Djaali dan Farouk Muhammad,
119
C. Tahap Lanjutan
Dalam tahap lanjutan ini ingin menganalisis hubungan unsur-unsur bahasa
Arab dengan keterampilan mendengar mahasiswa sebagai berikut:
Karena penelitian ini terdiri dari empat variabel (Multivariabel), maka alat
ukur mengenai hubungan antara variabel terikat (Y) dengan tiga variabel
bebas(X1, X2, X3) dengan menggunakan korelasi sederhana dan berganda.
Dengan analisi korelasi koefisien ini, akan terlihat keeratan atau tidaknya
hubungan antar variabel-variabel (kuat, lemah, atau tidak ada hubungan sama
sekali), sehingga keeratan atau tidaknya dinyatakan dalam istilah koefisien
korelasi.8
Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta : Restu Agung, 2005), Edisi Revisi, h. 49. Pengujian
hipotesis sebagai suatu peristiwa pengambilan kesimpulan berdasarkan statistika, dipengaruhi oleh
faktor ketidakpastian. Pemilihan salah satu hipotesis sebagai anggapan yang berlaku hanyalah
dapat dilakukan dengan pernyataan berapa besarnya peluang bahwa hipotesis itu benar. Lebih
lanjut lihat Andi Hakim Nasution dan Abdurrauf Rambe, Teori Statistika (Jakarta : Bhratara Karya
Aksara, 1984), Edisi Kedua, h. 272.
6
Product Moment Correlation atau lengkapnya Product of the Moment Correlation adalah
salah satu teknik untuk mencari korelasi antar dua variabel yang kerapkali digunakan. Teknik
korelasi ini dikembangkan oleh Karl Pearson, yang karenanya sering dikenal dengan istilah Teknik
Korelasi Pearson. Disebut Product Moment Correlation karena koefisien korelasinya diperoleh
dengan cara mencari hasil perkalian dari moment-moment variabel yang dikorelasikan. Lihat Anas
Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan (Jakarta : Rajawali Pers, 1992), Edisi Revisi, h. 177-178.
7
Analisis regresi digunakan untuk menyelidiki hubungan antara kedua variabel serta
bentuk hubungannya. Kadangkala, tidak selalu, hubungan kedua variabel tersebut adalah
hubungan kausalitas (sebab-akibat). Oleh karenanya di sini dapat diartikan sebagai perubahan pada
variabel tak bebas yang disebabkan oleh variabel bebas. Lihat Pranowo, Statistik Praktis
(Yogyakarta : Ananda, 1982), Cet. I, h. 89. Jika skala pengukuran dari dua atau lebih data variabel
yang akan dianalisis merupakan interval atau rasio maka untuk menjelaskan hubungan antar
variabel dapat dilakukan dengan menggunakan regresi linear ganda. Lihat Kadir dan Raihan,
Statistika Sosial (Jakarta : Universitas Islam Jakarta, 2006), Cet. I, h. 113.
8
M. Hasan Iqbal, Pokok-Pokok Materi Statistik I; Statistik Deskriptif, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2002), hal. 262-263.
120
TABEL 16
Diskripsi Statistics 1
KETERAMPI
LAN
MORFOLO SINTAKSI MENDENGA
FONOLOGI GI S R
N Valid 75 75 75 75
Missing 0 0 0 0
Mean 69.33 66.87 66.67 69.56
Std. Error of Mean 1.112 1.098 1.340 1.011
Median 70.00 65.00 65.00 68.00
Mode 70 63 61 68
Std. Deviation 9.633 9.509 11.605 8.754
Variance 92.793 90.414 134.685 76.628
Skewness .423 .392 .215 .530
Std. Error of Skewness .277 .277 .277 .277
Kurtosis 1.570 2.630 .836 .818
Std. Error of Kurtosis .548 .548 .548 .548
Minimum 40 35 32 50
121
KETERAMPI
LAN
MORFOLO SINTAKSI MENDENGA
FONOLOGI GI S R
Maximum 90 97 94 94
Sum 5200 5015 5000 5217
Percentiles 25 60.00 62.00 61.00 65.00
50 70.00 65.00 65.00 68.00
75 70.00 72.00 74.00 74.00
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 40 2 2.7 2.7 2.7
50 2 2.7 2.7 5.3
60 15 20.0 20.0 25.3
70 40 53.3 53.3 78.7
80 12 16.0 16.0 94.7
90 4 5.3 5.3 100.0
Total 75 100.0 100.0
Dari analisis data yang terangkum pada tabel di atas, berdasarkan nilai
rata-rata fonologi pada tabel diatas sebesar 69, 33 diperoleh temuan bahwa
terdapat 56 mahasiswa (75%) dengan nilai fonologi di atas nilai rata-rata,
122
FONOLOGI
40
30
Frequency
20
10
Mean =69.33
Std. Dev. =9.633
N =75
0
40 60 80 100
FONOLOGI
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 35 1 1.3 1.3 1.3
49 1 1.3 1.3 2.7
51 1 1.3 1.3 4.0
52 1 1.3 1.3 5.3
53 1 1.3 1.3 6.7
56 1 1.3 1.3 8.0
57 1 1.3 1.3 9.3
60 5 6.7 6.7 16.0
61 4 5.3 5.3 21.3
62 4 5.3 5.3 26.7
63 10 13.3 13.3 40.0
64 1 1.3 1.3 41.3
65 9 12.0 12.0 53.3
66 6 8.0 8.0 61.3
68 2 2.7 2.7 64.0
69 2 2.7 2.7 66.7
70 1 1.3 1.3 68.0
71 5 6.7 6.7 74.7
72 5 6.7 6.7 81.3
74 2 2.7 2.7 84.0
75 3 4.0 4.0 88.0
77 1 1.3 1.3 89.3
80 3 4.0 4.0 93.3
83 1 1.3 1.3 94.7
85 1 1.3 1.3 96.0
86 1 1.3 1.3 97.3
95 1 1.3 1.3 98.7
97 1 1.3 1.3 100.0
Total 75 100.0 100.0
Dari analisis data yang terangkum pada tabel di atas, berdasarkan nilai
rata-rata morfologi pada tabel diatas sebesar 66, 87 diperoleh temuan bahwa
terdapat 29 mahasiswa (39%) dengan nilai morfologi di atas nilai rata-rata,
124
MORFOLOGI
25
20
Frequency
15
10
Mean =66.87
Std. Dev. =9.509
N =75
0
40 60 80 100
MORFOLOGI
(mean) = 66,67; mediannya = 65,00; modusnya = 61; dan standar deviasi 11,605;
serta variance = 134,685.
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 32 1 1.3 1.3 1.3
42 1 1.3 1.3 2.7
48 3 4.0 4.0 6.7
55 3 4.0 4.0 10.7
58 7 9.3 9.3 20.0
61 20 26.7 26.7 46.7
65 8 10.7 10.7 57.3
68 2 2.7 2.7 60.0
71 11 14.7 14.7 74.7
74 5 6.7 6.7 81.3
77 4 5.3 5.3 86.7
81 1 1.3 1.3 88.0
84 4 5.3 5.3 93.3
87 1 1.3 1.3 94.7
90 1 1.3 1.3 96.0
94 3 4.0 4.0 100.0
Total 75 100.0 100.0
Dari analisis data yang terangkum pada tabel di atas, berdasarkan nilai
rata-rata sintaksis pada tabel diatas sebesar 66, 67 diperoleh temuan bahwa
terdapat 32 mahasiswa (43%) dengan nilai morfologi di atas nilai rata-rata,
sedangkan 43 mahasiswa ( 57%) dengan nilai morfologii di bawah nilai rata-rata.
Kemudian secara visual data variabel nilai sintaksis mahasiswa tersebut
diperlihatkan pada histogram gambar berikut ini :
126
Histogram 4. 3
SINTAKSIS
20
15
Frequency
10
Mean =66.67
Std. Dev. =11.605
N =75
0
40 60 80 100
SINTAKSIS
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 50 2 2.7 2.7 2.7
53 2 2.7 2.7 5.3
59 1 1.3 1.3 6.7
62 11 14.7 14.7 21.3
65 10 13.3 13.3 34.7
68 23 30.7 30.7 65.3
71 2 2.7 2.7 68.0
74 6 8.0 8.0 76.0
76 6 8.0 8.0 84.0
79 3 4.0 4.0 88.0
82 4 5.3 5.3 93.3
85 1 1.3 1.3 94.7
88 1 1.3 1.3 96.0
91 2 2.7 2.7 98.7
94 1 1.3 1.3 100.0
Total 75 100.0 100.0
Dari analisis data yang terangkum pada tabel di atas, berdasarkan nilai
rata-rata keterampilan mendengar pada tabel diatas sebesar 69, 56 diperoleh
temuan bahwa terdapat 26 mahasiswa (35%) dengan nilai keterampilan
mendengar di atas nilai rata-rata, sedangkan 49 mahasiswa (65%) dengan nilai
morfologii di bawah nilai rata-rata.
128
KETERAMPILAN MENDENGAR
25
20
Frequency
15
10
Mean =69.56
Std. Dev. =8.754
N =75
0
50 60 70 80 90 100
KETERAMPILAN MENDENGAR
2 2
NO X1 Y X1.Y X1 Y
1 70 65 4550 4900 4225
2 60 62 3720 3600 3844
3 60 68 4080 3600 4624
4 70 65 4550 4900 4225
5 70 65 4550 4900 4225
6 40 53 2120 1600 2809
7 60 62 3720 3600 3844
8 70 68 4760 4900 4624
9 50 50 2500 2500 2500
10 70 71 4970 4900 5041
11 70 68 4760 4900 4624
12 60 65 3900 3600 4225
13 70 68 4760 4900 4624
14 70 74 5180 4900 5476
15 60 65 3900 3600 4225
16 70 71 4970 4900 5041
17 70 68 4760 4900 4624
18 70 65 4550 4900 4225
19 70 68 4760 4900 4624
20 70 65 4550 4900 4225
21 70 68 4760 4900 4624
22 60 62 3720 3600 3844
23 70 68 4760 4900 4624
24 60 62 3720 3600 3844
25 70 68 4760 4900 4624
26 70 68 4760 4900 4624
27 40 50 2000 1600 2500
28 80 82 6560 6400 6724
29 60 62 3720 3600 3844
30 70 65 4550 4900 4225
31 90 91 8190 8100 8281
32 80 85 6800 6400 7225
33 90 94 8460 8100 8836
34 70 74 5180 4900 5476
35 70 68 4760 4900 4624
36 80 82 6560 6400 6724
37 90 88 7920 8100 7744
38 70 65 4550 4900 4225
39 80 79 6320 6400 6241
40 70 68 4760 4900 4624
41 80 76 6080 6400 5776
42 90 91 8190 8100 8281
43 50 53 2650 2500 2809
44 70 68 4760 4900 4624
45 70 68 4760 4900 4624
46 70 68 4760 4900 4624
47 60 62 3720 3600 3844
48 70 74 5180 4900 5476
49 70 68 4760 4900 4624
50 70 68 4760 4900 4624
51 70 68 4760 4900 4624
52 60 62 3720 3600 3844
130
2 2
NO X1 Y X1.Y X1 Y
53 80 76 6080 6400 5776
54 80 79 6320 6400 6241
55 70 68 4760 4900 4624
56 70 68 4760 4900 4624
57 80 76 6080 6400 5776
58 70 68 4760 4900 4624
59 70 74 5180 4900 5476
60 60 62 3720 3600 3844
61 70 74 5180 4900 5476
62 60 62 3720 3600 3844
63 70 65 4550 4900 4225
64 80 82 6560 6400 6724
65 60 62 3720 3600 3844
66 70 68 4760 4900 4624
67 70 74 5180 4900 5476
68 70 68 4760 4900 4624
69 60 59 3540 3600 3481
70 80 82 6560 6400 6724
71 80 76 6080 6400 5776
72 80 79 6320 6400 6241
73 60 62 3720 3600 3844
74 70 76 5320 4900 5776
75 70 76 5320 4900 5776
5200 5217 367470 367400 368565
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients t Sig.
Thitung nya didapat sebesar 20.458 > t tabel 2.000 dengan df = 73(n-2),
jadi HO ditolak artinya nilai fonologi (X1) itu terdapat hubungan yang positif
dan nyata terhadap nilai keterampilan mendengar(Y).
132
2 2
NO X2 Y X2.Y X2 Y
1 64 65 4160 4096 4225
2 60 62 3720 3600 3844
3 65 68 4420 4225 4624
4 63 65 4095 3969 4225
5 63 65 4095 3969 4225
6 52 53 2756 2704 2809
7 62 62 3844 3844 3844
8 66 68 4488 4356 4624
9 49 50 2450 2401 2500
10 69 71 4899 4761 5041
11 66 68 4488 4356 4624
12 61 65 3965 3721 4225
13 65 68 4420 4225 4624
14 72 74 5328 5184 5476
15 63 65 4095 3969 4225
16 68 71 4828 4624 5041
17 63 68 4284 3969 4624
18 63 65 4095 3969 4225
19 66 68 4488 4356 4624
20 53 65 3445 2809 4225
21 66 68 4488 4356 4624
22 62 62 3844 3844 3844
23 65 68 4420 4225 4624
24 60 62 3720 3600 3844
25 65 68 4420 4225 4624
26 65 68 4420 4225 4624
27 35 50 1750 1225 2500
28 80 82 6560 6400 6724
29 57 62 3534 3249 3844
30 63 65 4095 3969 4225
31 95 91 8645 9025 8281
32 83 85 7055 6889 7225
33 97 94 9118 9409 8836
34 72 74 5328 5184 5476
133
2 2
NO X2 Y X2.Y X2 Y
35 65 68 4420 4225 4624
36 77 82 6314 5929 6724
37 71 88 6248 5041 7744
38 61 65 3965 3721 4225
39 75 79 5925 5625 6241
40 63 68 4284 3969 4624
41 71 76 5396 5041 5776
42 86 91 7826 7396 8281
43 51 53 2703 2601 2809
44 65 68 4420 4225 4624
45 63 68 4284 3969 4624
46 62 68 4216 3844 4624
47 60 62 3720 3600 3844
48 68 74 5032 4624 5476
49 65 68 4420 4225 4624
50 71 68 4828 5041 4624
51 72 68 4896 5184 4624
52 63 62 3906 3969 3844
53 69 76 5244 4761 5776
54 71 79 5609 5041 6241
55 72 68 4896 5184 4624
56 65 68 4420 4225 4624
57 74 76 5624 5476 5776
58 66 68 4488 4356 4624
59 71 74 5254 5041 5476
60 60 62 3720 3600 3844
61 70 74 5180 4900 5476
62 60 62 3720 3600 3844
63 62 65 4030 3844 4225
64 80 82 6560 6400 6724
65 61 62 3782 3721 3844
66 63 68 4284 3969 4624
67 72 74 5328 5184 5476
68 66 68 4488 4356 4624
69 56 59 3304 3136 3481
70 80 82 6560 6400 6724
71 75 76 5700 5625 5776
72 85 79 6715 7225 6241
73 61 62 3782 3721 3844
74 74 76 5624 5476 5776
75 75 76 5700 5625 5776
5015 5217 354575 342027 368565
N∑XY-(∑X)( ∑Y)
Model Summary
Keterangan:
R = Koefisien Korelasi
R2= Koefisien Determinasi
R disebut juga dengan koefisien korelasi. Dapat dibaca bahwa nilai KK
antar variabel morfologi (X2) dengan keterampilan mendengar bahasa Arab
(Y) adalah 0.93. Hal ini bisa disimpulkan bahwa, terdapat hubungan antara
kedua variabel tersebut sebesar 93.10%.
135
Coefficients(a)
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients T Sig.
Thitung nya didapat sebesar 21.710 > t tabel 2.000 dengan df = 73(n-2),
jadi HO ditolak artinya nilai morfologi (X2) itu terdapat hubungan yang positif
dan nyata terhadap nilai keterampilan mendengar(Y).
Dan dalam regresinya adalah Ŷ= 12.278 + 0.857X2 artinya setiap
kenaikan 1 skor morfologi(X2) dapat meningkatkan 0.857 skor keterampilan
mendengar bahasa Arab(Y).
2 2
NO X3 Y X3.Y X3 Y
10 71 71 5041 5041 5041
11 61 68 4148 3721 4624
12 58 65 3770 3364 4225
13 61 68 4148 3721 4624
14 77 74 5698 5929 5476
15 61 65 3965 3721 4225
16 61 71 4331 3721 5041
17 71 68 4828 5041 4624
18 65 65 4225 4225 4225
19 61 68 4148 3721 4624
20 58 65 3770 3364 4225
21 65 68 4420 4225 4624
22 68 62 4216 4624 3844
23 61 68 4148 3721 4624
24 58 62 3596 3364 3844
25 77 68 5236 5929 4624
26 61 68 4148 3721 4624
27 32 50 1600 1024 2500
28 94 82 7708 8836 6724
29 55 62 3410 3025 3844
30 61 65 3965 3721 4225
31 90 91 8190 8100 8281
32 81 85 6885 6561 7225
33 94 94 8836 8836 8836
34 71 74 5254 5041 5476
35 61 68 4148 3721 4624
36 84 82 6888 7056 6724
37 87 88 7656 7569 7744
38 61 65 3965 3721 4225
39 74 79 5846 5476 6241
40 58 68 3944 3364 4624
41 71 76 5396 5041 5776
42 94 91 8554 8836 8281
43 48 53 2544 2304 2809
44 65 68 4420 4225 4624
45 61 68 4148 3721 4624
46 58 68 3944 3364 4624
47 55 62 3410 3025 3844
48 77 74 5698 5929 5476
49 65 68 4420 4225 4624
50 71 68 4828 5041 4624
51 71 68 4828 5041 4624
52 61 62 3782 3721 3844
53 77 76 5852 5929 5776
54 84 79 6636 7056 6241
55 71 68 4828 5041 4624
56 61 68 4148 3721 4624
57 74 76 5624 5476 5776
58 65 68 4420 4225 4624
59 71 74 5254 5041 5476
137
2 2
NO X3 Y X3.Y X3 Y
60 61 62 3782 3721 3844
61 71 74 5254 5041 5476
62 58 62 3596 3364 3844
63 61 65 3965 3721 4225
64 84 82 6888 7056 6724
65 61 62 3782 3721 3844
66 65 68 4420 4225 4624
67 71 74 5254 5041 5476
68 65 68 4420 4225 4624
69 55 59 3245 3025 3481
70 84 82 6888 7056 6724
71 74 76 5624 5476 5776
72 74 79 5846 5476 6241
73 42 62 2604 1764 3844
74 71 76 5396 5041 5776
75 68 76 5168 4624 5776
5000 5217 354666 343300 368565
KD = rxy2 x 100%
= (0.9132) x 100%
= 83.4%
138
TABEL 28
Model Summary
Keterangan:
R = Koefisien Korelasi
R2= Koefisien Determinasi
R disebut juga dengan koefisien korelasi. Dapat dibaca bahwa nilai KK
antar variabel sintaksis(X3) dengan keterampilan mendengar bahasa Arab (Y)
adalah 0.913. Hal ini bisa disimpulkan bahwa, terdapat hubungan antara kedua
variabel tersebut sebesar 91.30%.
R Square disebut dengan koefisien determinasi. Dari tabel dapat dibaca
bahwa nilai R Square (R2) adalah 0.834. Hal ini bisa disimpulkan bahwa,
83.40% variasi yang terjadi terhadap tinggi rendahnya keterampilan
mendengar bahasa Arab (Y), disebabkan variasi nilai sintaksis(X3).
Sedangkan untuk uji hipotesis dan regresinya dapat dilihat dari tabel
koefisien berikut ini:
TABEL 29
Coefficients(a)
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients t Sig.
Thitung nya didapat sebesar 19.160 > t tabel 2.000 dengan df = 73(n-2),
jadi HO ditolak artinya nilai sintaksis (X3) itu terdapat hubungan yang positif
dan nyata terhadap nilai keterampilan mendengar(Y).
Dan dalam regresinya adalah Ŷ= 23.632 + 0.689X3 artinya setiap
kenaikan 1 skor sintaksis (X3) dapat meningkatkan 0.689 skor keterampilan
mendengar bahasa Arab(Y).
TABEL 30
N
2 2 2 2
O X1 X2 X3 Y X1 X2 X3 Y X1.Y X2.Y X3.y X1.X2.X3
N
2 2 2 2
O X1 X2 X3 Y X1 X2 X3 Y X1.Y X2.Y X3.y X1.X2.X3
N
2 2 2 2
O X1 X2 X3 Y X1 X2 X3 Y X1.Y X2.Y X3.y X1.X2.X3
TABEL 31
Model Summary(b)
Rx1.X2.X3.Y= √0.923+0.931+r0.913-3.(0.923).(0.931).(0.913).(0.878)
1-(0.878)2
= 0.968
Interpertasi sederhana dari perhitungan di atas ternyata angka korelasi
variabel fonologi(X1), morfologi(X2), sintaksis(X3) dengan keterampilan
mendengar(Y) tidak bertanda negatif. Dengan demikian terdapat korelasi
positif sebesar 0.968 artinya jika nilai fonologi, morfologi dan sintaksis tinggi,
maka nilai keterampilan mendengar bahasa Arab juga meningkat.
KD = rxy2 x 100%
= (0.9682) x 100%
= 93.8%
Artinya angka 93.8% variasi yang terjadi terhadap tinggi rendahnya
keterampilan mendengar bahasa Arab disebabkan oleh variasi kemampuan
fonologi, morfologi dan sintaksis. Dengan demikian proses penghitungan ini
sesuai dengan hasil output SPSS 15.0 sebagai berikut:
TABEL 32
Model Summary
Keterangan:
R = Koefisien Korelasi
R2= Koefisien Determinasi
R disebut juga dengan koefisien korelasi. Dapat dibaca bahwa nilai KK
antar variabel fonologi (X1), morfologi(X2), sintaksis(X3) dengan
keterampilan mendengar bahasa Arab (Y) adalah 0.968.Hal ini bisa
disimpulkan bahwa, terdapat hubungan antara keempat variabel tersebut
sebesar 96.80%.
R Square disebut dengan koefisien determinasi. Dari tabel dapat dibaca
bahwa nilai R Square (R2) adalah 0.938.Hal ini bisa disimpulkan bahwa,
144
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients t Sig.
Thitung pertama didapat sebesar 6.251 > t tabel 2.000 dengan df = 73(n-2),
jadi HO ditolak artinya nilai fonologi (X1) itu terdapat hubungan yang positif
dan nyata terhadap nilai keterampilan mendengar(Y), jika morfologi(X2),
sintaksis(X3) konstan.
Thitung kedua didapat sebesar 5.324 > t tabel 2.000dengan df = 73(n-2),
jadi HO ditolak artinya nilai morfologi (X2) itu terdapat hubungan yang positif
dan nyata terhadap nilai keterampilan mendengar(Y), jika fonologi (X1) dan
sintaksis(X3) konstan.
Thitung ketiga didapat sebesar 3.779 > t tabel 2.000 dengan df = 73(n-2),
jadi HO ditolak artinya nilai sintaksis(X3) itu terdapat hubungan yang positif
dan nyata terhadap nilai keterampilan mendengar(Y), jika fonologi.(X1), dan
morfologi(X2) konstan.
Dan dalam regresinya adalah Ŷ= 9.364 + 0.350X1+ 0.344X2 + 0.194X3
artinya setiap kenaikan 1 skor fonologi (X1) dapat meningkatkan 0.350 skor
keterampilan mendengar bahasa Arab(Y), dan setiap kenaikan 1 skor
morfologi(X2) dapat meningkatkan 0.344 skor keterampilan mendengar
bahasa Arab(Y), serta setiap kenaikan 1 skor sintaksis(X3) dapat
meningkatkan 0.194 skor keterampilan mendengar bahasa Arab(Y).
145
KETERAMPIL
AN
Control Variables MENDENGAR FONOLOGI
MORFOLOGI & KETERAMPILAN Correlation 1.000 .596
SINTAKSIS MENDENGAR Significance (1-tailed) . .000
Df 0 71
FONOLOGI Correlation .596 1.000
Significance (1-tailed) .000 .
Df 71 0
9
Dalam studi korelasi, peneliti seringkali ingin mengetahui hubungan antara tiga buah
peubah setelah mengontrol peubah lain. Misalnya, hubungan antara X1 dengan Y setelah
mengontrol X2 dan X3 atau dapat ditulis r y 1 2.3. Pada umumnya, koefisien korelasi antara X1
dengan Y (r y1) akan lebih besar daripada r y2. Namun, keadaannya tidak selalu demikian.
Menambahkan peubah baru ke dalam korelasi dapat menurunkan atau menaikkan korelasi semula
bergantung kepada hubungan antara peubah-peubah yang terlibat. Lihat Furqon, Ph.D., Statistika
Terapan untuk Penelitian (Bandung : Alfabeta, 2004), Edisi Revisi, h. 115.
146
TABEL 35
KORELASI PARSIAL DENGAN MENGONTROL X1 DAN X3
Correlations
KETERAMPI
LAN
MENDENGA MORFOLO
Control Variables R GI
FONOLOGI & KETERAMPILAN Correlation
1.000 .534
SINTAKSIS MENDENGAR
Significance (1-tailed) . .000
Df 0 71
MORFOLOGI Correlation .534 1.000
Significance (1-tailed) .000 .
Df 71 0
TABEL 36
KORELASI PARSIAL DENGAN MENGONTROL X1 DAN X2
Correlations
KETERAMPIL
AN
Control Variables MENDENGAR SINTAKSIS
FONOLOGI & KETERAMPILAN Correlation 1.000 .409
MORFOLOGI MENDENGAR Significance (1-tailed) . .000
Df 0 71
SINTAKSIS Correlation .409 1.000
Significance (1-tailed) .000 .
Df 71 0
TABEL 37
KOEFISIEN UJI T
Coefficients(a)
Unstandardized Standardized
Model Coefficients Coefficients T Sig. Correlations
Std.
Std. Zero- Part Erro
B Error Beta order ial Part B r
1 (Constant) 9.364 1.999 4.685 .000
FONOLOGI .350 .056 .385 6.251 .000 .923 .596 .185
MORFOLOGI .344 .065 .373 5.324 .000 .931 .534 .157
SINTAKSIS .194 .051 .257 3.779 .000 .913 .409 .112
a Dependent Variable: KETERAMPILAN MENDENGAR
Ternyata harga-harga t hitung > t tabel. Artinya koefisien korelasi parsial antara
X1 dengan Y jika X2 dan X3 dikontrol dan koefisien korelasi parsial antara X2
dengan Y jika X1 dan X3 dikontrol serta koefisien korelasi parsial antara X3
dengan Y jika X1 dan X2 dikontrol ketiga-tiganya tidak bisa diabaikan.
Dengan demikian, dapat disimpulkan meskipun dilakukan pengontrolan terhadap
X1( fonologi), X2 (morfologi) dan X3 (sintaksis) tetap mempunyai hubungan yang
berarti dengan keterampilan mendengar bahasa Arab mahasiswa.
Grafik Hubungan Fonologi (X1) dengan Keterampilan Mendengar(Y)
Charts
1.0
0.8
Expected Cum Prob
0.6
0.4
0.2
0.0
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0
Observed Cum Prob
prediksi(fit), data akan terpencar disekitar angka nol (0 pada sumbu Y) dan
membentuk suatu pola atau trend garis tertentu. Dari Chart ini terlihat sebaran
data ada di sekitar titik nol, serta tampak adanya suatu pola tertentu pada sebaran
data tersebut. Dengan demikian , bisa dikatakan model regresi memenuhi syarat
untuk memprediksi keterampilan mendengar bahasa Arab.
Scatterplot
100
KETERAMPILAN MENDENGAR
90
80
70
60
50
-2 -1 0 1 2 3
Regression Standardized Residual
1.0
0.8
Expected Cum Prob
0.6
0.4
0.2
0.0
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0
Observed Cum Prob
Scatterplot
100
KETERAMPILAN MENDENGAR
90
80
70
60
50
-2 0 2 4
Regression Standardized Residual
1.0
0.8
Expected Cum Prob
0.6
0.4
0.2
0.0
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0
Observed Cum Prob
151
Scatterplot
100
KETERAMPILAN MENDENGAR
90
80
70
60
50
-3 -2 -1 0 1 2 3
Regression Standardized Residual
1.0
0.8
Expected Cum Prob
0.6
0.4
0.2
0.0
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0
Observed Cum Prob
Scatterplot
100
KETERAMPILAN MENDENGAR
90
80
70
60
50
-2 -1 0 1 2 3 4
Regression Standardized Residual
baik fonologi, morfologi maupun sintaksis dalam rangka memahami isi pesan teks
yang didengar.
Adapun penjelasan tentang problem dalam keterampilan mendengar
sebagai berikut:
a. Problem linguistik di bidang fonologi
Melihat dari analisis data diatas bahwa mahasiswa program SIBA STAIN
Salatiga dalam masalah keterampilan mendengar bahasa Arab berada pada
kategori sedang. Hal tersebut dikarenakan pencapaian nilai rata-rata yang
diperoleh dari responden sebanyak 75 mahasiswa mencapai nilai sedang sebesar
69%. Sehingga bisa dikatakan pemahaman isi pesan teks yang didengar
mahasiswa belum bisa dengan sempurna ditangkap mahasiswa dikarenakan
adanya faktor-faktor tertentu. Sesuai dengan teori pendengaran yang dikemukakan
oleh Muhammad Abd Al Khâliq Muhammad 10 bahwa dalam keterampilan
mendengar menuntut kemampuan undur-unsur bahasa, dimana timbulnya
pemahaman akan muncul manakala mempunyai kemampuan sistem yang
mengatur bahasa yang dipelajari.
Terjadinya proses pendengaran adalah dimulai dengan adanya komunikasi
antara dua orang atau lebih, sehingga dari situ akan terdapat adanya usaha saling
memahami pembicaraan apa yang didengar. Proses pemahaman akan terjadi, jika
pendengar mempunyai syarat berupa pengetahuan sistem bahasa yang sama
dengan sistem bahasa yang dimiliki oleh pembicara. Oleh karena itu kemampuan
pendengar dalam bidang unsur-unsur bahasa perlu dikuasai dengan baik agar bisa
sampai pada pemahaman isi pesan pendengaran sesuai dengan apa yang
diinginkan pembicara. Dengan demikian pemahaman akan terjadi jika seseorang
mempunyai pengetahuan tentang sistem bahasa seperti yang dimiliki pembicara
baik tentang sistem fonologi, morfologi dan sintaksis.
10
Muĥammad Abd Al Khâliq Muĥammad adalah seorang ahli pendidikan dibidang
bahasa. Dia banyak menulis buku buku terutama yang membahas tentang profesionalitas guru
bahasa Arab, yang dianggap bahasa Arab sebagai bahasa asing dalam proses belajar mengajar di
sekolah.Dalam proses penulisan buku selalu merujuk hasil karya pada para ahli linguis seperti
Haiton,Harist dan Carl terutama yang berkaitan dengan metodologi pengajaran bahasa. Lihat
dalam mukaddimah buku:Ikhtibârât Al Lughah, ( Riyâd: ‘Imâdah Syu’ûn Al Maktabât, Jâmi’ah Al
Mulk Su’ûd, 1989), hal.ط.
155
11
Ibrâĥîm Muĥammad ‘Athâ, Al-Marja ’ Fi Tadrîs Al-Lughah Al-‘Arabiyyah,( Markaz
Al-Kitâb Li Al-Nasyr, 2005), hal.137.
12
Rusdi Aĥmad Thu’aimah, Ta ’lîm al-‘Arabiyyah Li Ghair al-Nâtiqîn Bihâ Manâhijuh
Wa Asâlîbuh, ((Rabat: Jâmi’ah al-Manshûrah, 1989), hal.156.
156
13
J.W.M. Verhaar, Pengantar Linguistik, (Yogyakarta : Gajah Mada University Press,
1995), hal. 52.
14
M. Ramlan, Morfologi Suatu Tinjauan Deskriptif, (Yogyakarta : UP Karyono, tth),
hal.1.
15
Tamâm Ĥasân, Al Lughah Al ‘Arabiyyah Ma ’nâhâ Wa Mabnâhâ, (Mishr: Al’Ầmmah
li Al Kitâb, 1979), cet.II, hal.36.
157
10 59 16 75
11 60 15 75
16
Bahasa Aglutinasi adalah bahasa yang memiliki banyak imbuhan dan cara
pembentukan kata-kata dilakukan dengan menambah imbuhan tersebut pada kata dasar. Lihat
Emil Badi’ Ya’qub, Fiqh al-Lughah al-‘Arabiyyay Wa Khashâishuhâ, (Bairut : Dâr al-Tsaqâfah
al-‘Arabiyyah, 1982), hal. 189.
17
Bahasa infleksi adalah bahasa yang dalam pembentukan kata-katanya dilakukan
dengan merubah bentuk dasar menjadi bentuk lain yang sesuai dengan konteks pemakaian. Lihat
Emil Badi’ Ya’qub, Fiqh al-Lughah al-‘Arabiyyay Wa Khashâishuhâ…hal. 189.
158
1 67 8 75
2 40 35 75
3 31 44 75
4 31 44 75
5 28 47 75
6 22 53 75
7 26 49 75
8 21 54 75
Macam-Macam Kata
9 21 54 75
10 8 67 75
11 1 74 75
Aplikasi Sintaksis
18
Munir al-Balbaki, Al-Maurid A Modern English Arabic Dictionary, (Beirut : Dâr al-
‘Ilm al-Malayin), hal. 941.
19
Musthâfâ Al Ghalayainî, Jamî’ Al Durûs Al ‘Arabiyyah, ( Beirut: Al Maktabah Al
‘Ashriyyah), Juz II, hal. 12.
159
12 1 74 75
13 59 16 75
14 59 16 75
15 55 20 75
16 48 27 75
20
Aziz Fahrurrozi, Pembelajaran Gramatika Sebagai Ilmu Bantu Memahami Teks, Makalah,
(Jakarta: 1997), hal. 1.
160
MD), dalam bahasa Indonesia tidak ada, akhirnya terpaksa diterjemahkan dengan
pola DM yaitu “lapangan ini luas”.
Problem lain yang berhubungan dengan sintaksis adalah adanya
persesuaian kata ( ) ﻣﻄﺎﺑﻘﺔdalam bahasa Arab, dalam hal fi’l dan fa ’il, mubtada ’
dan khabr, tazkir dan ta ’nits, mufrad dan jama ’, sedangkan dalam bahasa
Indonesia tidak terdapat hal seperti itu.
Disamping foktor-faktor linguistik diatas, juga terdapat faktor-faktor lain
yang bersifat non linguistik yang menjadi problem mahasiswa dalam
keterampilan mendengar bahasa Arab yakni :
1. Faktor input mahasiswa
Bardasarkan observasi penulis dari data mahasiswa yang masuk di
program SIBA STAIN Salatiga tahun akademik 2007/2008 ternyata terdapat
mahasiswa yang berlatar belakang pendidikan non MA/Pesantren dan dari
SMA/STM, dari keseluruhan mahasiswa bisa dilihat dalam tabel berikut ini:
TABEL 40
DATA MAHASISWA PROGRAM SIBA STAIN SALATIGA
TAHUN AKADEMIK 2007/200821
21
Dokumen SIBA STAIN Salatiga tahun akademik 2007/2008.
161
Dari tabel dapat dibaca 345 atau 66% mahasiswa dari alumni MA/MAN
dan 131 atau 34% mahasiswa dari alumni SMA/SMAN. Dari perbedaan latar
belakang sekolah ini idealnya juga berimplikasi pada kemampuan mahasiswa
dalam pembelajaran keterampilan mendengar, sehingga mahasiswa yang
berlatarbelakang sekolah umum banyak yang mengalami kesulitan dalam
keterampilan mendengar, karena bahasa Arab dianggap hal yang baru bagi mereka,
walaupun alumni umum itu ada yang berlatar belakang pesantren.
Disamping itu sesuai dengan pengamatan juga pada tes penempatan
mahasiswa dalam kelas intensif bahasa Arab pada tahun akademik 2007/2008,
hanya terdapat 35% persen mahasiswa yang dikatakan kategori kemampuan
medium, sedangkan selebihnya 65% dalam kategori kemampuan rendah. Hal ini
juga menjadi kondisi riil yang ikut memperkuat akan lemahnya kemampuan
bahasa Arab mahasiswa pada saat awal belajar di program SIBA STAIN Salatiga.
Dengan demikian faktor input mahasiswa yang menjadi problem
keterampilan mendengar bahasa Arab disebut dengan faktor non bahasa. Hal ini
sesuai dengan pendapat Muĥammad Shalâĥ Al-Syantî menyampaikan tentang
problem ketrampilan mendengar yaitu pendengar sendiri yang mempunyai tingkat
kecerdasan rendah dan keterbatasan kekayaan bahasa.22
2. Metode Pengajaran
Berdasarkan observasi proses pengajaran bahasa Arab di kelas, penulis
menemukan bahwa ketika dosen mengajar dikelas sering menggunakan metode
langsung ( ) ﻣﺒﺎﺷﺮةdengan bahasa Arab, terutama native speaker Arab yang tidak
bisa berkomunikasi dengan bahasa Indonesia yang langsung mengajar di kelas,
walaupun metode ini secara ideal sangat tepat dan menjadi persyaratan bagi
22
Muĥammad Shalâĥ Al-Syanti, Al-Mahârah Al-Lughawiyyah,Libanon, (Dar al-
Andalusy, 1996), hal.193.
162
pengajar yang ingin mengajar bahasa Arab yang tidak memperbolehkan adanya
toleransi dalam ketercampuran pengucapan bahasa Arab dengan B1, namun hal
ini juga menjadi problem mahasiswa yang berlatar belakang SMA/STM dalam
menangkap pelajaran. Hal ini sesuai dengan pernyataan salah satu mahasiswi
berlatar belakang SMA yang bernama Febby Hidayati yang menyatakan tentang
kesulitanya dalam memahami materi bahasa Arab karena baru merupakan
pertama kali mengenal bahasa Arab dan kecepatan pengucapan yang dilakukan
dosen luar (Mesir).23
Dengan demikian seharusnya seorang dosen dalam mengajar bahasa Arab
di program SIBA STAIN Salatiga perlu memperhatikan kondisi tingkat
kemampuan mahasiswanya dalam bahasa Arab, karena mereka yang latar
belakang sekolah umum, bahwa mempelajari bahasa Arab merupakan hal yang
baru yang sebelumnya belum pernah dipelajari apalagi materi keterampilan
menyima’ yang merupakan materi sulit dalam pengajaran bahasa Arab. Artinya
dalam melaksanakan pengajaran keterampilan mendengar, maka dosen hendaknya
lebih banyak menggunakan metode campuran dalam rangka menyesuaikan
kondisi tingkat kemampuan bahasa Arab mahasiswanya. Hal ini sesuai dengan
pendapat Rusydî Ahmad Thu’aimah yang telah memberikan pengarahan tentang
pengajaran keterampilan mendengar bahwa, dalam pengajaran keterampilan
mendengar (istima ’) perlu memperhatikan kondisi pembelajar. Dalam hal ini
Tu’aimah membagi dalam 2 hal problem pembelajar, pertama pembelajar yang
belum pernah belajar bahasa Arab. Dan kedua pembelajar yang sudah pernah
belajar bahasa Arab lewat membaca namun belum pernah berkomunikasi
langsung dengan pembicara asli. Menurut Thu’aimah pembelajar semacam
pertama materi dan metode tidak bisa disamakan dengan pembelajar model kedua.
Kalau problem kedua bahwa pembelajar itu sudah siap menerima materi
mendengar yang walaupun belum pernah dialami sebelumnya, karena sebelumnya
sudah bisa mengetahui rumus-rumus bahasa melalui bahasa tulisan, hanya saja
melalui mendengar belum mempunyai kesiapan indra dengar untuk mengetahui
23
Rofita Febby Hidayati adalah mahasiswai program SIBA yang berasal dari SMA
Wira Usaha Ambarawa Semarang, Wawancara tanggal 15 April 2008 di STAIN Salatiga.
163
3. Materi Pelajaran
Unsur penting dalam bangunan kurikulum setelah ditetapkannya tujuan
adalah materi pelajaran, karena adanya materi akan mengantarkan peserta didik
kepada tujuan pengajaran yang diharapkan. Walaupun secara umum materi
pengajaran keterampilan mendengar di SIBA STAIN Salatiga sudah tersusun
dengan baik dalam silaby, namun materi akan menjadi problem mahasiswa, jika
tidak dilakukan pemilihan materi sesuai dengan prinsip pemilihan materi dengan
benar, sehingga materi yang dipersiapkan bisa proporsional, tidak menggemuk
dan dapat disesuaikan dengan jumlah jam yang disediakan. Mengingat pentingnya
materi pelajaran25 dalam mengantarkan peserta didik untuk menguasai kompetensi
24
Rusydî Ahmad Thu’aimah, Ta ’lîm al-‘Arabiyyah Li Ghair al-Nâtiqîn Bihâ
Manâhijuh Wa Asâlîbuh, ((Rabat: Jâmi’ah al-Manshûrah, 1989), hal.151.
25
Materi pelajaran adalah komponen paling penting dalam setiap rancang bangun
kurikulum. Mengingat posisinya yang strategis dalam mewujudkan tujuan-tujuan yang dituangkan
dalam kurikulum, para pakar kurikulum merekomendasikan prinsip-prinsip dalam memilih
isi/materi dalam kurikulum. Inti dari prinsip-prinsip tersebut adalah :
1. Prinsip validitas berkenaan dengan kesahihan dan keotentikan materi
2. Prinsip signifikan berkaitan dengan relevansi materi dengan kebutuhhan peserta didik
3. Prinsip intrest berkaitan dengan minat dan kecenderungan siswa terhadap materi
4. Prinsip keterterimaan materi untuk dipelajari
5. Prinsip consistency with sosial reality berkaitan dengan konsistensi materi dengan
kenyataan sosial
(Lihat : Rusydi Ahmad Thu’aimah, Ta ’lîm al-‘Arabiyyah Li Ghair al-Nâthiqîn Bihâ Manâhijuh
Wa Asâlîbuh, ((Rabat: Jâmi’ah al-Manshûrah, 1989), hal.66. Lihat lagi Abdullah Idi,
Pengembangan Kurikulum : Teori dan Praktik, (Yogjakarta: Ar-Ruz Media, 2007), hal.194.
164
yang dituntut dalam keterampilan mendengar, maka pada bagian ini penulis akan
menganalisis materi keterampilan mendengar bahasa Arab dari sudut
kevaliditasan materi dengan kompetensi keterampilan mendengar. Langkah-
langkah analisis akan dimulai dengan pemetaan seluruh materi pelajaran yang
disajikan untuk satu tahun kemudian dimasukkan dalam tiga aspek yaitu;
pendidikan, sosial dan budaya modern Arab. Adapun materi keterampilan
mendengar yang dijadikan acuan dalam pengajaran keterampilan mendengar
selama satu tahun dapat dilihat dalam tabel berikut ini:
TABEL 41
Tema / Pokok
No Semester Bahasan
1 1 ﺍﻟﺘﺤﻴﺔ ﻭﺍﻟﺘﻌﺎﺭﻑ
2 ﺍﻟﺪﺭﺍﺳﺔ
3 ﺍﻹﻧﺴﺎﻥ ﳛﺘﺎﺝ ﺇﱃ ﺍﻟﺘﺮﻭﻳﺢ
4 ﺍﻷﺳﺮﺓ
5 ﺍﻟﺘﺴﻮﻕ
6 ﺍﳍﻮﺍﻳﺎﺕ
7 ﺍﳌﻬﻦ
8 ﺍﻟﺴﻔﺮ
9 ﺍﳊﻴﺎﺓ ﰲ ﺍﳌﺪﻳﻨﺔ
10 ﺍﻟﺼﺤﺔ
11 ﺍﻟﻨﻈﺎﻓﺔ
12 ﺍﻟﻌﻄﻠﺔ
13 ﺍﻟﻠﻐﺔ ﺍﻟﻌﺮﺑﻴﺔ
14 ﺍﻟﻌﻠﻢ ﻭﺍﻟﺘﻌﻠﻢ
15 ﺍﻟﻌﻨﺎﻳﺔ ﺑﺎﻟﺼﺤﺔ
16 ﺍﻟﻌﺎﱂ ﻗﺮﻳﺔ ﺻﻐﲑﺓ
17 ﺍﻷﻣﻦ
18 ﺍﻟﺘﻠﻮﺙ
II
19 ﺍﳊﻴﺎﺓ ﺍﻟﺰﻭﺟﻴﺔ
20 ﺍﳉﻮﺍﺋﺰ
21 ﺍﻟﺸﺒﺎﺏ
22 ﺍﻟﻌﺎﱂ ﺍﻹﺳﻼﻣﻲ
23 ﺍﻟﻄﺎﻗﺔ
24 ﻗﺼﺔ ﺍﻟﻮﺣﻲ
25 ﺧﺼﺎﺋﺺ ﺍﻟﺮﺳﺎﻟﺔ ﺍﶈﻤﺪﻳﺔ
26 ﻫﺠﺮﺓ ﺍﻟﻌﻘﻮﻝ
27 ﻧﺼﺎﺋﺢ ﻟﻨﻮﻡ ﺻﺤﻲ ﺳﻠﻴﻢ
28 ﻗﺼﺺ ﻋﻤﺮﻳﺔ
29 ﺃﻣﺜﺎﻝ ﻋﺮﺑﻴﺔ
Bandingkan juga dengan Muhammad Ali, Pengembangan Kurikulum di Sekolah, (Bandung, Sinar
Baru Algesindo, 1992), hal.96
165
30 ﺍﳋﻼﻓﺎﺕ ﺍﻟﺰﻭﺟﻴﺔ
31 ﺍﳌﺎﺀ
32 ﻫﻞ ﺃﺳﺌﻠﺔ ﻃﻔﻠﻚ ﺗﻘﻠﻘﻚ؟
23 √
24 √
25 √
26 √
27 √
28 √
29 √
30 √
31 √
32 √
Jumlah 10 19 3
salah satu faktor yang dapat mengurangi minat siswa dalam mempelajari bahasa
Arab. Kondisi ini perlu disikapi baik oleh para pengambil kebijakan maupun oleh
para dosen sebagai pengembang dan pelaksana kurikulum di lapangan dengan
cara melakukan penentuan materi secara benar dan proporsional.
Dengan adanya muatan materi yang tidak seimbang tentu menyebabkan
dosen merasa kesulitan untuk menuntaskan tema-tema/pokok bahasan tersebut
dalam setahun. Sesuai wawancara dengan dosen Sidqon Maisur, Lc, MA
mengatakan bahwa, materi keterampilan mendengar 34 tema dalam setahun tidak
bisa diajarkan keseluruhan, karena jam belajar hanya dua jam, demikian juga
materi materi qiraah tidak bisa terselesaikan dan dituntaskan dalam setahun
walaupun jam belajar empat jam akan tetapi materi qiraah lebih padat lagi yaitu
sebanyak 107 tema.26 Dengan demukian penulis berpendapat bahwa, disebabkan
adanya faktor mengejar ketuntasan materi, sehingga mahasiswa kurang
diperhatikan apakah mahasiswa tersebut sudah paham atau belum terhadap materi
yang diajarkan. Hal ini akan mempengaruhi minat dan motivasi mahasiwa dalam
belajar bahasa Arab. Menurut Shalâh Abd Al-Majîd27 menyatakan bahwa, salah
satu faktor yang menyebabkan menurunya belajar adalah adanya faktor pribadi
pendengar dikarenakan tidak ada perhatian terhadap materi yang diajarkan yang
salah satu penyebabnya adalah terlalu sarat materi. Dan tentunya dalam
menentukan materi hendaknya mendasarkan segi proritas dan juga menyesuaikan
jumlah jam yang tersedia disamping tingkat kesulitan materi, sehingga materi bisa
tuntas diajarkan dalam rangka mencapai tujuan pengajaran yang telah ditentukan.
4. Jam pelajaran
26
Sidqon Maisur adalah dosen bahasa Arab sekaligus ketua UPB (Unit Pelayanan
Bahasa), Wawancara tanggal 10 April 2008 di STAIN.
27
Shalah Abd al-Majîd Al-‘Araby, Ta ’alum Al_lughoh Al-hayyah Wa Ta ’lîmuha Baina
Nadhoriyah Wa Al-Tatbîq, (Bairut: Maktabah Lubnan, 1981), hal.66.
167
28
K.H . Nasafi adalaah dosen bahasa Arab sekaligus pimpinan pondok pesantren Nurul
Atsna . Pesantren Nurul Atsna adalah sebagai tempat penitipan mahasiswa program SIBA STAIN
Salatiga, wawancara, tanggal 20 April 2008.
168
yang jauh lebih banyak dibanding dengan bahasa Inggris, sehingga mempelajari
bahasa Inggris lebih mudah dari pada bahasa Arab .29
5. Fasilitas.
yang merupakan angka hubungan yang menunjukkan derajat yang sangat tinggi,
kuat sekali dan dapat diandalkan, yang mendekati derajat sempurna, dengan
sumbangan hubungan sebesar 0,851.
Dengan kata lain, keterampilan mendengar bahasa Arab mahasiswa akan
menjadi lebih baik, jika ditunjang oleh adanya kemampuan bagus dalam bidang
fonologi mahasiswa.
Hasil temuan penulis ini sejalan dengan teori Abdu Al Majîd32, bahwa
ketika seseorang berada dalam proses mendengar (encode) bahasa asing, maka
indra pendengar berusaha memahami kode-kode bahasa (decode), dengan
menggunakan kemampuan kebahasaan tentang fonologi yang sudah dimiliki. Hal
ini menjadi keharusan tahap awal dalam keterampilan mendengar untuk
mempunyai kemampuan dalam membedakan bunyi-bunyi yang didengar, apalagi
tentang bunyi-bunyi yang mirip (minimal pairs), misalnya kemampuan
membedakan bunyi أdan ع, ظ, dan ضdan lain-lain. Karena kesalahan penebakan
huruf akan berakibat perubahan arti yang pada akhirnya akan terjadi kesalahan
menangkap isi pesan teks yang didengar.Teori ini juga diperkuat dengan pendapat
Lilian M Logan dalam Guntur Tarigan 33 yang mengatakan bahwa, tujuan
mendengar ada yang bermaksud ingin mengetahui perbedaan bunyi-bunyi dengan
tepat, mana bunyi yang bisa membedakan arti (distingtif) dan mana yang tidak
membedakan arti. Bahkan menurut Anderson dalam Tarigan, bahwa mendengar
yang baik adalah pendengar yang mempunyai kemampuan mendengar perbedaan
bunyi-bunyi yang didengar dengan baik.
Sementara Kâmil Al-Nâqah 34 mengatakan bahwa, dalam keterampilan
mendengar hendaknya dituntut adanya keterampilan dalam membedakan bunyi-
bunyi arab, dan bunyi minimal pairs yang terdapat dalam ungkapan yang didengar.
Keterampilan tersebut di tuntut karena menjadi dasar pertama dalam bangunan
32
Shalâĥ Abd al Majîd Al ‘Arabî, Ta ’alum Al_lughoh Al hayyah Wa Ta ’lîmuha Baina
Nadhoriyah Wa Al Tatbîq(,Bairut: Maktabah Lubnan ,1981),hal.67. Lihat juga Al Khûli,
Muhammad ‘Ali, A Dictionary of Theoretical Linguistiks, English Arabic, With An Arabic
English Glossary, (Beirut: Librairi Du Liban1982), , cet. I, hal.85.
33
Henry Guntur Tarigan, Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung:
Angkasa, 1986), hal. 56-63.
34
Maĥmûd Kamil al-Naqah, Ta ’lîm Al-lughah Al-‘arabiyah Li Al-Nâtiqîn Bilughoh
Ukhro,(Almamlakah Al-‘Arabiyah As-Su’udiyah,Al-Jami’ah Ummu Al-Quro,1985),hal.124.
171
kata dan kalimat bahasa Arab. Mengenal bunyi menjadi pengantar dalam
mengenal kata dan kalimat, sementara kata dan kalimat akan membangun
paragraph atau alinea.
Dengan demikian kemampuan fonologi menjadi keharusan untuk dimiliki
bagi pendengar terhadap bahasa asing (Arab), dalam rangka menjamin kebenaran
menangkap isi pesan terhadap teks yang didengar.
35
Al ‘Araby Shalah Abd al Majîd,Ta ’alum Al_lughoh Al hayyah Wa Ta ’lîmuha Baina
Nadhoriyah Wa Al Tatbîq,….hal.67.
36
Henry Guntur Tarigan, Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa….., hal.
56-63.
172
40
Al ‘Araby Shalah Abd al Majîd,Ta ’alum Al_lughoh Al hayyah Wa Ta ’lîmuha Baina
Nadhoriyah Wa Al Tatbîq,….hal.67.
41
Henry Guntur Tarigan, Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa….., hal.
56-63.
42
Maĥmûd Kamil al-Naqah, Ta ’lîm Al-lughah Al-‘arabiyah Li Al-Nâthiqîn Bilughoh
Ukhro,(Almamlakah Al-‘Arabiyah As-Su’udiyah,Al-Jami’ah Ummu Al-Qurâ,1985),hal.124.
174
Nadhoriyah Wa Al Tatbîq,….hal.67.
44
Henry Guntur Tarigan, Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa….., hal.
56-63.
175
4. Keterbatasan Penelitian
45
Muĥammad Abd Al Khâliq Muhammad, Ikhtibârât Al Lughah, ( Riyâd: ‘Imâdah
Syu’ûn Al Maktabât Jâmi’ah Al Mulk Su’ûd, 1989), hal. 39.
176
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan hasil pengujian hipotesis yang
dilakukan, ditemukan bahwa ternyata keterampilan mendengar dipengaruhi oleh
faktor fonologi, morfologi dan sintaksis. Hasil temuan ini didasarkan pada
analisis dibawah ini :
Pertama, ditemukan bahwa faktor fonologi dalam pengajaran bahasa
Arab berhubungan yang sangat signifikan dengan keterampilan mendengar
mahasiswa STAIN dan memiliki keeratan hubungan sebesar r = 0,923. Hal
tersebut berarti bahwa fonologi berhubungan positif dan sangat kuat dengan
keterampilan mendengar mahasiswa. Kesimpulan tersebut dapat diterima dengan
adanya koefisien korelasi yang signifikan antara faktor fonologi dengan
keterampilan mendengar mahasiswa dengan probabilitas 0,000 pada taraf
signifikansi 5%. Karena itu dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi kemampuan
fonologi mahasiswa, maka akan semakin tinggi dan baik keterampilan
mendengarnya.
Kedua, hubungan morfologi dengan keterampilan mendengar terdapat
korelasi yang sangat signifikan dan memiliki keeratan sebesar r= 0.931. Artinya
faktor morfologi dengan keterampilan mendengar mahasiswa mempunyai
hubungan yang erat dan sangat kuat. Dengan probabilitas 0,000 pada taraf
signifikansi 5% dapat menerima hipotesis ini. Karena itu dapat disimpulkan
bahwa semakin tinggi kemampuan morfologi mahasiswa, maka akan semakin
tinggi dan baik keterampilan mendengar mahasiswa. Dengan demikian,
seseorang yang memiliki kemampuan morfologi yang tinggi, maka akan
mempunyai sumbangan yang besar terhadap keterampilan mendengarnya.
Ketiga, hubungan sintaksis dengan keterampilan mendengar terdapat
hubungan yang sangat signifikan dan mempunyai nilai keeratan sebesar r= 0.913.
178
B. Implikasi
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keberhasilan keterampilan
mendengar mahasiswa program SIBA STAIN Salatiga dipengaruhi oleh faktor
kemampuan fonologi, morfologi dan sintaksis, baik secara sendiri-sendiri
maupun bersama-sama. Untuk itu, agar lembaga dan para dosen memperhatikan
ketiga variabel bebas tersebut di atas dengan beberapa upaya peningkatanya:
Pertama. Perlu adanya kerjasama atau koordinasi yang intensif antara
pihak lembaga (Ketua STAIN dan Para Dosen SIBA) dalam upaya meningkatkan
180
yang tepat untuk menyampaikan dan menerima ide dalam kalimat sempurna.
Dengan kemampuan shorf (morfologi) menjadi alat yang dapat memperkaya kosa
kata bahasa Arab dan sintaksis yang dapat mengenal dengan tepat makna kata
dalam kalimat, sehingga pendengar akan mampu menangkap pesan sesuai
dengan maksud dan tujuan pembicara. Dengan mendasarkan hubungan murni
tersebut tentunya dalam pelaksanaan pengajaran perlu tindakan perbaikan
termasuk penambahan jam belajar dan materi ajar maupun penggunaan metode
mengajar yang efektif .
C. Saran-saran
Dari kesimpulan hasil penelitian dan implikasi penelitian seperti yang
telah diutarakan, maka selanjutnya diajukan saran-saran sebagai berikut:
1. Hendaknya lembaga terdapat upaya untuk memberikan dorongan kepada
para dosen untuk terus meningkatkan profesionalitas dalam mengajarkan
keterampilan mendengar bahasa Arab. Hal ini berarti merupakan tindakan
berinvestasi mutu pendidikan lembaga.
2. Kepada lembaga, hendaknya lebih menaruh perhatian yang tinggi dalam
memfasilitasi sarana dan prasarana proses perkuliahan pada program SIBA,
dalam rangka tercapainya kualitas hasil perkuliahan mata kuliah pengajaran
keterampilan mendengar bahasa Arab secara maksimal, misalnya
pengadaan ruang perkuliahan yang sangat representatif, pengadaan media
pengajaran keterampilan mendengar seperti CD, kaset, tape recorder dan
perlengkapan buku-buku yang diperlukan dalam pengajaran keterampilan
mendengar bahasa Arab.
3. Kepada para dosen, dalam rangka menumbuhkan dan meningkatkan
keterampilan mendengar bahasa Arab mahasiswa, maka dalam proses
penyampaian materi perkuliahan hendaknya mampu memilih materi dengan
strategi yang tepat agar sesuai dengan kualitas pesan yang disampaikan.
182
DAFTAR PUSTAKA
Abd al-Lathîf, Muĥammad Ĥamasah, Al-Na ĥw Al-Asâsî, Mesir: Dâr al- Fikr al-‘Arabî,
1997
Abû Sulaimân, Abd al Wahâb, Ibrahim, Kitâbah a lBahts al ’Ilm. Shiyâghah Jadidah,
Jeddah: Dar al Syurûq, Jâmiah Um al Qurâ, cet.VI, 1996.
Achmadi, Abu, dan Joko Tri Prasetya, SBM Strategi Belajar Mengajar Untuk
Fakultas Tarbiyah Komponen MKDK, Bandung: Pustaka Setia, 2005
Ainin, Moch, Metodologi Penelitian Bahasa Arab, Malang, Hilal Pustaka, 2007
‘Ali Mujâwîr, Muĥammad Shalâĥuddin, Tadrîs Al Lughah Al ‘Arabiyyah Fi Al
Marhalah Al Ibtidaiyyah Ususuh Wa Tatbîqâtuh, Lubnan: Dar al Andalusy,
1996
Ali, Muhammad Pengembangan Kurikulum di Sekolah, Bandung: Sinar Baru
Algesindo, 1992.
Al-‘Arabî, Shalâĥ Abdu al Majîd,,Ta ’alum Al_lughoh Al hayyah Wa Ta ’lîmuha Baina
Nadhoriyah Wa Al Tatbîq, Bairut: Maktabah Lubnan ,1981.
‘Amirah, Basuni Ibrahîm, al Ansyitah al ’Ilmiyyah Ghair al Shaffiyyah Wa Nawûdi
al Ulûm Dirasah Maidâniyyah, Riyad: al Tarbiyyah al Araby li al Duwal al
Khalîj, 1998.
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pengantar Praktek. Jakarta: Rineka
Cipta, 1997.
Arsyad, Azhar, Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007
-------, Bahasa Arab dan Metode Pengajarannya; Beberapa Pokok Pikiran. Ujung
Pandang: Berkah Utami, 1997.
Asrori, Imam, Sintaksis Bahasa Arab, Frasa Klausa Kalimat, Malang: Misykat,
2004.
Athâ, Ibrâhîm Muhammad, Al Marja ’ Fi Tadrîs Al Lughah Al ‘Arabiyyah, Markaz
Al Kitâb Li AlNasyr, 2005.
Atjeh, Aboebakar, Sejarah Hidup K.H.A., Wahid Hasyim dan Karangan Tersiar,
Jakarta: t.p.,1957.
Badrî, Kamâl Ibrâhîm, Usus al-Ta ’lîm al-Lughah al-’Ajnabiyyah, Jakarta : LPBA,
1988.
Baidawî, Muĥammad, ‘Ilm Al-Tarjamah Al-Nadzariyyah Wa Al-Tathbîq, Tunis: Dâr
Al-Ma’ârif, 1992.
184
Al-Fauzân, Abd al-Raĥman Bin Ibrâhîm, al-‘Alarabiyyah Bain Yadaik. Saudi Arabia,
Yayasan waqaf Islam, 2003.
Finocchiaro, Mary, English a Second Languange From Theory to Practice. New
York: Rogent Publishing Company, Inc, 1974.
-------, Teaching Children Foreign Languages, New York: Mc.GrawHill Company.
Al-Ghalayainî, Mustafa, Jamî’ al-Durûs al-‘Arabiyyah, Bairût, Maktabah
‘Ashîriyyah, 1991
Al-Ghâlî, Nashir Abd al-Lah dkk, Usus ‘I’dâd al-Kutub al-Ta ’lîmiyyah Li Ghair al-
Nâthiqîn Biha. Riyâd, Dâr al-‘I’tishâm, 1992.
Ghozali, Said Imam, Pengembangan Bahasa Arab di Sektor Ekonomi, dalam Qimah
III, Surabaya: F. Adab,1990.
Gronlund, N. E., Gronlund dan Lin L. Robert, Measurement and Evaluation in
Teaching. New York: Macmillan Publishing Co, 1985,.
-------, dan Norman Edward, Constructing Achievement Tests, Third Edition,
Prentice-Hall, INC., Englewood Cliffs, USA, 1982.
Al-Ĥâfidz, Yâsîn, Al-Ta ĥlîl Al-Sharfî, Damaskus: Dâr al-‘Ashamâ’, 1997.
Hadi, Sutrisno, Metodologi Research II. Yogyakarta: Fak. Psikologi UGM, 1982.
Ĥandâmi Yaĥya dan Jâbir Abdul amîd Jâbir, Al-Manhaj, asâsuhâ, Takhtîtuhâ,
Taqwîmuhâ, Kairo: Dâr al-Nahdhah al-‘Arabiyyah, 1987.
Haryati, Mimin, Model & Teknik Penilaian pada Tingkat Satuan Pendidikan, Jakarta:
Gaung Persada Press, 2007
Ĥasan, Tamâm, Al Usûl Dirâsah Etîmûlûjiyyah Li Al Fikr Al Lughawy ‘Ind Al ‘Arab
Al Nahwy Fiqh Al LughawyAl Balâghy, Kairo: ‘Ălam Al Kutub, 2000.
Hidayat, HD., Makalah. Pengajaran Bahasa Arab untuk Tujuan Pemahaman,
disampaikan dalam workshop pengajaran bahasa Arab untuk Pergururan
Tinggi, pada 16 Nopember 2000.
Ibn Hisyâm, Syarh Syudzur al Dzahâb Fi Ma ’rifah Kalâm al ‘Arab, Beirut: Dâr al
Fikr, tt.
Ibrahim, Abd al-'Alim, Al-Muwajjih al-Fanny li Mudarris al-Lughah al-'Arabiyah,
Kairo: Dar al-Ma'arif,1978.
Ibrâhîm, Ĥammâdah, Al Ittijâhât Al Mu’âsharah Fi Tadrîs Al Lughah Al ‘Arabiyyah
Wa Al Lughât Al hayyah Al uhrâ Li Al Ghair Al Nâtiqîn Bihâ. Kairo: Dâr Al
Fikr Al ‘Araby, 1987.
Ibrahim, R., Dan Nana Syaodih S, Perencanaan Pengajaran. Jakarta, Rineka Cipta,
2003.
186
Payne, A. Richard, How To Get A Better Job Quicker, Jakarta: Effhar dan Dharma
Prize, cet. III, 1992.
Porwo, Bambang Kaswanti, Pragmatik Dan Pengajaran Bahasa, Yogyakarta:
Kanisius, 1990.
Pranowo, Statistik Praktis, Yogyakarta : Ananda, 1982.
‘Al-Qâsimî, ‘Ali , Mukhtabar Al Lughah, Kuwait: Dâr Al Qalam, cet.I, 1970.
-------, ‘Ilm Al Lughah Wa Shinâ ’ah Al Mu’jâm. Jâmi’ah Al Mulk su’ûd, ‘Imâdah
Syu’ûn al Maktabât, 1991.
Rasyad, Aminuddin Teori Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: UHAMKA PRESS,
2003
Richards, Jack C and Theodore S. Rodgers, Approaches And Methods In Language
Teaching. New York: Cambridge University Press, 1992.
Riduwan, Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta, cet.3,
2003
Riduwan, Metode Dan Tehnik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta, cet.V, 2007.
Robbin, B James, Komunikasi yang Efektif. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1986.
Sanjaya,Wina, Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi,
Jakarta: Prenada Media, 2005
Saridjo, Marwan, et.al., Sejarah Pondok Pesantren di Indonesia, Jakarta: Dharma
Bhakti,1980.
Al-Sayûtî, Al Itqân Fî ‘Ulûm Al Qurân , Juz I, Dâr al Fikr, 911 H.
-------, Al Muzdîr fi ’ulûm al – lughah alarabiyah. Sudan – Beirut: Mansyurah al
Maktabah al ’ashriyah. Juz 1 , 1987.
STAIN, Buku Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan, 2007.
Al-Shiddieqi, Hasbi, Ilmu-ilmu Alqur ’an. Jakarta: Bulan Bintang. Cet. III, 1993.
Al-Syantî, Muĥamma Shalâĥ, Al Mahârah Al Lughawiyyah,Libanon: Dar al
Andalusy, 1996.
Al-Syuwairaf, Abd al Latif Aĥmad, al Tadribat al Lughawiyyah li al Sanah al Ulâ,
Mesir: al Kulliyyah al Da’wah al Islamiyyah, cet.I, 1997.
Saidun, Fiddaroini, Efektivitas dan Efisiensi Sosialisasi Bahasa Arab, Surabaya: CV.
Cempaka,1997.
Abdul‘al, Saiyid Abdul Mun’îm, Thuruqu Tadrîs Al Lughah Al ‘Arabiyyah.
Kairo:Maktabah Al Gharib,tt.
189
A. Petunjuk Pengisian
1. Tes ini diberikan dalam rangka penelitian ilmiah untuk penyusunan tesis,
oleh karena mohon diisi sesuai dengan kemampuan Anda.
2. Anda diharapkan menjawab sendiri tes ini, tanpa bantuan orang lain.
3. Tes ini tidak ada hubunganya dengan nilai mata kuliah Anda.
4. Jawablah soal-soal yang telah disediakan sesuai dengan petunjuk
pengisian.
B. Identitas Responden
1. Nama :…………………………………………………..
2. Semester :…………………………………………………...
3. Latar Belakang Sekolah :…………………………………………………...
4. Jenis Kelamin :…………………………………………………...
5. Alamat Tempat Tinggal :…………………………………………………...
…………………………………………………..
C. Daftar Pertanyaan
Petunjuk Pengisian: Berilah tanda lingkaran (О) pada salah satu alternatif
jawaban yang anda anggap paling cocok dengan pertanyaan yang diberikan.
إﺧﺘﺒﺎر ﻣﻬﺎرة اﻹﺳﺘﻤﺎع
)ورﻗﺔ اﻷﺟﻮﺑﺔ ﻟﻠﻄّﻼب(
.Iاﻟﻨّﺺّ اﻷول
إﺳﺘﻤﻊ اﻟﻰ اﻟﺤﻮار ،ﺛﻢ اﺧﺘﺮ اﻟﺠﻮاب اﻟﺼﺤﯿﺢ ﺑﻮﺿﻊ داﺋﺮة ﺣﻮل اﻟﺤﺮف اﻟﻤﻨﺎﺳﺐ!.
.IIاﻟﻨّﺺّ اﻟﺜﺎﻧﻰ
اﺳﺘﻤﻊ اﻟﻰ اﻟﻨّﺺ ،ﺛّﻢ اﺧﺘﺮ اﻟﺠﻮاب اﻟﺼﺤﯿﺢ ﺑﻮﺿﻊ داﺋﺮة ﺣﻮل اﻟﺤﺮف اﻟﻤﻨﺎﺳﺐ!.
.Vاﻟﻨّﺺّ اﻟﺨﺎﻣﺲ
اﺳﺘﻤﻊ اﻟﻰ اﻟﻨّﺺ ،ﺛﻢّ اﺧﺘﺮ اﻟﺠﻮاب اﻟﺼﺤﯿﺢ ﺑﻮﺿﻊ داﺋﺮة ﺣﻮل اﻟﺤﺮف اﻟﻤﻨﺎﺳﺐ !
ج -دﯾﻦ ب -ﺟﻤﺎل .٢٨أ -ﻣﺎل
ج -ﻛﺜﺮت اﻟﻔﺴﺎد ب -ﻛﺜﺮ اﻟﻔﺴﺎد .٢٩أ -ﻛﺜﺮﻧﺎ اﻟﻔﺴﺎد
ج -ﺣﻠّﺖ اﻟﻤﺸﻜﻼت .٣٠أ -ﻗﻠّﺖ اﻟﻤﺸﻜﻼت ب -ﻛﺜﺮت اﻟﻤﺸﻜﻼت
ج -اﻷوﻵد و اﻟﺰوﺟﯿﻦ ب -اﻟﺰوﺟﯿﻦ .٣١أ -اﻷوﻵد
ج -اﻟﺤﺰن ب -اﻟﺨﻮف .٣٢أ -اﻷﻣﺎن
ج -اﻷﺻﺤﺎب ب -اﻷﻫﻞ .٣٣أ -اﻟﻨّﺎس
.٣٤أ -ﯾﺘﺰوّج ﻣﻊ ﻣﻦ ﻟﻪ دﯾﻦ وﺧﻠﻖ
ب -ﯾﺘﺰوّج ﻣﻊ ﻣﻦ ﻟﯿﺲ ﻟﻪ دﯾﻦ و ﺧﻠﻖ
ج -ﯾﺘﺰوّج ﻣﻊ ﻣﻦ ﻟﻪ ﻣﺎل و دﯾﻦ
.٣٥أ -اﻟﻤﻄﺎﻟﺐ اﻟﻌﯿﺸﺔ ب -اﻟﻤﻄﺎﻟﺐ اﻟﻤﺎدّﯾّّﺔ ج -اﻟﻤﻄﺎﻟﺐ اﻟﻤﻌﻨﻮﯾﺔ
.٣٦أ -ﻛﺜﺮ ﻋﺪد اﻟﺴّﻜّﺎن
ب -ﻛﺜﺮ اﻟﻔﺴﺎد
ج -ﻛﺜﺮت ﺣﻮادث اﻟﺴّﺮﻗﺔ
ج -ﻛﺜﯿﺮة ﺟﺪّا ب -ﻗﻠﯿﻠﺔ .٣٧أ -ﻛﺜﯿﺮة
ج -اﻷﻏﻨﯿﺎء واﻟﻔﻘﺮاء ب -اﻟﻔﻘﺮاء .٣٨أ -اﻷﻏﻨﯿﺎء
ج -اﻟﺸّﻮارع ب -اﻟﺠﯿﺮان .٣٩أ -اﻟﺤﺪاﺋﻖ
إﺧﺘﺒﺎر اﻟﻌﻨﺎﺻﺮ اﻟﻠﻐﻮﯾّﺔ
ورﻗﺔ اﻷﺟﻮﺑﺔ ﻟﻠﻄّﻼّب
.Iاﻷﺻﻮات)(Fonologi
أ .إﺧﺘﺮ اﻟﺠﻮاب اﻟﺼﺤﯿﺢ اﻟﺬي ﺗﺴﻤﻌﻪ ﺑﻮﺿﻊ داﺋﺮة ﺣﻮل اﻟﺤﺮف اﻟﻤﻨﺎﺳﺐ !
ج -ﺣﻠﯿﻢ ب -ﻋﻠﯿﻢ .١أ -أﻟﯿﻢ
ج -ﻏﺎل ب -ﺧﺎل .٢أ -ﻗﺎل
ج -ﯾﻨﺒﻂ ب -ﯾﻤﺒﺖ .٣أ -ﯾﻨﺒﺖ
ج -ﺷﺎر ب -ﺛﺎر .٤أ -ﺳﺎر
ج -ذلّ ب -ﻇﻞّ .٥أ -ﺿﻞّ
ج -ﻓﺨﻮر ب -ﻓﻘﻮر .٦أ -ﻓﺨﺮ
ج -ﺑﻞ ب -ﻣﻞّ .٧أ -ﺑﻠﻰ
ج -ﺻﺎر ب -ﺛﺎر .٨أ -ﺳﺎر
ج -ﯾﻨﺒﺄ ب -ﯾﻨﺒﻊ .٩أ -ﯾﻤﺒﻊ
ج -ﯾﻨﻈﺮ ب -ﯾﻨﺬر - .١٠ﯾﻨﺜﺮ
ج -ﺻﺎﻟِﺤﺖ ب -ﺻﺎﻟِﺤﺔ .١١أ -ﺻﺎﻟِﺤﻪ
ج -ﯾﺸﺘﺪّ ب -ﯾﺸﺘﺪّو .١٢أ -ﯾﺸﺘﺎد
.IIاﻟﺼّﺮﻓﻲ)(Morfologi
ﻋﻨﺪﻣﺎ أﺗﻨﺎول اﻟﻄّﻌﺎم ،أودّع واﻟﺪيّ ﺛﻢّ اﻧﻄﻠﻖ إﻟﻰ ﻣﻮﻗﻒ اﻟﺤﺎﻓﻼت ،ﺣﯿﺚ أﻧﺘﻈﺮ ﻗﻠﯿﻼ وأﺳﺘﺮﯾﺢ ،و
ﻋﻨﺪﻣﺎ ﺗﺼﻞ اﻟﺤﺎﻓﻼت ،أﻗﻔﺰ إﻟﯿﻬﺎ وأﺟﻠﺲ ﻓﻲ اﻟﻤﻘﻌﺪ اﻟﺬي أﺟﺪه ﺧﺎﻟﯿﺎ .ﻓﻲ ﺑﻌﺾ اﻷﺣﯿﺎن ﺗﻜﻮن
اﻟﺤﺎﻓﻠﺔ ﻣﺰدﺣﻤﺔ ﺑﺎﻟﺮّﻛﺎّب ،ﻓﺄﻗﻒ ﻋﻠﻰ ﻗﺪﻣﻲ ،وإذا ﻛﻨﺖُ ﺟﺎﻟﺴﺎ وﺷﺎﻫﺪتُ رﺟﻼ واﻗﻔﺎ أو إﻣﺮأة واﻗﻔﺔ،
ﺗﺮﻛﺖ ﻣﻘﻌﺪي ودﻋﻮﺗُﻬﻤﺎ ﻓﻲ أدب ،ﻟﻠﺠﻠﻮس ﻣﻜﺎﻧﻲ.
أﻛﻤﻞ ﺗﺼﺮﯾﻒ اﻟﻔﻌﻞ ﻣﻦ اﻷﻓﻌﺎل اﻟﺘﻲ ﺗﺤﺘﻬﺎ ﺧﻂّ ﻣﻦ اﻟﻔﻜﺮة اﻟﺴﺎﺑﻘﺔ ﺛﻢّ اذﻛﺮ أﻧﻮاﻋﻬﺎ)ﻛﺎﻧﺖ ﺛﻼﺛﯿّﺎ أ.
ﻣﺠﺮّدا وإﻣّﺎ ﻛﺎﻧﺖ ﺛﻼﺛﯿّﺎ ﻣﺰﯾﺪا ﺑﺤﺮف واﺣﺪ أو ﺑﺤﺮﻓﯿﻦ أو ﺑﺜﻼﺛﺔ أﺣﺮف( !
ﻧﻮع اﻟﻔﻌﻞ ﻓﻌﻞ أﻣﺮ اﺳﻢ ﻓﺎﻋﻞ اﺳﻢ ﻣﺼﺪر ﻣﻀﺎرع ﻣﺎض ﻧﻤﺮة
ﻣﻔﻌﻮل
... ... ... ... ... ﯾﺘﻨﺎول ... .١
... ... ... ... ... ﯾﻮدّع ... .٢
... ... ... ... ... ﯾﻨﺘﻈﺮ ... .٣
... ... ... ... ... ﯾﺴﺘﺮﯾﺢ ... .٤
... ... ... ... ... ... ﺷﺎﻫﺪ .٥
... ... ... ... ... ... دﻋﺎ .٦
اﻟﻨّﺤﻮي)(Sintaksis .III
ﻗﺮاءة أوﻟﻰ:
اﻟﻄّﺎﻟﺐ اﻟﺬّﻛﻲّ
إﺳﺘﯿﻘﻆ أﺣﻤﺪ ﻣﻦ ﻧﻮﻣﻪ ﻣﺒﻜّﺮا ،ﺑﻌﺪ ﻟﯿﻠﺔ ﻃﻮﯾﻠﺔ ،ﻟﻢ ﯾﻨﻢ ﻓﯿﻬﺎ ﻛﺜﯿﺮا .ﻧﻈﺮ أﺣﻤﺪ إﻟﻰ ﺳﺎﻋﺘﻪ ،ﻛﺎﻧﺖ ﺗﻘﺘﺮب
ﻣﻦ اﻟﺜّﺎﻟﺜﺔ ﺻﺒﺎﺣﺎ .ﺑﻌﺪ ﻗﻠﯿﻞ ارﺗﻔﻊ ﺻﻮت اﻟﻤﺆذّن ﻋﺎﻟﯿﺎ ﻓﻲ اﻟﻘﺮﯾﺔ ،ﻓﺸﻌﺮ أﺣﻤﺪ ﺑﺎﻹﻃﻤﺌﻨﺎن ﺛﻢّ رﺛﺐ ﻣﻦ
ﻓﺮاﺷﻪ و ﺗﻮﺿّﺄ ﺛﻢّ ﺻﻠّﻰ اﻟﻔﺠﺮ ،ﺑﻌﺪ ﺻﻼة دﻋﺎ أﺣﻤﺪ رﺑّﻪ ﻗﺎﺋﻼ :ﯾﺎربّ .....اﻟﻨّﺠﺎح.
ﻗﺮاءة ﺛﺎﻧﯿﺔ:
اﻟﺼّﺪاﻗﺔ
زﯾﻨﺐ و ﺳﻠﻤﻰ ﺻﺪﯾﻘﺘﺎن ﺗﺴﻜﻨﺎن ﻓﻲ ﺣﻲّ واﺣﺪ وﺗﺪرﺳﺎن ﻓﻲ ﻣﺪرﺳﺔ واﺣﺪة .ﻛﺎن واﻟﺪ زﯾﻨﺐ ﺗﺎﺟﺮا ﻏﻨﯿّﺎ .إﻣّﺎ
واﻟﺪ ﺳﻠﻤﻰ ﻓﻘﺪ ﻛﺎن ﻋﺎﻣﻼ ﻓﻘﯿﺮا ﻓﻲ إﺣﺪى اﻟﻤﺼﺎﻧﻊ.
ب .ﻣﻮاﻗﻊ اﻹﻋﺮاب ﻣﻦ اﻟﻜﻠﻤﺎت اﻟﺘﻲ ﺗﺤﺘﻬﺎ ﺧﻂّ ﻫﻲ...
ﻋﻼﻣﺔ اﻹﻋﺮاب ﻣﻮاﻗﻊ اﻹﻋﺮاب اﻟﻜﻠﻤﺎت ﻧﻤﺮة
... ... ﺻﺪﯾﻘﺘﺎن ٥
... ... واﻟﺪ زﯾﻨﺐ ٦
.... .... واﻟﺪ ﺳﻠﻤﻰ ٧
.... ... ﻋﺎﻣﻼ ٨
A. Petunjuk Pengisian
1. Tes ini diberikan dalam rangka penelitian ilmiah untuk penyusunan tesis,
oleh karena mohon diisi sesuai dengan kemampuan Anda.
2. Anda diharapkan menjawab sendiri tes ini, tanpa bantuan orang lain.
3. Tes ini tidak ada hubunganya dengan nilai mata kuliah Anda.
4. Jawablah soal-soal yang telah disediakan sesuai dengan petunjuk
pengisian.
B. Identitas Responden
1. Nama :………………………………………………….
2. Semester :………………………………………………….
3. Latar Belakang Sekolah :………………………………………………….
4. Jenis Kelamin :………………………………………………….
5. Alamat Tempat Tinggal :………………………………………………….
………………………………………………….
C. Daftar Pertanyaan
Petunjuk Pengisian: Berilah tanda lingkaran (О) pada salah satu alternative
jawaban yang anda anggap paling cocok dengan pertanyaan yang diberikan.
1
إﺧﺘﺒﺎر ﻣﻬﺎرة اﻹﺳﺘﻤﺎع
)ورﻗﺔ اﻷﺳﺌﻠﺔ و اﻷﺟﻮﺑﺔ ﻟﻠﻤﺪرّس (
.Iاﻟﻨّﺺّ اﻷول
إﺳﺘﻤﻊ اﻟﻰ اﻟﺤﻮار ،ﺛﻢ اﺧﺘﺮ اﻟﺠﻮاب اﻟﺼﺤﯿﺢ ﺑﻮﺿﻊ داﺋﺮة ﺣﻮل اﻟﺤﺮف
اﻟﻤﻨﺎﺳﺐ!.
١ﻋﺒﺪ اﷲ و أﺣﻤﺪ
ج -ﻣﺘﺰوﺟﺎن ب -ﺻﺪﯾﻘﺎن أ -ﺣﺒﯿﺒﺎن
٢اﻟﻔﺘﺎة اﻟﻤﻨﺎﺳﺒﺔ ﻫﻲ
أ -أﺧﻮ ﻋﺒﺪ اﷲ ب -ﻋﻤّﺔ ﻋﺒﺪ اﷲ ج -أﺧﺖ ﻋﺒﺪ اﷲ
٣ﻋﺒﺪ اﻟﻠﺔ ﯾﻌﻤﻞ....ﻓﻰ اﻟﻤﺪﯾﻨﺔ
ج -ﻣﻌﻠّﻤﺎ ب -ﻣﺘﻌﻠّﻤﺎ أ -ﺗﻌﻠﯿﻤﺎ
٤ﻛﻢ ﺑﻨﺘﺎ و اﺑﻨﺎ ﻟﻌﺒﺪ اﷲ؟
ج -ﻟﻪ وﻟﺪ واﺣﺪ أ -ﻟﻪ وﻟﺪ واﺣﺪ ب -ﻟﻪ وﻟﺪواﺣﺪة
وﺑﻨﺖ واﺣﺪة وﺑﻨﺖ واﺣﺪ وﺑﻨﺖ واﺣﺪ
٥ﻣﺎ رأﯾﺘُﻚ ﻣﻨﺬ ﺗﺮﻛﺖَ اﻟﺪراﺳﺔ ﻓﻰ اﻟﺠﺎﻣﻌﺔ ﻗﺒﻞ ﺧﻤﺲ ﺳﻨﻮات ،ﻣﺎ
ﻣﻌﻨﻰ" ﺗﺮﻛﺖَ"؟
ج -إﻧﺼﺮف ب -إﻧﻄﻠﻖ أ -ﺗﺨﺮّج
٦ﻫﻞ ﻋﺒﺪ اﷲ ﻗﺪ ﺗﺰوج؟
ج -ﻧﻌﻢ أﻧّﻪ ,ﻗﺪ ﺗﺰوّج أ -ﻧﻌﻢ أﻧّﻪ ﯾﺘﺰوج ب -ﻧﻌﻢ أﻧّﻪ ﻗﺪ ﯾﺘﺰوﺟﺔ
٧ﻣﺮﺣﺒﺎ ﯾﺎ ﺻﺪﯾﻘﻲ وﻧﺤﻦ ﻓﻰ....
ج -اﻧﺘﻀﺎرك أ -اﻧﺘﻈﺎرك ب -اﻧﺘﺬارك
2
.IIاﻟﻨّﺺّ اﻟﺜﺎﻧﻰ
اﺳﺘﻤﻊ اﻟﻰ اﻟﻨّﺺ ،ﺛﻢّ اﺧﺘﺮ اﻟﺠﻮاب اﻟﺼﺤﯿﺢ ﺑﻮﺿﻊ داﺋﺮة ﺣﻮل اﻟﺤﺮف
اﻟﻤﻨﺎﺳﺐ!.
ﺗﺄﺛّﺮت أوروﺑﺎ ﻛﺜﯿﺮا ﺑﺤﻀﺎرة .... .٨
ج -اﻟﻐﺮب ب -اﻟﻤﺴﻠﻤﯿﻦ أ -اﻟﺼّﯿﻦ
ﺣﻤﻞ اﻟﻤﺴﻠﻤﻮن ﺣﻀﺎرﺗﻬﻢ إﻟﻰ .... .٩
ج -أوروﺑّﺎ ﻓﻲ اﻟﻐﺮﺑﻲ أ -اﻟﺼّﯿﻦ ﻓﻰ اﻟﺸﺮق ب -ﻛﻞّ اﻟﻌﺎﻟﻢ
ﺗﻘﺪم اﻟﻤﺴﻠﻤﻮن ﻓﻰ.... .١٠
اﻟﻌﻠﻮم واﻟﺼﯿﺪﻟﺔ و ﻃﺐ أ-
ﻓﻲ اﻟﻌﻠﻮم وﺻﯿﺪﻟﺔ و ﻃﺐ ب-
ﻓﻲ اﻟﺼﯿﺪﻟﺔ و اﻟﻄّﺐّ واﻟﺮّﯾﺎﺿﯿّﺎت ج-
ﺗﻌﻠّﻢ ﻃﻠﻼّب أوروﺑّﺎ ﻓﻰ.... .١١
ج -ﻛﻠّﯿّﺎت اﻟﻤﺴﻠﻤﯿﻦ ﻣﺪارس اﻟﻤﺴﻠﻤﯿﻦ ب -ﺑﯿﺖ اﻟﻤﺴﻠﻤﯿﻦ أ-
و ﻣﺴﺎﺟﺪﻫﻢ وﺳﺎﺣﺎﺗﻬﻢ وﺟﺎﻣﻌﺎﺗﻬﻢ
ﻗﺮّر اﻟﻤﺴﻠﻤﻮن أن ﯾّﻬﺘﻤّﻮا.... .١٢
ب -ﺑﺎﻟﻌﻠﻢ و اﻟﻌﻠﻤﺎء ج -ﺑﺎﻟﻌﻠﻢ واﻟﺪﯾﻦ ﺑﺎﻟﻌﻠﻢ و اﻟﻤﺎل أ-
ﻓﺘﺢ اﻟﻤﺴﻠﻤﻮن اﻟﻤﻬﺎﻫﺪ ﻓﻰ.... .١٣
ج -اﻟﺸّﺮق و اﻟﻐﺮب ب -اﻟﺮّﯾﻒ و اﻟﻘﺮى أ -اﻟﻘﺮى
3
ج -ﺳﺒﻌﺔ أﯾّﺎم ب -ﺳﺒﻌﺔ ﯾﻮم ﺳﺒﻊ أﯾّﺎم أ-
ﺗﻨﺎول اﻷوﻵد اﻟﻄﻌﺎم ﻓﻰ ....اﻟﻜﺜﯿﺮة .١٦
ج -اﻟﻄﻌﻢ ب -اﻟﻤﻄﺎﻋﻢ اﻟﻤﻄﻌﻢ أ-
ﺳﺎﻓﺮت اﻷﺳﺮة ﻣﻜﺎﻧﺎ ﻓﯿﻪ ازدﺣﺎم وﺗﻠﻮّث وﻣﺒﺎن ﻋﺎﻟﯿﺔ .١٧
ج -اﻟﻰ اﻟﻤﺪﯾﻨﺔ إﻟﻰ ﺷﺎﻃﺌﻰ اﻟﺒﺤﺮ ب -اﻟﻰ اﻟﻘﺮﯾﺔ أ-
أﻗﺎﻣﺖ اﻷﺳﺮة ﻓﻲ ... .١٨
ج -ﻓﻨﺪق ب -ﺷﻘّﺔ أ -ﺑﯿﺖ
ﻣﻦ ﻃﻠﺐ زﯾﺎرة اﻟﻤﺪﯾﻨﺔ ﻛﻞّ ﻋﻄﻠﺔ... .١٩
ج -اﻟﺰّوﺟﺔ ب -اﻟﺒﻨﺖ أ -اﻷوﻻد
.IVاﻟﻨّﺺّ اﻟﺮّاﺑﻊ
اﺳﺘﻤﻊ اﻟﻰ اﻟﻨّﺺ ،ﺛ ّﻢ اﺧﺘﺮ اﻟﺠﻮاب اﻟﺼﺤﯿﺢ ﺑﻮﺿﻊ داﺋﺮة ﺣﻮل اﻟﺤﺮف
اﻟﻤﻨﺎﺳﺐ !
ﻋﻤﺎد وﻋﻼء أﺧﻮان ﯾﺨﺘﻠﻔﺎن ﻓﻰ.... .٢٠
ج -اﻟﻤﻼﺑﺲ و اﻷﺧﻼق ب -اﻷﺧﻼق أ -اﻟﻤﻼﺑﺲ
و اﻟﻨّﻈﺎﻓﺔ واﻟﻨّﻈﺎﻓﺔ واﻷﺧﻼق
ﻻ ﯾﺤﺐّ اﻟﻨّﺎس ﻋﻤﺎدا ﻷﻧّﻪ .... .٢١
ج اﻟﻘﺬارة ب -ﻗﺬارة ﻗﺬرات أ-
ﻋﻤﺎد وﻋﻼء أﺧﻮان ﻣﻦ أب واﺣﺪ وأمّ واﺣﺪة،وﻟﻜﻨّﻬﻤﺎ....ﻛﺜﯿﺮا .٢٢
ج -ﯾﺨﺘﻠﻔﺎن ب -اﺧﺘﻼف ﯾﺨﺘﻠﻒ أ-
ﯾﺴﺘﺨﺪم ﻋﻤﺎدﻋﻄﺮا.... .٢٣
ج -ﻃﯿﺒﺎت ب -ﻃﯿﺒﺔ ﻃﯿﺒﺎ أ-
ﻋﻼء ﻻﯾﻬﺘﻢّ ﺑﻨﻔﺴﻪ ﻛﺜﯿﺮا ،ﻓﻤﻼﺑﺴﻬﺎ ﻓﯿﻬﺎ.... .٢٤
ج -ﺣﺬارة ب -ﻗﺬارة ﻛﺬارة أ-
ﻻﯾﺤﺐّ اﻟﻨّﺎس ﻋﻤﺎدا ﻷﻧّﻪ ... .٢٥
ب -ﻛﺜﯿﺮ اﻟﻤﺸﻜﻼت ج -ﯾﺴﺘﻌﻤﻞ ﻋﻄﺮا ﻏﯿﺮ ﻃﯿﺐ أ -ﻛﺜﯿﺮ اﻟﻜﻼم
ﻣﻦ ﺣﺴﻦ اﻷﺧﻼق ﻃﯿّﺐ اﻟﻜﻼم؟... .٢٦
4
ج -ﻻ أﺣﺪ ب -ﻋﻤﺎد أ -ﻋﻼء
ﯾﺤﺐّ اﻟﻨّﺎس ﻋﻼء ﻷﻧّﻪ ... .٢٧
أ -ﯾﺴﺎﻋﺪﻫﻢ و ﯾﺰورﻫﻢ
ب -ﯾﺤﺐّ اﻟﻨّﺎس
ج -ﯾﺰورﻫﻢ ﻓﻲ ﻣﻜﺎن أﻋﻤﺎﻟﻬﻢ
.Vاﻟﻨّﺺّ اﻟﺨﺎﻣﺲ
اﺳﺘﻤﻊ اﻟﻰ اﻟﻨّﺺ ،ﺛ ّﻢ اﺧﺘﺮ اﻟﺠﻮاب اﻟﺼﺤﯿﺢ ﺑﻮﺿﻊ داﺋﺮة ﺣﻮل اﻟﺤﺮف
اﻟﻤﻨﺎﺳﺐ !
أﻫﻢّ ﺷﯿﺊ ﻋﻨﺪ إﺧﺘﯿﺎر اﻟﺰوﺟﺔ أن ﺗﻜﻮن ذات.... .٢٨
ج -دﯾﻦ ب -ﺟﻤﺎل أ -ﻣﺎل
إذا ﻗﻞّ اﻟﺰّواج ﻓﻰ اﻟﻤﺠﺘﻤﻊ .٢٩
ج -ﻛﺜﺮت اﻟﻔﺴﺎد أ -ﻛﺜﺮﻧﺎ اﻟﻔﺴﺎد ب -ﻛﺜﺮ اﻟﻔﺴﺎد
إذا ﺗﺪﺧّﻞ اﻷﻫﻞ ﺑﯿﻦ اﻟﺰّوﺟﯿﻦ .٣٠
أ -ﻗﻠّﺖ اﻟﻤﺸﻜﻼت ب -ﻛﺜﺮت اﻟﻤﺸﻜﻼت ج -ﺣﻠّﺖ اﻟﻤﺸﻜﻼت
ﺗﺆﺛّﺮ اﻟﻤﺸﻜﻼت اﻟﺰّوﺟﯿّﺔ ﻓﻰ.... .٣١
ج -اﻷوﻵد و اﻟﺰوﺟﯿﻦ ب -اﻟﺰوﺟﯿﻦ أ -اﻷوﻵد
إذا ﻟﻢ ﺗﻜﻦ ﺑﯿﻦ اﻟﺰّوﺟﯿﻦ ﺧﻼﻓﺎت،ﺷﻌﺮ اﻷوﻵد ﺑـ.... .٣٢
ج -اﻟﺨﺰن ب -اﻟﺨﻮف أ -اﻷﻣﺎن
ﻣﻦ أﺳﺒﺎب اﻟﺨﻼﻓﺎت اﻟﺰّوﺟﯿّﺔ اﻟﺘّﺪﺧّﻞ ﻓﻰ ﺷﺆن اﻟﺰّوﺟﯿﻦ ﻣﻦ ﻗﺒﻞ .٣٣
اﻷﺧﺮﯾﻦ ،ﻣﺎﻣﻌﻨﻰ "ﻗﺒﻞ اﻷﺧﺮﯾﻦ"؟
ج -اﻷﺻﺤﺎب ب -اﻷﻫﻞ اﻟﻨّﺎس أ-
ﻣﺎ اﻟﻤﻘﺼﻮد ﺑﻌﺒﺎرة اﻟﺮﺳﻮل ﺻﻠّﻰ اﷲ ﻋﻠﯿﻪ وﺳﻠّﻢ"ﺗﻜﻦ ﻓﺘﻨﺔ ﻓﻰ .٣٤
اﻷرض وﻓﺴﺎد ﻛﺒﯿﺮ"؟
ج -ﯾﺘﺰوّج ﻣﻊ ﻣﻦ ب -ﯾﺘﺰوّج ﻣﻊ ﻣﻦ أ -ﯾﺘﺰوّج ﻣﻊ ﻣﻦ
ﻟﻪ ﻣﺎل و دﯾﻦ ﻟﯿﺲ ﻟﻪ دﯾﻦ و ﺧﻠﻖ ﻟﻪ دﯾﻦ وﺧﻠﻖ
5
إنّ ﻣﻦ أﺳﺒﺎب اﻟﺨﻼﻓﺎت اﻟﺰّوﺟﯿّﺔ اﻟﺠﺪﯾﺪة ﻫﻲ... .٣٥
ب -اﻟﻤﻄﺎﻟﺐ اﻟﻤﺎدّﯾّّﺔ ج -اﻟﻤﻄﺎﻟﺐ اﻟﻤﻌﻨﻮﯾّﺔ أ -اﻟﻤﻄﺎﻟﺐ اﻟﻌﯿﺸﺔ
إذا ﻗﻞّ اﻟﺰّواج ﻓﻲ اﻟﻤﺠﺘﻤﻊ...، .٣٦
ج -ﻛﺜﺮت ﺣﻮادث اﻟﺴّﺮﻗﺔ أ -ﻛﺜﺮ ﻋﺪد اﻟﺴﻜّﺎن ب -ﻛﺜﺮ اﻟﻔﺴﺎد
ﻛﺎﻧﺖ ﻣﻬﻮر زوﺟﺎت اﻟﺮّﺳﻮل ﺻﻠّﻰ اﷲ ﻋﻠﯿﻪ وﺳﻠّﻢ وﺑﻨﺎﺗﻪ... .٣٧
ج -ﻛﺜﯿﺮة ﺟﺪّا ب -ﻗﻠﯿﻠﺔ أ -ﻛﺜﯿﺮة
ﺗﻘﻊ اﻟﻤﺸﻜﻼت اﻟﺰّوﺟﯿّﺔ ﺑﯿﻦ... .٣٨
ج -اﻷﻏﻨﯿﺎء واﻟﻔﻘﺮاء ب -اﻟﻔﻘﺮاء أ -اﻷﻏﻨﯿﺎء
إذا ﻛﺜﺮت اﻟﻤﺸﻜﻼت ﺑﯿﻦ اﻟﺰّوﺟﯿﻦ ،ﻫﺮب اﻷوﻻد إﻟﻰ... .٣٩
ج -اﻟﺸّﻮارع ب -اﻟﺠﯿﺮان أ -اﻟﺤﺪاﺋﻖ
6
اﻟﻠﻘﺎء
اﻟﺤﻮار
:ﻣﻦ؟ ﺻﺪﯾﻘﻲ ﻋﺒﺪاﷲ ؟ :ﻧﻌﻢ أﻫﻼ ﯾﺎ أﺣﻤﺪ ،ﻛﯿﻒ ﺣﺎﻟﻚ؟ أﺣﻤﺪ
:اﻟﺤﻤﺪ ﷲ أﻧﺎ ﺑﺨﯿﺮ .أﯾﻦ أﻧﺖ ؟ ﻣﺎ رأﯾﺘﻚ ﻣﻨﺬ ﺗﺮﻛﺖ اﻟﺪّراﺳﺔ أﺣﻤﺪ
ﻓﻰ اﻟﺠﺎﻣﻌﺔ ﺧﻤﺲ ﺳﻨﻮات
ﻋﺒﺪ اﷲ :ﺑﻌﺪ اﻟﺪّراﺳﺔ ﻋﻤﻠﺖ ﻣﺪرّﺳﺎ ﻓﻰ ﻣﺪﯾﻨﺘﻲ
:وﻣﺎ ﻓﻌﻠﺖ ﯾﺎﻋﺒﺪ اﷲ؟ أﺣﻤﺪ
:ﺗﺰوّﺟﺖ واﻟﺤﻤﺪ ﷲ وﻟﻲ اﺑﻦ و ﺑﻨﺖ ﻋﺒﺪاﷲ
:أﻧﺎﻟﻢ أﺗﺰوّج ﺣﺘّﻰ اﻵن ﻟﻢ أﺟﺪ اﻟﻔﺘﺎة اﻟﻤﻨﺎﺳﺒﺔ أﺣﻤﺪ
ﻋﺒﺪ اﷲ :ﻟﺪيّ ﻓﺘﺎة ﻣﻨﺎﺳﺒﺔ ﻟﻚ،وﻫﻲ ذات ﺧﻠﻖ ودﯾﻦ و ﺗﻌﻤﻞ ﻣﺪرّﺳﺔ
:ﻣﻦ ﻫﻲ؟ أﺣﻤﺪ
ﻋﺒﺪ اﷲ :اﺧﺘﻲ ﻟﯿﻠﻰ
:ﻟﯿﻠﻰ ،ﺳﻤﻌﺖ أﻧّﻬﺎ ﻓﺘﺎة ﻃﯿّﺒﺔ أﺣﻤﺪ
ﻋﺒﺪ اﷲ :زرﻧﺎ ﻓﻰ ﺑﯿﺘﻨﺎ وﺳﺘﺠﺪ ﻣﺎ ﺗﺤﺐّ ﺑﺈذن اﷲ
:ﻓﻜﺮة ﺟﯿّﺪة .ﺳﺄزورك ﻓﻰ اﻷﺳﺒﻮع اﻟﻘﺎدم ،إن ﺷﺎء اﷲ أﺣﻤﺪ
:ﻣﺮﺣﺒﺎ ﺑﻚ ﯾﺎ ﺻﺪﯾﻘﻲ ،وﻧﺤﻦ ﻓﻰ اﻧﺘﻈﺎرك ﻋﺒﺪاﷲ
:إﻟﻰ اﻟﻠﻘﺎء أﺣﻤﺪ
ﻋﺒﺪ اﷲ :ﻓﻲ أﻣﺎن اﷲ
7
ﺣﻀﺎرة اﻟﻤﺴﻠﻤﯿﻦ
ﺗﺄﺛّﺮت أوروﺑّﺎ ﻛﺜﯿﺮا ﺑﺤﻀﺎرة اﻟﻤﺴﻠﻤﯿﻦ ،ﻓﻘﺪ ﻛﺎن ﻟﻜﻲ اﻟﻤﺴﻠﻤﯿﻦ ﺣﻀﺎرة ﻋﻈﯿﻤﺔ
ﺣﻤﻠﻬﺎ اﻟﻤﺴﻠﻤﻮن إﻟﻰ ﻛﻞّ اﻟﻌﺎﻟﻢ ﻣﻦ اﻟﺼّﯿﻦ ﻓﻰ اﻟﺸﺮق إﻟﻰ أوروﺑّﺎ ﻓﻰ اﻟﻐﺮب .ﺗﻘﺪّم
اﻟﻤﺴﻠﻤﻮن ﻓﻰ اﻟﺮّﯾﺎﺿﯿّﺎت واﻟﻄﺐّ واﻟﺼﯿﺪﻟﺔ وﻏﯿﺮﻫﺎ.
ﺗﻌﻠّﻢ اﻟﻄّﻼّب ﻣﻦ أوروﺑّﺎ ﻓﻰ اﻟﻤﺪارس واﻟﺠﺎﻣﻌﺎت ﻋﻨﺪ اﻟﻤﺴﻠﻤﯿﻦ ،واﺗّﺼﻞ ﻋﻠﻤﺎء
أوروﺑّﺎ ﺑﺎﻟﻌﻠﻤﺎء اﻟﻤﺴﻠﻤﯿﻦ ،وﺗﺮﺟﻤﻮا ﻛﺘﺐ اﻟﻤﺴﻠﻤﯿﻦ ﻓﻰ اﻟﻄﺐّ واﻟﺼّﯿﺪﻟﺔ
واﻟﺮﯾﺎﺿﯿّﺎت ،ﺛﻢّ درﺳﻮا ﻫﺬه اﻟﻜﺘﺐ ﻓﻰ ﻣﺪارﺳﻬﻢ وﺟﺎﻣﻌﺎﺗﻬﻢ
ﺑﻌﺪ ذاﻟﻚ ﻣﺮّت ﻋﻠﻰ اﻟﻤﺴﻠﻤﯿﻦ ﺳﻨﻮن ﻃﻮﯾﻠﺔ ﺗﺮﻛﻮا ﻓﯿﻬﺎ اﻟﻌﻠﻢ ﻓﺎﻧﺘﺸﺮوا ﺑﯿﻨﻬﻢ اﻟﺠﻬﻞ
ﺣﺘّﻰ وﺻﻠﻮا إﻟﻰ اﻟﻤﺮﺣﻠﺔ اﻟﺘّﺨﻠّﻒ.
ﻓﻰ اﻟﻌﺼﺮ اﻟﺤﺪﯾﺚ ﻋﺎد اﻟﻤﺴﻠﻤﻮن – ﻣﺮّة ﺛﺎﻧﯿّﺔ إﻟﻰ ﻃﻠﺐ اﻟﻌﻠﻢ،ﻛﻤﺎ أﻣﺮﻫﻢ ﺑﺬاﻟﻚ
دﯾﻨﻬﻢ ،ﻓﻔﺘﺤﻮا اﻟﻤﺪارس و اﻟﺠﺎﻣﻌﺎت ﻓﻰ اﻟﻘﺮى واﻟﻤﺪن .ﻟﻘﺪ ﻋﺮﻓﻮا أنّ اﻟﻌﻠﻢ وﺳﯿﻠﺔ
اﻹﻧﺴﺎن ﻓﻰ ﻫﺬه اﻟﺤﯿﺎة ،وﻗﺮّروا أن ﯾّﻬﺘﻤّﻮا ﺑﺎﻟﻌﻠﻢ واﻟﻌﻠﻤﺎء ﺣﺘّﻰ ﺗﺘﻘﺪّم ﺑﻼدﻫﻢ.
اﻟﻌﻄﻠﺔ
ﻓﻰ ﻋﻄﻠﺔ اﻟﺮﺑﯿﻊ ﺳﺎﻓﺮت اﻷﺳﺮة إﻟﻰ اﻟﻤﺪﯾﻨﺔ ﻟﻘﻀﺎء ﺑﻌﺾ اﻷﯾّﺎم ﻫﻨﺎك .ﻛﺎن
اﻟﻮﻗﺖ رﺑﯿﻌﺎ واﻟﺠﻮّ ﺟﻤﯿﻼ ﻗﻀﺖ اﻷﺳﺮة أﺳﺒﻮﻋﺎ ﻓﻰ اﻟﻤﺪﯾﻨﺔ .ﻛﺎﻧﺖ ﺗﻘﯿﻢ ﻓﻰ ﻓﻨﺪق
ﻛﺒﯿﺮ ﻓﻰ وﺳﻂ اﻟﻤﺪﯾﻨﺔ .زار اﻷوﻵد اﻟﺤﺪاﺋﻖ واﻟﻤﻼﻋﺐ ،وﺗﻨﺎول اﻟﻄّﻌﺎم ﻓﻰ
اﻟﻤﻄﺎﻋﻢ اﻟﻜﺒﯿﺮة و رﻛﺒﻮا اﻟﺤﺎﻓﻼت و اﻟﻘﻄﺎرات.
ذﻫﺒﺖ اﻷمّ إﻟﻰ أﺳﻮاق اﻟﻤﺪﯾﻨﺔ ،و اﺷﺘﺮت أﺷﯿﺎء ﻛﺜﯿﺮة ﻟﻬﺎ و ﻟﺰوﺟﻬﺎ و ﻷوﻵدﻫﺎ
وﻟﻠﺒﯿﺖ .وزار اﻷب ﻣﻜﺘﺒﺎت اﻟﻤﺪﯾﻨﺔ و اﺷﺘﺮى ﻛﺘﺒﺎ ﻛﺜﯿﺮة ﻟﻪ و ﻷﻓﺮاد أﺳﺮﺗﻪ.
اﺳﺘﻤﺘﻌﺖ اﻷﺳﺮة ﺑﺎﻟﺰّﯾﺎرات ،و أﺣﺐّ اﻷوﻵد اﻟﻤﺪﯾﻨﺔ و ﻃﻠﺒﻮا ﻣﻦ واﻟﺪﻫﻢ أن
ﯾّﺰوروﻫﺎ ﻛﻞّ ﻋﻄﻠﺔ.
8
اﻷﺧﻼق
ﻋﻤﺎد و ﻋﻼء أﺧﻮان ﻣﻦ أب واﺣﺪ و أمّ واﺣﺪة و ﻟﻜﻨّﻬﻤﺎ ﯾﺨﺘﻠﻔﺎن ﻛﺜﯿﺮا ،ﻋﻤﺎد ﯾﻬﺘﻢّ
ﺑﻨﻔﺴﻪ ﻓﻤﻼﺑﺴﻪ ﻧﻈﯿﻔﺔ و ﺟﻤﯿﻠﺔ داﺋﻤﺎ و ﻫﻮ ﻧﻈﯿﻒ اﻟﺠﺴﻢ ﯾﻐﺘﺴﻞ ﻛﺜﯿﺮا و ﯾﺴﺘﺨﺪم
ﻋﻄﺮا ﻃﯿﺒﺎ ،و ﻟﻜﻦّ اﻟﻨﺎس ﻵ ﯾﺤﺒّﻮن ﻋﻤﺎدا و ﯾﺸﻜﻮن ﻣﻨﻪ ﻛﺜﯿﺮا ﻷﻧّﻪ ﻟﯿﺲ ﻃﯿﺐ
اﻷﺧﻼق .ﯾﻜﻠّﻤﻬﻢ ﻛﻼﻣﺎ ﻗﺒﯿﺤﺎ و ﻫﻮ ﻛﺜﯿﺮ اﻟﻤﺸﻜﻼت ﻣﻌﻬﻢ.
أﻣّﺎ ﻋﻼء ﻓﻬﻮ ﻵ ﯾﻬﺘﻢّ ﺑﻨﻔﺴﻪ ﻛﺜﯿﺮا ،ﻓﻤﻼﺑﺴﻪ ﻓﯿﻬﺎ ﻗﺬارة و ﻏﯿﺮ ﺟﻤﯿﻠﺔ ،و ﻫﻮ ﻻ
ﯾﺬﻫﺐ إﻟﻰ اﻟﺤﻤّﺎم ﻛﺜﯿﺮا و ﻻ ﯾﻌﺮف اﻟﻌﻄﺮ ،و ﺑﺎﻟﺮّﻏﻢ ﻣﻦ ذاﻟﻚ ﻓﺎﻟﻨّﺎس ﯾﺤﺒّﻮﻧﻪ،
ﻷﻧّﻪ ﯾﺰورﻫﻢ ﻓﻲ ﺑﯿﻮﺗﻬﻢ و ﯾﺴﺎﻋﺪﻫﻢ ﻓﻲ أﻋﻤﺎﻟﻬﻢ و ﯾﻜﻠّﻤﻬﻢ ﻛﻼﻣﺎ ﻃﯿﺒﺎ.
ﻫﻞ ﯾﻤﻜﻦ أن ﻧّﺠﻤﻊ ﺑﯿﻦ ﺷﺨﺼﯿّﺔ ﻋﻤﺎد و ﻋﻼء ﻓﻲ إﻧﺴﺎن واﺣﺪ؟ ﯾﻜﻮن ﻧﻈﯿﻒ
اﻟﺠﺴﻢ و اﻟﺜﻮب ،ﺟﻤﯿﻞ اﻟﺼﻮرة ،ﺣﺴﻦ اﻷﺧﻼق ،ﻃﯿﺐ اﻟﻜﻼم؟
ﻫﯿّﺎ ﻧﺒﺤﺚ ﻋﻦ ذاﻟﻚ اﻹﻧﺴﺎن و ﺳﻮف ﻧﺠﺪه ﻓﻲ ﺑﯿﺌﺔ اﻹﺳﻼم.
اﻟﺨﻼﻓﺎت اﻟﺰّوﺟﯿّﺎت
ﻣﺎ أﺳﺒﺎب اﻹﺧﺘﻼف ﺑﯿﻦ اﻟﺰّوﺟﯿﻦ؟ ﻫﻨﺎ أﺳﺒﺎب ﻛﺜﯿﺮة ﻟﻺﺧﺘﻼف ﺑﯿﻦ اﻟﺰّوﺟﯿﻦ ،و
إﻟﯿﻚ أﻛﺜﺮﻫﺎ ﺷﯿﻮﻋﺎ:
اﻟﺴﺒﺐ اﻷوّل :ﺳﻮء اﻹﺧﺘﯿﺎر ،أو ﺑﻤﻌﻨﻰ أﺧﺮ،ﻋﺪم ﻣﺮاﻋﺎة اﻟﻀّﻮاﺑﻂ اﻟﺸﺮﻋﯿّﺔ ،
اﻟﺘﻲ وردت ﻓﻲ اﺧﺘﯿﺎر اﻟﻤﺮأة ،أو ﻓﻲ اﺧﺘﯿﺎر اﻟﺮّﺟﻞ .و ﻟﺬا ﻗﺎل ﻣﺒﯿﻨﺎ اﻷﺳﺲ اﻟّﺘﻲ
ﺑﻤﻮﺟﺒﻬﺎ ﯾﺨﺘﺎر اﻟﺮّﺟﻞ ﺷﺮﯾﻜﺔ ﺣﯿﺎﺗﻪ و أمّ أوﻻده .ﻗﺎل "ﺗﻨﻜﺢ اﻟﻤﺮأة ﻷرﺑﻊ ،ﻟﺤﺴﺒﻬﺎ
و ﻣﺎﻟﻬﺎ و ﺟﻤﺎﻟﻬﺎ و دﯾﻨﻬﺎ،ﻓﺎﻇﻔﺮ ﺑﺬات اﻟﺪّﯾﻦ ﺗﺮﺑﺖ ﯾﺪاك" ذﻛﺮ اﻟﺮﺳﻮل أرﺑﻌﺔ
ﻣﻘﻮﻣﺎت ﻛﺎﻧﺖ و ﻻ ﺗﺰال ﻣﻮﺟﻮدة .ﻗﺎل ﻓﻲ آﺧﺮﻫﺎ :ﻓﺎﻇﻔﺮ ﺑﺬات اﻟﺪﯾﻦ ﺗﺮﺑﺖ ﯾﺪاك.
ﻓﺈذا اﺧﺘﺎر اﻹﻧﺴﺎن إﻣﺮأة ذات دﯾﻦ ،ﻓﺈنّ ﻫﺬا ﻫﻮ اﻷﺳﺎس اﻷوّل ،و ﻫﻮ اﻟﻘﺎﻋﺪة
اﻷوﻟﻰ ﻟﻠﺒﯿﺖ اﻟﻤﺴﻠﻢ ،إذ إنّ ﻫﺬه اﻟﻤﺮأة ﺳﺘﻜﻮن ﻣﺮﺑّﯿّﺔ اﻷﺟﯿﺎل و ﺧﺎﺿﻨﺘﻬﺎ ،و
ﺗﻜﻮن ﻣﺼﻨﻊ اﻷﺑﻄﺎل و ﻣﺪرّﺳﺘﻬﻢ .و ﻗﺎل أﯾﻀﺎ) ﻣﺮﺷﺪا ﻟﻠﻨّﺴﺎء و أوﻟﯿﺎء أﻣﻮرﻫﻦّ:
9
إذا أﺗﺎﻛﻢ ﻣﻦ ﺗﺮﺿﻮن ﺧﻠﻘﻪ و دﯾﻨﻪ ﻓﺰوّﺟﻮه إﻻّ ﺗﻔﻌﻠﻮه ﺗﻜﻦ ﻓﺘﻨﺔ ﻓﻲ اﻷرض و ﻓﺴﺎد
ﻛﺒﯿﺮ ،ﺳﺄل رﺟﻞ ﻟﺪﯾﻪ ﺑﻨﺖ – ﯾﺮﯾﺪ أن ﯾّﺰوّﺟﻬﺎ اﻟﺤﺴﻦ اﻟﺒﺼﺮي ) رﺣﻤﻪ اﷲ ( ﻓﻘﺎل
ﻟﻪ :زوّﺟﻬﺎ ﻟﺼﺎﺣﺐ اﻟﺪﯾﻦ ،ﻓﺈﻧّﻪ إن أﺣﺒّﻬﺎ أﻛﺮﻣﻬﺎ ،و إن ﻛﺮﻫﻬﺎ ﻟﻢ ﯾﻈﻠﻤﻬﺎ ،و ﻟﺬا
ﻓﺈنّ ﻏﯿﺎب ﻫﺬه اﻟﻀّﻮاﺑﻂ ،رﺑّﻤﺎ ﻛﺎن أﺳﺎﺳﺎ ﻣﻦ أﺳﺲ اﻟﻤﺸﻜﻼت
اﻟﺰّوﺟﯿّﺔ.واﻹﺧﺘﻼف ﺑﯿﻦ اﻟﺰّوﺟﯿﻦ ،ﻻﯾﻼم ﻋﻠﯿﻪ اﻹﻧﺴﺎن ،إذا ﺗﺤﺮّى ﻓﺒﺎن ﻣﺎ ﺗﺤﺮاه
ﺑﺨﻼف ذاﻟﻚ ،ﻟﻜﻦ ﯾﻼم ﻋﻠﻰ اﻟﺘﻔﺮﯾﻂ.
اﻟﺴﺒﺐ اﻟﺜّﺎﻧﻰ :ﻋﺪم ﻣﺮاﻋﺎت اﻷداب اﻟﺸّﺮﻋﯿّﺔ ﻓﻲ ﻛﺜﯿﺮ ﻣﻦ اﻷﻣﻮر .و ﻟﺬا ﻟﻮ ﻧﻈﺮﻧﺎ
ﻓﻲ ﻛﺜﯿﺮ ﻣﻦ اﻷداب ،ﻟﻮﺟﺪﻧﺎ ﻣﺼﻠﺤﺘﻬﺎ ﻇﺎﻫﺮة أﯾّﻤﺎ ﻇﻬﻮر .ﻗﺎل) ﻟﻮ أنّ أﺣﺪﻛﻢ إذا
أراد أن ﯾّﺄﺗﻲ أﻫﻠﻪ ،ﻗﺎل ﺑﺴﻢ اﷲ اﻟﻠّﻬﻢّ ﺟﻨّﺒﻨﺎ اﻟﺸّﯿﻄﺎن و ﺟﻨّﺐ اﻟﺸّﯿﻄﺎن ﻣﺎ رزﻗﺘﻨﺎ،
ﻓﺈﻧّﻪ إن ﯾّﻘﺪر ﺑﯿﻨﻬﻤﺎ ﺑﻮﻟﺪ ﻻ ﯾﻀﺮّه اﻟﺸّﯿﻄﺎن .و ﻣﻦ اﻟﺴّﻨّﺔ أن ﯾّﻤﺴﺢ اﻟﺰّوج ﻋﻠﻰ
رأس إﻣﺮأﺗﻪ و ﯾﺴﺄل اﷲ ﺧﯿﺮﻫﺎ و ﺧﯿﺮﻣﺎ ﺟُﺒِﻠَﺖْ ﻋﻠﯿﻪ .و ﻣﻦ اﻷداب اﻟﺸّﺮﻋﯿّﺔ ذﻛﺮ
اﷲ ﻋﻨﺪ دﺧﻮل اﻟﺒﯿﺖ ،ﻓﻘﺪ ورد ﻓﻲ اﻟﺤﺪﯾﺚ أنّ اﻹﻧﺴﺎن أذا دﺧﻞ ﺑﯿﺘﻪ ،ﻓﻘﺎل :ﺑﺴﻢ
اﷲ ،ﻗﺎل اﻟﺸّﯿﻄﺎن ﻷﻋﻮاﻧﻪ ﻻ ﻣﺒﯿﺖ ﻟﻜﻢ .و إذا أﻛﻞ ﻓﻘﺎل :ﺑﺴﻢ اﷲ ،ﻗﺎل ﻻ ﻣﺒﯿﺖ
ﻟﻜﻢ و ﻻ ﻋﺸﺎء ،ﻓﺈذا دﺧﻞ و ﻟﻢ ﯾﻘﻞ ﺑﺴﻢ اﷲ ،ﻗﺎل اﻟﺸّﯿﻄﺎن ﻷﻋﻮاﻧﻪ :أدرﻛﺘﻢ
اﻟﻤﺒﯿﺖ ،ﻓﺈذا أﻛﻞ و ﻟﻢ ﯾﻘﻞ ﺑﺴﻢ اﷲ ،ﻗﺎل :أدرﻛﺘﻢ اﻟﻤﺒﯿﺖ و اﻟﻌﺸﺎء.
اﻟﺴﺒﺐ اﻟﺜّﺎﻟﺚ :اﻟﺘّﺪﺧّﻞ ﻓﻲ ﺷﺆون اﻟﺰّوﺟﯿﻦ ﻣﻦ ﻗﺒﻞ اﻷﺧﺮﯾﻦ
اﻟﺴﺒﺐ اﻟﺮّاﺑﻊ :ﻏﻼء اﻟﻤﻬﻮر ،و إنّ ﻣﻬﻮر زوﺟﺎت اﻟﻨّﺒﻲّ ) و ﻣﻬﻮر ﺑﻨﺎﺗﻪ ،ﻻ ﺗﻌﺪو
أواﻗﻲ ﻻ ﺗﺒﻠﻎ اﻹﺛﻨﺘﻲ ﻋﺸﺮة أوﻗﯿّﺔ .و أﻋﻈﻢ اﻟﻨّﺴﺎء أﯾﺴﺮﻫﻦّ ﻣﺆوﻧﺔ.
ﺧﺎﻣﺴﺎ :ﺑﻌﺾ اﻟﺰوﺟﺎت ﻻ ﺗﻘﺪر ﻇﺮوف زوﺟﻬﺎ اﻟﻤﺎدّﯾّﺔ ،ﻓﺘﺮﻫﻖ ﻛﺎﻫﻠﻪ ﺑﻜﺜﺮة
اﻟﻄّﻠﺒﺎت .ﻟﺬاﻟﻚ ﻧﺠﺪ ﻛﺜﯿﺮا ﻣﻦ اﻟﺸّﺒﺎب اﻵن ﻣﺜﻘّﻠﺔ ﻇﻬﻮرﻫﻢ ﺑﺎﻟﺪﯾﻮن ،ﻧﺘﯿﺠﺔ ﻻﻧﻔﺘﺎح
ﺑﺎب اﻟﺘﻘﺴﯿﻂ ﻋﻠﻰ أوﺳﻊ أﺑﻮاﺑﻪ ،ﻓﻜﻞّ ﻣﺎ ﺗﻠﺬّه ﻋﯿﻨﻪ اﺑﺘﺪاء ﻣﻦ اﻟﺴّﯿّﺎرات ،و اﻧﺘﻬﺎء
ﺑﺄﺻﻐﺮ ﻗﻄﻊ اﻷﺛﺎث و ﻣﺮورا ﺑﺎﻟﻤﻨﺰل ،ﻣﺎ ﻋﻠﻰ اﻟﺸّﺒﺎب إﻻّ أن ﯾّﺤﺪّد اﻟﻤﻮاﺻﻔﺎت
10
ﻟﺼﺎﺣﺐ اﻟﺸّﺮﻛﺔ اﻟّﺬي ﯾﻮﻓّﺮ ذاﻟﻚ اﻷﺛﺎث اﻟﻔﺎﺧﺮ ،و ﯾﺴﺠّﻞ ذاﻟﻚ ﻋﻠﻰ ﻇﻬﺮ اﻟﺸّﺒﺎب
دﯾﻨﺎ ﯾﺜﻘﻞ ﻛﺎﻫﻠﻪ.
11
وﻗﺘﻬﺎ ،ﻓﺮﺑّﻤﺎ ﻛﺎن ذاﻟﻚ ﻣﺪﻋﺎة إﻟﻰ ﻗﻄﯿﻌﺔ اﻷرﺣﺎم ،و ﻻ ﺷﻚّ أنّ ﻗﻄﯿﻌﺔ اﻷرﺣﺎم
ﻣﺤﺮّﻣﺔ ،و اﻟﻤﺨﺎﻟﻔﺔ ﻗﺪ ﺗﺠﺮّ اﻟﻰ ﻣﺨﺎﻟﻔﺎت.
12
إﺧﺘﺒﺎر اﻟﻌﻨﺎﺻﺮ اﻟّﻠﻐﻮﯾّﺔ
ورﻗﺔ اﻷﺳﺌﻠﺔ و اﻷﺟﻮﺑﺔ ﻟﻠﻤﺪرّس
.Iاﻷﺻﻮات)(Fonologi
Pernyataan untuk fonologi agar dibacakan, sedang option tidak dibacakan.
أ .إﺧﺘﺮ اﻟﺠﻮاب اﻟﺼﺤﯿﺢ اﻟﺬي ﺗﺴﻤﻌﻪ ﺑﻮﺿﻊ داﺋﺮة ﺣﻮل اﻟﺤﺮف اﻟﻤﻨﺎﺳﺐ !
.١ﻋﻠﯿﻢ
ج -ﺣﻠﯿﻢ ب -ﻋﻠﯿﻢ أ -أﻟﯿﻢ
.٢ﻏﺎل
ج -ﻏﺎل ب -ﺧﺎل أ -ﻗﺎل
.٣ﯾﻨﺒﺖ
ج -ﯾﻨﺒﻂ ب -ﯾﻤﺒﺖ أ -ﯾﻨﺒﺖ
.٤ﺛﺎر
ج -ﺷﺎر ب -ﺛﺎر أ -ﺳﺎر
.٥ﺿﻞّ
ج -ذلّ ب -ﻇﻞّ أ -ﺿﻞّ
.٦ﻓﺨﻮر
ج -ﻓﺨﻮر ب -ﻓﻘﻮر أ -ﻓﺨﺮ
.٧ﺻﺎر
ج -ﺻﺎر ب -ﺛﺎر أ -ﺳﺎر
.٨ﺑﻞّ
ج -ﺑﻞ ب -ﻣﻞّ أ -ﺑﻠﻰ
.٩ﯾﻨﺒﻊ
ج -ﯾﻨﺒﺄ ب -ﯾﻨﺒﻊ أ -ﯾﻤﺒﻊ
13
.١٠ﯾﻨﻈﺮ
ج -ﯾﻨﻈﺮ ب -ﯾﻨﺬر أ -ﯾﻨﺜﺮ
.١١ﺻﺎﻟﺤﺔ
ج -ﺻﺎﻟِﺤﺖ ب -ﺻﺎﻟِﺤﺔ أ -ﺻﺎﻟِﺤﻪ
.١٢ﯾﺸﺘﺪّ
ج -ﯾﺸﺘﺪّ ب -ﯾﺸﺘﺪّو أ -ﯾﺸﺘﺎد
.IIاﻟﺼّﺮﻓﻲ)(Morfologi
ﻋﻨﺪﻣﺎ أﺗﻨﺎول اﻟﻄّﻌﺎم ،أودّع واﻟﺪيّ ﺛﻢّ اﻧﻄﻠﻖ إﻟﻰ ﻣﻮﻗﻒ اﻟﺤﺎﻓﻼت ،ﺣﯿﺚ
أﻧﺘﻈﺮ ﻗﻠﯿﻼ وأﺳﺘﺮﯾﺢ ،و ﻋﻨﺪﻣﺎ ﺗﺼﻞ اﻟﺤﺎﻓﻼت ،أﻗﻔﺰ إﻟﯿﻬﺎ وأﺟﻠﺲ ﻓﻲ اﻟﻤﻘﻌﺪ
اﻟﺬي أﺟﺪه ﺧﺎﻟﯿﺎ .ﻓﻲ ﺑﻌﺾ اﻷﺣﯿﺎن ﺗﻜﻮن اﻟﺤﺎﻓﻠﺔ ﻣﺰدﺣﻤﺔ ﺑﺎﻟﺮّﻛﺎّب ،ﻓﺄﻗﻒ
ﻋﻠﻰ ﻗﺪﻣﻲ ،وإذا ﻛﻨﺖُ ﺟﺎﻟﺴﺎ وﺷﺎﻫﺪتُ رﺟﻼ واﻗﻔﺎ أو إﻣﺮأة واﻗﻔﺔ ،ﺗﺮﻛﺖ
ﻣﻘﻌﺪي ودﻋﻮﺗُﻬﻤﺎ ﻓﻲ أدب ﻟﻠﺠﻠﻮس ﻣﻜﺎﻧﻲ.
أ .أﻛﻤﻞ ﺗﺼﺮﯾﻒ اﻟﻔﻌﻞ ﻣﻦ اﻷﻓﻌﺎل اﻟﺘﻲ ﺗﺤﺘﻬﺎ ﺧﻂّ ﻣﻦ اﻟﻔﻜﺮة اﻟﺴﺎﺑﻘﺔ ﺛﻢّ
اذﻛﺮ أﻧﻮاﻋﻬﺎ)ﻛﺎﻧﺖ ﺛﻼﺛﯿّﺎ ﻣﺠﺮّدا وإﻣّﺎ ﻛﺎﻧﺖ ﺛﻼﺛﯿّﺎ ﻣﺰﯾﺪا ﺑﺤﺮف واﺣﺪ أو
ﺑﺤﺮﻓﯿﻦ أو ﺑﺜﻼﺛﺔ أﺣﺮف( !
ﻧﻮع ﻓﻌﻞ اﺳﻢ اﺳﻢ ﻣﺼﺪر ﻣﻀﺎرع ﻣﺎض ﻧﻤﺮة
اﻟﻔﻌﻞ أﻣﺮ ﻣﻔﻌﻮل ﻓﺎﻋﻞ
... ... ... ... ... ﯾﺘﻨﺎول ... .١
... ... ... ... ... ﯾﻮدّع ... .٢
... ... ... ... ... ﯾﻨﺘﻈﺮ ... .٣
14
... ... ... ... ... ﯾﺴﺘﺮﯾﺢ ... .٤
... ... ... ... ... ... ﺷﺎﻫﺪ .٥
... ... ... ... ... ... دﻋﺎ .٦
.IIIاﻟﻨّﺤﻮي)(Sintaksis
ﻗﺮاءة أوﻟﻰ:
اﻟﻄّﺎﻟﺐ اﻟﺬّﻛﻲّ
إﺳﺘﯿﻘﻆ أﺣﻤﺪ ﻣﻦ ﻧﻮﻣﻪ ﻣﺒﻜّﺮا ،ﺑﻌﺪ ﻟﯿﻠﺔ ﻃﻮﯾﻠﺔ ،ﻟﻢ ﯾﻨﻢ ﻓﯿﻬﺎ ﻛﺜﯿﺮا .ﻧﻈﺮ أﺣﻤﺪ
إﻟﻰ ﺳﺎﻋﺘﻪ ،ﻛﺎﻧﺖ ﺗﻘﺘﺮب ﻣﻦ اﻟﺜّﺎﻟﺜﺔ ﺻﺒﺎﺣﺎ .ﺑﻌﺪ ﻗﻠﯿﻞ ارﺗﻔﻊ ﺻﻮت اﻟﻤﺆذّن
ﻋﺎﻟﯿﺎ ﻓﻲ اﻟﻘﺮﯾﺔ ،ﻓﺸﻌﺮ أﺣﻤﺪ ﺑﺎﻹﻃﻤﺌﻨﺎن ﺛﻢّ رﺛﺐ ﻣﻦ ﻓﺮاﺷﻪ و ﺗﻮﺿّﺄ ﺛﻢّ
ﺻﻠّﻰ اﻟﻔﺠﺮ ،ﺑﻌﺪ ﺻﻼة دﻋﺎ أﺣﻤﺪ رﺑّﻪ ﻗﺎﺋﻼ :ﯾﺎربّ .....اﻟﻨّﺠﺎح.
15
أ .ﻣﻮاﻗﻊ اﻹﻋﺮاب ﻣﻦ اﻟﻜﻠﻤﺎت اﻟﺘﻲ ﺗﺤﺘﻬﺎ ﺧﻂّ ﻫﻲ...
ﻗﺮاءة ﺛﺎﻧﯿﺔ:
اﻟﺼّﺪاﻗﺔ
زﯾﻨﺐ و ﺳﻠﻤﻰ ﺻﺪﯾﻘﺘﺎن ﺗﺴﻜﻨﺎن ﻓﻲ ﺣﻲّ واﺣﺪ وﺗﺪرﺳﺎن ﻓﻲ ﻣﺪرﺳﺔ واﺣﺪة .ﻛﺎن
واﻟﺪ زﯾﻨﺐ ﺗﺎﺟﺮا ﻏﻨﯿّﺎ .إﻣّﺎ واﻟﺪ ﺳﻠﻤﻰ ﻓﻘﺪ ﻛﺎن ﻋﺎﻣﻼ ﻓﻘﯿﺮا ﻓﻲ إﺣﺪى اﻟﻤﺼﺎﻧﻊ.
16
ج .إﺳﺘﺨﺮج اﻷﺳﻤﺎء و اﻷﻓﻌﺎل و اﻟﺤﺮوف ﻣﻦ ﺳﻮرة اﻟﻜﻮﺛﺮ !
إﻧّﺎ أﻋﻄﯿﻨﺎك اﻟﻜﻮﺛﺮ ،ﻓﺼﻞّ ﻟﺮﺑّﻚ واﻧﺤﺮ ،إنّ ﺷﺎﻧﺌﻚ ﻫﻮ اﻷﺑﺘﺮ.
اﻟﺤﺮوف اﻷﻓﻌﺎل اﻷﺳﻤﺎء ﻧﻤﺮة
... ... ... .٩
... ... ... .١٠
... ... ... .١١
... Kosongkan ... .١٢
17
.١٧ﻷنّ اﻟﻤﺼﻨﻊ اﻟﺬي ﻛﺎن ﯾﻌﻤﻞ ﺧﺎﻟﺪ ﻗﺪ أﻏﻠﻖ
ﻛﻠﻤﺔ " ﻗﺪ أﻏﻠﻖ" ﻓﻲ ﻣﺤﻞّ رﻓﻊ ...
ج -ﺧﺒﺮ أنّ ب -ﺧﺒﺮ اﻟﻤﺒﺘﺪاء أ -إﺳﻢ ﻛﺎن
18