Anda di halaman 1dari 246

KETERAMPILAN MENDENGAR DALAM

PENGAJARAN BAHASA ARAB


Tesis

Diajukan kepada Sekolah Pascasarjana untuk Memenuhi


Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Agama (MA)
dalam Bidang Pendidikan Bahasa Arab

Oleh
KHUMAIDI
06.2.00.1.13.08.0038

Pembimbing
Dr. Ahmad Dardiri, M.A.

SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2008
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Tesis dengan judul : “KETERAMPILAN MENDENGAR DALAM


PENGAJARAN BAHASA ARAB” (Studi Kasus Keterampilan Mendengar Pada
Mahasiswa Probram SIBA STAIN Salatiga Tahun Akademik 2007/2008), yang
ditulis oleh saudara Khumaidi, NIM : 06.2.00.1.13.08.0038, konsentrasi Pendidikan
Bahasa Arab pada Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta, telah diperbaiki sesuai dengan permintaan, usul dan saran serta
masukan pembimbing, dan disetujui untuk dibawa ke sidang ujian tesis.

Jakarta, 3 Juli 2008


Pembimbing

DR. AHMAD DARDIRI, MA


PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :


N a m a : Khumaidi
Tempat dan Tanggal Lahir : Demak, 06 Maret 1967
N I M : 06.2.00.1.13.08.0038
Alamat : Dusun Gayam RT/RW : 03/02 Desa Kadirejo
Kec. Pabelan Kab. Semarang

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa, Tesis yang berjudul


“ KETERAMPILAN MENDENGAR DALAM PENGAJARAN BAHASA ARAB”
( Studi Kasus Keterampilan Mendengar Pada Mahasiswa Program SIBA STAIN
Salatiga Tahun Akademik 2007/2008), adalah benar-benar hasil karya sendiri yang
didukung dengan berbagai sumber terkait. Jika dikemudian hari ternyata terdapat
kekeliruan, maka sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya dan akan dibetulkan
sebagaimana mestinya. Apabila Tesis ini ternyata ditemukan bukti ketidak aslianya,
maka saya bersedia untuk dicabut gelar Magister.

Ciputat, 3 Juli 2008


Yang Membuat Pernyataan

Khumaidi
1
TRANSLITERASI ARABLATIN

I. HURUF HIJAIYYAH

‫ء‬ =’ ‫ط‬ = TH
‫ب‬ =B ‫ظ‬ = ZH
‫ت‬ =T ‫ع‬ =‘
‫ث‬ = TS ‫غ‬ = GH
‫ج‬ =J ‫ف‬ =F
‫ح‬ =H ‫ق‬ =Q
‫خ‬ = KH ‫ك‬ =K
‫د‬ =D ‫ل‬ =L
‫ذ‬ = DZ ‫م‬ =M
‫ر‬ =R ‫ن‬ =N
‫ز‬ =Z ‫و‬ =W
‫س‬ =S ‫ه‬ =H
‫ش‬ = SY ‫ي‬ =Y
‫ص‬ = SH ‫ة‬ = T
‫ض‬ = DL

II. VOKAL PENDEK VOKAL PANJANG


___َ___ = a ‫ = _______ أ‬â
______ _______
ِ = i ‫ى‬ =î

___ُ___ = u ‫ = _____ و‬û

III. DIFTONG PEMBAURAN

‫َ─ و‬ = au ‫ال‬ = al
‫َ─ى‬ = ai ‫اﻟﺶ‬ = al-sy
‫وال‬ = wa -al

1
Pedoman Akademik Sekolah Pascasarjana, UNIVERSITAS ISLAM NEGERI Syarif
Hidayatullah Jakarta.
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim,
Alhamduliiahirrahmanirrahim, puji syukur penulis panjatkan kehadirat
Allah SWT, yang telah memberikan karunia dan ni’matnya hingga penulis mampu
menyelesaikan penulisan karya ilmiah berupa tesis ini sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Magister bidang Pendidikan Bahasa Arab pada Sekolah
Pascasarjana Universitas Islam Negeri Jakarta " Syarif Hidayatullah " Jakarta.
Shalawat dan Salam semoga tercurahkan kepada junjungan kita Nabi akhir jaman
Muhammad SAW, karena dengan jasanya ummat manusia mendapat limpahan ilmu
dan petunjuk kebenaran yang dibawanya.
Dalam menyelesaikan penelitian ini, penulis perlu menyampaikan ucapan
terima kesih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan penulis baik moril
maupun materil, terutama kepada Prof. DR. Azzyumardi Azra, MA. (Direktur
Sekolah Pascasarjana UIN Jakarta), Prof. DR.Komaruddin Hidayat, MA.(Rektor UIN
Jakarta), (Asdir I SPS UIN), (Asdir II SPS UIN), Prof. DR.H. D. Hiayat, MA.( ),
seluruh staf perpustakaan dan akademik Sekolah Pascasarjana UIN Jakarta. Selain itu
penghargaan dan terima kasih tak terhingga penulis haturkan kepada seluruh jajaran
Dosen SPS UIN Jakarta yang telah memberikan bimbingan dan pengajaran selama
penulis menimba ilmu di Universitas ini.
Penghargaan dan ungkapan terima kasih juga penulis haturkan kepada
DR.Ahmad Dardiri, MA., selaku pembimbing yang telah memberikan arahan,
masukan dan bimbinganya dengan sabar kepada penulis. Tak lupa penulis sampaikan
terima kasih kepada Drs. H. Imam Sutomo, M,Ag. ( Ketua STAIN Salatiga), Drs.
Sidqon Maisur, MA. (Ketua SIBA STAIN Salatiga), H. Irfan Helmi, Lc. MA.
(Sekretaris SIBA STAIN Salatiga), dan seluruh Dosen program studi intensif bahasa
Arab STAIN Salatiga, yang telah membantu penulis dalam mencari data dan
informasi selama penulis melakukan penelitian di STAIN Salatiga.
Yang terakhir ucapan terima kasih juga disampaikan kepada kedua orang
tua penulis ( Tasliman dan Suripah ) yang telah mendidik dan memberikan doa
kepada penulis hingga bisa menghantarkan mengenyam jenjang pendidikan Magister.
Juga kepada istri ( Norhamidah) dan anak tersayang ( Devi Rahma Nila Latifi dan
Ariska Meila Dina Aprilia) yang telaah memberikan dorongan dan motivasi dalam
menyelesaikan studi penulis di UIN Syarrif Hidayatullah Jakarta. Semoga semua
bantuan dan dukungan yang diberikan menjadi amal baik dan mendapatkan balasan
berlipat ganda dari Allah SWT. Jazakumullah Khair al-Jaza’. Amiin ya rab al-
‘alamiin.

Ciputat, 3 Juli 2008

Penulis
TANDA TERIMA TESIS
Telah diterima tesis dengan judul "KETERAMPILAN MENDENGAR
DALAM PENGAJARAN BAHASA ARAB" (Studi Kasus Keterampilan
Mendengar Pada Mahasiswa Program SIBA STAIN Salatiga Tahun Akademik
2007/2008), dari:

Nama :KHUMAIDI
NIM : 06.2.00.1.13.18.0038
Program : Pendidikan Bahasa Arab
Untuk TIM Penguji Tesis:

No Nama Tanda Tangan

Dr. Yusuf Rahman, MA


1
Ketua Sidang / Penguji

Dr. M. Syairozi Dimyati, M.Ed


2
Penguji I

Dr. Nurlena Rifa’i, MA


3
Penguji II

Dr. Ahmad Dardiri, MA


4
Pembimbing / Penguji
TANDA TERIMA TESIS

Telah diterima tesis dengan judul KETERAMPILAN MENDENGAR


DALAM PENGAJARAN BAHASA ARAB (Studi Kasus Keterampilan
Mendengar Pada Mahasiswa Program SIBA STAIN Salatiga Tahun Akademik
2007/2008), dari:

Nama :KHUMAIDI
NIM : 06.2.00.1.13.18.0038
Program : Pendidikan Bahasa Arab
Untuk:

Yang Menerima
No Keperluan Tanda Tangan
(Nama)

Perpustakaan Pascasarjana
1 UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta

Perpustakaan Pusat
2 UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
KETERAMPILAN MENDENGAR DALAM
PENGAJARAN BAHASA ARAB
(Studi Kasus Keterampilan Mendengar Pada Mahasiswa Program Studi
Intensif Bahasa Arab (SIBA) STAIN Salatiga Tahun Akademik 2007/2008)

Tesis

Diajukan kepada Sekolah Pascasarjana untuk Memenuhi


Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Agama (MA)
dalam Bidang Pendidikan Bahasa Arab

Oleh
KHUMAIDI
06.2.00.1.13.08.0038

Pembimbing
Dr. Ahmad Dardiri, M.A.

SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2008

i
SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda-tangan di bawah ini,

Nama : KHUMAIDI
NIM : 06.2.00.1.13.08.0038
Program : Pendidikan Bahasa Arab
Alamat : Dusun Gayam RT/RW : 03/02 Desa Kadirejo Kec. Pabelan
Kab. Semarang Jawa Tengah
menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis dengan judul: “KETERAMPILAN
MENDENGAR DALAM PENGAJARAN BAHASA ARAB” (Studi Kasus
Keterampilan Mendengar Pada Mahasiswa Program Studi Intensif Bahasa
Arab (SIBA) STAIN Salatiga Tahun Akademik 2007/2008) adalah benar
merupakan karya asli saya, kecuali kutipan-kutipan yang disebutkan sumbernya.
Apabila terdapat kesalahan dan kekeliruan di dalamnya sepenuhnya menjadi
tanggung jawab saya dan saya bersedia menanggung akibat berupa pencabutan gelar
akademik.

Jakarta, 01 Agustus 2008

KHUMAIDI

ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Tesis dengan judul : “KETERAMPILAN MENDENGAR DALAM


PENGAJARAN BAHASA ARAB” (Studi Kasus Keterampilan Mendengar Pada
Mahasiswa Program SIBA STAIN Salatiga Tahun Akademik 2007/2008), yang
ditulis oleh saudara Khumaidi, NIM : 06.2.00.1.13.08.0038, konsentrasi Pendidikan
Bahasa Arab pada Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta, telah diperbaiki sesuai dengan permintaan, usul dan saran serta
masukan pembimbing, dan disetujui untuk dibawa ke sidang ujian tesis.

Jakarta, 01 Agustus 2008

Pembimbing

Dr. Ahmad Dardiri, MA

iii
PERSETUJUAN TIM PENGUJI

Tesis saudara K H U M A I D I (NIM. 06.2.00.1.13.08.0038), yang berjudul


KETERAMPILAN MENDENGAR DALAM PENGAJARAN BAHASA ARAB”
(Studi Kasus Keterampilan Mendengar Pada Mahasiswa Program SIBA
STAIN Salatiga Tahun Akademik 2007/2008), telah diujikan dalam sidang
Munaqasyah Magister Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta pada hari Jum'at, tanggal 29 Agustus 2008, dan telah diperbaiki
sesuai saran serta rekomendasi dari Tim Penguji Tesis.

TIM PENGUJI

Ketua Sidang / Penguji, Pembimbing / Penguji,

Dr. Yusuf Rahman, MA Dr. Ahmad Dardiri, MA


Tanggal: …September 2008 Tanggal: …September 2008

Penguji, Penguji,

Dr. M. Syairozi Dimyati, M.Ed Dr. Nurlena Rifa'i, MA


Tanggal: …September 2008 Tanggal: …September 2008

iv
ABSTRAK

Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa pembelajaran Bahasa Arab di


SIBA STAIN Salatiga secara umum, menggunakan pendekatan yang melihat bahasa
sebagai unit-unit tertentu ( Separated approach : ‫)ﻧﻈﺮﻳﺔ ﺍﻟﻔﺮﻭﻉ‬. Wujud aplikasinya
menggunakan metode membaca (Reading method), terjamah (Tanslation method),
tata bahasa-terjemah (Grammar/Translation Method), pendengaran/pembicaraan
(aural oral Method), dan langsung (Direct Method). Sementara temuan penelitan
secara khusus, bahwa keterampilan mendengar dipengaruhi oleh faktor kemampuan
fonologi, morfologi dan sintaksis. Hasil temuan ini didasarkan pada :
Pertama, terdapat hubungan positif dan signifikan antara fonologi (X1),
morfologi (X2) dan sintaksis (X3) baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama
dengan keterampilan mendengar (Y), yang masing-masing koefisien korelasi ry1
=0.923, ry2 = 0.931, ry3 = 0.913, ry123 = 0.968. Hal ini berarti terdapat hubungan yang
sangat kuat antara unsur-unsur bahasa dengan keterampilan mendengar. Kedua,
dalam analisis ditemukan harga koefisien unsur-unsur bahasa dengan keterampilan
mendengar yang masing-masing 85,10%, 86,60%, 83,40% dan 93,80%. Hal ini
berarti variasi keterampilan mendengar dipengaruhi oleh variasi unsur-unsur bahasa
sedangkan sisanya dipengaruhi faktor lain. Ketiga, Hipotesis ini diterima, karena
probabilitas masing-masing adalah 0,000<0,05(taraf nyata 5%). Artinya semakin
tinggi kemampuan fonologi, morfologi dan sintaksis mahasiswa, maka akan
semakin baik keterampilan mendengarnya. Variabel unsur bahasa yang paling
berpengaruh terhadap keterampilan mendengar bahasa Arab adalah variabel
morfologi, hal ini dikarenakan pada tataran mendengar pemahaman (‫)ﻓﻬﻢ اﻟﻤﺴﻤﻮع‬
morfologi mempunyai kontribusi besar dalam memperkaya kosa-kata yang sangat
dibutuhkan dalm keterampilan mendengar, namun juga tidak boleh mengabaikan
variabel fonologi dan sintaksis, karena angka koefisien korelasinya tidak terlalu jauh
berbeda, artinya dalam meningkatkan keterampilan mendengar mahasiswa dalam
bahasa Arab, maka ketiga variabel (Fonologi, Morfologi Dan Sintaksis) tidak dapat
diabaikan.
Tesis ini pada prinsipnya ingin memperkuat pandangan Shalâh Abd al-Majîd
al-‘Arabî tentang hubungan unsur-unsur bahasa dengan keterampilan mendengar,
dengan analisis empirik inferensial/lapangan.
Sumber primer tesis ini adalah data intrumen tes dan wawancara tentang
keterampilan mendengar dan unsur bahasa yang diambil dari mahasiswa program
studi intensif bahasa Arab (SIBA) STAIN Salatiga tahun akademik 2007/2008,
dengan sampel 75 mahasiswa yang diambil secara random sampling. Tehnik
pengumpulan data berupa tes, observasi, wawancara,dan dokumentasi.Cara membaca
data tes tersebut dengan dua cara yaitu data pra test yang terlebih dahulu
dilakukaukan uji empirik yaitu uji validitas dan reliabilitas dengan bantuan proses XL
CORREL, dan data pasca test selanjutnya dianalisis kembali dengan menggunakan

v
rumus R Pearson Product Moment yang sampai pada analisa inferensial, disamping
juga mengkombinasikan pendekatan kuantitatif dan kualitatif.

vi
‫ﻣﻠﺨ‪‬ﺺ ﺍﻟﺒﺤﺚ‬
‫ﺩﻟﹼﺖ ﻧﺘﺎﺋﺞ ﺍﻟﺒﺤﺚ ﻋﻠﻰ ﺃﻥﹼ ﺗﻌﻠﻴﻢ ﺍﻟﻠﻐﺔ ﺍﻟﻌﺮﺑﻴﺔ ﰲ ﺩﺭﺍﺳﺔ ﺍﻟﻠﻐﺔ ﺍﻟﻌﺮﺑﻴﺔ ﺍﳌﻜﺜﻔﺔ ﰲ ﺍﳉﺎﻣﻌﺔ‬
‫ﺍﻹﺳﻼﻣﻴﺔ ﺍﳊﻜﻮﻣﻴﺔ ﺳﺎﻻﺗﻴﺠﻮ‪ ،SIBA STAIN Salatiga ،‬ﻳﺘﺨﺬ ﻋﻤﻮﻣﺎ ﺍﳌﻨﻬﺞ ﺍﻟﺪﺭﺍﺳﻲ ﰲ ﺍﻟﻠﻐﺔ‬
‫ﺑﻨﻈﺮﻳﺔ ﺍﻟﻔﺮﻭﻉ )‪ ،(Separated Approach‬ﻭﻃﺮﻳﻘﺔ ﻫﺬﺍ ﺍﳌﻨﻬﺞ ﻫﻲ ﺍﻟﻘﺮﺍﺀﺓ )‪(Reading Method‬‬
‫ﻭﺍﻟﺘﺮﲨﺔ )‪ ،(Translation Method‬ﻭﺍﻟﺴﻤﺎﻉ ﻭﺍﻟﻜﻼﻡ )‪ ،(Aural Oral Method‬ﻭﺍﻟﻄﺮﻳﻘﺔ ﺍﳌﺒﺎﺷﺮﺓ‬
‫)‪ .(Direct Method‬ﻭﺃﻣﺎ ﻧﺘﺎﺋﺞ ﺍﻟﺒﺤﺚ ﺍﳋﺎﺻﺔ ﺩﻟﺖ ﻋﻠﻰ ﺃﻥ ﻣﻬﺎﺭﺓ ﺍﻻﺳﺘﻤﺎﻉ ﺗﺆﺛﹼﺮﻓﻴﻬﺎ ﺍﻷﺻﻮﺍﺕ‪،‬‬
‫ﻭﺍﻟﺼﺮﻑ ﻭﺍﻟﻨﺤﻮ‪ ،‬ﻭﺫﻟﻚ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﱪﺍﻫﲔ ﺍﻷﺗﻴﺔ‪:‬‬
‫ﺍﻷﻭﻝ‪ :‬ﺃﻧﻪ ﲦﺔ ﻋﻼﻗﺔ ﺇﳚﺎﺑﻴﺔ ﻭ ﻓﻌﺎﻟﺔ ﺑﲔ ﻋﻠﻢ ﺍﻷﺻﻮﺍﺕ )‪ ،(x1‬ﻭﻋﻠﻢ ﺍﻟﺼﺮﻑ)‪ ،(x2‬ﻭﻋﻠﻢ‬
‫ﺍﻟﻨﺤﻮ )‪ ،(x3‬ﺑﻔﻬﻢ ﺍﳌﺴﻤﻮﻉ )‪ ،(Y‬ﺑﺎﻟﺪﺭﺟﺔ ﺍﻻﺭﺗﺒﺎﻃﻴﺔ ﺗﺼﻞ ﻟﻜﻞ ﻣﻨﻬﺎ ﺇﱃ ‪،ry2=0.931 ،ry1=0.923‬‬
‫‪ ،ry3=0.913‬ﻭ ‪ .ry123=0.968‬ﻭﻫﺬﺍ ﻳﺪﻝ ﻋﻠﻰ ﺃﻥ ﺑﲔ ﺍﻟﻌﻨﺎﺻﺮ ﺍﻷﺭﺑﻌﺔ ﺍﺭﺗﺒﺎﻁ ﻗﻮﻱ ﺑﲔ ﺍﻟﻌﻨﺎﺻﺮ‬
‫ﺍﻟﻠﻐﻮﻳﺔ ﻭﻓﻬﻢ ﺍﳌﺴﻤﻮﻉ‪ .‬ﻭﺍﻟﺜﺎﱐ‪ :‬ﺃﻧﻪ ﲦﺔ ﲦﺎﺭﺇﺭﺗﺒﺎﻃﻲ ﻟﻜﻞ ﻣﻨﻬﺎ ﺗﺼﻞ ﺇﱃ‪85,10%, 86,60%, :‬‬
‫‪ 83,40%‬ﻭ ‪ .93,80%‬ﻭﻣﻌﲎ ﻫﺬﺍ ﺑﺄﻥ ﳒﺎﺡ ﺍﻟﻄﻠﺒﺔ ﺑﺎﻟﻨﺴﺒﺔ ﺇﱃ ﻓﻬﻤﻬﻢ ﰲ ﺍﻹﺳﺘﻤﺎﻉ ﺗﺆﺛﺮﻫﺎﺍﻟﺼﻮﺕ‬
‫ﻭﺍﻟﺼﺮﻑ ﻭﺍﻟﻨﺤﻮ‪ ،‬ﻭﺍﻟﺒﻘﻴﺔ ﺍﳌﺌﻮﻳﺔ ﺗﺆﺛﺮﻣﻨﻬﺎ ﺍﻟﻌﻨﺼﺮ ﺍﻷﺧﺮ‪ .‬ﻭﺍﻟﺜﺎﻟﺚ‪ :‬ﺗﺼﺢ ﻗﻀﻴﺔ ﺍﻟﺒﺤﺚ ﺍﳌﺬﻛﻮﺭﺓ ﻋﻠﻤﺎ‬
‫ﺑﺄﻥ ﺩﺭﺟﺔ ﺍﻻﺣﺘﻤﺎﻝ ﺍﻻﺭﺗﺒﺎﻃﻲ ﻟﻜﻞ ﻣﻦ ﺍﻟﻌﻨﺎﺻﺮ ﺍﳌﻄﻠﻘﺔ )‪ (X3،X2،X1‬ﻭﺍﻟﻌﻨﺼﺮ ﺍﳌﻘﻴﺪ )‪(Y‬‬
‫ﻫﻲ‪) 0,05>0,...‬ﺍﻟﺜﻘﺔ ‪ ،(% ٥‬ﺃﻱ ﲟﻌﲎ ﺇﺫﺍ ﺍﺭﺗﻘﺖ ﻧﺘﺎﺋﺞ ﺍﻟﻄﻠﺒﺔ ﺑﺎﻟﻨﺴﺒﺔ ﺇﱃ ﺍﻟﺼﻮﺕ ﻭﺍﻟﺼﺮﻑ‬
‫ﻭﺍﻟﻨﺤﻮ ﻓﺎﺭﺗﻘﺖ ﻣﻬﺎﺭﺗﻪ)ﻓﻬﻢ ﺍﳌﺴﻤﻮﻉ( ﰲ ﺍﻹﺳﺘﻤﺎﻉ‪ .‬ﻭﺃﺷﺎﺭ ﻫﺬﺍ ﺍﻟﺘﺤﻠﻴﻞ ﺑﺄﻥ ﺍﻟﻌﻨﺼﺮ ﺍﻷﻛﺜﺮ ﺗﺄﺛﲑﺍ‬
‫ﻋﻠﻰ ﻓﻬﻢ ﺍﳌﺴﻤﻮﻉ ﻫﻮ ﻋﻠﻢ ﺍﻟﺼﺮﻑ ﻷﻥ ﺩﻭﺭﻩ ﺍﻟﻜﺒﲑ ﰲ ﺍﻧﺘﺎﺝ ﺍﳌﻔﺮﺩﺍﺕ ﺍﻟﱵ ﻳﺴﺘﻔﻴﺪ‪‬ﺎ ﺍﳌﺘﻌﻠﻢ ﰲ‬
‫ﻓﻬﻢ ﺍﳌﺴﻤﻮﻉ‪ ،‬ﻭﺭﻏﻢ ﺫﻟﻚ ﺃﻥ ﻻ‪‬ﻤﻞ ﻋﻠﻢ ﺍﻷﺻﻮﺍﺕ ﻭﻋﻠﻢ ﺍﻟﻨﺤﻮ‪ ،‬ﻷﻥ ﺃﻋﺪﺍﺩ ﺍﻻﺭﺗﺒﺎﻁ ﻣﺘﻘﺎﺭﺑﺔ‪ ،‬ﻟﺬﺍ‪،‬‬
‫ﻻﺭﺗﻘﺎﺀ ﻓﻬﻢ ﺍﳌﺴﻤﻮﻉ ﰲ ﺗﻌﻠﻴﻢ ﺍﻟﻠﻐﺔ ﺍﻟﻌﺮﺑﻴﺔ ﻟﻠﻄﺎﻟﺐ ﻻﺑﺪ ﺃﻥ ﻳﻌﺘﻤﺪ ﻋﻠﻰ ﺛﻼﺛﺔ ﻣﻨﺎﻫﺞ‪ :‬ﻋﻠﻢ‬
‫ﺍﻷﺻﻮﺍﺕ‪ ،‬ﻭﻋﻠﻢ ﺍﻟﺼﺮﻑ‪ ،‬ﻭﻋﻠﻢ ﺍﻟﻨﺤﻮ‪.‬‬
‫ﻭﻫﺬﺍ ﺍﻟﺒﺤﺚ ﻳﺆﻳ‪‬ﺪ ﻋﻠﻰ ﻣﺎ ﻗﺎﻟﻪ‪ :‬ﺻﻼﺡ ﻋﺒﺪ ﺍ‪‬ﻴﺪ ﺍﻟﻌﺮﰊ‪ ‬ﻳﺮﻯ ﺑﺄﻥ ﺍﻟﻌﻼﻗﺔ ﺑﲔ ﻋﻨﺎﺻﺮ ﺍﻟﻠﻐﺔ‬
‫ﻭﻓﻬﻢ ﺍﳌﺴﻤﻮﻉ ﻭﺍﻟﺘﺤﻠﻴﻞ ﺍﻟﺘﺠﺮﻳﱯ‪ ‬ﺍﳌﻴﺪﺍﱐﹼ ﺑﻴﻨﻬﺎ ﻋﻼﻗﺔ ﻗﻮﻳﺔ ﰲ ﺍﻧﺘﺎﺝ ﺍﻟﻠﻐﺔ‪.‬‬
‫ﻭﺍﳌﺼﺪﺭﺍﻷﺳﺎﺳﻲ ﺍﻟﺬﻱ ﻳﺮﺟﻊ ﺍﻟﻴﻪ ﺍﻟﺒﺤﺚ ﻫﻮ‪:‬ﺍﻟﺒﻴﺎﻧﺎﺕ ﺍﳌﺄﺧﻮﺫﺓ ﻣﻦ ﺍﻟﻄﻠﺒﺔ ﰲ ﺩﺭﺍﺳﺔ ﺍﻟﻠﻐﺔ‬
‫ﺍﻟﻌﺮﺑﻴﺔ ﺍﳌﻜﺜﻔﺔ ﺍﻟﺘﺎﺑﻌﺔ ﰲ ﺍﳉﺎﻣﻌﺔ ﺍﻹﺳﻼﻣﻴﺔ ﺍﳊﻜﻮﻣﻴﺔ ﺳﺎﻻﺗﻴﺠﻮ ‪ ،٢٠٠٨/٢٠٠٧‬ﻭﻋﻴﻨﺔ ﺍﻟﺒﺤﺚ ﻓﻴﻪ‬

‫‪vii‬‬
‫ﲬﺴﺔ ﻭﺳﺒﻌﻮﻥ ﻃﺎﻟﺒﺎ ﺑﺎﻟﻄﺮﻳﻘﺔ ﺍﻟﻌﺸﻮﺍﺋﻴﺔ‪ .‬ﻭﺃﻣﺎ ﺍﻷﺳﺎﻟﻴﺐ ﰲ ﲡﻤﻴﻌﻬﺎ ﻫﻲ ﺍﻹﺧﺘﺒﺎﺭ ﻭﺍﳌﺸﺎﻫﺪﺓ ﻭﺩﺭﺍﺳﺔ‬
‫ﺍﻟﻮﺛﺎﺋﻖ‪ .‬ﻭﻳﺴﺘﺨﺪﻡ ﺍﻟﺒﺎﺣﺚ ﰲ ﺩﺭﺍﺳﺔ ﺍﻟﺒﻴﺎﻧﺎﺕ ﺍﻹﺧﺘﺒﺎﺭﻳﺔ ﲟﻨﻬﺠﲔ‪ :‬ﻳﻜﻮﻥ ﺍﻟﺘﺤﻠﻴﻞ ﻗﺒﻞ ﺍﻻﻣﺘﺤﺎﻥ ﻭﻫﻮ‬
‫ﺑﻘﻴﺎﻡ ﲡﺮﺑﺔ ﺍﻟﺜﺒﺎﺕ ﻭﺍﻟﺼﺪﻕ ﺑﺎﺳﺘﻔﺎﺩﺓ ‪ .XL CORREL‬ﻭﻳﻜﻮﻥ ﺑﻌﺪﺍﻻﻣﺘﺤﺎﻥ ﺍﻟﺘﺠﺮﻳﱯ‪ ‬ﻭﻫﻮ ﲢﻠﻴﻞ‬
‫ﺍﻟﺒﻴﺎﻧﺎﺕ ﺑﺎﺳﺘﻔﺎﺩﺓ ﺍﺭﺗﺒﺎﻁ ﺑﲑﺳﻮﻥ ﺍﻟﺬﻱ ﻻ ﻳﻜﻔﻲ ﺑﺎﻟﺘﺤﻠﻴﻞ ﺍﳊﺴﺎﰊ ﻓﻘﻂ ﺑﻞ ﻳﻘﺎﺭﻥ ﺑﲔ ﻭﺻﻒ ﺍﻟﻜﻤﻴ‪‬ﺔ‬
‫ﻭ ﺍﻟﻜﻴﻔﻴﺔ‪.‬‬

‫‪viii‬‬
ABSTRACT
The research finding’s show that Arabic teaching in SIBA STAIN Salatiga
generally utilizes separated approach which assumed the language as particular units
(‫)ﻧﻈﺮﯾﺔ اﻟﻔﺮوع‬, its application form uses reading method, translation method,
grammar/translation method, aural oral method and direct method. Whereas the
research findings particularly have showed that hearing skills are influenced by same
factor, such as phonology, morphology and syntax. This research finding’s are based
on:
First, there is positive and significant relation between phonology (X1),
morphology (X2) and Syntax (X3) concurrently with hearing skill (Y) whether it
stands alone or together which its coefficient correlation of ry1= 0.923, ry2 = 0.931,
ry3 = 0.913, and ry123 = 0.968. It means that there is strong correlation between
elements of language and hearing skill. Second, the analysis result found that the
coefficient determinant of elements of language and hearing skill is: 85,10%, 86,60%,
83,40%, and 93,80%. It means the variation of hearing skill is influenced by the
variation of elements of language, whereas its’ rest is influenced by other factor.
Third, the hyphothesis is accepted, because the probability of each variable is
0,000<0,05 (Degree of probability 5%). It means that the higher the students’
understanding of phonology, morphology and syntax the better their hearing
skill. Therefore, variable of elements of language which has influenced mostly to
hearing skill in Arabic teaching is morphology variable. This matter because at level
of hearing (‫ ) ﻓﻬﻢ ﺍﳌﺴﻤﻮﻉ‬of morphology have a big contribution in enriching vocabulary
which is very required in hearing skill, but may not disregard the variable of
phonology and syntax, because its number of correlation coefficient does not too far
differ. Its meaning, so in order to increase the students’ hearing skill, the three
variables (phonology, Syntax and morphology) cannot be ignored.
This thesis basically wishes to strengthen view of Shalah Abd al-Majid al-
Arabi about language elements relation with hearing skill, with analyzing inferential a
posteriori / field.
The primary source of this thesis is the data of instrument test and the result of
interview in accordance with the hearing skill and the elements of language which
are taken from 75 students of intensive program of Arabic language of STAIN
Salatiga, year of academic 2007 / 2008, who are chosen through random sampling
manner. The techniques of collecting data are test, observation, interview, and
documentation. The result of test is analyzed in two ways: the data of pre test is
firstly examined by empirical test, namely validity and reliability test by utilizing XL
CORREL, and the data of post-test than , reanalyzed with utilizing hereinafter R
Pearson Product Moment to the analysis of inferential, besides, it also combines
quantitative and qualitative approach.

ix
PEDOMAN TRANSLITERASI
ARAB-LATIN
Pedoman transliterasi Arab-Latin yang digunakan dalam penelitian ini adalah buku
Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi UIN syarif Hidayatullah Jakarta
yang secara garis besar dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Konsonan

Huruf Nama Huruf Latin Nama


Arab
‫ا‬ Alif a a
‫ب‬ Ba b be
‫ت‬ Ta t Te
‫ث‬ Sa ts te dan es
‫ج‬ Jim j je
‫ح‬ Ĥ Ĥ ha (dengan topi di atas)
‫خ‬ Kha kh ka dan ha
‫د‬ dal d de
‫ذ‬ Zal dz de dan ze
‫ر‬ Ra r Er
‫ز‬ Za z Zet
‫س‬ Sin s es
‫ش‬ Syin sy es dan ye
‫ص‬ Sad sh es dan ha
‫ض‬ dad dh de dan ha
‫ط‬ Tha th te dan ha
‫ظ‬ Zha zh zet dan ha
‫ع‬ ‘ain ‘a koma dan a
‫غ‬ Gain gh Ge dan ha
‫ف‬ Fa f Ef
‫ق‬ Qaf q qi
‫ك‬ Kaf k ka
‫ل‬ Lam l el
‫م‬ Mim m em
‫ن‬ Nun n en

x
‫و‬ Wau w we
‫ﻫـ‬ Ha h Ha
‫ﻻ‬ lam alif la el dan a
‫ء‬ Hamzah ‘ Apostrop
‫ي‬ Ya y Ye

2. Vokal
Vokal Tunggal
Tanda Nama Huruf Latin Nama

fathah a a
....َ
kasrah i i
ِ ....

ِ....ُ dlammah u u

Vokal Rangkap
Tanda Nama Gabungan Huruf Nama

fathah dan ya ai a dan i


‫ ى‬...َ
‫ و‬...َ Fathah dan wau au a dan u

Contoh:
‫ ﺣﺴﲔ‬: ĥusain ‫ﺣﻮﻝ‬ : ĥaula

3. Maddah

Tanda Nama Huruf Latin Nama

‫َـﺎ‬
‫ـــ‬ fathah dan alif  a dan garis di atas

‫ِﻲ‬
‫ــــ‬ kasrah dan ya Î i dan garis di atas

‫ُﻮ‬
‫ــــ‬ Dlammah dan wau Û u dan garis di atas

xi
4. Ta Marbuthah

Ta Marbuthah yang dipakai di sini dimatikan atau diberi harakat sukun, dan
transliterasinya adalah /h/.
Kalau kata yang berakhir dengan ta marbuthah diikuti oleh kata yang bersandang
/al/, maka kedua kata itu dipisah dan ta marbuthah ditransliterasikan dengan /h/.
Contoh:

‫ﺍﳌﺪﻳﻨﺔ ﺍﳌﻨﻮﺭﺓ‬ : al Madînah al Munawwarah

ُ ‫ﻓﺎﻃﻤﺔ‬ : Fâthimah

5. Syaddah
Syaddah/tasydid di transliterasi ini dilambangkan dengan huruf, yaitu huruf yang
sama dengan huruf yang bersaddah itu.
Contoh:

‫ﻨﺎ‬‫ﺭﺑـ‬ : rabbanâ ‫ﻝ‬‫ﻧﺰ‬ : nazzala

6. Kata Sandang
Kata sandang “‫ ” اﻟـ‬dilambangkan dengan “al”, baik yang diikuti dengan huruf
syamsiyah maupun yang diikuti dengan huruf qamariyah.
Contoh:

‫ﺍﻟﺸﻤ ﺲ‬ : al-Syams ‫ﺍﻟﻘﻠﻢ‬ : al-Qalam

xii
SINGKATAN

cet. : Cetakan
dkk. : dan kawan-kawan
H. : Tahun Hijriyah
hal. : Halaman
HR. : Hadis Riwayat
M. : Tahun Masehi
QS. : al-Quran Surat
r.a. : Radhiya Allâh 'anhu
Saw. : Sallallâh ‘Alaihi wa Sallam
SWT. : Subĥânahu wa Ta‘âla
tp. : Tanpa penerbit
tt. : Tanpa tahun
ttp. : Tanpa tempat penerbit
w. : Tahun wafat

xiii
KATA PENGANTAR
‫ﺣﻴﻢ‬‫ﲪﻦ ﺍﻟﺮ‬‫ ﺍﻟﺮ‬‫ﺑﺴﻢ ﺍ‬

‫ ﻭﺍﻟﺼﻼﺓ ﻭﺍﻟﺴﻼﻡ ﻋﻠﻰ ﳏﻤﺪ ﺳﻴﺪ ﺍﻟﻌﺮﺏ ﻭﺍﻟﻌﺠﻢ‬،‫ ﺍﻟﺬﻱ ﻓﻀّﻞ ﺑﲏ ﺁﺩﻡ ﺑﺎﻟﻌﻠﻢ ﻭﺍﻟﻌﻤﻞ ﻋﻠﻰ ﲨﻴﻊ ﺍﻟﻌﺎﱂ‬ ‫ﺍﳊﻤﺪ‬

.‫ ﺃﻣﺎ ﺑﻌﺪ‬،‫ﻭﻋﻠﻰ ﺁﻟﻪ ﻭﺃﺻﺤﺎﺑﻪ ﻣﻨﺎﺑﻊ ﺍﻟﻌﻠﻮﻡ ﻭﺍﳊﻜﻢ‬

Alhamdulillâh, berkat rahmat dan hidayah Allah SWT. penulis dapat


menyelesaikan tesis berjudul "KETERAMPILAN MENDENGAR DALAM
PENGARAN BAHASA ARAB" (Studi Kasus Keterampilan Mendengar Pada
Mahasiswa Program Studi Intensif Bahasa Arab (SIBA) STAIN Salatiga Tahun
Akademik 2007/2008. Semoga karya ilmiah ini dapat memenuhi maksud yang
diinginkan penulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dalam
bidang konsentrasi Pendidikan Bahasa Arab, Sekolah Pascasarjana Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari bahwa terselesaikannya penulisan tesis ini tidak terlepas
dari bantuan berbagai pihak, baik secara moril maupun materiil. Karena itu, seraya
memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT., dengan penuh ketulusan hati
penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya,
khususnya kepada yang terhormat:

1. Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, MA. sebagai Rektor UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Prof. Dr. Azyumardi Azra, MA. sebagai Direktur Sekolah Pascasarjana UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta beserta seluruh jajaranya.
3. Dr. H. Ahmad Dardiri, MA., pembimbing tesis ini, yang dalam kesibukannya
dan kepadatan aktivitas intelektual, beliau senantiasa memberikan waktu
kepada penulis dengan tulus untuk berkonsultasi, memberikan bimbingan,
arahan, dan perbaikan hingga tesis ini selesai.

xiv
4. Jajaran Dosen Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) syarif
Hidayatullah Jakarta Yang telah memberikan wawasan ilmu dan pengetahuan
kepada penulis selama menempuh jenjang pendidikan.
5. Pimpinan perpustakaan utama dan pascasarjana Universitas Islam Negeri
(UIN) syarif Hidayatullah Jakarta beserta seluruh karyawan yang telah
memberi fasilitas kepada penulis untuk mendapatkan sumber-sumber
penulisan tesis ini.
6. Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga Drs. H. Imam Sutomo,
M, Ag. Ketua SIBA STAIN Salatiga, H. Sidqon Maisur, MA. Sekretaris
SIBA STAIN Salatiga H. Irfan Helmi, Lc. MA. dan seluruh Dosen program
studi intensif bahasa Arab STAIN Salatiga, yang telah membantu penulis
dalam mencari data dan informasi selama penulis melakukan penelitian di
STAIN Salatiga.
7. Kedua orang tua penulis tercinta, Tasliman dan Suripah. Beliau berdua adalah
suri tauladan dan guru bagi penulis yang telah mengajarkan kehidupan
sederhana yang bergairah.
8. Mertua penulis, Ibu Munawarah, yang telah memberi motivasi, baik secara
moril maupun materiil tanpa sedikitpun pamrih.
9. Istri tercinta Nurhamidah dan ananda tersayang Devi Rahma Nila Latifi dan
Ariska Meila Dina Aprilia, karena dengan penuh kesabaran mendoakan dan
memotivasi penulis untuk menyelesaikan tesis ini.
10. Sahabat-sahabat penulis di UIN Jakarta yang tidak bisa disebutkan namanya
satu persatu yang telah memberikan banyak bantuan dan dukungan sehingga
penulis dapat menyelesaikan tesis ini sebagai tugas akhir pada Sekolah
Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari, bahwa karena keterbatasan ilmu dan pengalaman penulis,
sangat mungkin tesis ini jauh dari kesempurnaan. Karena itu, kritik dan saran dari
pihak manapun sangat diharapkan bagi kesempurnaannya. Segala kekurangan yang
terdapat di dalam tesis ini, sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis sendiri.

xv
Akhirnya, dengan mengharap rahmat dan petujuk Allah SWT., penulis
persembahkan karya ini kepada almamater tercinta dan mereka yang berkonsentrasi
pada pendidikan Bahasa Arab, disertai harapan semoga penelitian ini bermanfaat
dalam memperkaya wacana intelektual, khususnya bagi pengembangan pengajaran
bahasa Arab. Dengan segala kerendahan hati, penulis memohon doa dan restu
semuanya, agar ilmu yang telah diperoleh menjadi ilmu yang bermanfaat dan
memberi berkah bagi kehidupan pribadi, keluarga, dan masyarakat. Amin.

Ciputat, 19 Rajjab 1429 H


22 J u l i 2008 M
P e n u l i s,

KHUMAIDI

xvi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................ i
SURAT PERNYATAAN ................................................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING.................................................. iii
ABSTRAK ............................................................................................................ iv
PEDOMAN TRANSLITERASI........................................................................ ix
SINGKATAN ....................................................................................................... xii
KATA PENGANTAR......................................................................................... xiii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xvi
DAFTAR TABEL................................................................................................ xix
DAFTAR HISTOGRAM................................................................................... xxii
BAB I : PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................... ٦
C. Pembatasan Masalah ................................................................... 7
D. Rumusan Masalah ........................................................................ 7
E. Tujuan ........ .................................................................................. 7
F. Manfaat Penelitian........................................................................ 8
G. Penelitian Terdahulu Yang Relevan ........................................... ٨
H. Metodologi Penelitian .................................................................. ٩
I. Kerangka Berfikir dan Hipotesis ................................................. ١٩

BAB II : TEORI MENDENGAR .................................................................. 2٢

A. Unsur-Unsur Bahasa..................................................................... 2٢
1. Fonologi .................................................................................. ٢٢
2. Morfologi ................................................................................ ٢٥
3. Sintaksis .................................................................................. ٣٠
B. Keterampilan Mendengar............................................................. 33
1. Proses Mendengar .................................................................. ٣٣
2. Urgensi Pengajaran Keterampilan Mendengar..................... ٣٤

xvii
3. Tujuan Pengajaran Keterampilan Mendengar ...................... ٣٩
4. Materi Pengajaran Keterampilan Mendengar....................... ٤١
5. Tehnik Pengajaran Keterampilan Mendengar ...................... ٤٤
6. Drill Pengajaran Keterampilan Mendengar .......................... ٤٦
7. Evaluasi Pengajaran Keterampilan Mendengar.................... ٤٧

BAB III : PENGAJARAN BAHASA ARAB PROGRAM SIBA STAIN


SALATIGA........................................................................................ ٥٠
A. Pelaksanaan Pengajaran Bahasa Arab SIBA …………...... 50

1. Kurikulum Pengajaran Bahasa Arab SIBA .......................... 50


2. Sistem Pengajaran Bahasa Arab SIBA ................................. 52
3. Tujuan Pengajaran Bahasa Arab SIBA................................. 54
4. Materi Pengajaran Bahasa Arab SIBA.................................. 60
5. Metode dan Tehnik Pengajaran Bahasa Arab SIBA ............ 67
6. Media Pengajaran Bahasa Arab SIBA .................................. 91
7. Sistem Evaluasi Pengajaran Bahasa Arab SIBA.................. 95
8. Waktu Pengajaran Bahasa Arab SIBA................................. 97
B. Keterampilan Mendengar Program SIBA............................... 99

1. Keterampilan Mendengar dalam Pengajaran Qira’ah.......... 101


2. Keterampilan Mendengar dalam Pengajaran Nahw............. 104
3. Keterampilan Mendengar dalam Pengajaran Sharf.............. 105
4. Keterampilan Mendengar dalam Pengajaran Ashwat.......... 106
BAB IV : HUBUNGAN FONOLOGI, MORFOLOGI DAN SINTAKSIS
DENGAN KETERAMPILAN MENDENGAR ......................... 109
A. Validasi Instrumen tes................................................................ 109
B. Tahap Persiapan......................................................................... 110
1. Diskripsi Nilai Keterampilan Mendengar Bahasa Arab…… 110
2. Diskripsi Nilai Unsur-Unsur Bahasa Arab………………… 115

xviii
C. Tahap Lanjutan........................................................................... 119
1. Analisis Hubungan Unsur-Unsur Bahasa Arab Dengan
Keterampilan Mendengar dan Interpretasi .......................... 119
a. Hubungan Fonologi Dengan Keterampilan Mendengar
Bahasa Arab……………………………………………… 128
b. Hubungan Morfologi Dengan Keterampilan Mendengar
Bahasa Arab…………………………………....………… 132
c. Hubungan Sintaksis Dengan Keterampilan Mendengar
Bahasa Arab....................................................................... 135
d. Hubungan Fonologi, Morfologi Dan Sintaksis Dengan
Keterampilan Mendengar Bahasa Arab………………… 139
2. Analisis Problematika Mahasiswa Dalam Keterampilan
Mendengar Bahasa Arab .................................................... 153
3. Pembahasan Hasil Penelitian Tentang Hubungan Antar
Variabel................................................................................. 168
4. Keterbatasan Penelitian......................................................... 175

BAB V : PENUTUP ......................................................................................... 177


A. Kesimpulan .................................................................................. 177
B. Implikasi ....................................................................................... 179
C. Saran ............................................................................................. 180

PUSTAKA .......................................................................................................... 183

xix
DAFTAR TABEL

TABEL 1 : Pengambilan sampel .......................................................... 1١


TABEL 2 : Daftar Instrumen Tes Fonologi ......................................... 1٤
TABEL 3 : Daftar Instrumen Tes Morfologi ....................................... 1٤
TABEL 4 : Daftar Instrumen Tes Sintaksis ......................................... 1٤
TABEL 5 : Daftar Instrumen Tes Keterampilan Mendengar.............. 15
TABEL 6 : Standar Penilaian Acuan Patokan ..................................... 1٦
TABEL 7 : Interpretasi Koefisien Korelasi.......................................... ١8
TABEL 8 : Fonem Vokal ...................................................................... 2٣
TABEL 9 : Fonem Konsonan Bahasa Arab ......................................... 2٤
TABEL 10 : Perincian Materi Pengajaran Bahasa Arab ....................... 67
TABEL 11 : Nilai Keterampilan Mendengar Bahasa Arab .................. 111
TABEL 12 : Frekuensi Nilai Keterampilan Mendengar Bahasa Arab . 11٤
TABEL 13 : Frekuensi Nilai Fonologi Bahasa Arab............................. 11٥
TABEL 14 : Frekuensi Nilai Morfologi Bahasa Arab........................... 11٦
TABEL 15 : Frekuensi Nilai Sintaksis Bahasa Arab............................. 118
TABEL 16 : Diskripsi Statistik Bahasa Arab......................................... 1٢٠
TABEL 17 : Distribusi Frekuensi Fonologi Bahasa Arab .................... 12١
TABEL 18 : Distribusi Frekuensi Morfologi Bahasa Arab ................. 12٣
TABEL 19 : Distribusi Frekuensi Sintaksis Bahasa Arab ................... 12٥
TABEL 20 : Distribusi Frekuensi Keterampilan mendengar Bahasa
Arab..................................................................................... 12٧
TABEL 21 : Persiapan Hubungan Fonologi Dengan Keterampilan
Mendengar Bahasa Arab.................................................... 12٨
TABEL 22 : Model Summary................................................................. 13١
TABEL 23 : Model Koefisien................................................................. 13١
TABEL 24 : Persiapan Hubungan Morfologi Dengan Keterampilan
Mendengar Bahasa Arab.................................................... 13٢
TABEL 25 : Model Summary................................................................. 13٤
TABEL 26 : Koefisien............................................................................. 13٥
TABEL 27 : Persiapan Hubungan Sintaksis Dengan Keterampilan
Mendengar Bahasa Arab.................................................... 13٥
TABEL 28 : Model Summary................................................................. 13٨
TABEL 29 : Koefisien............................................................................. 13٨
TABEL 30 : Persiapan Hubungan Fonologi Morfologi Sintaksis
Dengan Keterampilan Mendengar Bahasa Arab .............. 13٩

xx
TABEL 31 : Model Summary................................................................. 14٢
TABEL 32 : Model Summary................................................................. 14٣
TABEL 33 : Koefisien............................................................................. 14٤
TABEL 34 : Korelasi Parsial Dengan Mengontrol X2 Dan X3 ............. 14٥
TABEL 35 : Korelasi Parsial Dengan Mengontrol X1 Dan X3 ............. 14٥
TABEL 36 : Korelasi Parsial Dengan Mengontrol X1 Dan X2 ............. 14٦
TABEL 37 : Koefisien Uji T................................................................... 14٦
TABEL 38 : Analisis Problem Morfologi.............................................. 15٦
TABEL 39 : Analisis Problem Sintaksis ................................................ 15٨
TABEL 40 : Data Mahasiswa Program SIBA ....................................... 1٦٠
TABEL 41 : Analisis Materi Keterampilan Mendengar SIBA............. 16٤

xxi
DAFTAR HISTOGRAM

HISTOGRAM 1 : Nilai Fonologi.................................................................... 122


HISTOGRAM 2 : Nilai Morfologi.................................................................. 124
HISTOGRAM 3 : Nilai Sintaksis.................................................................... 126
HISTOGRAM 4 : Nilai Keterampilan Mendengar ........................................ 128

xxii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Instrumen Uji Coba....................................................................... 192


Lampiran 2 : Instrumen Setelah Uji Coba ......................................................... 203
Lampiran 3 : Proses SPSS................................................................................... 216

xxiii
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. ِLatar Belakang Masalah

Keterampilan mendengar 1 merupakan salah satu dari empat keterampilan


berbahasa dalam kajian pengajaran bahasa. Secara filosofis2 keterampilan ini sangat
penting dalam pengajaran bahasa karena realita membuktikan bahwa perkembangan
bahasa didominasi bahasa lisan daripada bahasa tulis3. Karena itu usaha memahami
isi pesan pembicaraan adalah hal yang sangat penting.
Pada umumnya pesan dapat disampaikan dengan cara lisan dan tulisan, ketika
pendengar dan pembaca menangkap informasi atau isi pesan, maka akan menempuh
beberapa tahapan dalam rangka memahami isi pesan seperti yang diinginkan
pembicara. Menurut Abd Al Majîd4, bahwa ketika seseorang berada dalam proses
mendengar (encode) bahasa asing, maka indra pendengar berusaha memahami kode-
kode bahasa (decode)5, dengan menggunakan kemampuan kebahasaan yang sudah
dimiliki baik tentang pengalaman fonologi, morfologi maupun sintaksis. Pendapat

1
Keterampilan mendengar adalah suatu keterampilan seseorang berbahasa dalam
menangkap kode bahasa lisan dengan tujuan pemahaman terhadap ungkapan pembicaraan.
Pemahaman dalam proses mendengar ini terdapat kekayaan morfologi dengar yang dapat membantu
mempermudah kemajuan keterampilan membaca. Lihat Fâdhil Fatĥî Muĥammad Wâlî dalam bukunya:
Tadrîs Al Lughah Al ‘Arabiyyah Fi Al Mar ĥalah Al Ibtidâiyyah, Thuruquhu, Asâlîbuhu, Qadhâyâhu,
(Dâr Al Andâlusy, Li al Nâsyr’ Wa al Tauzî’, 1998), hal. 143-144. Lihat juga Rusdî Aĥmad
Tu’aimah dan Muĥammat Al Sayyid Munâ’, dalam buku: Tadrîs Al ‘Arabiyyah Fi Al Ta ’lîm Al ‘Ăm,
Nadzariyyât Wa Tajârub, (Dâr Al Fikr, 2001), hal. 80. Lihat juga : Makalah Mus’âd Muĥammad Ziyâd
dengan judul: Mahârât Al Istimâ ’ Wa Kaifiyyah Al Tadrîb ‘Alaihâ, di:
http://www.drmosad.com/index85.htm.
2
Pembicaraan adalah merupakan perbuatan dan aktifitas,serta pergerakan seseorang yang
dapat dirasa dengan pendengaran indra dengar, dapat dipahami dan diketahui dengan cara menganalisa
pembicaraan tersebut. Lihat Tamâm Ĥasân, Al Lughah Al ‘Arabiyyah Ma ’nâhâ Wa Mabnâhâ,( Meshr:
Al Haiah Al Mishriyyah Al ‘Ầmmah Li Al Kitâb, 1992), cet. II, hal. 32.
3
Madzkûr, Ali Aĥmad, Tadrîs Funûn al Lughah al ‘Arabiyyah, (Kairo: Dar al
Syawaf,1995), hal.73.
4
Shalâĥ Abd al Majîd Al ‘Arabî, Ta ’allum Al_lughoh Al hayyah Wa Ta ’lîmuhâ Baina
Nadhoriyah Wa Al Tatbîq, (Bairut: Maktabah Lubnan ,1981), hal.67.
5
Muĥammad ‘Ali Al Khûli, A Dictionary of Theoretical Linguistics, English Arabic, With
An Arabic English Glossary, (Beirut: Librairi Du Liban1982), , cet. I, hal.85.
2

Abd Al Majîd pada hakekatnya dipengaruhi oleh pendekatan kognitif6 oleh Noam
Chomsky (1957) dan James Deez. Dalam pembelajaran bahasa asing mereka
mendasarkan pada aliran transformative-generative, yang mengatakan bahwa, dalam
kalimat itu terdapat unsur yang harus dipenuhi yaitu sistem aturan dan bina ’ atau
makna 7 . Tokoh lain seperti Muĥammad Abd Al Khâliq Muĥammad memperkuat
pandangan Abd al-Majîd bahwa, keterampilan mendengar merupakan keterampilan
yang sulit karena merupakan keterampilan yang menuntut seseorang mempunyai
kemampuan fonologi dan kemampuan unsur morfologi dan sintaksis untuk
mendapatkan pemahaman umum terhadap apa yang didengar. Secara realita
pemahaman umum dibangun oleh unsur morfologi dan sintaksis, sementara unsur-
unsur tersebut dibangun oleh adanya kemampuan pendengar dalam membedakan
fonologi bahasa 8 . Keterampilan mendengar tidak mungkin akan tumbuh dengan
sendiri tanpa adanya latihan yang terus menerus sebab keterampilan mendengar erat
pula hubunganya dengan proses berfikir yang mendasari bahasa, bahasa

6
Pendekatan kognitif adalah suatu pola pendekatan desain silabus dengan kerangka bangun
(landasan) teori structural (struktur bahasa) secara lebih komprehensip yang terkristal dalam sebuah
pendekatan dan metode pembelajaran yang aplikatif. Pendekatan ini muncul tahun 1970 an yang
berpandangan bahwa, bahasa lebih tepat dilihat sebagai sesuatu yang berkenaan dengan dengan apa
yang dapat dilakukan dengan bahasa, tapi bukan berkenaan dengan butir-butir tata bahasa. Dengan
kata lain menggunakan bahasa untuk meminta maaf, menyapa, membujuk, menasehati dan lain lain,
tapi tidak untuk membeberkan kategori kategori gramatikal yang ditemukan oleh para ahli bahasa.
Lihat Bambang Kaswanti Porwo, Pragmatik Dan Pengajaran Bahasa, (Yogyakarta: Kanisius, 1990),
hal. 50.
7
Teori Tranformative-generative berpandangan bahwa dalam bahasa itu terdapat struktur
dalam (surface Struktur) dan struktur luar (deep Struktur). Kemampuan berbahasa dibagi menjad dua
yaitu kompetensi yang menggambarkan pengetahuan tentang sistem bahasa yang sempurna (fonologi,
morfologi, sintaksis) dan performansi yang berupa ujaran ujaran yang bisa didengar dan di baca. Lihat
Fu’ad Effendi dalam buku Metodologi Pengajaran Bahasa Arab, ( Malang: Misykat, 2005), hal.14-16.
8
Muĥammad Abd Al Khâliq Muĥammad adalah seorang ahli pendidikan dibidang bahasa.
Dia banyak menulis buku buku terutama yang membahas tentang profesionalitas guru bahasa Arab,
yang dianggap bahasa Arab sebagai bahasa asing dalam proses belajar mengajar di sekolah.Dalam
proses penulisan buku selalu merujuk hasil karya pada para ahli linguis seperti Haiton,Harist dan Carl
terutama yang berkaitan dengan metodologi pengajaran bahasa. Lihat dalam mukaddimah
buku:Ikhtibârât Al Lughah, ( Riyâd: ‘Imâdah Syu’ûn Al Maktabât, Jâmi’ah Al Mulk Su’ûd, 1989),
hal.‫ط‬.
3

mencerminkan pikiranya semakin terampil seseorang berbahasa, akan semakin cerah


dan jelas jalan pikiranya.9
Ali Madkûr menyampaikan tentang penelitian yang dilakukan oleh Paul T.
Rankin pada anak Sekolah Menengah Atas di Amerika tentang pemanfaatan waktu
belajar, ternyata hasil penelitian menunjukkan bahwa 30% untuk berbicara, 16%
untuk membaca, 9% untuk menulis, dan 45% untuk mendengar 10.
Aĥmad Rusdî Thu’aimah dalam bukunya Tharâiq Tadrîs al Lughah
al‘Arabiyyah menyampaikan hasil penelitian para ahli tentang pembagian
pemanfaatan waktu belajar anak yaitu: pada umumnya seseorang memanfaatkan
waktunya untuk mendengar itu 3 kali lipat dari pada waktu yang dipakai untuk
membaca. Dalam penelitian itu terdapat 40% untuk mendengar (waktu yang
dikhususkan untuk belajar), 40 % untk berbicara,15% untuk membaca, dan 5% untuk
menulis. Dalam hasil penelitian yang di paparkan dalam bagan penelitian, tidak
terdapat, perbedaan pemanfaatan waktu mendengar mulai dari tingkat elementary,
preparatory, secondary maupun lefel university.11
Dalam hal inilah, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga membuka
program kuliah studi intensif bahasa Arab( disingkat SIBA) untuk semester I dan II
yang berlaku bagi semua jurusan maupun program studi dengan melandaskan pada
tujuan untuk membentuk mahasiswa mempunyai kemampuan menggunakan bahasa
yang dipelajari baik secara lisan maupun tulis.12
Untuk membekali para mahasiswa dalam menggunakan bahasa Arab serta
pengembanganya baik secara lisan dan tulisan, maka keterampilan mendengar atau
listening merupakan suatu matakuliah penting yang bisa mempengaruhi

9
Mildred A. Dawson, Guiding Language Learning, (New York: Harcourt, Brace &World,
In. 1985), hal.27
10
Aĥmad Ali Mazdkûr, Tadrîs Funûn al lughah al Arabiyyah, (Mesir: Dâr al Fikr al
‘Arabî), hal.72
11
Rusydî Ahmad Thu’aimah, Ta ’lîm al-‘Arabiyyah Li Ghari al-Nâthiqîn Bihâ Manâhijuh
Wa Asâlîbuh, ((Rabat: Jâmi’ah al-Manshûrah, 1989), hal.48. Lihat juga Rebecca M. Valette, Modern
Language Testing,( New York: Harcourt Brace Jovanovich, 1977), hal.97.
12
Pedoman Penyelenggaraan Studi Intensif Bahasa Arab, Sekolah Tinggi Agama Islam
Negeri Salatiga, 2007- 2008, hal. 9.
4

keterampilan-keterampilan bahasa lainnya. Karena itulah, fakultas tarbiyah


merancang kurikulum pengajaran bahasa Arab dengan sistem nadzariyah al furû’
dengan alokasi waktu 8 jam belajar perminggu dalam durasi waktu dua semester.13
Pengajaran keterampilan mendengar, termasuk pada program studi intensif
bahasa arab di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga, diharapkan bisa
menanamkan dasar-dasar keterampilan berbahasa (fonologi, morfologi dan sintaksis)
terhadap kemampuan mahasiswa untuk memahami isi pesan dari teks yang didengar,
disamping itu juga bisa membantu mahasiswa untuk memahami bahasa lisan secara
baik.
Berdasarkan studi pendahuluan terhadap nilai keterampilan mendengar pada
nilai placement dengan nilai ujian akhir semester I, diperoleh data, 14 bahwa
mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga pada awal mengikuti
program Studi Intensif Bahasa Arab nilai placementnya rendah, hal tersebut
menunjukkan bahwa, secara umum kemampuan mahasiswa dalam aspek
keterampilan mendengar adalah rendah, sementara hubungan kemampuan unsur-
unsur bahasa dengan keterampilan mendengar menunjukkan peningkatan. Dari 376
mahasiswa program Studi Intensif Bahasa Arab, ditemukan 38 mahasiswa atau 10%
dengan nilai baik, 20 % atau 75 mahasiswa masuk dalam kategori nilai sedang, dan
263 mahasiswa atau 70% dengan nilai kurang. Sementara nilai ujian akhir semester I
nilai keterampilan mendengar menunjukkan peningkatan. Dari 376 mahasiswa,
ditemukan 301 mahasiswa atau (80%) nilai sedang , 64 mahasiswa atau (17%)
dengan baik dan 11 mahasiswa atau (3%) nilai gagal. Hal tersebut dapat terjadi
karena penulis berasumsi bahwa, kemampuan unsur-unsur bahasa mahasiswa
berpengaruh terhadap keterampilan mendengar.
Selanjutnya studi pendahuluan terhadap proses pengajaran keterampilan
mendengar dikelas, secara realitas mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri
Salatiga setelah belajar 2 jam setiap minggu di program studi intensif bahasa Arab,

13
Pedoman Penyelenggaraan Studi Intensif Bahasa Arab… hal. 13.
14
Dokumen nilai mahasiswa program SIBA STAIN Salatiga tahun akademik 2007/ 2008.
5

mahasiswa belum mampu memahami teks percakapan atau ungkapan bahasa Arab
dengan sempurna, ditemukan dari 35 mahasiswa hanya 8 (22%) mahasiswa
memperoeh nilai sangat baik, 25 (70%) mahasiswa dengan nilai sedang dan 2 (5%)
mahasiswa dengan nilai kurang15. Kalau dilihat nilai unsur-unsur bahasa berhubungan
dengan keterampilan mendengar, dengan penjelasan mahasiswa yang mendapat nilai
fonologi, morfologi dan sintaksis rendah, cenderung mendapatkan nilai keterampilan
mendengar rendah atau sebaliknya. Dengan demikian tampak ada hubungan antara
kemampuan unsur-unsur bahasa dengan keterampilan mendengar. Dengan kata lain
mahasiswa yang mempunyai nilai unsur-unsur bahasa kurang, mengalami kesulitan
dalam keterampilan mendengar.
Adapun alasan peneliti memilih lokasi penelitian di Sekolah Tinggi Agama
Islam Negeri Salatiga dengan pertimbangan sebagai berikut:
1. Dari sisi input mahasiswa. Para mahasiswa yang menguasai unsur-unsur bahasa
relatif sama Hal ini bisa dibuktikan dengan data-data mahasiswa yaitu: Jumlah
mahasiswa semester I tahun akademik 2007/2008 sebanyak 376 orang 16 yang
terdiri dari 245 orang atau 66% alumni Madrasah Aliyah baik berbasis pesantren
maupun tidak, 131 orang atau 34% alumni SMA/SMK. Dengan asumsi bahwa
mahasiswa lulusan SMA/SMK kurang menguasai unsur bahasa. Dan dengan
asumsi bahwa mahasiswa lulusan MA tidak berbasis pesantren relatif menguasai
unsur bahasa sedangkan dengan asumsi bahwa mahasiswa alumni MA berbasis
pesantren lebih menguasai unsur bahasa. Dengan demikian adanya responden
yang variatif sedemikian rupa dapat diharapkan akan memberikan hasil penelitian
yang valid.
2. Dari sisi lembaga. Perhatian STAIN Salatiga terhadap pembelajaran bahasa Arab
menunjukkan respon positif dengan keputusan membuka program SIBA mulai
tahun1998/1999, mewajibkan terhadap seluruh mahasiswa semester I dan II dari

15
Daftar nilai keterampilan mendengar kelas H.Nasafi program SIBA STAIN Salatiga
2007- 2008.
16
Daftar hadir (absensi) mahasiswa program SIBA STAIN Salatiga tahun 2007 2008.
6

semua jurusan kecuali program Diploma untuk mengikuti mata kuliah program
studi intensif bahasa Arab selama satu tahun atau dua semester. Dengan mata
kuliah tersebut diharapkan para mahasiswa agar mempunyai kemampuan bahasa
Arab dan siap mengkaji sumber primer ajaran Islam dan lainya serta dapat
menggunakan bahasa Arab untuk berkomunikasi secara lisan dan tulisan.
3. Dari sisi sosial. Penulis mendasarkan penelitian pada kondisi dan tuntutan
masyarakaat Kota Salatiga, khususnya sekitar STAIN Salatiga yang mayoritas
masyarakat non muslim, sehingga ummat Islam yang berdomisili di wilayah
Salatiga terdapat harapan kepada sarjana yang memiliki bekal bahasa Arab
memadai untuk mengkaji literatur dan berkomunikasi dalam bahasa Arab. Hal ini
dirasakan perlu untuk membekali masyarakat dengan ilmu agama dalam
menghadapi ketatnya persaingan keberagaman didaerah tersebut. Menurut hemat
penulis hal ini menarik untuk diteliti dan dikembangkan kearah pembelajaran
yang efektif.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, menurut penulis, permasalahan ini
layak untuk diteliti lebih mendalam.

B. Identifikasi masalah

Berdasarkan pada fenomena dan latar belakang diatas, maka dapat


disampaikan beberapa permasalahan yang muncul berkaitan dengan keterampilan
mendengar tersebut, antara lain :
1. Tingkat kemampuan siswa dalam keterampilan mendengar .
2. Nilai mahasiswa dalam keterampilan mendengar rendah. Rendahnya nilai
keterampilan mendengar tersebut tergambar dalam beberapa kategori, antara lain:
mahasiswa lulusan MA Pesantren nilai keterampilan mendengar tergolong tinggi.
Mahasiswa lulusan MA non pesantren nilai keterampilan mendengar tergolong
sedang. Mahasiswa Lulusan SMA nilai keterampilan mendengar tergolong
rendah . Nilai placement mahasiswa dalam keterampilan mendengar tergolong
rendah.
7

3. Mahasiswa yang nilai fonologi, morfologi, dan sintaksis rendah cenderung


mendapat nilai keterampilan mendengar rendah
4. Hubungan antara fonologi, morfologi dan sintaksis dengan keterampilan
mendengar.

C. Pembatasan Masalah

Sebagaimana permasalahan yang dikemukakan di atas, maka tidak semua


akan dikaji, karena keterbatasan waktu dan lainya, penulis dalam rangka untuk
mendapatkan kajian secara komprehensip dalam penelitian ini, maka perlu
memusatkan perhatian penelitian pada ”Hubungan fonologi, morfologi dan sintaksis
dengan keterampilan mendengar”.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang diuraikan diatas, guna


keperluan implementasi penelitian maka secara operasional dapat diajukan rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Apakah terdapat hubungan positif antara fonologi dengan keterampilan
mendengar.
2. Apakah terdapat hubungan positif antara morfologi dengan keterampilan
mendengaar.
3. Apakah terdapat hubungan positif antara sintaksis dengan keterampilan
mendengar.
4. Apakah terdapat hubungan positif antara fonologi, morfologi dan sintaksis dengan
keterampilan mendengar.

E. Tujuan Penelitian.

Tujuan dalam penelitian ini adalah ingin membuktikan:


1. Hubungan antara fonologi dengan keterampilan mendengar.
2. Hubungan antara morfologi dengan keterampilan mendengar.
3. Hubungan antara sintaksis dengan keterampilan mendengar.
8

4. Hubungan antara fonologi, morfologi serta sintaksis dengan keterampilan


mendengar.

F. Manfaat Penelitian.

Diharapkan penelitian ini akan mempunyai dua manfaat sekaligus sebagai


berikut :
1. Secara teoritis.
Menjadi pedoman bagi guru dan dosen dalam penyusunan kurikulum bahasa
Arabsecara umum dan kurikulum keterampilan mendengar secara khusus.
.
2. Secara Praktis.
a. Memberikan pengetahuan bagi guru dan dosen tentang metodologi pengajaran
keterampilan mendengar.
b. Memberikan pengetahuan tentang hubungan fonologi, morfologi dan sintaksis
dengan keterampilan mendengar
c. Menjadi pedoman bagi pimpinan akademis dan jajaranya di Sekolah Tinggi
Agama Islam Negeri Salatiga dalam rangka pelaksanaan pengajaran
keterampilan mendengar.
G. Penelitian terdahulu yang relevan.
Para peneliti yang mengadakan penelitian berkaitan dengan keterampilan
mendengar antara lain yaitu:
1. Mahârât Al-Istimâ Fi Al-Lughag Al-’Arabiyyah Li Al-Mar ĥalah Al-Ibtidâiyyah
Wa Thuruq Wa Asâlîb Wa Al-Tadrîb ’Alaihâ, oleh ’Afrâ’ Badar al-Badar. 17
Kesimpulan dalam penelitian tersebut menunjukkan bahwa keterampilan sangat
urgen dalam pengajaran bahasa Arab, disamping itu jika aspek mendengar
diabaikan akan berakibat pada menurunya kemampuan bahasa Arab secara umum.

17
’Afrâ’ Badar al-Badar, Mahârât Al-Istimâ Fi Al-Lughag Al-’Arabiyyah Li Al-Mar ĥalah Al-
Ibtidâiyyah Wa Thuruq Wa Asâlîb Wa Al-Tadrîb ’Alaihâ, tesis, (Jâmi’ah al-Mulk Su’ûd, 1989)
9

2. Pemanfaatan video dalam pengajaran keterampilan mendengar pada siswa


semester VI di MAK Ponpes Dar al Najah, oleh Sri Nurhayati 18 . Kesimpulan
dalam penelitiaan tersebut menunjukkan bahwa proses pembelajaran mendengar
dengan pemanfaatan video sangat efektif, dengan bukti tumbuhnya motifasi dan
keinginan kuat dalam diri para siswa dalam proses pembelajaran bahasa.
3. Ta ’allum Al_lughoh Al hayyah Wa Ta ’lîmuhâ Baina Nadhoriyah Wa Al Tatbîq
Shalâĥ Abd al Majîd Al ‘Arabî 19 yang menyatakan bahwa ketika seseorang
menerima pesan pembicaraan, maka seseorang akan memanfaatkan kemampuan
kebahasaan yang dimiliki baik fonologi, morfologi dan sintaksis dalam rangka
menerima pesan sesuai dengan tujuan pembicara tanpa adanya pengurangan dan
penambahan.
Dari penelitian-penelitian diatas menunjukkan bahwa, aspek mendengar
merupakan hal yang urgen dalam pengajaran bahasa. Kemampuan mendengar
tersebut juga dipengaruhi oleh unsure-unsur kebahasaan lain, namun khusus
hubungan keterampilan mendengar dengan unsure-unsur bahasa belum sepenuhnya
dilakukan. Inilah yang menjadi sisi perbedaan penelitian ini dengan penelitian
sebelumnya. Penelitian ini menjadi urgen untuk melihat unsur apa yang palinh
dominant dalam pengajaran keterampilan mendengar.

H. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang dikroscek dengan
penelitian kualitatif yang berusaha memaparkan kemampuan mahasiswa dalam
unsur-unsur bahasa yang meliputi fonologi, morfologi dan sintaksis yang kemudian
dihubungkan dengan keterampilan mendengar bahasa Arab. Penelitian ini difokuskan
pada mahasiswa pada program SIBA STAIN Salatiga tahun akademik 2007/2008.

18
Sri Nurhayati, Pemanfaatan video dalam pengajaran keterampilan mendengar pada siswa
semester VI di MAK Ponpes Dar al Najah, (skripsi). (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2007)
19
Shalâĥ Abd al Majîd Al ‘Arabî, Ta ’allum Al_lughoh Al hayyah Wa Ta ’lîmuhâ Baina
Nadhoriyah Wa Al Tatbîq, (Bairut: Maktabah Lubnan ,1981), hal.67
10

2. Definisi Operasional
a. Yang dimaksud fonologi dalam penelitian ini adalah bunyi-bunyi huruf
hijaiyyah yang dapat membedakan makna kata .
b. Morfologi yang dimaksud adalah pembentukan kata dan bagian-bagianya.
c. Sementara yang dimaksudkan sintaksis dalam penelitian ini adalah struktur
frasa dan kalimat sehingga mampu mengetahui hubungan kata satu dengan
lainya.
d. Adapun yang dimaksud keterampilan mendengar adalah suatu kompetensi
mahasiswa tentang pemahaman terhadap substansi atau isi pesan yang
diterima lewat indra dengar.Yang diteliti dalam keterampilan mendengar yaitu:
(a). mengidentifikasi bunyi fonem, (b). memahami arti kosa kata dan frase,
(c). memahami kalimat, (d). memahami wacana.
3. Populasi dan Sampel
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh Mahasiswa program studi intensif
bahasa Arab tahun akademik 2007/2008 dari semua jurusan kecuali program Diploma
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga, menurut data dokumentasi diperoleh
informasi bahwa jumlah populasi mahasiswa program SIBA STAIN Salatiga
sejumlah 376 orang20. Jumlah inilah yang penulis jadikan sebagai populasi dalam
penelitian ini . Populasi adalah semua individu yang dijadikan objek penelitian.
Sutrisno Hadi menjelaskan bahwa populasi adalah semua kenyataan yang diperoleh
itu hendak digeneralisasikan 21 . Sementara sampel adalah sebagian individu yang
diselidiki. 22 Dalam menentukan sampel Arikunto berpendapat bahwa, bila subjek
kurang dari 100, maka lebih baik diambil semua, jika subjeknya lebih besar dari 100

20
Dokumentasi pada program studi intensif bahasa Arab Sekolah Tinggi Agama Islam
Negeri Salatiga 2007-2008. Diambil tanggal, 25 Nopember 2007.
21
Sutrisno Hadi,, Metodologi Research I, (Yogyakarta: Yasbit, Fak. Psikologi UGM,1983),
hal.70.
22
Sutrisno Hadi, Metodologi Research I… hal. 257.
11

dapat diambil antara 10%-15% atau lebih dari itu. 23 Maka berdasarkan pendapat
diatas, penulis menentukan besar sampel sebanyak 20%, dengan demikian besarnya
sampel dalam penelitian ini adalah 74 orang dan ditetapkan sebesar 75 mahasiswa.
Untuk lebih jelasnya bisa dilihat tabel berikut ini:
TABEL 1

Populasi Sampel

No Ruang Laki-Laki Perempuan Laki-Laki Perempuan Jumlah


1 A.1 8 22 2 4 6
2 A.2 12 18 2 4 6
2 A.3 10 21 2 4 6
4 A.4 13 18 3 4 7
5 A.5 10 22 2 4 6
6 A.6 12 20 3 4 7
7 B.1 11 21 2 4 6
8 B.2 10 22 2 4 6
9 B.3 9 24 2 5 7
10 B.4 12 20 2 4 6
11 B.5 14 17 3 3 6
12 B.6 17 13 3 3 6

Jumlah 138 238 28 47 75

4. Tehnik Pengumpulan Data


Untuk memperoleh data yang relevan, maka penulis menggunakan metode
kuantitatif dengan instrumen data sebagai berikut :
a. Test
Yang dimaksud metode test disini adalah peneliti memberikan daftar
pertanyan-pertanyaan tertulis kepada siswa sesuai dengan materi keterampilan istima’.

23
Suharsimi Arikunto, Dasar dasar Evaluasi Pendidikan, ( Jakarta: Bumi Aksara, , 1996)
cet.12, hal.107.
12

Gronlund dan Lin memberikan pengertian tentang tes adalah alat untuk mengukur
saampel pengetahuan atau kemampuan yang dimiliki seseorang.24 Menurut definisi
Ainin25 bahwa tes adalah salah satu jenis alat untuk memperoleh data numerik atau
alat untuk melakukan pengukuran yang hasilnya dimanfaatkan sebagai salah satu
bahan pertimbangan dalam melakukan evaluasi.Metode tes ini sebagaimana
diungkapkan Arikunto adalah merupakan serentetan pertanyaan atau latihan serta alat
lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, inteligensi,
kemampuan/bakat yang dimiliki oleh seseorang. 26 Dengan demikian gambaran
pengetahuan dan kemampuan yang melalui tes merupakan sample dari semua
pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki pembelajar, sedangkan test ini bertujuan
untuk mengumpulkan data-data kemampuan tentang unsur-unsur bahasa dan
keterampilan mendengar.
b. Library Research ( penelitian kepustakaan ).
Pengumpulan data dengan metode ini adalah untuk mengumpulkan dan
meniliti teori-teori yang berkaitan dengan fonologi, morfologi dan sintaksis serta
keterampilan mendengar, baik yang ada di buku-buku pustaka maupun hasil-hasil
penelitian terdahulu. Dengan metode ini juga dilakukan anlisis terhadap dokumentasi
sebagai sumber data penelitian.
c. Wawancara ( interview )
Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang semua hal yang
dicari datanya dengan instrumen pertanyaan dalam rangka untuk menguji kesahihan
data yang diperoleh. Adapun wawancara yang digunakan adalah wawancara tidak

24
Gronlund N. E. dan Robert L. Lin, Measurement and Evaluation in Teaching. (New York:
Macmillan Publishing Co, 1985), hal. 5.
25
Moch. Ainin adalah seorang peneliti dan aktifis penulis karya ilmiah yang banyak
disajikan dalam berbagai seminar nasional dan jurnal ilmiah, pemakalah dan penyaji seminar nasional
dan internasional. Memperoleh gelar Dr. dibidang pendidikan bahasa Indonesia di UM 2003. Lihat
Moch Ainin , Evaluasi dalam Pembelajaran Bahasa Arab, (Malang: Misykat, 2006), hal.220.
26
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitia ; Suatu Pendekatan Praktek.( Jakarta: Rineka
Cipta,, 1997), cet.V, hal. 127. Kontraskan juga dengan Moch Ainin, Metodologi Penelitian Bahas
Arab ,( Malang: Hilal Pustaka, cet.I, 2007), hal.114.
13

berstruktur27 yang ditujukan kepada dosen, mahasiswa, ketua SIBA STAIN Salatiga.
d. Observasi
Dalam observasi ini peneliti menggunakan observasi nonpartisipan, yakni
peneliti tidak terlibat langsung dengan aktivitas orang-orang yang sedang
diamati,hanya sebagai pengamat independen. 28 Dalam hal ini peneliti mengamati
dosen yang sedang melaksanakan proses pengajaran di kelas.
e. Dokumentasi.
Yakni peneliti mengumpulkan data yang sudah ada dalam dokumen atau arsip,
dan lain-lain.
5. Instrumen Penelitian
Instrumen tes yang dilakukan oleh peneliti meliputi empat hal : yaitu tes
fonologi, merfologi, sintaksis dan ketrampilan mendengar. Masing-masing tes dan
kisi-kisinya dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Pembuatan kisi-kisi dengan
mendasarkan silabi pengajaran yang ada di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri
Salatiga dengan merujuk kepada teori Rusdi Aĥmad Thu’aimah dalam mengurutkan
materi yaitu dari yang mudah kepada yang sulit.29. Peneliti dalam mendesain materi
test keterampilan mendengar dengan mengambil materi dari buku pengajaran bahasa
Arab bagi non Arab:"al’Arabiyyah baina yadaik" yang memang dijadikan sebagai
buku wajib dalam mata kuliah mendengar di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri
Salatiga dengan kisi-kisi sebagai berikut:

27
Wawancara tidak berstruktur adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak
menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk
pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar
permasalahan yang akan ditanyakan. Baca Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan ( Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D ), (Bandung : Alfabeta, 2007), hal.197-199.
28
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan....hal. 204- 205. Lihat juga Sudijono, Anas,
Tekhnik Evaluasi Pendidikan Suatu pengantar, ( Yogyakarta: UD Rama, 1992 ), hal. 36. Lihat juga
Sutrisno Hadi, Metodologi Research II, hal.131.
29
Rusdi Aĥmad Tu’aimah adah seorang Doktor kajian kurikulum dan metodologi
pengajara bahasa asing, Ia memperoleh gelar dari Universitas Mensuta Amerika. Banyak tulisan
tulisanya yang berisi tentang metodologi pengajaran bahasa asing yang sangat berguna bagi para
profesi guru dan dosen dalam melaksanakan tugas mengajanya. Lihat mukaddimah dalam buku:
“ Tadrîs al ‘Arabiyyah fi al Ta ’lîm al ‘Am Nadzariyyât wa Tajârub” , (Mesir: Dâr al Fikr al ‘Arabî,
2001). hal. 9-10.
14

TABEL 2
DAFTAR INSTRUMENT TES FONOLOGI
NO KOMPETENSI INDIKATOR NO. SOAL
Mahasiswa mampu Mahasiswa dapat membedakan 1, 2, 3, 4,
mengucapkan huruf- cara pengucapan hurufhija’iyyah 5, 6, 7, 8,
huruf hija’iyyah yang makhrajnya hampir 9, 10, 11,
dengan baik sesuai berdampingan(minimalpair) 12 .
dengan makhrajnya
dan menggunakanya
dalam berbahasa Arab

TABEL 3
DAFTAR INSTRUMENT TES MORFOLOGI
NO KOMPETENSI INDIKATOR NO. SOAL
1 Mampu memahami dan Menghafal tashrif 1, 2, 3, 4, 5, 6
menguasai perubahan- istilah
perubahan bentuk fi’l Menghafal tasrif 7, 8, 9
lughawy
Menerapkan 10, 11, 12
semua bentuk fi’l
dengan tepat
dalam kalimat

TABEL 4
DAFTAR INSTRUMENT TES SINTAKSIS

NO KOMPETENSI INDIKATOR NO. SOAL


1 Memahami dan Menentukan kedudukan setiap 1, 2, 3, 4, 5,
menguasaipenggunaan kata dalam kalimat 6, 7, 8, 13,
tata bahasa Arab 14, 15, 16,
17
Menentukan macam-macam 9, 10, 11,
kata dalam kalimat 12
15

TABEL 5
DAFTAR INSTRUMENT TES KETERAMPILAN MENDENGAR
N KOMPETENSI INDIKATOR NO. TES
O
1 Mahasiswa Mengungkapkan ide dari 1, 2, 3, 4, 5, 6, 22, 23,
mampu 26, 27
materi yang didengar
memahami materi
yang disima’( ‫ﻓﻬﻢ‬
‫)اﻟﻤﺴﻤﻮع‬, baik
yang berkaita Membedakan bunyi yang 7, 24,30
dengan teks
didengar
pendidikan,
sosial, dan
budaya modern Menilai isi materi yang
arab. didengar 8, 9, 10, 11, 12, 13

Menyimpulkan isi materi


yang didengar 14, 15, 16, 17, 18, 19,
20, 21, 25, 28, 29, 31,
32, 33, 34, 35, 36, 37,
38, 39

6. Koreksi dan Penilaian


Pada tahap ini peneliti akan mengadakan pengoreksian terhadap lembar
jawaban mahasiswa. Hal tersebut setelah peneliti melakukan pengumpulan kertas
lembar jawaban yang sudah dijawab oleh para mahasiswa sebanyak 33 butir item
soal keterampilan mendengar, 10 butir item soal fonologi, 11 butir item soal
morfologi dan 16 butir item soal sintaksis. Pada setiap butir soal dijawab benar diberi
nilai atau sekor 1 dan sekor 0 dari jawaban salah. Jadi jika dari seluruh butir soal
tersebut bisa terjawab dengan benar semua, maka akan mendapat skor 100, dengan
16

tehnik penilaian adalah jumlah jawaban benar dibagi jumlah item soal dikalikan
seratus.30
Kemudian nilai dimasukkan dalam klasifikasi penilaian yang telah ditetapkan
dalam ketetapan penilaian acuan patokan SIBA STAIN Salatiga sebagai berikut:
TABEL 6
STANDAR PENILAIAN ACUAN PATOKAN31
NO KATEGORI INTERVAL NILAI INTERVAL PROSENTASE
1 SANGAT BAIK 80 – 100 80% – 100%
2 BAIK 70 – 79 70% – 79%
3 SEDANG 60 – 69 60% – 69%
4 KURANG 50 – 59 50% – 59%

5 GAGAL 00 – 49 00% – 49%

7. Tehnik Analisis Data


Analisis data adalah usaha menyelidiki dan menyusun data yang telah
terkumpul kemudian diolah dan disimpulkan agar lebih bermakna32. Jadi penarikan
kesimpulan akan mendasarkan pada hasil pengolahan dan analisa data. Menurut
Kuntjoro Ningrat bahwa analisa data kuantitatif adalah analisa data yang berjumlah
besar dan mudah di klasifikasikan dalam beberapa kategori serta berstruktur.33
Untuk menganalisa data yang telah ada, penulis menggunakan langkah-
langkah analisis sebagai berikut:

30
Dengan mendasarkan kepada pendapat Gronlund tentang penentuan penilaian tes objektif
dengan pilihan yang diskriminatif, dimana jawaban yang paling benar adalah hanya satu dan jika
menjawab benar diberi skor satu (1) dan jika menjawab salah tidak mendapatkan skor atau mendapat
skor nol (0). Lihat : Constructing Achievement Test, (Prentice Hall INC, Englewood cliffs, N.J,1982),
Third Edition, hal. 37. Kontraskan juga Burhan Nurgiyantara, Penilaian dalam Pengajaran Bahasa
dan Sastra. (Yogyakarta : BPEE, 1988), hal. 57.
31
STAIN, Pedoman Penyelenggaraan Studi Intensif Bahasa Arab, Salatiga, 2007- 2008,
hal.25.
32
Moch Ainin, Metodologi Penelitian Bahasa Arab, (Malang: Hilal Pustaka, 2000), hal.122.
33
Kuntjoroningrat, Metode – Metode Penelitian Masyarakat, ( Jakarta: Gramedia, 1989 ),
hal 129
17

1. Langkah persiapan pengolahan data


Peneliti membuat klasifikasi data nilai menjadi dua: pertama data nilai unsur
unsur bahasa, dan kedua data keterampilan mendengar yang telah diperoleh siswa,
kemudian memasukkan dalam kategori: sangat baik, baik, sedang, kurang dan gagal.
Kemudian membuat nilai rata-rata ketiga unsur bahasa (fonologi, morfologi, sintaksis)
dan nilai rata-rata tersebut dengan menggunakan rumus34:
X=∑X

N
Keterangan:
X : harga rata-rata
∑X : jumlah skor keseluruhan
N : jumlah sampel
Sehingga dari analisa dengan rumus frekuensi akan nampak tingkat nilai rata-
rata mahasiswa dari ketiga unsur bahasa dan tingkat nilai rata-rata dari keterampilan
mendengar.

2. Langkah Lanjutan Pengujian Hipotesis


Untuk membuktikan diterima tidaknya hipotesis, maka diadakaan pengujian
empat hipotesis penelitian, dengan menggunakan tehnik Regresi linier 35 dan korelasi

34
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian , (Jakarta, Rineka Cipta,1996), hal.106
35
Regresi tujuanya mencari dan menguji persamaan regresi variable terikat atas variable
bebas.Persamaan regresi yang dimaksud adalah persamaan regresi variabel terikat Keterampilan
mendengar ( lambang Y) terhadap variabel bebas terdiri fonologi (x1), Morfologi(x2) dan sintaksis(x3).
Tehnik regresi ada dua macam tehnik regresi sederhana seperti yang sudah
disampaikan dan yang kedua tehnik regresi ganda yang berfungsi untuk menguji hipotesis
terakhir yaitu hipotesis nomor empat yakni menguji apakah terdapat hubungan yang berarti jika
variable bebas (x1, x2, x3) dihubungkan dengan variable terikat (y) dengan didahului menguji
persamaan regresi ganda.Lihat Sudjana, Metoda Statistika,( Bandung: Tarsita, 1992), hal. 6-12 dan
hal.69- 77.
18

Pearson Product Moment.36 Dan dalam proses analisis statistik dengan aplikasi SPSS
15.0, dengan rumus regresi linier dan korelasi r product moment.37
Y=a+bX (Regresi Linier)
a+b =Bilangan konstan
X =Variabel yang diketahui(Independent)
Y =Variabel yang diramalkan(Dependent)

Kemudian penulis juga menggunakan analisa rumus korelasi r product moment38:


N(∑XY) – (∑X).(∑Y)

rxy =

√{n.∑X²(∑X)²}.{n.∑Y²(∑Y)²
Keterangan :
Rxy = Koefisien korelasi
N = banyaknya subjek
X = Skor setiap butir
Y = Skor total
Korelasi PPM dilambangkan (r) dengan ketentuan , nilai r tidak lebih dari
harga (1< r < +1). Apabila nilai r = -1 artinya korelasinya negatif sempurna; r= 0
artinya tidak ada korelasi; dan r= 1 berarti korelasinya sangat kuat. Sedangkan arti
harga r akan di konsultasikan dengan tabel interpretasi nilai r sebagai berikut:
TABEL 7
INTERPRETASI KOEFISIEN KORELASI39
INTERVAL KOEFISIEN TINGKAT HUBUNGAN

36
Product Moment digunakan untuk menguji hipotesis I,II dan III yang sebelumnya sudah
dilakukan pengujian regresi sederhana dari masing masing variable penelitian. Lihat Suharsimi
Arikunta, Prosedur penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), hal.123
37
Riduwan, Metode Dan Tehnik Menyusun Tesis, ( Bandung: Alfabeta, , 2007), cet.V,
hal.145
38
Riduwan, Sekala Pengukuran Variabel variabel Penelitian. (Bandung: Alfabeta, .2003),
cet.3, hal.227.
39
Sutrisno Hadi, Metodologi Research, jilid 3, (Yogyakarta: Fak. Psikologi UGM, 1988),
hal. 36.
19

0,80 - 1,000 Sangat Kuat


0,60 - 0,799 Kuat
0,40 - 0,599 Cukup Kuat
0,20 - 0,399 Rendah
0,00 - 0,199 Sangat Rendah

I. Kerangka Berpikir Dan Hipotesis


a. Kerangka Berfikir
1. Hubungan Fonologi Dengan Keterampilan Mendengar
Fonologi adalah merupakan cabang unsur bahasa yang menyelidiki tentang
perbedaan minimal antara bunyi-bunyi huruf yang selalu ada dalam kata sebagai
fungsi konstituan. Perbedaan-perbadaan itu mengakibatkan perbedaan makna kata
disebabkan fungsi yang berbeda, artinya terdapat pergantian fonem dengan yang lain.
Kebenaran dalam pengucapan fonem akan mempengaruhi kebenaran arti
sebuah kata yang ada dalam kalimat sempurna, dan kesalahan dalam pengucapan
fonem akan berakibat fatal yang bisa merubah makna kata sehingga terjadi kesalah
pahaman dalam menerima isi pesan ungkapan.
Melihat sangat urgenya bidang ini tentunya latihan keterampilan mendengar
untuk menirukan bunyi-bunyi dengan baik dan benar perlu mendapatkan perhatian
serius agar bisa menghindarkan kesalah pahaman pendengar dalam menerima pesan
yang disampaikan.
2. Hubungan Morfologi Dengan Keterampilan Mendengar
Morfologi adalah sebagai bidang linguistic yang mempelajari susunan bagian-
bagian kata secara gramatikal..Kalau dalam bahasa Arab morfologi disebut dengan
perubahan (‫)اﻟﺼّﺮﻓﻰ‬.
Kompetensi yang diharapkan dalam morfologi adalah kompetensi
menggunakan mufradat/kosa-kata dalam pembelajaran bahasa, sehingga
fungsionalisasi bahasa dapat benar-benar terealisassi dalam rangka berkomunikasi
baik komunikasi secara pendengaran maupun secara lisan.
20

Tujuan pengajaran keterampilan mendengar adalah diantaranya


menumbuhkan kemampuan dalam bidang morfologi bahasa, sehingga dengan
penguasaan morfologi dan didukung penggunaanya bisa menjaga dari
pengungkapan salah yang berakibat penerimaan isi pesan pembicara terhalang.
Dengan demikian adanya perbedaan fungsi dan struktur menunjukkan
kejelasan setiap bahasa yang berbeda-beda, tanpa mengetahui perbedaan yang ada
dalam bahasa, kemampuan berbahasa tidak mungkin terjadi, karena kemampuan
bahasa dibangun pada perbedaan-perbedaan fungsi dan struktur.

3. Hubungan Sintaksis Dengan Keterampilan Mendengar


Sintaksis adalah sebagai bagian ilmu linguistik yang menyelidiki semua
hubungan antar kata dan antar kelompok kata dalam kalimat. Secara sistematis
pembagian sintaksis yang terdiri dari tiga bagian yaitu fungsi, kategori dan peran
yang dipakai dalam rangka menganalisis kalimat.
Dalam bahasa Arab terdapat sintaksis yang variatif tentunya agar diketahui
sebab dengan mengetahui sintaksis sebagai suatu sistem bahasa akan menumbuhkan
kemampuan berbahasa. Sintaksis dapat berguna untuk memahami makna dan
menghindarkan dari keraguan sehingga nampak jelas tugas bahasa dalam
melaksanakan fungsi untuk komunikasi.
Kompetensi yang diharapkan dalam pengajaran keterampilan mendengar
adalah memahami makna kalimat sempurna, hal ini tidak mungkin bisa tercapai
manakala tidak memahami variasi sintaksis yang memegang peranan penting dalam
menentukan posisi kata dalam kalimat sebab walaupun terdapat susunan kata yang
sama dalam kalimat akan mempunyai arti yang berbeda dengan kedudukan kata
yang berbeda.

b. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka teori yang telah diuraikan diatas, hipotesis yang
diajukan dalam penelitian ini adalah sebagtai berikut:
21

Hipotesis Pertama:
Ho : χ1γ = 0 Tidak terdapat hubungan antara fonologi dengan
keterampilan mendengar
H1 : χ1γ ≥ 0 Terdapat hubungan antara fonologi dengan keterampilan
mendengar
Hipotesis Kedua:
Ho : χ2γ = 0 Tidak terdapat hubungan antara morfologi dengan
keterampilan mendengar
H1 : χ2γ ≥ 0 Terdapat hubungan antara morfologi dengan keterampilan
mendengar
Hipotesis Ketiga:
Ho : χ3γ = 0 Tidak terdapat hubungan antara sintaksis dengan
keterampilan mendengar
H1 : χ3γ ≥ 0 Terdapat hubungan antara sintaksis dengan keterampilan
mendengar
Hipotesis Keempat:
Ho : χ1,2,3γ = 0 Secara bersama-sama antara fonologi, morfologi dan
sintaksis tidak terdapat hubungan dengan keterampilan
mendengar.
H1 : χ1,2,3γ ≥ 0 Secara bersama-sama antara fonologi, morfologi dan
sintaksis terdapat hubungan dengan keterampilan mendengar.
22

BAB II
TEORI MENDENGAR
Mendengar merupakan salah satu keterampilan yang sangat dibutuhkan
dalam pengajaran bahasa, termasuk bahasa Arab karena sebagai dasar utama
memperoleh ilmu pengetahuan. Mendengar termasuk keterampilan reseptif seperti
membaca yang menitikberatkan pada pemahaman suatu pembicaraan. Proses
mendengar terjadi ketika adanya komunikasi antar sesama yang saling berganti peran
pendengar dan pembicara/Listener dan speaker. Para linguist sepakat bahwa, untuk
memahami ungkapan apa yang didengar dibutuhkan kemampuan bidang unsur-unsur1
bahasa, yang dijadikan sebagai standar keterampilan mendengar dalam memahami
pesan sebuah ungkapan bahasa asing sesuai dengan maksud pembicara dengan tanpa
pengurangan dan penambahan. Bab ini penulis ingin menguraikan unsur-unsur
bahasa yang dibutuhkan dalam keterampilan mendengar dengan membatasi pada
unsur fonologi, morfologi dan sintaksis sebagai berikut :

A. UNSUR-UNSUR BAHASA
1. Fonologi
Fonologi merupakan ilmu yang menyelidiki perbedaan minimal antara ujaran-
ujaran dalam kata sebagai fungsi konstituan. Perbedaan-perbadaan itu
mengakibatkan perbedaan arti disebabkan fungsi yang berbeda.2 Kamal Muhammad
Basyar membagi fonem menjadi 2 macam yaitu: fonem primary dan fonem
secondary.3 Dia memasukkan intonasi dan stressing masuk dalam fonem secondary.
Fonem ini mempunyai peranan penting dalam kebahasaan..

1
Shalâĥ Abd al Majîd Al ‘Arabî, Ta ’allum Al_lughoh Al hayyah Wa Ta ’lîmuhâ Baina
Nadhoriyah Wa Al Tatbîq, (Bairut: Maktabah Lubnan ,1981), hal.67
2
Guntur Tarigan, Menyima ’ Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung: Angkasa,
1987).hal. 36.
3
Kamâl Muĥammad Bisyr, ‘Ilm al Lughah al ‘Ầm al Ashwât, ( Beirut: Dâr al Ma’ârif,
1990), cet. VII, hal. 135. Lihat Juga Daniel Jones, The Phoneme: Its Nature and Use , (W. Heffer &
Sons Ltd. Cambridge, tt), hal.212. Juga lihat M.Soenardi Djiwandono, Tes Bahasa Dalam Pengajaran,
(Bandung: ITB, 1996), hal.75. Lihat J.W.M Verhar , Pengantar Linguistik, (Yogyakarta: Gajah Mada
University Press,, 1992), .hal.36. Lihat juga Herimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik, (Jakarta:
23

Menurut Shâlaĥ al-Syantî bahwa, mendengar yang baik berhubungan dengan


kemampuan pengucapan makhârij al-ĥarf. 4 Hal kemampuan mendengar sangat
dipengaruhi adanya kemampuan pengucapan bunyi bahasa yang disampaikan
pembicara, jika pengucapanya benar, maka keterampilan mendengar terhadap
pembicaraan akan baik, sebaliknya jika pengucapanya tidak benar kemungkinan
besar keterampilan mendengar tidak akan sempurna, bahkan terjadi kesalahan
penerimaan pesan yang diterima.

a. Fonem Bahasa Arab


1) Harakat atau vokal5
TABEL 8
Vokal Posisi Lidah Bagian Lidah Bentuk Bibir
A Rendah Depan Netral
I Tinggi Depan Tak bulat
U Tinggi Belakang Bulat

Harakat yang diberikan pada konsonan dalam bahasa Arab akan menghasilkan
vokal. Pemberian vokal pada sebuah kata bahasa Arab sangat penting karena tanpa
harakat atau vokal bagi yang belum mempunyai kompetensi dalam bidang bahasa
tentu akan mengakibatkan kesalahan dan perubahan makna. Contohnya kata” َ‫”َﺣَﻤَﻞ‬
artinya “membawa”, kalau diberi harakat"ٌ‫ ”ﺣَﻤْﻞ‬artinya berubah menjadi “hamil”.
Berdasarkan pada tabel diatas6 dalam bahasa Arab terdapat tiga(3) harakat:
a) Fathah ( َ- ) yaitu garis diatas konsonan yang menjadi suku terbuka, fathah
membentuk bunyi /a/. Bunyi [a] dihasilkan dari bagian depan lidah dalam

Gramedia, 2001), Edisi 3, cet. 5, hal. 56. Lihat Moch Ainin, Metodologi Penelitian Bahasa Arab,(,
Malang: Hilal Pustaka, 2007). hal. 134.
4
Muĥammad Shâliĥ al-Syantî, Al-Mahârât Al-Lughawiyyah, Madkhal Ila Khasâish Al-
Lughah Al-‘Arabiyyah Wa Funûnuhâ, (Hâil: Dâr al-Andalus li al-Nâsyr wa Tauzî’), cet. IV, hal. 146.
5
Kamâl Muĥammad Basyar, ‘Ilm al Lughah al ‘Ầm al Ashwât, ( Beirut: Dâr al Ma’ârif,
1990), cet. VII, hal. 137-146.
6
Nashr Raja, The structure Of Arabic From Sound To Sentence, ( Riyâd: 1987), hal. 21
24

posisi meninggi dan bentuk bibir netra, tidak bulat dan tidak terentang. Seperti
fathah yang diberikan pada konsonan /‫ ف‬/pada kata‫ ﻓﺘﺢ‬.
b) Kasrah( ِ- ) yaitu garis dibawah konsonan yang menjadikan suku terbuka
dengan bunyi /i/. Bunyi ini dihasilkan dari bagian depan lidah naik dam bibir
terentang. Seperti kasrah yang diberikan pada konsonan /‫ ب‬/ pada kata "ٌ‫ " ﺑِﺌْﺮ‬.
c) Dammah ( ُ- ) yaitu waw kecil diatas konsonan yang menjadikan suku terbuka
dengan bunyi / u/ . Bunyi ini dihasilkan dari naiknya bagian belakang lidah
dan bentuk bibir bulat, seperti dommah yang diberikan pada konsonan /‫ د‬/
pada kata ُ‫ َاﻟْﻮَﻟَﺪ‬.

2) Konsonan
TABEL 9
KONSONAN BAHASA ARAB7
Gabunga
Letupan Geseran Sifat Lain
n
Tida
Tidak
Suar k Geseran
Mahraj Bersua Suara
a Bers Bersuara
ra
uara
T T T T T T T T S U N S
b p b p b p b p p l s v
Bilabial ‫ب‬ ‫م‬ ‫و‬
Labio Dental ‫ف‬
Interdental ‫ظ‬ ‫ذ‬ ‫ث‬
Apikodental ‫د ض‬ ‫ط‬ ‫ت‬ ‫ل‬ ‫ن‬
Apikoalveolar ‫ز‬ ‫سص‬ ‫ر‬
Apikoalatal ‫ش‬ ‫ج‬
Mediopalatal ‫ي‬
Dorsovelar ‫ك‬ ‫غ‬ ‫خ‬
Uvular ‫ق‬
Pharyngal ‫ع‬ ‫ح‬
Glottal ‫ء‬ ‫ﻫـ‬

7
Untuk mengetahui secara mendalam pembagian konsonan Bahasa Arab beserta
penjelasanya dengan terperinci dapat dibaca dalam buku Kamal Basyar, ‘Ilm al Lughah ‘Ầm al Ashwât,
(Dâr al Ma’ârif, 1980), hal. 66-67.
25

Keterangan:Tb:Tebal,Sp:Sampingan, Ns:Nasal, Gb:Gabungan, Tp:Tipis, Ul:Berulang,


Sv: Semi vocal.

b. Pembagian Fonem
1) Fonem segmental8 yaitu fonem yang dianalisis keberadaanya. Fonem ini terdiri
dari 289 konsonan, 3 vokal pendek atau tunggal 3 vokal panjang / ّ‫ اﻟﻤﺪ‬10/ dan 2
vokal rangkap.
2) Fonem suprasegmental yaitu fonem yang keberadaanya harus bersama-sama
fonem segmental. Fonem ini terdiri dari tekanan ( stress), nada ( pitch ), panjang
( length ), dan jeda ( juncture ), atau ‫ وﻗﻒ‬.

2. Morfologi
Menurut Verhaar memberikan batasan tentang morfologi adalah sebagai
bidang linguistik yang mempelajari susunan bagian-bagian kata secara
gramatikal. 11 dikatakan berupa susunan atau bentuk karena dapat dipecah menjadi
fonem-fonem. Suatu contoh kata” medan “ terdiri dari 5 fonem. Kalau dalam bahasa
Arab morfologi disebut dengan perubahan (‫)اﻟﺼّﺮﻓﻰ‬, Tamâm Hasân mengatakan
sistem morfologi terbentuk dari 3 unsur yaitu:12
a. Kumpulan makna morfologi yang merujuk kepada segi klasifikasi kata seperti:
benda (ism), kerja (fi’l) dan sambung (harf) dan dari segi perubahan kata
seperti tunggal, dua, banyak, kata ganti, jenis, jelas dan umum dan dari segi
sifat morfologi seperti transitif dan lain-lain.

8
Ada dua tokoh yang menyatakan hal tersebut diatas, yaitu Nashr, Raja, T. MA. ED. D, The
structure Of Arabic From Sound To Sentence, (Beirut: Librarie DV Liban, 1967), hal. 85. Lihat juga
Salman H. Al ‘Ani, Arabic Phonologi, (Paris: Mouton, The Hague Paris, 1970), hal. 22-42.
9
Ramadhân Abd al Tawwâb, Al Madhal ila ‘ilm al Lughah wa Manâhij al Lughawy, (al
Qâhirah: Maktabah al Khanji, 1985), hal. 24 dan 100.
10
Huruf Mad itu ada tiga, harakat kasrah jatuh sebelum Ya, harakat dhammah terletak
sebelum waw dan harakat fathah jatuh sebelum alif. Sedangkan huruf lîn itu hanya ada dua, Ya mati
yang jatuh setelah harkat fathah dan waw mati yang jatuh setelah harkat fathah. Lihat Ahmad
Muthahar, Nail al Anfal Fi Tarjamah Al Athfâl, (Semarang: Thaha Putra, 1962), hal. 18-19.
11
J.W.M Verhar, Pengantar Linguistik, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press,
1992).hal.52.
12
Ĥasân Tamâm, Al Lughah Al ‘Arabiyyah Ma ’nâhâ Wa Mabnâhâ, (Mishr: Al’Ầmmah li
Al Kitâb cet.II, 1979),, hal.36.
26

b. Kumpulan struktur morfologi yang tercermin dalam standar morfem, seperti


morfem asli dan penambahan.
c. Kumpulan hubungan morfem kelompok positif maupun negatif seperti morfem
‫ ﺿﺮب‬dan ‫ ﺷﻬﻢ‬sama bersandar kepada ‫ ﻓﻌﻞ‬atau hubungan perbandingan, juga
mengkontraskan dengan perbedaan dua morfem yang berbeda makna,
perbedaan morfem tanda laki-laki dengan perempuan, kata asli dengan
tambahan.
Unsur morfologi dalam tataran mendengar memegang peranan penting dalam
meningkatkan keterampilan mendengar dalam pengajaran bahasa Arab. Menurut
Tamâm Ĥasân, bahwa morfologi (‫ )ﻋﻠﻢ اﻟﺼﺮف‬mempunyai kedudukan yang sangat
penting dalam pembelajaran bahasa Arab, 13 karena dengan ilm al-sharf seorang
pelajar mempunyai kekayaan kosa-kata yang sangat membantu dalam pemahaman isi
pesan yang di dengar. Demikian juga Maulana Abdullah al-Dangqazy menagatakan
bahwa, morfologi secara teoritis adalah perubahan dan secara praktis merupakan
perubahan satu kata kedalam beberapa kata yang mempunyai beberapa
makna. 14 Dengan demikian dalam bahasa Arab terdapat banyak kosa-kata dan
mutarodif, yang sangat membantu dalam memahami penangkapan pesan ungkapan
yang didengar.

1) Pengertian dan Pembagian Kata


Herimurti Kridalaksana mengemukakan bahwa, “ Kata, 1. morfem atau
kombinasi morfem yang oleh bahasawan dianggap sebagai satuan terkecil yang dapat
diujarkan sebagai bentuk yang bebas; 2. Satuan bahasa yang dapat berdiri sendiri,
terjadi dari morfem tunggal ( mis. batu, rumah, dating, dan sebagainya, atau
gabungan morfem (mis. Pejuang, mengikuti, pancasila, mahakuasa, dan

13
Hasân Tamâm, Al Lughah Al ‘Arabiyyah Ma ’nâhâ Wa Mabnâhâ, (Mishr: Al’Ầmmah li
Al Kitâb, cet.II, 1979),, hal.36.
14
Maulana Abdullah al-Dangqazy, Matan Bina ’ Al-Asas, (semarang: Sumber Keluarga, tt),
hal. 2.
27

sebagainya).”15 Sementara Gorys Keraf mengatakan “ Kata adalah kesatuan-kesatuan


yang terkecil yang diperoleh sesudah sebuah kalimat dibagi atas bagian-bagianya dan
mengandung suatu ide”.16
Pendapat diatas yang menunjukkan adanya kebebasan fonem dan dapat berdiri
sendiri ini yang dapat membedakan kata dengan konsep morfem maupun dengan
satuan bentuk lainya. Misalkan pada kalimat ‫ ﻫﻮ ﯾﻘﺮأ ﻛﺘﺎﺑﺎ‬, kata ‫ ﻛﺘﺎﺑﺎ‬pada kalimat ini
adalah kata karena dapat berdiri sendiri, tetapi bentuk ‫ ي‬pada kata ‫ ﯾﻘﺮأ‬bukan kata
melainkan morfem karena tidak dapat berdiri sendiri.
Sementara dalam bahasa Arab kata itu hanya terbagi kedalam tiga macam
sebagaimana disampaikan Musthâfâ al Ghalayainî yaitu Ism, Fil dan Harf,17 dimana
ism merupakan kata yang menunjukkan suatu hal yang tidak berkaitan dengan suatu
masa, dan fi’l merupakan kata yang menunjukkan suatu hal yang berkaitan dengan
masa, sedangkan harf sebagai kata yang hanya akan bermakna jika dikaitkan dengan
kata lain. Dengan demikian pemahaman pembagian kata dalam bahasa arab berkaitan
dengan makna dan fungsi.
2) Pembentukan Kata Dalam Bahasa Arab
‘Amil Badi’ Ya’qûb dalam al-Khûlî menyebutkan ada tiga (3) tipe bahasa di
dunia berdasarkan cara pembentukan kata, yaitu: Pertama, bahasa yang berisolasi,
proses pembentukanya cukup menambah kata lain tanpa merubah bentuk dasar.
Kedua, bahasa yang bertipe aglutinasi, pembentukan kata dilakukan dengan
memberikan imbuhan pada awal atau akhir bentuk dasarnya, proses ini tidak merubah
bentuk dasarnya. Pengimbuhan ini tentu bisa mendatangkan makna baru bagi kata

15
Herimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik,… hal. 76.
16
Gorys Keraf, Tata Bahasa Indonesia,( Ende: Nusa Indah, 1978), hal. 57.
17
Musthafâ Al Ghalayainî, Jâmi’ Al Durus Al ‘Arabiyyah, ( Beirut: Al Maktabah Al
‘Ashriyyah, 2005), Juz I, hal. 10. Lihat juga Muĥammad Ĥamasah Abd al-Lathîf, Al-Na ĥ w Al-Asâsî,
(Mesir: Dâr al- Fikr al-‘Arabî, 1997), hal. 8. Lihat Ibn Ĥisyâm, Syar ĥ Syudzur al Dzahâb Fi Ma ’rifah
Kalâm al ‘Arab, ( Beirut: Dâr al Fikr, tt), hal.11. Lihat Maĥmûd Ĥusni al Mughâlasah, Al Na ĥ wî Al
Syâfî, ( Yordan: Dâr al Basyîr, 1991), hal. 13. Kontraskan Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa,
( Jakarta: Gramedia, 2002), hal. 21.
28

tersebut. Ketiga, bahasa yang bertipe fleksi yaitu dilakukan dengan merubah bentuk
dasar menjadi bentuk-bentuk lain sesuai dengan kebutuhan pemakai yang perubahan
bentuk kata tersebut dapat merubah makna kata.
Proses perubahan kata dalam bahasa Arab dipelajari dalam ilmu sharaf
(morfologi), yaitu ilmu yang mempelajari hal ihwal kata ketika berdiri sendiri
( mufradah) sebelum dirangkaikan dengan kata lain dalam sebuah kalimat.18 Tehnik
pembentukan kata dalam19 bahasa Arab dapat dilakukan dengan Inflektif ( I’râbiy ),
yaitu perubahan dalam bentuk yang tidak merubah makna dasarnya. Dan Derifatif
( isytîqâqiy ), yaitu perubahan yang dengan cara merubah bentuk dasarnya yang akan
menimbulkan makna baru.20
Adapun tehnik infleksi dapat dilakukan dengan cara deklinatif ( tasrif al ism)
yaitu terjadi pada nomina( al ism) dan ajektif ( al shifah), dan konjungsi (tashrif al
Fi’l). Tehnik pembentukan pada nomina ada yang berkaitan dengan jumlah (‘adad)
dan jenis ( al nau’). Proses pembentukan ism dari tunggal menjadi dua dilakukan
dengan menambah alif dan nun pada isim mufrad pada saat rafa ’ ( ‫ ) اﻟﻤﺠﺮﻣﺎن‬dan
menambah ya’ dan nun pada saat nasab dan jar (ِ‫) اﻟﻤﺠﺮﻣَﯿْﻦ‬. Yang bentuk tasniyyah
pada kedudukan nasab dan jar, huruf sebelum ya ’ dibaca fathah dan nun dibaca
kasrah.
Sementara proses dari mufrad ke jama ’ dapat dilakukan dengan 3 (tiga)
bentuk yaitu: Pertama, pada jama ’ muzakar sâlim (yang menunjukkan banyak laki-
laki) dengan tehnik pembentukan yaitu dalam kedudukan rafa ’ dengan menambah
18
Abdullah Muĥammad Al Ustha, Al Ta ’rif Fi ‘Ilm Al Tashrîf Dirâsah Sharfiyyah
Tathbîqiyyah, (Troplis: Kulliyyah Al Da’wah Al Islâmiyyah, 1982), hal. 29.
19
Abd Al Hamîd Abdullah dan Nashr Abd Allah Al Ghâly, Usus I’dâd Al Kutub Al
Ta ’lîmiyyah Li Ghair Al Nâtiqîn Bi Al ‘Arabiyyah, ( Kairo: Al I’tishâm, 1991), hal. 78.
20
Pembentukan kata dalam bahasa Arab pada hakekatnya dilakukan dengan cara
penambahan morfem terikat ( morfem muqayyad) kepada morfem bebas ( morfem ĥur). Morfem terikat
ini dibagi menjadi dua macam, yaitu inflecting morfem atau morfem I’raby yang berupa tambahan
yang ada pada fi’ l, isim, atau sifat berupa I’rab, baik I’rab huruf maupun I’rab harakat.Morfem I’raby
ini kaitanya dengan persoalan nahwy, contoh pada fi’l ‫ ﻛﺘﺒﻮا‬،‫ ﻛﺘﺒﺎ‬،‫ ﻛﺘﺐ‬, pada isim ‫ ﺳﯿّﺎرات‬، ‫ ﺳﯿّﺎرﺗﺎن‬،‫ ﺳﯿّﺎرة‬,
pada huruf ‫ ﻋﺎﻟﻤﻮن‬،‫ ﻋﺎﻟﻤﺎن‬،‫ ﻋﺎﻟﻢ‬, dan derifatif morfem ( morfem isytiqaqy ), yaitu morfem yang berupa
tambahan atau ziyâdah atau perubahan yang terdapat pada fi’l mujarrad,seperti ‫ ﻣﻘﺘﻮل‬،‫ ﻗﺎﺗﻞ‬،‫ ﻗﺘﻠﺔ‬،‫ ﯾﻘﺘﻞ‬،‫ ﻗﺘﻞ‬.
Lihat Moch. Mastna HS. Orientasi Pemikiran Semantic al Zamakhsyariy dalam menafsirkan Ayat-
Ayat Kalam,( Jakarta: Perpustakaan PPs UIN Jakarta: 1999), hal. 88-93.
29

waw dan nun dengan catatan huruf terahirnya dibaca dlammah dan nun dibaca fathah
(‫) اﻟﻤﻌﻠّﻤﻮن‬, sementara kalau kedudukan nasab dan jar (‫) اﻟﻤﻌﻠّﻤﯿﻦ‬, huruf terahir dibaca
kasrah dan nun tetap sama dibaca fathah. 21 Kedua, pada jama ’ Muannas sâlim (yang
menunjukkan banyak perempuan ), tehnik pembentukanya dengan cara menambah
alif dan ta ’ pada bentuk mufradnya, contoh (‫ ) اﻟﻤﻌﻠّﻤﺎت‬dengan tanda harakat dhammah
saat rafa’ dan diberi harakat kasrah saat nashab dan jar.22 Ketiga, pada jama ’ taksîr
(yang menunjukkan lebih dari dua dan telah mengalami perubahan dari bentuk
tunggalnya), jama’ ini berlaku secara umum baik yang ‘aqil ( berakal) maupun ghair
‘aqil ( tidak berakal), dan sifatnya adalah sima ’i, yaitu diterima apa adanya sesuai
dengan penutur asli, jama’ taksîr ada dua macam jama ’ qillah (yang menunjukkan
sesuatu yang berjumlah tiga sampai sepuluh) dengan wazan-wazan: ‫أﻓﻌﺎل‬, ‫أﻓﻌﻠﺔ‬, ‫ﻓﻌﻠﺔ‬,
dan jama ’ katsrah (yang menunjukkan sesuatu yang berjumlah tiga sampai tidak
terbatas) yang disebut juga dengan deklinasi sifat, dengan wazan-wazan ada yang
mensifati mudzakar ‘aqil, yang mensifati mufrad, yang mensifati penyakit atau
kebinasaan, yang mensifati isim, dan bentuk shighat muntaha al jumû ’ . 23
Adapun deklinasi yang berkenaan dengan jenis tehnik pembentukanya melihat
pada pembagian kriteria jenis kata yang terdiri dari feminim (ism muannats)dan
maskulin (ism mudzakkar) baik ditujukan pada manusia, hewan maupun benda mati.
Namun persoalanya adalah pembentukan ism muannats karena mempunyaai kriteria
tertentu yaitu pada kata tersebut diberi tanda ta ’ta ’nîs ( al marbûtah) seperti ‫ﺣﺪﯾﻘﺔ‬,
dan alif ta ’nîs al maqshûrah seperti ‫ ﺑﺸﺮى‬dan lain-lain, dan alif ta ’nîs mamdûdah,
seperti ‫ ﺻﺤﺮاء‬24. Adapun dalam membentuk isim muannats dapat mengikuti ketiga
ciri tersebut, yang disebut sebagai isim muannats.

21
Musthafâ Al Ghalayainî, Jami’ Al Durûs Al ‘Arabiyyah, ( Beirut: Al Maktabah Al
‘Ashriyyah), Juz II, hal. 183.
22
Musthafâ Al Ghalayainî, Jami’ Al Durûs Al ‘Arabiyyah, Juz II…hal. 186.
23
Wazan-wazan secara lengkap dapat dibaca pada buku Musthafâ Al Ghalayainî, Jami’ Al
Durûs Al ‘Arabiyyah,Juz II… hal. 191-217.
24
David Cowan, An Introduction To Modern Literatery Arabic, ( Cambridge University
Press, 1978 ), hal 13-14.
30

Sementara Tehnik infleksi konjugatif pembentukanya hanya pada verba (fi’l)


bahasa Arab yang ditujukan pada aspek internal suatu bentuk kata ( al Shîghah ),
artinya pembentukan secara inflektif tidak menimbulkan perubahan kata baru yang
bermakna baru, namun hanya sebagai proses modifikasi internal pada suatu bentuk
atau kelas kata yang terdapat pada empat bentuk fi’l yaitu mâdhî, mudhârî’, amr
dan nahî25.
Sementara pembentukan kata secara derifatif adalah merupakan pembentukan
yang menghasilkan kata dan makna baru. Adapun para ahli bahasa Arab telah
26
menentukan wazan-wazan (anutan-anutan) yang berhubungan dengan fi’l tsulasi
mujarrad, fi’l rubai mujarrad, fi’l madhi tsulasi mazid, fi’l madhi ruba ’i mazid.27
3. Sintaksis
a. Sintaksis Dalam Bahasa Arab
Dalam Bahasa Arab, ilmu yang mempelajari hubungan antara kata dan antar
kelompok kata dalam suatu kalimat disebut “ilm al Nahw” sebagaimana yang
dikemukakan oleh Musthafâ Al Ghalayainî.٢٨
Dalam bahasa Arab struktur sintaksis berkaitan dengan dua konsep Umdah
/Musnad dan Musnad ilaih (Predikat dan Subjek) yaitu: Fâ ’il dari fi’l tâm, Nâib Fâil,
Mubtada ’, Isim fi’l naqs, Ism hurf yang beramal seperti laisa, Ism inna, Ism la nafiah
al jins. Dan konsep Fudhlah ( pelengkap) yaitu: Fi’l, Ism fi’l, Khabr mubtada ’, Khabr
fi’l naqis, Khabr harf yang beramal seperti laisa, Khabr inna.29
Adapun fudlah bisa muncul jika fi’l berupa mutaadi ( transitif), contohnya ‫ﻓﺘﺢ‬
‫ ﺧﺎﻟﺪ ﺑﺎﺑﺎ‬, pada contoh ini terdapat fudlah yaitu kata ‫ ﺑﺎﺑﺎ‬yaitu menjadi maf’ûl dari kata

25
Wazan-wazan secara lengkap dapat dibaca pada buku Musthafâ Al Ghalayainî, Jami’ Al
Durûs Al ‘Arabiyyah Juz II… hal. 166-169.
26
Yâsîn al-Ĥâfidz, Al-Ta ĥlîl Al-Sharfî, (Damaskus: Dâr al-‘Ashamâ’, 1997), hal. 28-36
27
Wazan-wazan secara lengkap dapat dibaca buku tulisan Yâsîn al-Ĥâfidz, Al-Ta ĥlîl Al-
Sharfî, (Damaskus: Dâr al-‘Ashamâ’, 1997), hal. 28-36. Juga lihat Mustafa Al Ghalayainy, Jami’ Al
Durus Al ‘Arabiyyah, Juz II… hal. 158-162.
28
Musthafâ Al Ghalayainî, Jami’ Al Durûs Al ‘Arabiyyah, Juz I… hal. 17.
29
Musthafâ Al Ghalayainî, Jami’ Al Durûs Al ‘Arabiyyah, Juz I… hal. 13. Lihat J.W.M
Verhar, Pengantar Linguistik, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1992).hal.75.
31

‫ ﻓﺘﺢ‬, sedang dalam contoh ‫ذﻫﺐ ﺳﻌﯿﺪ‬ tidak terdapat fudlah karena tidak ada
pelengkapnya yang disebabkan fi’lnya berupa lazim ( intransitive).
b. Pembagian Tarkib Bahasa Arab
Dalam pembahasan struktur sintaksis dalam bahasa Arab perlu menguraikan
“ al tarkîb “( susunan) yang merupakan satuan-satuan yang mengisi struktur kalimat.
Dalam hal ini susunan ( tarkib) terdiri dari enam macam, yaitu:30
1) Tarkîb isnâdy
Yaitu merupakan struktur sintaksis yang terdiri dari susunan musnad dan
musnad ilaih, atau tarkib ini disebut jumlah yang dalam bahasa Arab terdiri dari 2
macam yaitu: jumlah fi’liyyah dan jumlah ismiyyah.
Yang dimaksud dengan jumlah ismiyyah adalah suatu struktur yang
mengandung pola mubtada ’ dan khabr atau asalnya merupakan mubtada ’ dan khabr,
seperti: ‫ ﺍﻷﺳﺘﺎﺫ ﺣﺎﺿﺮ‬.
Yang dimaksud dengan jumlah fi’liyyah adalah suaatu struktur kalimat yang
mengandung pola fi’l dan fail atau fi’l dan nâib fail seperti :
‫ ﯾﻌﺎﻗﺐ اﻟﻌﺎﺻﻮن‬،ّ‫ﺟﺎء اﻟﺤﻖ‬
2) Tarkîb idhâfy
Yaitu merupakan susunan kata yang terdiri dari mudhâf dan mudhâf ilaih,
seperti: ‫ﺻﻮم اﻟﻨّﻬﺎر‬
3) Tarkîb bayâny
Yaitu suatu susunan dua kata dimana kata yang kedua berperan menjelaskan
kata yang pertama. Dan tarkib ini terbagi dalam 3 macam:
a) Tarkîb washfî, yaitu susunan kata yang terdiri dari kata sifat dan benda yang
disifati, seperti: ‫أﻛﺮﻣﺖ اﻟﺘﻠﻤﯿﺬ اﻟﻤﺠﺘﻬﺪ‬
b) Tarkîb taukîdî, yaitu susunan yang terdiri dari muakkid dan muakkad, seperti:
‫أﻛﺮﻣﺖ اﻟﻘﻮم ﻛﻠّﻬﻢ‬
c) Tarkîb badâlî, yaitu susunan kata yang terdiri dari badal dan mubdal minhu,
seperti: ‫رأﯾﺖ ﺧﻠﯿﻼ أﺧﺎك‬

30
Musthafâ Al Ghalayainî, Jami’ Al Durûs Al ‘Arabiyyah, Juz I…hal. 12.
32

d) Tarkîb ‘atafî, yaitu suatu susunan atau kalimat yang terdiri dari ma ’tuf dan
ma ’tûf alaih, dimana diantara kedua kata atau kalimat tersebut terdapat
huruf ‘ataf, seperti: ‫ﯾﻨﺎل اﻟﺘﻠﻤﯿﺬ و اﻟﺘّﻠﻤﯿﺬة اﻟﺤﻤﺪ و اﻟﺜّﻨﺎء‬
e) Tarkîb mazjî, yaitu susunan dua kalimat yang disusun dan dijadikan satu
kalimat, seperti:‫ﺳﯿﺒﻮﯾﻪ‬
f) Tarkîb ‘adadî, yaitu susunan dua ‘adad (bilangan) yang diantarai oleh hurf
‘ataf yang ditakdirkan, seperti: ‫رأﯾﺖ أﺣﺪ ﻋﺸﺮ ﻛﻮﻛﺒﺎ‬
Kesalahan yang terjadi pada aspek sintaksis ini antara lain menyangkut
kesesuaian nau’nya yaitu dalam hal tadzkîr dan ta ’nîs (male dan female) kesesuaian
‘adadnya, yaitu dalam hal ifrâd, tatsniyah dan jama’, kesesuaian ta ’yinya, yaitu
ta ’rif-tankir( definitive-indefinitif).31
Sementara unsur sintaksis juga mempunyai peranan penting dalam
menemukan pemahaman makna ungkapan bahasa Arab, sebab sintaksis merupakan
sarana dan alat untuk menyampaikan tujuan pemahaman. 32 Menurut Muĥammad
Baidawi bahwa, dalam bahasa Arab terdapat perbedaan yang sangat fundamental dari
bahasa lain dengan karakteristiknya dengan adanya sistem tata bunyi yang khusus,
adanya i’rab, kalimat verbal dan nominal dan sistem muthâbaqah.33 Konsep dalam
bahasa Arab menurut Aziz Fahrurrazi adalah pemahaman terlebih dahulu terhadap
kedudukan kata dalam rangka pemahaman makna ungkapan. Sedang menurut
Musthafâ Al Ghalayainî jabatan kata dalam kalimat menentukan makana kalimat.34
Dengan demikian pemahaman terhadap makna tidak akan tercapai tanpa adanya
memahami terlebih dahulu terhadap jabatan dan kedudukan masing-masing kata
dalam ungkapan bahasa Arab.

31
Moch. Mastna HS. Orientasi Pemikiran Semantic al Zamakhsyariy dalam menafsirkan
Ayat-Ayat Kalam, ( Jakarta: Perpustakaan PPs UIN Jakarta: 1999), hal. 88-93.
32
Aziz Fahrurrazy, Pembelajaran Gramatika Sebagai Ilmu Bantu Memahami Teks,
Makalah, (Jakarta: 1997), hal. 1
33
Muĥammad Baidawî, ‘Ilm Al-Tarjamah Al-Nadzariyyah Wa Al-Tathbîq, (Tunis: Dâr Al-
Ma’ârif, 1992), hal. 245-246
34
Musthafâ Al Ghalayainî, Jami’ Al Durûs Al ‘Arabiyyah, Juz I… hal. 17.
33

B. KETERAMPILAN MENDENGAR
1. Proses Mendengar
Poses mendengar35 dapat terjadi ketika ada komunikasi antara pendengar dan
pembicara. Menurut aliran Transformative Generative 36 Noam Chomsky(1957)
terjadinya proses mendengar sebagai berikut:

a. Pembicara memilih isi pesan tertentu yang ingin disampaikan kepada pendengar.

b. Pembicara mendesain ide dalam kode bahasa yang mematuhi aturan sintaksis
bahasa,tanpa ada pertentangan terhadap sistem sintaksis, demikian juga pada
pemilihan morfologi yang untuk mengungkapkan makna.
c. Terjadinya perintah otak pada organ bicara supaya mengucapkan ungkapan
tertentu.
d. Indra dengar pendengar menangkap ungkapan pembicara yang berupa kode
bahasa (bunyi) yang mematuhi standar hukum sistem bahasa yang disepakati.
e. Pendengar berusaha memahami kode bahasa itu (decode) yang ditangkap indra
dengar, sesuai dengan kemampuan kebahasaan yang dimiliki (fonologi,
morfologi dan sintaksis). Pemahaman tergantung pada kemampuan unsur-unsur
kebahasaanya.

35
Mendengar adalah suatu Keterampilan seseorang berbahasa dalam menangkap kode
bahasa lisan dengan tujuan pemahaman dan penganalisaan terhadap pendengaran pembicaraan .
Pemahaman dalam proses mendengar ini terdapat kekayaan morfologi pendengaran yang bisa
membantu mempermudah kemajuan keterampilan membaca. Lihat Fâdhil Fatĥî Muĥammad Wâlî
dalam bukunya: Tadrîs Al Lughah Al ‘Arabiyyah Fi Al Marhalah Al Ibtidâiyyah, Turuquhu, Asâlîbuhu,
Qadlâyâhu, (Dâr Al Andâlusî, Li Al Nasyrî Wa Al Tauzî’, 1998), hal. 143 144. Lihat juga Rusdy
Aĥmad Tu’aimah dan Muĥammat Al Sayyid Munâ’, dalam buku: Tadrîs Al ‘Arabiyyah Fi Al Ta ’lîm
Al ‘Ăm, Nadzariyyât Wa Tajârub, (Dâr Al Fikr, 2001), hal. 80. Lihat juga:Makalah Musâd Muĥammad
Ziyâd dengan judul : Mahârât Al Istimâ ’ Wa Kaifiyyah Al Tadîrb ‘Alaihâ, di:
http://www.drmosad.com/index85.htm. tanggal, 10-8-2007.
36
Teori Tranformatif generatif berpandangan bahwa dalam bahasa itu terdapat struktur
dalam (surface Struktur) dan struktur luar(deep Struktur). Kemampuan berbahasa dibagi menjadi dua
yaitu kompetensi yang menggambarkan pengetahuan tentang sistem bahasa yang sempurna (fonologi,
morfologi, sintaksis)dan performansi yang berupa ujaran ujaran yang bisa didengar dan di baca.Lihat
buku Metodologi Pengajaran Bahasa Arab, ( Malang: Misykat, 2005), hal.14 -16.
34

f. Pendengar memahami kode bahasa (decode) menggunakan sistem aturan bahasa


yang sama dengan kode bahasa yang dipakai pembicara, maka terjadilah titik
temu (pemahaman makna) seperti yang diinginkan pembicara.37
Melihat langkah –langkah proses mendengar diatas, tentu proses mendengar
bukan persoalan yang mudah, yang memerlukan latihan yang terus menerus.

2. Urgensi Keterampilan Mendengar


Keterampilan Mendengar merupakan pondasi pertama seseorang mempelajari
bahasa, karena mempunyai peranan penting sebagai sarana pemerolehan
bahasa(‫ )إﻛﺘﺴﺎب اﻟﻠﻐﺔ‬baik pemerolehan ketrampilan berbicara, membaca dan menulis
serta dalam mengajarkan berbagai macam ilmu pengetahuan dan menanamkan
kebudayaan dalam diri seseorang.
Peranan ini dapat dimengerti dengan jelas jika melihat akan kajian –kajian
terdahulu yang dikemukakan oleh Ahmad Ali Madkur.38 Dalam kajian tersebut Ali
menyampaikan bahwa Para siswa SMA di salah satu wilayah AS memanfaatkan
waktu belajar bahasa dalam setiap hari 30% untuk berbicara, 16% untuk membaca,
9% untuk menulis dan 45% untuk mendengar. Dan sekarang ini telah ditemukan
penelitian pada siswa SD telah memanfaatkan waktu belajarnya 2,5 dari 5 jam belajar
digunakan untuk mendengar.
Ahmad Tu’aimah 39 menegaskan tentang urgensi ketrampilan mendengar,
dimana keterampilaan mendengar sebagai alat komunikasi manusia pada tahap
pertama berhubungan dengan orang lain melalui cara pemerolehan morfologi, gaya
bahasa, menerima ide dan pengetahuan, serta melelui ketrampilan mendengar itu juga
akan diperoleh ketrampilan lain seperti berbicara, membaca dan menulis.

37
Shalâĥ Abd al Majîd Al ‘Arabî, Ta ’alum Al_lughoh Al ĥayyah Wa Ta ’lîmuha Baina
Nadhariyah Wa Al Tathbîq, (Bairut: Maktabah Lubnan ,1981), hal. 27-28.
38
Aĥmad Ali Madhkur, Tadrîs Funûn al-lughah al-Arabiyyah, (Mesir: Dâr al-Fikr al-
Arabî), hal.55.
39
Rusdî Aĥmad Tu’aimah, Tadrîs al-‘Arabiyyah fi al-Ta ’lîm al-‘Am Nadzariyyât wa
Tajârub, (Mesir: Dâr al-Fikr al-‘Araby, 2001), hal.147.
35

Demikian juga Shalâĥ Abd Al-Majîd 40 mengutip pendapat para linguistik


dalam psikologi anak bahwa bahasa lisan merupakan sumber dari semua bahasa yang
ada. Para linguistis tersebut memberikan alasan logis berkenaan dengan hal itu
dengan adanya realita membuktikan semua bahasa didunia ini dimulai dengan lisan
/berbicara kemudian baru berkembang kepada bahasa tulisan , demikian juga bahasa
lisan jelas terbukti sebagai bahasa yang paling sempurna daripada bahasa tulis. Hal
tersebut disebabkan dalam bahasa lisan, menurut Kamâl Muhammad Bisyr dalam
bahasa lisan terdapat macam-macam fonem41 secara lengkap yang bisa memperjelas
makna pengungkapan kata.42
Dalam proses belajar dan mengajar bahasa terdapat komunikasi antara
pengajar dan pembelajar yang tentunya dalam proses mendengar dituntut memahami
isi pesan pembicaraan sesuai dengan maksud pembicara. Proses komunikasi tidak
terbatas pada pembicara saja, akan tetapi antara pembicara dan pendengar keduanya
terdapat take and give dan sama-sama saling mempunyai peran. Kesulitan besar yang
nampak dihadapi orang asing disuatu negara adalah adanya ketidak mampuan untuk
memahami pembicaraan orang lain.43
Dengan melihat urgensinya ketrampilan mendengar dalam proses
pembelajaran bahasa khususnya bahasa Arab ketrampilan mendengar ini di

40
Shalâĥ Abd al-Majîd Al-‘Arabî, Ta ’alum Al_lughoh Al-hayyah Wa Ta ’lîmuha Baina
Nadhoriyah Wa Al-Tathbîq, (Bairut: Maktabah Lubnan, 1981), hal.147.
41
Fonem adalah segmen terkecil dalam bahasa yang berupa suatu bunyi dan mempunyai
fungsi untuk membedakan makna kata satu dari kata yang lain. Jaman dulu orang Inggris menyebut
fonem dengan kata phonemics dan sekarang beralih menjadi kata phonology, dalam bahasa Indonesia
disebut fonologi. Fonologi berasal dari bahasa Inggris Phonology. Lihat Verhar J.W.M, Pengantar
Linguistik, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1992), hal.36.Kontraskan juga Asrori, Imam,
Sintaksis Bahasa Arab, Frasa-Klausa-Kalimat, (Malang: Misykat, 2004), hal20-21.
42
Kamâl Muĥammd Basyar memberikan pembagian fonem menjadi dua macam yaitu
fonem primary dan secondary. Fonem primary (segmental) adalah merupakan unsur utama dari kata-
kata yang terpisah.Adapun Fonem secondary(supra segmental) adalah fonem berupa tanda-tanda yang
diletakkan diatas dan dipakai oleh para ahli fonologi dan tidak merupakan unsur dari susunan kata, tapi
hanya sebagai pertanda saja yang menunjukkan bergabungnya satu kata dengan yang lain atau kadang
digunakan dalam kata dengan bentuk tersendiri, contoh diantara fonem suprasegmental adalah intonasi
dan stressing dan ini dalam bahasa komunikasi mempunyai fungsi yang sangat istimewa. Lihat ‘Ilm Al-
Lughah Al-‘Ầm Al-Ashwât, (Dâr Al-Ma’ârif, 1980), hal.161-162.
43
Maĥmûd Kâmil Al-Nâqah, Ta ’lîm Al-lughah Al-‘arabiyah Li Al-nâtiqîn Bilughah Ukhrâ,
(Al-mamlakah Al-‘Arabiyah As-Su’ûdiyah,Al-Jâmi’ah Ummu Al-Qurâ,1985),hal.121.
36

Indonesia belum mendapatkan perhatian serius di ruang kelas belajar. Perhatian


terhadap ketrampilan mendengar di Indonesia baru muncul pada masa 4 dan 5 tahun
di abad 20 M, dengan nama keterampilan mendengar konsentrasi dan fokus.44 Metode
yang digunakan adalah ketika guru mengajarkan ketrampilan berbicara dengan cara
siswa mendengar pembicaraan dari guru dan siswa menirukanya dan setelah itu
dilakukan dengan memberikan latihan dan menjawab pertanyaan yang disampaikan
guru, namun jarang diaplikasikan dalam pembicaraan yang bernuansa natural.
Metode tersebut disebut ‘Ali Al-Qâsimy45 disebut dengan Mim-mem method yang
dalam aplikasinya diinspirasi dengan pendekatan filosofis terhadap pemilihan materi
kebahasaan.
Dengan demikian pengabaian terhadap ketrampilan mendengar ini dalam
kurikulum sekolah merupakan hal yang sangat ironis46, karena bisa mengakibatkan
kelemahan sangat besar dalam berbahasa, sebab ketrampilan mendengar
menyebabkan tumbuhnya katrampilan-ketrampilan berbahasa yang lain.47

44
Ahmad Fuad ‘Ilyân, Al-Mahârah Al-Lughawiyyah Mâhiyyatuhâ Wa Tarâiqu Tadrîsihâ,
(Riyâd: Dâr Al-Muslim, 1992), hal.65.
45
‘Ali Al-Qâsimy adalah seorang ahli ahli mlinguis terapan dan ahli pendidikan yang telah
mempunyai pengetahuan luas dalam bidang kajian dan pengajaran bahasa asing di dua perguruan
tinggi Bagdâd dan Riyâd.Dia menimba ilmu dan meraih gelar Doktor dari beberapa perguruan tinggi di
Irâq, Inggris , perancis, dan Amerika Serikat Dia telah banyak menulis buku dan artikel ilmiah yang
ditulis dalam bahasa inggris dan perancis serta makalah-makalahnya telah banyak terbit dalam
majalah-majalah ilmiah yang tersebar di Amerika , Inggris dan Perancis. Lihat dalam buku” ,
Mukhtabar Al-Lughah, Kuwait, Dâr Al-Qalam, cet.I, 1970, hal. 10 dan 27. Lihat juga dalam halaman
peutup buku: ‘Ilm Al-Lughah Wa Shinâ ’ah Al-Mu’jâm.(Jâmi’ah Al-Mulk su’ûd, ‘Imâdah Syu’ûn Al-
Maktabât, 1991).
46
Dalam Makalah: Mahârât Al-Istimâ ’ Al-Muftaqadah : Al Mu’allim Yatahaddas Bi Sur ’ah,
ditulis oleh Muĥammad Bin Syadîd Al-Basyâr menyampaikan tentang adanya harapan suatu lembaga
pendidikan yang sangat kontradiktif terhadap adanya tuntutan terhadap para siswanya untuk mampu
memiliki ketrampilan mendengar yang bagus, namun dari lembaga sendiri tidak memperhatikan
alokasi waktu dalam kurikulum sekolah untuk ketrampilan mendengar bagi para siswanya, padahal
ketrampilan mendengar ada hubungan sangat kuat dengan kemampuan siswa pada beberapa bidang
akademik. http://www.almoslem.net/. Selasa, tanggal 6-6-2007
47
Abd Al-Mun’im Sayid Abd Al-‘Ăl dalam bukunya yang berjudul”Thuruq Tadrîs Al-
Lughah Al-‘Arabiyyah”, (Kairo: Maktabah Al-Ghorib,tt), hal.8 menyatakan sarana memperoleh bahasa
anak ada dua macam : pertama, melalui mendengar dan kedua melalui membaca. Lewat mendengar
adalah sarana yang sangat penting untuk pengungkapan karena dengan lisan alat pertama untuk
pengungkapan kata-kata. Lewat membaca sarana untuk memahami kode-kode bahasa tulisan dan juga
salah satu alat pemerolehan bahasa anak. Lihat Departemen Agama,Al-Qur ’an dan Terjemahanya,
(Semarang: CV.Alwa’ah, 1989), surat al-Nakhl, ayat 78, hal.413.
37

Menurut James B. Robbins mengatakan bahwa untuk menghindarkan salah


paham dalam penerimaan bahasa sangat perlu melatih ketrampilan mendengar, sebab
merupakan aktifitas pemahaman yang melibatkan pikiran dan jiwa. Metode yang
digunakan untuk melatih mendengar adalah dengan menyajikan materi-materi yang
menyenangkan audien.48
Dalam buku yang ditulis oleh Ahmad Rusdi Tu’aimah yang berjudul Tharâiq
Tadrîs al-Lughah al-‘Arabiyyah menegaskan tentang urgensi ketrampilan mendengar,
dia menyampaikan hasil penelitian para ahli tentang pembagian pemanfaatan waktu
belajar anak yaitu: pada umumnya seseorang memanfaatkan waktunya untuk
mendengar itu 3 kali lipat dari pada waktu yang dipakai untuk membaca. Kalau
menurut Ali Madkur menyampaikan tentang penelitian yang dilakukan oleh Paul T.
Rankin pada anak SMA di AS tentang pemanfaatan waktu belajar, ternyata 30%
untuk berbicara, 16% untuk membaca, 9% untuk menulis, dan 45% untuk
mendengar.49
Hal tersebut tentunya memberikan bukti bahwa ketrampilan mendengar tidak
boleh diabaikan dalam proses pembelajaran bahasa baik itu bahasa arab atau bahasa-
bahasa yang lain.
Karena mendengar berkaitan dengan pemahaman, maka Shâlah Abd al-Majî
memberikan syarat kepada pendengar yang baik agar memahami unsur-unsur
ketrampilan mendengar yaitu pemahaman fonologi bahasa ( Tamyîz al-Ashwât) yang
bisa membedakan makna kata, morfologi bahasa (shorf) dan sintaksis bahasa
(nahw)50.Hal tersebut dimaksudkan dalam rangka untuk bisa memahami isi pesan dari
apa yang didengar. Shalah Al-Syanty juga memaparkan tujuan utama dari pengajaran
ketrampilan mendengar dalam proses pembelajaran bahasa yaitu agar para peserta

48
James B. Robbin, Komunikasi yang Efektif, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1986), hal.127.
Lihat juga Ĥasan Syaĥatah, Ta ’lîm al-Lughah al-‘Arabiyyah Bain al-Nadzariyyah Wa al-Tatbîq,
hal.75.
49
Aĥmad Ali Madzkur, Tadrîs Funûn al-lughah al-Arabiyyah, (Mesir: Dâr al-Fikr al-Arabî),
hal.163.
50
Shalâĥ Abd al-Majîd Al-‘Arabî, Ta ’allum Al-lughah Al-hayyah Wa Ta ’lîmuhâ Baina Al-
nadhariyah Wa Al-Tathbîq, (Bairut: Maktabah Lubnan, 1981),hal.67.
38

didik mampu memahami ungkapan bahasa baik dari segi kognitif , afektif maupun
psikomotor.51
Menurut Roman Jakovson sebagaiman yang dikutip Tamam Hasan
menyatakan bahwa proses mendengar melahirkan adanya beberapa fungsi berbahasa.
Fungsi-fungsi berbahsa dapat dijelaskan melalui bagan konsep berikut ini:
Getaran Udara

Pembicara Pesan Pendengar

Berubah
Materi

F F F F F
Penjelas Seni Informasi Perantara Arahan
Konsep Jakovson diatas menunjukkan bahwa fungsi bahasa ketika terjadi
proses pendengaran melahirkan beberapa fungsi sebagai berikut:
a Dilihat dari Pembicara, bahasa berfungsi sebagai penjelas ide yang ada dalam diri
seseorang. Biasanya fungsi ini akan nampak lebih jelas ketika disampaikan oleh
para sastrawan dengan rasa sastra yang tinggi.
b Dari sisi Pendengar, bahasa berfungsi sebagai alat pengarahan untuk membentuk
prilaku pendengar agar sesuai dengan arahan yang telah didengarnya.
c Dari sisi Gelombang suara,bahasa berfungsi sebagai pergaulan antar manusia dan
menjaga hubungan kehidupan social antar sesama dalam masyarakat dengan cara
melaui gelombang komunikasi.

51
Pemahaman kognitif dimaksudkan adalah pemahaman yang bertujuan mengetahui
sejauhman penguasaan seseorang terhadap isi pesan yang di dengar, meliputi: unsur ingatan,
penghayatan, aplikasi, analisa, hubungan dan penilaian. Pemahaman afektif dimaksudkan adalah untuk
mempengaruhi jiwa dan perasaan jiwa pendengar melalui materi yang perdengarkan. Sementara
Pemahaman psikomotor merupakan pemahaman yang bertujuan untuk merubah prilaku pendengar.
Lihat,Shalâĥ Al-Syantî: Al-Mahârah Al-Lughawiyyah, (Libanon: Dar al-Andalusî, 1996), hal.148-155.
39

d Dari sisi Pesan, bahasa berfungsi sebagai penyampaian pembicaraan kepada


pendengar(apa yang dibicarakan), fungsi ini disebut dengan fungsi seni, karena
terdapat peranan gaya bahasa, retorika bicara dan pengaruh keindahan pesan
bicara.
e Dari sisi Materi pesan, bahasa berfungsi sebagai informasi. Yang dimaksudkan
dalam konsep di sini yaitu pengalihan informasi.52
3. Tujuan Pembelajaran Ketrampilan Mendengar
Seorang ahli pengajaran bahasa Arab Kâmil Al-Nâqah 53 menyampaikan
teorinya tentang tujuan ketrampilan mendengar pembicaraan adalah agar dapat:
a Mengetahui bunyi-bunyi arab dan membedakannya bunyi itu dalam percakapan
biasa serta dapat mengucapkanya dengan tepat.
b Mengetahui infleksi panjang dan pendek serta bisa membedakanya.
c Membedakan bunyi ucapan yang hampir berdekatan.
d Mengetahui fonem dobel / reduplikasi dan nunasi serta membedakanya.
e Mengetahui kode lisan dan tulis.
f Memahami arti kata-kata yang telah dikemas dalam percakapan biasa.
g Mengetahui terjadinya perubahan arti akibat perubahan bangunan / bentuk kata
(derivasi)
h Memahami penggunaan bentuk linguistik bahasa (tenses) untuk menyusun kata
yang mengandung arti.
i Memahami penggunaan tanda feminim dan fimale serta number .
j Memahami makna yang berhubungan dengan berbagai budaya arab.
k Memahami tujuan pembicara yang telah menyampaikan ungkapan dengan
intonasi dan stressing yang sudah tepat.
l Mengetahui variasi kata kerja yang ada dalam pembicaraan dan dan jawaban.

52
Ĥasan Tamâm, Al-Ushûl Dirâsah Etîmûlûjiyyah Li Al-Fikr Al-Lughawî ‘Ind Al-‘Arab
Al-Nahwî-Fiqh Al-Lughawî-Al-Balâghî, (Kairo: ‘Ălam Al-Kutub, 2000), hal. 347.
53
Maĥmûd Kamil al-Naqah, Ta ’lîm Al-lughah Al-‘arabiyah Li Al-Nâtiqîn Bilughoh Ukhrâ,
(Almamlakah Al-‘Arabiyah As-Su’udiyah: Al-Jâmi’ah Ummu Al-Qurâ,1985),hal.124.
40

Tujuan-tujuan yang telah tersebut diatas itu merupakan tujuan yang


diharapkan dapat tercapai dalam pembelajaran ketrampilan mendengar, namun
Ibrâhim Hammâdah 54 memberikan tambahan tujuan yang hendak dicapai dalam
pembelajaran ketrampilan mendengar yaitu dapat memahami ide pokok dalam teks,
dapat menyimpulkan isi pembicaraan, dan dapat menyusun unsur-unsur pokok yang
ada dalam teks dengan gaya bahasa siswa.
Ahmad Fuâd ‘Ilyân 55 menyampaikan pendapatnya tentang tujuan dalam
pembelajaran mendengar adalah pembelajar dapat:
a Berkonsentrasi terhadap materi dengar.
b Memahami materi dengar sesuai tujuan pembicara.
c Memahami materi dengar dengan akurat saat berlangsung pembicaraan.
d Memahami makna morfologi dengar dalam konteks pembicaraan.
e Menentukan kesimpulan materi dengar dengan tepat.
Dorothy Rubin memberikan pendapatnya secara jelas tentang tujuan dalam
listening. Adapun yang terpenting tentang tujuan listening adalah pembelajar dapat:56
a Mendengar secara konsentrasi terhadap materi dengar, ketrampilan mendengar
sebagai ketrampilan penting dalam ilmu bahasa dan komunikasi.
b Menghindarkan kebiasaan mendengar yang tidak baik serta tumbuh dalam
dirinya ketrampilan-ketrampilan utama berbahasa, tumbuh pengetahuan dan
pendekatan kebiasaan mendengar baik.
c Mendengar materi dengar dengan penuh perhatian.
d Membedakan segi persamaan dan perbedaan bunyi fonologi baik yang berada di
awal, di tengah maupun di akhir.
e Memahami makna morfologi yang di dengar serta bisa merespon alunan musik.

54
Ibrâhîm Ĥammâdah, Al-Ittijâhât Al-Mu ’âsharah Fi Tadrîs Al-Lughah Al-‘Arabiyyah Wa
Al-Lughât Al-ĥayyah Al-ukhrâ Li Al-Ghair Al-Nâtiqîn Bihâ, (Kairo: Dâr Al-Fikr Al-‘Araby, 1987),
hal.225.
55
Ahmad Fu’ad ‘Ilyân, Al-Mahârât Al-Lughawiyyah Mâhiyyatuhâ Wa Tharâiq Tadrîsihâ,
(Riyâd: Dâr Al-Muslîm, 1992), hal. 59-60.
56
Rubin Dorothy, Teaching Elementary Language Arts,2 nd.Ed, (New York: Holt, Rinehart
and Winston, 1980), hal. 45-49.
41

f Memahami materi dengar sesuai yang diharapkan pembicara serta mampu


membedakan antara ide pokok dengan ide peendukung atau ide penjelas.
Sementara kalau dikaitkan dengan tujuan pembelajaran ketrampilan
mendengar dalam silabi pembelajaran ketrampilan mendengar yang ditetapkan oleh
Lembaga STAIN melalui Studi Intensif bahasa Arab terwujud dalam kompetensi
dasar silabi sebagai berikut:
a Mahasiswa dapat memahami materi yang disima’(‫)ﻓﻬﻢ اﻟﻤﺴﻤﻮع‬, dengan materi-
materi yang berkaitan dengan pendidikan, sosial, dan budaya modern arab.
b Mahasiswa dapat mengungkap kembali materi yang diperdengarkan dengan
cara lisan dan tulis secara benar.57
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan pembelajaran
ketrampilan mendengar sebagai berikut:
a Dapat membedakan bunyi-bunyi yang didengar.
b Dapat memahami isi materi yang didengar.
c Dapat memahami ide pokok materi yang didengar.
d Dapat memahami kesimpulan isi materi yang didengar.
Secara keseluruhan dari tujuan-tujuan yang telah terpaparkan oleh para tokoh
linguistik maupun lembaga pendidikan diatas dapat disimpulkan dengan singkat yaitu:
mengulang, menghafal, menentukan ide pokok, dan pemahaman isi materi.

4. Materi Pembelajaran Ketrampilan Mendengar


Materi pembelajaran ketrampilan mendengar, dapat berupa ide, cerita, sya’ir
dan kebahasaan.58 Yang dimaksud dengan ide disini adalah isi pesan pembicara yang
akan disampaikan kepada pendengar, bisa saja berupa pengetahuan, pengalaman,

57
Silabi Program SIBA Mata Kuliah Pembelajaran Ketrampilan Menyima’, tahun 2007-
2008.
58
Henry Guntur Tarigan, Menulis Sebagai Suatu Ketrampilan Berbahasa, (Bandung :
Ankasa, 1982), hal.152.
42

cita-cita dan sebagainya. Tehnik menyampaikan ide tersebut bisa dalam bentuk
narasi, deskripsi, ekposisi dan argumentasi.59
Adapun materi pembelajaran ketrampilan mendengar hendaknya didesain
sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai peserta didik dalam kurikulum sekolah yang
antara lain:
a Mengetahui ide pokok dari materi yang disampaikan.
b Meringkas isi pesan materi yang disampaikan.
c Menuliskan unsur-unsur pokok isi materi yang disampaikan.
d Dan seterusnya.
Jadi, desain materi dalam kurikulum pembelajaran ketrampilan mendengar
hendaknya sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran. Dengan
demikian materi pembelajaran ketrampilan mendengar mempunyai karakteristik
tersendiri sesuai dengan beberapa tujuan yang ada dalam pembelajaran. 60 Untuk
tehnik pemilihan materi agar sesuai dengan tujuan pembelajaran dengan mengikuti
ketentuan-ketentuan sebagai berikut:61
a Kurikulum yang mencanangkan tujuanya untuk mengulang dan menirukan
langsung, maka seorang guru harus menyampaikan materi berupa ungkapan
yang pendek-pendek atau singkat, sehingga siswa mendengar betul-betul
ungkapan tersebut dengan sempurna. Materi tidak sampai melewati 8 kata
dalam satu ungkapan.Dengan tehnik seperti itu akan membantu daya ingat

59DEPAG RI, Kurikulum Madrasah Aliyah Program Bahasa, Kelas III, GBPP , Mata
Pelajaran Bahasa Arab, 1997. Maksud dari narasi adalah penyampaian ide dihadapan pendengar
tentang terjadinya suatu kejadian sampai akhir peristiwa.Deskripsi dimaksudkan penyampaian ide
pembicara kepada pendengar tentang segala sesuatu yang pernah dilihat, didengar dan dialaminya yang
berkaitan dengan panca indra. Eksposisi adalah penyampaian tentang tentang pengalaman atau temuan
pemikiran dengan tujuan menyampaikan informasi dan pemberitahuan.Dan argumentasi adalah
penyampaian bukti-bukti , data-data dan temuan pemikiran dan lain-lain dalam rangka meyakinkan
pendengar dengan adanya ide yang telah disampaikan. Lihat njuga DEPDIKBUD, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1997), hal.55, 228, 254 dan 683.
60
Shalâĥ Abd al-Majîd Al-‘Arabî, Ta ’alum Al lughoh Al-hayyah Wa Ta ’lîmuha Baina
Nadhoriyah Wa Al-Tathbîq,(Bairut: Maktabah Lubnan, 1981), hal.69-74.
61
‘Abd Al-Raĥmân Shâliĥ Al-Ĥamîs, Makalah, http://www.syeh.com/ tanggal, 10-10-
2007.
43

pendengar sehingga makna benar-benar bisa dipahaminya sejak awal mula serta
guru mempertegas pemahaman siswa..
b Kurikulum yang mencanangkan tujuan mendengarnya untuk menghafal materi
dengaran, maka dalam membuat materi harus berupa ungkapan-ungkapan
pendek seperti salam jumpa dan pisah, ungkapan perkenalan dan
memperkenalkan diri kepada sesama, ucapan terima kasih, menanyakan
kesehatan, nyanyian, puisi, kasyidah, Hadist Nabi dan ungkapan sastra.
c Kurikulum yang mencanangkan tujuanya untuk menentukan ide pokok, maka
hendaknya memilih materi mendengar yang isinya saling berkaitan antara
paragraph satu dengan yang lain. Materi itu hendaknya bisa mengarahkan
pendengar untuk bisa menemukan ide pokok. Dan juga materi itu tidak
merupakan materi yang membingungkan daya ingatan pendengar karena
terdapat banyak penjelasan yang sangat memberatkan pendengar..
d Kurikulum yang mencanangkan pemahaman, maka seorang guru hendaknya
memilih materi kebahasaan yang belum sempurna dibahas dan diajarkan di
ruang kelas belajar.
Disamping ketentuan-ketentuan diatas yang hendak diikuti guru dalam
memilih materi pembelajaran ketrampilan mendengar, guru hendaknya
memperhatikan kondisi psikologi siswa tentang adanya kemampuan daya dengar.62
Daya dengar itu lebih pendek daripada kemampuan daya lihat, karena para siswa dari
sejak pertama memasuki lingkungan sekolah sudah terbiasa dengan bahasa tulis dan
baca.
Penulis dapat menyimpulan kriteria pemilihan materi pembelajaran
ketrampilan mendengar menjadi empat hal sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai:
a Mengulang sebagai tujuan dalam kurikulum, pemilihan materi berupa ungkapan
pendek tidak lebih dari 8 kata.

62
Aĥmad Ali Madzkûr, Tadrîs Funûn al-lughah al-‘Arabiyyah, (Mesir: Dâr al-Fikr al-
Araby),ha
44

b Menghafal sebagai tujuan dalam kurikulum, pemilihan materi berupa ungkapan


pendek misal salam jumpa dan pisah dan lain-lain.
c Menentukan ide pokok sebagai tujuan dalam kurikulum, maka materinya berupa
tema-tema yang isinya menunujukkan keterkaitan ide-ide dan tidak
memberatkan siswa dalam daya dengar..
d Pemahaman sebagai tujuan dalam kurikulum, maka ketentuan materi
mengambil yang belum dibelajarkan dengan sempurna.

5. Tehnik Pengajaran Ketrampilan Mendengar


Dalam melaksanakan pembelajaran ketrampilan mendengar, menurut Mary
Finocchiaro memberikan langkah-langkah pelaksanaan sebagai berikut:63
a Langkah pertama : Menjelaskan makna .Adalah sungguh penting guru
menjelaskan makna setiap ekpresi atau kata baru yang hendak diajarkan kepada
siswa.Untuk menjelaskan makna itu tentu terdapat banyak cara, yang dapat
dipilih oleh guru, sesuai dengan maksud serta tujuan yang hendak dicapai.
b Langkah kedua: Memperagakan ekpresi . Setelah guru menetapkan makna,
maka mengucapkan kata-kata pokok dan kata yang baru itu beberapa kali.
Dengan berdiri dimuka kelas untuk ucapan pertama kali, kemudian bergerak
dalam kelas dalam ucapan kedua, dan selanjutnya, semua siswa dalam kel;as
dapat melihat dan menyaksikan dengan baik.
c Langkah ketiga: Menyuruh mengulangi. Dalam hal ini, para siswa hendaknya
meniru serta mengulangi apa yang disebutkan atau dilisankan oleh guru
sementara mereka melakukan suatu gerak , laku, atau menunjuk pada suatu
gambar atau objek.
d Langkah keempat: Memberikan latihan ektensif. Guru tentu dapat
mempergunakan banyak cara misal dengan drill(mengulangi kata atau ekpresi
yang telah diajarkan dalam situasi yang terbatas, dan dengan kosa kata serta

63
Mary Finocchiaro, Teaching Children Foreign Languages, (New York, Mc.Graw-Hill
Company), hal. 67-70.
45

struktur yang terbatas), dan latihan yang lebih luas atau aplikatif(kombinasi
antara bahan baru dengan bahan yang telah diajarkan sebelumnya dalam
komunikasi yang normal). Dalam kedua tipe latihan itu haruslah dibuat
perencanaan yang baik serta pengawasan yang cermat dan teliti.
Sementara langkah-langkah pembelajara ketrampilan mendengar menurut
tehnik yang dapakai Ahmad Ali Madkûr kelihatan lebih praktis dibanding dengan
tehnik Finocchiaro yang telah terpaparkan diatas.’Ali memberikan penjelasan
berkenaan dengan tehnik, menurutnya tehnik yang dimaksudkan Ali adalah cara
berlangsungnya proses pembelajaran ketrampilan mendengar. Adapun dalam
pelaksanaan pembelajaran ketrampilan mendengar melalui 3 tahapan yaitu:64
a Tahap I. Persiapan
Dalam tahap ini materi mendengar harus di persiakan terlebih dahulu, materi
sesuai dengan tingkat kemampuan siswa, sesuai dengan kebutuhan dan keinginan,
sarana dan prasarana yang cocok untuk pembelajaran ketrampilan
mendengar.Langkah ini berada pada persiapan materi program mendengar.
b Tahap II. Pelaksanaan
Dalam tahap ini ketika berlangsungnya pendengaran guru menghadap kepada
siswanya untuk memberikan pengarahan-pengarahan kepada permasalahan yang
muncul dalam materi, serta memberikan penjelasan terhadap kata-kata atau kalimat
yang kadang terlupakan oleh siswa, kemudian mendiskusikan materi itu dengan
memberikan pertanyaan-pertanyaan. Kadang sebagian guru memberikan pengarahan-
pengarahan kepada siswanya untuk bisa mendiskripsikan proses pendengaran.
c Tahap III. Lanjutan
Dalam tahap ini seorang guru mengadakan diskusi dengan para siswa yang
memang mempunyai keinginan untuk diskusi, dan memberikan pertanyaan kepada
mereka untuk mengetahui sejauh mana tujuan sudah tercapai atau belum dan juga
untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan kebahasaan yang telah terjadi.

64
Aĥmad Ali Madzkûr, Tadrîs Funûn al-Lughah al-‘Arabiyyah…hal.99-100.
46

6. Dril Pembelajaran Ketrampilan Mendengar


Dalam melatih ketrampilan mendengar serang guru bisa menggunakan
beberapa cara, sebagaimana yang dikemukakan Ali Madkur sebagai berikut:65
a Guru mempersiapkan sebuah karangan pendek mengenai suatu tempat umum,
pengalaman, pengetahuan atau bisa berupa ungkapan yang berisi struktur
sintaksis yang salah, kemudian siswa di suruh mendengarkan dengan baik yang
kemudian diminta untuk menemukan kesalahan dalam karangan atau ungkapan.
b Guru menyampaikan program siaran tertentu yang diperdengarkan kepada siswa
yang kemudian akan dibahas pada pertemuan akan datang dengan cara
memberikan analisa, penjelasan atau dengan memberikan kritisan.Atau bisa
langsung diminta untuk memberikan komentar yang ditulis agar guru bisa
mengetahui tentang keakuratan pemahaman.
c Guru memberikan pengarahan-pengarahan dan kemudian dilanjutkan dengan
menyampaikan pertanyaan sekali tanpa mengulang, dengan tujuan menguji
kejelian proses pendengaran.
d Guru memberikan pesan bersambung kepada siswa yang berada paling awal
barisan supaya untuk menyampaaikan ke teman berikut dan begitu seterusnya
hingga sampai pada siswa paling akhir, kemudian siswa terakhir disuruh
bereaksi sesuai dengan pesan yang diterima.
e Guru bisa memanfaatkan siaran radio atau televisi dalam melatih ketrampilan
mendengar dengan cara menyuruh meringkas dan menyimpulkan kandungan
dengan menganalisa dan memberikan kritisan.
Sementara terdapat banyak aktifitas dan kegiatan efektif untuk melatih
ketrampilan mendengaar siswa, menurut Mahmud Kamil Al-Nâqah memberikan
langkah-langkah pelatihanya sebagai berikut:66

Aĥmad Ali Madzkûr,Tadrîs Funûn al-Lughah al-‘Arabiyyah…hal.70-71.


65

Maĥmûd Kamil al-Nâqah, Ta ’lîm Al-lughah Al-‘arabiyah Li Al-Nâtiqîn Bilughoh Ukhro,


66

(Almamlakah Al-‘Arabiyah As-Su’udiyah, Al-Jami’ah Ummu Al-Qurâ,1985), hal.134-135.


47

a Guru memilih materi sesuai tingkat kematangan berfikir anak dan juga sesuai
dengan pengalaman yang talah dimiliki. Materi dibacakan, siswa
mendengarkaan, setelah itu diberi pertanyaan tentang isi pokok materi atau ide-
ide yang utama untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi.67
b Guru bisa dengan tehnik cerita, bisa guru sebagai pelakunya atau dari salah satu
siswa yang mampu, yang tentunya kalau siswa sebagai pelaku, maka
sebelumnya sudah dilatih agar mampu menyampaikan cerita kepada teman-
temanya.
c Guru bisa memanfaatkan tes lisan dengan satu pertanyaan dengan meminta
kepada siswa menjawab dengan kata-kata yang panjang.
d Guru memberikan tugas berupa materi yang sudah dipelajari kepada siswa yang
tidak hadir.
Kesimpulan dari beberapa kegiatan latihan ketrampilan mendengar diatas
adalah guru bisa memilih diantara latihan-latihan yang sudah diketahui, namun
banyak yang tidak menghiraukan, menganggap hal itu mudah, padahal mempunyai
pengaruh besar dalam belajar bahasa terutama dalam ketrampilan mendengar.
Adapun latihan ketrampilan mendengar bagi tingkat lanjutan dan atas dengan
membiasakan mengulang ungkapan pendek, potongan cerita, siaran berita di radio,
televisi, kemudian memberikan pertanyaan atau dengan mendiskusikan bersama.
7. Evaluasi Ketrampilan Mendengar
Keterampilan mendengar menuntut tiga kemampuan yaitu kemampuan
membedakan bunyi-bunyi, kemampuan dalam unsur-unsur tertentu dan kemampuan
dalam memberikan pemahaman secara umum apa yang didengar, artinya ketrampilan
mendengar ini berkaitan dengan “kempetensi dalam” siswa tentang kebahasaan
sebagaimana yang dikemukakan oleh bapak linguistik Ferdinand De Sausser.
Kemampuan dalam yang dimaksud adalah unsur fonologi, morfologi dan sintaksis

67
‘Abd Al-Raĥmân Shâliĥ Al-Khamîs, Makalah, http://www.syeh.com/ tanggal, 10-10-
2007.
48

yang digunakan untuk memahami makna umum sebuah ungkapan pembicaraan.


Lebih jelas bisa dikatakan bahwa tingkat kompetensi siswa terhadap pemahaman isi
pesan ungkapan pembicara itu diukur dalam kompetensi dalam siswa di bidang
fonologi, morfologi dan sintaksis.
Model evaluasi ketrampilan mendengar menurut Muhammad Abd Al-Khâliq
Muhammad68 terbagi menjadi dua macam yaitu evaluasi bunyi/fonem dan evaluasi
ketrampilan mendengar (‫ )ﻣﻬﺎرة اﻹﺳﺘﻤﺎع‬dalam membuat evaluasinya hanya membatasi
pada fonem yang menjadikan kesulitan pembelajar, sehingga tidak memakan waktu
banyak. Untuk mengadakan evaluasi fonem ada dua cara:
a Membedakan fonem, yang memuat item-item: membedakan bahasa satu dengan
yang lain, perbedaan makna, membedakan bunyi yang bisa mempengaruhi
makna, perbedaan female dan feminim, perbedaan angka, dekte, minimal pairs,
kata-kata dalam kalimat.
b Membedakan stressing dan intonasi.
Adapun evaluasi ketrampilan mendengar (‫ ) ﻣﻬﺎرة اﻹﺳﺘﻤﺎع‬beragam diantaranya:
a Dengan cara memperlihatkan gambar-gambar dengan jawaban pertaanyaan
benar – salah
b Dengan cara menyuruh menjawab dengan gerakan anggota badan dengan
perintah sederhana
c Dengan cara menyampaikan percakapan kemudian baru memberikan evaluasi
d Dengan cara menyampaikan teks kemudian baru memberikan evaluasi dengan
jawaban pilihan ganda
e Evaluasi pemahaman cepat dengan memberi evaluasi dengan jawaban ‫ﻧﻌﻢ –ﻻ‬
dan ‫ﺧﻄﺎء‬-‫ﺻﺤﯿﺢ‬
f Memakai materi ceramah dan khutbah dengan memberikan pertanyaan yang
menggunakan jawaban pilihan ganda.

68
Muĥammad Abd al Khâliq Muĥammad, Ikhtibât Al Lughah, (Riyâd: ‘Imâdah Syuûn Al
Maktabah Jâmi’ah Al Mulk su’ûd, cet. I, 1996), hal.45
49

Dalam menentukan model evaluasi hendaknya menyesuaikan tingkat


kemampuan pembelajar, namun pada di tingkat lanjutan / atas menggunakan model
yang terakhir yaitu menggunakan teks-teks, sebab yang diharapkan dalam tujuan
tersebut adalah pemahaman isi pesan teks yang didengar.
50

BAB III
PENGAJARAN BAHASA ARAB DI SIBA STAIN SALATIGA

Pembahasa bab ini berusaha menguarikan disain pengajaran bahasa Arab pada
program studi intensip bahasa Arab (SIBA) STAIN Salatiga yang dibagi dalam dua
sub pembahasan, pada sub pertama membahas pengajaran bahasa Arab secara umum,
sedangkan pada sub kedua menguraikan secara khusus tentang pengajaran
keterampilan mendengar (‫)اﻹﺳﺘﻤﺎع‬, sebab keberadaan pengajaran keterampilan
mendengar bahasa Arab tidak dapat terlepas dengan pengajaran bahasa Arab secara
umum. Secara realitas keterampilan mendengar sering dipraktekkan pada pengajaran
bahasa yang lain, baik dalam baik dalam pengajaran unsur-unsur bahasa maupun
dalam keterampilan kebahasaan, sehingga pengajaran keterampilan mendengar tidak
dapat terlepas dengan pengajaran bahasa secara umum.

A. Pelaksanaan Pengajaran Bahasa Arab Program SIBA STAIN Salatiga

1. Kurikulum
Secara umum aktifitas pendidikan diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu,
tujuan pendidikan selalu memerlukan sebuah media sebagai petunjuk pelaksanaan
yang disebut kurikulum1. Dalam bahasa Arab istilah kurikulum dikenal dengan al-
manhaj (‫) اﻟﻤﻨﻬﺞ‬. 2 Istilah kurikulum dikenal masyarakat sejak tahun lima puluhan,
yang diperkenalkan oleh para alumni universitas Amerika Serikat. Pada masa-masa

1
Istilah kurikulum berasal dari bahasa Latin yaitu “Curriculae”, yang secara etimologis
berarti jarak tempuh dalam berlari, atau jarak dari garis star sampai garis finis. Lihat Oemar Hamalik,
Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), cet. V, hal. 16. Pendapat lain
mengatakan kurikulum berasal dari bahasa Latin yaitu Currere. (Lihat: Ahmad, Pengembangan
Kurikulum, (Bandung: Pustaka Setia, 1998), hal. 9. Yahya Handâmi dan Jâbir Abdul amîd Jâbir
menyebutkan pengertian kurikulum adalah sejumlah materi pembelajaran yang dipelajari siswa, yang
akan diuji pada akhir tahun pembelajaran.( Lihat: Al-Manhaj, asâsuhâ, Takhtîtuhâ, Taqwîmuhâ, (Kairo:
Dâr al-Nahdhah al-‘Arabiyyah, 1987), cet. III, hal. 9.
2
Menurut Ibnu Manzhûr,al-manhaj bermakana al-tarîq al-wâdhiĥ atau jalan yang terang.
Lihat Lisân al-‘Arab, (Kairo: Dâr al-Hadîts, 2003), juz VII, hal. 714.
51

sebelum itu di lembaga pendidikan kurikulum disebut dengan materi pelajaran.3 Akan
tetapi sebagian masyarakat Indonesia masih ada yang menyebut kurikulum itu dengan
materi pelajaran, walaupun sebenarnya materi pelajaran merupakan bagian dari
kurikulum. Para ahli pendidikan, diantaranya al-Syaibany dan Philip W. Jacobson,
menganggap kalau kurikulum hanya berisi materi pelajaran semata, maka kurikulum
menjadi sempit4, karena pendidikan seharusnya tidak kaku dengan mengikuti materi
ajar yang telah disusun dalam kurikulum saja, tetapi bersifat fleksibel dengan
mengikuti perkembangan yang terjadi dalam masyarakat. Al-Syaibani secara tegas
menyebutkan, pemahaman kurikulum sebagai materi pengajaran mempunyai banyak
kelemahan dan kekurangan5.
Pemahaman kurikulum secara luas disampaikan Nana Syaodah Sukmadinata
yang mengatakan kurikulum merupakan semua aktifitas dan pengalaman pendidikan
(educative experience) dan dalam kurikulum memuat tujuan, materi, media dan
evaluasi.6
Dengan demikian kurikulum mempunyai pemahaman: ada yang menekankan
pada materi pembelajaran, dan menekankan pengalaman pembelajaran. Sehingga
kurikulum bisa dipahami sebagai pedoman pembelajaran yang didalamnya terdapat
materi ajar guna memberikan pengalaman pendidikan kepada pembelajar.
Undang-undang Standar Nasional Pendidikan no.19, tahun 2005, bab I, pasal I,
ayat 13 7 , mengamanatkan bahwa kurikulum yang ada pada lembaga pendidikan
hendaknya memuat tiga komponen dasar yaitu tujuan, materi, dan metode. Dengan

3
S. Nasution, Asas-asas Kurikulum, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), cet. VII, ed.II, hal.2.
4
Philip W. Jackson, Conceptions of Curriculum Specialists, dalam Handbook of Research
on Curriculum, (New York: Simon dan Schuster Macmillan, 1992), hal. 5
5
Omar Muhammad al-Toumy al-Syaibany, Falsafah Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan
Bintang, 1989), hal. 481.
6
Nana Syaodah, Pengembangan Kurikulum, Teori dan Praktek, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2004), cet VI, hal. 5.
7
Undang-undang Standar Nasional Pendidikan, bab I, pasal I, ayat 13, menyebutkan
kurikulum adalah”seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, serta
cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu”Standar Nasional Pendidikan, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 19
tahun 2005, (Jakarta: Lekdis, 2005), hal.11.
52

demikian semua lembaga pendidikan yang mengikuti peraturan ini, maka seharusnya
dalam kurikulum yang digunakan perlu mencantumkan tiga komponen kurikulum
seperti yang disebutkan diatas.
Adapun kurikulum sebagai pedoman pengajaran bahasa Arab di SIBA STAIN
Salatiga mencakup sistem, tujuan, materi dan metode serta evaluasi pembelajaran.

2. Sistem Pengajaran Bahasa Arab


Dalam praktek pengajaran bahasa Arab, dikenal beberapa sistem pengajaran.
Menurut Mahmud Yunus terdapat dua teori pengajaran bahasa Arab yaitu: teori
cabang (‫ )ﻧﻈﺮﯾﺔ اﻟﻔﺮوع‬dan teori kesatuan (‫)ﻧﻈﺮﯾﺔ اﻟﻮﺣﺪة‬. 8 Kemudian dalam beberapa
institusi ada yang menggabungkan kedua teori tersebut dengan nama teori gabungan
dalam pengajaran bahasa Arab.
Nadhariyyah al-Furû ’ dalam istilah lain disebut juga The Subject Centered
Curriculum, karena bahan isi kurikulum berpusat pada mata pelajaran secara terpisah-
9
pisah, maka kurikulum ini disebut separated subject kurikulum. Sedangkan
Nadhariyyah al-Wahdah juga disebut The Broad – Fields Curriculum yang berusaha
menghapuskan batas-batas dan menyatukan mata pelajaran dengan hubungan yang
erat.10
Teori cabang merupakan suatu sistem pengajaran bahasa Arab dengan cara
memecah-mecah materi kedalam berbagai pelajaran seperti al-nahw, shorf, al-
balâghah, imlâ dan lain-lain, serta sejumlah materi keterampilan bahasa yang
mencakup mendengar, berbicara, membaca, dan menulis. Dalam pengajaranya,
materi tersebut berjalan sendiri sendiri, dimana antara satu materi dengan materi lain,

8
Mahmud Yunus, Metodik Khusus Bahasa Arab (Bahasa Al-Quran), (Jakarta:Hidakarya,
1977), hal.26. Lihat juga Ahmad Fuad Effendi, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab, (Malang:
Misykat, 2005), hal. 80-81.
9
Wina Sanjaya, Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi,
(Jakarta: Prenada Media, 2005), cet I, hal. 40.
10
S. Nasution, Asas-asas Kurikulum, (Jakarta: Bumi Aksara, 2002), cet IV, hal. 185. Lihat
juga Pengembangan Kurikulum, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1993), hal. 108.
53

tidak mempunyai kaitan secara langsung dalam pengajaran tersebut, dan pengajar
menggunakan buku yang berbeda-beda.
Sistem pengajaran bahasa Arab yang dipakai di SIBA STAIN Salatiga
diperoleh fakta bahwa, belajar bahasa Arab di SIBA menggunakan sistem teori
cabang (‫)ﻧﻈﺮﯾﺔ اﻟﻔﺮوع‬, yaitu pengajaran bahasa Arab secara terpisah-pisah yang dibagi
menjadi beberapa mata kuliah. Penggunaan sistem ini dapat dilihat dengan
memperhatikan nama materi pelajaran yang terdapat dalam silabi mata kuliah bahasa
Arab yaitu qira ’ah, nahw, ashwat, shorof, insya ’ dan istima ’.11
Penggunaan sistem cabang dalam pengajaran bahasa Arab akan memberi
pengaruh terhadap hasil belajar. Azhar M.Nur 12 dalam penelitianya menemukan
bahwa pelajar yang diajarkan dengan berpedoman kepada teori ini mempunyai
kemampuan dengan mendalam pada bidang-bidang tertentu. Dengan kata lain
kemampuan pembelajar sangat tergantung kepada tekanan materi bahasa yang dipilih
dalam pengajaran..
SIBA STAIN Salatiga menerapkan kurikulum dengan sistem terpisah-pisah
dalam pengajaran bahasa Arab telah berlaku sejak berdiri tahun 1998, administrasi
kurikulum sebagai petunjuk dalam praktek pengajaran ditangani langsung oleh UPB
(Unit Pelayanan Bahasa) agar dapat menyesuaikan dengan perkembangan jaman.
Menurut ketua UPB Sidqon Maisur, Lc, MA mengatakan bahwa, kurikulum SIBA
telah berjalan sejak 1998 dan materi pengajaran sudah pernah mengalami perubahan
sekali yaitu tahun 2005. Hal senada juga diakui oleh sekretaris UPB Irfan Helmi, Lc,
MA bahwa, materi bahasa Arab kususnya mata kuliah istima’ sebelum tahun 2005
menggunakan buku al-‘Arabiyyah li al-Nâsyiîn, namun sekarang berubah
menggunakan buku al-‘Arabiyyah Bain Yadaik, karena buku ini dipandang lebih tepat
dan materinya menarik untuk diajarkan.13

11
STAIN, Buku Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan , 2007, hal. 152
12
Azhar M.Nur, Pengembangan Model Pembelajaran Terpadu Untuk Meningkatkan
Pemahaman Mahasiswa Dalam Berbahasa Arab, (Bandung:UPI Pres, 2002), hal.7.
13
Wawancara, tanggal 5 April 2008, di Kantor SIBA STAIN Salatiga.
54

Dengan demikian SIBA STAIN Salatiga mengadakan perubahan materi


pengajaran bahasa Arab agar sesuai dengan tuntutan sillaby yang telah ditentukan dan
untuk mengikuti perkembangan jaman.

3. Tujuan Pengajaran Bahasa Arab Program SIBA


Tujuan pengajaran merupakan aspek yang essensial sebuah kegiatan, karena
adanya tujuan menjadikan kegiatan mempunyai arah yang jelas. Demikian halnya
kegiatan pengajaran, tujuan pengajaran mesti harus ada sebelum proses pengajaran
berlangsung. Jika tujuan jelas, maka pengajaran akan mempunyai arah yang pasti
dalam menghantarkan pembelajar kepada pencapaian tujuan pengajaran.
Adapun pembahasan tentang tujuan pengajaran bahasa Arab di SIBA STAIN
Salatiga tidak bisa terlepas dari pembicaraan tujuan pengajaran bahasa Arab di
PTAIN secara umum, karena tujuan pengajaran bahasa Arab SIBA merupakan
implementasi pengajaran bahasa Arab di PTAIN.
Dalam perspektif akademik, tujuan pengajaran bahasa Arab di PTAIN adalah
merupakan alat dan tujuan.14 Dengan demikian bahasa Arab sebagai alat mempunyai
arti bahwa kemampuan berbahasa Arab digunakan sebagai sarana bagi peserta didik
untuk memperdalam dan memperluas ilmu-ilmu keislaman dari sumber primernya.
Sumber-sumber primer bahasa Arab mayoritas berbahasa Arab, maka menjadi sebuah
keniscayaan untuk mempunyai kemampuan dan keterampilan berbahasa Arab, jika
ingin memeperdalam ilmu-ilmu keislaman baik yang bersumber dari literatur klasik
maupun modern. Upaya untuk memahami dan memperdalam ilmu-ilmu keislaman
secara mutlak memerlukan kemampuan kebahasaan secara maksimal. Sedangkan
mempelajari bahasa Arab sebagai tujuan, artinya untuk mencetak mahasiswa yang
mempunyai keahlian dalam bidang bahasa Arab.
Dengan tujuan ini SIBA mewajibkan bagi mahasiswa baik program bahasa
Arab maupun tidak, untuk mengambil mata kuliah-mata kuliah pada program SIBA

14
Akrom Maliabary, Pengajaran Bahasa Arab di Madrasah Aliyah, (Jakarta : Bulan
Bintang, 1987), hal.2.
55

STAIN Salatiga pada awal masuk di STAIN dalam durasi satu tahun atau dua
semester.
Berkenanaan dengan tujuan pengajaran bahasa Arab peneliti mengadakan
wawancara dengan beberapa dosen bahasa Arab program SIBA diantaranya adalah
syeh Abd al-Rahman sebagai dosen bahasa Arab asal negara Mesir, dalam
wawancara yang berada di diruang dosen beliau mengatakan bahwa tujuan
pengajaran bahasa Arab adalah bahasa Arab itu disamping sebagai bahasa Alquran
dan ummat Islam digunakan untuk penguasaan bahasa Arab dimana bahasa Arab
dapat dimanfaatkan sebagai alat mempelajari sumber-sumber Islam dan ilmu-ilmu
lain. Menurutnya walaupun dalam kenyataan terdapat buku-buku dan literatur Islam
yang ditulis dengan bukan bahasa Arab atau buku-buku Arab ada yang diterjemahkan
dalam bahasa non arab( bahasa Indonesia), namun tentunya dengan terjemahan itu
tidak bisa dijamin seperti aslinya, sebab bagaimanapun posisi kitab asli mempunyai
tempat tersendiri demikian juga posisi terjemah, sehingga tentu terdapat adanya segi
pertentangan antara kitab asli dengan terjemah..15
Oleh karena itu STAIN Salatiga melalui program unggulan yang disebut
dengan program SIBA mendesain pengajaran bahasa Arab sedemikian rupa dengan
tujuan para output STAIN mempunyai kemampuan bahasa Arab untuk digunakan
sebagai alat memahami sumber-sumber Islam yang ditulis dengan bahasa asli bahasa
Arab. Dengan penguasaan bahasa Arab merupakan faktor penting untuk memasuki
lautan Islam secara benar, karena sumber-sumber Islam asli mayoritas berbahasa
Arab, walaupun terdapat terjemahan literatur Islam, namun hal itu tidak dapat dengan
sempurna menterjemahkan makna murni dari realitas sumber Islam. Dengan
demikian tidak terdapat cara lain untuk mencapai Islam secara sempurna jika tidak
terdapat adanya penguasaan bahasa Arab.
Sedangkan Sidqon Maisur, Lc, MA dan H. Irfan Helmy, Lc, MA
menyampaikan tentang urgensi pengajaran bahasa Arab yang pada intinya bahwa,

15
Syeikh Abd al-Rahman adalah dosen bahasa Arab asal Mesir, Wawancara hari selasa
tanggal 20 Maret 2008 di kantor SIBA STAIN Salatiga.
56

pengajaran bahasa Arab secara intensif diharapkan mahasiswa menjadi generasi


muslim yang mempunyai iman dan aqidah Islam yang kuat serta mampu mengadakan
komunikasi dengan dunia Arab yang mempunyai budaya Islam yang sangat
berharga.16
Dengan demikian dari beberapa pernyataan diatas menjelaskan bahwa
pengajaran bahasa Arab di program SIBA STAIN Salatiga adalah untuk penguasaan
bahasa Arab yang dipakai sebagai sarana pokok dalam memahami hakekat Islam
yang sebenarnya. Karena itu pengajaran bahasa Arab di STAIN tentu tidak hanya
merupakan mata kuliah saja, namun juga dapat digunakan sebagai sarana mengkaji
ilmu-ilmu lain. Disamping tujuan tersebut pengajaran bahasa Arab adalah untuk
memenuhi kebutuhan komunikasi baik komunikasi lisan maupun tulis serta
memahami khasanah keilmuan Arab dan budaya-budayanya.
Berlandaskan pada tujuan yang terakhir (pemahaman budaya asing) itu
berlandaskan pada tujuan komunikasi, karena tidak mungkin pemahaman terhadap
budaya asing dengan benar, jika tidak ada komunikasi langsung atau mempunyai
pengalaman langsung dengan penutur bahasa asli yang menggunakan bahasa Arab
sebagai bahasa komunukasinya. Tujuan pengajaran bahasa Arab seperti yang
dikemukakan diatas sesuai dengan pendapat Fatkhy Yunus, bahwa sudah menjadi
kesepakatan bersama kebudayaan itu bisa dipahami lebih banyak dengan
menggunakan bahasa pemilik kebudayaan tersebut17.
Dengan demikian bisa disimpulkan bahwa tujuan pengajaran bahasa Arab di
STAIN Salatiga tidak hanya untuk pemahaman ajaran agama saja, namun juga dalam
rangka memenuhi kebutuhan praktis yang notabenya tidak bisa dipungkiri di tengah-
tengah peradaban masyarakat yang sudah maju, seperti kebutuhan komunikasi,
pemahaman budaya dan lain sebagainya.

16
Sidqon Maisur,Lc, MA dan H. Irfan Helmy, Lc, MA keduanya adalah ketua dan sekretaris
SIBA, juga dosen bahasa Arab yang sama-sama alumnus Mesir, Wawancara tanggal 26 Maret 2008
di kantor SIBA STAIN Salatiga.
17
Yûnus Fatkhî, Tashmỉm Manhaj Lita ’lỉm al-Lughah al-‘arabiyyah Li al-Ajânib, (Kairo,
Dâr al-Tsaqâfah, 1977), hal. 182.
57

Jika dianalisa dengan mendalam bahwa tujuan pengajaran bahasa Arab di


STAIN Salatiga, pada dasarnya sesuai dengan asas pendekatan baru dalam
penyusunan tujuan pengajaran bahasa Arab bagi non Arab. Hal ini sebagaimana
diungkapkan oleh beberapa pakar seperti: Mahmud Kamil al-Nâqah, Ahmad Ali
Madzkûr dan Zakariya Ismâ’il yang pada intinya bahwa tujuan pembelajaran bahasa
Arab adalah dalam rangka untuk mencapai kemampuan mengaplikasikan bahasa
dalam kontek komunikasi baik akademik, ekonomi, maupun sosial budaya.18
Oleh karena itu STAIN Salatiga membentuk program unggulan melalui
program studi intensif merancang pengajaran bahasa Arab dengan mengajarkan mata
kuliah unsur-unsur bahasa dan keterampilan kebahasaan serta menjadikan mata
kuliah wajib yang harus diikuti dalam durasi dua semester bagi seluruh mahasiswa
program studi dalam rangka membentuk mahasiswa mampu berbahasa Arab lisan dan
tulis. Hal ini sebagaimana di tulis dalam buku pedoman penyelenggaraan pendidikan
STAIN Salatiga sebagai berikut:
“Pengembangan bahasa Arab diselenggarakan oleh UPB(Unit Pelayanan
Bahasa). UPB menyelenggarakan mata kuliah – mata kuliah bahasa Arab.
Pengembangan yang diselenggarakan adalah pelaksanaan perkuliahan dengan
model pembelajaran aktif. Mata kuliah yang diselenggarakan adalah istima ’,
qira ’ah, imla ’, aswat, nahw dan shorf. Dengan mata kuliah tersebut

18
Selaras dengan perkembangan kajian kebahasaan, hubungan bilateral antar Negara dan
terbukanya batas ruang dan waktu pada Negara-negara di dunia dan juga perkembangan dunia
pendidikan pada jaman modern ini, maka tujuan pengajaran bahasa asing mengalami perubahan dari
yang sebelumnya, oleh karena itu tujuan pengajaran bahasa asing berusaha: (1) Membekali peserta
didik dengan pengetahuan kebahasaan dan bagaimana cara mengaplikasikan dalam kehidupan.(2)
Membentuk peserta didik agar mampu berkomunikasi dengan benar dengan menggunakan bahasa
asing.(3) Membekali peserta didik untuk bisa bertoleran dan memahami budaya orang lain, cara hidup
dan berfikirnya. (3) Membekali peserta didik dengan skil-skil kebahasaan yang bisa membentuknya
mampu berkomunikasi lisan dan tulisan dengan penutur asli. Lihat Kâmil al-Nâqah, Ta ’lỉm al-Lughag
al-Arabiyyah Li al-Nâthiq ỉn bihâ bi Lughât Ukhrâ, (Jâmiah Um al-Qrâ, 1985), hal.85.
58

mahasiswa diharapkan mempunyai keterampilan mendengar, berbicara,


membaca dan menulis dalam bahasa Arab dengan baik”. 19
Tujuan pengajaran bahasa Arab sebenarnya tidak bisa terpisah dengan tujuan
pengajaran bahasa Arab di PTAIN yaitu sebagai alat dan tujuan. Secara umum tujuan
pengajaran bahasa Arab program SIBA adalah membentuk kemampuan mahasiswa
berbahasa Arab yang selanjutnya dijadikan alat dalam mengkaji Islam. Melalui
pengajaran bahasa Arab secara intensif dan kreatif diharapkan mahasiswa mempunyai
kemampuan untuk mengkaji literatur bahasa Arab, sehingga mampu mengembangkan
keilmuan lebih lanjut dapat terwujud.20
Dengan demikian pengajaran bahasa Arab program SIBA adalah sebagai alat
atau sebagai media untuk mempelajari ilmu-ilmu lain atau literatur Arab serta
sebagai bahasa komunikasi ditenga-tengah peradaban dunia yang semakin maju.
Adapun tujuan pengajaran bahasa Arab SIBA secara umum dapat
diklasifikasikan menjadi empat paruh waktu, sesuai dengan program SIBA yang
berlangsung selama dua semester. Empat paruh waktu tersebut adalah:
1. Paruh pertama semester I
Kompetensi yang direalisasikan pada paruh pertama semester I adalah
sebagai berikut:
a. Mahasiswa memiliki kemampuan dasar mendengar dan berbicara sehari-hari
b. Mahasiswa mampu membaca tulisan dan bacaan Arab berharakat dengan benar
dan dapat memahaminya
c. Mahasiswa mampu menyusun kalimat pendek dengan mengikuti pola tertentu
d. Mahasiswa memiliki 1000 perbendaharaan kosa kata baru
e. Mahasiswa mengenal pola-pola dasar kalimat Arab
f. Mahasiswa mengenal gramatika dasar bahasa Arab secara fungsional
2. Paruh kedua semester I
19
Dokumen, Buku Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan STAIN Salatiga, (Salatiga Pres,
2007), hal.152. Lihat Buku Pedoman Penyelenggaraan Studi Intensif Bahasa Arab (SIBA), . STAIN
Salatiga, 1998.
20
Proposal Pendirian Program Intensif Bahasa Arab STAIN Salatiga, hal.2.
59

Kompetensi yang direalisasikan dalam paruh kedua semester I adalah sebagai


berikut:
a. Mahasiswa mampu menangkap isi pesan pembicaraan bahasa Arab yang
didengar dengan benar
b. Mahasiswa mampu melakukan komunikasi bahasa Arab dalam beberapa even
dan kesempatan
c. Mahasiswa mampu membaca literatur Arab yang tidak berharkat dan
memahaminya
d. Mahasiswa mampu menulis karangan dengan tema yang terarah dan terbimbing
e. Mahasiswa memiliki penambahan bekal kosa kata baru sekitar 1500 kata
3. Paruh pertama semester II
Kompetensi yang direalisasikan dalam paruh pertama semester II adalah
sebagai berikut:
a. Mahasiswa mampu memahami secara mendetail isi pesan tek dan pembicaraan
bahasa Arab yang di dengar
b. Mahasiswa mampu mengungkapkan ide-idenya dalam bahasa Arab secara lisan
dengan mudah dan lancar
c. Mahasiswa mampu membaca literatur bahasa Arab yang variatif serta dapat
memahami isinya secara mendetail
d. Mahasiswa mampu mengungkapkan ide-ide pemikiranya secara tertulis dengan
uslub bahasa yang benar
e. Mahasiswa mampu mengaplikasikan gramatikal bahas Arab untuk kepentingan
mendengar, bercakap, membaca dan menulis
f. Mahasiswa mempunyai penambahan kosa kata baru sebanyak 2000 kata
4. Paruh kedua semester II
Kompetensi yang direalisasikan dalam paruh kedua semester II adalah sebagai
berikut :
a. Mahasiswa mampu memahami proses perkuliahan bahasa Arab
60

b. Mahasiswa mampu mendengar dan berdiskusi dengan menggunakan bahasa


Arab yang baik
c. Mahasiswa mampu membaca berbagai jenis literatur Arab tanpa kendala
d. Mahasiswa mampu membuat karangan bebas
e. Mahasiswa memiliki panambahan kosa kata baru sekitar 2500 kata
Tujuan–tujuan pengajaran bahasa Arab tersebut tercermin dalam silabi setiap
mata kuliah sebagaimana yang dicanangkan dalam jadwal pada program SIBA
STAIN Salatiga (Lihat pada lampiran).

4. Materi Ajar Bahasa Arab SIBA


Materi pelajaran bahasa merupakan unsur pokok dalam kurikulum lembaga
pendidikan karena melalui muatan materi tersebut akan terealisasi tujuan pengajaran
yang diharapkan dan tentu saja disamping unsur-unsur lain dalam kurikulum seperti
metode pengajaran . Hal ini sesuai dengan pendapat Hilda Taba dan Ralp W. Tyler
yang dikutip oleh Zarkasyi, bahwa ada empat komponen kurikulum yaitu, tujuan
materi, metode dan evaluasi dimana empat komponen tersebut satu sama lain saling
berkaitan yang ikut mempengaruhi keberhasilan suatu proses pengajaran.21
Dengan demikian dengan materi yang telah ditentukan, ,maka pengajar dapat
memberikan bekal pengetahuan belajar kepada pembelajar dalam proses pengajaran
pada jam pelajaran yang telah ditentukan demi terlaksananya tujuan pengajaran
Berdasarkan hasil observasi penulis bahwa, materi pengajaran bahasa Arab di
SIBA STAIN Salatiga sesuai dengan system pengajaran yang digunakan, terbagi
menjadi dua macam, pertama adalah pengajaran ilmu-ilmu bahasa, namun materi
yang diajarkan terbatas pada ‘ilm al-ashwat/ phonology, al-shorf/morphology dan al-
nahw/syntacsys. Kedua adalah pengajaran keterampilan berbahasa yang mencakup
mendengar (‫ )اﻹﺳﺘﻤﺎع‬, membaca (‫ )اﻟﻘﺮأة‬dan menulis (‫)اﻟﻜﺘﺎﺑﺔ‬, di SIBA mata kuliah

21
Abdullah Syukri Zarkasyi, Gontor dan Pembaharuan Pendidikan Pesantren, (Jakarta:
Rajawali, 2005), hal. 79. Lihat juga Aĥmad Rusdi Thu’aimah, Tadrîs al-‘Arabiyyah fi al-Ta ’lîm al-
‘Am Nadzariyyât wa Tajârub, (Mesir: Dâr al-Fikr al-‘Arabî, 2001), hal. 61.
61

tersebut dinamai ‫اﻹﺳﺘﻤﺎع‬, ‫اﻟﻤﻄﺎﻟﻌﺔ‬, dan ‫اﻹﻧﺸﺎء‬. Dengan keterbatasan waktu belajar
menyebabkan pemberian pengajaran kemampuan bahasa Arab tidak bisa secara
sempurna yang meliputi materi kebahasaan dan keterampilan bahasa yang ada.
Adapun pengajaran bahasa Arab program SIBA mulai awal berdiri dengan
menerapkan sistem pengajaran klasikal secara intensif. Sistem pengajaran materi
bahasa kabahasaan yang digunakan adalah sistem terpisah-pisah (nadhariyyah al-
furû’) yaitu memberikan pengajaran bahasa dengan membagi menjadi beberapa mata
kuliah dengan buku ajar yang variatif. Materi yang terpisah-pisah ini dapat dilihat
pada Silabi yang ada di SIBA yaitu dengan membagi mata kuliah bahasa Arab
menjadi beberapa materi ilmu/mata kuliah yang dipelajari.
Materi ajar program SIBA di format menjadi enam macam mata kuliah yang
merupakan representasi dalam keterampilan berbahasa. Pembagian tersebut untuk
memudahkan dalam proses pembelajaran klasikal. Mata kuliah tersebut adalah
qira ’ah, nahw, ashwat, shorof, insya ’ dan istima ’ sebagaimana tertera dalam
jadwal(terlampir).
1. Mata kuliah Qira ’ah menggunakan buku ajar ‘Al-Arabiyyah li al-Nâsyi’în
2. Mata kuliah Nahw menggunakan buku ajar ‘Al-Arabiyyah li al-Nâsyi’în
3. Mata kuliah shorf menggunakan buku ajar al-Amtsilat al-Tashrîfiyyah
4. Mata kuliah Ashwât menggunakan buku ajar al-Arabiyyah bain yadaik
5. Mata kuliah Istima ’ menggunakan buku ajar al-Arabiyyah bain yadaik
6. Mata kuliah Insya ’ menggunakan buku ajar ‘Al-Arabiyyah li al-Nâsyi’în
Mata kuliah diatas terdapat sejumlah materi ajar yang tercermin dalam silaby.
Dimana materi ajar setiap mata kuliah merupakan realisasi kompetensi dan indikator
yang telah dirumuskan untuk diajarkan kepada mahasiswa. Akan tetapi dalam
menentukan materi ajar perlu mengadakan analisa terhadap isi pembahasan buku
yang digunakan, sehingga dapat melihat berapa pokok bahasan yang harus dipelajari
agar bisa mengakomodir kompetensi yang telah ditentukan.
62

Adapun diskripsi dari masing-masing buku ajar tersebut adalah sebagai


berikut:
1. ‘Alarabiyyah li al-Nâsyi’în
‘Alarabiyyah li al-Nâsyi’în merupakan salah satu dari buku yang banyak
digunakan dalam pengajaran bahasa Arab. Buku pelajaran bahasa Arab yang beredar
dikalangan pelajar di Indonesia bukan saja merupakan hasil pengarang dalam negeri,
tetapi banyak yang berasal dari karya pengarang negara Arab yang merupakan negara
asal bahasa itu. Hanya saja saat ini menunjukkan bahwa buku ini banyak peminatnya
dikalangan pelajar maupun perguruan tinggi dibandingkan buku pelajaran yang
berasal dari negara Arab.
‘Alarabiyyah li al-Nâsyi’în adalah buku serial pelajaran bahasa Arab yang
terdiri dri enam juz untuk siswa dan masing-masing juz disertakan dengan buku
pegangan untuk guru serta dengan kaset suara ( musajjal). Adapun buku ini disusun
oleh tim yang terdiri dari DR. Mahmûd Ismâ’îl Shînî, Nâshîf Musthafâ Abd al-‘Azîz
dan Mukhtâr al- Thâhir Husain yang bekerja sama dengan Departemen Pendididkan
Kerajaan Saudi Arabia.
Alasan penyusunan buku serial ini adalah untuk memenuhi kekurangan buku-
buku materi bahasa Arab untuk peserta didik non Arab. Untuk itu penyusun berusaha
memperhatikan beberapa aspek penting sebagai berikut22 :
a. Integral antar empat keterampilan bahasa yaitu mendengar, berbicara, membaca,
dan menulis, serta dengan penegasan unsur fonologi pada jilid I dan II.
b. Menitik beratkan pada bahasa Arab modern, dengan tetap memperhatikan kata-
kata yang berhubungan dengan keilmuan Islam. Hal tersebut dengan tujuan siswa
mampu mengaplikasikan pelajaran untuk memahami Islam serta bisa digunakan
dalam berkomunikasi dalam kehidupan bermasyarakat.

22
Maĥmûd Ismâ’il Shînî, al-‘Arabiyyah li al-Nâsyi’în, (Mamlakah ‘Arabiyyah, hal. H).
63

c. Materi mempunyai volume yang relative mudah diprogram berdasarkan waktu,


jika dibanding dengan yang lain seperti Silsilah Ta ’lîm al-Lughah al-‘Arabiyyah23
yang terlalu banyak kurang lebih 32 buku untuk siswa.
d. Mengambil pelajaran dari berbagai pengalaman pengajaran bahasa Arab untuk
non Arab yang berlangsung diberbagai negara, terutama dari segi ketepatan dan
kejelian terhadap unsur-unsur bahasa yang terdiri dari fonologi, lafal dan
susunanya, serta penggunaan media audio visual yang tidak mengharuskan
pengalaman khusus bagi para pelajar.
e. Membekali para pengajar dengan buku panduan dalam mengajarkan tiap-tiap
pelajaran.
Dengan demikian buku tersebut mempunyai keistimewaan yang lebih
dibanding dengan buku pelajaran bahasa Arab yang lain. Hal tersebut dikarenakan
buku-buku pelajaran bahasa Arab yang beredar di Indonesia tidak memiliki kelebihan
hal tersebut.Buku ‘Alarabiyyah li al-Nâsyi’în oleh penyusun sebenarnya
diperuntukkan untuk siswa didik usia 11 – 17 tahun atau setingkat SMP – SMA,
namun pada kenyataanya buku tersebut banyak diajarkan untuk para mahasiswa
Indonesia di beberapa perguruan tinggi yang dijadikan buku pegangan wajib dengan
menggunakan buku jilid 4 – 6 saja seperti STAIN Salatiga. Hal ini tentu di dasarkan
kepada beberapa alasan logis. Tentang alasan pemilihan jilid tertentu menurut
beberapa dosen SIBA seperti Drs. Nasafi, Sidqon Maisur, Lc, MA dan DR.
Fachruddin adalah disesuaikan dengan kemampuan bahasa Arab mahasiswa yang
secara umum sudah mengetahui materi jilid 1-3 yang sudah dipelajarinya sebelum
memasuki STAIN Salatiga dan juga didasarkan hasil kesepakatan bersama para
dosen dan masukan dari berbagai pihak institusi ekternal yang terlebih dahulu
menggunakanya .

23
Adalah sebuah buku pelajaran bahasa Arab disusun oleh Tim Universitas al-Imam
Muhammad Bin Su’ûd, dibawah supervise DR. Abdullah Bin Hamid. Buku serial ini juga
diperuntukkan pembelajaran bahasa Arab bagi non Arab.
64

Dengan demikian dalam menentukan materi ajar SIBA STAIN Salatiga


menggunakan penyesuaian dengan kondisi mahasiswanya dengan tujuan
menghindarkan pengulangan materi ajar dan penghematan waktu belajar dan buku al-
‘Arabiyyah li al-Nâsyi’în ini menjadi muqarrar (buku wajib) pada program SIBA
untuk mata kuliah qiraah dan nahw.
2. Buku al-Amtsilah al-Tashrîfiyyah
Buku ini adalah buah karya dari KH. Muhammad Ma’shum bin Ali, dari
Seblak, Kuaron, Jombang, Jawa Timur. Meskipun buku ini kecil bentuknya, namun
memperoleh kata pengantar mantan menteri Agama RI Prof. KH. Saifuddin Zuhri,
yang memberikan penilaian kepada buku ini sebagai buku penting bagi pembelajar
ilmu bahasa Arab24.
Sistematika penulisan buku al-Amtsilah al-Tashrîfiyyah adalah dalam
mempelajarkan shorf dengan membagi perubahan setiap kata dengan dua metode
yaitu Ishtilahy dan al-Lughawy . Format kata al-tashrîf al-ishtilahy ditulis
menyamping dari kanan ke kiri, sedangkan al-tashrîf al-lughawy ditulis horizsontal
dari atas kebawah,. Buku ini disamping menampilkan contoh-contoh wazan kalimat,
juga menyebutkan berbagai macam istilah bina ’ atau bangunan kata dan
menerangkan faidah atau kegunaan dari setiap perubahan atau penambahan huruf dari
huruf asalnya.
Buku ini terdiri dari 39 judul pembahasan yang ditampilkan dalam bentuk
contoh-contoh format kalimat. Hanya saja pengarang buku ini tidak memberikan
informasi cara atau metode penggunaanya dalam pendahuluan.
Alasan SIBA menggunakan buku al-Amtsilah al-Tashrîfiyyah peneliti
melakukan wawancara dengan H. Nasafi di ruang SIBA, yang pada intinya
mempunyai alasan sama seperti pemilihan materi pada al-‘Arabiyyah li al-Nâsyi’în.25

24
Muhammad Ma’shûm, al-Amtsilah al-Tashrîfiyyah,( 2002), hal. 3
25
Nasafi adalah dosen bahasa Arab , Wawancara, tanggal 25 April 2008 di kantor SIBA
STAIN Salatiga.
65

3. Buku al-‘Alarabiyyah Bain Yadaik


Buku al-‘Alarabiyyah Bain Yadaik merupakan buku serial pelajaran bahasa
Arab untuk pelajar non Arab. Terdiri dari tiga jilid untuk pembelajar dan tiga jilid
buku untuk pengajar, dilengkapi dengan kaset rekaman untuk keterampilan
mendengar.
Masing-masing jilid berisi tidak kurang dari 400 halaman. Buku ini adalah
produk dari proyek al-‘Arabiyyah Li al-Jamî’ yang diprakarsai oleh yayasan badan
wakaf Islam di Kerajaan Saudi Arabia. Adapun penyusun buku ini adalah para pakar
bahasa Arab yaitu DR. Abdul al-Rahman Bin Ibrâhîm al-Fauzân, Mukhtâr al-Thâhir
Husain dan al-Ustad Muĥammad Abd al-Khâliq Muĥammad Fadhal, dibawah
supervisi DR. Muĥammad Bin Abd al-Raĥmân Âli al -Syeih.
Jika dibandingkan dengan buku-buku yang lain tentu buku ini terdapat
kelebihan seperti lebih variatif, lebih menarik dalam menyajikan materi yang di
barengi dengan tampilan gambarnya, sehingga lebih menarik dari pembaca.
Tujuan buku ini disusun adalah untuk membekali para pembelajar bahasa
Arab dengan kompetensi kebahasaan, komunikasi dan intelektual. Adapun yang
termasuk kompetensi kebahasaan mencakup dua hal adalah : Empat keterampilan
bahasa yaitu mendengar , berbicara, membaca dan menulis. Dan kompetensi unsur-
unsur bahasa yaitu fonologi, morfologi dan sintaksis. Sedangkan yang dimaksud
kompetensi komunikasi adalah agar pembelajar mampu mengadakan komunikasi
dengan penutur asli, melalui kontak sosial, dimana pembelajar mampu mengadakan
interaksi baik lisan dan tulis. Yang dimaksud kompetensi intelektual adalah
membekali pembelajar dengan bebagai pengetahuan bahasa Arab dan keislaman,
disamping pengetahuan kebudayaan dunia pada umumnya yang tidak bertentangan
dengan ajaran Islam.26
Sasaran buku serial ini adalah para pembelajar tahap pemula baik yang belajar
di sekolah maupun di tempat-tempat kursus. Buku ini juga bisa dipakai secara

Abd al-Raĥmân Bin Ibrâhîm al-Fauzân, al-‘Alarabiyyah Bain Yadaik, ( Saudi Arabia,
26

Yayasan waqaf Islam, 2003), hal.‫ ث‬.


66

otodidak. Demikian juga bisa digunakan untuk pengajaran dalam program intensif.
Lebih dari itu serial buku ini ditujukan kepada siswa yang sebelumnya belum pernah
belajar bahasa Arab. Kelebihan buku inilah bisa menjadikan pembelajar yang
mempunyai pengetahuan kebahasaan nol menjadi pembelajar yang mempunyai
pengetahuan kebahasaan tingkatan atas/tinggi, sehingga pengetahuan bahasa Arabnya
menjadi baik serta mampu mengadakan komunikasi langsung dengan penutur asli
maupun komunikasi tulis serta mempunyai kemampuan mengikuti penyesuaian
lingkungan di perguruan tinggi yang menjadikan bahasa Arab sebagai sebagai bahasa
mengajar.27
Adapun penggunaan SIBA teradap buku al-‘Alarabiyyah Bain Yadaik
didasarkan pada alasan-alasan Agar lebih variatif dan tidak terfokus pada buku al-
Arabiyyah li- al-Nâsyi’în, karena semula mata kuliah keterampilan mendengar atau
istima’ memakai al-Arabiyyah li- al-Nâsyi’în, kandungan materinya lebih padat dan
variatif, baik segi temanya maupun kekayaan kosa katanya,tampilan gambar dan
mutu cetaknya sangat menarik, sehingga lebih nyaman untuk dipandang dan dibaca
serta tema-tema yang disajikan menampilkan budaya-budaya arab modern.28
Dengan demikian SIBA STAIN Salatiga membuka pintu lebar-lebar untuk
kemungkinan memasukkan rujukan-rujukan berupa materi yang bervariatif apalagi
rujukan yang datang dari sebagian negara-negara Arab. Berdasarkan pengajaran
bahasa Arab di SIBA STAIN Salatiga dengan berbagai sumber yang variatif yang
digunakan tidak lain bertujuan untuk membekali pembelajar/mahasiswa dengan
beberapa ilmu kebahasaan yang ditulis olaeh penyusun yang berlainan, sehingga
materinya bisa mencakup masalah sosial, politik dan budaya Arab asli. Hal ini sesuai
dengan misi STAIN dalam menyelenggarakan pendidikan untuk menyiapkan peserta
didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademis dan/atau
professional yang dapat menerapkan, mengembangkan dan/atau menciptakan ilmu-
ilmu keIslaman dan tehnologi serta seni yang bernafaskan Islam serta

27
Abd al-Rahmân Bin Ibrâhîm al-Fauzân, al-‘Alarabiyyah Bain Yadaik…hal.‫ ج‬.
28
Irfan Helmi, Lc, MA, Wawancara, tanggal 20 Maret 2008 di kantor SIBA STAIN Salatiga.
67

mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu-ilmu keislaman dan/atau teknologi serta


seni yang bernafaskan Islam, dan mengupayakan penggunaanya untuk meningkatkan
taraf kehidupan masyarakat dan memperkaya kebudayaan nasional.29
Adapun perincian materi masing-masing mata kuliah yang berlangsung dalam
durasi satu tahun, penulis mengklasifikasikan dalam tabel berikut ini:
TABEL 10
NO MATA KULIAH BUKU TOTAL TOPIK KET
1 Ashwât ‫اﻟﻌﺮﺑﯿﺔ ﺑﯿﻦ ﯾﺪﯾﻚ‬ 4 Silaby terlampir
2 Shorf ‫اﻷﻣﺜﻠﺔ اﻟﺘﺼﺮﯾﻔﯿﺔ‬ 18 Silaby terlampir
3 Nahw ‫اﻟﻌﺮﺑﯿﺔ ﻟﻠﻨﺎﺷﺌﯿﻦ‬ 17 Silaby terlampir
4 Istimâ’ ‫اﻟﻌﺮﺑﯿﺔ ﺑﯿﻦ ﯾﺪﯾﻚ‬ 32 Silaby terlampir
5 Mutâla’ah ‫اﻟﻌﺮﺑﯿﺔ ﻟﻠﻨﺎﺷﺌﯿﻦ‬ 107 Silaby terlampir
6 Kitâbah ‫اﻟﻌﺮﺑﯿﺔ ﻟﻠﻨﺎﺷﺌﯿﻦ‬ 14 Silaby terlampir

5. Metode dan Tehnik Pengajaran Bahasa Arab


Metode pengajaran merupakan rencana menyeluruh tentang bahan pelajaran
kepada mahasiswa dalam kelas, baik secara individual atau secara kelompok/klasikal,
agar pelajaran itu dapat diserap, dipahami dan dimanfaatkan dengan baik.30 Dengan
menggunakan metode yang tepat dan variatif sesuai dengan materi yang akan
disampaikan akan dapat memotivasi siswa dalam belajar, sehingga mahasiswa
tertarik untuk belajar dan akhirnya materi pelajaran mudah diserap dan pahami.
Dengan demikian metode pengajaran merupakan segi kegiatan pengajaran
yang sudah terarah, yang pemilihanya disesuaikan dengan kondisi mata pelajaran

29
Dokumen, Buku Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan STAIN Salatiga, (Salatiga Pres,
2007), hal.10.
30
Baca Abu Ahmadi, Joko Tri Prasetya, SBM Strategi Belajar Mengajar Untuk Fakultas
Tarbiyah Komponen MKDK, (Bandung: Pustaka Setia, 2005), hal. 52. Dan juga Aminuddin Rasyad,
Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: UHAMKA PRESS, 2003), hal. 110. Lebih jelas baca Omar
Mohammad al- Toumy al- Syaibany, Falsafah Pendidikan Islam, alih bahasa Hasan Langgulung,
(Jakarta: Bulan Bintang, 1979), hal. 550-554. Kontraskan juga Kamâl Ibrâhîm Badrî, Usus al-Ta ’lîm
al-Lughah al-’Ajnabiyyah, (Jakarta : LPBA, 1988), hal. 3-4.
68

yang diajarkan, perkembangan peserta didik serta suasana lingkungan sekitar dalam
rangka membantu peserta didik memperoleh pengetahuan, keterampilan, kebiasaan
dan nilai-nilai sebagai tujuan pengajaran yang diinginkan.31
Pada umumnya sebutan metode dicampurkan dengan istilah pendekatan dan
tehnik, namun menurut Anthony dalam Fuad Effendi32 membedakan istilah metode,
pendekatan dan tehnik dalam pengajaran bahasa. Menurutnya metode merupakan
“rencana menyeluruh yang berkenaan dengan penyajian materi bahasa secara teratur,
tidak ada satu bagian yang bertentangan dengan yang lain, dan semuanya berdasarkan
pada pendekatan (approach) yang telah dipilih”. Pendekatan adalah” sebagai
seperangkat asumsi mengenai hakekat bahasa dan hakekat belajar mengajar bahasa
dan bersifat filosofis serta axiomatic”. Sedangkan Tehnik adalah” sebagai sesuatu
yang terjadi di dalam kelas dan merupakan pelaksanaan dari metode yang bersifat
operasional atau implementatif, dimana secara operasional sangat tergantung kepada
kreatifitas dan kemampuan pengajar dalam menyajikan materi”. Bahkan menurut
Jack Richards dan Theodore Rodges menjadikan metode untuk menggambarkan
ketiga konsep pendekatan, rancangan dan prosedur yang ketiga konsep ini semula
dengan istilah pendekatan, metode dan tehnik.
Dengan demikian metode, pendekatan dan tehnik mempunyai keterkaitan
yang sangat erat, dimana pemilihan metode pengajaran dalam kelas berdasarkan pada
pendekatan yang digunakan, sehingga melahirkan variasi metode pengajaran sebagai
kreasi pengajar yang secara operasional dipraktekkan di dalam kelas untuk
menyajikan materi pelajaran.
Ukuran pemilihan metode dalam proses pengajaran perlu diperhatikan
pengajar, sehingga proses belajar mengajar bisa berlangsung secara efektif dan efisien.
Menurut Abdul Majid, metode apapun yang dipakai dalam mengajar, harus
memperhatikan kepada lima hal pokok yaitu: metode harus berpusat pada anak didik
31
Omar Muhammad al-Toumy al-Syaibany, Falsafah Pendidikan Islam…, hal. 553. Lihat
juga Jack C. Richards, The Context of Language Teaching, (Cambridge University Press, 1985), hal.17.
32
Ahmad Fuad Effendy, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab, (Malang: Misykat, 2005), hal.
6-7.
69

(student oriented), pengajar memberi ruang kepada pembelajar untuk mempraktekkan


apa yang dipelajari, mengembangkan kemampuan sosial siswa, mengembangkan sifat
ingin tahu (curiosity) dan bisa mengembangka keterampilan dalam memecahkan
persoalan yang dihadapi (problem solving).33
Metode pengajaran merupakan unsur sangat penting yang ikut mempengaruhi
terealisasinya tujuan pengajaran bahasa Arab di sebuah institusi yang bersangkutan.
Terdapat beberapa metode pengajaran bahasa Arab bagi non Arab, namun tidak ada
metode yang paling efektif untuk mengajarkan suatu materi, artinya suatu metode
selalu tetap digunakan untuk mengajarkan terhadap berbagai materi pelajaran tanpa
mengadakan penyesuaian dan perubahan metode yang tepat sesuai dengan materi
yang akan diajarkan serta kondisi pembelajar.
Setiap bahasa memiliki banyak ragam metode pengajaranya. Metode
pengajaran bahasa untuk penutur asli berbeda dengan metode pengajaran untuk non
penutur asli. Beragam cara pengajaran bahasa yang ditawarkan, begitu pula metode
pengajaran bahasa Arab, sangat banyak teori yang ditawarkan, baik untuk orang asli
maupun non Arab. Ada satu prinsip yang perlu dipahami bersama, bahwa metode
tertentu itu bisa dipakai dalam pengajaran berdasarkan tujuan pembelajaran. 34
Dengan kata lain bahwa penentuan tujuan pembelajaran bahasa adalah yang
menentukan terhadap metode yang digunakan dalam pengajaran.
Metode pengajaran bahasa Arab sendiri masih merupakan hal yang baru,
dibanding dengan bahasa-bahasa lain. Perkembangan metode bahasa Arab masih
ketinggalan dengan yang lain, karena perhatian para linguist Arab baru muncul
setelah adanya perkembangan metodologi pengajaran bahasa yang dikembangkan
para linguist Barat.35

33
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, Mengembangkan Standar Kompetensi Guru,
( Bandung: Rosda Karya, 2005), hal. 136.
34
Rusdi Aĥmad Tu’aimah, Ta ’lîm al-‘Arabiyyah Li Ghai al-Nâthiqîn Bihâ Manâhijuh Wa
Asâlîbuh, ((Rabat: Jâmi’ah al-Manshûrah, 1989), hal.62.
35
Tim Penyusun, Pedoman Pengajaran Bahasa Arab, (Jakarta, Proyek Pengembangan
Sistem Pendidikan Agama, Depag RI, 1974), hal. 33
70

Untuk memperlancar tercapainya tujuan pengajaran bahasa asing termasuk


bahasa Arab, para ahli telah mengembangkan berbagai macam metode. Menurut
Mulyanto Sumardi mengutip macam-macam metode dalam buku Language
Theaching Analysis, karangan William Francis Mackey yang mencatat lima belas
metode pengajaran bahasa asing yang selama ini sudah biasa digunakan, antara lain:
Meetode Langsung (Direct Method), Metode Alamiah (Natural Method), Metode
Psikologi (Psyicological Method), Metode Fonetik (Phonetic Method), Metode Baca
(Reading Method), Metode Tata Bahasa (Grammar Method), Metode Terjemahan
(Translstion Method), Metode Tata Bahasa – Terjemahan (Grammar-Translstion
Method), Metode Eklektik (Eclectic Method), Metode Satuan (Unit Method), Metode
Kendali Bahasa (Language – Control Method), Metode Tiru Ingat (Mim-men
Method), Metode Praktek Teori (Practice-Teory Method), Metode Pengetahuan
(Cognate Method), serta Metode Ganda (Dual-Language Method).36
Sementara Robert Lado berpendapat bahwa, diantara kelima belas metode itu
yang paling penting ada tiga yaitu : 1. grammar – Translation Method, 2. Direct
Method, dan 3. Language Method. Karena metode pengajaran bahasa itu sangat
banyak dan bermacaam-macam, maka sebelum menentukan metode yang akan
digunakan dalam pengajaran bahasa Arab, hendaknya memperhatikan lima prinsip
pemilihan metode pengajaran bahasa dibawah ini:
1. Menempatkan pada segi prioritas, yaitu yang bisa memberikan kemungkinan
peserta didik untuk mempelajari materi lebih banyak.
2. Menempatkan pengajaran pada posisi utama, yaitu memberikan kesempatan luas
peserta didik untuk mempelajari materi lebih banyak lagi ketimbang yang hanya
diberikan oleh pengajar dikelas.
3. Memberikan kesempatan peserta didik untuk bisa bekerja sama dengan yang lain.
4. Mengacu kepada factor media yang bisa mendorong agar mau belajar sungguh-
sungguh.

36
Muljanto Sumardi, Pengajaran Bahasa Asing, Sebuah Tinjauan Dari Segi Metodologi, (Jakarta:
Bulan Bintang, 1975) , hal. 32-40.
71

5. Elastisitas metode, artinya memungkinkan bisa sesuai dengan kondisi dan situasi
yang ada.
Sementara menurut Martinis Yamin mengemukakan tentang beberapa
pertimbangan yang mesti dilakukan oleh pengajar dalam memilih metode pengajaran
secara tepat dan akurat, sebagai berikut:37

a. Tujuan Instruksional
Dalam konteks KBK, tujuan instruksional ini diwujudkan dalam bentuk
kompetensi, yang dikembangkan kedalam indikator-indikator pencapaian kompetensi.
Indikator-indikator itulah sebagai tujuan atau sasaran pencapaian proses pembelajaran.
Untuk mencapai sasaran tersebut diperlukan metode. Pembelajaran bahasa Arab yang
menekankan tujuannya untuk mencapai kemampuan membaca dan memahami teks
bacaan sudah barang tentu akan berbeda dalam menggunakan metode yang
digunakan guru ketika tujuan dari pembelajarannya untuk mencapai kemampuan
berkomunikasi baik lisan maupun tulisan (produktif/ekspresif).

b. Pengetahuan Awal Peserta Didik


Peserta didik, ketika belajar apapun, tidak seperti bejana kosong yang siap
menerima apapun dari pengajarnya. Mereka memiliki pengetahuan awal baik sedikit
maupun banyak tentang sesuatu yang akan dipelajarinya. Oleh karena itu, perlu
kiranya pengajar, sebelum memulai proses pembelajaran, mengidentifikasi
kemampuan awal peserta didik secara rata-rata, dengan cara melakukan apperception
melaui pre-test berupa tanya jawab, ataupun quiz terhadap pengetahuan sebelumnya.
Hal ini dilakukan agar ada koneksitas antara pengetahuan yang baru dengan
pengetahuan yang lama.
Disamping itu, mengetahui pengetahuan awal peserta didik dapat digunakan
guru untuk memilih strategi dan metode pembelajaran. Oleh karena itu, bisa jadi guru
akan menggunakan metode yang berbeda dalam membahas satu pokok bahasan untuk

37
Martinis Yamin, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi (Jakarta: Gaung Persada Press,
2007), h. 59-64.
72

kelas yang berbeda. Implikasinya adalah pengajar dituntut untuk menguasai banyak
metode dan sekaligus teknik pembelajaran dengan berbagai variasinya.

c. Pokok Bahasan
Tujuan akhir pembelajaran bahasa adalah pemerolehan empat ketrampilan
bahasa yang harus diajarkan kepada peserta didik, yaitu mahârat istimâ ’, kalâm,
qirâ ’ah, dan kitâbah. Sudah barang tentu, pembelajaran ketrampilan istimâ ’a akan
berbeda metode yang digunakan dengan pembelajaran ketrampilan qirâ ’at dan
seterusnya. Oleh karena itu, pokok bahasan sebagai salah satu unsur yang harus
dijadikan pertimbangan dalam memilih metode.

d. Alokasi Waktu dan Sarana Penunjang


Dengan alokasi waktu yang telah ditentukan, dengan mengetahui efektif
perincian minggu efektif selama semester ganjil dan genap. Dengan perencanaan
tersebut, pengajar mengetahui berapa alokasi waktu yang bisa digunakan secara
efektif untuk pembelajaran dan berapa alokasi waktu yang kemungkinan tidak bisa
digunakan, karena untuk ulangan umum dan lain sebagainya. Pengetahuan tentang
alokasi waktu tersebut hendaknya dapat dijadikan pertimbangan guru dalam memilih
dan menentukan metode pembelajaran.
Disamping itu, ketersediaan sarana pendukung yang dapat dijadikan sumber
belajar peserta didik dapat mempengaruhi pemilihan metode pembelajaran bahasa
Arab. Misalnya, metode audio-lingual tidak bisa digunakan secara maksimal apabila
sarana pendukungnya, seperti laboratorium bahasa, atau kaset dan tape recorder, atau
VCD dan CD player tidak tersedia.

e. Jumlah Peserta Didik


Jumlah peserta didik dalam satu kelas merupakan hal penting yang harus
dijadikan pertimbangan dalam memilih metode. Kelas yang jumlah siswanya lebih
dari 30 sampai 40 siswa atau lebih akan sulit menerapkan metode audio-lingual
ataupun metode komunikatif secara efektif yang mampu melayani semua peserta
didik. Bila tuntutan materi hanya dapat dicapai dengan menggunakan metode tertentu,
73

sementara jumlah siswa dalam satu kelas itu melebihi ideal,38 maka pengajar dapat
mengurangi indikatornya pencapaian kompetensi menjadi lebih minimalis.

f. Pengalaman Pengajar
Pengajar yang baik adalah pengajar yang berpengalaman. 39 Pengalaman
diperoleh dari lama dan seringnya berinteraksi dengan masalah-masalah pendidikan.
Sehingga pengalamannya dapat membantu dalam memilih metode dan teknik yang
sesuai serta menerapkan strategi pembelajaran yang efektif. Sebaliknya, bagi pengajar
yang masih relatif baru, dimana pengalaman mengajar belum begitu banyak, akan
mengalami kesulitan dalam menentukan dan memilih metode.

Pada akhirnya, metode apapun yang dipilih oleh pengajar dalam


pelaksanaan proses pembelajaran harus memperhatikan prinsip-prinsip pembelajaran
aktif yaitu:40
Pertama, berpusat kepada siswa (student oriented) dengan melayani keunikan
masing-masing peserta didik dan gaya belajarnya;
Kedua, belajar dengan melakukan (learning by doing). Pengajar harus
menyediakan kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan apa yang
dipelajarinya, sehingga ia akan memperoleh pengalaman nyata;
Ketiga, mengembangkan kemampuan sosial. Proses pembelajaran, disamping
sebagai wahana untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman, juga sebagai sarana
untuk saling berinteraksi sosial (learning to live together);

38
Menurut para ahli, jumlah idela dalam satu kelas untuk sekolah lanjutan atas (setara aliyah)
adalah 24 (duapuluh empat) siswa. Lihat Martinis Yamin, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi,
h. 62.
39
Pengajar dianggap berpengalaman, apabila dia telah bergelut dengan proses pembelajaran
tidak kurang dari 10 (10) tahun. Tetapi lamanya mengajar tidak otomatis menjadi guru yang
berpengalaman. Ada hal lain dari sekedar lamanya mengajar, misalnya intensitas, kesungguhan, mau
belajar, terbuka dan sikap positif lainnya.
40
Diadaptasi dari pendapat Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standar
Kompetensi Guru (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), h. 136-137.
74

Keempat, mengembangkan keingintahuan dan imajinasi. Proses pembelajaran


harus dapat memancing rasa keingintahuan peserta didik. Juga mampu memompa
daya imajinatif peserta didik untuk berfikir kritis, analitis, dan kreatif.
Kelima, mengembangkan kreativitas dan ketrampilan memecahkan masalah.
Proses pembelajaran harus dirancang untuk merangsang kreativitas dan melatih
peserta didik untuk menemukan jawaban terhadap setiap masalah yang dihadapi.
Mencermati beberapa metode pengajaran bahasa asing diatas, menurut hemat
penulis ada beberapa metode yang tepat untuk pengajaran bahasa Arab, dengan
mempertimbangkan pendapat Tu’aimah.41dan Ma’mun Effendi Nur42 yaitu: Metode
Gramatikal dan Terjemah, Metode Langsung, Metode Membaca, Metode Audio
Lingual dan Metode selektif.
Metode Gramatikal dan Terjemah merupakan gabungan dua metode
gramatikal dan terjemah. Metode ini banyak dipakai para pengajar di Indonesia yang
bertujuan memproduk para pelajar untuk mampu: Pertama, menghafal materi-materi
nahw dan shorf. Kedua, membaca kitab dan memberikan makna kedalam bahasanya.
Metode Langsung merupakan metode yang tidak memperkenankan
penggunaan bahasa pelajar ketika belajar bahasa kedua ketika menjelaskan suatu kata
atau kalimat, namun penjelasanya dengan bantuan gambar-gambar atau peragaan.
Adapun tujuan dari metode ini: Pertama, menanamkan kemampuan pelajar berfikir
secara langsung dengan bahasa yang dipelajri, tanpa proses terjemah dalam
percakapan, membaca dan menulis. Kedua, mempergunakan bahasa yang baru secar
langsung tanpa terjemah.
Metode Membaca merupakan metode yang dengan cara membagi materi
bacaan menjadi beberapa seksi dan dibagian ini didahului dengan daftar kosa-kata

41
Thu’aimah menyebutkan ada 5 (lima) metode induk, yaitu Tharîqah al-Nahw wa al-Tarjamah,
al-Tharîqah al-Mubâsyarah, al-Tharîqah al-Sam’iyyah al-Syafawiyyah, Tharîqah al-Qirâ ‘ah, dan al-
Tharîqah al-Ma ’rifiyyah. Ahmad Fuad Effendy menyebutkan ada 6 (enam) metode, yaitu: Metode
Gramatika Terjemah, Metode Langsung, Metode Membaca, Metode Audio-Lingual (Aural-Oral),
Metode Komunikatif, and Metode Eklektik.
42
Ma’mun Effendi Nur, Mencari Metode Yang Sesuai Dterapkan Di IAIN Walisongo Semarang,
(Semarang: Walisongo Press, 1990), hal. 20.
75

yang maknanya diajarkan melalui kontek, terjemahan, atau gambar-gambar.


Kemudian setelah pada tahap tertentu, diajarkan bacaan tambahan dalam bentuk
cerita singkat dengan harapan penguasaan pelajar menjadi lebih mantap. Adapun
tujuan metode ini membentuk: Pertama, kemampuan dalam membaca bahasa yang
dipelajari(Arab) dan memahaminya dengan mudah, menghasilkan kalimat-kalimat
yang benar ketika menulis dan sekaligus mendapatkan ucapan-ucapan yang benar
ketika berbicar dengan bahasa tujuan. Kedua, kebiasaan membaca tanpa analisa dan
terjemahan teks yang dibacanya, dan mampu mengkonsentrasikan bacaan secara
diam, cepat dan bertahap dari yang mudah sampai yang sukar, dari yang bentuk aktif
ke bentuk yang pasif.
Metode Audio Lingual merupakan metode yang menitik beratkan kepada
demontrasi dan drill gramatika dan struktur kalimat, latihan ucapan , latihan
menggunakan kosa-kata dengan mengikuti atau menirukan pengajar atau native
informant. Gramatika diajarkan secara tidak langsung melalui kalimat-kalimat model.
Adapun metode ini bertujuan memproduk pelajar mempunyai empat keterampilan
sekaligus (mendengar, berbicara, membaca dan menulis). Dengan lebih banyak
memperhatikan terhadap kecakapan lisan, karena mengingat prinsip bahasa itu
sebagai media komunikasi antar bangsa.
Metode Pilihan merupakan metode gabungan dari keempat metode yang telah
disampaikan diatas. Metode ini memberikan kesempatan pengajar untuk mengambil
dan mencoba setiap metode yang tepat dan dapat diterapkan bagi para pelajarnya.
Metode ini bersandar pada kemampuan pengajar dalam mencari system yang sesuai
dengan kebutuhan pelajar dan bentuk pendidikan untuk menerapkan metode dengan
sebaik-baiknya. Keterampilan bahasa diajarkan melalui urutan-urutan: bercakap-
cakap, menulis, memahami dan membaca. Kegiatan dalam kelas berupa latihan lisan
atau oral practice, membaca keras atau reading aloud, dan Tanya jawab. Juga latihan
menterjemahkan, pelajaran gramatika secara deduktif dan digunakan juga alat-alat
peraga atau audio visual aids.
76

Seiring dengan perjalanan waktu metode pengajaran semakin bertambah, hal


itu disebabkan beberapa faktor, diantaranya adanya perkembangan studi-studi
kebahasaan, perkembangan hubungan internasional, hilangnya kendala waktu dan
tempat antar negara dunia. Pada sisi lain, seiring dengan perkembangan pengajaran
dan pendidikan di era modern ini, maka tujuan pengajaran bahasa asing menjadi
berubah dan semakin beragam .43
Adapun tujuan pengajaran bahasa asing, sebagai berikut:
1. Meningkatkan pemahaman bahasa dan mengetahui peranan suatu bahasa serta
cara pemakaianya.
2. Membekali pembelajar dengan kemampuan komunikasi secara baik dan benar
dengan bahasa yang dipelajari.
3. Membekali pembelajar dengan kemampuan pemahaman budaya, cara hidup dan
dan pola pikir penutur asli.
4. Membekali pembelajar dengan berbagai keterampilan berbahasa, sehingga
mampu berkomunikasi baik tulis maupun lisan dengan penutur asli.44
Mendasarkan kepada keurgenan kedudukan metode dalam pengajaran bahasa
Arab, maka SIBA STAIN Salatiga berusaha menempatkan metode pengajaran sesuai
dengan tuntutan prinsip pemilihan metode pengajaran bahasa Arab.Untuk mengetahui
pengaplikasian metode pengajaran bahasa Arab di SIBA STAIN Salatiga, sesuai
beberapa kehadiran peneliti di SIBA ketika berlangsung pengajaran, terdapat beberap
metode pengajaran bahasa Arab. Metode pengajaran tersebut penulis temukan
melalui tehnik dan pola pengajaran yang dipakai beberap dosen bahasa Arab. Metode
pengajaran yang paling banyak dilakukan adalah metode mubasyarah/metode.
Metode ini penulis temukan pada pola pengajaran yang praktekkan oleh M. Hafidz

43
Ahmad Fuad Effendi, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab, ( Malang, Misykat, 2005),
hal.19
44
Yûnus Fatkhî, Tashmỉm Manhaj Lita ’lỉm al-Lughah al-‘arabiyyah Li al-Ajânib, (Kairo:
Dâr al-Tsaqâfah, 1977), hal. 182.
77

M.Ag45 pada saat mengajar mata kuliah istima’. Pola yang dilakukan ketika mengajar
berusaha menghindarkan komunikasi dengan B1. Pola tersebut terlihat nyata pada saat
menjelaskan kosa-kata yang belum diketahui maknanya dengan cara menggunakan
ungkapan uraian dengan bahasa Arab, sampai akhirnya makna difahami mahasiswa.
Tehnik mengajar yang dilakukan dengan sangat menarik mahasiswa, karena
mahasiswa sambil disuguhi kosa kata-kosa kata yang berkenaan dengan informasi
aktual yang diambil dari berita-berita hangat seperti dari TV, majalah Aloindonesia
dan internet.
Menurut Hafidz, bahasa adalah ilmu yang harus di praktekkan, tidak mungkin
berhasil tanpa banyak mmempraktekkan dalam berbagai kesempatan, dimanapun dan
kapanpun baik secara lisan maupun tulis. Melihat mahasiswa di STAIN ini mayoritas
berbicara dengan bahasa ibu, maka sebagai gantinya Hafidz selalu menggunakan
komunikasi bahasa Arab dikelas. Menurut hemat penulis, pengkondisian berbahasa
Arab di kelas mempunyai peran penting untuk membentuk mahasiswa terbiasa
dengan lingkungan berbahasa Arab apa lagi dengan dukungan dibukanya program
ma’had STAIN Salatiga bagi semua mahasiswa baru yang sudah dimulai tahun 2007.
Berdasarkan pernyataan Hafidz diatas tentu pada SIBA STAIN Salatiga
terdapat usaha yang sungguh-sungguh dalam pengajaran bahasa Arab dengan
menggunakan metode pengajaran bahasa Arab sesuai dengan salah satu metode yang
telah banyak dipraktekkan oleh para pakar pengajaran bahasa Arab yang dikenal
dengan al-Tarîqah al-Mubâsyarah, sebagai metode pengajaran komunikatif, dimana
metode ini merupakan reaksi ketidak puasan metode qawâ ’id dan tarjamah yang
dianggap kurang berhasil digunakan dalam pengajaran bahasa.
Penulis juga mengadakan klarifikasi tentang pandangan Hafidz tersebut yang
diakui oleh salah seorang mahasiswa/mahasiswi program SIBA bernama Mila Nur
Afifah dan Eko Nur Cahyo yang menyampaikan pernyataan tentang metode
pengajaran bahasa Arab yang dipraktekkan para dosen di kelas bahwa, ketika terdapat

45
M. Hafidz, adalah dosen bahasa Arab pada mata kuliah istima ’ SIBA STAIN Salatiga
pada ruang A2 , Observasi, 14 Mei 2008.
78

sisa waktu dalam mengajar qiraah, sering para dosen menampilkan siaran berbahasa
Arab dengan mengakses internet diruang kelas untuk dibahas bersama-sama. Tehnik
seperti ini dapat memotivasi mahasiswa menghidupkan bahasa Arab dilingkungan
kampus.46
Melihat tehnik dan pola mengajar yang dilakukan para dosen diatas, dapat
ditemukan bahwa, keterampilan mendengar yang dipraktekkan dalam pengajaran
qiraah adalah dengan menggunakan metode audio lingual.
Bahkan menurut pengakuan mahasiswi bernama Sri Sudarni bahwa, ada
beberapa dosen terutama K. H. Nasafi yang menurutnya sebagai dosen yang familier
dan kaya ilmu, membuat mahsiswa senang belajar bahasa Arab dan dalam
penyampaian materi, mudah untuk dipahami.47
Menurut penulis bahwa, sikap para dosen diatas terutama K.H. Nasafi
merupakan bentuk pendekatan pribadi terhadap para mahasiswanya, atau dikenal
dengan personal approach yang tidak membedakan anatara mahasiswa dengan dosen
dalam pergaulan. Bahkan sikap seperti ini mempunyai pengaruh positif yang kuat
dalam diri mahasiswa dalam menjalin hubungan dosen dan mahasiswa. Kondisi
hubungan pribadi, akan membuat mahasiswa merasa aman dan senang saat
pengajaran bahasa Arab berlangsung, faktor rasa senang terhadap sang dosen inilah
merupakan faktor yang sangat tinggi nilainya dalam proses belajar mengajar, karena
merupakan salah satu faktor yang dapat membuat kondisi belajar yang
menyenangkan, sehingga materi mudah diterima. Sebaliknya mahasiswa yang merasa
acuh taacuh terhadap dosenya termasuk faktor yang dapat mempersulit menerima
materi pelajaran. Disamping itu seorang dosen bisa membangun nuansa demokratis
dalam kelas belajar maupun diluar kelas. Bukti kondisi demokratis tersebut
disampaikan salah seorang mahasiswi bernama Nur Rohmatul Laila yang
menyatakan banwa, dosen ketika mengajarkan mata kuliah nahw sering meminta
46
Mila Nur Afifah dan Eko Nur Cahyo keduanya adalah mahasiswa probran SIBA STAIN
Salatiga 2007/2008, Wawancara tanggal 24 Maret 2008 di STAIN Salatiga
47
Sri Sudarni adalah mahasiswi jurusan PAI yang mengikuti program SIBA. Dia berlatar
belakang SMK Negeri I Salatiga, Wawancara tanggal 24 Maret 2008 di STAIN Salatiga
79

mahasiswa yang sudah mempunyai kemampuan bahasa Arab bagus untuk


menjelaskan kaidah nahw didepan kelas, pertanyaan dan kesulitan yang muncul agar
dipecahkan bersama-sama, baru kemudian dosen memberikan penegasan-penegasan
pelajaran seperlunya.48.
Berdasarkan pernyataan diatas proses pengajaran bahasa Arab di SIBA
STAIN Salatiga berlangsung dalam nuansa yang demokratis (democratic instruction),
hal ini yang akan menumbuhkan percaya diri para mahasiswa dalam menghadapi
masa depanya baik dalam masalah pelajaran maupun persoalan yang lain, serta proses
belajar dapat dalam bentuk menyenangkan (joyful learning). Bahkan suasana
demokratik bisa memberi kesempatan luas para mahasiswa untuk menyampaikan
kemerdekaan berpendapat. Berdasarkan hal ini terdapat penelitian yang dilakukan
oleh Boby De Porter dan Mike Hernacki menyampaikan bahwa percaya diri,
keterampilan mengajar dan keterampilan berkomunikasi yang ada dalam kondisi yang
menyenangkan mempunyai pengaruh yang sangat penting dalam keberhasilan proses
belajar mengajar yang disebut dengan quantum learning.49

1. Tehnik Pengajaran Qiraah


Pembelajaran mata kuliah ini berbasis pada teks bacaan, dengan kegiatan yang
dikonsentrasikan pada pemahaman kosa-kata, pemahaman rangkaian kosa-kata dalam
teks, penguasaan bacaan secara benar melalui bacaan keras, penguasaan struktur
kalimat atau tata bahasa yang terdapat pada teks bacaan.
Tehnik yang dipakai dalam mengajarkan mata kuliah ini diawali dengan
mengaktifkan mahasiswa pada tiga puluh menit pertama. Mula-mula dosen menyuruh
mahasiswa agar membaca dan memahami materi bacaan . Sesekali dosen menjawab
pertanyaan dari mahasiswa tentang arti-arti kosakata yang dianggap sulit, atau
menganjurkan mahasiswa membuka kamus yang dibawa atau bertanya kepada

48
Nur Rohmatul Laila adalah mahasiswi program SIBA STAIN Salatiga, wancara tanggal
24 Maret 2008 di STAIN Salatiga
49
Bobbi De Porter dan Mike Hernacki, Quantum Learning,(Bandung: Kaifa, 2002), hal. 120.
80

temanya yang mengerti. Pada materi qiraah ini, dosen juga menerangkan cara-cara
penggunaan kamus.”Dengan menggunakan kamus, pembelajar akan menemukan
sendiri makna beberapa kata yang belum diketahui”50
Setelah selesai tiga puluh menit pertama, dosen menyuruh siswa agar maju
kedepan untuk membaca dengan suara keras, dengan cara bergantian, ketika terjadi
kesalahan membaca dosen menyuruh mengulangi bacaan untuk dikoreksi dengan cara
menawarkan kepada para mahasiswa untuk membenarkanya. Jika tidak ada yang bisa
membenarkan, maka akan dijelaskan dosen secara langsung. Tehnik yang dipakai
dalam menjelaskan adalah hanya segi-segi yang menonjol saja yang dianggap sulit.
Untuk mengetahui sejauhmana para mahasiswa memahami isi bacaan, maka
dosen mengajukan beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan materi bacaan
yang sedang dipelajari dengan jawaban-jawaban singkat.
Sebelum menutup materi pelajaran, dosen selalu menganjurkan mahasiswa
agar mempelajari tema bacaan yang akan dipelajari pada pertemuan akan datang.
Seluruh materi bacaan pada mata kuliah qiraah ini menggunakan topik-topik
dalam buku serial al-‘Arabiyyah Li al-Nâsyi’în, silabi mata kuliah ini terlampir.
Melihat pola pengajaran tersebut diatas menjelaskan bahwa, metode yang
digunakan dalam pengajaran qiraah dengan menggunakan metode langsung,
membaca serta qawa’id dan tarjamah, dan mahasiswa lebih diaktifkan belajar mandiri
dikelas dengan pengawasan dosen.

2. Tehnik Pengajaran Mata kuliah Nahw


Sesuai dengan pengamatan penulis bahwa, tehnik yang digunakan dalam
pengajaran nahw ini hampir sama dengan tehnik pengajaran qiraah, yaitu dengan
pengarahan dosen, mahasiswa lebih aktif untuk menerangkan materi nahw dihadapan
para temanya didepan kelas. Hal tersebut atas penunjukan dosen kepada mahasiswa
yang mempunyai kemampuan lebih dari temanya, sedangkan dosen mengamati cara

50
Fachrudin, Tehnik Pengembangan Kurikulum Pengajaran Bahasa Arab, Yogyakarta,
Global Pustaka Utama, 2005), hal.145.
81

penyampaian materi dari mahasiswanya, apakah benar atau tidak apa yang
disampaikan itu. Kemudian dosen menghimbau mahasiswa lain untuk mengajukan
pertanyaan-pertanyaan.
Setelah satu atau dua siswa menerangkan, baru dosen menjelaskan pelajaran
sesuai yang tertera dalam dalam buku ajar, dan meminta kepada para mahasiswa
untuk mempraktekkan nahw yang sedang dipelajari itu dengan membuat contoh
dalam kalimat sempurna yang komunikatif.51
Dengan demikian tehnik yang digunakan dalam pengajaran nahw ini adalah
dengan menggunakan cara induktif(al-istiqrâ ’iyyah), yaitu dengan penyajian contoh-
contoh dan memahami artinya dan secara bersama-sama menyimpulkan kaidaah
tatabahasa yang ada dalam contoh tersebut, kemudian baru menerangkan kaidah
nahwnya (syawâhid).
Pengajaran ini di akhiri dengan latihan-latihan atau tamrînât sebagaimana
tertera dalam buku pelajaran.
Melihat pola pengajaran tersebut diatas menjelaskan bahwa, metode yang
digunakan dalam pengajaran nahw dengan menggunakan metode langsung, membaca
serta qawa’id dan tarjamah, serta eclectif dan mahasiswa lebih diaktifkan belajar
mandiri dikelas dengan pengawasan dosen.

3. Tehnik Pengajaran Mata kuliah Shorf


Ilmu shorf (morfologi) lebih menitik beratkan pada perubahan kata baik kata
kerja atau kata benda. Ilmu ini sangat penting bagi pembelajar bahasa Arab karena
dapat membantu pembelajar dalam penguasaan kosa-kata dalam bahasa Arab,
disamping kemampuan membaca. Kosa-kata bahasa Arab yang begitu banyak bisa
dipahami pembelajar, jika memahami dengan baik ilmu shorf( ‫) ﻋﻠﻢ اﻟﺼﺮﻓﻲ‬.
Materi pelajaran ini menggunakan al-Amtsilah al-Tashrîfiyyah, namun
pengajaranya tidak diajarkan dengan berurutan seperti yang tertulis dalam kitab.

51
Observasi , tanggal 28 Maret 2008 di STAIN Salatiga
82

Pihak pengelola menyusun silabi dengan mempertimbangkan materi-materi yang


perlu dkedepankan terlebih dahulu dan yang perlu diakhirkan. Dengan demikian
pengajaran tashrîf ishtilahy tidak diajarkan sampai selesai, baru pengajaran tashrîf
lughawy.
Berdasarkan pengamatan bahwa, tehnik yang dipakai dalam pengajaran shorf
adalah dosen menganjurkan mahasiswa membaca bersama-sama dan mengulang-
ulang dengan suara keras, seperti halnya yang berlaku di pondok-pondok pesantren.
Kemudian dosen menerangkan beberapa faedah dari setiap perubahan dari satu bab
ke bab lain, disamping menerangkan bangunan katanya.
Pada beberapa menit bagian akhir pelajaran, dosen memberikan beberapa kata
lain yang berbeda dengan yang ada di buku untuk mencoba men-tashrîf sesuai
dengan wazan yang dikehendakinya secara bersama-sama, atau dosen menunjuk
salah satu mahasiswa untuk men-tashrif kata yang disampaikan kepadanya.
Dengan demikian mata kuliah ini lebih menekankan pada hafalan dan latihan-
latihan men-tashrif, namun mahasiswa selau diberi motivasi untuk giat menekuni dan
mempelajari pelajaran shorf. Hal ini sesuai dengan pendapat al-Ghalayaini yang
mengatakan ‘ilm al-shorf sebagai ilmu terpenting dalam ‘ulum al-‘arabiyyah.52
Melihat pola pengajaran tersebut diatas menjelaskan bahwa, metode yang
digunakan dalam pengajaran shorf dengan menggunakan metode langsung, membaca
serta qawa’id dan tarjamah dan eklektif, dan mahasiswa lebih diaktifkan belajar
mandiri dikelas dengan pengawasan dosen.

4. Tehnik Pengajaran Mata kuliah Ashwât


Kefasihan dan kebenaran pengucapan huruf-huruf hijâ ’iyyah akan
berpengaruh terhadap makna kata dan kalimat Arab. Atau dengan perkataan lain
kefasihan dan kebenaran mengucapkan kata dan kalimat tergantung pada kefasihan
mengartikulasikan huruf-huruf hija ’iyyah dengan baik dan benar sesuai dengan

52
Mustafa al-Ghalayainî, Jamî’ al-Durûs al-‘Arabiyyah, (Bairût, Maktabah ‘Ashîriyyah,
1991), hal. 9.
83

makhrajnya. Menurut Kamâl Muhammad Basyar pengucapan lisan terhadap macam-


53
macan fonem secara benar bisa memperjelas makna pengungkapan kata dan
54
kalimat.
Dengan demikian kesalahan pengucapan huruf dalam kata atau kalimat bisa
berakibat fatal, akan merubah makna atau arti yang terkandung dalam kata dan
kalimat tersebut. Hal ini tentu terjadi terutama pada saat memahami teks-teks yang
didengar( fahm al-masmû’). Karena itu menjaga kefasihan dalam pengucapan huruf
sangat penting dan perlu diperhatikan dalam rangka menjaga kebenaran pemahaman
teks-teks yang didengar.
Adapun sesuai dengan pengamatan bahwa, tehnik yang dipakai dalam
pengajaran ashwât ini adalah seorang dosen pertama-tama memberikan penjelasan
tentang huruf-huruf yang dipelajari sesuai dengan makhrajnya secara benar disertai
contoh mengucapkanya, kemudian dosen menyuruh mahasiswanya secara bersama-
sama dan sendiri-sendiri untuk mengucapkan huruf-huruf hijai’iyyah yang dipelajari.
Kemudian dengan memberikan contoh pengucapan huruf yang dipelajari itu dalam
kata-kata atau dengan memutar kaset dengan suara native speaker. Dan kemudian
baru mengucapkan huruf-huruf itu yang diaplikasikan dalam membaca surat-surat
pendek maupun syâir- syâir. Apabila mahasiswa masih kurang fasih dan kurang benar
dalam pengucapan makhraj, maka dosen memberikan contoh pengucapan yang tepat,

53
Fonem adalah segmen terkecil dalam bahasa yang berupa suatu bunyi dan mempunyai
fungsi untuk membedakan makna kata leksikal satu dari kata yang lain. Jaman dulu orang Inggris
menyebut fonem dengan kata phonemics dan sekarang beralih menjadi kata phonology, dalam bahasa
Indonesia disebut fonologi. Fonologi berasal dari bahasa Inggris Phonology. Lihat Verhar J.W.M,
Pengantar Linguistik, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1992), hal.36.Kontraskan juga
Asrori, Imam, Sintaksis Bahasa Arab, Frasa-Klausa-Kalimat, (Malang: Misykat, 2004), hal20-21.
54
Kamâl Muhammd Basyar memberikan pembagian fonem menjadi dua macam yaitu
fonem primary dan secondary. Fonem primary (segmental) adalah merupakan unsur utama dari kata-
kata yang terpisah.Adapun Fonem secondary(supra segmental) adalah fonem berupa tanda-tanda yang
diletakkan diatas dan dipakai oleh para ahli fonologi dan tidak merupakan unsur dari susunan kata, tapi
hanya sebagai pertanda saja yang menunjukkan bergabungnya satu kata dengan yang lain atau kadang
digunakan dalam kata dengan bentuk tersendiri, contoh diantara fonem suprasegmental adalah intonasi
dan stressing dan ini dalam bahasa komunikasi mempunyai fungsi yang sangat istimewa. Lihat ‘Ilm Al-
Lughah Al-‘Ầm Al-Ashwât, (Dâr Al-Ma’ârif, 1980), hal.161-162.
84

dan kemudian menyuruh untuk mengucapkan kembali huruf yang kurang tepat
bacaanya yang di paraktekkan dalam ayat-ayat pendek maupun syâir- syâir.55
Dengan demikian tehnik pengajaran ashwat yang digunakan dosen adalah
tehnik kecermatan pengucapan huruf sesuai dengan makhrajnya. Tehnik ini
digunakan dengan tujuan melatih pembelajar dalam menggunakan sistem bunyi
bahasa Arab untuk memahami kode bahasa yang didengar atau memahami kode
bahasa yang digunakan dalam percakapan. Hal ini sesuai pendapat Tu’aimah tentang
tehnik pengajaran ashwat yang disampaikan oleh pengajar non Arab, hendaknya
menjaga kecermatan pengucapan huruf –huruf Arab dan menjauhkan dari
56
interferensi bahasa asli pembelajar.
Sedangkan Shalâh Abd al-Mjîd memberikan gambaran tentang tehnik
mengajar dalam pengucapan huruf yang benar yaitu pengajar ketika melatih
pengucapan huruf misalnya huruf "‫ " ث‬atau "‫" ذ‬, maka pengajar bisa dengan
mengeluarkan sedikit lidah, dan ketika mengucapkan huruf "‫"غ‬, maka pengajar
mempraktekkan senyuman dengan mengucapakan makhraj huruf tersebut.57
Melihat pola pengajaran tersebut diatas menjelaskan bahwa, metode yang
digunakan dalam pengajaran ashwat dengan menggunakan metode langsung,
membaca serta qawâid dan tarjamah, audio-lingual.

5. Tehnik Pengajaran Mata kuliah Istimâ’


Belajar-mengajar bahasa asing sekarang ini selaras dengan hakekat bahasa
sebagai media komunikasi, tidak terbatas pada keterampilan berbicara saja, tetapi
juga kemampuan atau keterampilan memahami pengucapan pengguna bahasa.
Komunikasi tidak hanya tergantung pada kemampuan pembicara saja, tetapi
kemampuan pembicara dan pendengar secara bersamaan, karena dalam waktu
bersamaan keduanya sama-sama berperan saling mendengar dan berbicara. Problem
55
Observasi, tangga 25 Maret 2008 di STAIN Salatiga.
56
Rusdi Aĥmad Tu’aimah, Ta ’lîm al-‘Arabiyyah… hal. 157.
57
Abd al-Majîd Shalâĥ Al-‘Araby, Ta ’alum Al_lughoh Al-hayyah Wa Ta ’lîmuha Baina
Nadhoriyah Wa Al-Tatbîq, (Bairut: Maktabah Lubnan, 1981),hal.159.
85

yang dihadapi pembelajar adalah adanya kesulitan memahami gambaran umum isi
pembicaraan sejak awal. Namun pemahaman dapat dicapai dengan melalui isyarat,
bantuan penterjemah maupun menggunakan kamus.58
Ketrampilan Mendengar merupakan pondasi pertama seseorang mempelajari
bahasa, karena mempunyai peranan penting sebagai sarana pemerolehan bahasa
(‫ )إﻛﺘﺴﺎب اﻟﻠﻐﺔ‬yang bisa mempengaruhi tercapainya keterampilan bahasa yang lain,
baik pemerolehan ketrampilan berbicara, membaca dan menulis serta dapat
digunakan dalam mengajarkan berbagai macam ilmu pengetahuan dan menanamkan
kebudayaan dalam diri seseorang.
Ahmad Tu’aimah 59 menegaskan tentang urgensi ketrampilan mendengar,
dimana ketrampilaan mendengar sebagai alat komunikasi manusia pada tahap
pertama berhubungan dengan orang lain melalui cara pemerolehan morfologi, gaya
bahasa, menerima ide dan pengetahuan, serta melalui ketrampilan mendengar itu juga
akan diperoleh ketrampilan lain seperti berbicara, membaca dan menulis.
Demikian juga Shalah Abd Al-Majîd 60 mengutip pendapat para linguistic
dalam psikologi anak bahwa, bahasa lisan merupakan sumber dari semua bahasa yang
ada. Para linguistis tersebut memberikan alasan logis berkenaan dengan hal itu
dengan adanya realita membuktikan semua bahasa didunia ini dimulai dengan lisan
/berbicara kemudian baru berkembang kepada bahasa tulisan , demikian juga bahasa
lisan jelas terbukti sebagai bahasa yang paling sempurna daripada bahasa tulis. Hal
tersebut disebabkan dalam bahasa lisan, menurut Kamâl Muhammad Basyar terdapat
macam-macam fonem61 secara lengkap yang bisa memperjelas makna pengungkapan
kata.62

58
Mahmûd Kâmil al-Nâqah, Asâsiyyât Ta’lîm al-‘Arabiyyah Li Ghair al- ‘Arab, (Khourtum,
Ma’hâd Khourtûm, 1978), hal. 71.
59
Ahmad Rusdi Tu’aimah, Tadrîs al-‘Arabiyyah fi al-Ta ’lîm….hal.147.
60
Shalâĥ Abd al-Majîd Al-‘Arabî, Ta ’allum Al-lughoh Al-hayyah…hal.140.
61
Fonem adalah segmen terkecil dalam bahasa yang berupa suatu bunyi dan mempunyai
fungsi untuk membedakan makna kata leksikal satu dari kata yang lain. Jaman dulu orang Inggris
menyebut fonem dengan kata phonemics dan sekarang beralih menjadi kata phonology, dalam bahasa
Indonesia disebut fonologi. Fonologi berasal dari bahasa Inggris Phonology. Lihat Verhar J.W.M,
86

Dalam proses mendengar terdapat tujuan yang tidak hanya mendengarkan


percakapan semata, namun lebih dari itu yaitu mampu memahami isi pesan
63
pembicaraan sesuai dengan maksud pembicara. Dengan demikian proses
komunikasi tidak terbatas pada pembicara, akan tetapi antara pembicara dan
pendengar keduanya terdapat take and give dan sama-sama saling mempunyai peran
yang saling mendengar dan memahami pembicaraan yang sedang dilakukan bersama.
Menurut Mahmûd Kamil Al-Nâqah bahwa, kesulitan besar yang sering dihadapi
orang asing disuatu negara adalah adanya ketidak mampuan orang untuk memahami
pembicaraan yang dilakuan dengan orang lain sehingga terjadi persoalan ksalah
pahaman penerimaan pesan yang diterima.64
Dengan demikian keterampilan mendengar yang dimaksudkan bukan hanya
mendengar (hearing) dengan kedua telinga saja, tetapi mendengar dengan kecermatan
dan ketelitian(auding), Jadi keterampilan mendengar dimaksudkan kecermatan untuk
memahami kode-kode ucapan kemudian menafsirkan ungkapan yang didengar secara
tepat, artinya mampu mengkombinasikan dari beberapa kemampuan yaitu
kemampuan mendengar secara cermat (al-inshât), pemahaman isi pesan(al-fahm),
menguasai isi pesan(al-istî’âb), menafsirkan isi pesan(al-tafsîr) dan mengkritik(al-
naqd).65

Pengantar Linguistik, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1992), hal.36.Kontraskan juga
Imam Asrori, Sintaksis Bahasa Arab, Frasa-Klausa-Kalimat, (Malang: Misykat, 2004), hal20-21.
62
Kamâl Muĥammad Basyar memberikan pembagian fonem menjadi dua macam yaitu
fonem primary dan secondary. Fonem primary (segmental) adalah merupakan unsur utama dari kata-
kata yang terpisah.Adapun Fonem secondary(supra segmental) adalah fonem berupa tanda-tanda yang
diletakkan diatas dan dipakai oleh para ahli fonologi dan tidak merupakan unsur dari susunan kata, tapi
hanya sebagai pertanda saja yang menunjukkan bergabungnya satu kata dengan yang lain atau kadang
digunakan dalam kata dengan bentuk tersendiri, contoh diantara fonem suprasegmental adalah intonasi
dan stressing dan ini dalam bahasa komunikasi mempunyai fungsi yang sangat istimewa. Lihat ‘Ilm Al-
Lughah Al-‘Ầm Al-Ashwât, (Dâr Al-Ma’ârif, 1980), hal.161-162.
63
Mus’ad Muĥammad Ziyâd, Mahârât al-Istimâ ’ wa Kaifiyyah al-Tadrîb ‘Alaihâ,
http://www. Darmosad.com
64
Maĥmûd Kamil Al-Nâqah, Ta ’lîm Al-lughah Al-‘arabiyah Li Al-nâtiqîn Bilughoh
Ukhro,(Al-mamlakah Al-‘Arabiyah As-Su’ûdiyah,Al-Jami’ah Ummu Al-Qurâ,1985),hal.121.Lihat
juga Muĥammad Sholah al-Syantî, al-Mahârât al-Lughawiyyah, Madkhal Ila khasâis al-Lughah al-
‘arabiyyah Wa Funûnuhâ, (Hâ’il: Dâr al-Andalus Li al-NasyrWa al-Tauzî’ 1996), cet. IV, hal. 146.
65
Mus’ad Muĥammad Ziyad, Mahârât al-Istimâ’ Wa Kaifiyyah al-Tadrîb ‘Alaihâ,
http://www.drmosad.com/index85.htm.
87

Adapun secara teoritis keterampilan mendengar terbagi menjadi dua jenis


yaitu, mendengar dengan maksud mengulang kembali apa yang didengar dan
mendengar untuk memahami tek yang dibaca. 66 Keterampilan model pertama
ditujukan untuk melatih pembelajar dalam berkomunikasi. Sedangkan keterampilan
mendengar model kedua bertujuan untuk memahami teks-teks yang didengar, atau
juga disebut fahm al-masmû’ (‫) ﻓﻬﻢ اﻟﻤﺴﻤﻮع‬.
Kedua macam keterampilan mendengar diatas sekurang-kurangnya
mempunyai beberapa peran penting dalam pembelajaran bahasa dan dalam
pengembangan wawasan pengetahuan. Pertama, sebagian besar waktu yang dipakai
manusia untuk mempelajari bahasa pada umumnya melalui mendengar. Hal ini bisa
diamati secara langsung dalam kehidupan sehari-hari bahwa belajar bahasa yang
paling sukses adalah melalui mendengar secara langsung, seperti mempelajari bahasa
Ibu. Dalam penelitian yang dikemukakan oleh Ahmad Ali Madkur.67 menyampaikan
bahwa para siswa SMA di Amerika Serikat memanfaatkan waktu belajar bahasa
dalam setiap hari 30% untuk berbicara, 16% untuk membaca, 9% untuk menulis dan
45% untuk mendengar. Dan sekarang ini telah ditemukan penelitian pada siswa SD
telah memanfaatkan waktu belajarnya 2,5 dari 5 jam belajar digunakan untuk
mendengar. Kedua, mendengar dengan baik mempunyai hubungan secara langsung
dengan kemampuan mengucapkan makhârij al-hurf. Seorang yang mampu
mendengar dengan baik , maka akan menolong untuk mengucapkan makhârij al-hurf
dengan benar, dan sebaliknya seorang yang tidak mampu mengucapkan makhârij al-
hurf dengan baik, kemungkinan disebabkan pendengaran yang salah. Ketiga,
Mempelajari bahasa dengan cara mendengar secara langsung akan melatih
pembelajar mempunyai zauq bahasa secara banar. Mempelajari bahasa dengan
membaca dari buku tidak bisa melatih rasa bahasa dengan baik. Keempat,
Keterampilan mendengar mempunyai peran penting dalam menambah ilmu
66
Radliah Zainuddin, et.al, Metodologi Dan Strategi Alternatif Dalam Pembelajaran
Bahasa Arab, (Cirebon: Pustaka Rihlah Group dan STAIN, 2005), hal.53.
67
Aĥmad Ali Madzkûr, Tadrîs Funûn al-lughah al-Arabiyyah, (Mesir: Dâr al-Fikr al-
Araby), hal.55.
88

pengetahuan. Kemampuan mendengar, baik secara langsung atau melalui media


memberikan manusia akan banyak ilmu pengetahuan, serta tidak membutuhkan
banyak waktu khusus, karena dapat dilakukan secara mudah.
Dengan alasan-alasan diatas, maka keterampilan mendengar bagi SIBA
STAIN Salatiga merupakan mata kuliah tersendiri yang masuk dalam kurikulum
SIBA.
Adapun sesuai dengan hasil pengamatan dan observasi penulis tentang tehnik
pengajaran yang dipakai di SIBA STAIN Salatiga dalam pengajaran keterampilan
68
mendengar adalah pertama-tama dosen melakukan persiapan dengan
mempersiapkan tempat dan media yang dipakai dalam mengajarkan materi pelajaran
keterampilan mendengar, kemudian memberikan pendahuluan mengajar tentang
materi yang akan dipelajari, dan menyampaikan kepada pembelajar tujuan yang akan
dicapai dalam keterampilan mendengar. Dalam tahap ini dosen memberikan
pengarahan-pengarahan kepada mahasiswa untuk bisa mendiskripsikan proses
pendengaran. Kemudian dosen baru memulai dengan tahap menyampaikan materi
mendengar dengan memutar kaset, atau mendengar bacaan teks yang dibacakan
dosen, kemudian meminta bacaan atau pemutaran CD/kaset didengarkan dengan baik,
tehnik yang dilakukan penyampaian materi dengan menghentikan sebentar pemutaran
kaset/CD atau bacaan tek pada akhir alinia dengan menjelaskan kata-kata baru yang
belum dikenal kemudian baru meneruskan kembali pemutaran kaset/CD atau bacaan
atau menerangkan kata-kata sulit yang ditanyakan mahasiswa. Kemudian melakukan
diskusi dengan mahasiswa dengan menyampaikan pertanyaan tentang materi yang di
pelajari sesuai tujuan keterampilan mendengar yang telah disampaikan diawal
pembelajaran. Pada langkah selanjutnya baru memberikan dan menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang ada dalam buku pelajaran yang mencakup seluruh tujuan
keterampilan mendengar. Pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan kepada
mahasiswa untuk mengetahui sejauh mana tujuan sudah tercapai atau belum.

68
Irfan Helmy, dosen bahasa Arab, Obsevasi pola mengajar di ruang A.1 tanggal 27 Maret
2008 di STAIN Salatiga.
89

Kemudian langkah terakhir dosen memberikan motivasi dan ditutup dengan membaca
salam.
Tehnik mengajar yang dipraktekkan dosen diruang belajar tersebut diatas
sesuai dengan wawancara dengan mahasiswa yang bernama Widawati yang
mengatakan bahwa, model mengajar mata kuliah keterampilan mendengar yang
dipakai dosen adalah dengan memperdengarkan bacaan tek Arab oleh dosen atau
perwakilan mahasiswa yang kemudian baru diberikan pertanyaan sesuai dengan
kandungan isi materi yang dipelajari kadang dosen juga menggunakan media laptop
dengan memutar CD yang berisi materi pelajaran.69
Tehnik mengajar keterampilan mendengar menurut Mary Finocchiaro sama
dengan model mengajar dosen SIBA STAIN Salatiga yang pada intinya terdiri dari
pendahuluan pelaksanaan dan pendiskusian materi dan penutup.70
Melihat model pembelajaran keterampilan mendengar yang dipraktekkan
SIBA STAIN Salatiga tergolong mendengar pemahaman teks. Sejauh pengamatan
penulis pola seperti ini dapat dikatakan berhasil karena setelah belajar, mahasiswa
mempunyai kemampuan sesuai dengan target yang diberikan. Hal ini bisa dibuktikan
bahwa mahasiswa mempunyai kemampuan menjawab materi yang didengar atau
pertanyaan lisan yang diberikan dosen tentang isi pesan materi ajar, dan juga
mahasiswa mampu mengucapkan makhârij al-hurf secara benar.
Melihat pola pengajaran tersebut diatas menjelaskan bahwa, metode yang
digunakan dalam pengajaran istima ’ dengan menggunakan metode langsung,
membaca serta qawa ’id dan tarjamah dan audi-lingual.

6. Tehnik Pengajaran Insya’


Insya’ dalam pengajaran bahasa Arab disebut dengan keterampilan menulis,
menurut Abdul Aziz Yanbu keterampilan menulis berkonotasi dengan al-kitabah,
69
Widawati adalah mahasiswi program SIBA STAIN Salatiga, wawancara tanggal 25 Maret
2008.
70
Mary Finocchiaro, Teaching Children Foreign Languages, (New York, Mc.Graw-Hill
Company), hal. 67-70.
90

yaitu fan al-kitâbah, al-khatt, al-hija ’ dan al-rasm. 71 Dan sebagian ahli bahasa
menyebut dengan al-insyâ ’.
Dalam prakteknya al-insyâ ’ dibagi dalam dua tingkatan yang disesuaikan
dengan tingkat kemampuan pembelajar. Tingkat pertama adalah keterampilan
menulis untuk membentuk huruf dan mengetahui ejaan. Adapun tingkat kedua adalah,
keterampilan menulis dalam bentuk melahirkan pemikiran dan perasaan dengan
tulisan ilmiah.72 Radliah Zainuddin juga membagi keterampilan menulis kedalam dua
istilah yaitu insya ’ al-muwajjah dan insya ’ al-hûr. 73 Kedua model insya ’ ini jika
diamati secara mendalam sebenarnya dapat dibagi lagi kedalam uraian yang lebih
terperinci. Jenis al-insya ’ al-muwajjah dapat dibagi kepada dua kategori yaitu pada
tingkat pertama adalah menulis dasar-dasar huruf Arab dalam bentuk huruf dan kata-
kata. Kemudian yang juga dimasukkan dalam kategori al-insya ’ al-muwajjah ini
adalah menulis kalimat secara benar dan komplek, yang dapat disebut sebagai
keterampilan tingkat kedua.
Jenis insya ’ al-hur juga dapat dibagi kepada dua kategori. Pertama adalah
tulisan-tulisan sederhana dalam bentuk surat atau melahirkan pemikiran dalam bentuk
tulisan sederhana. Kategori kedua adalah pengajaran metode penulisan dan penelitian
yang mempunyai pola yang disusun secara ilmiah.
Keterampilan menulis pada tingkat pertama adalah kategori menulis tingkat
terendah, yang kegiatanya dimulai dengan merangkai huruf menjadi kata, kemudian
menyusun kata menjadi kalimat yang lebih komplek, yang menurut zainuddin disebut
sebagai insya ’ muwajjah.
Adapun keterampilan menulis tingkat dua dikenal sebagai al-insya ’ al-hûr
merupakan metode penulisan ilmiah. Dalam pengajaran insya ’ al-hûr ini tidak lagi
tekanan pembelajaran difokuskan pada penulisan huruf dasar kata, tetapi
71
Abd al-‘Azîz Yanbû mengatakan bahwa, yang dimaksud dengan insya’ adalah peraturan-
peraturan (cara menulis) untuk menghindari dari kesalahan dalam penulisan ( Lihat: Abd al-‘Azîz
Yanbû, Asâsiâ al-Lughah al-‘Arabiyyah, al-Kitâbah al-Imlâiyyah Wa al-Wadlîfiyyah, al-Nahw al-
Wadlîfi, Wa Fawâid al-Lughawiyyah, Kairo, Muassasah al-Muĥtâr, 2001), hal. 8.
72
Ahmad Fuad Effendi, Metodologi Pengajaran Bahasa…hal. 37.
73
Radliah Zainuddin, , Metodologi dan Strategi… hal. 81.
91

mengajarkan suatu metode bagaimana menguraikan dan menjelaskan suatu ungkapan


pikiran atau perasaan untuk dibaca orang lain. Sebenarnya yang menjadi inti dari
keterampilan menulis adalah menulis pada tingkat kedua ini. Walaupun demikian
keterampilan alkitâbah pada tingkat pertama juga menjadi dasar dari kemampuan
tingkat kedua
Untuk mengetahui tehnik pengajaran insya ’, penulis mengadakan pengamatan
yang hasilnya sebagai berikut:Pada mata kuliah insya ’ ini, tehnik yang digunakan
adalah pertama-tama setiap mahasiswa dibekali dengan buku tulis.Tugas dosen
memberikan pengarahan-pengarahan mengerjakan tamrînât dan menerangkan kaidah-
kaidah dan cara penulisan. Materi ajaranya mengambil dari buku serial al-Arabiyyah
Li al-Nâsyi’în, dan para mahasiswa dihadapkan pada latihan dan tamrînât pada ta ’bîr
muwajjah. Pengambilan item ini sebagai materi dalam pelajaran insya ’ karena atas
dasar untuk memudahkan mahasiswa dalam latihan dan mengingat bahwa mengarang
dalam bahasa Arab merupakan hal yang sangat sulit bagi mahasiswa. Dengan
demikian, topik tulisan mahasiswa dalam pelajaran ini menjadi terkendali dan tidak
boleh memilih topik secara bebas.74
Dengan demikian insya ’ yang digunakan termasuk insya ’ muwajjah dengan
tujuan untuk memudahkan bagi mahasiswa dalam mengerjakan latihan dan tamrinât.
Melihat pola pengajaran tersebut diatas menjelaskan bahwa, metode yang
digunakan dalam pengajaran insya ’ dengan menggunakan metode langsung,
membaca serta qawa ’id dan tarjamah, dan mahasiswa lebih diaktifkan belajar mandiri
dikelas dengan pengawasan dosen.

6. Media Pengajaran Bahasa Arab


Menurut Husain Hamdi, Media merupakan alat bantu pengajaran yaitu segala
sesuatu yang digunakan pengajar dalam rangka memperlancar jalanya proses belajar

74
Observasi, tanggal 28 April 2008 di STAIN Salatiga.
92

mengajar.75Dengan demikian dalam proses pengajaran kedudukan media merupakan


aspek yang sangat penting karena sebagai alat Bantu dalam pengajaran yang dapat
mempertinggi proses belajar siswa yang pada giliranya diharapkan mampu
mempertinggi hasil belajar siswa. Media juga merupakan faktor internal dalam proses
belajar mengajar yang ikut andil dalam mempermudah tercapainya tujuan pengajaran .
Hal ini mendasarkan kepada pendapat ahli bahasa bahwa, pengajaran dengan
menggunakan media akan banyak memberikan manusia banyak ilmu pengetahuan,
serta tidak membutuhkan banyak waktu khusus, karena dapat dilakukan secara
mudah.76
Media pengajaran mempunyai fungsi memperjelas, memudahkan dan
membuat menarik pesan kurikulum yang akan disampaikan oleh guru kepada peserta
didik sehingga dapat memberikan motivasi kepada pembelajar. Hasil penelitian
membuktikan bahwa, kegiatan belajar mengajar akan lebih efektif dan mudah bila
dibantu dengan sarana visual, dimana 11% dari materi yang dipelajari diperoleh
lewat indra pendengaran, sedangkan 83% lewat indra penglihatan. Disamping itu
dikemukakan bahwa, kita hanya dapat mengingat 20% dari apa yang didengar, namun
kita dapat mengingat 50% dari apa yang dilihat dan didengar.77
Adapun sesuai dengan pengamatan penulis bahwa, media pengajaran yang
digunakan dalam pengajaran bahasa Arab di SIBA STAIN Salatiga menggunakan
sarana dan media yang beragam , media tersebut ada yang berupa Audio-Aids(media
pendengaran), Visual Aids(madia penglihatan) dan Audivisual Aids(media
penglihatan dan pendengaran). Media-media tersebut adalah sebagai berikut:

75
Ĥusain Ĥamdî al-Tubjî, Wasâil al-Ittishâl Wa al-Tiknolojiya Fi al-Ta ’lîm, (Kuwait: Dâr
al-Qolam, 1996), hal. 23.
76
Aĥmad Ali Madzkûr, Tadrîs Funûn al-lughah al-Arabiyyah, (Mesir: Dâr al-Fikr al-
Araby), hal.55.
77
Gordon Dryden dan Jeannette Vos, Revolusi Cara Belajar, Keajaiban Pikiran Sekolah
Masa Depan, Judul asli The Learning Revolution: to change the way the world learns. Terj. Ahmad
Baiquni. ( Bandung: Kaifa, 2001), hal. 100.
93

1. Papan tulis
Papan tulis merupakan sarana pengajaran penting didalam kelas, karena
mempunyai kelebihan-kelebihan tertentu jika dibandingkan dengan yang lain. Para
pengajar bahasa Arab menggunakan papan tulis untuk mempermudah pengajaran
uslub-uslub bahasa, yaitu pengajar ketika mengajarkan uslub bahasa bisa dengan cara
mengulang kembali apa yang di baca atau dengan menulis uslub bahasa itu di papan
tulis, sehingga para pembelajar bisa dengan mudah memahami dan mengingatnya.
Papan tulis juga bisa digunakan dalam mengajarkan mufradat, bebicara
terbimbing/bebas, menulis maupun dalam pengajaran mengarang tertulis, dimana
pengajar menuliskan kata-kata bantu di papan tulis.
2. Tape Recorder
Audio tape ini merupakan media pengajaran dimana pesan dan isi pengajaran
dapat direkam dan bisa diputar pada saat yang diinginkan. Media ini bisa digunakan
untuk mengajarkan materi yang didengar yaitu para siswa bisa mendengarkan materi
secara bersama-sama, dan kemudian siswa bisa menirukan kembali materi yang
dilatihkan, dan tentunya bisa membuat daya tarik pembelajar terhadap materi yang
diajarkan . Menurut Azhar Arsyad bahwa, materi rekaman audio tape adalah cara
ekonomis untuk menyiapakan materi pelajaran yang diperuntukkan untuk semua
siswa ataupun perorangan.78
Sedangkan menurut Nana Sujana dan Rivai berpendapat bahwa, media audio
berhubungan dengan pengajaran keterampilan mendengar yang meliputi hal-hal
sebagai berikut:a). Pemusatan perhatian. b). Mengikuti pengarahan. c). Melatih daya
analisis. d). Menjelaskan arti dari kontek. e). Membedakan gagasan yang relavan
maupun yang tidak.f). Mengungkap kembali informasi-informasi atau membuat
rangkuman.
Dengan demikian penggunaan media audio tape adalah untuk mencapai tujuan
pengajaran secara normal, tetap berfokus pada aspek kognitif, afektif dan psikomotor.

78
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran,(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), hal. 45.
94

3. VCD
VCD merupakan salah satu jenis hasil teknologi yang bisa dimanfaatkan
sebagai media pengajaran yang merupakan sistem penyimpanan dan rekaman video
dimana signal audio visual direkam pada disket plastic, bukan pada pita magnetic.79
Penggunaan VCD sebagai media dapat dengan cara interaktif video, yakni
suatu sistem penyampaian pengajaran dimana video rekaman disajikan dengan
pengendalian computer. VCD dan layar monitor kepada pembelajar yang tidak hanya
mendengar dan melihat video, tetapi juga memberikan respon yang aktif dan respon
itu yang menentukan kecepatan dan suksesnya pengajaran. Dalam hal ini computer
sebagai multi media atau secara parsial VCD dengan layar monitor saja.
4. Laboratorium Bahasa
Laboratorium Bahasa memegang peranan penting dalam memberikan bantuan
para pembelajar untuk memperoleh keilmuan tentang bahasa Arab, karena merupakan
praktek dalam keterampilan mendengar bahasa Arab. Dan program SIBA STAIN
Salatiga mempunyai satu ruangan laboratorium bahasa yang berkapasitas 40
mahasiswa.
5. Majalah Dinding
Majalah Dinding juga mempunyai peranan penting dalam meningkatkan
kemajuan pembelajaran bahasa Arab, karena pembelajar bahasa akan bisa terbantu
pemerolehan bahasa yang dipelajari secara alamiah, karena setiap melewatinya
terdapat keinginan untuk mengetahuinya.
6. Internet
Salah satu media mutahir dalam pengajaran bahasa Arab adalah keberadaan
internet, internet merupakan salah satu perlengkapan elektronik yang berkaitan
langsung dengan indra pendengaran yang dapat digunakan untuk mendengar berita-

79
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran …hal. 36.
95

berita actual, mengetahui kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa penting yang bisa


memperkaya kebahasaan yang dipelajari.80
Terdapat beberapa media dalam pembelajaran ketrampilan mendengar,
menurut Shalâh Abd Al-Majîd 81 bahwa media yang dipakai dalam pembelajaran
ketrampilan mendengar adalah berupa rekaman-rekaman suara baik pada kaset, CD ,
siaran radio, permainan bahasa dan drama. Media-media ini tidak hanya
dimanfaatkan dalam pembelajaran ketrampilan mendengar saja, namun juga bisa
dimanfaatkan dalam ketrampilan lain akan tetapi pembelajaran ketrampilan
mendengar lebih tepat memanfaatkan media seperti ini.82
Dengan demikian internet merupakan alat dan media pendidikan yang bisa
digunakan secara efektif pada semua level pendidikan.

7. Sistem Evaluasi
Evaluasi merupakan metode yang dipakai untuk mengetahui keberhasilan
belajar mengajar dengan cara menilai unjuk kerja individu peserta didik atau
kelompok.83
Evaluasi merupakan bagian yang tak terpisahkan dari praktek pengajaran,
karena tanpa adanya evaluasi, maka sebuah kegiatan pengajaran tidak dapat diketahui
sampai sejauhmana hasil yang dicapai karena evaluasi merupakan metode untuk
menilai unjuk kerja individu peserta didik atau kelompok .84
Pada dasarnya evaluasi ialah proses memberikan pertimbangan berdasarkan
kriteria tertentu, dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan pembelajar dalam

80
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran…hal. 45-46
81
Shalâĥ Abd al-Majîd Al-‘Araby, Ta ’alum Al_lughoh Al-hayyah Wa Ta ’lîmuha Baina
Nadhoriyah Wa Al-Tatbîq,( Bairut: Maktabah Lubnan, 1981), hal.76.
82
Yusuf Muhammad Asyraf , arikel, http://www.iraqaf tomorrow org. tanggal,7-25-2007.
83
Mimin Haryati, Model & Teknik Penilaian pada Tingkat Satuan Pendidikan, (Jakarta:
Gaung Persada Press, 2007), hal. 15
84
Evaluasi secara umum dapat diartikan sebagai proses sistematis untuk menentukan nilai
sesuatu(tujuan, kegiatan, keputusan, unjuk kerja, proses, orang, objek, dan lain-lain) berdasarkan
kriteria tertentu melalui penilaian. Lihat: Dimyati dan Mujiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta,
Rineka cipta, 2002), hal. 191. Lihat juga Mimin Haryati, Model & Teknik Penilaian pada Tingkat
Satuan Pendidikan, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2007), hal. 15
96

menguasai materi pengajaran 85 . Tujuan lainya adalah untuk mengetahui tingkat


keberhasilan pelaksanaan pengajaran agar dapat disempurnakan dan dipelihara nilai-
nilai positifnya. Biasanya hasil evaluasi pada suatu institusi pendidikan dibuat dalam
dalam bentuk laporan resmi, atau disebut dengan daftar nilai dan setelah pembelajar
menyelesaikan pendidikanya, akan memperoleh ijazah.
Menurut Thorndike dan Hagen mengungkapkan bahwa, tujuan evaluasi itu
bisa dgunakan guru untuk mengambil keputusan-keputusan baik pengajaran dan hasil
belajar yang dicapai, diagnosis dan perbaikan, serta penempatan pembelajar. 86
Sementara menurut Muhibin Syah tujuan evaluasi adalah untuk mengetahui kemajuan
siswa dalam proses pengajaran, mengetahui kemampuan kognisi pembelajar dan
untuk mengetahui tingkat daya guna dan hasil guna metode guru dalam pengajaran.87
Dengan demikian tujuan evaluasi dapat berguna bagi guru dan siswa. Dengan
evaluasi siswa akan termotifasi belajar setelah mengetahui kemampuan melalui hasil
evaluasi, serta bagi pengajar dengan evaluasi memberikan gambaran secara lengkap
dan objektif tentang kemajuan para pembelajar, dan memberikan keputusan pengajar
sehubungan dengan pengambilan proses pengajaran selanjutnya.
Salah satu alat evaluasi dalam program pengajaran adalah tes. Tes merupakan
prosedur yang sistematis dan objektif untuk memperoleh data-data atau keterangan-
keterangan yang diinginkan tentang seseorang dengan cara tepat dan cepat.88
Adapun sesuai pengamatan bahwa, sistem evaluasi yang diterapkan di SIBA
STAIN Salatiga telah tersusun secara baik. Dalam hal ini penulis juga mengadakan
wawancara dengan ketua UPB ustad Sidqon Maisur, Lc, MA mengatakan, “Setiap
mahasiswa peserta program SIBA selama dua semester atau satu tahun pertama,

85
R. Ibrahim Dan Nana Syaodih S, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta, Rineka Cipta, 2003),
hal. 86.
86
R.L. Thorndike dan E.P. Hagen, Managemen and Evaluation in Psychology and
Education, ( New York: Wiley & Sons, 1977), hal 172.
87
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Rosda Karya,
1995), hal. 142.
88
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitia ; Suatu Pendekatan Praktek.( Jakarta: Rineka
Cipta,, 1997), cet.V, hal. 29.
97

wajib mengikuti lima kali ujian. Pertama, placement test, kedua ujian mid semester,
ketiga ujian semester satu, keempat ujian mid semester dua dan kelima ujian semester
dua”89.
Disamping ujian tersebut para mahasiswa juga dibebani dengan berbagai
tugas rumah secara terstruktur yang berupa lembaran-lembaran kerja, yaitu menjawab
beberapa pertanyaan atas bacaan untuk qiraah dan pertanyaan atas mendengar untuk
istimâ ’. Analisis gramatikal atas suatu bacaan, penulisan insyâ’dan khitobah.
Bahan ujian disusun oleh Tim ahli bahasa Arab STAIN Salatiga dengan
berbagai bentuk dan model. Mata kuliah SIBA yang diujikan sebagai berikut:
1. Qiraah dengan bentuk ujian tertulis objektif, dan essay
2. Nahw dengan bentuk ujian tertulis objektif
3. Shorf dengan bentuk ujian tertulis objektif
4. Ashwât dengan bentuk ujian tertulis objektif
5. Insyâ ’ dengan bentuk ujian tertulis objektif, dan essay
6. Istimâ ’ dengan bentuk ujian tertulis objektif
Keseluruhan mata kuliah diatas, masing-masing diujikan sendiri-sendiri. Ujian
dilaksanakan sebanyak empat kali tahapan, yaitu pertama test mid semester ganjil,
kedua test semester ganjil, ketiga test mid semester genap dan keempat test semester
genap.
Dengan demikian sistem evaluasi pengajaran bahasa Arab yang diterapkan di
SIBA sudah terprogram dan dimenej dengan baik, sehingga kemampuan masing-
masing mahasiswa dapat terlihat dari nilai mata kuliah bahasa Arab dalam bentuk
nominal.

8. Waktu Pengajaran
Waktu mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran diberbagai
institusi pendidikan, apalagi waktu pengajaran keterampilan mendengar tentu

89
Wawancara, tanggal 21 Maret 2008 di kantor SIBA STAIN Salatiga.
98

memerlukan waktu yang sangat panjang, mengingat keterampilan mendengar


merupakan suatu keterampilan yang memerlukan latihan/drill yang terus menerus.
Demikian juga waktu dalam proses pengajaran, merupakan tolok ukur, suatu proses
pembelajaran bisa dikatakan intensif 90 atau tidak. Sehingga durasi waktu proses
pembelajaran sangat perlu diperhatikan dan dipertimbangkan dengan baik, agar suatu
proses dapat berjalan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Adapun durasi waktu yang digunakan dalam proses pengajaran bahasa Arab
program SIBA STAIN Salatiga, berlangsung dalam durasi satu tahun, semester satu
dan dua. Setiap semester berlangsung selama enam bulan, sehingga proses pengajaran
selama dua belas bulan.
Sedangkan program SIBA STAIN Salatiga melaksanakan waktu pengajaran
bahasa Arab sebanyak tiga hari dalam seminggu sebanyak 6 mata kuliah. Mata kuliah
istima’ menggunakan buku pedoman Silsilah Fî Ta ’lîm al-Lughah al-‘Arabiyyah Li
ghair al-Nâtiqîn Bihâ ik al-‘Arabiyyah Bain Yadaik.
Mengenai jumlah waktu yang digunakan SIBA, sebenarnya sudah dikatan
intensif. Dimana mahasiswa program SIBA harus masuk selama tiga hari dalam satu
minggu. Hari pertama dan kedua, disediakan jam belajar setiap harinya 400 menit,
sedang hari ketiga 200 menit. Dalam seminggu waktu belajar selama 1000 menit,
atau 16 jam.. Dimana waktu yang digunakan SIBA menempati posisi diatas waktu
belajar di PTAI secara umum. Di PTAI seperti IAIN dan STAIN waktu belajar yang
dialokasikan untuk bahasa Arab pada umumnya hanya sekitar 6 sks (6x16x50 menit
= 80 jam).91

90
Kata intensif dalam bahasa Arab disebut al-barnâmaj al-mukatsaf yaitu suatu program
pengajaran yang menggunakan alokasi waktu yang lebih banyak di setiap harinya dengan tujuan
menghemat waktu. Dengan demikian pembelajaran intensif lebih dikonotasikan dengan frekuensi
waktu dan intensitas pembelajaran, contohnya siswa dikatakan belajar intensif jika dalam satu hari
belajar sebanyak 5 jam dibandingkan dengan yang belajar 3 jam perhari. Lihat Muhammad ‘ali al-
Khûly, Qomus al-Tarbiyyah,( Beirût, al-‘Ilm Li al-Malâyîn), hal. 240.
91
Makalah HD. Hidayat, Pengajaran Bahasa Arab untuk Tujuan Pemahaman, disampaikan
dalam workshop pengajaran bahasa Arab untuk Pergururan Tinggi, pada 16 Nopember 2000 di Solo,
hal. 2.
99

Dengan demikian waktu yang dipakai dalam pengajaran bahasa Arab program
SIBA STAIN Salatiga termasuk pada kategori intensif. Adapun jadwal pengajaran
bahasa Arab di SIBA STAIN Salatiga terlampir.
Dengan demikian pengajaran bahasa Arab di SIBA berlangsung selama 3 hari
dalam seminggu dengan perincian Qiraah berlangsung hari Senin jam 08.40-12.00.
Sintaksis (Nahw) dan Morfologi (Shorf) berlangsung hari selasa jam 08.40 – 10.20.
Sedangkan fonologi (Aswat) dan Menulis diajarkan pada hari Selasa jam 10.20-12.00
Sedangkan istima ’/ keterampilan mendengar berlangsung hari jum’at jam 08.40-
10.20.

B. KETERAMPILAN MENDENGAR PADA PROGRAM SIBA STAIN


SALATIGA
Pengajaran mendengar merupakan bentuk pengajaran bahasa dengan pusat
perhatian pembelajaranya dengan tanpa menghadirkan teks tertulis, sehingga latihan
mendengar perlu mengintegral dalam keterampilan kebahasaan yang lain. Latihan
kebahasaan ini sangat penting dalam program pengajaran kebahasaan khususnya di
Negara yang bukan pemakai bahasa Arab. Karena para pelajar tidak terbiasa
berkomunikasi bahasa Arab pada kondisi dan tempat pengguna bahasa/penutur asli.
Secara teoritis keterampilan mendengar terbagi menjadi dua jenis yaitu,
mendengar dengan maksud mengulang kembali apa yang didengar dan mendengar
untuk memahami tek yang dibaca. 92 Keterampilan model pertama ditujukan untuk
melatih pembelajar dalam berkomunikasi. Sedangkan keterampilan mendengar model
kedua bertujuan untuk memahami teks-teks yang didengar, atau juga disebut fahm al-
masmû’ (‫) ﻓﻬﻢ اﻟﻤﺴﻤﻮع‬.
Urgensi mendengar dalam kaitanya dengan proses belajar mengajar sesuai
dengan ayat yang berbubyi:
(٣٦:‫)اﻹﺳﺮاء‬.‫إن اﻟﺴﻤﻊ واﻟﺒﺼﺮ واﻟﻔﺆاد ﻛﻞ أوﻟﺌﻚ ﻛﺎن ﻣﺴﺌﻮﻻ‬

92
Radliah Zainuddin, Metodologi Dan Strategi Alternatif Dalam Pembelajaran Bahasa
Arab, (Cirebon: Pustaka Rihlah Group dan STAIN, 2005), hal.53.
100

Dalam al-Qur'an surat al-Isrâ' (17): 36, Ayat tersebut menyebutkan posisi
keterampilan mendengar menduduki porsi yang utama dibandingkan dengan
keterampilan yang lain. Hal tersebut tergambar dengan posisi ‫( اﻟﺴﻤﻊ‬mendengar) yang
pertama disbanding dengan aspek lain, yakni ‫( اﻟﺒﺼﺮ و اﻟﻔﺆاد‬penglihatan dan hati). Hal
ini menunjukkan akan adanya urgensi keterampilan mendengar dalam proses
pendidikan dan pengajaran yang tetrjadi sepanjang massa, karena indra dengar
mempunyai daya kekuatan dan kecermatan diatas indra yang lain, disamping posisi
mendengar memegang peranan penting dalam proses komunikasi yang terjadi dalam
pelaksanaan pendidikan dan pengajaran.
Demikian juga pada ayat lain berbunyi :
(٢٦ : ‫ )اﻟﻔﺼﻠﺖ‬.‫وﻗﺎل اﻟﺬﺑﻦ ﻛﻔﺮوا ﻻ ﺗﺴﻤﻌﻮا ﻟﻬﺬا اﻟﻘﺮأن واﻟﻐﻮا ﻓﺒﻪ ﻟﻌﻠﻜﻢ ﺗﻐﻠﺒﻮن‬
Ayat tersebut menunjukkan bahwa mendengar merupakan awal berfikir
manusia, sebab mendengar sebagai kunci pemahaman dan penanaman ide-ide, tanpa
adanya pendengaran yang baik tentu tidak akan ada pengaruh yang dapat ditangkap
dari apa yang didengar.
Kadang proses mendengar dilakukan tanpa sadar, sehingga tidak terjadi
pemahaman, namun jika kesadaran menyatu dengan pendengaran, maka akan
membentuk pendengaran yang sungguh-sungguh yang dapat menyebabkan adanya
usaha memahami materi dengar. Karena itu mendengar merupakan keterampilan
terpenting yang dapat menumbuhkan percaya diri dan sikap toleransi. Keterampilan
mendengar tersebut sangat dibutuhkan dalam kehidupan bermasyarakat dan
berbangsa.
Dengan melihat pentingnya peranan mendengar, maka keterampilan
mendengar bagi SIBA STAIN Salatiga merupakan mata kuliah tersendiri yang masuk
dalam kurikulum SIBA, bahkan pada praktek pengajaran bahasa Arab, keterampilan
mendengar diwujudkan juga dalam beberapa materi mata kuliah yang lain. Dalam
pembahasan ini dibatasi pengaplikasian keterampilan mendengar dalam pengajaran
mata kuliah qiraah, aswat, nahw dan shorf. Adapun praktek keterampilan mendengar
pada mata kuliah-mata kuliah tersebut sebagai berikut:
101

1. Keterampilan Mendengar dalam Pengajaran Qiraah


Secara teoritis keterampilan mendengar terbagi menjadi dua jenis yaitu,
mendengar dengan maksud mengulang kembali apa yang didengar dan mendengar
untuk memahami tek yang dibaca. 93 Keterampilan model pertama ditujukan untuk
melatih pembelajar dalam berkomunikasi. Sedangkan keterampilan mendengar model
kedua bertujuan untuk memahami teks-teks yang didengar, atau juga disebut fahm al-
masmû’ (‫) ﻓﻬﻢ اﻟﻤﺴﻤﻮع‬.
Dalam pengajaran qiraah mempunyai peran penting dalam menumbuhkan
keterampilan mendengar para pembelajar. Sesuai dengan pengamatan penulis bahwa,
tehnik yang diterapkan dalam pengajaran qiraah di SIBA STAIN Salatiga terdapat
penerapan keterampilan mendengar. Banyak latihan keterampilan mendengar yang
dilakukan pada saat pengajaran qiraah berlangsung diantaranya mahasiswa
menjawab pertanyaan yang disampaikan dosen dengan cara lisan dan mahasiswa
menjawab pertanyaan yang didengar dengan memilih jawaban yang tersedia.
Latihan keterampialan mendengar yang dipraktekkan diatas tentu sesuai
dengan dua model pertanyaan keterampilan mendengar yang dikemukakan
Thu’aimah94 yaitu, pertama adalah pertanyaan discrete- point (‫ )اﻟﻮﺣﺪة اﻟﻤﻨﻔﺼﻠﺔ‬yang
merupakan bentuk memilih point jawaban tertulis yang paling tepat dan terpisah dari
pertanyaan yang disampaikan. Kedua adalah pertanyaan integrative (‫ )اﻟﺘﻜﺎﻣﻠﯿﺔ‬yang
merupakan bentuk pertanyaan yang ingin mengukur sejumlah beberapa keterampilan
kebahasaan dalam waktu yang bersamaan seperti pertanyaan melengkapi kalimat
sempurna dengan pilihan jawaban yang tertulis.
Dengan demikian SIBA STAIN Salatiga dalam menumbuhkan keterampilan
mendengar diwujudkan dalam segi-segi aktivitas pengajaran keterampilan
kebahasaan yang lain, sebab keterampilan mendengar mempunyai beberapa peran
93
Radliah Zainuddin, et.al, Metodologi Dan Strategi Alternatif Dalam Pembelajaran
Bahasa Arab, (Cirebon: Pustaka Rihlah Group dan STAIN, 2005), hal.53.
94
Rusydî Aĥmad Tu’aimah, Ta ’lîm al-Lughah al-‘Arabiyyah Li Ghair al-Nâthiqîn Bihâ
Manâhijuh Wa Asâlîbuh, (Kairo: Esisko, 1989), hal 233.
102

penting dalam pembelajaran bahasa dan dalam pengembangan wawasan pengetahuan.


Pertama, sebagian besar waktu yang dipakai manusia untuk mempelajari bahasa pada
umumnya melalui mendengar. Hal ini bisa diamati secara langsung dalam kehidupan
sehari-hari bahwa belajar bahasa yang paling sukses adalah melalui mendengar secara
langsung, seperti mempelajari bahasa Ibu. Dalam penelitian yang dikemukakan oleh
Ahmad Ali Madkur.95 menyampaikan bahwa para siswa SMA di Amerika Serikat
memanfaatkan waktu belajar bahasa dalam setiap hari 30% untuk berbicara, 16%
untuk membaca, 9% untuk menulis dan 45% untuk mendengar. Dan sekarang ini
telah ditemukan penelitian pada siswa SD telah memanfaatkan waktu belajarnya 2,5
dari 5 jam belajar digunakan untuk mendengar. Kedua, mendengar dengan baik
mempunyai hubungan secara langsung dengan kemampuan mengucapkan makhârij
al-hurf. Seorang yang mampu mendengar dengan baik , maka akan menolong untuk
mengucapkan makhârij al-hurf dengan benar, dan sebaliknya seorang yang tidak
mampu mengucapkan makhârij al-hurf dengan baik, kemungkinan disebabkan
pendengaran yang salah. Ketiga, Mempelajari bahasa dengan cara mendengar secara
langsung akan melatih pembelajar mempunyai zauq bahasa secara banar.
Mempelajari bahasa dengan membaca dari buku tidak bisa melatih rasa bahasa
dengan baik. Keempat, Keterampilan mendengar mempunyai peran penting dalam
menambah ilmu pengetahuan. Kemampuan mendengar, baik secara langsung atau
melalui media memberikan manusia akan banyak ilmu pengetahuan, serta tidak
membutuhkan banyak waktu khusus, karena dapat dilakukan secara mudah.
Dalam tujuan pengajaran bahasa Arab di PTAIN secara umum disebutkan
bahwa, belajar bahasa Arab digunakan sebagai alat dan tujuan. Sebagai alat,
dimaksudkan bahwa belajar bahasa Arab tidak hanya sebagai alat untuk mempelajari
dan memahami buku-buku berbahasa Arab, namun juga bisa dipakai dalam fungsi
praktis atau fungsi komunikasi antar sesama manusia dan berkomunikasi dengan
penutur asli. Sementara tujuan pengajaran keterampilan mendengar agar pendengar

95
Aĥmad Ali Madkûr, Tadrîs Funûn al-lughah al-Arabiyyah, (Mesir: Dâr al-Fikr al-Araby),
hal.55.
103

mempunyai kemampuan pemahaman terhadap apa yang didengar. Tujuan tersebut


jelas terdapat hubungan yang erat antara tujuan pembelajaran bahasa Arab dengan
tujuan pengajaran keterampilan mendengar, karena unsur yang ada dalam
keterampilan mendengar adalah terdapat adanya pengulangan/peniruan kembali
terhadap bunyi-bunyi bahasa yang didengar yang menekankan fungsi komunikasi.
Dalam komunikasi terdapat peran pembicara dan pendengar dan keduanya saling
berganti peran, sehingga dalam komunikasi yang berlangsung terdapat unsur
pemahaman terhdap apa yang didengar.
Tehnik yang dipakai dalam mengajarkan mata kuliah qiraah ini diawali
dengan mengaktifkan mahasiswa pada tiga puluh menit pertama. Mula-mula dosen
menyuruh mahasiswa agar membaca dan memahami materi bacaan . Sesekali dosen
menjawab pertanyaan dari mahasiswa tentang arti-arti kosakata yang dianggap sulit,
atau menganjurkan mahasiswa membuka kamus yang dibawa atau bertanya kepada
temanya yang mengerti. Pada materi qiraah ini, dosen juga menerangkan cara-cara
penggunaan kamus.”Dengan menggunakan kamus, pembelajar akan menemukan
sendiri makna beberapa kata yang belum diketahui”96
Metode yang digunakan dalam pengajaran qiraah dengan menggunakan
metode langsung dan qawa’id dan tarjamah, dengan media papan tulis dan kamus,
serta mahasiswa lebih diaktifkan belajar mandiri dikelas dengan pengawasan dosen.
Dalam pengajaran qiraah, ketika dosen memparktekkan metode reading
method dengan cara menyuruh mahasiswa maju kedepan atau dengan duduk untuk
membaca teks dengan suara keras dengan cara bergantian, dimana yang lainya
konsentrasi mendengarkan bacaan temanya. Dengan kemampuan mendengar kritis
akan terlihat ketepatan maupun ketidak tepatan bacaan yang ada. ketika terjadi
kesalahan membaca dosen menyuruh mengulangi bacaan untuk dikoreksi dengan cara
menawarkan kepada para mahasiswa untuk membenarkanya. Jika tidak ada yang bisa

96
Fachrudin, Tehnik Pengembangan Kurikulum Pengajaran Bahasa Arab, (Yogyakarta:
Global Pustaka Utama, 2005), hal.145.
104

membenarkan, maka akan dijelaskan dosen secara langsung. Tehnik yang dipakai
dalam menjelaskan adalah hanya segi-segi yang menonjol saja yang dianggap sulit.
Ketika dosen menggunakan metode mubâsyarah dalam menjelaskan makna
dari kata-kata baru yang belum diketahui artinya juga menuntut mahasiswa harus
mempunyai kecermatan mendengar untuk memahami maksud ungkapan yang
disampaikan dari dosen.
Untuk mengetahui sejauhmana para mahasiswa memahami isi bacaan, maka
dosen mengajukan beberapa pertanyaan lisan yang berhubungan dengan materi
bacaan yang sedang dipelajari dengan menuntut jawaban-jawaban singkat.
Model keterampilan mendengar yang dipraktekkan dalam pengajaran mata
kuliah qiraah di program SIBA STAIN Salatiga, jika diamati sesuai dengan teori
keterampilan mendengar, maka pola keterampilan mendengar tersebut termasuk
keterampilan mendengar pemahaman teks. Model mendengar dalam pengajaran
qiraah ini terdapat kelemahan yaitu hanya terdapat kemampuan dalam mendengar
memahami tek yang disampaikan oleh dosen dan temanya, namun keterampilan
mendengar dengan mendengar percakapan penutur asli jarang dipraktekkan dalam
mata kuliah qiraah. Ketermpilan mendengar seperti ini terdapat kelemahan, yaitu
tidak melatih keterampilan mendengar untuk mengulang kembali apa yang didengar
sebagai latihan dalam komunikasi.
Tehnik mendengar dalam pengajaran qiraah dengan cara pembelajar diminta
mendengarkan bacaan yang disampaikan pengajar atau perwakilan dari temanya
seperti ini sangat efektif dikembangkan dalam pengajaran qiraah, karena pembelajar
dapat mempunyai kemampuan yang bagus dalam mendengar pesan teks dengan
harapan mampu menjelaskan, mengungkap serta menjawab pertanyaan tentang yang
didengar dengan baik.

2. Keterampilan mendengar dalam pengajaran nahw


Dalam pengajaran nahw keterampilan mendengar bisa ditumbuhkan dengan
cara ketika menyampaikan evaluasi nahw dengan tehnik memperdengarkan susunan
105

kalimat yang tidak mengikuti sistem aturan yang benar. Kemudian ungkapan itu
didiskusikan bersama-sama dimana letak kesalahan bentuk susunan yang terjadi
dalam ungkapan tersebut. Dan untuk memperkuat lagi tentang keterampilan
mendengar dalam pengajaran nahw, dapat menggunakan model dan tehnik latihan
mengganti kata dalam kalimat sempurna yang diperdengarkan, dimana kata pengganti
supaya dapat menempati posisi kata sesuai dengan perintah.
Kemampuan yang dicapai dalam pengajaran nahw adalah kemampuan
memahami penggunaan tata bahasa Arab. Kemampuan ini sesuai dengan indikator
yang ingin dicapai dalam keterampilan mendengar yaitu memahami tata bahasa
dalam ungkapan yang didengar. Pengajaran tata bahasa bisa saja dengan cara
membacakan ungkapan kalimat yang mengandung tata bahasa yang dipelajari,
kemudian mendiskusikan tata bahasa yang ada dalam ungkapan tersebut dengan
menggunakan media tape recorder maupun papan tulis. Dan jenis keterampilan
mendengar yang dipakai dalam hal ini adalah keterampilan mendengar memahami
kandungan teks dengan bentuk menilai terhadap kandungan teks yang didengar.
Dalam hal ini pembelajar dilatih dengan memahami tata bahasa yang ada dalam
ungkapan yang didengar.

3. Keterampilan mendengar dalam pengajaran shorf


Dalam pengajaran shorf, terdapat keterampilan mendengar yang perlu
dilatihkan kepada pembelajar, diantara kemampuan yang harus dicapai dalam
pengajaran shorf adalah mampu memahami dan menguasai perubahan-perubahan
bentuk fi’l dan memahami urgensinya dalam pembentukan makna dalam bahasa Arab.
Hal ini terdapat kesamaan dengan tujuan pengajaran keterampilan mendengar,
dimana diantara tujuan mendengar adalah memperoleh pemahaman tentang
perubahan kata. Dalam pengaajaran shorf, pembelajar akan mendengarkan secara
seksama apa yang disampaikan pengajar tentang kombinasi-kombinasi bunyi yangt
terjadi secara berulang-ulang.
106

Ketika pengajaran shorf dapat berlangsung dengan memperdengarkan


penderevasian bentuk fi’l atau menginfleksian bentuk kata, sementara pembelajar
mendengarkan secara seksama kemudian diikuti latihan bersama-sama dengan
menirukan apa yang diucapkan pengajar.
Penjelasan makna kata bisa dilakukan banyak cara dan setiap pengajar
mempunyai cara dan tehnik yang tidak sama, ada yang dengan mimiik, isyarat
anggota badan dan juga ada yang menggunakan penguraian makna kata dengan
menggunakan metoda langsung (‫)ﻃﺮﯾﻘﺔ ﻣﺒﺎﺷﺮة‬. Tehnik penjelasan yang dipakai di
SIBA STAIN Salatiga terdapat kesesuaian dengan tehnik penjelasan yang
dikemukakan Thu’aimah yaitu97 : menunjukkan langsung benda yang ingin diajarkan,
dramatisasi, role playing (bermain peran), menyebutkan lawan katanya (antonim),
menyebutkan persamaan kata ( sinonim), pengasosiasian, menyebutkan akar kata,
penuraian arti kata, berulang-ulang membacanya, membuka kamus dan menterjemah
kepada bahasa pertama, namun model terakhir hendaknya tidak secara terburu-buru
menggunakanya tanpa melalui langkah-langkah yang mendahuluinya.
Dengan mendengarkan berulangkali suatu gabungan identik dua atau tiga
suku kata, maka pembelajar akan mengetahui suatu kata atau akar kata yang
merupakan pangkal kata dari suatu kata tersebut terbentuk.

4. Keterampilan mendengar dalam pengajaran aswat


Pada prinsipnya Bahasa merupakan kesepakatan bersama tentang system
bunyi dalam rangka merealisasikan komunikasi atau menyampaikan pesan/ide antar
manusia. Oleh karena beberapa institusi modern banyak menaruh perhatian terhadap
pengajaran aswat sebelum memulai pengajaran keterampilan bahasa yang lain.
Dengan cara mengajarkan cara pengucapan bunyi-bunyi bahasa dengan tepat dengan
tujuan melatih pembelajar menggunakan system bunyi bahasa Arab untuk

97
Rusydi Ahmad Thu’aimah, Ta ’lîm al-Lughah al-‘Arabiyyah....hal 198-199.
107

mengetahui tanda-tanda bahasa yang didengar atau menggunakan tanda-tanda


tersebut dalam komunikasi.
Menurut Thu’aimah 98 menyampaikan persyaratan tentang pembicara yang
baik adalah :
1. Mempunyai penguasaan sistem bunyi dengan baik seperti pengucapan bunyi,
tekanan suara dan nada.
2. Mempunyai penguasaan tanda-tanda yang menyertai kebahasaan seperti mimik
wajah dan isyarat anggota badan
3. Mempunyai penguasaan makna tentang kata yang digunakan
4. Mempunyai penguasaan mengkaitkan dengan kontek budaya yang mengakibatkan
suatu kata mempunyai makna yang berbeda pada kontek lain
5. Mempunyai penguasaan dalam membedakan ungkapan makna hakiki dan majazi
6. Mempunyai penguasaan dalam mengaplikasikan struktur bahasa dengan baik
7. Mempunyai penguasaan dalam merangkai materi pembicaraan dengan
pengalaman yang sudah dimiliki
8. Mempunyai penguasaan tentang minat dan motivasi pendengar
Jika persyaratan diatas dipenuhi pembicara, maka dapat memberikan jaminan
kepada pendengar mampu menerima pesan sesuai dengan apa/maksud yang
diinginkan pembicara karena dengan pengucapan yang tepat dan jelas dapat
mendukung penyampaian makna ungkapan bahasa Arab dengan baik. Dalam hal ini
tentunya seorang pengajar perlu mempunyai kemampuan menjadi pembicara yang
baik sebagaimana yang disampaikan oleh Thu’aimah diatas.
Sesuai dengan pengamatan penulis bahwa pengajaran aswat yang terjadi pada
program SIBA STAIN Salatiga terdapat realisasi keterampilan mendengar. Ketika
dosen menjelaskan dan menerangkan harf minimal pairs dengan menggunakan
metode mubâsyarah maupun metode aural oral method, maka seorang mahasiswa
yang tidak mempunyai kemampuan mendengar yang bagus, tidak akan mencapai

Rusydi Ahmad Thu’aimah, Ta ’lîm al-Lughah al-‘Arabiyyah…hal 155-156.


98
108

pemahaman materi yang disampaikan dengan baik. Atau pada saat dosen menjelaskan
makna dari kata yang berbeda fonem yang bisa membedakan arti antara kedua kata
tersebut.
Pada dasarnya pergeseran makna diakibatkan perubahan salah salah satu
partikel (fonem) nya. Bahkan, pada beberapa tempat kesalahan pengucapan vokal
salah satu fon, juga akan menggeser perubahan makna seperti ‫ ﻣَﺮﻓﻘﺎ‬/ bermanfaat
dalam urusan tertentu dan ‫ ﻣِﺮﻓﻘﺎ‬/ siku tangan.
109

BAB IV
HUBUNGAN UNSUR-UNSUR BAHASA DENGAN KETERAMPILAN
MENDENGAR BAHASA ARAB

Pembahasan bab ini dimulai dengan pemaparan validasi instrumen tes


kemudian menganalisis data penelitian dengan menggunakan dua tahap
penganalisaan data yaitu tahap persiapan dan lanjutan. Dalam tahap persiapan
menyajikan tentang deskripsi data hasil penelitian, sedangkan dalam tahap
lanjutan dibahas tentang pengujian hipotesis, analisis hasil penelitian dan
keterbatasan penelitian .
Dari 75 instrument yang disebarkan kepada para mahasiswa (responden) di
program SIBA STAIN Salatiga, terkumpul kembali sebanyak 75 instrument.
Instrument tersebut mendiskripsikan keempat variabel penelitian yang meliputi
keterampilan mendengar, fonologi, morfologi dan sintaksis, sehingga dalam
penulisan bab ini secara berturut-turut menguraikan dua tahap pengolahan data
penelitian sebagai berikut :

A. Validitas Instrumen
Setelah melalui konsultasi dengan pembimbing dengan memenuhi
beberapa saran perbaikan, instrument tes dilakukan uji coba terlebih dahulu
terhadap 30 orang mahasiswa, sebelum digunakan pengukuran yang sebenarnya. 1
Uji coba dilakukan untuk mengetahui kualitas instrumen tes itu valid atau tidak. 2

1
Ujicoba instrumen di PP. Nurul Atsna Salatiga (Salah satu Ma’had yang dipakai tempat
pemondokan mahasiswa program SIBA STAIN Salatiga). Uji coba merupakan bagian dari proses
validasi empirik. Melalui ujicoba tersebut, instrumen diberikan kepada sejumlah responden
sebagai sampel uji-coba yang mempunyai karakteristik sama atau ekuivalen dengan populasi
penelitian. Jawaban atau respon dari sampel uji-coba merupakan data empiris yang akan dianalisis
untuk menguji validitas empiris atau validitas kriteria dari instrumen yang dikembangkan. Pada
umumnya yang dipakai sebagai taraf signifikansi adalah 5 % atau 1 % (atau 0,05 atau 0,01).
Sekiranya telah ditetapkan taraf signifikansi 0,05 untuk mengetes suatu hipotesa, maka
kemungkinan kita akan menolak hipotesa yang benar adalah 5 di antara 100. Dengan kata lain, kita
percaya bahwa 95 % dari keputusan kita adalah benar. Menolak hipotesa atas dasar taraf
signifikansi 5 % sama halnya dengan menolak hipotesa atas dasar taraf kepercayaan 95 %. Jika
seorang penyelidik telah menolak hipotesa atas dasar taraf signifikansi 5 % (atau atas dasar
kepercayaan 95 %), berarti ia mengambil resiko salah dalam keputusannya itu sebanyak-
banyaknya 5 % (atau benar dalam keputusannya itu sedikit-dikitnya 95 %). Lihat Sutrisno Hadi,
Metodologi Research (Yogyakarta : Andi Offset, 1995), Jilid 3 Cet. XV, h. 318. Lihat Djaali dan
Pudji Muljono, Pengukuran Dalam Bidang Pendidikan (Jakarta : UNJ, 2004), Cet. II, h. 83.
2
Kadir dan Raihan, Statistika Sosial (Jakarta : Universitas Islam Jakarta, 2006), Cet. I, h.
14.
110

Kemudian setelah mengadakan uji coba, peneliti mengadakan analisis soal


tes dengan menggunakan rumus r biserial dan KR20. 3 atau dengan proses
4
penghitungan dengan bantuan program XL . Dari sebanyak 39 instrumen
keterampilan mendengar didapatkan tingkat Validitas 34 soal valid (1, 2, 3, 4, 7, 8,
10, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 24, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34,
35, 36, 37, 38, 39), dan tidak valid sebanyak 5 soal (5, 6, 9, 11, 25) dengan tingkat
reliabilitas soal sebesar 0,918. Validitas soal pada 12 instrumen fonologi
didapatkan 10 valid (1, 2, 3, 4, 5, 7, 8, 9, 10) dan 2 tidak valid (6, 11) dengan
tingkat reliabilitas soal sebesar 0,809. Validitas soal morfologi dari sebanyak 12
soal didapatkan 11 valid (1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 11, 12) dan 1 tidak valid (10)
dengan tingkat reliabilitas soal sebesar 0,906. Dan pada Validitas soal instrumen
sintaksis dari 17 soal didapatkan 16 valid (1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 13, 14,
15, 16, 17) dan 1 tidak valid (12) dengan tingkat reliabilitas soal sebesar 0,884.
Dengan angka tersebut instrumen untuk mengukur keterampilan mendengar dan
unsur-unsur bahasa menunjukkan sangat baik dan tepat. Sehingga reliabilitas soal
sebesar 0,93, 0,72, 0,72 dan 0,81 semuanya berada diatas r tabel = 0,44. Dengan
demikian instrumen tersebut bisa digunakan untuk mengukur hasil belajar.

B. Tahap Persiapan
Dalam tahap ini berusaha mendiskrpsikan analisis data bersifat kwantitatif
yang berhubungan dengan kemampuan mahasiswa program studi intensif dalam
keterampilan mendengar bahasa Arab dan unsur-unsur bahasa sesuai dengan
pengolahan data penelitian.

1. Diskripsi nilai keterampilan mendengar mahasiswa program SIBA

Setelah mengadakan pengoreksian dan penilaian terhadap data-data dari


instrument tes, maka dapat disampaikan hasil keterampilan mendengar program
SIBA STAIN Salatiga sebagaimana terlihat dalam tabel di bawah ini:

3
Kadir, Evaluasi hasil Belajar Dalam Pelatihan , Makalah , 2007, hal.13.
4
Penghitungan analisis dapat dilihat pada lampiran.
111

TABEI 11
DAFTAR NILAI KETERAMPILAN MENDENGAR BAHASA ARAB
PROGRAM SIBA STAIN SALATIGA

NO NAMA SKOR TINGKATAN


1 Winarsih Sedang
65
2 Nurhuda Sedang
62
3 Nur Rohmatul Laila Sedang
68
4 Rohita Febby Hidayati Sedang
65
5 Mila Nur Arifah Sedang
65
6 Widawati Kurang
53
7 Diah Daniyati Sedang
62
8 Lismia Nur Zaim Sedang
68
9 Eko Cahyo Nugroho Kurang
50
10 Sri Sudarni Baik
71
11 Umi Haniah Sedang
68
12 Qumi Laila Sedang
65
13 Umi Laila Kasun Sedang
68
14 Siti Muthi’ah Baik
74
15 Elfa Andriyani Kaliky Sedang
65
16 Riswan Baik
71
17 Masruri Sedang
68
18 Fitri Susiawati Sedang
65
19 Ahmad Syarifudin Sedang
68
20 Fitroh Nilasari Sedang
65
21 Nur Anisa Sedang
68
22 Nakman Sedang
62
23 Fatchus Sholichah Sedang
Nafitasari
68
24 Rifa’i Sedang
62
25 Zakiyyah Magfur Sedang
68
112

NO NAMA SKOR TINGKATAN


26 Tika Rakhmawati Sedang
68
27 Khadzik Musabikin Kurang
50
28 Nurhuda Sandi Utomo Sangat Baik
82
29 Siti Muawanah Sedang
62
30 Nurul Fitriani Sedang
65
31 Khusnul Khotimah Sangat baik
91
32 Sumiyati Sangat baik
85
33 Mujrikah Sangat baik
94
34 Miftahus Surur Baik
74
35 Muhammad Zulfa Sedang
68
36 Riza Muttaqin Sangat baik
82
37 M. Imam Qulyubi Sangat baik
88
38 Arip Widodo Sedang
65
39 Heru Saputra Baik
79
40 Aris Munandar Sedang
68
41 Khoirul Walid Baik
76
42 Akhmad Ali Affandi Sangat baik
91
43 M. Aziz Sedang
53
44 M. Syhabul Mahirudin Sedang
68
45 Husni Fu’ad Sedang
68
46 M. Habib Mustofa Sedang
68
47 Ida Khaizah Sedang
62
48 Fathonah Desy Anna Baik
74
49 Rafi’atul Ferimawati Sedang
68
50 Desy Maria Ulfa Sedang
68
51 Sri Sumiyarsih Sedang
68
52 Humaidi Sedang
62
53 Diah Ari Susanti Baik
76
54 Nurul Hidayati Baik
79
113

NO NAMA SKOR TINGKATAN


55 Annisa Nurul Aini Sedang
68
56 Badiatuddurroh Sedang
68
57 Mutohar Baik
76
58 Arista Nurhayati Sedang
68
59 Siti Mamnu’ah Baik
74
60 Intan Purwasih Sedang
62
61 Nurul Afifah Baik
74
62 Khusnu Indrawati Sedang
62
63 Lisa Aryanti Sedang
65
64 Ummi Fadlilah Sangat Baik
82
65 Anita Puspitasari Sedang
62
66 Marlina Andriyanti Sedang
68
67 Nafi’ah Baik
74
68 Siwi Handayani Sedang
68
69 Lusiana Kartika Kurang
59
70 Retno Sulistiyani Sangat Baik
82
71 Oktafiani Baik
76
72 Ika Nur Idawati Baik
79
73 Miyati Sedang
62
74 Muqoddimah Baik
76
75 Reka Anita Baik
76
Jumlah 5206

Melihat Tabel nilai diatas jelas dapat dilihat nilai mahasiswa


program SIBA dalam keterampilan mendengar, jika dimasukkan dalam klasifikasi
5 kategori yaitu:
1. Kategori sangat baik terdapat 9 mahasiswa
2. Kategori baik terdapat 17 mahasiswa
3. Kategori sedang terdapat 45 mahasiswa
114

4. Kategori kurang terdapat 4 mahasiswa


5. Kategori gagal terdapat 0 mahasiswa
Kategori diatas dapat dibuat frekwensi tentang nilai keterampilan
mendengar mahasiswa seperti dalam tabel berikut ini:
TABEL 12
DAFTAR FREKWENSI NILAI KETERAMPILAN MENDENGAR
MAHASISWA PROGRAM SIBA STAIN SALATIGA

NO KATEGORI INTERVAL JUMLAH PROSENTASE


NILAI
1 A 80 - 100 9 12%
2 B 70 - 79 17 23%
3 C 60 - 69 45 60%
4 D 50 - 59 4 5%
5 E 00 - 49 0 0%
JML 75 100%
Berdasarkan pada tabel diatas jelas bahwa nilai keterampilan
mendengar bahasa Arab mahasiswa program SIBA STAIN Salatiga bisa diuraikan
12% pada kategori sangat baik, dan 23% pada kategori baik, 60% pada kategori
sedang, 5% pada kategori kurang, serta 0% pada kategori gagal, sehingga dengan
demikian dapat diketahui nilai keterampilan mendengar bahasa Arab mahasiswa
moyoritas berada pada kategori sedang, karena kategori sedang mencapai 60%.
Hal tersebut bisa diartikan bahwa pemahaman terhadap isi pesan pembicaraan dari
teks yang didengar belum bisa ditangkap oleh mahasiswa secara sempurna seperti
yang dikehendaki oleh pembicara. Sehingga bisa dikatakan bahwa, mahasiswa
masih terdapat problem keterampilan mendengar bahasa Arab dari pemahaman
teks yang didengar disebabkan adanya pengaruh faktor lain. Secara teoritis
pemahaman akan tercapai dengan baik, jika dalam diri pembelajar terdapat
kemampuan-kemamapuan unsur-unsur kebahasaan, oleh karena itu perlu melihat
nilai-nilai unsur bahasa yang diperoleh mahasiswa.
115

2. Diskripsi nilai kemampuan mahasiswa dalam bidang unsur-unsur

bahasa.

Untuk mendiskripsikan tentang nilai unsur-unsur bahasa yang dicapai


mahasiswa SIBA STAIN, maka peneliti pertama memaparkan nilai fonologi,
morfologi dan sintaksis seperti berikut ini:

a. Kemampuan Mahasiswa Dalam Fonologi


Setelah diadakan proses pengoreksian terhadap instrument fonologi,
didapatkan skor yang diperoleh mahasiswa program SIBA STAIN Salatiga yang
diklasifikasikan dalam 5 kategori yaitu: (proses penghitungan bisa dilihat dalam
lampiran)
1. Kategori sangat baik sekali terdapat 16 mahasiswa
2. Kategori baik terdapat 40 mahasiswa
3. Kategori sedang terdapat 15 mahasiswa
4. Kategori kurang terdapat 2 mahasiswa
5. Kategori gagal terdapat 2 mahasiswa
Kategori diatas dapat dibuat frekwensi tentang nilai keterampilan
mendengar mahasiswa seperti dalam tabel berikut ini:
TABEL 13
DAFTAR FREKWENSI NILAI FONOLOGI MAHASISWA PROGRAM SIBA
STAIN SALATIGA

NO KATEGORI INTERVAL JUMLAH PROSENTASE


NILAI
1 A 80 - 100 16 21%
2 B 70 - 79 40 53%
3 C 60 - 69 15 20%
4 D 50 - 59 2 3%
5 E 00 - 49 2 3%
JML 75 100%
116

Berdasarkan pada tabel diatas jelas bahwa nilai fonologi bahasa Arab
mahasiswa program SIBA STAIN Salatiga bisa diuraikan 21% pada kategori
sangat baik, dan 53% pada kategori baik, 20% pada kategori sedang, 3% pada
kategori kurang, serta 3% pada kategori gagal, sehingga dengan demikian dapat
diketahui nilai fonologi yang diperoleh mahasiswa moyoritas berada pada kategori
baik, karena kategori baik mencapai 53%. Hal tersebut bisa diartikan bahwa
problem mahasiswa dalam hal fonologi adalah pada tingkatan kecil, karena
tentang fonologi bagi para mahasiswa sudah mengenal dengan baik dan tidak
menjadikan problem besar yang ikut menghambat pemahaman terhadap isi pesan
pembicaraan dari teks yang didengar.

b. Kemampuan Mahasiswa Dalam Morfologi


Setelah diadakan proses pengoreksian terhadap instrument morfologi,
didapatkan skor yang diperoleh mahasiswa program SIBA STAIN Salatiga yang
diklasifikasikan dalam 5 kategori yaitu: (proses penghitungan bisa dilihat dalam
lampiran)
1. Kategori sangat baik terdapat 8 mahasiswa
2. Kategori baik terdapat 17 mahasiswa
3. Kategori sedang terdapat 43 mahasiswa
4. kategori kurang terdapat 5 mahasiswa
5. Kategori gagal terdapat 2 mahasiswa
Kategori diatas dapat dibuat frekwensi tentang nilai morfologi mahasiswa
seperti dalam tabel berikut ini:
TABEL 14
DAFTAR FREKWENSI NILAI MORFOLOGI MAHASISWA PROGRAM
SIBA STAIN SALATIGA

NO KATEGORI INTERVAL JUMLAH PROSENTASE


NILAI
1 A 80 - 100 8 11%
2 B 70 - 79 17 23%
117

3 C 60 - 69 43 57%
4 D 50 - 59 5 7%
5 E 00 - 49 2 3%
JML 75 100%
Berdasarkan pada tabel diatas jelas bahwa nilai morfologi bahasa Arab
mahasiswa program SIBA STAIN Salatiga bisa diuraikan 11% pada kategori
sangat baik, dan 23% pada kategori baik, 57% pada kategori sedang, 7% pada
kategori kurang, serta 3% pada kategori gagal. Sehingga dengan demikian dapat
diketahui nilai morfologi mahasiswa moyoritas berada pada kategori sedang,
karena kategori sedang mencapai 57 %. Hal tersebut bisa diartikan bahwa
problem mahasiswa dalam hal morfologi sedang, karena tentang morfologi bagi
para mahasiswa belum mengenal morfologi secara sempurna, sehingga secara
teoritis kemampuan morfologi ikut mempengaruhi pemahaman mahasiswa
terhadap isi pesan pembicaraan dari tek yang didengar.

c. Kemampuan Mahasiswa Dalam Sintaksis


Setelah diadakan proses pengoreksian terhadap instrument sintaksis,
didapatkan skor yang diperoleh mahasiswa program SIBA STAIN Salatiga yang
diklasifikasikan dalam 5 kategori yaitu: (proses penghitungan bisa dilihat dalam
lampiran)
1. Kategori sangat baik terdapat 10 mahasiswa
2. Kategori baik terdapat 20 mahasiswa
3. Kategori sedang terdapat 30 mahasiswa
4. kategori kurang terdapat 10 mahasiswa
5. Kategori gagal terdapat 5 mahasiswa
Kategori diatas dapat dibuat frekwensi tentang nilai Sintaksis seperti
dalam tabel berikut ini:
118

TABEL 15
DAFTAR FREKWENSI NILAI SINTAKSIS MAHASISWA PROGRAM SIBA
STAIN SALATIGA

NO KATEGORI INTERVAL JUMLAH PROSENTASE


NILAI
1 A 80 - 100 10 13%
2 B 70 - 79 20 27%
3 C 60 - 69 30 40%
4 D 50 - 59 10 13%
5 E 00 - 49 5 7%
JML 75 100%

Berdasarkan pada tabel diatas jelas bahwa nilai sintaksis bahasa Arab
mahasiswa program SIBA STAIN Salatiga dapat diuraikan 13% pada kategori
sangat baik, dan 27% pada kategori baik, 40% pada kategori sedang, 13% pada
kategori kurang, serta 7% pada kategori gagal, sehingga dengan demikian dapat
diketahui nilai Sintaksis pada keterampilan mendengar bahasa Arab mahasiswa
moyoritas berada pada kategori sedang, karena mayoritas mahasiswa mencapai
nilai sedang sebesar 40 %. Hal tersebut bisa diartikan bahwa problem mahasiswa
dalam hal sintaksis adalah pada tingkatan sedang, karena tentang sintaksis bagi
para mahasiswa belum mempunyai pemahaman yang sempurna serta mengenal
dengan baik, sehingga secara teoritis hal ini bisa menjadikan problem yang ikut
menghambat pemahaman terhadap isi pesan pebicaraan dari tek yang didengar.
Berdasarkan uraian diatas, kemudian peneliti selanjutnya ingin membuktikan
pengujian hipotesis5 apakah ada hubungan yang positif dan signifikan antara

5
Pengujian hipotesis dapat dibedakan atas dua kategori, yaitu ; menguji hubungan dan
menguji perbedaan. Menguji hubungan dilakukan apabila ada dua variabel yang akan diketahui
kuat atau lemahnya hubungan antara keduanya. Misalnya variabel X dan Y dapat diukur derajat
hubungannya dengan menggunakan koefisien korelasi (r). Sedangkan menguji perbedaan
dilakukan untuk menguji perbedaan rata-rata dua populasi. Lihat Djaali dan Farouk Muhammad,
119

unsur-unsur bahasa dengan keterampilan mendengar bahasa Arab mahasiswa,


maka akan digunakan analisa statistik inferensial yaitu dengan Seperti teknik
analisis korelasi product moment,6 korelasi parsial dan analisis regresi7 ganda
dengan menggunakan bantuan proses SPSS 15.0.

C. Tahap Lanjutan
Dalam tahap lanjutan ini ingin menganalisis hubungan unsur-unsur bahasa
Arab dengan keterampilan mendengar mahasiswa sebagai berikut:

1. Analisis Hubungan Unsur-Unsur Bahasa (X1, X2, X3) Dengan


Keterampilan Mendengar Bahasa Arab (Y) dan Interpretasi.

Karena penelitian ini terdiri dari empat variabel (Multivariabel), maka alat
ukur mengenai hubungan antara variabel terikat (Y) dengan tiga variabel
bebas(X1, X2, X3) dengan menggunakan korelasi sederhana dan berganda.
Dengan analisi korelasi koefisien ini, akan terlihat keeratan atau tidaknya
hubungan antar variabel-variabel (kuat, lemah, atau tidak ada hubungan sama
sekali), sehingga keeratan atau tidaknya dinyatakan dalam istilah koefisien
korelasi.8

Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta : Restu Agung, 2005), Edisi Revisi, h. 49. Pengujian
hipotesis sebagai suatu peristiwa pengambilan kesimpulan berdasarkan statistika, dipengaruhi oleh
faktor ketidakpastian. Pemilihan salah satu hipotesis sebagai anggapan yang berlaku hanyalah
dapat dilakukan dengan pernyataan berapa besarnya peluang bahwa hipotesis itu benar. Lebih
lanjut lihat Andi Hakim Nasution dan Abdurrauf Rambe, Teori Statistika (Jakarta : Bhratara Karya
Aksara, 1984), Edisi Kedua, h. 272.
6
Product Moment Correlation atau lengkapnya Product of the Moment Correlation adalah
salah satu teknik untuk mencari korelasi antar dua variabel yang kerapkali digunakan. Teknik
korelasi ini dikembangkan oleh Karl Pearson, yang karenanya sering dikenal dengan istilah Teknik
Korelasi Pearson. Disebut Product Moment Correlation karena koefisien korelasinya diperoleh
dengan cara mencari hasil perkalian dari moment-moment variabel yang dikorelasikan. Lihat Anas
Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan (Jakarta : Rajawali Pers, 1992), Edisi Revisi, h. 177-178.
7
Analisis regresi digunakan untuk menyelidiki hubungan antara kedua variabel serta
bentuk hubungannya. Kadangkala, tidak selalu, hubungan kedua variabel tersebut adalah
hubungan kausalitas (sebab-akibat). Oleh karenanya di sini dapat diartikan sebagai perubahan pada
variabel tak bebas yang disebabkan oleh variabel bebas. Lihat Pranowo, Statistik Praktis
(Yogyakarta : Ananda, 1982), Cet. I, h. 89. Jika skala pengukuran dari dua atau lebih data variabel
yang akan dianalisis merupakan interval atau rasio maka untuk menjelaskan hubungan antar
variabel dapat dilakukan dengan menggunakan regresi linear ganda. Lihat Kadir dan Raihan,
Statistika Sosial (Jakarta : Universitas Islam Jakarta, 2006), Cet. I, h. 113.
8
M. Hasan Iqbal, Pokok-Pokok Materi Statistik I; Statistik Deskriptif, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2002), hal. 262-263.
120

Koefisien korelasi linier berganda adalah merupakan indek atau angka


yang digunakan untuk mengukur keeratan hubungan antara empat variabel atau
lebih koefisien korelasi linier berganda. Untuk koefisien korelasi linier berganda
tiga variabel digunakan rumus:
R.y123= √ry12 + ry22 + ry32 – 3ry1ry2ry3r123
1- r1232
Keterangan:
R.y123 = Koefisien korelasi linier empat variabel
R.y1 = Koefisien korelasi variabel y dan X1
R.y2 = Koefisien korelasi variabel y dan X2
R.y3 = Koefisien korelasi variabel y dan X3
R123 = Koefisien korelasi variabel X1, X2 dan X3
Untuk melangkah dalam pengujian hipotesi diperlukan adanya persyaratan
analisis terlebih dahulu. Data-data yang diperlukan dalam persyaratan analisis ini
adalah adanya nilai-nilai mean, median , modus, standar deviasi, varian skewness,
kurtosis, skor minimum dan maksimum yang diperoleh melalui proses SPSS
dengan hasil seperti dalam tabel berikut ini:

TABEL 16
Diskripsi Statistics 1

KETERAMPI
LAN
MORFOLO SINTAKSI MENDENGA
FONOLOGI GI S R
N Valid 75 75 75 75
Missing 0 0 0 0
Mean 69.33 66.87 66.67 69.56
Std. Error of Mean 1.112 1.098 1.340 1.011
Median 70.00 65.00 65.00 68.00
Mode 70 63 61 68
Std. Deviation 9.633 9.509 11.605 8.754
Variance 92.793 90.414 134.685 76.628
Skewness .423 .392 .215 .530
Std. Error of Skewness .277 .277 .277 .277
Kurtosis 1.570 2.630 .836 .818
Std. Error of Kurtosis .548 .548 .548 .548
Minimum 40 35 32 50
121

KETERAMPI
LAN
MORFOLO SINTAKSI MENDENGA
FONOLOGI GI S R
Maximum 90 97 94 94
Sum 5200 5015 5000 5217
Percentiles 25 60.00 62.00 61.00 65.00
50 70.00 65.00 65.00 68.00
75 70.00 72.00 74.00 74.00

Sesuai dengan tabel di atas data-datanya dapat dijelaskan menurut variabel


masing-masing yaitu:

1. Variabel Fonologi (X1)

Berdasarkan instrumen final yang terdiri dari 10 butir, maka skor


maksimum teoritik = 9 dan skor minimumnya = 4. Dari hasil perhitungan ini,
secara empirik mengenai nilai fonologi mahasiswa setelah diidentifikasi ternyata
diperoleh skor maksimum sebesar 90 dan skor minimum yang dicapai responden
adalah sebesar 40. Dengan kata lain, rentangan data tersebut mulai dari skor 40
sampai 90. Kemudian skor nilai rata-ratanya (mean) = 69,33; mediannya = 70,00;
modusnya = 70; dan standar deviasi 9,633; serta variance = 92,793.
Sementara fekuensi fonologi bisa dilihat dalam tabel berikut ini :
TABEL 17
Distribusi Frekuensi Fonologi

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 40 2 2.7 2.7 2.7
50 2 2.7 2.7 5.3
60 15 20.0 20.0 25.3
70 40 53.3 53.3 78.7
80 12 16.0 16.0 94.7
90 4 5.3 5.3 100.0
Total 75 100.0 100.0

Dari analisis data yang terangkum pada tabel di atas, berdasarkan nilai
rata-rata fonologi pada tabel diatas sebesar 69, 33 diperoleh temuan bahwa
terdapat 56 mahasiswa (75%) dengan nilai fonologi di atas nilai rata-rata,
122

sedangkan 4 mahasiswa (5%) dengan nilai fonologi di bawah nilai rata-rata.


Selanjutnya ada 15 mahasiswa ( 20%) nilai fonologi berada di sekitar rata-rata.
Kemudian secara visual data variabel nilai fonologi mahasiswa tersebut
diperlihatkan pada histogram gambar berikut ini :
histogram 4. 1

FONOLOGI

40

30
Frequency

20

10

Mean =69.33
Std. Dev. =9.633
N =75
0
40 60 80 100
FONOLOGI

Dari histogram tersebut tampak bahwa kemiringan (skewness) data


condong ke arah kanan atau distribusi landai lepas, yang berarti bahwa sebagian
besar (mayoritas) nilai fonologi mahasiswa berada di atas rata-rata. Dengan
demikian, berdasar histogram data nilai fonologi mahasiswa diatas, maka nilai
berada dalam kategori baik.

2. Variabel Morfologi (X2)

Berdasarkan instrumen final yang terdiri dari 11 butir, maka skor


maksimum teoritik = 62 dan skor minimumnya = 23. Dari hasil perhitungan ini,
secara empirik mengenai nilai morfologi mahasiswa setelah diidentifikasi ternyata
sesuai dengan proses SPSS diperoleh skor maksimum sebesar 97 dan skor
minimum yang dicapai responden adalah sebesar 35. Dengan kata lain, rentangan
data tersebut mulai dari skor 35 sampai 97. Kemudian skor nilai rata-ratanya
(mean) = 66,87; mediannya = 65,00; modusnya = 63; dan standar deviasi 9,509;
serta variance = 90,414.
123

Sementara fekuensi morfologi bisa dilihat dalam tabel berikut ini :


TABEL18
Distribusi Frekuensi morfologi
MORFOLOGI

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 35 1 1.3 1.3 1.3
49 1 1.3 1.3 2.7
51 1 1.3 1.3 4.0
52 1 1.3 1.3 5.3
53 1 1.3 1.3 6.7
56 1 1.3 1.3 8.0
57 1 1.3 1.3 9.3
60 5 6.7 6.7 16.0
61 4 5.3 5.3 21.3
62 4 5.3 5.3 26.7
63 10 13.3 13.3 40.0
64 1 1.3 1.3 41.3
65 9 12.0 12.0 53.3
66 6 8.0 8.0 61.3
68 2 2.7 2.7 64.0
69 2 2.7 2.7 66.7
70 1 1.3 1.3 68.0
71 5 6.7 6.7 74.7
72 5 6.7 6.7 81.3
74 2 2.7 2.7 84.0
75 3 4.0 4.0 88.0
77 1 1.3 1.3 89.3
80 3 4.0 4.0 93.3
83 1 1.3 1.3 94.7
85 1 1.3 1.3 96.0
86 1 1.3 1.3 97.3
95 1 1.3 1.3 98.7
97 1 1.3 1.3 100.0
Total 75 100.0 100.0

Dari analisis data yang terangkum pada tabel di atas, berdasarkan nilai
rata-rata morfologi pada tabel diatas sebesar 66, 87 diperoleh temuan bahwa
terdapat 29 mahasiswa (39%) dengan nilai morfologi di atas nilai rata-rata,
124

sedangkan 40 mahasiswa (53%) dengan nilai morfologii di bawah nilai rata-rata.


Selanjutnya ada 6 mahasiswa (8%) nilai morfologi berada di sekitar rata-rata.
Kemudian secara visual data variabel nilai fonologi mahasiswa tersebut
diperlihatkan pada histogram gambar berikut ini :
Histogram 4. 2

MORFOLOGI

25

20
Frequency

15

10

Mean =66.87
Std. Dev. =9.509
N =75
0
40 60 80 100
MORFOLOGI

Dari histogram tersebut tampak bahwa kemiringan (skewness) data


condong ke arah kanan atau distribusi landai lepas, yang berarti bahwa nilai
morfologi mahasiswa berada di bawah rata-rata. Dengan demikian, berdasar
histogram data nilai fonologi mahasiswa, maka nilai berada dalam kategori
cukup.

3. Variabel Sintaksis (X3)

Berdasarkan instrumen final yang terdiri dari 16 butir, maka skor


maksimum teoritik = 28 dan skor minimumnya = 10. Dari hasil perhitungan ini,
secara empirik mengenai nilai sintaksis mahasiswa setelah diidentifikasi ternyata
sesuai dengan proses SPSS diperoleh skor maksimum sebesar 94 dan skor
minimum yang dicapai responden adalah sebesar 32. Dengan kata lain, rentangan
data tersebut mulai dari skor 32 sampai 94. Kemudian skor nilai rata-ratanya
125

(mean) = 66,67; mediannya = 65,00; modusnya = 61; dan standar deviasi 11,605;
serta variance = 134,685.

Sementara frekuensi sintaksis bisa dilihat dalam tabel berikut ini :


TABEL 19
Distribusi Frekuensi Sintaksis
SINTAKSIS

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 32 1 1.3 1.3 1.3
42 1 1.3 1.3 2.7
48 3 4.0 4.0 6.7
55 3 4.0 4.0 10.7
58 7 9.3 9.3 20.0
61 20 26.7 26.7 46.7
65 8 10.7 10.7 57.3
68 2 2.7 2.7 60.0
71 11 14.7 14.7 74.7
74 5 6.7 6.7 81.3
77 4 5.3 5.3 86.7
81 1 1.3 1.3 88.0
84 4 5.3 5.3 93.3
87 1 1.3 1.3 94.7
90 1 1.3 1.3 96.0
94 3 4.0 4.0 100.0
Total 75 100.0 100.0

Dari analisis data yang terangkum pada tabel di atas, berdasarkan nilai
rata-rata sintaksis pada tabel diatas sebesar 66, 67 diperoleh temuan bahwa
terdapat 32 mahasiswa (43%) dengan nilai morfologi di atas nilai rata-rata,
sedangkan 43 mahasiswa ( 57%) dengan nilai morfologii di bawah nilai rata-rata.
Kemudian secara visual data variabel nilai sintaksis mahasiswa tersebut
diperlihatkan pada histogram gambar berikut ini :
126

Histogram 4. 3

SINTAKSIS

20

15
Frequency

10

Mean =66.67
Std. Dev. =11.605
N =75
0
40 60 80 100
SINTAKSIS

Dari histogram tersebut tampak bahwa kemiringan (skewness) data


condong ke arah kanan atau distribusi landai lepas, yang berarti bahwa nilai
sintaksis mahasiswa berada di bawah rata-rata. Dengan demikian, berdasar data
nilai sintaksisi mahasiswa diatas, maka nilai dalam kategori cukup.

3. Variabel Keterampilan Mendengar (Y)

Berdasarkan instrumen final yang terdiri dari 34 butir, maka skor


maksimum teoritik = 32 dan skor minimumnya = 17. Dari hasil perhitungan ini,
secara empirik mengenai nilai keterampilan mendengar mahasiswa setelah
diidentifikasi ternyata sesuai dengan proses SPSS diperoleh skor maksimum
sebesar 94 dan skor minimum yang dicapai responden adalah sebesar 50. Dengan
kata lain, rentangan data tersebut mulai dari skor 50 sampai 94. Kemudian skor
nilai rata-ratanya (mean) = 69,56; mediannya = 68,00; modusnya = 68; dan
standar deviasi 8,754; serta variance = 76,628.
127

Sementara fekuensi keterampilan mendengar bisa dilihat dalam tabel


berikut ini :
TABEL 20
Distribusi Frekuensi Keterampilan Mendengar
KETERAMPILAN MENDENGAR

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 50 2 2.7 2.7 2.7
53 2 2.7 2.7 5.3
59 1 1.3 1.3 6.7
62 11 14.7 14.7 21.3
65 10 13.3 13.3 34.7
68 23 30.7 30.7 65.3
71 2 2.7 2.7 68.0
74 6 8.0 8.0 76.0
76 6 8.0 8.0 84.0
79 3 4.0 4.0 88.0
82 4 5.3 5.3 93.3
85 1 1.3 1.3 94.7
88 1 1.3 1.3 96.0
91 2 2.7 2.7 98.7
94 1 1.3 1.3 100.0
Total 75 100.0 100.0

Dari analisis data yang terangkum pada tabel di atas, berdasarkan nilai
rata-rata keterampilan mendengar pada tabel diatas sebesar 69, 56 diperoleh
temuan bahwa terdapat 26 mahasiswa (35%) dengan nilai keterampilan
mendengar di atas nilai rata-rata, sedangkan 49 mahasiswa (65%) dengan nilai
morfologii di bawah nilai rata-rata.
128

Kemudian secara visual data variabel nilai keterampilan mendengar


mahasiswa tersebut diperlihatkan pada histogram gambar berikut ini :
Histogram 4. 4

KETERAMPILAN MENDENGAR

25

20
Frequency

15

10

Mean =69.56
Std. Dev. =8.754
N =75
0
50 60 70 80 90 100
KETERAMPILAN MENDENGAR

Dari histogram tersebut tampak bahwa kemiringan (skewness) data


condong ke arah kanan atau distribusi landai lepas, yang berarti bahwa nilai
sintaksis mahasiswa berada di bawah rata-rata. Dengan demikian, berdasar
histogram data nilai keterampilan mendengar mahasiswa diatas, maka nilai dalam
kategori cukup.
Kemudian setelah data-data tersebut diatas ditampilkan untuk diketahui
baik tidaknya data yang akan digunakan dalam pengujian hipotesis, maka
dilanjutkan dengan memulai pengujian hipotesis yang dimulai dengan
menggunakan tabel bantuan untuk menghasilkan nilai hubungan antar variabel
sebagaimana berikut ini:

a. Hubungan Fonologi (X1) dengan Keterampilan Mendengar (Y)

Perhitungan untuk memperoleh angka hubungan fonologi dengan


keterampilan mendengar dengan menggunakan tabel persiapan “r” product
moment sebagai berikut:
TABEL 21
129

2 2
NO X1 Y X1.Y X1 Y
1 70 65 4550 4900 4225
2 60 62 3720 3600 3844
3 60 68 4080 3600 4624
4 70 65 4550 4900 4225
5 70 65 4550 4900 4225
6 40 53 2120 1600 2809
7 60 62 3720 3600 3844
8 70 68 4760 4900 4624
9 50 50 2500 2500 2500
10 70 71 4970 4900 5041
11 70 68 4760 4900 4624
12 60 65 3900 3600 4225
13 70 68 4760 4900 4624
14 70 74 5180 4900 5476
15 60 65 3900 3600 4225
16 70 71 4970 4900 5041
17 70 68 4760 4900 4624
18 70 65 4550 4900 4225
19 70 68 4760 4900 4624
20 70 65 4550 4900 4225
21 70 68 4760 4900 4624
22 60 62 3720 3600 3844
23 70 68 4760 4900 4624
24 60 62 3720 3600 3844
25 70 68 4760 4900 4624
26 70 68 4760 4900 4624
27 40 50 2000 1600 2500
28 80 82 6560 6400 6724
29 60 62 3720 3600 3844
30 70 65 4550 4900 4225
31 90 91 8190 8100 8281
32 80 85 6800 6400 7225
33 90 94 8460 8100 8836
34 70 74 5180 4900 5476
35 70 68 4760 4900 4624
36 80 82 6560 6400 6724
37 90 88 7920 8100 7744
38 70 65 4550 4900 4225
39 80 79 6320 6400 6241
40 70 68 4760 4900 4624
41 80 76 6080 6400 5776
42 90 91 8190 8100 8281
43 50 53 2650 2500 2809
44 70 68 4760 4900 4624
45 70 68 4760 4900 4624
46 70 68 4760 4900 4624
47 60 62 3720 3600 3844
48 70 74 5180 4900 5476
49 70 68 4760 4900 4624
50 70 68 4760 4900 4624
51 70 68 4760 4900 4624
52 60 62 3720 3600 3844
130

2 2
NO X1 Y X1.Y X1 Y
53 80 76 6080 6400 5776
54 80 79 6320 6400 6241
55 70 68 4760 4900 4624
56 70 68 4760 4900 4624
57 80 76 6080 6400 5776
58 70 68 4760 4900 4624
59 70 74 5180 4900 5476
60 60 62 3720 3600 3844
61 70 74 5180 4900 5476
62 60 62 3720 3600 3844
63 70 65 4550 4900 4225
64 80 82 6560 6400 6724
65 60 62 3720 3600 3844
66 70 68 4760 4900 4624
67 70 74 5180 4900 5476
68 70 68 4760 4900 4624
69 60 59 3540 3600 3481
70 80 82 6560 6400 6724
71 80 76 6080 6400 5776
72 80 79 6320 6400 6241
73 60 62 3720 3600 3844
74 70 76 5320 4900 5776
75 70 76 5320 4900 5776
5200 5217 367470 367400 368565

Kemudian setelah diperoleh angka penjumlahan kedua variabel fonologi


dan keterampilan mendengar, maka digunakan rumus “r” product moment
Karl Pearson :
N∑XY-(∑X)( ∑Y)

rxy= √ {N∑X2 – (∑X)2}{N∑Y2 – (∑Y)2}


75 . 367470-(5200)(5217)
=√{75 . 367400-(5200)2}{75 . 368565-(5217)2}
=0.923
Interpertasi sederhana dari perhitungan di atas ternyata angka korelasi
variabel fonologi(X!) dengan keterampilan mendengar(Y) tidak bertanda
negatif. Dengan demikian terdapat korelasi positif sebesar 0.924 artinya jika
nilai fonologi tinggi, maka nilai keterampilan mendengar bahasa Arab juga
meningkat.
KD = rxy2 x 100%
= (0.9232) x 100%
= 85.1%
131

Artinya angka 85.1% variasi yang terjadi terhadap tinggi rendahnya


keterampilan mendengar bahasa Arab disebabkan oleh variasi kemampuan
fonologi. Dengan demikian proses penghitungan ini sesuai dengan hasil output
SPSS 15.0 sebagai berikut:
TABEL 22
Model Summary

Adjusted R Std. Error of the


Model R R Square Square Estimate
1 .923(a) .851 .849 3.39650
a Predictors: (Constant), FONOLOGI
Keterangan:
R = Koefisien Korelasi
R2= Koefisien Determinasi
R disebut juga dengan koefisien korelasi. Dapat dibaca bahwa nilai KK
antar variabel fonologi (X1) dengan keterampilan mendengar bahasa Arab (Y)
adalah 0.923.Hal ini bisa disimpulkan bahwa, terdapat hubungan antara kedua
variabel tersebut sebesar 92.30%.
R Square disebut dengan koefisien determinasi. Dari tabel dapat dibaca
bahwa nilai R Square (R2) adalah 0.851. Hal ini bisa disimpulkan bahwa,
85.10% variasi yang terjadi terhadap tinggi rendahnya keterampilan
mendengar bahasa Arab (Y), disebabkan variasi nilai fonologi.(X1).
Sedangkan untuk uji hipotesis dan regresinya dapat dilihat dari tabel
koefisien berikut ini:
TABEL 23
Coefficients(a)

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients t Sig.

Model B Std. Error Beta B Std. Error


1 (Constant) 11.421 2.869 3.981 .000
FONOLOGI .839 .041 .923 20.458 .000
a Dependent Variable: MENDENGAR

Thitung nya didapat sebesar 20.458 > t tabel 2.000 dengan df = 73(n-2),
jadi HO ditolak artinya nilai fonologi (X1) itu terdapat hubungan yang positif
dan nyata terhadap nilai keterampilan mendengar(Y).
132

Dan dalam regresinya adalah Ŷ= 11.421 + 0.839X1 artinya setiap


kenaikan 1 skor fonologi (X1) dapat meningkatkan 0.839 skor keterampilan
mendengar bahasa Arab(Y).

b. Hubungan Morfologi (X2) dengan Keterampilan Mendengar(Y)

Perhitungan untuk memperoleh angka hubungan


morfologi dengan keterampilan mendengar dengan menggunakan
tabel persiapan “r” product moment sebagai berikut:
TABEL 24

2 2
NO X2 Y X2.Y X2 Y
1 64 65 4160 4096 4225
2 60 62 3720 3600 3844
3 65 68 4420 4225 4624
4 63 65 4095 3969 4225
5 63 65 4095 3969 4225
6 52 53 2756 2704 2809
7 62 62 3844 3844 3844
8 66 68 4488 4356 4624
9 49 50 2450 2401 2500
10 69 71 4899 4761 5041
11 66 68 4488 4356 4624
12 61 65 3965 3721 4225
13 65 68 4420 4225 4624
14 72 74 5328 5184 5476
15 63 65 4095 3969 4225
16 68 71 4828 4624 5041
17 63 68 4284 3969 4624
18 63 65 4095 3969 4225
19 66 68 4488 4356 4624
20 53 65 3445 2809 4225
21 66 68 4488 4356 4624
22 62 62 3844 3844 3844
23 65 68 4420 4225 4624
24 60 62 3720 3600 3844
25 65 68 4420 4225 4624
26 65 68 4420 4225 4624
27 35 50 1750 1225 2500
28 80 82 6560 6400 6724
29 57 62 3534 3249 3844
30 63 65 4095 3969 4225
31 95 91 8645 9025 8281
32 83 85 7055 6889 7225
33 97 94 9118 9409 8836
34 72 74 5328 5184 5476
133

2 2
NO X2 Y X2.Y X2 Y
35 65 68 4420 4225 4624
36 77 82 6314 5929 6724
37 71 88 6248 5041 7744
38 61 65 3965 3721 4225
39 75 79 5925 5625 6241
40 63 68 4284 3969 4624
41 71 76 5396 5041 5776
42 86 91 7826 7396 8281
43 51 53 2703 2601 2809
44 65 68 4420 4225 4624
45 63 68 4284 3969 4624
46 62 68 4216 3844 4624
47 60 62 3720 3600 3844
48 68 74 5032 4624 5476
49 65 68 4420 4225 4624
50 71 68 4828 5041 4624
51 72 68 4896 5184 4624
52 63 62 3906 3969 3844
53 69 76 5244 4761 5776
54 71 79 5609 5041 6241
55 72 68 4896 5184 4624
56 65 68 4420 4225 4624
57 74 76 5624 5476 5776
58 66 68 4488 4356 4624
59 71 74 5254 5041 5476
60 60 62 3720 3600 3844
61 70 74 5180 4900 5476
62 60 62 3720 3600 3844
63 62 65 4030 3844 4225
64 80 82 6560 6400 6724
65 61 62 3782 3721 3844
66 63 68 4284 3969 4624
67 72 74 5328 5184 5476
68 66 68 4488 4356 4624
69 56 59 3304 3136 3481
70 80 82 6560 6400 6724
71 75 76 5700 5625 5776
72 85 79 6715 7225 6241
73 61 62 3782 3721 3844
74 74 76 5624 5476 5776
75 75 76 5700 5625 5776
5015 5217 354575 342027 368565

Kemudian setelah diperoleh angka penjumlahan kedua variabel morfologi


dan keterampilan mendengar, maka digunakan rumus “r” product moment
Karl Pearson :
134

N∑XY-(∑X)( ∑Y)

rxy= √ {N∑X2 – (∑X)2}{N∑Y2 – (∑Y)2}


75 . 354575-(5015)(5217)
=√ {75 . 342027-(5015)2}{75 . 368565-(5217)2}
= 0.931
Interpertasi sederhana dari perhitungan di atas ternyata angka korelasi
variabel morfologi(X2) dengan keterampilan mendengar(Y) tidak bertanda
negatif. Dengan demikian terdapat korelasi positif sebesar 0.931 artinya jika
nilai morfologi tinggi, maka nilai keterampilan mendengar bahasa Arab juga
meningkat.
KD = rxy2 x 100%
= (0.9312) x 100%
= 86.6%
Artinya angka 86..6% variasi yang terjadi terhadap tinggi rendahnya
keterampilan mendengar bahasa Arab disebabkan oleh variasi kemampuan
morfologi. Dengan demikian proses penghitungan ini sesuai dengan hasil
output SPSS 15.0 sebagai berikut:
TABEL 25

Model Summary

Std. Error of the


Model R R Square Adjusted R Square Estimate
1 .931(a) .866 .864 3.22760
a Predictors: (Constant), MORFOLOGI

Keterangan:
R = Koefisien Korelasi
R2= Koefisien Determinasi
R disebut juga dengan koefisien korelasi. Dapat dibaca bahwa nilai KK
antar variabel morfologi (X2) dengan keterampilan mendengar bahasa Arab
(Y) adalah 0.93. Hal ini bisa disimpulkan bahwa, terdapat hubungan antara
kedua variabel tersebut sebesar 93.10%.
135

R Square disebut dengan koefisien determinasi. Dari tabel dapat dibaca


bahwa nilai R Square (R2) adalah 0.869. Hal ini dapat disimpulkan bahwa,
86.60% variasi yang terjadi terhadap tinggi rendahnya keterampilan
mendengar bahasa Arab (Y), disebabkan variasi nilai morfologi.(X2).
Sedangkan untuk uji hipotesis dan regresinya dapat dilihat dari tabel
koefisien berikut ini:
TABEL 26

Coefficients(a)

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients T Sig.

Model B Std. Error Beta B Std. Error


1 (Constant) 12.278 2.665 4.608 .000
MORFOLOGI .857 .039 .931 21.710 .000
a Dependent Variable: MENDENGAR

Thitung nya didapat sebesar 21.710 > t tabel 2.000 dengan df = 73(n-2),
jadi HO ditolak artinya nilai morfologi (X2) itu terdapat hubungan yang positif
dan nyata terhadap nilai keterampilan mendengar(Y).
Dan dalam regresinya adalah Ŷ= 12.278 + 0.857X2 artinya setiap
kenaikan 1 skor morfologi(X2) dapat meningkatkan 0.857 skor keterampilan
mendengar bahasa Arab(Y).

c. Hubungan Sintaksis(X3) dengan Keterampilan Mendengar (Y)

Perhitungan untuk memperoleh angka hubungan


sintaksis dengan keterampilan mendengar dengan menggunakan
tabel persiapan “r” product moment sebagai berikut:
TABEL 27
2 2
NO X3 Y X3.Y X3 Y
1 61 65 3965 3721 4225
2 58 62 3596 3364 3844
3 74 68 5032 5476 4624
4 61 65 3965 3721 4225
5 61 65 3965 3721 4225
6 48 53 2544 2304 2809
7 61 62 3782 3721 3844
8 65 68 4420 4225 4624
9 48 50 2400 2304 2500
136

2 2
NO X3 Y X3.Y X3 Y
10 71 71 5041 5041 5041
11 61 68 4148 3721 4624
12 58 65 3770 3364 4225
13 61 68 4148 3721 4624
14 77 74 5698 5929 5476
15 61 65 3965 3721 4225
16 61 71 4331 3721 5041
17 71 68 4828 5041 4624
18 65 65 4225 4225 4225
19 61 68 4148 3721 4624
20 58 65 3770 3364 4225
21 65 68 4420 4225 4624
22 68 62 4216 4624 3844
23 61 68 4148 3721 4624
24 58 62 3596 3364 3844
25 77 68 5236 5929 4624
26 61 68 4148 3721 4624
27 32 50 1600 1024 2500
28 94 82 7708 8836 6724
29 55 62 3410 3025 3844
30 61 65 3965 3721 4225
31 90 91 8190 8100 8281
32 81 85 6885 6561 7225
33 94 94 8836 8836 8836
34 71 74 5254 5041 5476
35 61 68 4148 3721 4624
36 84 82 6888 7056 6724
37 87 88 7656 7569 7744
38 61 65 3965 3721 4225
39 74 79 5846 5476 6241
40 58 68 3944 3364 4624
41 71 76 5396 5041 5776
42 94 91 8554 8836 8281
43 48 53 2544 2304 2809
44 65 68 4420 4225 4624
45 61 68 4148 3721 4624
46 58 68 3944 3364 4624
47 55 62 3410 3025 3844
48 77 74 5698 5929 5476
49 65 68 4420 4225 4624
50 71 68 4828 5041 4624
51 71 68 4828 5041 4624
52 61 62 3782 3721 3844
53 77 76 5852 5929 5776
54 84 79 6636 7056 6241
55 71 68 4828 5041 4624
56 61 68 4148 3721 4624
57 74 76 5624 5476 5776
58 65 68 4420 4225 4624
59 71 74 5254 5041 5476
137

2 2
NO X3 Y X3.Y X3 Y
60 61 62 3782 3721 3844
61 71 74 5254 5041 5476
62 58 62 3596 3364 3844
63 61 65 3965 3721 4225
64 84 82 6888 7056 6724
65 61 62 3782 3721 3844
66 65 68 4420 4225 4624
67 71 74 5254 5041 5476
68 65 68 4420 4225 4624
69 55 59 3245 3025 3481
70 84 82 6888 7056 6724
71 74 76 5624 5476 5776
72 74 79 5846 5476 6241
73 42 62 2604 1764 3844
74 71 76 5396 5041 5776
75 68 76 5168 4624 5776
5000 5217 354666 343300 368565

Kemudian setelah diperoleh angka penjumlahan kedua variabel sintaksis


dan keterampilan mendengar, maka digunakan rumus “r” product moment
Karl Pearson :
N∑XY-(∑X)( ∑Y)

rxy= √ {N∑X2 – (∑X)2}{N∑Y2 – (∑Y)2}


75 . 354666-(5000)(5217)
= √{75 . 343300-(5000)2}{75 . 368565-(5217)2}
= 0.913
Interpertasi sederhana dari perhitungan di atas ternyata angka korelasi
variabel sintaksis(X3) dengan keterampilan mendengar(Y) tidak bertanda
negatif. Dengan demikian terdapat korelasi positif sebesar 0.913 artinya jika
nilai sintaksis tinggi, maka nilai keterampilan mendengar bahasa Arab juga
meningkat.

KD = rxy2 x 100%
= (0.9132) x 100%
= 83.4%
138

Artinya angka 83.4% variasi yang terjadi terhadap tinggi rendahnya


keterampilan mendengar bahasa Arab disebabkan oleh variasi kemampuan
sintaksis. Dengan demikian proses penghitungan ini sesuai dengan hasil
output SPSS 15.0 sebagai berikut:

TABEL 28
Model Summary

Adjusted R Std. Error of the


Model R R Square Square Estimate
1 .913(a) .834 .832 3.58940
a Predictors: (Constant), SINTAKSIS

Keterangan:
R = Koefisien Korelasi
R2= Koefisien Determinasi
R disebut juga dengan koefisien korelasi. Dapat dibaca bahwa nilai KK
antar variabel sintaksis(X3) dengan keterampilan mendengar bahasa Arab (Y)
adalah 0.913. Hal ini bisa disimpulkan bahwa, terdapat hubungan antara kedua
variabel tersebut sebesar 91.30%.
R Square disebut dengan koefisien determinasi. Dari tabel dapat dibaca
bahwa nilai R Square (R2) adalah 0.834. Hal ini bisa disimpulkan bahwa,
83.40% variasi yang terjadi terhadap tinggi rendahnya keterampilan
mendengar bahasa Arab (Y), disebabkan variasi nilai sintaksis(X3).
Sedangkan untuk uji hipotesis dan regresinya dapat dilihat dari tabel
koefisien berikut ini:
TABEL 29
Coefficients(a)

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients t Sig.

Model B Std. Error Beta B Std. Error


1 (Constant) 23.634 2.433 9.716 .000
SINTAKSIS .689 .036 .913 19.160 .000
a Dependent Variable: MENDENGAR
139

Thitung nya didapat sebesar 19.160 > t tabel 2.000 dengan df = 73(n-2),
jadi HO ditolak artinya nilai sintaksis (X3) itu terdapat hubungan yang positif
dan nyata terhadap nilai keterampilan mendengar(Y).
Dan dalam regresinya adalah Ŷ= 23.632 + 0.689X3 artinya setiap
kenaikan 1 skor sintaksis (X3) dapat meningkatkan 0.689 skor keterampilan
mendengar bahasa Arab(Y).

d. Hubungan Fonologi(X1), Morfologi(X2), dan Sintaksis(X3) dengan


Keterampilan Mendengar(Y)

Perhitungan untuk memperoleh angka hubungan


fonologi, mrfologi dan sintaksis dengan keterampilan mendengar
dengan menggunakan tabel persiapan “r” product moment sebagai
berikut:

TABEL 30
N
2 2 2 2
O X1 X2 X3 Y X1 X2 X3 Y X1.Y X2.Y X3.y X1.X2.X3

1 70 64 61 65 4900 4096 3721 4225 4550 4160 3965 273280

2 60 60 58 62 3600 3600 3364 3844 3720 3720 3596 208800

3 60 65 74 68 3600 4225 5476 4624 4080 4420 5032 288600

4 70 63 61 65 4900 3969 3721 4225 4550 4095 3965 269010

5 70 63 61 65 4900 3969 3721 4225 4550 4095 3965 269010

6 40 52 48 53 1600 2704 2304 2809 2120 2756 2544 99840

7 60 62 61 62 3600 3844 3721 3844 3720 3844 3782 226920

8 70 66 65 68 4900 4356 4225 4624 4760 4488 4420 300300

9 50 49 48 50 2500 2401 2304 2500 2500 2450 2400 117600

10 70 69 71 71 4900 4761 5041 5041 4970 4899 5041 342930

11 70 66 61 68 4900 4356 3721 4624 4760 4488 4148 281820

12 60 61 58 65 3600 3721 3364 4225 3900 3965 3770 212280

13 70 65 61 68 4900 4225 3721 4624 4760 4420 4148 277550

14 70 72 77 74 4900 5184 5929 5476 5180 5328 5698 388080

15 60 63 61 65 3600 3969 3721 4225 3900 4095 3965 230580

16 70 68 61 71 4900 4624 3721 5041 4970 4828 4331 290360


140

N
2 2 2 2
O X1 X2 X3 Y X1 X2 X3 Y X1.Y X2.Y X3.y X1.X2.X3

17 70 63 71 68 4900 3969 5041 4624 4760 4284 4828 313110

18 70 63 65 65 4900 3969 4225 4225 4550 4095 4225 286650

19 70 66 61 68 4900 4356 3721 4624 4760 4488 4148 281820

20 70 53 58 65 4900 2809 3364 4225 4550 3445 3770 215180

21 70 66 65 68 4900 4356 4225 4624 4760 4488 4420 300300

22 60 62 68 62 3600 3844 4624 3844 3720 3844 4216 252960

23 70 65 61 68 4900 4225 3721 4624 4760 4420 4148 277550

24 60 60 58 62 3600 3600 3364 3844 3720 3720 3596 208800

25 70 65 77 68 4900 4225 5929 4624 4760 4420 5236 350350

26 70 65 61 68 4900 4225 3721 4624 4760 4420 4148 277550

27 40 35 32 50 1600 1225 1024 2500 2000 1750 1600 44800

28 80 80 94 82 6400 6400 8836 6724 6560 6560 7708 601600

29 60 57 55 62 3600 3249 3025 3844 3720 3534 3410 188100

30 70 63 61 65 4900 3969 3721 4225 4550 4095 3965 269010

31 90 95 90 91 8100 9025 8100 8281 8190 8645 8190 769500

32 80 83 81 85 6400 6889 6561 7225 6800 7055 6885 537840

33 90 97 94 94 8100 9409 8836 8836 8460 9118 8836 820620

34 70 72 71 74 4900 5184 5041 5476 5180 5328 5254 357840

35 70 65 61 68 4900 4225 3721 4624 4760 4420 4148 277550

36 80 77 84 82 6400 5929 7056 6724 6560 6314 6888 517440

37 90 71 87 88 8100 5041 7569 7744 7920 6248 7656 555930

38 70 61 61 65 4900 3721 3721 4225 4550 3965 3965 260470

39 80 75 74 79 6400 5625 5476 6241 6320 5925 5846 444000

40 70 63 58 68 4900 3969 3364 4624 4760 4284 3944 255780

41 80 71 71 76 6400 5041 5041 5776 6080 5396 5396 403280

42 90 86 94 91 8100 7396 8836 8281 8190 7826 8554 727560

43 50 51 48 53 2500 2601 2304 2809 2650 2703 2544 122400

44 70 65 65 68 4900 4225 4225 4624 4760 4420 4420 295750

45 70 63 61 68 4900 3969 3721 4624 4760 4284 4148 269010

46 70 62 58 68 4900 3844 3364 4624 4760 4216 3944 251720

47 60 60 55 62 3600 3600 3025 3844 3720 3720 3410 198000


141

N
2 2 2 2
O X1 X2 X3 Y X1 X2 X3 Y X1.Y X2.Y X3.y X1.X2.X3

48 70 68 77 74 4900 4624 5929 5476 5180 5032 5698 366520

49 70 65 65 68 4900 4225 4225 4624 4760 4420 4420 295750

50 70 71 71 68 4900 5041 5041 4624 4760 4828 4828 352870

51 70 72 71 68 4900 5184 5041 4624 4760 4896 4828 357840

52 60 63 61 62 3600 3969 3721 3844 3720 3906 3782 230580

53 80 69 77 76 6400 4761 5929 5776 6080 5244 5852 425040

54 80 71 84 79 6400 5041 7056 6241 6320 5609 6636 477120

55 70 72 71 68 4900 5184 5041 4624 4760 4896 4828 357840

56 70 65 61 68 4900 4225 3721 4624 4760 4420 4148 277550

57 80 74 74 76 6400 5476 5476 5776 6080 5624 5624 438080

58 70 66 65 68 4900 4356 4225 4624 4760 4488 4420 300300

59 70 71 71 74 4900 5041 5041 5476 5180 5254 5254 352870

60 60 60 61 62 3600 3600 3721 3844 3720 3720 3782 219600

61 70 70 71 74 4900 4900 5041 5476 5180 5180 5254 347900

62 60 60 58 62 3600 3600 3364 3844 3720 3720 3596 208800

63 70 62 61 65 4900 3844 3721 4225 4550 4030 3965 264740

64 80 80 84 82 6400 6400 7056 6724 6560 6560 6888 537600

65 60 61 61 62 3600 3721 3721 3844 3720 3782 3782 223260

66 70 63 65 68 4900 3969 4225 4624 4760 4284 4420 286650

67 70 72 71 74 4900 5184 5041 5476 5180 5328 5254 357840

68 70 66 65 68 4900 4356 4225 4624 4760 4488 4420 300300

69 60 56 55 59 3600 3136 3025 3481 3540 3304 3245 184800

70 80 80 84 82 6400 6400 7056 6724 6560 6560 6888 537600

71 80 75 74 76 6400 5625 5476 5776 6080 5700 5624 444000

72 80 85 74 79 6400 7225 5476 6241 6320 6715 5846 503200

73 60 61 42 62 3600 3721 1764 3844 3720 3782 2604 153720

74 70 74 71 76 4900 5476 5041 5776 5320 5624 5396 367780

75 70 75 68 76 4900 5625 4624 5776 5320 5700 5168 357000


520 501 500 521 36740 34202 34330 36856 36747 35457 35466 245365
0 5 0 7 0 7 0 5 0 5 6 80

Kemudian setelah diperoleh angka penjumlahan keempat variabel fonologi,


morfologi, sintaksis dan keterampilan mendengar, maka untuk memperoleh
142

koefisien korelasi ganda, diawali terlebih dahulu menghitung korelasi antar


variable dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
digunakan rumus
N∑X1X2X3-(∑X1)( ∑X2)(X3)
Rx1.X2.X3.Y= √ {N∑X12 – (∑X1)2}{N∑X22 – (∑X2)2}{N∑X32-(∑X3)2}
75 . 24536580-(5200)(5015)(5000)
= √{75 . 367400-(5200)2}{75 . 342027-(5015)2}{75. 34330-(5000)2}
= 0.878
Penghitungan anka tersebut sesuai dengan penghitungan SPSS 15.0 :

TABEL 31
Model Summary(b)

Adjusted R Std. Error of the


Model R R Square Square Estimate
1 .878(a) .770 .764 4.683

Setelah diperoleh angka korelasi antar ketiga variabel bebas, maka


dalam tahap selanjutnya mencari nilai korelasi antar variabel dan korelasi
ganda(RX1.X2.X3.Y) dengan menggunakan rumus ganda “r” product moment
Karl Pearson :
Rx1.X2.X3.Y= √ r2X1.Y+r2X2.Y+r2X3.Y-3(rX1.Y).(rX2.y).(rX3.Y).(rX1.X2.X3)
1-r2X1.X2.X3

Perhitungan koefisien korelasi ganda diperlukan ringkasan hasil korelasi berikut


ini:
Simbol Statistik Nilai Statistik
rX1.Y 0.923
rX2.Y 0.931
rX3.y 0.913
rX1.X2.X3 0.878
143

Rx1.X2.X3.Y= √0.923+0.931+r0.913-3.(0.923).(0.931).(0.913).(0.878)
1-(0.878)2
= 0.968
Interpertasi sederhana dari perhitungan di atas ternyata angka korelasi
variabel fonologi(X1), morfologi(X2), sintaksis(X3) dengan keterampilan
mendengar(Y) tidak bertanda negatif. Dengan demikian terdapat korelasi
positif sebesar 0.968 artinya jika nilai fonologi, morfologi dan sintaksis tinggi,
maka nilai keterampilan mendengar bahasa Arab juga meningkat.
KD = rxy2 x 100%
= (0.9682) x 100%
= 93.8%
Artinya angka 93.8% variasi yang terjadi terhadap tinggi rendahnya
keterampilan mendengar bahasa Arab disebabkan oleh variasi kemampuan
fonologi, morfologi dan sintaksis. Dengan demikian proses penghitungan ini
sesuai dengan hasil output SPSS 15.0 sebagai berikut:
TABEL 32
Model Summary

Adjusted R Std. Error of the


Model R R Square Square Estimate
1 .968(a) .938 .935 2.22703
a Predictors: (Constant), SINTAKSIS, FONOLOGI, MORFOLOGI

Keterangan:
R = Koefisien Korelasi
R2= Koefisien Determinasi
R disebut juga dengan koefisien korelasi. Dapat dibaca bahwa nilai KK
antar variabel fonologi (X1), morfologi(X2), sintaksis(X3) dengan
keterampilan mendengar bahasa Arab (Y) adalah 0.968.Hal ini bisa
disimpulkan bahwa, terdapat hubungan antara keempat variabel tersebut
sebesar 96.80%.
R Square disebut dengan koefisien determinasi. Dari tabel dapat dibaca
bahwa nilai R Square (R2) adalah 0.938.Hal ini bisa disimpulkan bahwa,
144

93.80% variasi yang terjadi terhadap tinggi rendahnya keterampilan


mendengar bahasa Arab (Y), disebabkan variasi nilai fonologi.(X1),
morfologi(X2), dan sintaksis(X3).
Sedangkan untuk uji hipotesis dan regresinya dapat dilihat dari tabel
koefisien berikut ini:
TABEL 33
Coefficients(a)

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients t Sig.

Model B Std. Error Beta B Std. Error


1 (Constant) 9.364 1.999 4.685 .000
FONOLOGI .350 .056 .385 6.251 .000
MORFOLOGI .344 .065 .373 5.324 .000
SINTAKSIS .194 .051 .257 3.779 .000
a Dependent Variable: MENDENGAR

Thitung pertama didapat sebesar 6.251 > t tabel 2.000 dengan df = 73(n-2),
jadi HO ditolak artinya nilai fonologi (X1) itu terdapat hubungan yang positif
dan nyata terhadap nilai keterampilan mendengar(Y), jika morfologi(X2),
sintaksis(X3) konstan.
Thitung kedua didapat sebesar 5.324 > t tabel 2.000dengan df = 73(n-2),
jadi HO ditolak artinya nilai morfologi (X2) itu terdapat hubungan yang positif
dan nyata terhadap nilai keterampilan mendengar(Y), jika fonologi (X1) dan
sintaksis(X3) konstan.
Thitung ketiga didapat sebesar 3.779 > t tabel 2.000 dengan df = 73(n-2),
jadi HO ditolak artinya nilai sintaksis(X3) itu terdapat hubungan yang positif
dan nyata terhadap nilai keterampilan mendengar(Y), jika fonologi.(X1), dan
morfologi(X2) konstan.
Dan dalam regresinya adalah Ŷ= 9.364 + 0.350X1+ 0.344X2 + 0.194X3
artinya setiap kenaikan 1 skor fonologi (X1) dapat meningkatkan 0.350 skor
keterampilan mendengar bahasa Arab(Y), dan setiap kenaikan 1 skor
morfologi(X2) dapat meningkatkan 0.344 skor keterampilan mendengar
bahasa Arab(Y), serta setiap kenaikan 1 skor sintaksis(X3) dapat
meningkatkan 0.194 skor keterampilan mendengar bahasa Arab(Y).
145

Dari rumus pertama dapat disimpulkan bahwa ketika semakin baik


pengetahuan tentang nilai fonologi, morfologi dan sintaksis mahasiswa, maka
akan semakin baik nilai keterampilan mendengar bahasa Arab mahasiswa.
Dan untuk rumus kedua bisa menjelaskan bahwa ada hubungan positif dan
signifikan antara fonologi, morfologi dan sintaksis dengan keterampilan
mendengar bahasa Arab mahasiswa.
Analisis korelasi parsial 9 juga dilakukan untuk melihat hubungan
murni antara variabel-variabel bebas dengan variabel terikat apabila salah satu
variabel bebas dalam keadaan konstan (terkontrol). Hasil analisis
menunjukkan bila diadakan pengontrolan terhadap X2 dan X3, maka diperoleh
koefisien korelasi parsial X1 dengan Y sebesar ry1.2.3 = 0.596, dan bila
diadakan pengontrolan terhadap X1 dan X3, maka diperoleh koefisien korelasi
parsial X2 dengan Y sebesar ry2.1.3 = 0.534, sementara bila diadakan
pengontrolan terhadap X1 dan X2, maka diperoleh koefisien korelasi parsial X3
dengan Y sebesar ry3.1.2 = 0.409. Untuk lebih jelasnya secara berturut-turut
dapat dilihat tabel korelasi parsial sesuai proses SPSS 15.0 berikut ini :
TABEL 34
KORELASI PARSIAL DENGAN MENGONTROL X2 DAN X3
Correlations

KETERAMPIL
AN
Control Variables MENDENGAR FONOLOGI
MORFOLOGI & KETERAMPILAN Correlation 1.000 .596
SINTAKSIS MENDENGAR Significance (1-tailed) . .000
Df 0 71
FONOLOGI Correlation .596 1.000
Significance (1-tailed) .000 .
Df 71 0

9
Dalam studi korelasi, peneliti seringkali ingin mengetahui hubungan antara tiga buah
peubah setelah mengontrol peubah lain. Misalnya, hubungan antara X1 dengan Y setelah
mengontrol X2 dan X3 atau dapat ditulis r y 1 2.3. Pada umumnya, koefisien korelasi antara X1
dengan Y (r y1) akan lebih besar daripada r y2. Namun, keadaannya tidak selalu demikian.
Menambahkan peubah baru ke dalam korelasi dapat menurunkan atau menaikkan korelasi semula
bergantung kepada hubungan antara peubah-peubah yang terlibat. Lihat Furqon, Ph.D., Statistika
Terapan untuk Penelitian (Bandung : Alfabeta, 2004), Edisi Revisi, h. 115.
146

TABEL 35
KORELASI PARSIAL DENGAN MENGONTROL X1 DAN X3
Correlations

KETERAMPI
LAN
MENDENGA MORFOLO
Control Variables R GI
FONOLOGI & KETERAMPILAN Correlation
1.000 .534
SINTAKSIS MENDENGAR
Significance (1-tailed) . .000
Df 0 71
MORFOLOGI Correlation .534 1.000
Significance (1-tailed) .000 .
Df 71 0

TABEL 36
KORELASI PARSIAL DENGAN MENGONTROL X1 DAN X2

Correlations

KETERAMPIL
AN
Control Variables MENDENGAR SINTAKSIS
FONOLOGI & KETERAMPILAN Correlation 1.000 .409
MORFOLOGI MENDENGAR Significance (1-tailed) . .000
Df 0 71
SINTAKSIS Correlation .409 1.000
Significance (1-tailed) .000 .
Df 71 0

TABEL 37
KOEFISIEN UJI T
Coefficients(a)

Unstandardized Standardized
Model Coefficients Coefficients T Sig. Correlations
Std.
Std. Zero- Part Erro
B Error Beta order ial Part B r
1 (Constant) 9.364 1.999 4.685 .000
FONOLOGI .350 .056 .385 6.251 .000 .923 .596 .185
MORFOLOGI .344 .065 .373 5.324 .000 .931 .534 .157
SINTAKSIS .194 .051 .257 3.779 .000 .913 .409 .112
a Dependent Variable: KETERAMPILAN MENDENGAR

Uji keberartian koefisien korelasi dilakukan dengan uji t yang menghasilkan t


hitung = 6.251, 5.324 dan 3.779 sedangkan pada tabel distribusi t dengan dk 71
dan taraf signifikansi = 0.05 diperoleh t tabel 2.000.
147

Ternyata harga-harga t hitung > t tabel. Artinya koefisien korelasi parsial antara
X1 dengan Y jika X2 dan X3 dikontrol dan koefisien korelasi parsial antara X2
dengan Y jika X1 dan X3 dikontrol serta koefisien korelasi parsial antara X3
dengan Y jika X1 dan X2 dikontrol ketiga-tiganya tidak bisa diabaikan.
Dengan demikian, dapat disimpulkan meskipun dilakukan pengontrolan terhadap
X1( fonologi), X2 (morfologi) dan X3 (sintaksis) tetap mempunyai hubungan yang
berarti dengan keterampilan mendengar bahasa Arab mahasiswa.
Grafik Hubungan Fonologi (X1) dengan Keterampilan Mendengar(Y)
Charts

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

Dependent Variable: KETERAMPILAN MENDENGAR

1.0

0.8
Expected Cum Prob

0.6

0.4

0.2

0.0
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0
Observed Cum Prob

Chart ini menggambarkan hubungan antara nilai yang diprediksi dengan


Studentized Delete Residual-nya, jika model regresi layak untuk dipakai
148

prediksi(fit), data akan terpencar disekitar angka nol (0 pada sumbu Y) dan
membentuk suatu pola atau trend garis tertentu. Dari Chart ini terlihat sebaran
data ada di sekitar titik nol, serta tampak adanya suatu pola tertentu pada sebaran
data tersebut. Dengan demikian , bisa dikatakan model regresi memenuhi syarat
untuk memprediksi keterampilan mendengar bahasa Arab.

Scatterplot

Dependent Variable: KETERAMPILAN MENDENGAR

100
KETERAMPILAN MENDENGAR

90

80

70

60

50

-2 -1 0 1 2 3
Regression Standardized Residual

Chart ini mengggambarkan hubungan antara keterampilan mendengar


dengan nilai prediksinya, jika model memenuhi syarat, sebaran data akan berada
mulai dari kiri bawah harus kea rah kanan atas. Terlihat sebaran data diatas sudah
membenrtuk arah seperti yang di syaratkan. Karena itu, bisa dikatakan model
regresi sudah layak digunakan.
Grafik Hubungan Morfologi (X2)dengan Keterampilan Mendengar(Y)
Charts
149

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

Dependent Variable: KETERAMPILAN MENDENGAR

1.0

0.8
Expected Cum Prob

0.6

0.4

0.2

0.0
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0
Observed Cum Prob

Chart ini menggambarkan hubungan antara nilai yang diprediksi dengan


Studentized Delete Residual-nya, jika model regresi layak untuk dipakai
prediksi(fit), data akan terpencar disekitar angka nol (0 pada sumbu Y) dan
membentuk suatu pola atau trend garis tertentu. Dari Chart ini terlihat sebaran
data ada di sekitar titik nol, serta tampak adanya suatu pola tertentu pada sebaran
data tersebut. Dengan demikian , bisa dikatakan model regresi memenuhi syarat
untuk memprediksi keterampilan mendengar bahasa Arab.
150

Scatterplot

Dependent Variable: KETERAMPILAN MENDENGAR

100
KETERAMPILAN MENDENGAR

90

80

70

60

50

-2 0 2 4
Regression Standardized Residual

Chart ini mengggambarkan hubungan antara keterampilan mendengar


dengan nilai prediksinya, jika model memenuhi syarat, sebaran data akan berada
mulai dari kiri bawah harus kea rah kanan atas. Terlihat sebaran data diatas sudah
membenrtuk arah seperti yang di syaratkan. Karena itu, bisa dikatakan model
regresi sudah layak digunakan.

Grafik Hubungan Sintaksis (X3)dengan Keterampilan Mendengar(Y)


Charts

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

Dependent Variable: KETERAMPILAN MENDENGAR

1.0

0.8
Expected Cum Prob

0.6

0.4

0.2

0.0
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0
Observed Cum Prob
151

Chart ini menggambarkan hubungan antara nilai yang diprediksi dengan


Studentized Delete Residual-nya, jika model regresi layak untuk dipakai
prediksi(fit), data akan terpencar disekitar angka nol (0 pada sumbu Y) dan
membentuk suatu pola atau trend garis tertentu. Dari Chart ini terlihat sebaran
data ada di sekitar titik nol, serta tampak adanya suatu pola tertentu pada sebaran
data tersebut. Dengan demikian , bisa dikatakan model regresi memenuhi syarat
untuk memprediksi keterampilan mendengar bahasa Arab.

Scatterplot

Dependent Variable: KETERAMPILAN MENDENGAR

100
KETERAMPILAN MENDENGAR

90

80

70

60

50

-3 -2 -1 0 1 2 3
Regression Standardized Residual

Chart ini mengggambarkan hubungan antara keterampilan mendengar


dengan nilai prediksinya, jika model memenuhi syarat, sebaran data akan berada
mulai dari kiri bawah harusw kea rah kanan atas. Terlihat sebaran data diatas
sudah membenrtuk arah seperti yang di syaratkan. Karena itu, bisa dikatakan
model regresi sudah layak digunakan.

Grafik Hubungan Fonologi (X1), Morfologi (X2) dan Sintaksis (X3)dengan


Keterampilan Mendengar(Y)
Charts
152

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

Dependent Variable: KETERAMPILAN MENDENGAR

1.0

0.8
Expected Cum Prob

0.6

0.4

0.2

0.0
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0
Observed Cum Prob

Chart ini menggambarkan hubungan antara nilai yang diprediksi dengan


Studentized Delete Residual-nya, jika model regresi layak untuk dipakai
prediksi(fit), data akan terpencar disekitar angka nol (0 pada sumbu Y) dan
membentuk suatu pola atau trend garis tertentu. Dari Chart ini terlihat sebaran
data ada di sekitar titik nol, serta tampak adanya suatu pola tertentu pada sebaran
data tersebut. Dengan demikian , bisa dikatakan model regresi memenuhi syarat
untuk memprediksi keterampilan mendengar bahasa Arab.
153

Scatterplot

Dependent Variable: KETERAMPILAN MENDENGAR

100
KETERAMPILAN MENDENGAR

90

80

70

60

50

-2 -1 0 1 2 3 4
Regression Standardized Residual

Chart ini mengggambarkan hubungan antara keterampilan mendengar


dengan nilai prediksinya, jika model memenuhi syarat, sebaran data akan berada
mulai dari kiri bawah harus kearah kanan atas. Terlihat sebaran data diatas sudah
membenrtuk arah seperti yang di syaratkan. Karena itu, bisa dikatakan model
regresi sudah layak digunakan.
2. Analisis Problematika Mahasiswa Dalam Keterampilan Mendengar
Bahasa Arab
Pada hakekatnya problem yang terjadi pada pengajaran keterampilan
mendengar merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari problematika
pengajaran bahasa Arab secara umum. Problematika yang terjadi pada pengajaran
bahasa Arab secara umum meliputi masalah linguistik dan non linguistik.
Mengingat pengajaran keterampilan mendengar menurut para ahli bahasa
termasuk pengajaran yang sangat sulit, tentunya problem yang dihadapi
mahasiswa dalam pengajaran keterampilan mendengar lebih komplek dibanding
dengan problem yang dihadapi pengajaran caang-cabang kebahasaan yang lain.
Keterampilan mendengar merupakan keterampilan yang menuntut beberapa
kemampuan kebahasaan yang lain dituntut kepiawaianya dalam menangkap isi
pesan yang didengar sesuai dengan maksud yang ada dalam teks atau ungkapan
Arab dengan mengimplementasikan pengalaman kebahasaan yang sudah dimiliki
154

baik fonologi, morfologi maupun sintaksis dalam rangka memahami isi pesan teks
yang didengar.
Adapun penjelasan tentang problem dalam keterampilan mendengar
sebagai berikut:
a. Problem linguistik di bidang fonologi
Melihat dari analisis data diatas bahwa mahasiswa program SIBA STAIN
Salatiga dalam masalah keterampilan mendengar bahasa Arab berada pada
kategori sedang. Hal tersebut dikarenakan pencapaian nilai rata-rata yang
diperoleh dari responden sebanyak 75 mahasiswa mencapai nilai sedang sebesar
69%. Sehingga bisa dikatakan pemahaman isi pesan teks yang didengar
mahasiswa belum bisa dengan sempurna ditangkap mahasiswa dikarenakan
adanya faktor-faktor tertentu. Sesuai dengan teori pendengaran yang dikemukakan
oleh Muhammad Abd Al Khâliq Muhammad 10 bahwa dalam keterampilan
mendengar menuntut kemampuan undur-unsur bahasa, dimana timbulnya
pemahaman akan muncul manakala mempunyai kemampuan sistem yang
mengatur bahasa yang dipelajari.
Terjadinya proses pendengaran adalah dimulai dengan adanya komunikasi
antara dua orang atau lebih, sehingga dari situ akan terdapat adanya usaha saling
memahami pembicaraan apa yang didengar. Proses pemahaman akan terjadi, jika
pendengar mempunyai syarat berupa pengetahuan sistem bahasa yang sama
dengan sistem bahasa yang dimiliki oleh pembicara. Oleh karena itu kemampuan
pendengar dalam bidang unsur-unsur bahasa perlu dikuasai dengan baik agar bisa
sampai pada pemahaman isi pesan pendengaran sesuai dengan apa yang
diinginkan pembicara. Dengan demikian pemahaman akan terjadi jika seseorang
mempunyai pengetahuan tentang sistem bahasa seperti yang dimiliki pembicara
baik tentang sistem fonologi, morfologi dan sintaksis.

10
Muĥammad Abd Al Khâliq Muĥammad adalah seorang ahli pendidikan dibidang
bahasa. Dia banyak menulis buku buku terutama yang membahas tentang profesionalitas guru
bahasa Arab, yang dianggap bahasa Arab sebagai bahasa asing dalam proses belajar mengajar di
sekolah.Dalam proses penulisan buku selalu merujuk hasil karya pada para ahli linguis seperti
Haiton,Harist dan Carl terutama yang berkaitan dengan metodologi pengajaran bahasa. Lihat
dalam mukaddimah buku:Ikhtibârât Al Lughah, ( Riyâd: ‘Imâdah Syu’ûn Al Maktabât, Jâmi’ah Al
Mulk Su’ûd, 1989), hal.‫ط‬.
155

Oleh karena itu bagi mahasiswa masih menghadapi problem dalam


keterampilan mendengar bahasa Arab, dan problem yang dihadapi mahasiswa
SIBA STAIN Salatiga ditemukan melalui tes fonologi terhadap 75 mahasiswa
rata-rata berada pada minimal pairs (‫ ) ض‬dan (‫)ظ‬, dengan kesalahan mencapai
67%, dan pada minimal pairs pada (‫ )ض‬dan (‫ ) ذ‬didapat kesalahan sebesar 33%.
Dan kesalahan pada minimal pair (‫ )ن‬dan (‫ )م‬sebesar 59%. Problem dalam
fonologi ini sebabkan keraguan mahasiswa dalam mendengar bunyi huruf 11 ,
sebagaimana contoh diatas bunyi (‫ )ظ‬diucapkan dengan (‫ )ض‬walaupun keduanya
merupakan konsonan bersuara (‫ )ﻣﺠﻬﻮر‬yaitu posisi pita suara berdekatan tidak
merapat supaya bisa dilewati udara yang datang dari paru-paru, namun tempat
artikulasinya berbeda, kalau ‫ ظ‬pengucapanya ujung lidah berada pada diantar
bagian depan gigi bawah dan gigi atas, menyentuh gigi seri atas sehingga arus
udara bisa keluar menghembus dari celah kecil dimana bagian belakang lidah
tertarik kebelakang dan meninggi kearah velum. Sementara ‫ ض‬pengucapanya
ujung lidah menyentuh permulaan alveolar, sehingga menahan arus udara yang
mengumpul sejenak, kemudian lidah dilepaskan, arus udara keluar secara tiba-tiba
membentuk bunyi hambat. Contoh lain keraguan pengucapan ‫ ن‬dan ‫ م‬dalam kata,
Sementara penggantian bunyi huruf / fonem (partikel)dalam kata akan merubah
arti kata tersebut.
12
Pada tataran fonologi Tu’aimah menyampaikan bahwa, dalam
komunikasi peran fonem sangat menentukan hubungan kata dengan makna
(referesinya), dimana kejelasan pengucapan fonem akan menghantarkan kejelasan
makna suatu kata sehingga pendengar akan lebih mudah memahami pesan yang
diterima. Dengan demikian dalam menjaga keutuhan komunikasi antar sesama
diperlukan adanya kecermatan pengucapan perbedaan bunyi-bunyi bahasa dengan
menghindarkan tercampurnya unit bunyi terkecil yang dapat mengakibatkan
perubahan makna sebuah kata.

11
Ibrâĥîm Muĥammad ‘Athâ, Al-Marja ’ Fi Tadrîs Al-Lughah Al-‘Arabiyyah,( Markaz
Al-Kitâb Li Al-Nasyr, 2005), hal.137.
12
Rusdi Aĥmad Thu’aimah, Ta ’lîm al-‘Arabiyyah Li Ghair al-Nâtiqîn Bihâ Manâhijuh
Wa Asâlîbuh, ((Rabat: Jâmi’ah al-Manshûrah, 1989), hal.156.
156

b. Problem linguistik di bidang morfologi


Morfologi adalah bidang linguistik yang mempelajari morfem dan
kombinasinya 13 , atau morfologi adalah bagian dari ilmu kebahasaan yang
mempelajari kata dan bagian-bagianya yakni morfem 14 . Dalam bahasa Arab,
aspek morfologi ini disebut ilm al sharf . Morfologi ini mempunyai kedudukan
yang sangat penting dalam keterampilan mendengar, karena dengan ilm al-sharf
seorang pelajar mempunyai kekayaan kosa-kata yang sangat membantu dalam
pemahaman isi pesan yang di dengar,15 tanpa memiliki kekayaan kosa-kata tentu
mustahil akan dapat memahami ungkapan bahasa yang didengar.
Mendasarkan pada tes morfologi ditemukan kesulitan mahasiswa tentang
kemampuan perubahan kata /derivatif yang bisa dikatakan merupaka kesulitan
yang besar. Untuk lebih jelasnya bisa melihat tabel berikut :
TABEL38
N0 Jawaban Benar Jawaban Variatif Jumlah
Tes
Derivasi Istilahi
1 23 52 75
2 15 60 75
3 6 69 75
4 8 67 75
5 6 69 75
6 6 69 75
Derivasi Lughawi
7 8 67 75
8 3 72 75
9 1 74 75
Aplikasi Shorf

13
J.W.M. Verhaar, Pengantar Linguistik, (Yogyakarta : Gajah Mada University Press,
1995), hal. 52.
14
M. Ramlan, Morfologi Suatu Tinjauan Deskriptif, (Yogyakarta : UP Karyono, tth),
hal.1.
15
Tamâm Ĥasân, Al Lughah Al ‘Arabiyyah Ma ’nâhâ Wa Mabnâhâ, (Mishr: Al’Ầmmah
li Al Kitâb, 1979), cet.II, hal.36.
157

10 59 16 75
11 60 15 75

Problem mahasiswa dalam morfologi yang bisa mempengaruhi


keterampilan mendengar dikatakan besar, hal itu dikarenakan adanya perbedaan
sistem kedua bahasa yaitu bahasa Indonesia dengan bahasa Arab. Bahasa
16
Indonesia termasuk bahasa yang bertipe aglutinasi. Susunan kata yang
beraglutinasi dilakukan dengan pengimbuhan (afiksasi), seperti penambahan
awalan (prefik) me- pada Ani membaca buku, penambahan akhiran (suffik) –an
pada Dia membawa buku bacaan, Penyisipan (infik) pada Telunjuknya berdarah.
Kata-kata dasar itu tidak mengalami perubahan sama sekali, tetapi hanya
mendapat penambahan pada awal, akhir dan awal-akhir maupun penyisipan.
Sedangkan bahasa Arab merupakan bahasa yang bertipe infleksi17, dimana
proses pembentukan kata dilakukan dengan merubah bentuk kata dasar menjadi
bentuk lainya, seperti dari kata ‫ ﺿﺮب‬dapat diubah menjadi ‫ﺿﺮب‬, ‫ﯾﻀﺮب‬, ‫ﺿﺮﺑﺎ‬,
‫ ﻣﻀﺮوب‬dan seterusnya. Dalam bahasa Arab dalam merubah kata tidak hanya
dilakukan dengan penambahan awalan (al-sawabiq), penyisipan (al-dakhil), dan
akhiran (al-lawahiq) saja, tetapi lebih dari itu adalah pembentukan kata yang
memiliki makna baru melalui proses derivasi dan infleksi, serta pemakaian
morfologi yang secara khusus..
Perbedaan cara pembentukan kata dalam dua bahasa ini menjadi problem
tersendiri dalam keterampilan mendengar, sering dijumpai ketidak cocokan
shighah yang digunakan oleh pelajar dengan ungkapan yang ada ketika
mendengarkan ungkapan atau teks bahasa Arab, sehingga terjadi kesalahan dalam
menangkap isi pesan yang didengar.

16
Bahasa Aglutinasi adalah bahasa yang memiliki banyak imbuhan dan cara
pembentukan kata-kata dilakukan dengan menambah imbuhan tersebut pada kata dasar. Lihat
Emil Badi’ Ya’qub, Fiqh al-Lughah al-‘Arabiyyay Wa Khashâishuhâ, (Bairut : Dâr al-Tsaqâfah
al-‘Arabiyyah, 1982), hal. 189.
17
Bahasa infleksi adalah bahasa yang dalam pembentukan kata-katanya dilakukan
dengan merubah bentuk dasar menjadi bentuk lain yang sesuai dengan konteks pemakaian. Lihat
Emil Badi’ Ya’qub, Fiqh al-Lughah al-‘Arabiyyay Wa Khashâishuhâ…hal. 189.
158

c. Problem linguistik di bidang sintaksis


Aspek sintaksis dalam bahasa Arab disebut dengan ‘ilm al-nahw, yaitu
ilmu yang berhubungan dengan penyusunan atau pemakaian kata atau ungkapan
dalam kalimat, atau pembentukan susunan kalimat dalam bentuk dan tanda yang
benar.18 Problem mahasiswa juga yang ada dalam keterampilan mendengar adalah
belum mempunyai kemampuan sempurna dalam bidang sistem sintaksis bahasa
Arab yang mempunyai system bahasa berbeda dengan bahasa Indonesia, bahkan
jauh berbeda dengan antar kedua bahasa. Perbedaan kedua bahasa itu bisa
dikelompokkan menjadi empat aspek yaitu terdapat sistem I’rab dalam bahasa
Arab, struktur dalam bahasa Arab terdapat kalimat nominal (al-jumlah al-ismiah)
dan kalimat verbal (al-jumlah al-fi’liyyah), dan juga adanya sistem penyesuaian
dalam bahasa Arab (mutabaqah), sementara dalam bahasa Indonesia hanya
kalimat nominal (jumlah ismiah).19
Problem yang dihadapi mahasiswa program SIBA STAIN Salatiga dapat
dilihat dengan jelas dalam tabel berikut :
TABEL. 39
NO Soal Jumlah Jawaban Benar Jawaban Variatif Jumlah

Kedudukan I’rab Dan Tanda

1 67 8 75

2 40 35 75
3 31 44 75

4 31 44 75

5 28 47 75

6 22 53 75
7 26 49 75

8 21 54 75

Macam-Macam Kata

9 21 54 75

10 8 67 75

11 1 74 75

Aplikasi Sintaksis

18
Munir al-Balbaki, Al-Maurid A Modern English Arabic Dictionary, (Beirut : Dâr al-
‘Ilm al-Malayin), hal. 941.
19
Musthâfâ Al Ghalayainî, Jamî’ Al Durûs Al ‘Arabiyyah, ( Beirut: Al Maktabah Al
‘Ashriyyah), Juz II, hal. 12.
159

12 1 74 75

13 59 16 75

14 59 16 75

15 55 20 75

16 48 27 75

Dari tabel jelas problem mahasiswa dalam sintaksis yang ikut


mempengaruhi keterampilan mendengar dapat dikatakan sedang, namun dalam
aspek mengenal macam-macam kata termasuk problem besar, hal ini dikarenakan
dalam bahasa Arab terdapat kalimat yang terdiri dari serentetan kata-kata akan
mempunyai makna tertentu, walaupun sama-sama terdiri dari fi’l dan ism, karena
susunan kalimat yang terdiri dari fi’l dan isim itu menunjukkan adanya hubungan
tertentu. Konsep yang dipakai dalam bahasa Arab menurut Aziz Fahrurrozi
adalah adanya konsep pemahaman terlebih dahulu terhadap kedudukan dan
jabatan ungkapan bahasa Arab, sehingga baru akan menimbulkaan akan adanya
pemahaman makna 20. Ungkapan bahasa Arab yang terdiri dari kata-kata yang
menentukan makna adalah kedudukan atau posisi kata itu sendiri dalam ungkapan.
Bentuk fa ’il itu menunjukkan pelaku atau subjek dan bentuk maf’ul itu
menunjukkan nama objek dalam kalimat dan seterusnya.
Adanya system I’rab dalam bahasa Arab sering menjadi problem bagi
pelajar, bahkan dengan adanya I’rab itu muncul asumsi bahwa bahasa Arab itu
sulit. Disamping itu dalam bahasa Arab terdapat kalimat verbal (al-jumlah al-
fi’liyyah) yang dalam bahasa Indonesia dikenal dengan pola P+S+O seperti ‫رﺟﻊ‬
‫ ﻋﻠﻰ ﻣﻦ اﻟﻤﺪرﺳﺔ‬yang jika diterjemahkan secara lafdliyyah adalah “ pulang Ali dari
sekolah”, sementar kalimat nominal (al-jumlah al-ismiah) tidak terdapat
perbedaan yang mendasar, karena bahasa Indonesia juga didominasi oleh
penggunaan kalimat nominal (pola S+P+O) seperti ‫ ( أﻧﺎ ﻃﺎﻟﺐ‬saya adalah seorang
pelajar). Disamping itu terdapat pula pola kalimat bahasa Arab yang tidak ada
dalam bahasa Indonesia, seperti pola MD dalam bahasa Arab, sedangkan bahasa
Indonesis mengenal itu. Seperti kalimat ‫( ﻫﺬا اﻟﻤﻠﻌﺐ وﺳﯿﻊ‬ini lapangan luas/berpola

20
Aziz Fahrurrozi, Pembelajaran Gramatika Sebagai Ilmu Bantu Memahami Teks, Makalah,
(Jakarta: 1997), hal. 1.
160

MD), dalam bahasa Indonesia tidak ada, akhirnya terpaksa diterjemahkan dengan
pola DM yaitu “lapangan ini luas”.
Problem lain yang berhubungan dengan sintaksis adalah adanya
persesuaian kata (‫ ) ﻣﻄﺎﺑﻘﺔ‬dalam bahasa Arab, dalam hal fi’l dan fa ’il, mubtada ’
dan khabr, tazkir dan ta ’nits, mufrad dan jama ’, sedangkan dalam bahasa
Indonesia tidak terdapat hal seperti itu.
Disamping foktor-faktor linguistik diatas, juga terdapat faktor-faktor lain
yang bersifat non linguistik yang menjadi problem mahasiswa dalam
keterampilan mendengar bahasa Arab yakni :
1. Faktor input mahasiswa
Bardasarkan observasi penulis dari data mahasiswa yang masuk di
program SIBA STAIN Salatiga tahun akademik 2007/2008 ternyata terdapat
mahasiswa yang berlatar belakang pendidikan non MA/Pesantren dan dari
SMA/STM, dari keseluruhan mahasiswa bisa dilihat dalam tabel berikut ini:
TABEL 40
DATA MAHASISWA PROGRAM SIBA STAIN SALATIGA
TAHUN AKADEMIK 2007/200821

Siswa Latar Belakang


Laki-
No Kelas Laki Perempuan Jumlah MA SMA
1 A.1 8 22 30 27 3
2 A.2 12 18 30 21 9
2 A.3 10 21 31 22 9
4 A.4 13 18 31 21 10
5 A.5 10 22 32 20 12
6 A.6 12 20 32 19 13
7 B.7 11 21 32 18 14
8 B.8 10 22 32 20 12
9 B.9 9 24 33 20 13
10 B.10 12 20 32 21 11
11 B.11 14 17 31 18 13

21
Dokumen SIBA STAIN Salatiga tahun akademik 2007/2008.
161

Siswa Latar Belakang


Laki-
No Kelas Laki Perempuan Jumlah MA SMA
12 B.12 17 13 30 18 12
138 238 376 245 131

Dari tabel dapat dibaca 345 atau 66% mahasiswa dari alumni MA/MAN
dan 131 atau 34% mahasiswa dari alumni SMA/SMAN. Dari perbedaan latar
belakang sekolah ini idealnya juga berimplikasi pada kemampuan mahasiswa
dalam pembelajaran keterampilan mendengar, sehingga mahasiswa yang
berlatarbelakang sekolah umum banyak yang mengalami kesulitan dalam
keterampilan mendengar, karena bahasa Arab dianggap hal yang baru bagi mereka,
walaupun alumni umum itu ada yang berlatar belakang pesantren.
Disamping itu sesuai dengan pengamatan juga pada tes penempatan
mahasiswa dalam kelas intensif bahasa Arab pada tahun akademik 2007/2008,
hanya terdapat 35% persen mahasiswa yang dikatakan kategori kemampuan
medium, sedangkan selebihnya 65% dalam kategori kemampuan rendah. Hal ini
juga menjadi kondisi riil yang ikut memperkuat akan lemahnya kemampuan
bahasa Arab mahasiswa pada saat awal belajar di program SIBA STAIN Salatiga.
Dengan demikian faktor input mahasiswa yang menjadi problem
keterampilan mendengar bahasa Arab disebut dengan faktor non bahasa. Hal ini
sesuai dengan pendapat Muĥammad Shalâĥ Al-Syantî menyampaikan tentang
problem ketrampilan mendengar yaitu pendengar sendiri yang mempunyai tingkat
kecerdasan rendah dan keterbatasan kekayaan bahasa.22
2. Metode Pengajaran
Berdasarkan observasi proses pengajaran bahasa Arab di kelas, penulis
menemukan bahwa ketika dosen mengajar dikelas sering menggunakan metode
langsung (‫ ) ﻣﺒﺎﺷﺮة‬dengan bahasa Arab, terutama native speaker Arab yang tidak
bisa berkomunikasi dengan bahasa Indonesia yang langsung mengajar di kelas,
walaupun metode ini secara ideal sangat tepat dan menjadi persyaratan bagi

22
Muĥammad Shalâĥ Al-Syanti, Al-Mahârah Al-Lughawiyyah,Libanon, (Dar al-
Andalusy, 1996), hal.193.
162

pengajar yang ingin mengajar bahasa Arab yang tidak memperbolehkan adanya
toleransi dalam ketercampuran pengucapan bahasa Arab dengan B1, namun hal
ini juga menjadi problem mahasiswa yang berlatar belakang SMA/STM dalam
menangkap pelajaran. Hal ini sesuai dengan pernyataan salah satu mahasiswi
berlatar belakang SMA yang bernama Febby Hidayati yang menyatakan tentang
kesulitanya dalam memahami materi bahasa Arab karena baru merupakan
pertama kali mengenal bahasa Arab dan kecepatan pengucapan yang dilakukan
dosen luar (Mesir).23
Dengan demikian seharusnya seorang dosen dalam mengajar bahasa Arab
di program SIBA STAIN Salatiga perlu memperhatikan kondisi tingkat
kemampuan mahasiswanya dalam bahasa Arab, karena mereka yang latar
belakang sekolah umum, bahwa mempelajari bahasa Arab merupakan hal yang
baru yang sebelumnya belum pernah dipelajari apalagi materi keterampilan
menyima’ yang merupakan materi sulit dalam pengajaran bahasa Arab. Artinya
dalam melaksanakan pengajaran keterampilan mendengar, maka dosen hendaknya
lebih banyak menggunakan metode campuran dalam rangka menyesuaikan
kondisi tingkat kemampuan bahasa Arab mahasiswanya. Hal ini sesuai dengan
pendapat Rusydî Ahmad Thu’aimah yang telah memberikan pengarahan tentang
pengajaran keterampilan mendengar bahwa, dalam pengajaran keterampilan
mendengar (istima ’) perlu memperhatikan kondisi pembelajar. Dalam hal ini
Tu’aimah membagi dalam 2 hal problem pembelajar, pertama pembelajar yang
belum pernah belajar bahasa Arab. Dan kedua pembelajar yang sudah pernah
belajar bahasa Arab lewat membaca namun belum pernah berkomunikasi
langsung dengan pembicara asli. Menurut Thu’aimah pembelajar semacam
pertama materi dan metode tidak bisa disamakan dengan pembelajar model kedua.
Kalau problem kedua bahwa pembelajar itu sudah siap menerima materi
mendengar yang walaupun belum pernah dialami sebelumnya, karena sebelumnya
sudah bisa mengetahui rumus-rumus bahasa melalui bahasa tulisan, hanya saja
melalui mendengar belum mempunyai kesiapan indra dengar untuk mengetahui

23
Rofita Febby Hidayati adalah mahasiswai program SIBA yang berasal dari SMA
Wira Usaha Ambarawa Semarang, Wawancara tanggal 15 April 2008 di STAIN Salatiga.
163

bunyi-bunyi kata, kalimat dan ungkapan yang belum pernah diketahui


sebelumnya.24
Dengan demikian penulis menyimpulkan bahwa penggunaan metode yang
variatif perlu diterapkan dalam pengajaran keterampilan mendengar, serta
keterampilan mendengar ini perlu memperbanyak latihan-latihan mendengar
terhadap materi-materi yang sebelumnya sudah pernah dibaca, sehingga
pembelajar akan mengetahui hubungan antar bunyi-bunyi bahasa dengan bentuk
tulisanya atau bisa mengetahui hubungan antar bunyi dengan rumus bahasa.
Dengan demikian pembelajar bisa terlatih cara pengucapan kata dengan bagus
sesuai dengan kata yang pernah dibaca sebelumnya, demikian juga bisa terlatih
dengan menulis kata yang yang sedang didengarnya.

3. Materi Pelajaran
Unsur penting dalam bangunan kurikulum setelah ditetapkannya tujuan
adalah materi pelajaran, karena adanya materi akan mengantarkan peserta didik
kepada tujuan pengajaran yang diharapkan. Walaupun secara umum materi
pengajaran keterampilan mendengar di SIBA STAIN Salatiga sudah tersusun
dengan baik dalam silaby, namun materi akan menjadi problem mahasiswa, jika
tidak dilakukan pemilihan materi sesuai dengan prinsip pemilihan materi dengan
benar, sehingga materi yang dipersiapkan bisa proporsional, tidak menggemuk
dan dapat disesuaikan dengan jumlah jam yang disediakan. Mengingat pentingnya
materi pelajaran25 dalam mengantarkan peserta didik untuk menguasai kompetensi

24
Rusydî Ahmad Thu’aimah, Ta ’lîm al-‘Arabiyyah Li Ghair al-Nâtiqîn Bihâ
Manâhijuh Wa Asâlîbuh, ((Rabat: Jâmi’ah al-Manshûrah, 1989), hal.151.
25
Materi pelajaran adalah komponen paling penting dalam setiap rancang bangun
kurikulum. Mengingat posisinya yang strategis dalam mewujudkan tujuan-tujuan yang dituangkan
dalam kurikulum, para pakar kurikulum merekomendasikan prinsip-prinsip dalam memilih
isi/materi dalam kurikulum. Inti dari prinsip-prinsip tersebut adalah :
1. Prinsip validitas berkenaan dengan kesahihan dan keotentikan materi
2. Prinsip signifikan berkaitan dengan relevansi materi dengan kebutuhhan peserta didik
3. Prinsip intrest berkaitan dengan minat dan kecenderungan siswa terhadap materi
4. Prinsip keterterimaan materi untuk dipelajari
5. Prinsip consistency with sosial reality berkaitan dengan konsistensi materi dengan
kenyataan sosial
(Lihat : Rusydi Ahmad Thu’aimah, Ta ’lîm al-‘Arabiyyah Li Ghair al-Nâthiqîn Bihâ Manâhijuh
Wa Asâlîbuh, ((Rabat: Jâmi’ah al-Manshûrah, 1989), hal.66. Lihat lagi Abdullah Idi,
Pengembangan Kurikulum : Teori dan Praktik, (Yogjakarta: Ar-Ruz Media, 2007), hal.194.
164

yang dituntut dalam keterampilan mendengar, maka pada bagian ini penulis akan
menganalisis materi keterampilan mendengar bahasa Arab dari sudut
kevaliditasan materi dengan kompetensi keterampilan mendengar. Langkah-
langkah analisis akan dimulai dengan pemetaan seluruh materi pelajaran yang
disajikan untuk satu tahun kemudian dimasukkan dalam tiga aspek yaitu;
pendidikan, sosial dan budaya modern Arab. Adapun materi keterampilan
mendengar yang dijadikan acuan dalam pengajaran keterampilan mendengar
selama satu tahun dapat dilihat dalam tabel berikut ini:
TABEL 41
Tema / Pokok
No Semester Bahasan
1 1 ‫ﺍﻟﺘﺤﻴﺔ ﻭﺍﻟﺘﻌﺎﺭﻑ‬
2 ‫ﺍﻟﺪﺭﺍﺳﺔ‬
3 ‫ﺍﻹﻧﺴﺎﻥ ﳛﺘﺎﺝ ﺇﱃ ﺍﻟﺘﺮﻭﻳﺢ‬
4 ‫ﺍﻷﺳﺮﺓ‬
5 ‫ﺍﻟﺘﺴﻮﻕ‬
6 ‫ﺍﳍﻮﺍﻳﺎﺕ‬
7 ‫ﺍﳌﻬﻦ‬
8 ‫ﺍﻟﺴﻔﺮ‬
9 ‫ﺍﳊﻴﺎﺓ ﰲ ﺍﳌﺪﻳﻨﺔ‬
10 ‫ﺍﻟﺼﺤﺔ‬
11 ‫ﺍﻟﻨﻈﺎﻓﺔ‬
12 ‫ﺍﻟﻌﻄﻠﺔ‬
13 ‫ﺍﻟﻠﻐﺔ ﺍﻟﻌﺮﺑﻴﺔ‬
14 ‫ﺍﻟﻌﻠﻢ ﻭﺍﻟﺘﻌﻠﻢ‬
15 ‫ﺍﻟﻌﻨﺎﻳﺔ ﺑﺎﻟﺼﺤﺔ‬
16 ‫ﺍﻟﻌﺎﱂ ﻗﺮﻳﺔ ﺻﻐﲑﺓ‬
17 ‫ﺍﻷﻣﻦ‬
18 ‫ﺍﻟﺘﻠﻮﺙ‬

II

19 ‫ﺍﳊﻴﺎﺓ ﺍﻟﺰﻭﺟﻴﺔ‬
20 ‫ﺍﳉﻮﺍﺋﺰ‬
21 ‫ﺍﻟﺸﺒﺎﺏ‬
22 ‫ﺍﻟﻌﺎﱂ ﺍﻹﺳﻼﻣﻲ‬
23 ‫ﺍﻟﻄﺎﻗﺔ‬
24 ‫ﻗﺼﺔ ﺍﻟﻮﺣﻲ‬
25 ‫ﺧﺼﺎﺋﺺ ﺍﻟﺮﺳﺎﻟﺔ ﺍﶈﻤﺪﻳﺔ‬
26 ‫ﻫﺠﺮﺓ ﺍﻟﻌﻘﻮﻝ‬
27 ‫ﻧﺼﺎﺋﺢ ﻟﻨﻮﻡ ﺻﺤﻲ ﺳﻠﻴﻢ‬
28 ‫ﻗﺼﺺ ﻋﻤﺮﻳﺔ‬
29 ‫ﺃﻣﺜﺎﻝ ﻋﺮﺑﻴﺔ‬

Bandingkan juga dengan Muhammad Ali, Pengembangan Kurikulum di Sekolah, (Bandung, Sinar
Baru Algesindo, 1992), hal.96
165

30 ‫ﺍﳋﻼﻓﺎﺕ ﺍﻟﺰﻭﺟﻴﺔ‬
31 ‫ﺍﳌﺎﺀ‬
32 ‫ﻫﻞ ﺃﺳﺌﻠﺔ ﻃﻔﻠﻚ ﺗﻘﻠﻘﻚ؟‬

No. Urut Materi


Tema / Pokok
Bahasan Validitas Materi
Pendidikan Sosial Budaya
1 √
2 √
3 √
4 √
5 √
6 √
7 √
8 √
9 √
10 √
11 √
12 √
13 √
14 √
15 √
16 √
17 √
18 √
19 √
20 √
21 √
22 √

23 √
24 √
25 √
26 √
27 √
28 √
29 √
30 √
31 √
32 √
Jumlah 10 19 3

Mendasarkan pada distribusi materi diatas, sesuai prinsip validitas dengan


kompetensi pengajaran keterampilan mendengar bahasa Arab, maka dapat
diketahui bahwa sebagian besar materi pokok / tema pengajaran keterampilan
mendengar lebih dominan pada aspek sosial dari pada pendidikan dan baru aspek
budaya. ِJumlah tema seluruhnya 32 yang terdiri dari 10 aspek pendidikan, 19
aspek sosial dan 3 aspek budaya. Untuk aspek sosial menurut hemat penulis
terlalu mendominasi porsi dalam distribusi materi. Hal ini tentu belum adanya
pendistribusian materi secara proporsional. Seharusnya dalam pembagian materi
perlu menempatkan keseimbangan dalam ketiga aspek. Hal ini akan menjadi
166

salah satu faktor yang dapat mengurangi minat siswa dalam mempelajari bahasa
Arab. Kondisi ini perlu disikapi baik oleh para pengambil kebijakan maupun oleh
para dosen sebagai pengembang dan pelaksana kurikulum di lapangan dengan
cara melakukan penentuan materi secara benar dan proporsional.
Dengan adanya muatan materi yang tidak seimbang tentu menyebabkan
dosen merasa kesulitan untuk menuntaskan tema-tema/pokok bahasan tersebut
dalam setahun. Sesuai wawancara dengan dosen Sidqon Maisur, Lc, MA
mengatakan bahwa, materi keterampilan mendengar 34 tema dalam setahun tidak
bisa diajarkan keseluruhan, karena jam belajar hanya dua jam, demikian juga
materi materi qiraah tidak bisa terselesaikan dan dituntaskan dalam setahun
walaupun jam belajar empat jam akan tetapi materi qiraah lebih padat lagi yaitu
sebanyak 107 tema.26 Dengan demukian penulis berpendapat bahwa, disebabkan
adanya faktor mengejar ketuntasan materi, sehingga mahasiswa kurang
diperhatikan apakah mahasiswa tersebut sudah paham atau belum terhadap materi
yang diajarkan. Hal ini akan mempengaruhi minat dan motivasi mahasiwa dalam
belajar bahasa Arab. Menurut Shalâh Abd Al-Majîd27 menyatakan bahwa, salah
satu faktor yang menyebabkan menurunya belajar adalah adanya faktor pribadi
pendengar dikarenakan tidak ada perhatian terhadap materi yang diajarkan yang
salah satu penyebabnya adalah terlalu sarat materi. Dan tentunya dalam
menentukan materi hendaknya mendasarkan segi proritas dan juga menyesuaikan
jumlah jam yang tersedia disamping tingkat kesulitan materi, sehingga materi bisa
tuntas diajarkan dalam rangka mencapai tujuan pengajaran yang telah ditentukan.

4. Jam pelajaran

Melihat pembagian jam pengajaran bahasa Arab di SIBA STAIN Salatiga


terdapat permasalahan menurut penulis terdapat problem dalam pembagian jam
pelajaran pada setiap matakuliah yang diajarkan.

26
Sidqon Maisur adalah dosen bahasa Arab sekaligus ketua UPB (Unit Pelayanan
Bahasa), Wawancara tanggal 10 April 2008 di STAIN.
27
Shalah Abd al-Majîd Al-‘Araby, Ta ’alum Al_lughoh Al-hayyah Wa Ta ’lîmuha Baina
Nadhoriyah Wa Al-Tatbîq, (Bairut: Maktabah Lubnan, 1981), hal.66.
167

Berdasarkan pengamatan penulis pembagian jam sesuai dengan jadwal


yang ada, maka yang mendominasi jam pengajaran adalah qiraah, padahal
diantara materi yang dianggap sulit dalam bahasa Arab adalah sintaksis (nahw),
sementara sintaksis merupakan salah satu materi yang andil memperbaiki dan
meningkatkan keterampilan mendengar bahasa Arab, hal ini sesuai dengan
temuan dalam analisis hubungan bahwa, fonologi, morfologi dan sintaksis
mempunyai hubungan yang sangat erat sekali dengan keterampilan mendengar
bahasa Arab mahasiswa dengan bukti koefisien korelasinya mencapai 0.923,
0.931, dan 0.913. Jika angka tersebut dikonsultasikan dengan standar kekuatan
hubungan dapat dikatakan sangat tinggi dan kuat sekali. Artinya unsur-unsur
bahasa itu terdapat hubungan yang sangat kuat dengan keterampilan mendengar
bahasa Arab mahasiswa. Dan dengan analisis regresi yang dilakukan ditemukan
sumbangan masing-masing sebesar = 0.350, 0.344 dan 0.194, artinya angka
tersebut menjadi sumbangan dalam meningkatkan nilai keterampilan mendengar
bahasa Arab, sehingga semakin baik nilai unsur-unsur bahasa, maka akan
meningkatkan nilai keterampilan mendengar mahasiswa sebesar nilai tersebut.
Dengan mendasarkan analisis dan bukti diatas, seharusnya materi sintaksis
seharusnya perlu penambahan jam belajar. Untuk memperkuat solusi ini, penulis
juga mengadakan klarifikasi dengan K.H Nasafi yang menyatakan bahwa untuk
mengetahui bahasa Arab dengan baik adalah dengan mengukur seberapa jauh
kemampuan mahasiswa dalam sintaksis (nahw dan shorf) 28 . Kemudian hal ini
penulis juga mengadakan wawancara dengan mahasiswa SIBA yang bernama
Purnomo yang mengatakan bahwa, materi sulit bahasa Arab adalah Nahw dan
Shorf, dengan alasan bahwa, dalam shorf menuntut hafal perubahan-perubahan
kata baik perubahan secara infleksi dan derivasi (istilakhy maupun lughawy),
sedangkan dalam Nahw menuntut untuk menguasai berbagai macam tata bahasa

28
K.H . Nasafi adalaah dosen bahasa Arab sekaligus pimpinan pondok pesantren Nurul
Atsna . Pesantren Nurul Atsna adalah sebagai tempat penitipan mahasiswa program SIBA STAIN
Salatiga, wawancara, tanggal 20 April 2008.
168

yang jauh lebih banyak dibanding dengan bahasa Inggris, sehingga mempelajari
bahasa Inggris lebih mudah dari pada bahasa Arab .29

5. Fasilitas.

Berdasarkan pengamatan penulis, fasilitas yang dimiliki STAIN untuk


menunjang program studi intensif bahasa Arab diantaranya Laboratoriom Bahasa,
akan tatapi Lab bahasa yang ada di SIBA kurang layak di gunakan karena dari 40
unit lab terdapat kerusakan dalam pengoprasionalan dan sekarang ini baru akan
mengadakan perbaikan ulang. Hal ini menurut Mila Nur Afifah mengatakan
bahwa, pengajaran bahasa Arab kususnya materi keterampilan mendengar di Lab.
sering terhambat dengan kondisi laboratoriom yang mengalami kerusakan,
sehingga dua jam pelajaran yang digunakan dalam belajar terkurangi sekitar 30
menit untuk perbaikan.30
Dengan meliha realitas, seharusnya proses pengajaran keterampilan
mendengar bahasa Arab harus dipersiapkaan terlebih dahulu dengan matang,
mulai dari tahap persiapan penggunaan media maupun pelaksanaannya, sehingga
proses pembelajaran bisa berlangsung secara maksimal. Hal ini sesuai dengan
pendapat Azhar Arsyad bahwa penggunaan media memerlukan persiapan yang
matang baik yang berkenaan dengan waktu, pengaturan tempat dan pengaturan
perlengkapan yang akan digunakan dengan sebaik-baiknya31. Aktifitas awal dalam
pengajaran keterampilan mendengar masuk dalam tahapan-tahapan pengajaran
keterampilan mendengar yang disebut dengan tahap persiapan.

3. Pembahasan Hasil Penelitian Tentang Hubungan Antar Variabel


Secara umum dengan memperhatikan temuan dan hasil penelitian
terungkap bahwa ternyata secara empiris fonologi, morfologi dan sintaksis
mempunyai hubungan dan memberikan kontribusi sangat besar terhadap
keterampilan mendengar bahasa Arab mahasiswa . Sedangkan variabel yang
mempunyai hubungan terkuat dan juga memberikan kontribusi yang signifikan
29
Purnomo adalah mahasiswa semester II STAIN Salatiga jurusan PAI yang mengikutii
program SIBA. Wawancara, tanggal 17 April 2008 di STAIN Salatiga.
30
Mila Nur Afifah, wawancara tanggal 17 April 2008 di STAIN Salatiga.
31
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta,: Raja Grafindo Persada, 2003), hal. 45-
46.
169

terhadap keterampilan mendengar bahasa Arab dapat diurutkan mulai morfologi


(0,931), fonologi (0,923), dan sintaksis (0,13). Sementara secara bersama-sama,
tingkat hubungan variabel-variabel dengan keterampilan mendengar bahasa Arab
sebesar 0,968. Namun kontribusi yang diberikan tiap-tiap variabel bebas (X1, X2,
X3) terhadap keterampilan mendengar (Y) dapat diurutkan mulai fonologi (0,350),
morfologi (0,344) dan sintaksis (0,194). Secara parsial koefisien korelasi antara
variabel bebas X1 (fonologi), X2 (morfologi), X3 (sintaksis) dengan variabel terikat
Y (keterampilan mendengar) dengan mengontrol salah satu variabel bebasnya
ditemukan urutan mulai terbesar kepada yang terkecil yaitu KK X1 terhadap Y
dengan mengontrol X2dan X3 sebesar = 0.596 , dan KK X2 terhadap Y dengan
mengontrol X1 dan X3 sebesar = 0.534, serta KK X3 terhadap Y dengan
mengontrol X1 dan X2 sebesar = 0.409. Hal ini bisa bisa dikatakan bahwa, dalam
rangka memperbaiki keterampilan mahasiswa, maka ketiga unsure bahasa
(Fonologi, Morfologi dan Sintaksis) merupakan unsure yang tidak dapat diabaikan.
Kemampuan fonologi akan membangun makna kata, sedeang kan kemampuan
morfologi membangun makna kalimat, dan kemampuan sintaksis akan
membangun makna ungkapan yaqng memuat ide, sehingga dengan ketiga
kemampuan akan diaplikasikan dalam menerima pesan dari apa yang didengar
sesuai maksud pembicara tanpa adanya pengurangan dan penambahan.

a. Hubungan Fonologi Dengan Keterampilan Mendengar

Dalam penelitian ini terdapat temuan yang menunjukkan bahwa


keterampilan mendengar mahasiswa dapat ditingkatkan lagi dengan melakukan
upaya perbaikan secara terus menerus dalam proses pengajaran fonologi. Hal ini
ditemukan fakta perolehan skor keterampilan mendengar mahasiswa, bahwa
ternyata dari 75 responden hanya 34 orang (45%) berada pada kelompok di bawah
nilai rata-rata (76,52), dan 41 responden (55%) berada pada kelompok di atas nilai
rata-rata. Hasil temuan ini mengungkapkan bahwa perolehan skor fonologi
berkontribusi signifikan terhadap keterampilan mendengar mahasiswa. Hal ini
menandakan bahwa variabel fonologi merupakan variabel yang mempunyai
hubungan dengan variabel keterampilan mendengar mahasiswa sebesar 0,923
170

yang merupakan angka hubungan yang menunjukkan derajat yang sangat tinggi,
kuat sekali dan dapat diandalkan, yang mendekati derajat sempurna, dengan
sumbangan hubungan sebesar 0,851.
Dengan kata lain, keterampilan mendengar bahasa Arab mahasiswa akan
menjadi lebih baik, jika ditunjang oleh adanya kemampuan bagus dalam bidang
fonologi mahasiswa.
Hasil temuan penulis ini sejalan dengan teori Abdu Al Majîd32, bahwa
ketika seseorang berada dalam proses mendengar (encode) bahasa asing, maka
indra pendengar berusaha memahami kode-kode bahasa (decode), dengan
menggunakan kemampuan kebahasaan tentang fonologi yang sudah dimiliki. Hal
ini menjadi keharusan tahap awal dalam keterampilan mendengar untuk
mempunyai kemampuan dalam membedakan bunyi-bunyi yang didengar, apalagi
tentang bunyi-bunyi yang mirip (minimal pairs), misalnya kemampuan
membedakan bunyi ‫ أ‬dan ‫ع‬, ‫ظ‬, dan ‫ ض‬dan lain-lain. Karena kesalahan penebakan
huruf akan berakibat perubahan arti yang pada akhirnya akan terjadi kesalahan
menangkap isi pesan teks yang didengar.Teori ini juga diperkuat dengan pendapat
Lilian M Logan dalam Guntur Tarigan 33 yang mengatakan bahwa, tujuan
mendengar ada yang bermaksud ingin mengetahui perbedaan bunyi-bunyi dengan
tepat, mana bunyi yang bisa membedakan arti (distingtif) dan mana yang tidak
membedakan arti. Bahkan menurut Anderson dalam Tarigan, bahwa mendengar
yang baik adalah pendengar yang mempunyai kemampuan mendengar perbedaan
bunyi-bunyi yang didengar dengan baik.
Sementara Kâmil Al-Nâqah 34 mengatakan bahwa, dalam keterampilan
mendengar hendaknya dituntut adanya keterampilan dalam membedakan bunyi-
bunyi arab, dan bunyi minimal pairs yang terdapat dalam ungkapan yang didengar.
Keterampilan tersebut di tuntut karena menjadi dasar pertama dalam bangunan

32
Shalâĥ Abd al Majîd Al ‘Arabî, Ta ’alum Al_lughoh Al hayyah Wa Ta ’lîmuha Baina
Nadhoriyah Wa Al Tatbîq(,Bairut: Maktabah Lubnan ,1981),hal.67. Lihat juga Al Khûli,
Muhammad ‘Ali, A Dictionary of Theoretical Linguistiks, English Arabic, With An Arabic
English Glossary, (Beirut: Librairi Du Liban1982), , cet. I, hal.85.
33
Henry Guntur Tarigan, Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung:
Angkasa, 1986), hal. 56-63.
34
Maĥmûd Kamil al-Naqah, Ta ’lîm Al-lughah Al-‘arabiyah Li Al-Nâtiqîn Bilughoh
Ukhro,(Almamlakah Al-‘Arabiyah As-Su’udiyah,Al-Jami’ah Ummu Al-Quro,1985),hal.124.
171

kata dan kalimat bahasa Arab. Mengenal bunyi menjadi pengantar dalam
mengenal kata dan kalimat, sementara kata dan kalimat akan membangun
paragraph atau alinea.
Dengan demikian kemampuan fonologi menjadi keharusan untuk dimiliki
bagi pendengar terhadap bahasa asing (Arab), dalam rangka menjamin kebenaran
menangkap isi pesan terhadap teks yang didengar.

b. Hubungan Morfologi dengan Keterampilan Mendengar

Hasil temuan penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang


positif dan signifikan antara kemampuan morfologi dengan keterampilan
mendengar mahasiswa. Hal ini menandakan bahwa variabel morfologi merupakan
variabel yang mempunyai hubungan dengan variabel keterampilan mendengar
mahasiswa sebesar 0,931 yang merupakan angka hubungan yang menunjukkan
derajat yang sangat tinggi, kuat sekali dan dapat diandalkan, yang mendekati
derajat sempurna, dengan sumbangan hubungan sebesar 0,866.
Dengan kata lain, keterampilan mendengar bahasa Arab mahasiswa akan
menjadi lebih baik, jika ditunjang oleh adanya kemampuan bagus dalam bidang
morfologi mahasiswa.
Hasil temuan penulis ini sejalan dengan teori Abdu Al Majîd35, bahwa
ketika seseorang berada dalam proses mendengar(encode) bahasa asing, maka
indra pendengar berusaha memahami kode-kode bahasa (decode), dengan
menggunakan kemampuan kebahasaan tentang morfologi yang sudah dimiliki.
Hal ini menjadi keharusan dalam keterampilan mendengar untuk mempunyai
kemampuan infleksi-infleksi kata dan derivasi pada ungkapan yang
didengar.Teori ini juga diperkuat dengan pendapat Anderson dalam Guntur
Tarigan36 yang mengatakan bahwa, tujuan mendengar ada yang bermaksud ingin
mengetahui persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan sistem yang terdapat
dalam ujaraan yang didengar. Dengan mengetahui perubahan-perubahan kata akan

35
Al ‘Araby Shalah Abd al Majîd,Ta ’alum Al_lughoh Al hayyah Wa Ta ’lîmuha Baina
Nadhoriyah Wa Al Tatbîq,….hal.67.
36
Henry Guntur Tarigan, Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa….., hal.
56-63.
172

memperkaya kosa-kata dan perbendaharaan pendengar yang bisa membantu


mempercepat dan mempermudah penangkapan terhadap isi pesan apa yang
didengar.perbedaan bunyi-bunyi dengan tepat, mana bunyi yang bisa
membedakan arti (distingtif) dan mana yang tidak membedakan arti. Bahkan
menurut Anderson dalam Tarigan, bahwa mendengar yang baik adalah pendengar
yang mempunyai kemampuan mendengar terhadap infleksi-infleksi kata dan
derivasi pada ungkapan yang didengar.
Sementara Smith seorang ahli pendidikan menyampaikan tujuan
pengajaran keterampilan mendengar adalah menumbuhkan kemampuan dalam
bidang morfologi bahasa, sehingga dengan penguasaan morfologi dan didukung
penggunaanya bisa menjaga dari pengungkapan salah yang berakibat penerimaan
isi pesan yang didengar terhalang.37
Adanya perbedaan fungsi menunjukkan kejelasan setiap bahasa yang
berbeda-beda, tanpa mengetahui perbedaan yang ada dalam bahasa, kemampuan
berbahasa tidak mungkin terjadi, karena kemampuan bahasa dibangun pada
perbedaan-perbedaan fungsi dan struktur38.
Sementara Kâmil Al-Nâqah 39 menyampaikan teorinya tentang tujuan
ketrampilan mendengar adalah mengetahui terjadinya perubahan arti akibat
perubahan bangunan / bentuk kata (derivasi) dalam ungkapan yang di dengar.
Dengan demikian kemampuan morfologi menjadi keharusan untuk
dimiliki bagi pendengar terhadap bahasa asing (Arab), dalam rangka menjamin
kebenaran menangkap isi pesan terhadap teks yang didengar.

c. Hubungan Sintaksis dengan Keterampilan Mendengaran


Hasil temuan penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
positif dan signifikan antara kemampuan sintaksis dengan keterampilan
mendengar mahasiswa. Hal ini menandakan bahwa variabel sintaksis merupakan
variabel yang mempunyai hubungan dengan variabel keterampilan mendengar
37
Djiwandono M.Soenardi, Tes Bahasa Dalam Pengajaran,( Bandung: ITB, 1996),
hal.77.
38
Hasân Tamâm, Al Lughah Al ‘Arabiyyah Ma ’nâhâ Wa Mabnâhâ, (Mishr: Al’Ầmmah
li Al Kitâb, cet.II, 1979),, hal.36.
39
Mahmûd Kamil al-Naqah, Ta ’lîm Al-lughah Al-‘arabiyah Li Al-Nâtiqîn Bilughoh
Ukhro,(Almamlakah Al-‘Arabiyah As-Su’udiyah,Al-Jami’ah Ummu Al-Quro,1985),hal.124.
173

mahasiswa sebesar 0,913 yang merupakan angka hubungan yang menunjukkan


derajat yang sangat tinggi sama dengan variabel fonologi dan morfologi, kuat
sekali dan dapat diandalkan, yang mendekati derajat sempurna, dengan
sumbangan hubungan sebesar 0,834.
Dengan kata lain, keterampilan mendengar bahasa Arab mahasiswa akan
menjadi lebih baik, jika ditunjang oleh adanya kemampuan bagus dalam bidang
sintaksis mahasiswa.
Hasil temuan penulis ini sejalan dengan teori Abdu Al Majîd40, bahwa
ketika seseorang berada dalam proses mendengar (encode) bahasa asing, maka
indra dengar berusaha memahami kode-kode bahasa (decode), dengan
menggunakan kemampuan kebahasaan tentang sintaksis yang sudah dimiliki. Hal
ini menjadi keharusan dalam keterampilan mendengar untuk mempunyai
kemampuan tata bahasa pada ungkapan yang didengar. Teori ini juga diperkuat
dengan pendapat Finocchiaro dan Bonomo dalam Guntur Tarigan 41 yang
mengatakan bahwa, tujuan mendengar ada yang bermaksud ingin mengetahui
beberapa struktural dan tata bahasa yang terdapat dalam ujaraan yang didengar.
Dengan mengetahui tata bahasa terhadap ungkapan yang didengar dapat
membantu mempercepat dan mempermudah penangkapan terhadap isi pesan apa
yang didengar. Bahkan menurut Anderson dalam Tarigan, bahwa mendengar yang
baik adalah pendengar yang mempunyai kemampuan mendengar terhadap
beberapa struktur yang terdapat pada ungkapan yang didengar.
Sementara Kâmil Al-Nâqah 42 menyampaikan teorinya tentang tujuan
ketrampilan mendengar adalah mengetahui memahami penggunaan bentuk
linguistik bahasa (tenses) dalam ungkapan yang di dengar.
Dengan demikian kemampuan sintaksis menjadi keharusan untuk dimiliki
bagi pendengar terhadap bahasa asing (Arab), dalam rangka menjamin kebenaran
menangkap isi pesan terhadap teks yang didengar.

40
Al ‘Araby Shalah Abd al Majîd,Ta ’alum Al_lughoh Al hayyah Wa Ta ’lîmuha Baina
Nadhoriyah Wa Al Tatbîq,….hal.67.
41
Henry Guntur Tarigan, Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa….., hal.
56-63.
42
Maĥmûd Kamil al-Naqah, Ta ’lîm Al-lughah Al-‘arabiyah Li Al-Nâthiqîn Bilughoh
Ukhro,(Almamlakah Al-‘Arabiyah As-Su’udiyah,Al-Jami’ah Ummu Al-Qurâ,1985),hal.124.
174

d. Hubungan Fonologi, Morfologi dan Sintaksis dengan Keterampilan


Mendengar
Hasil temuan penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
positif dan signifikan antara kemampuan fonologi, morfologi dan sintaksis secara
bersama-sama dengan keterampilan mendengar mahasiswa. Hal ini menandakan
bahwa variabel fonologi, morfologi dan sintaksis secara bersama-sama merupakan
variabel yang mempunyai hubungan dengan variabel keterampilan mendengar
mahasiswa sebesar 0,968 yang merupakan angka hubungan yang menunjukkan
derajat yang sangat tinggi, kuat sekali dan dapat diandalkan, yang mendekati
derajat sempurna, dengan sumbangan hubungan sebesar 0,938.
Dengan kata lain, keterampilan mendengar bahasa Arab mahasiswa akan
menjadi lebih baik, jika ditunjang oleh adanya kemampuan bagus dalam bidang
fonologi, morfologi dan sintaksis mahasiswa.
Hasil temuan penulis ini sejalan dengan teori Abdu Al Majîd43, bahwa
ketika seseorang berada dalam proses mendengar(encode) bahasa asing, maka
indra pendengar berusaha memahami kode-kode bahasa (decode), dengan
menggunakan kemampuan kebahasaan tentang fonologi, morfologi dan sintaksis
yang sudah dimiliki. Hal ini menjadi keharusan dalam keterampilan mendengar
untuk mempunyai kemampuan unsur-unsur bahasa untuk memahami ungkapan
yang didengar. Teori ini juga diperkuat dengan pendapat Finocchiaro dan Bonomo
dalam Guntur Tarigan44 yang mengatakan bahwa, tujuan mendengar ada yang
bermaksud ingin mengetahui beberapa bunyi-bunyi fonemis atau bunyi distingtif,
derivasi dan infleksi serta struktur dan tata bahasa yang terdapat dalam ujaran
yang didengar. Dengan kemampuan unsur-unsur bahasa bisa membantu
mempercepat dan mempermudah penangkapan terhadap isi pesan apa yang
didengar.

Al ‘Araby Shalâĥ Abd al Majîd,Ta ’alum Al_lughoh Al hayyah Wa Ta ’lîmuha Baina


43

Nadhoriyah Wa Al Tatbîq,….hal.67.
44
Henry Guntur Tarigan, Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa….., hal.
56-63.
175

Teori diatas diperkuat lagi oleh Muĥammad Abd Al Khâliq Muhammad45,


keterampilan mendengar merupakan keterampilan yang menuntut seseorang
mempunyai kemampuan fonologi dan kemampuan unsur-unsur tertentu
(morfologi dan sintaksis). Secara realita pemahaman umum dapat tercapai
manakala mempunyai kemampuan morfologi dan sintaksis, sementara
kemampuan morfologi dan sintaksis dapat tercapai dengan diawali oleh
kemampuan pendengar dalam membedakan bunyi-bunyi bahasa (fonologi).
Karena itu bisa dikatakan bahwa tingkat pemahaman pendengar terhadap
penangkapan isi yang didengar tergantung kepada penguasaanya terhadap
morfologi dan sintaksis yang didasari oleh adanya kemampuan fonologi yang
benar.
Mendasarkan analisis hubungan unsur-unsur bahasa dengan keterampilan
mendengar ditemukan masing-masing adalah : fonologi sebesar 0.923, dan
morfologi sebesar 0.931 dan sintaksis sebesar 0.913, merupakan hubungan sangat
kuat dan hampir mendekati hubungan yang sangat sempurna. Dari angka-angka
tersebut maka dapat dikatakan bahwa, yang sangat besar mempengaruhi
keterampilan mendengar berada pada tataran morfologi, karena hal ini pada
tingkatan mendengar pemahaman (‫) ﻓﻬﻢ اﻟﻤﺴﻤﻮع‬tentu kekayaan perbendaharaan
kata menjadi suatu keharusan, disamping kemampuan sintaksis dan fonologi.
sebab morfologi sangat besar pengaruhnya dalam memperbanyak kosa-kata.
Dengan demikian kemampuan unsur-unsur bahasa menjadi keharusan untuk
dimiliki bagi pendengar terhadap bahasa asing (Arab), dalam rangka menjamin
kebenaran menangkap isi pesan terhadap teks yang didengar.

4. Keterbatasan Penelitian

Meskipun variabel-variabel bebas dari penelitian ini mempunyai hubungan


positif dan memberi kontribusi yang tergolong sangat tinggi terhadap variabel

45
Muĥammad Abd Al Khâliq Muhammad, Ikhtibârât Al Lughah, ( Riyâd: ‘Imâdah
Syu’ûn Al Maktabât Jâmi’ah Al Mulk Su’ûd, 1989), hal. 39.
176

terikat, namun penelitian ini tidak luput dari berbagai keterbatasan-keterbatasan,


yaitu antara lain:
a. Instrumen yang dibuat untuk mengukur keterampilan mendengar dan unsur-
unsur bahasa kemungkinan menggunakan tehnik yang kurang tepat, karena
dengan berdasar pada proses kelancaran dalam pengambilan data penelitian
dan keterbatasan waktu yang ada, namun penulis tetap berusaha secara
maksimal untuk menggunakan tehnik pengukuran dengan tepat sesuai dengan
teori yang ada
b. Penelitian ini hanya ditujukan kepada mahasiswa program SIBA STAIN
Salatiga saja, dan tentunya hasil penelitian ini belum bisa digeneralisasikan
pada seluruh mahasiswa di STAIN Salatiga, karena perbedaan kemampuan
tentang kebahasaan yang dimiliki antara mahasiswa yang baru masuk di
STAIN dengan kemampuan mahasiswa lama .
c. Dalam menggali data penelitian belum mengadakan wawancara secara
mendalam sehingga mempunyai kelemahan dalam mengungkap data yang
dibutuhkan dalam penganalisaan penelitihan yang mempengaruhi kesimpulan
kurang maksimal.
d. Temuan dan hasil penelitian ini bersifat kuantitatif yang dilengkapi dengan
data kualitatif, namun dengan keterbatasan wawasan keilmuan dan
pengetahuan penulis, maka hasil penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan
walaupun sudah diusahakan dengan penelitian secara maksimal.
e. Variabel prediktor penelitian hanya terbatas pada variabel fonologi,
morfologi dan sintaksis, sehingga kontribusi ketiga variabel terhadap
keterampilan mendengar belum maksimal yang besar kemungkinan
disebabkan oleh adanya variabel-variabel lain yang tidak dilibatkan dalam
penelitian. Karena vaiabel-variabel itu ikut mempengaruhi meningkatnya
keterampilan mendengar. Oleh karena itu hasil penelitian ini dapat dijadikan
acuan bagi para peneliti dalam mengadakan penelitian lanjutan yang dapat
merangkum variabel-variabel yang lebih sempurna lagi.
177

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan hasil pengujian hipotesis yang
dilakukan, ditemukan bahwa ternyata keterampilan mendengar dipengaruhi oleh
faktor fonologi, morfologi dan sintaksis. Hasil temuan ini didasarkan pada
analisis dibawah ini :
Pertama, ditemukan bahwa faktor fonologi dalam pengajaran bahasa
Arab berhubungan yang sangat signifikan dengan keterampilan mendengar
mahasiswa STAIN dan memiliki keeratan hubungan sebesar r = 0,923. Hal
tersebut berarti bahwa fonologi berhubungan positif dan sangat kuat dengan
keterampilan mendengar mahasiswa. Kesimpulan tersebut dapat diterima dengan
adanya koefisien korelasi yang signifikan antara faktor fonologi dengan
keterampilan mendengar mahasiswa dengan probabilitas 0,000 pada taraf
signifikansi 5%. Karena itu dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi kemampuan
fonologi mahasiswa, maka akan semakin tinggi dan baik keterampilan
mendengarnya.
Kedua, hubungan morfologi dengan keterampilan mendengar terdapat
korelasi yang sangat signifikan dan memiliki keeratan sebesar r= 0.931. Artinya
faktor morfologi dengan keterampilan mendengar mahasiswa mempunyai
hubungan yang erat dan sangat kuat. Dengan probabilitas 0,000 pada taraf
signifikansi 5% dapat menerima hipotesis ini. Karena itu dapat disimpulkan
bahwa semakin tinggi kemampuan morfologi mahasiswa, maka akan semakin
tinggi dan baik keterampilan mendengar mahasiswa. Dengan demikian,
seseorang yang memiliki kemampuan morfologi yang tinggi, maka akan
mempunyai sumbangan yang besar terhadap keterampilan mendengarnya.
Ketiga, hubungan sintaksis dengan keterampilan mendengar terdapat
hubungan yang sangat signifikan dan mempunyai nilai keeratan sebesar r= 0.913.
178

Artinya faktor sintaksis dengan keterampilan mendengar mahasiswa mempunyai


hubungan yang erat juga pada taraf signifikansi 5%. Hal tersebut berarti,
hipotesis mdapat diterima karena probabilitas 0,000<0,005. Karena itu dapat
disimpulkan bahwa semakin tinggi kemampuan sintaksis mahasiswa, maka akan
semakin tinggi keterampilan mendengar mahasiswa.
Keempat, hubungan ganda, antara variable fonologi, morfologi dan
sintaksis secara bersama-sama terdapat hubungan yang signifikan dengan
keterampilan mendengar mahasiswa dalam pengajaran bahasa Arab dan
mempunyai nilai keeratan sebesar r= 0.968. Kesimpulan dapat diterima, karena
probabilitas 0,000 <0,005. Dengan demikian seseorang yang mempunyai
kemampuan fonologi, morfologi dan sintaksis yang baik, maka akan mempunyai
keterampilan mendengar yang baik pula.
Penelitian ini menemukan bahwa tingkat keterampilan mendengar
mahasiswa program studi intensif bahasa Arab STAIN Salatiga tahun akademik
2007/2008 pada kategori sedang, karena nilai rata-rata mahasiswa sebesar 69, hal
ini berarti isi pesan teks yang didengar belum bisa ditangkap dengan baik oleh
mahasiswa, sehingga terdapat problem dalam keterampilan mendengar baik
linguistik maupun non linguistik.
Skor keterampilan mendengar mahasiswa yang telah dicapai tersebut
akan mempunyai banyak arti bagi mahasiswa yang bersangkutan, terutama
kesiapan mahasiswa dalam mengikuti mata kuliah-mata kuliah selanjutnya dan
kesiapan mahasiswa dalam menerjuni dunia Islam dengan kemampuan
mempelajari dan menggali ajaran-ajaran Islam dari sumber aslinya serta
kemampuanya dalam bidang bahasa Arab untuk dimanfaatkan dalam kehidupan
teoritis maupun praktis.
Penelitian mengenai hubungan antara fonologi, morfologi dan sintaksis
dengan keterampilan mendengar mahasiswa sejalan dengan penelitian ini. Karena
faktor fonologi, morfologi dan sintaksis ternyata mempunyai hubungan yang
179

positif dan signifikan terhadap pencapaian keterampilan mendengar mahasiswa,


maka sudah sewajarnya kalau hal itu perlu di pikirkan dengan sebaik mungkin
tentang upaya peningkatan kemampuan fonologi, morfologi dan sintaksis dalam
rangka meningkatkan keterampilan mendengar bahasa Arab.
Walaupun telah diketahui bahwa terdapat hubungan antara fonologi,
morfologi, dan sintaksis dengan keterampilan mendengar, akan tetapi terdapat
problem mahasiswa dalam pengajaran keterampilan mendengar bahasa Arab,
baik yang bersifat kebahasaan maupun non kebahasaan. Yang bersifat
kebahasaan berkenaan dengan unsur-unsur bahasa yang terutama adalah
morfologi dan sintaksis yang baru mencapai kategori sedang perlu adanya
peningkatan yang serius. Yang bersifat non kebahasaan adalah berkaitan dengan
materi yang kurang proporsional, masalah metode yang kurang variatif, dan perlu
menyesuaikan dengan kondisi mahasiswa. Media yang kurang representatif
dalam pengajaran keterampilan mendengar yang memerlukan tindakan perbaikan,
dan jam pelajaran yang perlu menyesuaikan dengan tingkat kesulitan materi
pelajaran.
Bagi dosen dan lembaga, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai
kekayaan khazanah keilmuan dan sebagai pedoman dalam pelaksanaan
pengajaran keterampilan mendengar (ْ‫)ﻣَﻬَﺎرَةُ اْﻹِﺳْﺘِﻤَﺎع‬.

B. Implikasi
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keberhasilan keterampilan
mendengar mahasiswa program SIBA STAIN Salatiga dipengaruhi oleh faktor
kemampuan fonologi, morfologi dan sintaksis, baik secara sendiri-sendiri
maupun bersama-sama. Untuk itu, agar lembaga dan para dosen memperhatikan
ketiga variabel bebas tersebut di atas dengan beberapa upaya peningkatanya:
Pertama. Perlu adanya kerjasama atau koordinasi yang intensif antara
pihak lembaga (Ketua STAIN dan Para Dosen SIBA) dalam upaya meningkatkan
180

pengajaran keterampilan mendengar mahasiswa dalam bahasa Arab. Kerjasama


ini misalnya memperkuat fasilitas pendidikan dan pengajaran di SIBA,
menambah jam pengajaran keterampilan mendengar, sehingga dapat mencakup
pemberian materi teoritis dan praktis dengan sempurna.
Kedua. Kegiatan pengajaran di SIBA agar jangan di dominasi orang-
orang tertentu, namun perlu mengadakan reshufel yang ditentukan masa tertentu
serta mengadakan perekrutan tenaga dosen yang mempunyai otoritas akademik
dibidangnya, sehingga dapat mengembangkan kegiatan SIBA kedepan yang lebih
baik. Dari para dosen sendiri perlu meningkatkan dan ditingkatkan
pengetahuanya, baik melalui pendidikan formal yang lebih tinggi maupun lewat
pelatihan-pelatihan yang memberi bekal pengajaran ketrerampilan mendengar
bahasa Arab.
Ketiga. Mendasarkan pada hubungan unsur-unsur bahasa dengan
keterampilan mendengar didapatkan masing-masing: fonologi = 0.923, morfologi
= 0.931 dan sintaksis = 0.913, yang paling berpengaruh adalah aspek morfologi,
yaitu mencapai angka hubungan sebesar 0.931. Hal ini karena dalam tataran
mendengar pemahaman (‫ )ﻓﻬﻢ اﻟﻤﺴﻤﻮع‬kekayaan kosa-kata menjadi suatu keharusan,
disamping kemantapan kemampuan fonologi dan sintaksis, yang kesemuanya
akan menjamin kesuksesan dalam memahami pesan ungkapan yang didengar dari
pembicara tanpa pengurangan dan penambahan. Dan dengan ditemukan
hubungan murni antara unsur bahasa dengan keterampilan mendengar yang
masing-masing = 0.596, 0.534 dan 0.409, maka dapat diartikan bahwa, dalam
tataran mendengar pemahaman aspel fonologi, morfologi dan sintaksis tidak
dapat diabaikan. Hal ini terdapat alasan logis yaitu bahwa, proses mendengar
dimulai adanya komunikasi, dimana dalam komunikasi terdapat pergantian peran
mendengar dan pembicara dan komunikasi dapat berlangsung berhasil manakala
pendengar mampu mengenal perbedaan bunyi (fon) yang bisa membedakan
makna sehingga mampu menyusun bunyi yang dikemas dengan pemilihan kata
181

yang tepat untuk menyampaikan dan menerima ide dalam kalimat sempurna.
Dengan kemampuan shorf (morfologi) menjadi alat yang dapat memperkaya kosa
kata bahasa Arab dan sintaksis yang dapat mengenal dengan tepat makna kata
dalam kalimat, sehingga pendengar akan mampu menangkap pesan sesuai
dengan maksud dan tujuan pembicara. Dengan mendasarkan hubungan murni
tersebut tentunya dalam pelaksanaan pengajaran perlu tindakan perbaikan
termasuk penambahan jam belajar dan materi ajar maupun penggunaan metode
mengajar yang efektif .

C. Saran-saran
Dari kesimpulan hasil penelitian dan implikasi penelitian seperti yang
telah diutarakan, maka selanjutnya diajukan saran-saran sebagai berikut:
1. Hendaknya lembaga terdapat upaya untuk memberikan dorongan kepada
para dosen untuk terus meningkatkan profesionalitas dalam mengajarkan
keterampilan mendengar bahasa Arab. Hal ini berarti merupakan tindakan
berinvestasi mutu pendidikan lembaga.
2. Kepada lembaga, hendaknya lebih menaruh perhatian yang tinggi dalam
memfasilitasi sarana dan prasarana proses perkuliahan pada program SIBA,
dalam rangka tercapainya kualitas hasil perkuliahan mata kuliah pengajaran
keterampilan mendengar bahasa Arab secara maksimal, misalnya
pengadaan ruang perkuliahan yang sangat representatif, pengadaan media
pengajaran keterampilan mendengar seperti CD, kaset, tape recorder dan
perlengkapan buku-buku yang diperlukan dalam pengajaran keterampilan
mendengar bahasa Arab.
3. Kepada para dosen, dalam rangka menumbuhkan dan meningkatkan
keterampilan mendengar bahasa Arab mahasiswa, maka dalam proses
penyampaian materi perkuliahan hendaknya mampu memilih materi dengan
strategi yang tepat agar sesuai dengan kualitas pesan yang disampaikan.
182

Karena hal demikian dengan sendirinya dapat menumbuhkan semangat


belajar keterampilan mendengar bahasa Arab.
4. Karena nilai keterampilan mendengar mahasiswa mayoritas masih dalam
kategori sedang, maka hendaknya para dosen bahasa Arab khususnya yang
mengajar keterampilan mendengar lebih banyak mencurahkan usahanya
dalam meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam bidang keterampilan
mendengar sehingga para mahasiswa bisa mencapai pada kategori sangat
baik.
5. Melihat masih terdapat kesulitan keterampilan mendengar bahasa Arab,
maka diharapkan para dosen yang mengajar keterampilan mendengar
bahasa Arab perlu memperhatikan unsur-unsur bahasa yang mempengaruhi
keterampilan mendengar khususnya morfologi dan sintaksis, sehingga para
mahasiswa dalam keterampilan mendengar terhindar dari kesulitan dalam
memahami isi pesan yang didengar.
6. Diharapkan bagi seluruh mahasiswa bersungguh-sungguh belajar
keterampilan mendengar dengan memperdalam pengetahuan unsur-unsur
bahasa agar bisa mencapai kesempurnaan keterampilan mendengar sesuai
dengan maksud penutur atau pembicara.
183

DAFTAR PUSTAKA

Abd al-Lathîf, Muĥammad Ĥamasah, Al-Na ĥw Al-Asâsî, Mesir: Dâr al- Fikr al-‘Arabî,
1997
Abû Sulaimân, Abd al Wahâb, Ibrahim, Kitâbah a lBahts al ’Ilm. Shiyâghah Jadidah,
Jeddah: Dar al Syurûq, Jâmiah Um al Qurâ, cet.VI, 1996.
Achmadi, Abu, dan Joko Tri Prasetya, SBM Strategi Belajar Mengajar Untuk
Fakultas Tarbiyah Komponen MKDK, Bandung: Pustaka Setia, 2005
Ainin, Moch, Metodologi Penelitian Bahasa Arab, Malang, Hilal Pustaka, 2007
‘Ali Mujâwîr, Muĥammad Shalâĥuddin, Tadrîs Al Lughah Al ‘Arabiyyah Fi Al
Marhalah Al Ibtidaiyyah Ususuh Wa Tatbîqâtuh, Lubnan: Dar al Andalusy,
1996
Ali, Muhammad Pengembangan Kurikulum di Sekolah, Bandung: Sinar Baru
Algesindo, 1992.
Al-‘Arabî, Shalâĥ Abdu al Majîd,,Ta ’alum Al_lughoh Al hayyah Wa Ta ’lîmuha Baina
Nadhoriyah Wa Al Tatbîq, Bairut: Maktabah Lubnan ,1981.
‘Amirah, Basuni Ibrahîm, al Ansyitah al ’Ilmiyyah Ghair al Shaffiyyah Wa Nawûdi
al Ulûm Dirasah Maidâniyyah, Riyad: al Tarbiyyah al Araby li al Duwal al
Khalîj, 1998.
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pengantar Praktek. Jakarta: Rineka
Cipta, 1997.
Arsyad, Azhar, Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007
-------, Bahasa Arab dan Metode Pengajarannya; Beberapa Pokok Pikiran. Ujung
Pandang: Berkah Utami, 1997.
Asrori, Imam, Sintaksis Bahasa Arab, Frasa Klausa Kalimat, Malang: Misykat,
2004.
Athâ, Ibrâhîm Muhammad, Al Marja ’ Fi Tadrîs Al Lughah Al ‘Arabiyyah, Markaz
Al Kitâb Li AlNasyr, 2005.
Atjeh, Aboebakar, Sejarah Hidup K.H.A., Wahid Hasyim dan Karangan Tersiar,
Jakarta: t.p.,1957.
Badrî, Kamâl Ibrâhîm, Usus al-Ta ’lîm al-Lughah al-’Ajnabiyyah, Jakarta : LPBA,
1988.
Baidawî, Muĥammad, ‘Ilm Al-Tarjamah Al-Nadzariyyah Wa Al-Tathbîq, Tunis: Dâr
Al-Ma’ârif, 1992.
184

Bakalla, HM., Abhas al-Nadwah al-'Alamiyah al-Ula li Ta'lim al-'Arabiyah li Ghair


al-Nathiqin biha, Riyad: University of Riyad,1980,vol. I.
Bisyr, Muĥammad Kamâl, ‘Ilm al Lughah al ‘Ầm al Ashwât, Beirut: Dâr al Ma’ârif,
1990, cet. VII.
-------, ‘Ilm AlAshwât. Kairo: Dâr Gharîb, li Al Tib’ah Wa Al Nasyr Wa Al Tauzî’,
2000.
Bobbi, De Porter dan Mike Hernacki, Quantum Learning. Bandung: Kaifa, 2002.
Brooks, Nelson, Language and Language Learning, New York: Harcourt,
Brace&World, Inc.1988.
Cowan, David, An Introduction To Modern Literatery Arabic, Cambridge
University Press, 1978 .
Dawson, Mildred A., Guiding Language Learning, New York: Harcourt, Brace
&World, Inc. 1985.
DEPAG RI, Kurikulum Madrasah Aliyah Program Bahasa, Kelas III, GBPP , Mata
Pelajaran Bahasa Arab, 1997.
-------, Qur ’an dan Terjemahnya, Semarang: CV.Alwaah, 1989.
-------, Kurikulum Madrasah Aliyah, Jakarta: Dirjen Binbaga Islam, Depag RI, 1997.
DEPDIKBUD, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1997.
Dimyati dan Mujiono, Belajar dan Pembelajaran. Jakarta, Rineka cipta, 2002.
Djaali dan Farouk Muhammad, Metodologi Penelitian Sosial, Jakarta : Restu Agung,
2005.
Djiwandono, M.Soenardi, Tes Bahasa Dalam Pengajaran, Bandung , ITB, 1996.
Dryden, Gordon dan Jeannette Vos, Revolusi Cara Belajar, Keajaiban Pikiran
Sekolah Masa Depan, Judul asli The Learning Revolution: to change the way
the world learns. Terj. Ahmad Baiquni. Bandung: Kaifa, 2001.
Effendi, Ahmad Fuad, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab Pendekatan , Metode,
Teknik, Malang: Misykat, 2005.
Fachrudin, Tehnik Pengembangan Kurikulum Pengajaran Bahasa Arab, Yogyakarta,
Global Pustaka Utama, 2005.
Fahrurrozi, Aziz, Pembelajaran Gramatika Sebagai Ilmu Bantu Memahami Teks,
Makalah, Jakarta: 1997.
Al-Faraby, Sa’ad Abd Allah, Al aswât Al‘Arabiyyah Wa Tadrîsihâ Li Gahair Al
Nâtiqîn Bihâ Min Al Râsyidîn, Maktabah al Tâlib al Jâmi’î.
185

Al-Fauzân, Abd al-Raĥman Bin Ibrâhîm, al-‘Alarabiyyah Bain Yadaik. Saudi Arabia,
Yayasan waqaf Islam, 2003.
Finocchiaro, Mary, English a Second Languange From Theory to Practice. New
York: Rogent Publishing Company, Inc, 1974.
-------, Teaching Children Foreign Languages, New York: Mc.GrawHill Company.
Al-Ghalayainî, Mustafa, Jamî’ al-Durûs al-‘Arabiyyah, Bairût, Maktabah
‘Ashîriyyah, 1991
Al-Ghâlî, Nashir Abd al-Lah dkk, Usus ‘I’dâd al-Kutub al-Ta ’lîmiyyah Li Ghair al-
Nâthiqîn Biha. Riyâd, Dâr al-‘I’tishâm, 1992.
Ghozali, Said Imam, Pengembangan Bahasa Arab di Sektor Ekonomi, dalam Qimah
III, Surabaya: F. Adab,1990.
Gronlund, N. E., Gronlund dan Lin L. Robert, Measurement and Evaluation in
Teaching. New York: Macmillan Publishing Co, 1985,.
-------, dan Norman Edward, Constructing Achievement Tests, Third Edition,
Prentice-Hall, INC., Englewood Cliffs, USA, 1982.
Al-Ĥâfidz, Yâsîn, Al-Ta ĥlîl Al-Sharfî, Damaskus: Dâr al-‘Ashamâ’, 1997.
Hadi, Sutrisno, Metodologi Research II. Yogyakarta: Fak. Psikologi UGM, 1982.
Ĥandâmi Yaĥya dan Jâbir Abdul amîd Jâbir, Al-Manhaj, asâsuhâ, Takhtîtuhâ,
Taqwîmuhâ, Kairo: Dâr al-Nahdhah al-‘Arabiyyah, 1987.
Haryati, Mimin, Model & Teknik Penilaian pada Tingkat Satuan Pendidikan, Jakarta:
Gaung Persada Press, 2007
Ĥasan, Tamâm, Al Usûl Dirâsah Etîmûlûjiyyah Li Al Fikr Al Lughawy ‘Ind Al ‘Arab
Al Nahwy Fiqh Al LughawyAl Balâghy, Kairo: ‘Ălam Al Kutub, 2000.
Hidayat, HD., Makalah. Pengajaran Bahasa Arab untuk Tujuan Pemahaman,
disampaikan dalam workshop pengajaran bahasa Arab untuk Pergururan
Tinggi, pada 16 Nopember 2000.
Ibn Hisyâm, Syarh Syudzur al Dzahâb Fi Ma ’rifah Kalâm al ‘Arab, Beirut: Dâr al
Fikr, tt.
Ibrahim, Abd al-'Alim, Al-Muwajjih al-Fanny li Mudarris al-Lughah al-'Arabiyah,
Kairo: Dar al-Ma'arif,1978.
Ibrâhîm, Ĥammâdah, Al Ittijâhât Al Mu’âsharah Fi Tadrîs Al Lughah Al ‘Arabiyyah
Wa Al Lughât Al hayyah Al uhrâ Li Al Ghair Al Nâtiqîn Bihâ. Kairo: Dâr Al
Fikr Al ‘Araby, 1987.
Ibrahim, R., Dan Nana Syaodih S, Perencanaan Pengajaran. Jakarta, Rineka Cipta,
2003.
186

Idi, Abdullah, Pengembangan Kurikulum : Teori dan Praktik, Yogjakarta: Ar-Ruz


Media, 2007.
‘Ilyân, Aĥmad Fuad, Al Mahârât Al Lughawiyyah Mâhiyyatuhâ Wa Tarâiq Tadrîsihâ.
Riyâd: Dâr Al Muslîm, 1992.
Ismâil, Zakaria,Turuqu Tadrîsi al Lughah al ‘Arabiyyah. Mesir: Dar al Ma’rifah al
Jâmi’iyyah,1995.
Iqbal, M. Hasan, Pokok-Pokok Materi Statistik I; Statistik Deskriptif, Jakarta: Bumi
Aksara, 2002.
Jackson, Philip W., Conceptions of Curriculum Specialists, dalam Handbook of
Research on Curriculum, New York: Simon dan Schuster Macmillan, 1992.
Jones, Daniel, The Phoneme: Its Nature and Use , W. Heffer & Sons Ltd.
Cambridge,tt.
Kadir dan Raihan, Statistika Sosial, Jakarta : Universitas Islam Jakarta, 2006.
Keraf, Gorys, Tata Bahasa Indonesia, Ende: Nusa Indah, 1978.
-------, Diksi dan Gaya Bahasa, Jakarta: Gramedia, 2002.
Kharisuddin, Aqib, Al-Fath (Bimbingan Cepat Membaca Kitab Tulisan Gundul),
Surabaya: H.I. Press,1992.
Al-Khûly, Muhammad‘Ali, Qomûs al-Tarbiyyah. Beirût, al-‘Ilm Li al-Malâyîn.
-------, A Dictionary of Theoretical Linguistics, EnglishArabic, With An Arabic
English Glossary, Beirut: Librairi Du Liban, cet. I, 1982
-------, Asalib Tadris al-Lughah al-'Arabiyah, Riyad: Al-Mamlakah al-'Arabiyah al-
Sa'udiyah,1982.
Kridalaksana, Herimurti, Kamus Linguistik, Jakarta: Gramedia, 2001, Edisi 3.
Kuntjoroningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia, 1989
Lamuddin, Finoza, Komposisi Bahasa Indonesia, Jakarta, Diksi Insan Mulia, 2002.
Ma’ruf, Nayif, Khashâishu Al ‘Arabiyyah wa Tarâiqu Tadrîsihâ, Lebanan: Dar Al
Nafâiz,Cet. I,1885.
Ma’shûm, Muhammad, al-Amtsilah al-Tashrîfiyyah, 2002.
Madkûr, Ahmad Ali, Tadrîs Funûn al Luhah al ‘Arabiyyah. Kairo: Dar al
Syawaf,1995.
Majid, Abdul Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standar Kompetensi
Guru Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007.
Maliabari, Akrom, Pengajaran Bahasa Arab di Madrasah Aliyah. Jakarta : Bulan
Bintang, 1987.
187

Ibnu Manzhûr, Lisân al-‘Arab, Kairo: Dâr al-Hadîts, 2003.


Al-Mughâlasah, Husni, Al Nahwy Al Syâfî, Yordan: Dâr al Basyîr, 1991.
Muljanto, Sumardi, Pengajaran Bahasa Asing, Sebuah Tinjauan Dari Segi
Metodologi, Jakarta: Bulan Bintang, 1975.
-------, Pedoman Pengajaran Bahasa Arab pada Perguruan Tinggi Agama/IAIN,
Jakarta: Proyek Pengembangan Sistem Pendidikan Agama, Depag RI,1974.
-------, Pengajaran Bahasa Asing : Sebuah Tinjauan dari segi Metodologi, Jakarta:
Bulan Bintang,1975.
Mastna, HS., Moch, Orientasi Pemikiran Semantic al Zamakhsyariy dalam
menafsirkan Ayat-Ayat Kalam, Jakarta: Perpustakaan PPs UIN Jakarta: 1999.
Muĥammad, Muĥammad Abd al Khâliq, Ikhtibât Al Lughah, Riyâd: ‘Imâdah Syuûn
Al Maktabah Jâmi’ah Al Mulk su’ûd, cet. I, 1996.
Musâd, Muhammad Ziyâd dengan judul Makalah: Mahârât Al Istimâ ’ Wa Kaifiyyah
Al Tadrîb ‘Alaihâ, di: http://www.drmosad.com/index85.htm.
Muthahar, Ahmad, Nail al Anfal Fi Tarjamah Al Atfâl, Semarang: Thaha Putra, 1962.
Nababan, Sri Utari Subyakto, Metodologi Pengajaran Bahasa. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 1993.
Al-Nâqah, Mahmûd Kamil, Ta ’lîm Al lughah Al arabiyah li al Nâtiqîn bi Lughoh
Ukhrâ. Al mamlakah Al ’arabiyah Al Su’ûdiyah: Al Jâmi’ah umm al qura,
1985.
Nasafi, Qawâid Al-Lughah Al-’Arabiyyah Li Qism Al-Lughah Al-’Arabiyyah, Salatiga:
Kulliyyah al-Tarbiyyah Bi al-Jâmi’ah al-Islâmiyyah al-Ĥukûmiyyah Salatiga,
1992.
Nashr, Raja, The structure Of Arabic From Sound To Sentence, Librarie DV Liban,
Beirut: Librarie DV Liban, 1967.
Nasution, Andi Hakim dan Abdurrauf Rambe, Teori Statistika, Jakarta : Bhratara
Karya Aksara, 1984.
Nur, Azhar M., Pengembangan Model Pembelajaran Terpadu Untuk Meningkatkan
Pemahaman Mahasiswa Dalam Berbahasa Arab, Bandung:UPI Pres, 2002.
Nur, Ma’mun Effendi, Mencari Metode Yang Sesuai Dterapkan Di IAIN Walisongo
Semarang, Semarang: Walisongo Press, 1990.
Nurgiyantara, Burhan, Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta,
BPEE, 1988.
Parera, Jos Daniel, Pengantar Linguistik Umum Bidang Morfologi, Ende: Nusa Indah,
1977.
188

Payne, A. Richard, How To Get A Better Job Quicker, Jakarta: Effhar dan Dharma
Prize, cet. III, 1992.
Porwo, Bambang Kaswanti, Pragmatik Dan Pengajaran Bahasa, Yogyakarta:
Kanisius, 1990.
Pranowo, Statistik Praktis, Yogyakarta : Ananda, 1982.
‘Al-Qâsimî, ‘Ali , Mukhtabar Al Lughah, Kuwait: Dâr Al Qalam, cet.I, 1970.
-------, ‘Ilm Al Lughah Wa Shinâ ’ah Al Mu’jâm. Jâmi’ah Al Mulk su’ûd, ‘Imâdah
Syu’ûn al Maktabât, 1991.
Rasyad, Aminuddin Teori Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: UHAMKA PRESS,
2003
Richards, Jack C and Theodore S. Rodgers, Approaches And Methods In Language
Teaching. New York: Cambridge University Press, 1992.
Riduwan, Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta, cet.3,
2003
Riduwan, Metode Dan Tehnik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta, cet.V, 2007.
Robbin, B James, Komunikasi yang Efektif. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1986.
Sanjaya,Wina, Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi,
Jakarta: Prenada Media, 2005
Saridjo, Marwan, et.al., Sejarah Pondok Pesantren di Indonesia, Jakarta: Dharma
Bhakti,1980.
Al-Sayûtî, Al Itqân Fî ‘Ulûm Al Qurân , Juz I, Dâr al Fikr, 911 H.
-------, Al Muzdîr fi ’ulûm al – lughah alarabiyah. Sudan – Beirut: Mansyurah al
Maktabah al ’ashriyah. Juz 1 , 1987.
STAIN, Buku Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan, 2007.
Al-Shiddieqi, Hasbi, Ilmu-ilmu Alqur ’an. Jakarta: Bulan Bintang. Cet. III, 1993.
Al-Syantî, Muĥamma Shalâĥ, Al Mahârah Al Lughawiyyah,Libanon: Dar al
Andalusy, 1996.
Al-Syuwairaf, Abd al Latif Aĥmad, al Tadribat al Lughawiyyah li al Sanah al Ulâ,
Mesir: al Kulliyyah al Da’wah al Islamiyyah, cet.I, 1997.
Saidun, Fiddaroini, Efektivitas dan Efisiensi Sosialisasi Bahasa Arab, Surabaya: CV.
Cempaka,1997.
Abdul‘al, Saiyid Abdul Mun’îm, Thuruqu Tadrîs Al Lughah Al ‘Arabiyyah.
Kairo:Maktabah Al Gharib,tt.
189

Shînî, Mahmûd Ismâ’il, al-‘Arabiyyah li al-Nâsyi’în. Mamlakah ‘Arabiyyah Jakarta:


Rajawali, 2005.
Soegarda, Poerbakawatja, Pendidikan dalam Alam Indonesia Merdeka, Jakarta :
t.p.1970.
Soeleiman, Kasim, Pramasastra Arab, Jakarta,: Prakarsa Belia, 1981.
Sudijono, Anas, Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Rajawali,1992.
-------, Teknik Pendidikan Suatu Pengantar. Yogyakarta: UD. Rama, 1992.
Sudjana, Nana, Metoda Statistika, Bandung , Tarsita, 1992.
-------, Tuntunan Penyusunan Karya ilmiah. Bandung: Sinar baru , 1991.
Supranata, Sumarna, Panduan Penulisan Tes Tertulis,Bandung: Remaja Rosda Karya,
2004.
Suprayogo, Imam, Urgensi Bahasa Arab dalam Meretas Khasanah Islam Klasik,
dalam Jurnal Ilmu dan Pemikiran Keagamaan, Malang: F.A. Islam Unmuh
Malang,I,1996.
Surachmad, Winarno, Dasar, Metode dan Teknik Pengantar Penelitian Ilmiah.
Bandung: Tarsito, 1995
-------, Pengantar Penelitian Ilmiah, Bandung: Tarsito, 1994 .
Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Bandung: Rosda
Karya, 1995.
Syaĥatah, Ĥasan, Ta ’lîm al Lughah al ‘Arabiyyah Bain al Nadzariyyah Wa al Tatbîq.
Al-Syaibany, Omar Mohammad al- Toumy, Falsafah Pendidikan Islam, alih bahasa
Hasan Langgulung, Jakarta: Bulan Bintang, 1979.
Syaodah, Nana, Pengembangan Kurikulum, Teori dan Praktek. Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2004, cet VI
Shînî, Maĥmûd Ismâ’il, al-‘Arabiyyah li al-Nâsyi’în, Mamlakah ‘Arabiyyah.
Tamâm, Ĥasân, Al Lughah Al ‘Arabiyyah Ma ’nâhâ Wa Mabnâhâ, Mishr:
Al ’Ầmmah li Al Kitâb, cet.II, 1979.
Tarigan, Henry Guntur, Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:
Angkasa, 1982.
Tarigan, Djago dan H.G. Tarigan, Teknik Pengajaran Keterampilan Berbahasa,
Bandung: Angkasa,1987.
-------, Menyima ’ Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, Bandung: Angkasa, 1987.
Al-Tawwâb, Abd Ramadlân, Al Madhal ila ilm al Lughah wa Manâhij al Lughawy,
al Qâhirah: Maktabah al Khanji, 1985.
190

Tim Penyusun, Pedoman Pengajaran Bahasa Arab, Jakarta, Proyek Pengembangan


Sistem Pendidikan Agama, Depag RI, 1974
Thorndike, R.L. dan E.P. Hagen, Managemen and Evaluation in Psychology and
Education. New York: Wiley & Sons, 1977.
Thu’aimah, Rusdî Ahmad, Tariq Tadrîs al Lughah al ‘Arabiyyah. Mesir, Dar alFikr,
1989.
-------, Tadrîs Al‘Arabiyah Fi Al Ta ’lîm Al ‘Am Nadlariyah Wa Tajârub. Mesir: Dar
al Fikr al Araby, 2001.
-------, Ta ’lîm Al Lughah Al ‘Arabiyyah Lighair Al Nâtiqîn Bihâ Manâhîjuh Wa
Asâlîbuh. Rabat: Isisco, 1989.
Thu’aimah, Rusdy Ahmad dan Muhammat Al Sayyid Munâ’, Tadrîs Al ‘Arabiyyah
Fi Al Ta ’lîm Al ‘Ăm, Nadzariyyât Wa Tajârub. Dâr AlFikr, 2001.
Tim Penyusun, Pedoman Pengajaran Bahasa Arab. Jakarta: Proyek Pengembangan
Sistem Pendidikan Agama, Depag RI, 1974.
Tim Redaksi , Undang-undang Standar Nasional Pendidikan, Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia nomor 19 tahun 2005. Jakarta: Lekdis, 2005.
Al-Tubjî, Ĥamdî Ĥusain, Wasâil al-Ittishâl Wa al-Tiknolojiya Fi al-Ta ’lîm, Kuwait:
Dâr al-Qalam, 1996
Al-Z Ustha, Muhammad Abdullah, Al Ta ’rif Fi Ilm Al Tashrîf Dirâsah Sharfiyyah
Tatbîqiyyah, Troplis: Kulliyyah Al Da’wah Al Islâmiyyah, 1982.
Valette, Rebecca M, Modern Language Testing. New York: Harcourt Brace
Jovanovich, 1977.
Verhar, J.W.M., Pengantar Linguistik. Yogyakarta: Gajah Mada University Press,
1992.
Wafi, Ali Abd al-Wahid, Fiqh al-Lughah, t.k. : Lajnah al-Bayan al-'Araby,1962
Wahab, Abdul, Isu Linguistik Pengajaran Bahasa Dan Sastra. Surabaya: Airlangga
University Press, 1991.
Wâlî, Fâdhil Fatĥi Muĥammad, Tadrîs Al Lughah Al ‘Arabiyyah Fi Al Mar ĥalah Al
Ibtidaiyyah. Libanon: Dar al Andalusy, 1998.
Wardaugh, Ronald, Introduction to Lingusitic. New York: Mc. Grow Hill, 1972.
Yamin, Martinis, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, Jakarta: Gaung
Persada Press, 2007.
Yanbu, Abd al-‘Azîz, Asâsiâ al-Lughah al-‘Arabiyyah, al-Kitâbah al-Imlâiyyah Wa
al-Wadlîfiyyah, al-Nahw al-Wadlîfi, Wa Fawâid al-Lughawiyyah, Kairo,
Muassasah al-Muhtâr, 2001.
191

Yunûs, Fatĥy ‘Alî, Al Marja ’ Fî Al Ta ’lîm Al ‘Arabiyyah Li Al ajânib Min Al


Nadlariyyah Ila Al Tathbîq. Kairo: Maktabah Wahbah, 2003.
Yûnus, Mahmud, Metodik Khusus Bahasa Arab Bahasa Al-Quran. Jakarta:Hidakarya,
1977.
Zarkasyi, Abdullah Syukri, Gontor dan Pembaharuan Pendidikan Pesantren. Jakarta:
Rajawali, 2005.
Zaini, Hisyam, Desain Pembelajaran Di Perguruan Tinggi, CTSD IAIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta, 2002.
Zainuddin, Radhiah, et.al, Metodologi Dan Strategi Alternatif Dalam Pembelajaran
Bahasa Arab. Cirebon: Pustaka Rihlah Group dan STAIN, 2005.
LAMPIRAN 1

Uji Coba Instrumen Penelitian

A. Petunjuk Pengisian

1. Tes ini diberikan dalam rangka penelitian ilmiah untuk penyusunan tesis,
oleh karena mohon diisi sesuai dengan kemampuan Anda.
2. Anda diharapkan menjawab sendiri tes ini, tanpa bantuan orang lain.
3. Tes ini tidak ada hubunganya dengan nilai mata kuliah Anda.
4. Jawablah soal-soal yang telah disediakan sesuai dengan petunjuk
pengisian.

B. Identitas Responden

1. Nama :…………………………………………………..
2. Semester :…………………………………………………...
3. Latar Belakang Sekolah :…………………………………………………...
4. Jenis Kelamin :…………………………………………………...
5. Alamat Tempat Tinggal :…………………………………………………...
…………………………………………………..

C. Daftar Pertanyaan

Petunjuk Pengisian: Berilah tanda lingkaran (О) pada salah satu alternatif
jawaban yang anda anggap paling cocok dengan pertanyaan yang diberikan.
‫إﺧﺘﺒﺎر ﻣﻬﺎرة اﻹﺳﺘﻤﺎع‬
‫)ورﻗﺔ اﻷﺟﻮﺑﺔ ﻟﻠﻄّﻼب(‬

‫‪ .I‬اﻟﻨّﺺّ اﻷول‬
‫إﺳﺘﻤﻊ اﻟﻰ اﻟﺤﻮار‪ ،‬ﺛﻢ اﺧﺘﺮ اﻟﺠﻮاب اﻟﺼﺤﯿﺢ ﺑﻮﺿﻊ داﺋﺮة ﺣﻮل اﻟﺤﺮف اﻟﻤﻨﺎﺳﺐ‪!.‬‬

‫ج ‪ -‬ﻣﺘﺰوّﺟﺎن‬ ‫ب ‪ -‬ﺻﺪﯾﻘﺎن‬ ‫‪ .١‬أ ‪ -‬ﺣﺒﯿﺒﺎن‬


‫ج ‪ -‬أﺧﺖ ﻋﺒﺪ اﷲ‬ ‫ب ‪ -‬ﻋﻤّﺔ ﻋﺒﺪ اﷲ‬ ‫‪ .٢‬أ ‪ -‬أخ ﻋﺒﺪ اﷲ‬
‫ج ‪ -‬ﻣﻌﻠّﻤﺎ‬ ‫ب‪ -‬ﻣﺘﻌﻠّﻤﺎ‬ ‫‪ .٣‬أ‪ -‬ﺗﻌﻠﯿﻤﺎ‬
‫ج‪ -‬ﻟﻪ وﻟﺪ واﺣﺪ‬ ‫ب‪ -‬ﻟﻪ وﻟﺪ واﺣﺪة‬ ‫‪ .٤‬أ‪ -‬ﻟﻪ وﻟﺪ واﺣﺪ‬
‫و ﺑﻨﺖ واﺣﺪة‬ ‫و ﺑﻨﺖ واﺣﺪ‬ ‫و ﺑﻨﺖ واﺣﺪ‬
‫ج‪ -‬إﻧﺼﺮف‬ ‫ب‪ -‬إﻧﻄﻠﻖ‬ ‫‪ .٥‬أ‪ -‬ﺗﺨﺮّج‬
‫‪ .٦‬أ‪ -‬ﻧﻌﻢ أﻧّﻪ‪ ،‬ﯾﺘﺰوّج‬
‫ب‪ -‬ﻧﻌﻢ أﻧّﻪ‪ ،‬ﻗﺪ ﯾﺘﺰوّج‬
‫ج‪ -‬ﻧﻌﻢ أﻧّﻪ‪ ،‬ﻗﺪ ﺗﺰوّج‬
‫ج‪ -‬اﻧﺘﻀﺎرك‬ ‫ب‪ -‬اﻧﺘﺬارك‬ ‫‪ .٧‬أ‪ -‬اﻧﺘﻈﺎرك‬

‫‪ .II‬اﻟﻨّﺺّ اﻟﺜﺎﻧﻰ‬
‫اﺳﺘﻤﻊ اﻟﻰ اﻟﻨّﺺ‪ ،‬ﺛّﻢ اﺧﺘﺮ اﻟﺠﻮاب اﻟﺼﺤﯿﺢ ﺑﻮﺿﻊ داﺋﺮة ﺣﻮل اﻟﺤﺮف اﻟﻤﻨﺎﺳﺐ‪!.‬‬

‫ج‪ -‬اﻟﻐﺮب‬ ‫ب‪ -‬اﻟﻤﺴﻠﻤﯿﻦ‬ ‫‪ .٨‬أ‪ -‬اﻟﺼّﯿﻦ‬


‫‪ .٩‬أ‪ -‬اﻟﺼّﯿﻦ ﻓﻰ اﻟﺸﺮق‬
‫ب‪ -‬ﻛﻞّ اﻟﻌﺎﻟﻢ‬
‫ج‪ -‬أوروﺑّﺎ ﻓﻲ اﻟﻐﺮﺑﻲ‬
‫‪ .١٠‬أ‪ -‬ﻓﻲ اﻟﻌﻠﻮم واﻟﺼّﯿﺪﻟﺔ و ﻃﺐ‬
‫ب‪ -‬ﻓﻲ اﻟﻌﻠﻮم و ﺻﯿﺪﻟﺔ و ﻃﺐ‬
‫ج‪ -‬ﻓﻲ اﻟﺼﯿﺪﻟﺔ و اﻟﻄّﺐّ واﻟﺮّﯾﺎﺿﯿّﺎت‬
‫‪ .١١‬أ‪ -‬ﻣﺪارس اﻟﻤﺴﻠﻤﯿﻦ وﺟﺎﻣﻌﺎﺗﻬﻢ‬
‫ب‪ -‬ﺑﯿﺖ اﻟﻤﺴﻠﻤﯿﻦ وﺳﺎﺣﺎﺗﻬﻢ‬
‫ج‪ -‬ﻛﻠّﯿﺔ اﻟﻤﺴﻠﻤﯿﻦ و ﻣﺴﺎﺟﺪﻫﻢ‬
‫ج‪ -‬ﺑﺎﻟﻌﻠﻢ واﻟﺪﯾﻦ‬ ‫ب‪ -‬ﺑﺎﻟﻌﻠﻢ و اﻟﻌﻠﻤﺎء‬ ‫‪ .١٢‬أ‪ -‬ﺑﺎﻟﻌﻠﻢ و اﻟﻤﺎل‬
‫ج‪ -‬اﻟﺸﺮق واﻟﻐﺮب‬ ‫ب‪ -‬اﻟﺮّﯾﻒ واﻟﻘﺮى‬ ‫‪ .١٣‬أ‪ -‬اﻟﻘﺮى‬
‫‪ .III‬اﻟﻨّﺺّ اﻟﺜﺎﻟﺚ‬
‫اﺳﺘﻤﻊ اﻟﻰ اﻟﻨّﺺ‪ ،‬ﺛﻢّ اﺧﺘﺮ اﻟﺠﻮاب اﻟﺼﺤﯿﺤﺔ ﺑﻮﺿﻊ داﺋﺮة ﺣﻮل اﻟﺤﺮف اﻟﻤﻨﺎﺳﺐ !‬

‫ج‪ -‬ﺟﻤﯿﻼ‬ ‫ب‪ -‬ﺑﺎردا‬ ‫أ‪ -‬ﺣﺎرا‬ ‫‪.١٤‬‬


‫ج‪ -‬ﺳﺒﻌﺔ أﯾّﺎم‬ ‫ب‪ -‬ﺳﺒﻌﺔ ﯾﻮم‬ ‫أ‪ -‬ﺳﺒﻊ أﯾّﺎم‬ ‫‪.١٥‬‬
‫ج‪ -‬اﻟﻄﻌﻢ‬ ‫ب‪ -‬اﻟﻤﻄﺎﻋﻢ‬ ‫أ‪ -‬اﻟﻤﻄﻌﻢ‬ ‫‪.١٦‬‬
‫ج‪ -‬اﻟﻰ اﻟﻤﺪﯾﻨﺔ‬ ‫ب‪ -‬اﻟﻰ اﻟﻘﺮﯾﺔ‬ ‫أ‪ -‬إﻟﻰ ﺷﺎﻃﺌﻰ اﻟﺒﺤﺮ‬ ‫‪.١٧‬‬
‫ج‪ -‬ﻓﻨﺪق‬ ‫ب‪ -‬ﺷﻘّﺔ‬ ‫أ‪ -‬ﺑﯿﺖ‬ ‫‪.١٨‬‬
‫ج‪ -‬اﻟﺰّوﺟﺔ‬ ‫ب‪ -‬اﻟﺒﻨﺖ‬ ‫اﻷوﻻد‬ ‫‪.١٩‬‬
‫‪ .IV‬اﻟﻨّﺺّ اﻟﺮاﺑﻊ‬
‫اﺳﺘﻤﻊ اﻟﻰ اﻟﻨّﺺ‪ ،‬ﺛﻢّ اﺧﺘﺮ اﻟﺠﻮاب اﻟﺼﺤﯿﺤﺔ ﺑﻮﺿﻊ داﺋﺮة ﺣﻮل اﻟﺤﺮف اﻟﻤﻨﺎﺳﺐ‪!.‬‬

‫ج‪ -‬اﻟﻤﻼﺑﺲ و اﻷﺧﻼق‬ ‫ب‪ -‬اﻷﺧﻼق‬ ‫أ‪ -‬اﻟﻤﻼﺑﺲ‬ ‫‪.٢٠‬‬


‫و اﻟﻨّﻈﺎﻓﺔ‬ ‫واﻟﻨّﻈﺎﻓﺔ‬ ‫واﻷﺧﻼق‬
‫ج‪ -‬اﻟﻘﺬارة‬ ‫ب‪ -‬ﻗﺬارة‬ ‫أ‪ -‬ﻗﺬرات‬ ‫‪.٢١‬‬
‫ج‪ -‬ﯾﺨﺘﻠﻔﺎن‬ ‫ب‪ -‬اﺧﺘﻼف‬ ‫أ‪ -‬ﯾﺨﺘﻠﻒ‬ ‫‪.٢٢‬‬
‫ج‪ -‬ﻃﯿﺒﺎت‬ ‫ب‪ -‬ﻃﯿﺒﺔ‬ ‫أ‪ -‬ﻃﯿﺒﺎ‬ ‫‪.٢٣‬‬
‫ج‪ -‬ﺣﺬارة‬ ‫ب‪ -‬ﻗﺬارة‬ ‫أ‪ -‬ﻛﺬارة‬ ‫‪.٢٤‬‬
‫أ‪ -‬ﻛﺜﯿﺮ اﻟﻜﻼم‬ ‫‪.٢٥‬‬
‫ب‪ -‬ﻛﺜﯿﺮ اﻟﻤﺸﻜﻼت‬
‫ج‪ -‬ﯾﺴﺘﻌﻤﻞ ﻋﻄﺮا ﻏﯿﺮ ﻃﯿّﺐ‬
‫ج‪ -‬ﻻ أﺣﺪ‬ ‫ب‪ -‬ﻋﻤﺎد‬ ‫أ‪ -‬ﻋﻼء‬ ‫‪.٢٦‬‬
‫أ‪ -‬ﯾﺴﺎﻋﺪﻫﻢ وﯾﺰورﻫﻢ‬ ‫‪.٢٧‬‬
‫ب‪ -‬ﯾَﺤُﺐﱡ اﻟﻨّﺎسَ‬
‫ج‪ -‬ﯾﺰورﻫﻢ ﻓﻲ ﻣﻜﺎن أﻋﻤﺎﻟﻬﻢ‬

‫‪ .V‬اﻟﻨّﺺّ اﻟﺨﺎﻣﺲ‬
‫اﺳﺘﻤﻊ اﻟﻰ اﻟﻨّﺺ‪ ،‬ﺛﻢّ اﺧﺘﺮ اﻟﺠﻮاب اﻟﺼﺤﯿﺢ ﺑﻮﺿﻊ داﺋﺮة ﺣﻮل اﻟﺤﺮف اﻟﻤﻨﺎﺳﺐ !‬
‫ج‪ -‬دﯾﻦ‬ ‫ب‪ -‬ﺟﻤﺎل‬ ‫‪ .٢٨‬أ‪ -‬ﻣﺎل‬
‫ج‪ -‬ﻛﺜﺮت اﻟﻔﺴﺎد‬ ‫ب‪ -‬ﻛﺜﺮ اﻟﻔﺴﺎد‬ ‫‪ .٢٩‬أ‪ -‬ﻛﺜﺮﻧﺎ اﻟﻔﺴﺎد‬
‫ج‪ -‬ﺣﻠّﺖ اﻟﻤﺸﻜﻼت‬ ‫‪ .٣٠‬أ‪ -‬ﻗﻠّﺖ اﻟﻤﺸﻜﻼت ب‪ -‬ﻛﺜﺮت اﻟﻤﺸﻜﻼت‬
‫ج‪ -‬اﻷوﻵد و اﻟﺰوﺟﯿﻦ‬ ‫ب‪ -‬اﻟﺰوﺟﯿﻦ‬ ‫‪ .٣١‬أ‪ -‬اﻷوﻵد‬
‫ج‪ -‬اﻟﺤﺰن‬ ‫ب‪ -‬اﻟﺨﻮف‬ ‫‪ .٣٢‬أ‪ -‬اﻷﻣﺎن‬
‫ج‪ -‬اﻷﺻﺤﺎب‬ ‫ب‪ -‬اﻷﻫﻞ‬ ‫‪ .٣٣‬أ‪ -‬اﻟﻨّﺎس‬
‫‪ .٣٤‬أ‪ -‬ﯾﺘﺰوّج ﻣﻊ ﻣﻦ ﻟﻪ دﯾﻦ وﺧﻠﻖ‬
‫ب‪ -‬ﯾﺘﺰوّج ﻣﻊ ﻣﻦ ﻟﯿﺲ ﻟﻪ دﯾﻦ و ﺧﻠﻖ‬
‫ج‪ -‬ﯾﺘﺰوّج ﻣﻊ ﻣﻦ ﻟﻪ ﻣﺎل و دﯾﻦ‬
‫‪ .٣٥‬أ‪ -‬اﻟﻤﻄﺎﻟﺐ اﻟﻌﯿﺸﺔ ب‪ -‬اﻟﻤﻄﺎﻟﺐ اﻟﻤﺎدّﯾّّﺔ ج‪ -‬اﻟﻤﻄﺎﻟﺐ اﻟﻤﻌﻨﻮﯾﺔ‬
‫‪ .٣٦‬أ‪ -‬ﻛﺜﺮ ﻋﺪد اﻟﺴّﻜّﺎن‬
‫ب‪ -‬ﻛﺜﺮ اﻟﻔﺴﺎد‬
‫ج‪ -‬ﻛﺜﺮت ﺣﻮادث اﻟﺴّﺮﻗﺔ‬
‫ج‪ -‬ﻛﺜﯿﺮة ﺟﺪّا‬ ‫ب‪ -‬ﻗﻠﯿﻠﺔ‬ ‫‪ .٣٧‬أ‪ -‬ﻛﺜﯿﺮة‬
‫ج‪ -‬اﻷﻏﻨﯿﺎء واﻟﻔﻘﺮاء‬ ‫ب‪ -‬اﻟﻔﻘﺮاء‬ ‫‪ .٣٨‬أ‪ -‬اﻷﻏﻨﯿﺎء‬
‫ج‪ -‬اﻟﺸّﻮارع‬ ‫ب‪ -‬اﻟﺠﯿﺮان‬ ‫‪ .٣٩‬أ‪ -‬اﻟﺤﺪاﺋﻖ‬
‫إﺧﺘﺒﺎر اﻟﻌﻨﺎﺻﺮ اﻟﻠﻐﻮﯾّﺔ‬
‫ورﻗﺔ اﻷﺟﻮﺑﺔ ﻟﻠﻄّﻼّب‬
‫‪ .I‬اﻷﺻﻮات)‪(Fonologi‬‬
‫أ‪ .‬إﺧﺘﺮ اﻟﺠﻮاب اﻟﺼﺤﯿﺢ اﻟﺬي ﺗﺴﻤﻌﻪ ﺑﻮﺿﻊ داﺋﺮة ﺣﻮل اﻟﺤﺮف اﻟﻤﻨﺎﺳﺐ !‬
‫ج‪ -‬ﺣﻠﯿﻢ‬ ‫ب‪ -‬ﻋﻠﯿﻢ‬ ‫‪ .١‬أ‪ -‬أﻟﯿﻢ‬
‫ج‪ -‬ﻏﺎل‬ ‫ب‪ -‬ﺧﺎل‬ ‫‪ .٢‬أ‪ -‬ﻗﺎل‬
‫ج‪ -‬ﯾﻨﺒﻂ‬ ‫ب‪ -‬ﯾﻤﺒﺖ‬ ‫‪ .٣‬أ‪ -‬ﯾﻨﺒﺖ‬
‫ج‪ -‬ﺷﺎر‬ ‫ب‪ -‬ﺛﺎر‬ ‫‪ .٤‬أ‪ -‬ﺳﺎر‬
‫ج‪ -‬ذلّ‬ ‫ب‪ -‬ﻇﻞّ‬ ‫‪ .٥‬أ‪ -‬ﺿﻞّ‬
‫ج‪ -‬ﻓﺨﻮر‬ ‫ب‪ -‬ﻓﻘﻮر‬ ‫‪ .٦‬أ‪ -‬ﻓﺨﺮ‬
‫ج‪ -‬ﺑﻞ‬ ‫ب‪ -‬ﻣﻞّ‬ ‫‪ .٧‬أ‪ -‬ﺑﻠﻰ‬
‫ج‪ -‬ﺻﺎر‬ ‫ب‪ -‬ﺛﺎر‬ ‫‪ .٨‬أ‪ -‬ﺳﺎر‬
‫ج‪ -‬ﯾﻨﺒﺄ‬ ‫ب‪ -‬ﯾﻨﺒﻊ‬ ‫‪ .٩‬أ‪ -‬ﯾﻤﺒﻊ‬
‫ج‪ -‬ﯾﻨﻈﺮ‬ ‫ب‪ -‬ﯾﻨﺬر‬ ‫‪ - .١٠‬ﯾﻨﺜﺮ‬
‫ج‪ -‬ﺻﺎﻟِﺤﺖ‬ ‫ب‪ -‬ﺻﺎﻟِﺤﺔ‬ ‫‪ .١١‬أ‪ -‬ﺻﺎﻟِﺤﻪ‬
‫ج‪ -‬ﯾﺸﺘﺪّ‬ ‫ب‪ -‬ﯾﺸﺘﺪّو‬ ‫‪ .١٢‬أ‪ -‬ﯾﺸﺘﺎد‬

‫‪ .II‬اﻟﺼّﺮﻓﻲ)‪(Morfologi‬‬
‫ﻋﻨﺪﻣﺎ أﺗﻨﺎول اﻟﻄّﻌﺎم‪ ،‬أودّع واﻟﺪيّ ﺛﻢّ اﻧﻄﻠﻖ إﻟﻰ ﻣﻮﻗﻒ اﻟﺤﺎﻓﻼت‪ ،‬ﺣﯿﺚ أﻧﺘﻈﺮ ﻗﻠﯿﻼ وأﺳﺘﺮﯾﺢ‪ ،‬و‬
‫ﻋﻨﺪﻣﺎ ﺗﺼﻞ اﻟﺤﺎﻓﻼت‪ ،‬أﻗﻔﺰ إﻟﯿﻬﺎ وأﺟﻠﺲ ﻓﻲ اﻟﻤﻘﻌﺪ اﻟﺬي أﺟﺪه ﺧﺎﻟﯿﺎ‪ .‬ﻓﻲ ﺑﻌﺾ اﻷﺣﯿﺎن ﺗﻜﻮن‬
‫اﻟﺤﺎﻓﻠﺔ ﻣﺰدﺣﻤﺔ ﺑﺎﻟﺮّﻛﺎّب‪ ،‬ﻓﺄﻗﻒ ﻋﻠﻰ ﻗﺪﻣﻲ‪ ،‬وإذا ﻛﻨﺖُ ﺟﺎﻟﺴﺎ وﺷﺎﻫﺪتُ رﺟﻼ واﻗﻔﺎ أو إﻣﺮأة واﻗﻔﺔ‪،‬‬
‫ﺗﺮﻛﺖ ﻣﻘﻌﺪي ودﻋﻮﺗُﻬﻤﺎ ﻓﻲ أدب‪ ،‬ﻟﻠﺠﻠﻮس ﻣﻜﺎﻧﻲ‪.‬‬

‫أﻛﻤﻞ ﺗﺼﺮﯾﻒ اﻟﻔﻌﻞ ﻣﻦ اﻷﻓﻌﺎل اﻟﺘﻲ ﺗﺤﺘﻬﺎ ﺧﻂّ ﻣﻦ اﻟﻔﻜﺮة اﻟﺴﺎﺑﻘﺔ ﺛﻢّ اذﻛﺮ أﻧﻮاﻋﻬﺎ)ﻛﺎﻧﺖ ﺛﻼﺛﯿّﺎ‬ ‫أ‪.‬‬
‫ﻣﺠﺮّدا وإﻣّﺎ ﻛﺎﻧﺖ ﺛﻼﺛﯿّﺎ ﻣﺰﯾﺪا ﺑﺤﺮف واﺣﺪ أو ﺑﺤﺮﻓﯿﻦ أو ﺑﺜﻼﺛﺔ أﺣﺮف( !‬
‫ﻧﻮع اﻟﻔﻌﻞ‬ ‫ﻓﻌﻞ أﻣﺮ‬ ‫اﺳﻢ ﻓﺎﻋﻞ اﺳﻢ‬ ‫ﻣﺼﺪر‬ ‫ﻣﻀﺎرع‬ ‫ﻣﺎض‬ ‫ﻧﻤﺮة‬
‫ﻣﻔﻌﻮل‬
‫‪...‬‬ ‫‪...‬‬ ‫‪...‬‬ ‫‪...‬‬ ‫‪...‬‬ ‫ﯾﺘﻨﺎول‬ ‫‪...‬‬ ‫‪.١‬‬
‫‪...‬‬ ‫‪...‬‬ ‫‪...‬‬ ‫‪...‬‬ ‫‪...‬‬ ‫ﯾﻮدّع‬ ‫‪...‬‬ ‫‪.٢‬‬
‫‪...‬‬ ‫‪...‬‬ ‫‪...‬‬ ‫‪...‬‬ ‫‪...‬‬ ‫ﯾﻨﺘﻈﺮ‬ ‫‪...‬‬ ‫‪.٣‬‬
‫‪...‬‬ ‫‪...‬‬ ‫‪...‬‬ ‫‪...‬‬ ‫‪...‬‬ ‫ﯾﺴﺘﺮﯾﺢ‬ ‫‪...‬‬ ‫‪.٤‬‬
‫‪...‬‬ ‫‪...‬‬ ‫‪...‬‬ ‫‪...‬‬ ‫‪...‬‬ ‫‪...‬‬ ‫ﺷﺎﻫﺪ‬ ‫‪.٥‬‬
‫‪...‬‬ ‫‪...‬‬ ‫‪...‬‬ ‫‪...‬‬ ‫‪...‬‬ ‫‪...‬‬ ‫دﻋﺎ‬ ‫‪.٦‬‬

‫ب‪ .‬أﻛﻤﻞ ﺗﺼﺮﯾﻒ اﻷﻓﻌﺎل اﻟﻠﻐﻮيّ ﻣﻦ اﻷﻓﻌﺎل اﻷﺗﯿّﺔ !‬


‫ﻧﺤﻦ‬ ‫أﻧﺎ‬ ‫اﻧﺘﻦّ‬ ‫اﻧﺖِ‬ ‫اﻧﺘﻢ‬ ‫اﻧﺘﻤﺎ‬ ‫ﻫﻦّ‬ ‫ﻫﻲ‬ ‫ﻫﻢ‬ ‫ﻫﻮ‬ ‫ﻧﻤﺮ‬
‫ة‬
‫‪...‬‬ ‫‪...‬‬ ‫‪...‬‬ ‫‪...‬‬ ‫‪...‬‬ ‫‪...‬‬ ‫‪...‬‬ ‫‪...‬‬ ‫‪...‬‬ ‫‪ ٧‬ﺟﻠﺲ‬
‫‪...‬‬ ‫‪...‬‬ ‫‪...‬‬ ‫‪...‬‬ ‫‪...‬‬ ‫‪...‬‬ ‫‪...‬‬ ‫‪...‬‬ ‫‪...‬‬ ‫‪ ٨‬ﯾﺸﺎﻫﺪ‬
‫‪...‬‬ ‫‪...‬‬ ‫‪...‬‬ ‫‪...‬‬ ‫‪...‬‬ ‫‪...‬‬ ‫‪...‬‬ ‫‪...‬‬ ‫‪...‬‬ ‫‪ ٩‬ﯾﺴﺘﻐﻔﺮ‬

‫ج‪ .‬ﺣﻮّل اﻟﻔﺎﻋﻞ ﺑﺎﻟﻜﻠﻤﺎت اﻷﺗﯿّﺔ ﻣﻊ ﻣﺮاﻋﺔ ﻣﺎ ﯾﺤﺘﺎج ﻣﻦ اﻟﺘّﻐﯿّﺮ !‬


‫ﻣﺜﺎل‪ :‬ذﻫﺐ ﻋﻤﺮ ﺑﻦ اﻟﺨﻄّﺎب إﻟﻰ رﺳﻮل اﷲ وأﻋﻠﻦ إﺳﻼم‬
‫‪ ...... .١٠‬اﻷب واﻷمّ واﻹﺑﻦ‪...................................‬‬
‫‪ .... .١١‬أمّ ﺳﻼﻣﻪ وﺑﻨﺘﻬﺎ ‪...................................‬‬
‫‪ .... .١٢‬ﯾﺎﺳﺮ ﻣﻊ واﻟﺪه ‪...................................‬‬

‫اﻟﻨّﺤﻮي)‪(Sintaksis‬‬ ‫‪.III‬‬
‫ﻗﺮاءة أوﻟﻰ‪:‬‬
‫اﻟﻄّﺎﻟﺐ اﻟﺬّﻛﻲّ‬
‫إﺳﺘﯿﻘﻆ أﺣﻤﺪ ﻣﻦ ﻧﻮﻣﻪ ﻣﺒﻜّﺮا‪ ،‬ﺑﻌﺪ ﻟﯿﻠﺔ ﻃﻮﯾﻠﺔ‪ ،‬ﻟﻢ ﯾﻨﻢ ﻓﯿﻬﺎ ﻛﺜﯿﺮا‪ .‬ﻧﻈﺮ أﺣﻤﺪ إﻟﻰ ﺳﺎﻋﺘﻪ‪ ،‬ﻛﺎﻧﺖ ﺗﻘﺘﺮب‬
‫ﻣﻦ اﻟﺜّﺎﻟﺜﺔ ﺻﺒﺎﺣﺎ‪ .‬ﺑﻌﺪ ﻗﻠﯿﻞ ارﺗﻔﻊ ﺻﻮت اﻟﻤﺆذّن ﻋﺎﻟﯿﺎ ﻓﻲ اﻟﻘﺮﯾﺔ‪ ،‬ﻓﺸﻌﺮ أﺣﻤﺪ ﺑﺎﻹﻃﻤﺌﻨﺎن ﺛﻢّ رﺛﺐ ﻣﻦ‬
‫ﻓﺮاﺷﻪ و ﺗﻮﺿّﺄ ﺛﻢّ ﺻﻠّﻰ اﻟﻔﺠﺮ‪ ،‬ﺑﻌﺪ ﺻﻼة دﻋﺎ أﺣﻤﺪ رﺑّﻪ ﻗﺎﺋﻼ‪ :‬ﯾﺎربّ ‪.....‬اﻟﻨّﺠﺎح‪.‬‬

‫ﻣﻮاﻗﻊ اﻹﻋﺮاب ﻣﻦ اﻟﻜﻠﻤﺎت اﻟﺘﻲ ﺗﺤﺘﻬﺎ ﺧﻂّ ﻫﻲ‪...‬‬ ‫أ‪.‬‬


‫ﻋﻼﻣﺔ اﻹﻋﺮاب‬ ‫ﻣﻮاﻗﻊ اﻹﻋﺮاب‬ ‫اﻟﻜﻠﻤﺎت‬ ‫ﻧﻤﺮة‬
‫‪...‬‬ ‫‪...‬‬ ‫أﺣﻤﺪ‬ ‫‪١‬‬
‫‪...‬‬ ‫‪...‬‬ ‫ﻃﻮﯾﻠﺔ‬ ‫‪٢‬‬
‫‪...‬‬ ‫‪...‬‬ ‫ﻋﺎﻟﯿﺎ‬ ‫‪٣‬‬
‫‪...‬‬ ‫‪...‬‬ ‫رﺑّﻪ‬ ‫‪٤‬‬

‫ﻗﺮاءة ﺛﺎﻧﯿﺔ‪:‬‬
‫اﻟﺼّﺪاﻗﺔ‬
‫زﯾﻨﺐ و ﺳﻠﻤﻰ ﺻﺪﯾﻘﺘﺎن ﺗﺴﻜﻨﺎن ﻓﻲ ﺣﻲّ واﺣﺪ وﺗﺪرﺳﺎن ﻓﻲ ﻣﺪرﺳﺔ واﺣﺪة‪ .‬ﻛﺎن واﻟﺪ زﯾﻨﺐ ﺗﺎﺟﺮا ﻏﻨﯿّﺎ‪ .‬إﻣّﺎ‬
‫واﻟﺪ ﺳﻠﻤﻰ ﻓﻘﺪ ﻛﺎن ﻋﺎﻣﻼ ﻓﻘﯿﺮا ﻓﻲ إﺣﺪى اﻟﻤﺼﺎﻧﻊ‪.‬‬
‫ب‪ .‬ﻣﻮاﻗﻊ اﻹﻋﺮاب ﻣﻦ اﻟﻜﻠﻤﺎت اﻟﺘﻲ ﺗﺤﺘﻬﺎ ﺧﻂّ ﻫﻲ‪...‬‬
‫ﻋﻼﻣﺔ اﻹﻋﺮاب‬ ‫ﻣﻮاﻗﻊ اﻹﻋﺮاب‬ ‫اﻟﻜﻠﻤﺎت‬ ‫ﻧﻤﺮة‬
‫‪...‬‬ ‫‪...‬‬ ‫ﺻﺪﯾﻘﺘﺎن‬ ‫‪٥‬‬
‫‪...‬‬ ‫‪...‬‬ ‫واﻟﺪ زﯾﻨﺐ‬ ‫‪٦‬‬
‫‪....‬‬ ‫‪....‬‬ ‫واﻟﺪ ﺳﻠﻤﻰ‬ ‫‪٧‬‬
‫‪....‬‬ ‫‪...‬‬ ‫ﻋﺎﻣﻼ‬ ‫‪٨‬‬

‫ج‪ .‬إﺳﺘﺨﺮج اﻷﺳﻤﺎء و اﻷﻓﻌﺎل و اﻟﺤﺮوف ﻣﻦ ﺳﻮرة اﻟﻜﻮﺛﺮ !‬


‫إﻧّﺎ أﻋﻄﯿﻨﺎك اﻟﻜﻮﺛﺮ‪ ،‬ﻓﺼﻞّ ﻟﺮﺑّﻚ واﻧﺤﺮ‪ ،‬إنّ ﺷﺎﻧﺌﻚ ﻫﻮ اﻷﺑﺘﺮ‪.‬‬
‫اﻟﺤﺮوف‬ ‫اﻷﻓﻌﺎل‬ ‫اﻷﺳﻤﺎء‬ ‫ﻧﻤﺮة‬
‫‪...‬‬ ‫‪...‬‬ ‫‪...‬‬ ‫‪٩‬‬
‫‪...‬‬ ‫‪...‬‬ ‫‪...‬‬ ‫‪١٠‬‬
‫‪...‬‬ ‫‪...‬‬ ‫‪...‬‬ ‫‪١١‬‬
‫‪...‬‬ ‫‪Kosongkan‬‬ ‫‪...‬‬ ‫‪١٢‬‬

‫د‪ .‬اﺧﺘﺮ اﻟﺠﻮاب اﻟﺼﺤﯿﺢ ﺑﻮﺿﻊ داﺋﺮة ﺣﻮل اﻟﺤﺮف اﻟﻤﻨﺎﺳﺐ !‬


‫‪ ١٣‬اﻟﻘﻰ ﻣﺪﯾﺮ اﻟﺠﺎﻣﻌﺔ ﻧﻔﺴُﻪُ اﻟﻤﺤﺎﺿﺮة اﻣﺎم اﻟﻄّﻠﺒﺔ‪.‬‬
‫ج‪ -‬ﺑﺪل‬ ‫ب‪ -‬ﺗﻮﻛﯿﺪ‬ ‫أ‪ -‬ﻧﻌﺖ‬
‫‪ ١٤‬اﻟﺠﻤﻞ اﻟﺘﻲ ﻓﯿﻬﺎ ﻣﻔﻌﻮل اﻟﻤﻄﻠﻖ ﻫﻲ‪...‬‬
‫أ‪ -‬دﻋﺎ إﺑﺮاﻫﯿﻢ رﺑّﻪ‬
‫ب‪ -‬اﻧﺘﺼﺮ اﻟﻤﺴﻠﻤﻮن ﻋﻠﻰ اﻟﻜﻔّﺎر اﻧﺘﺼﺎرا ﻋﻈﯿﻤﺎ‬
‫ج‪ -‬ﻗﺎم اﻟﻄّﻼّب اﺣﺘﺮاﻣﺎ ﻷﺳﺘﺎذﻫﻢ‬
‫‪ ١٥‬ﻓﻲ اﻟﻤﺪرﺳﺔ ﺗﺴﻊ ﻣﺪرّﺳﺎت‬
‫ﻛﻠﻤﺔ "ﻣﺪرّﺳﺎت" ﻓﻲ ﻣﻮﻗﻌﺔ اﻹﻋﺮاب‪...‬‬
‫ج‪ -‬ﺑﺪل‬ ‫ب‪ -‬ﺣﺎل‬ ‫أ‪ -‬ﺗﻤﯿﯿﺰ‬
‫‪ ١٦‬أﺧﺒﺮت زﯾﻨﺐ ﺑﺄنّ ﺻﺪﯾﻘﺘﻬﺎ ﺳﻠﻤﻰ ﺳﺘﺮﺣﻞ ﻣﻊ أﺳﺮﺗﻬﺎ إﻟﻰ ﻣﺪﯾﻨﺔ أﺧﺮى‪ .‬اﻟﺒﺪل ﻣﻦ اﻟﺠﻤﻠﺔ ﻫﻮ‪...‬‬
‫ج‪ -‬ﺳﻠﻤﻰ‬ ‫ب‪ -‬ﺻﺪﯾﻘﺘﻬﺎ‬ ‫أ‪ -‬زﯾﻨﺐ‬
‫‪ ١٧‬ﻷنّ اﻟﻤﺼﻨﻊ اﻟﺬي ﻛﺎن ﯾﻌﻤﻞ ﺧﺎﻟﺪ ﻗﺪ أﻏﻠﻖ‬
‫ﻛﻠﻤﺔ " ﻗﺪ أﻏﻠﻖ" ﻓﻲ ﻣﺤﻞّ رﻓﻊ ‪...‬‬
‫ب‪ -‬ﺧﺒﺮ اﻟﻤﺒﺘﺪاء ج‪ -‬ﺧﺒﺮ أنّ‬ ‫أ‪ -‬إﺳﻢ ﻛﺎن‬
Instrumen Penelitian

A. Petunjuk Pengisian
1. Tes ini diberikan dalam rangka penelitian ilmiah untuk penyusunan tesis,
oleh karena mohon diisi sesuai dengan kemampuan Anda.
2. Anda diharapkan menjawab sendiri tes ini, tanpa bantuan orang lain.
3. Tes ini tidak ada hubunganya dengan nilai mata kuliah Anda.
4. Jawablah soal-soal yang telah disediakan sesuai dengan petunjuk
pengisian.

B. Identitas Responden

1. Nama :………………………………………………….
2. Semester :………………………………………………….
3. Latar Belakang Sekolah :………………………………………………….
4. Jenis Kelamin :………………………………………………….
5. Alamat Tempat Tinggal :………………………………………………….
………………………………………………….

C. Daftar Pertanyaan

Petunjuk Pengisian: Berilah tanda lingkaran (О) pada salah satu alternative
jawaban yang anda anggap paling cocok dengan pertanyaan yang diberikan.

1
‫إﺧﺘﺒﺎر ﻣﻬﺎرة اﻹﺳﺘﻤﺎع‬
‫)ورﻗﺔ اﻷﺳﺌﻠﺔ و اﻷﺟﻮﺑﺔ ﻟﻠﻤﺪرّس (‬

‫‪ .I‬اﻟﻨّﺺّ اﻷول‬
‫إﺳﺘﻤﻊ اﻟﻰ اﻟﺤﻮار‪ ،‬ﺛﻢ اﺧﺘﺮ اﻟﺠﻮاب اﻟﺼﺤﯿﺢ ﺑﻮﺿﻊ داﺋﺮة ﺣﻮل اﻟﺤﺮف‬
‫اﻟﻤﻨﺎﺳﺐ‪!.‬‬
‫‪ ١‬ﻋﺒﺪ اﷲ و أﺣﻤﺪ‬
‫ج‪ -‬ﻣﺘﺰوﺟﺎن‬ ‫ب‪ -‬ﺻﺪﯾﻘﺎن‬ ‫أ‪ -‬ﺣﺒﯿﺒﺎن‬
‫‪ ٢‬اﻟﻔﺘﺎة اﻟﻤﻨﺎﺳﺒﺔ ﻫﻲ‬
‫أ‪ -‬أﺧﻮ ﻋﺒﺪ اﷲ ب‪ -‬ﻋﻤّﺔ ﻋﺒﺪ اﷲ ج‪ -‬أﺧﺖ ﻋﺒﺪ اﷲ‬
‫‪ ٣‬ﻋﺒﺪ اﻟﻠﺔ ﯾﻌﻤﻞ‪....‬ﻓﻰ اﻟﻤﺪﯾﻨﺔ‬
‫ج‪ -‬ﻣﻌﻠّﻤﺎ‬ ‫ب‪ -‬ﻣﺘﻌﻠّﻤﺎ‬ ‫أ‪ -‬ﺗﻌﻠﯿﻤﺎ‬
‫‪ ٤‬ﻛﻢ ﺑﻨﺘﺎ و اﺑﻨﺎ ﻟﻌﺒﺪ اﷲ؟‬
‫ج‪ -‬ﻟﻪ وﻟﺪ واﺣﺪ‬ ‫أ‪ -‬ﻟﻪ وﻟﺪ واﺣﺪ ب‪ -‬ﻟﻪ وﻟﺪواﺣﺪة‬
‫وﺑﻨﺖ واﺣﺪة‬ ‫وﺑﻨﺖ واﺣﺪ‬ ‫وﺑﻨﺖ واﺣﺪ‬

‫‪ ٥‬ﻣﺎ رأﯾﺘُﻚ ﻣﻨﺬ ﺗﺮﻛﺖَ اﻟﺪراﺳﺔ ﻓﻰ اﻟﺠﺎﻣﻌﺔ ﻗﺒﻞ ﺧﻤﺲ ﺳﻨﻮات‪ ،‬ﻣﺎ‬
‫ﻣﻌﻨﻰ" ﺗﺮﻛﺖَ"؟‬
‫ج‪ -‬إﻧﺼﺮف‬ ‫ب‪ -‬إﻧﻄﻠﻖ‬ ‫أ‪ -‬ﺗﺨﺮّج‬
‫‪ ٦‬ﻫﻞ ﻋﺒﺪ اﷲ ﻗﺪ ﺗﺰوج؟‬
‫ج‪ -‬ﻧﻌﻢ أﻧّﻪ‪ ,‬ﻗﺪ ﺗﺰوّج‬ ‫أ‪ -‬ﻧﻌﻢ أﻧّﻪ ﯾﺘﺰوج ب‪ -‬ﻧﻌﻢ أﻧّﻪ ﻗﺪ ﯾﺘﺰوﺟﺔ‬
‫‪ ٧‬ﻣﺮﺣﺒﺎ ﯾﺎ ﺻﺪﯾﻘﻲ وﻧﺤﻦ ﻓﻰ‪....‬‬
‫ج‪ -‬اﻧﺘﻀﺎرك‬ ‫أ‪ -‬اﻧﺘﻈﺎرك ب‪ -‬اﻧﺘﺬارك‬

‫‪2‬‬
‫‪ .II‬اﻟﻨّﺺّ اﻟﺜﺎﻧﻰ‬
‫اﺳﺘﻤﻊ اﻟﻰ اﻟﻨّﺺ‪ ،‬ﺛﻢّ اﺧﺘﺮ اﻟﺠﻮاب اﻟﺼﺤﯿﺢ ﺑﻮﺿﻊ داﺋﺮة ﺣﻮل اﻟﺤﺮف‬
‫اﻟﻤﻨﺎﺳﺐ‪!.‬‬
‫ﺗﺄﺛّﺮت أوروﺑﺎ ﻛﺜﯿﺮا ﺑﺤﻀﺎرة ‪....‬‬ ‫‪.٨‬‬
‫ج‪ -‬اﻟﻐﺮب‬ ‫ب‪ -‬اﻟﻤﺴﻠﻤﯿﻦ‬ ‫أ‪ -‬اﻟﺼّﯿﻦ‬
‫ﺣﻤﻞ اﻟﻤﺴﻠﻤﻮن ﺣﻀﺎرﺗﻬﻢ إﻟﻰ ‪....‬‬ ‫‪.٩‬‬
‫ج‪ -‬أوروﺑّﺎ ﻓﻲ اﻟﻐﺮﺑﻲ‬ ‫أ‪ -‬اﻟﺼّﯿﻦ ﻓﻰ اﻟﺸﺮق ب‪ -‬ﻛﻞّ اﻟﻌﺎﻟﻢ‬
‫ﺗﻘﺪم اﻟﻤﺴﻠﻤﻮن ﻓﻰ‪....‬‬ ‫‪.١٠‬‬
‫اﻟﻌﻠﻮم واﻟﺼﯿﺪﻟﺔ و ﻃﺐ‬ ‫أ‪-‬‬
‫ﻓﻲ اﻟﻌﻠﻮم وﺻﯿﺪﻟﺔ و ﻃﺐ‬ ‫ب‪-‬‬
‫ﻓﻲ اﻟﺼﯿﺪﻟﺔ و اﻟﻄّﺐّ واﻟﺮّﯾﺎﺿﯿّﺎت‬ ‫ج‪-‬‬
‫ﺗﻌﻠّﻢ ﻃﻠﻼّب أوروﺑّﺎ ﻓﻰ‪....‬‬ ‫‪.١١‬‬
‫ج‪ -‬ﻛﻠّﯿّﺎت اﻟﻤﺴﻠﻤﯿﻦ‬ ‫ﻣﺪارس اﻟﻤﺴﻠﻤﯿﻦ ب‪ -‬ﺑﯿﺖ اﻟﻤﺴﻠﻤﯿﻦ‬ ‫أ‪-‬‬
‫و ﻣﺴﺎﺟﺪﻫﻢ‬ ‫وﺳﺎﺣﺎﺗﻬﻢ‬ ‫وﺟﺎﻣﻌﺎﺗﻬﻢ‬
‫ﻗﺮّر اﻟﻤﺴﻠﻤﻮن أن ﯾّﻬﺘﻤّﻮا‪....‬‬ ‫‪.١٢‬‬
‫ب‪ -‬ﺑﺎﻟﻌﻠﻢ و اﻟﻌﻠﻤﺎء ج‪ -‬ﺑﺎﻟﻌﻠﻢ واﻟﺪﯾﻦ‬ ‫ﺑﺎﻟﻌﻠﻢ و اﻟﻤﺎل‬ ‫أ‪-‬‬
‫ﻓﺘﺢ اﻟﻤﺴﻠﻤﻮن اﻟﻤﻬﺎﻫﺪ ﻓﻰ‪....‬‬ ‫‪.١٣‬‬
‫ج‪ -‬اﻟﺸّﺮق و اﻟﻐﺮب‬ ‫ب‪ -‬اﻟﺮّﯾﻒ و اﻟﻘﺮى‬ ‫أ‪ -‬اﻟﻘﺮى‬

‫اﻟﻨّﺺّ اﻟﺜﺎﻟﺚ‬ ‫‪.III‬‬


‫اﺳﺘﻤﻊ اﻟﻰ اﻟﻨّﺺ‪ ،‬ﺛﻢّ اﺧﺘﺮ اﻟﺠﻮاب اﻟﺼﺤﯿﺢ ﺑﻮﺿﻊ داﺋﺮة ﺣﻮل اﻟﺤﺮف‬
‫اﻟﻤﻨﺎﺳﺐ !‬

‫ﻛﺎن اﻟﻮﻗﺖ رﺑﯿﻌﺎ واﻟﺠﻮّ ‪....‬‬ ‫‪.١٤‬‬


‫ج‪ -‬ﺟﻤﯿﻼ‬ ‫ب‪ -‬ﺑﺎردا‬ ‫أ‪ -‬ﺣﺎرا‬
‫ﻗﻀﺖ اﻷﺳﺮة ﻓﻰ اﻟﻤﺪﯾﻨﺔ أﺳﺒﻮﻋﺎ ‪ ،‬ﻛﻢ ﯾﻮﻣﺎ ﻗﻀﺖ اﻷﺳﺮة؟‬ ‫‪.١٥‬‬

‫‪3‬‬
‫ج‪ -‬ﺳﺒﻌﺔ أﯾّﺎم‬ ‫ب‪ -‬ﺳﺒﻌﺔ ﯾﻮم‬ ‫ﺳﺒﻊ أﯾّﺎم‬ ‫أ‪-‬‬
‫ﺗﻨﺎول اﻷوﻵد اﻟﻄﻌﺎم ﻓﻰ ‪....‬اﻟﻜﺜﯿﺮة‬ ‫‪.١٦‬‬
‫ج‪ -‬اﻟﻄﻌﻢ‬ ‫ب‪ -‬اﻟﻤﻄﺎﻋﻢ‬ ‫اﻟﻤﻄﻌﻢ‬ ‫أ‪-‬‬
‫ﺳﺎﻓﺮت اﻷﺳﺮة ﻣﻜﺎﻧﺎ ﻓﯿﻪ ازدﺣﺎم وﺗﻠﻮّث وﻣﺒﺎن ﻋﺎﻟﯿﺔ‬ ‫‪.١٧‬‬
‫ج‪ -‬اﻟﻰ اﻟﻤﺪﯾﻨﺔ‬ ‫إﻟﻰ ﺷﺎﻃﺌﻰ اﻟﺒﺤﺮ ب‪ -‬اﻟﻰ اﻟﻘﺮﯾﺔ‬ ‫أ‪-‬‬
‫أﻗﺎﻣﺖ اﻷﺳﺮة ﻓﻲ ‪...‬‬ ‫‪.١٨‬‬
‫ج‪ -‬ﻓﻨﺪق‬ ‫ب‪ -‬ﺷﻘّﺔ‬ ‫أ‪ -‬ﺑﯿﺖ‬
‫ﻣﻦ ﻃﻠﺐ زﯾﺎرة اﻟﻤﺪﯾﻨﺔ ﻛﻞّ ﻋﻄﻠﺔ‪...‬‬ ‫‪.١٩‬‬
‫ج‪ -‬اﻟﺰّوﺟﺔ‬ ‫ب‪ -‬اﻟﺒﻨﺖ‬ ‫أ‪ -‬اﻷوﻻد‬

‫‪ .IV‬اﻟﻨّﺺّ اﻟﺮّاﺑﻊ‬
‫اﺳﺘﻤﻊ اﻟﻰ اﻟﻨّﺺ‪ ،‬ﺛ ّﻢ اﺧﺘﺮ اﻟﺠﻮاب اﻟﺼﺤﯿﺢ ﺑﻮﺿﻊ داﺋﺮة ﺣﻮل اﻟﺤﺮف‬
‫اﻟﻤﻨﺎﺳﺐ !‬
‫ﻋﻤﺎد وﻋﻼء أﺧﻮان ﯾﺨﺘﻠﻔﺎن ﻓﻰ‪....‬‬ ‫‪.٢٠‬‬
‫ج‪ -‬اﻟﻤﻼﺑﺲ و اﻷﺧﻼق‬ ‫ب‪ -‬اﻷﺧﻼق‬ ‫أ‪ -‬اﻟﻤﻼﺑﺲ‬
‫و اﻟﻨّﻈﺎﻓﺔ‬ ‫واﻟﻨّﻈﺎﻓﺔ‬ ‫واﻷﺧﻼق‬
‫ﻻ ﯾﺤﺐّ اﻟﻨّﺎس ﻋﻤﺎدا ﻷﻧّﻪ ‪....‬‬ ‫‪.٢١‬‬
‫ج اﻟﻘﺬارة‬ ‫ب‪ -‬ﻗﺬارة‬ ‫ﻗﺬرات‬ ‫أ‪-‬‬
‫ﻋﻤﺎد وﻋﻼء أﺧﻮان ﻣﻦ أب واﺣﺪ وأمّ واﺣﺪة‪،‬وﻟﻜﻨّﻬﻤﺎ‪....‬ﻛﺜﯿﺮا‬ ‫‪.٢٢‬‬
‫ج‪ -‬ﯾﺨﺘﻠﻔﺎن‬ ‫ب‪ -‬اﺧﺘﻼف‬ ‫ﯾﺨﺘﻠﻒ‬ ‫أ‪-‬‬
‫ﯾﺴﺘﺨﺪم ﻋﻤﺎدﻋﻄﺮا‪....‬‬ ‫‪.٢٣‬‬
‫ج‪ -‬ﻃﯿﺒﺎت‬ ‫ب‪ -‬ﻃﯿﺒﺔ‬ ‫ﻃﯿﺒﺎ‬ ‫أ‪-‬‬
‫ﻋﻼء ﻻﯾﻬﺘﻢّ ﺑﻨﻔﺴﻪ ﻛﺜﯿﺮا‪ ،‬ﻓﻤﻼﺑﺴﻬﺎ ﻓﯿﻬﺎ‪....‬‬ ‫‪.٢٤‬‬
‫ج‪ -‬ﺣﺬارة‬ ‫ب‪ -‬ﻗﺬارة‬ ‫ﻛﺬارة‬ ‫أ‪-‬‬
‫ﻻﯾﺤﺐّ اﻟﻨّﺎس ﻋﻤﺎدا ﻷﻧّﻪ ‪...‬‬ ‫‪.٢٥‬‬
‫ب‪ -‬ﻛﺜﯿﺮ اﻟﻤﺸﻜﻼت ج‪ -‬ﯾﺴﺘﻌﻤﻞ ﻋﻄﺮا ﻏﯿﺮ ﻃﯿﺐ‬ ‫أ‪ -‬ﻛﺜﯿﺮ اﻟﻜﻼم‬
‫ﻣﻦ ﺣﺴﻦ اﻷﺧﻼق ﻃﯿّﺐ اﻟﻜﻼم؟‪...‬‬ ‫‪.٢٦‬‬

‫‪4‬‬
‫ج‪ -‬ﻻ أﺣﺪ‬ ‫ب‪ -‬ﻋﻤﺎد‬ ‫أ‪ -‬ﻋﻼء‬
‫ﯾﺤﺐّ اﻟﻨّﺎس ﻋﻼء ﻷﻧّﻪ ‪...‬‬ ‫‪.٢٧‬‬
‫أ‪ -‬ﯾﺴﺎﻋﺪﻫﻢ و ﯾﺰورﻫﻢ‬
‫ب‪ -‬ﯾﺤﺐّ اﻟﻨّﺎس‬
‫ج‪ -‬ﯾﺰورﻫﻢ ﻓﻲ ﻣﻜﺎن أﻋﻤﺎﻟﻬﻢ‬

‫‪ .V‬اﻟﻨّﺺّ اﻟﺨﺎﻣﺲ‬
‫اﺳﺘﻤﻊ اﻟﻰ اﻟﻨّﺺ‪ ،‬ﺛ ّﻢ اﺧﺘﺮ اﻟﺠﻮاب اﻟﺼﺤﯿﺢ ﺑﻮﺿﻊ داﺋﺮة ﺣﻮل اﻟﺤﺮف‬
‫اﻟﻤﻨﺎﺳﺐ !‬
‫أﻫﻢّ ﺷﯿﺊ ﻋﻨﺪ إﺧﺘﯿﺎر اﻟﺰوﺟﺔ أن ﺗﻜﻮن ذات‪....‬‬ ‫‪.٢٨‬‬
‫ج‪ -‬دﯾﻦ‬ ‫ب‪ -‬ﺟﻤﺎل‬ ‫أ‪ -‬ﻣﺎل‬
‫إذا ﻗﻞّ اﻟﺰّواج ﻓﻰ اﻟﻤﺠﺘﻤﻊ‬ ‫‪.٢٩‬‬
‫ج‪ -‬ﻛﺜﺮت اﻟﻔﺴﺎد‬ ‫أ‪ -‬ﻛﺜﺮﻧﺎ اﻟﻔﺴﺎد ب‪ -‬ﻛﺜﺮ اﻟﻔﺴﺎد‬
‫إذا ﺗﺪﺧّﻞ اﻷﻫﻞ ﺑﯿﻦ اﻟﺰّوﺟﯿﻦ‬ ‫‪.٣٠‬‬
‫أ‪ -‬ﻗﻠّﺖ اﻟﻤﺸﻜﻼت ب‪ -‬ﻛﺜﺮت اﻟﻤﺸﻜﻼت ج‪ -‬ﺣﻠّﺖ اﻟﻤﺸﻜﻼت‬
‫ﺗﺆﺛّﺮ اﻟﻤﺸﻜﻼت اﻟﺰّوﺟﯿّﺔ ﻓﻰ‪....‬‬ ‫‪.٣١‬‬
‫ج‪ -‬اﻷوﻵد و اﻟﺰوﺟﯿﻦ‬ ‫ب‪ -‬اﻟﺰوﺟﯿﻦ‬ ‫أ‪ -‬اﻷوﻵد‬
‫إذا ﻟﻢ ﺗﻜﻦ ﺑﯿﻦ اﻟﺰّوﺟﯿﻦ ﺧﻼﻓﺎت‪،‬ﺷﻌﺮ اﻷوﻵد ﺑـ‪....‬‬ ‫‪.٣٢‬‬
‫ج‪ -‬اﻟﺨﺰن‬ ‫ب‪ -‬اﻟﺨﻮف‬ ‫أ‪ -‬اﻷﻣﺎن‬
‫ﻣﻦ أﺳﺒﺎب اﻟﺨﻼﻓﺎت اﻟﺰّوﺟﯿّﺔ اﻟﺘّﺪﺧّﻞ ﻓﻰ ﺷﺆن اﻟﺰّوﺟﯿﻦ ﻣﻦ ﻗﺒﻞ‬ ‫‪.٣٣‬‬
‫اﻷﺧﺮﯾﻦ‪ ،‬ﻣﺎﻣﻌﻨﻰ "ﻗﺒﻞ اﻷﺧﺮﯾﻦ"؟‬
‫ج‪ -‬اﻷﺻﺤﺎب‬ ‫ب‪ -‬اﻷﻫﻞ‬ ‫اﻟﻨّﺎس‬ ‫أ‪-‬‬
‫ﻣﺎ اﻟﻤﻘﺼﻮد ﺑﻌﺒﺎرة اﻟﺮﺳﻮل ﺻﻠّﻰ اﷲ ﻋﻠﯿﻪ وﺳﻠّﻢ"ﺗﻜﻦ ﻓﺘﻨﺔ ﻓﻰ‬ ‫‪.٣٤‬‬
‫اﻷرض وﻓﺴﺎد ﻛﺒﯿﺮ"؟‬
‫ج‪ -‬ﯾﺘﺰوّج ﻣﻊ ﻣﻦ‬ ‫ب‪ -‬ﯾﺘﺰوّج ﻣﻊ ﻣﻦ‬ ‫أ‪ -‬ﯾﺘﺰوّج ﻣﻊ ﻣﻦ‬
‫ﻟﻪ ﻣﺎل و دﯾﻦ‬ ‫ﻟﯿﺲ ﻟﻪ دﯾﻦ و ﺧﻠﻖ‬ ‫ﻟﻪ دﯾﻦ وﺧﻠﻖ‬

‫‪5‬‬
‫إنّ ﻣﻦ أﺳﺒﺎب اﻟﺨﻼﻓﺎت اﻟﺰّوﺟﯿّﺔ اﻟﺠﺪﯾﺪة ﻫﻲ‪...‬‬ ‫‪.٣٥‬‬
‫ب‪ -‬اﻟﻤﻄﺎﻟﺐ اﻟﻤﺎدّﯾّّﺔ ج‪ -‬اﻟﻤﻄﺎﻟﺐ اﻟﻤﻌﻨﻮﯾّﺔ‬ ‫أ‪ -‬اﻟﻤﻄﺎﻟﺐ اﻟﻌﯿﺸﺔ‬
‫إذا ﻗﻞّ اﻟﺰّواج ﻓﻲ اﻟﻤﺠﺘﻤﻊ‪...،‬‬ ‫‪.٣٦‬‬
‫ج‪ -‬ﻛﺜﺮت ﺣﻮادث اﻟﺴّﺮﻗﺔ‬ ‫أ‪ -‬ﻛﺜﺮ ﻋﺪد اﻟﺴﻜّﺎن ب‪ -‬ﻛﺜﺮ اﻟﻔﺴﺎد‬
‫ﻛﺎﻧﺖ ﻣﻬﻮر زوﺟﺎت اﻟﺮّﺳﻮل ﺻﻠّﻰ اﷲ ﻋﻠﯿﻪ وﺳﻠّﻢ وﺑﻨﺎﺗﻪ‪...‬‬ ‫‪.٣٧‬‬
‫ج‪ -‬ﻛﺜﯿﺮة ﺟﺪّا‬ ‫ب‪ -‬ﻗﻠﯿﻠﺔ‬ ‫أ‪ -‬ﻛﺜﯿﺮة‬
‫ﺗﻘﻊ اﻟﻤﺸﻜﻼت اﻟﺰّوﺟﯿّﺔ ﺑﯿﻦ‪...‬‬ ‫‪.٣٨‬‬
‫ج‪ -‬اﻷﻏﻨﯿﺎء واﻟﻔﻘﺮاء‬ ‫ب‪ -‬اﻟﻔﻘﺮاء‬ ‫أ‪ -‬اﻷﻏﻨﯿﺎء‬
‫إذا ﻛﺜﺮت اﻟﻤﺸﻜﻼت ﺑﯿﻦ اﻟﺰّوﺟﯿﻦ‪ ،‬ﻫﺮب اﻷوﻻد إﻟﻰ‪...‬‬ ‫‪.٣٩‬‬
‫ج‪ -‬اﻟﺸّﻮارع‬ ‫ب‪ -‬اﻟﺠﯿﺮان‬ ‫أ‪ -‬اﻟﺤﺪاﺋﻖ‬

‫‪6‬‬
‫اﻟﻠﻘﺎء‬
‫اﻟﺤﻮار‬
‫‪ :‬ﻣﻦ؟ ﺻﺪﯾﻘﻲ ﻋﺒﺪاﷲ ؟ ‪ :‬ﻧﻌﻢ أﻫﻼ ﯾﺎ أﺣﻤﺪ‪ ،‬ﻛﯿﻒ ﺣﺎﻟﻚ؟‬ ‫أﺣﻤﺪ‬
‫‪:‬اﻟﺤﻤﺪ ﷲ أﻧﺎ ﺑﺨﯿﺮ‪ .‬أﯾﻦ أﻧﺖ ؟ ﻣﺎ رأﯾﺘﻚ ﻣﻨﺬ ﺗﺮﻛﺖ اﻟﺪّراﺳﺔ‬ ‫أﺣﻤﺪ‬
‫ﻓﻰ اﻟﺠﺎﻣﻌﺔ ﺧﻤﺲ ﺳﻨﻮات‬
‫ﻋﺒﺪ اﷲ ‪:‬ﺑﻌﺪ اﻟﺪّراﺳﺔ ﻋﻤﻠﺖ ﻣﺪرّﺳﺎ ﻓﻰ ﻣﺪﯾﻨﺘﻲ‬
‫‪:‬وﻣﺎ ﻓﻌﻠﺖ ﯾﺎﻋﺒﺪ اﷲ؟‬ ‫أﺣﻤﺪ‬
‫‪:‬ﺗﺰوّﺟﺖ واﻟﺤﻤﺪ ﷲ وﻟﻲ اﺑﻦ و ﺑﻨﺖ‬ ‫ﻋﺒﺪاﷲ‬
‫‪:‬أﻧﺎﻟﻢ أﺗﺰوّج ﺣﺘّﻰ اﻵن ﻟﻢ أﺟﺪ اﻟﻔﺘﺎة اﻟﻤﻨﺎﺳﺒﺔ‬ ‫أﺣﻤﺪ‬
‫ﻋﺒﺪ اﷲ ‪:‬ﻟﺪيّ ﻓﺘﺎة ﻣﻨﺎﺳﺒﺔ ﻟﻚ‪،‬وﻫﻲ ذات ﺧﻠﻖ ودﯾﻦ و ﺗﻌﻤﻞ ﻣﺪرّﺳﺔ‬
‫‪:‬ﻣﻦ ﻫﻲ؟‬ ‫أﺣﻤﺪ‬
‫ﻋﺒﺪ اﷲ ‪:‬اﺧﺘﻲ ﻟﯿﻠﻰ‬
‫‪:‬ﻟﯿﻠﻰ‪ ،‬ﺳﻤﻌﺖ أﻧّﻬﺎ ﻓﺘﺎة ﻃﯿّﺒﺔ‬ ‫أﺣﻤﺪ‬
‫ﻋﺒﺪ اﷲ ‪:‬زرﻧﺎ ﻓﻰ ﺑﯿﺘﻨﺎ وﺳﺘﺠﺪ ﻣﺎ ﺗﺤﺐّ ﺑﺈذن اﷲ‬
‫‪:‬ﻓﻜﺮة ﺟﯿّﺪة‪ .‬ﺳﺄزورك ﻓﻰ اﻷﺳﺒﻮع اﻟﻘﺎدم‪ ،‬إن ﺷﺎء اﷲ‬ ‫أﺣﻤﺪ‬
‫‪:‬ﻣﺮﺣﺒﺎ ﺑﻚ ﯾﺎ ﺻﺪﯾﻘﻲ‪ ،‬وﻧﺤﻦ ﻓﻰ اﻧﺘﻈﺎرك‬ ‫ﻋﺒﺪاﷲ‬
‫‪:‬إﻟﻰ اﻟﻠﻘﺎء‬ ‫أﺣﻤﺪ‬
‫ﻋﺒﺪ اﷲ ‪:‬ﻓﻲ أﻣﺎن اﷲ‬

‫‪7‬‬
‫ﺣﻀﺎرة اﻟﻤﺴﻠﻤﯿﻦ‬
‫ﺗﺄﺛّﺮت أوروﺑّﺎ ﻛﺜﯿﺮا ﺑﺤﻀﺎرة اﻟﻤﺴﻠﻤﯿﻦ‪ ،‬ﻓﻘﺪ ﻛﺎن ﻟﻜﻲ اﻟﻤﺴﻠﻤﯿﻦ ﺣﻀﺎرة ﻋﻈﯿﻤﺔ‬
‫ﺣﻤﻠﻬﺎ اﻟﻤﺴﻠﻤﻮن إﻟﻰ ﻛﻞّ اﻟﻌﺎﻟﻢ ﻣﻦ اﻟﺼّﯿﻦ ﻓﻰ اﻟﺸﺮق إﻟﻰ أوروﺑّﺎ ﻓﻰ اﻟﻐﺮب‪ .‬ﺗﻘﺪّم‬
‫اﻟﻤﺴﻠﻤﻮن ﻓﻰ اﻟﺮّﯾﺎﺿﯿّﺎت واﻟﻄﺐّ واﻟﺼﯿﺪﻟﺔ وﻏﯿﺮﻫﺎ‪.‬‬
‫ﺗﻌﻠّﻢ اﻟﻄّﻼّب ﻣﻦ أوروﺑّﺎ ﻓﻰ اﻟﻤﺪارس واﻟﺠﺎﻣﻌﺎت ﻋﻨﺪ اﻟﻤﺴﻠﻤﯿﻦ‪ ،‬واﺗّﺼﻞ ﻋﻠﻤﺎء‬
‫أوروﺑّﺎ ﺑﺎﻟﻌﻠﻤﺎء اﻟﻤﺴﻠﻤﯿﻦ‪ ،‬وﺗﺮﺟﻤﻮا ﻛﺘﺐ اﻟﻤﺴﻠﻤﯿﻦ ﻓﻰ اﻟﻄﺐّ واﻟﺼّﯿﺪﻟﺔ‬
‫واﻟﺮﯾﺎﺿﯿّﺎت‪ ،‬ﺛﻢّ درﺳﻮا ﻫﺬه اﻟﻜﺘﺐ ﻓﻰ ﻣﺪارﺳﻬﻢ وﺟﺎﻣﻌﺎﺗﻬﻢ‬
‫ﺑﻌﺪ ذاﻟﻚ ﻣﺮّت ﻋﻠﻰ اﻟﻤﺴﻠﻤﯿﻦ ﺳﻨﻮن ﻃﻮﯾﻠﺔ ﺗﺮﻛﻮا ﻓﯿﻬﺎ اﻟﻌﻠﻢ ﻓﺎﻧﺘﺸﺮوا ﺑﯿﻨﻬﻢ اﻟﺠﻬﻞ‬
‫ﺣﺘّﻰ وﺻﻠﻮا إﻟﻰ اﻟﻤﺮﺣﻠﺔ اﻟﺘّﺨﻠّﻒ‪.‬‬
‫ﻓﻰ اﻟﻌﺼﺮ اﻟﺤﺪﯾﺚ ﻋﺎد اﻟﻤﺴﻠﻤﻮن – ﻣﺮّة ﺛﺎﻧﯿّﺔ إﻟﻰ ﻃﻠﺐ اﻟﻌﻠﻢ‪،‬ﻛﻤﺎ أﻣﺮﻫﻢ ﺑﺬاﻟﻚ‬
‫دﯾﻨﻬﻢ‪ ،‬ﻓﻔﺘﺤﻮا اﻟﻤﺪارس و اﻟﺠﺎﻣﻌﺎت ﻓﻰ اﻟﻘﺮى واﻟﻤﺪن‪ .‬ﻟﻘﺪ ﻋﺮﻓﻮا أنّ اﻟﻌﻠﻢ وﺳﯿﻠﺔ‬
‫اﻹﻧﺴﺎن ﻓﻰ ﻫﺬه اﻟﺤﯿﺎة‪ ،‬وﻗﺮّروا أن ﯾّﻬﺘﻤّﻮا ﺑﺎﻟﻌﻠﻢ واﻟﻌﻠﻤﺎء ﺣﺘّﻰ ﺗﺘﻘﺪّم ﺑﻼدﻫﻢ‪.‬‬

‫اﻟﻌﻄﻠﺔ‬
‫ﻓﻰ ﻋﻄﻠﺔ اﻟﺮﺑﯿﻊ ﺳﺎﻓﺮت اﻷﺳﺮة إﻟﻰ اﻟﻤﺪﯾﻨﺔ ﻟﻘﻀﺎء ﺑﻌﺾ اﻷﯾّﺎم ﻫﻨﺎك‪ .‬ﻛﺎن‬
‫اﻟﻮﻗﺖ رﺑﯿﻌﺎ واﻟﺠﻮّ ﺟﻤﯿﻼ ﻗﻀﺖ اﻷﺳﺮة أﺳﺒﻮﻋﺎ ﻓﻰ اﻟﻤﺪﯾﻨﺔ‪ .‬ﻛﺎﻧﺖ ﺗﻘﯿﻢ ﻓﻰ ﻓﻨﺪق‬
‫ﻛﺒﯿﺮ ﻓﻰ وﺳﻂ اﻟﻤﺪﯾﻨﺔ‪ .‬زار اﻷوﻵد اﻟﺤﺪاﺋﻖ واﻟﻤﻼﻋﺐ‪ ،‬وﺗﻨﺎول اﻟﻄّﻌﺎم ﻓﻰ‬
‫اﻟﻤﻄﺎﻋﻢ اﻟﻜﺒﯿﺮة و رﻛﺒﻮا اﻟﺤﺎﻓﻼت و اﻟﻘﻄﺎرات‪.‬‬
‫ذﻫﺒﺖ اﻷمّ إﻟﻰ أﺳﻮاق اﻟﻤﺪﯾﻨﺔ‪ ،‬و اﺷﺘﺮت أﺷﯿﺎء ﻛﺜﯿﺮة ﻟﻬﺎ و ﻟﺰوﺟﻬﺎ و ﻷوﻵدﻫﺎ‬
‫وﻟﻠﺒﯿﺖ‪ .‬وزار اﻷب ﻣﻜﺘﺒﺎت اﻟﻤﺪﯾﻨﺔ و اﺷﺘﺮى ﻛﺘﺒﺎ ﻛﺜﯿﺮة ﻟﻪ و ﻷﻓﺮاد أﺳﺮﺗﻪ‪.‬‬
‫اﺳﺘﻤﺘﻌﺖ اﻷﺳﺮة ﺑﺎﻟﺰّﯾﺎرات‪ ،‬و أﺣﺐّ اﻷوﻵد اﻟﻤﺪﯾﻨﺔ و ﻃﻠﺒﻮا ﻣﻦ واﻟﺪﻫﻢ أن‬
‫ﯾّﺰوروﻫﺎ ﻛﻞّ ﻋﻄﻠﺔ‪.‬‬

‫‪8‬‬
‫اﻷﺧﻼق‬
‫ﻋﻤﺎد و ﻋﻼء أﺧﻮان ﻣﻦ أب واﺣﺪ و أمّ واﺣﺪة و ﻟﻜﻨّﻬﻤﺎ ﯾﺨﺘﻠﻔﺎن ﻛﺜﯿﺮا‪ ،‬ﻋﻤﺎد ﯾﻬﺘﻢّ‬
‫ﺑﻨﻔﺴﻪ ﻓﻤﻼﺑﺴﻪ ﻧﻈﯿﻔﺔ و ﺟﻤﯿﻠﺔ داﺋﻤﺎ و ﻫﻮ ﻧﻈﯿﻒ اﻟﺠﺴﻢ ﯾﻐﺘﺴﻞ ﻛﺜﯿﺮا و ﯾﺴﺘﺨﺪم‬
‫ﻋﻄﺮا ﻃﯿﺒﺎ‪ ،‬و ﻟﻜﻦّ اﻟﻨﺎس ﻵ ﯾﺤﺒّﻮن ﻋﻤﺎدا و ﯾﺸﻜﻮن ﻣﻨﻪ ﻛﺜﯿﺮا ﻷﻧّﻪ ﻟﯿﺲ ﻃﯿﺐ‬
‫اﻷﺧﻼق‪ .‬ﯾﻜﻠّﻤﻬﻢ ﻛﻼﻣﺎ ﻗﺒﯿﺤﺎ و ﻫﻮ ﻛﺜﯿﺮ اﻟﻤﺸﻜﻼت ﻣﻌﻬﻢ‪.‬‬
‫أﻣّﺎ ﻋﻼء ﻓﻬﻮ ﻵ ﯾﻬﺘﻢّ ﺑﻨﻔﺴﻪ ﻛﺜﯿﺮا‪ ،‬ﻓﻤﻼﺑﺴﻪ ﻓﯿﻬﺎ ﻗﺬارة و ﻏﯿﺮ ﺟﻤﯿﻠﺔ‪ ،‬و ﻫﻮ ﻻ‬
‫ﯾﺬﻫﺐ إﻟﻰ اﻟﺤﻤّﺎم ﻛﺜﯿﺮا و ﻻ ﯾﻌﺮف اﻟﻌﻄﺮ‪ ،‬و ﺑﺎﻟﺮّﻏﻢ ﻣﻦ ذاﻟﻚ ﻓﺎﻟﻨّﺎس ﯾﺤﺒّﻮﻧﻪ‪،‬‬
‫ﻷﻧّﻪ ﯾﺰورﻫﻢ ﻓﻲ ﺑﯿﻮﺗﻬﻢ و ﯾﺴﺎﻋﺪﻫﻢ ﻓﻲ أﻋﻤﺎﻟﻬﻢ و ﯾﻜﻠّﻤﻬﻢ ﻛﻼﻣﺎ ﻃﯿﺒﺎ‪.‬‬
‫ﻫﻞ ﯾﻤﻜﻦ أن ﻧّﺠﻤﻊ ﺑﯿﻦ ﺷﺨﺼﯿّﺔ ﻋﻤﺎد و ﻋﻼء ﻓﻲ إﻧﺴﺎن واﺣﺪ؟ ﯾﻜﻮن ﻧﻈﯿﻒ‬
‫اﻟﺠﺴﻢ و اﻟﺜﻮب‪ ،‬ﺟﻤﯿﻞ اﻟﺼﻮرة‪ ،‬ﺣﺴﻦ اﻷﺧﻼق‪ ،‬ﻃﯿﺐ اﻟﻜﻼم؟‬
‫ﻫﯿّﺎ ﻧﺒﺤﺚ ﻋﻦ ذاﻟﻚ اﻹﻧﺴﺎن و ﺳﻮف ﻧﺠﺪه ﻓﻲ ﺑﯿﺌﺔ اﻹﺳﻼم‪.‬‬

‫اﻟﺨﻼﻓﺎت اﻟﺰّوﺟﯿّﺎت‬
‫ﻣﺎ أﺳﺒﺎب اﻹﺧﺘﻼف ﺑﯿﻦ اﻟﺰّوﺟﯿﻦ؟ ﻫﻨﺎ أﺳﺒﺎب ﻛﺜﯿﺮة ﻟﻺﺧﺘﻼف ﺑﯿﻦ اﻟﺰّوﺟﯿﻦ‪ ،‬و‬
‫إﻟﯿﻚ أﻛﺜﺮﻫﺎ ﺷﯿﻮﻋﺎ‪:‬‬
‫اﻟﺴﺒﺐ اﻷوّل ‪:‬ﺳﻮء اﻹﺧﺘﯿﺎر‪ ،‬أو ﺑﻤﻌﻨﻰ أﺧﺮ‪،‬ﻋﺪم ﻣﺮاﻋﺎة اﻟﻀّﻮاﺑﻂ اﻟﺸﺮﻋﯿّﺔ ‪،‬‬
‫اﻟﺘﻲ وردت ﻓﻲ اﺧﺘﯿﺎر اﻟﻤﺮأة‪ ،‬أو ﻓﻲ اﺧﺘﯿﺎر اﻟﺮّﺟﻞ‪ .‬و ﻟﺬا ﻗﺎل ﻣﺒﯿﻨﺎ اﻷﺳﺲ اﻟّﺘﻲ‬
‫ﺑﻤﻮﺟﺒﻬﺎ ﯾﺨﺘﺎر اﻟﺮّﺟﻞ ﺷﺮﯾﻜﺔ ﺣﯿﺎﺗﻪ و أمّ أوﻻده‪ .‬ﻗﺎل "ﺗﻨﻜﺢ اﻟﻤﺮأة ﻷرﺑﻊ‪ ،‬ﻟﺤﺴﺒﻬﺎ‬
‫و ﻣﺎﻟﻬﺎ و ﺟﻤﺎﻟﻬﺎ و دﯾﻨﻬﺎ‪،‬ﻓﺎﻇﻔﺮ ﺑﺬات اﻟﺪّﯾﻦ ﺗﺮﺑﺖ ﯾﺪاك" ذﻛﺮ اﻟﺮﺳﻮل أرﺑﻌﺔ‬
‫ﻣﻘﻮﻣﺎت ﻛﺎﻧﺖ و ﻻ ﺗﺰال ﻣﻮﺟﻮدة‪ .‬ﻗﺎل ﻓﻲ آﺧﺮﻫﺎ‪ :‬ﻓﺎﻇﻔﺮ ﺑﺬات اﻟﺪﯾﻦ ﺗﺮﺑﺖ ﯾﺪاك‪.‬‬
‫ﻓﺈذا اﺧﺘﺎر اﻹﻧﺴﺎن إﻣﺮأة ذات دﯾﻦ ‪ ،‬ﻓﺈنّ ﻫﺬا ﻫﻮ اﻷﺳﺎس اﻷوّل ‪ ،‬و ﻫﻮ اﻟﻘﺎﻋﺪة‬
‫اﻷوﻟﻰ ﻟﻠﺒﯿﺖ اﻟﻤﺴﻠﻢ‪ ،‬إذ إنّ ﻫﺬه اﻟﻤﺮأة ﺳﺘﻜﻮن ﻣﺮﺑّﯿّﺔ اﻷﺟﯿﺎل و ﺧﺎﺿﻨﺘﻬﺎ‪ ،‬و‬
‫ﺗﻜﻮن ﻣﺼﻨﻊ اﻷﺑﻄﺎل و ﻣﺪرّﺳﺘﻬﻢ‪ .‬و ﻗﺎل أﯾﻀﺎ) ﻣﺮﺷﺪا ﻟﻠﻨّﺴﺎء و أوﻟﯿﺎء أﻣﻮرﻫﻦّ‪:‬‬

‫‪9‬‬
‫إذا أﺗﺎﻛﻢ ﻣﻦ ﺗﺮﺿﻮن ﺧﻠﻘﻪ و دﯾﻨﻪ ﻓﺰوّﺟﻮه إﻻّ ﺗﻔﻌﻠﻮه ﺗﻜﻦ ﻓﺘﻨﺔ ﻓﻲ اﻷرض و ﻓﺴﺎد‬
‫ﻛﺒﯿﺮ‪ ،‬ﺳﺄل رﺟﻞ ﻟﺪﯾﻪ ﺑﻨﺖ – ﯾﺮﯾﺪ أن ﯾّﺰوّﺟﻬﺎ اﻟﺤﺴﻦ اﻟﺒﺼﺮي ) رﺣﻤﻪ اﷲ ( ﻓﻘﺎل‬
‫ﻟﻪ‪ :‬زوّﺟﻬﺎ ﻟﺼﺎﺣﺐ اﻟﺪﯾﻦ ‪ ،‬ﻓﺈﻧّﻪ إن أﺣﺒّﻬﺎ أﻛﺮﻣﻬﺎ‪ ،‬و إن ﻛﺮﻫﻬﺎ ﻟﻢ ﯾﻈﻠﻤﻬﺎ‪ ،‬و ﻟﺬا‬
‫ﻓﺈنّ ﻏﯿﺎب ﻫﺬه اﻟﻀّﻮاﺑﻂ‪ ،‬رﺑّﻤﺎ ﻛﺎن أﺳﺎﺳﺎ ﻣﻦ أﺳﺲ اﻟﻤﺸﻜﻼت‬
‫اﻟﺰّوﺟﯿّﺔ‪.‬واﻹﺧﺘﻼف ﺑﯿﻦ اﻟﺰّوﺟﯿﻦ‪ ،‬ﻻﯾﻼم ﻋﻠﯿﻪ اﻹﻧﺴﺎن‪ ،‬إذا ﺗﺤﺮّى ﻓﺒﺎن ﻣﺎ ﺗﺤﺮاه‬
‫ﺑﺨﻼف ذاﻟﻚ‪ ،‬ﻟﻜﻦ ﯾﻼم ﻋﻠﻰ اﻟﺘﻔﺮﯾﻂ‪.‬‬
‫اﻟﺴﺒﺐ اﻟﺜّﺎﻧﻰ‪ :‬ﻋﺪم ﻣﺮاﻋﺎت اﻷداب اﻟﺸّﺮﻋﯿّﺔ ﻓﻲ ﻛﺜﯿﺮ ﻣﻦ اﻷﻣﻮر‪ .‬و ﻟﺬا ﻟﻮ ﻧﻈﺮﻧﺎ‬
‫ﻓﻲ ﻛﺜﯿﺮ ﻣﻦ اﻷداب‪ ،‬ﻟﻮﺟﺪﻧﺎ ﻣﺼﻠﺤﺘﻬﺎ ﻇﺎﻫﺮة أﯾّﻤﺎ ﻇﻬﻮر‪ .‬ﻗﺎل) ﻟﻮ أنّ أﺣﺪﻛﻢ إذا‬
‫أراد أن ﯾّﺄﺗﻲ أﻫﻠﻪ‪ ،‬ﻗﺎل ﺑﺴﻢ اﷲ اﻟﻠّﻬﻢّ ﺟﻨّﺒﻨﺎ اﻟﺸّﯿﻄﺎن و ﺟﻨّﺐ اﻟﺸّﯿﻄﺎن ﻣﺎ رزﻗﺘﻨﺎ‪،‬‬
‫ﻓﺈﻧّﻪ إن ﯾّﻘﺪر ﺑﯿﻨﻬﻤﺎ ﺑﻮﻟﺪ ﻻ ﯾﻀﺮّه اﻟﺸّﯿﻄﺎن‪ .‬و ﻣﻦ اﻟﺴّﻨّﺔ أن ﯾّﻤﺴﺢ اﻟﺰّوج ﻋﻠﻰ‬
‫رأس إﻣﺮأﺗﻪ و ﯾﺴﺄل اﷲ ﺧﯿﺮﻫﺎ و ﺧﯿﺮﻣﺎ ﺟُﺒِﻠَﺖْ ﻋﻠﯿﻪ‪ .‬و ﻣﻦ اﻷداب اﻟﺸّﺮﻋﯿّﺔ ذﻛﺮ‬
‫اﷲ ﻋﻨﺪ دﺧﻮل اﻟﺒﯿﺖ‪ ،‬ﻓﻘﺪ ورد ﻓﻲ اﻟﺤﺪﯾﺚ أنّ اﻹﻧﺴﺎن أذا دﺧﻞ ﺑﯿﺘﻪ ‪ ،‬ﻓﻘﺎل ‪ :‬ﺑﺴﻢ‬
‫اﷲ ‪ ،‬ﻗﺎل اﻟﺸّﯿﻄﺎن ﻷﻋﻮاﻧﻪ ﻻ ﻣﺒﯿﺖ ﻟﻜﻢ‪ .‬و إذا أﻛﻞ ﻓﻘﺎل‪ :‬ﺑﺴﻢ اﷲ ‪ ،‬ﻗﺎل ﻻ ﻣﺒﯿﺖ‬
‫ﻟﻜﻢ و ﻻ ﻋﺸﺎء‪ ،‬ﻓﺈذا دﺧﻞ و ﻟﻢ ﯾﻘﻞ ﺑﺴﻢ اﷲ‪ ،‬ﻗﺎل اﻟﺸّﯿﻄﺎن ﻷﻋﻮاﻧﻪ‪ :‬أدرﻛﺘﻢ‬
‫اﻟﻤﺒﯿﺖ‪ ،‬ﻓﺈذا أﻛﻞ و ﻟﻢ ﯾﻘﻞ ﺑﺴﻢ اﷲ‪ ،‬ﻗﺎل‪ :‬أدرﻛﺘﻢ اﻟﻤﺒﯿﺖ و اﻟﻌﺸﺎء‪.‬‬
‫اﻟﺴﺒﺐ اﻟﺜّﺎﻟﺚ‪ :‬اﻟﺘّﺪﺧّﻞ ﻓﻲ ﺷﺆون اﻟﺰّوﺟﯿﻦ ﻣﻦ ﻗﺒﻞ اﻷﺧﺮﯾﻦ‬
‫اﻟﺴﺒﺐ اﻟﺮّاﺑﻊ‪ :‬ﻏﻼء اﻟﻤﻬﻮر‪ ،‬و إنّ ﻣﻬﻮر زوﺟﺎت اﻟﻨّﺒﻲّ ) و ﻣﻬﻮر ﺑﻨﺎﺗﻪ‪ ،‬ﻻ ﺗﻌﺪو‬
‫أواﻗﻲ ﻻ ﺗﺒﻠﻎ اﻹﺛﻨﺘﻲ ﻋﺸﺮة أوﻗﯿّﺔ‪ .‬و أﻋﻈﻢ اﻟﻨّﺴﺎء أﯾﺴﺮﻫﻦّ ﻣﺆوﻧﺔ‪.‬‬
‫ﺧﺎﻣﺴﺎ‪ :‬ﺑﻌﺾ اﻟﺰوﺟﺎت ﻻ ﺗﻘﺪر ﻇﺮوف زوﺟﻬﺎ اﻟﻤﺎدّﯾّﺔ‪ ،‬ﻓﺘﺮﻫﻖ ﻛﺎﻫﻠﻪ ﺑﻜﺜﺮة‬
‫اﻟﻄّﻠﺒﺎت‪ .‬ﻟﺬاﻟﻚ ﻧﺠﺪ ﻛﺜﯿﺮا ﻣﻦ اﻟﺸّﺒﺎب اﻵن ﻣﺜﻘّﻠﺔ ﻇﻬﻮرﻫﻢ ﺑﺎﻟﺪﯾﻮن‪ ،‬ﻧﺘﯿﺠﺔ ﻻﻧﻔﺘﺎح‬
‫ﺑﺎب اﻟﺘﻘﺴﯿﻂ ﻋﻠﻰ أوﺳﻊ أﺑﻮاﺑﻪ‪ ،‬ﻓﻜﻞّ ﻣﺎ ﺗﻠﺬّه ﻋﯿﻨﻪ اﺑﺘﺪاء ﻣﻦ اﻟﺴّﯿّﺎرات‪ ،‬و اﻧﺘﻬﺎء‬
‫ﺑﺄﺻﻐﺮ ﻗﻄﻊ اﻷﺛﺎث و ﻣﺮورا ﺑﺎﻟﻤﻨﺰل‪ ،‬ﻣﺎ ﻋﻠﻰ اﻟﺸّﺒﺎب إﻻّ أن ﯾّﺤﺪّد اﻟﻤﻮاﺻﻔﺎت‬

‫‪10‬‬
‫ﻟﺼﺎﺣﺐ اﻟﺸّﺮﻛﺔ اﻟّﺬي ﯾﻮﻓّﺮ ذاﻟﻚ اﻷﺛﺎث اﻟﻔﺎﺧﺮ‪ ،‬و ﯾﺴﺠّﻞ ذاﻟﻚ ﻋﻠﻰ ﻇﻬﺮ اﻟﺸّﺒﺎب‬
‫دﯾﻨﺎ ﯾﺜﻘﻞ ﻛﺎﻫﻠﻪ‪.‬‬

‫إنّ ﻟﻺﺧﺘﻼف ﺑﯿﻦ اﻟﺰّوﺟﯿﻦ أﺛﺎرا ﻛﺜﯿﺮة ﻧﺠﺘﺰئ ﻣﻨﻬﺎ ﻣﺎ ﯾﻠﻲ‪:‬‬


‫أوّﻻ أﺛﺮه ﻓﻰ اﻷوﻻد ‪ :‬ﻓﺈنّ أﺛﺮ ذاﻟﻚ ﻓﻰ اﻷوﻻد ﻛﺒﯿﺮ ﺟﺪّا‪ ،‬و أﻗﻞّ أﺛﺎره أنّ اﻷوﻻد‬
‫ﯾﻜﺮﻫﻮن اﻟﻤﻜﺚ ﻓﻲ اﻟﺒﯿﺖ‪ ،‬إن اﺟﺘﻤﻊ اﻷب ﻣﻊ اﻷمّ‪،‬ﻓﻲ أيّ ﻣﻮﻗﻒ ﻣﻦ اﻟﻤﻮاﻗﻒ‪،‬‬
‫ﻓﺒﺪر ﻣﻦ أﺣﺪﻫﻤﺎ ﺷﯿﺊ ﺛﺎر اﻟﺨﻼف ﻷﺗﻔﻪ اﻷﺳﺒﺎب‪ ،‬و ﻋﻠﺖ اﻷﺻﻮات‪ ،‬ﺛﻢّ ﺑﺪأ‬
‫اﻟﺘّﻘﺎﻃﻊ‪ ،‬و ﻫﺠﺮ اﻟﻔﺮاش‪ ،‬و ﺑﺪأ اﻟﻜﻼم و اﻟﺘّﻌﻠﯿﻖ ﻓﯿﻜﺮه ﺑﻌﺾ اﻟﺸّﺒﺎب اﻟﺒﻘﺎء ﻓﻲ‬
‫اﻟﺒﯿﻮت‪ ،‬وﯾﻘﻀﻮن ﻓﻲ اﻟﺸﻮارع ﻣﻦ اﻟﻮﻗﺖ أﺿﻌﺎف ﻣﺎ ﯾﻘﻀﻮن ﻗﻲ اﻟﺒﯿﻮت‪ ،‬ﻟﯿﺲ‬
‫رﻏﺒﺔ ﻋﻦ اﻟﺮّاﺣﺔ‪ ،‬و إﻧّﻤﺎ ﻫﺮوﺑﺎ ﻣﻦ ﺟﺤﯿﻢ اﻟﻤﺸﻜﻼت اﻟّﺘﻲ ﯾﺮوﻧﻬﺎ‪ .‬و رﺑّﻤﺎ ﻛﺎن‬
‫ذاﻟﻚ ﺳﺒﺒﺎ رﺋﯿﺴﺎ ﻻﻧﺤﺮاف اﻷﺣﺪاث‪ .‬ﻓﻜﺜﯿﺮ ﻣﻦ اﻟﺸﺒﺎب أﺗﺎﻫﻢ اﻹﻧﺤﺮاف ﻣﻦ ﺟﺮاء‬
‫ﻫﺮوﺑﻬﻢ ﻣﻦ اﻟﺒﯿﻮت‪ ،‬ﻓﯿﺠﺪون رﻓﺎق اﻟﺴﻮء اﻟّﺬﯾﻦ ﯾﺤﺘﻀﻨﻮﻧﻬﻢ‪ ،‬و ﯾﻤﻨﺤﻮﻧﻬﻢ اﻟﻤﺎل و‬
‫ﻛﻞّ ﻣﺎ ﯾﺮﯾﺪون‪ ،‬ﺛﻢّ ﺑﻌﺪ ذاﻟﻚ ﯾﺒﺪأ ﻣﺴﻠﺴﻞ اﻹﺟﺮام ﻣﻦ أوﺳﻊ أﺑﻮاﺑﻪ‪.‬‬
‫ﺛﺎﻧﯿﺎ‪ :‬ﻣﻦ أﺛﺎر اﻹﺧﺘﻼف ﺑﯿﻦ اﻟﺰّوﺟﯿﻦ‪ ،‬اﻧﺘﺸﺎر اﻷﺳﺮار ﻣﻦ ﺧﻼل ﺷﻜﻮى ﻛﻞّ‬
‫واﺣﺪ ﻣﻦ اﻟﺰّوﺟﯿﻦ‪ ،‬ﻓﻘﺪ درج ﺑﻌﺾ اﻷزواج‪ ،‬أن ﯾّﻜﻮن ﻣﻬﺬارا‪ ،‬إذا ﻟﻘﻲ أﺣﺪا ﺣﺪّﺛﻪ‬
‫ﺑﻜﻞّ ﻣﺎ ﺟﺮى ﻟﻪ ﻣﻊ زوﺟﺘﻪ‪ ،‬و اﻟﻤﺮأة ﻗﺪ ﺗﺒﺎدﻟﻪ ذاﻟﻚ أﯾﻀﺎ‪ ،‬ﻓﺘﺤﺪّث اﻟﻨّﺴﺎء ﺑﻜﻞّ ﻣﺎ‬
‫ﯾﺠﺮى‪.‬‬
‫ﺛﺎﻟﺜﺎ ‪:‬ﻣﻦ اﻷﺛﺎر‪ ،‬ذﻫﺎب اﻟﻤﻮدّة و اﻟﺮّﺣﻤﺔ‪.‬‬
‫راﺑﻌﺎ ‪ :‬ﻗﻄﯿﻌﺔ اﻷرﺣﺎم‪ ،‬ﻓﺮﺑّﻤﺎ ﺗﻔﺮّﻗﺖ أﺳﺮ‪ ،‬و ﺗﻘﺎﻃﻌﺖ ﻋﻮاﺋﻞ ﻛﺒﯿﺮة‪ ،‬ﻣﻦ ﺟﺮاء‬
‫اﺧﺘﻼف ﺣﺼﻞ ﺑﯿﻦ زوﺟﯿﻦ‪ ،‬ﻓﯿﺘﺰوّج ﻓﻼن ﺑﺎﺑﻨﺔ ﻓﺮﯾﺒﻪ‪ ،‬ﺛﻢّ ﯾﺤﺼﻞ ﺑﯿﻨﻬﻤﺎ اﻟﺨﺼﺎم‪،‬‬
‫ﻓﯿﻨﺘﺼﺮ أﻫﻞ اﻟﺰّوج ﻟﻮﻟﺪﻫﻢ‪ ،‬و أﻫﻞ اﻟﺰّوﺟﺔ ﻻﺑﻨﺘﻬﻢ‪ ،‬و ﯾﺤﻀﺮ اﻟﺸّﯿﻄﺎن ﻫﺬه‬
‫اﻟﻠّﺤﻈﺔ‪ ،‬و ﯾﺰﯾﺪ اﻟﻨّﺎر ﻧﻔﺨﺎ‪ ،‬ﺛﻢّ ﺗﺄﺗﻲ ﻋﻠﻰ اﻷﺳﺮة‪ ،‬ﻓﺘﻘﻄﻊ أوﺻﺎﻟﻬﺎ‪ ،‬وﺗﻔﺼﻢ ﻋﺮى‬
‫اﻟﻤﻮدّة‪ .‬ﻓﻜﻞّ ذاﻟﻚ ﻧﺰﻏﺔ ﺷﯿﻄﺎن‪ ،‬ﻓﺈذا ﻟﻢ ﻧﺤﺎول أن ﻧّﺴﺘﺤﻀﺮ ﻧﺼﻮص اﻟﺸّﺮع ﻓﻲ‬

‫‪11‬‬
‫وﻗﺘﻬﺎ‪ ،‬ﻓﺮﺑّﻤﺎ ﻛﺎن ذاﻟﻚ ﻣﺪﻋﺎة إﻟﻰ ﻗﻄﯿﻌﺔ اﻷرﺣﺎم‪ ،‬و ﻻ ﺷﻚّ أنّ ﻗﻄﯿﻌﺔ اﻷرﺣﺎم‬
‫ﻣﺤﺮّﻣﺔ‪ ،‬و اﻟﻤﺨﺎﻟﻔﺔ ﻗﺪ ﺗﺠﺮّ اﻟﻰ ﻣﺨﺎﻟﻔﺎت‪.‬‬

‫‪12‬‬
‫إﺧﺘﺒﺎر اﻟﻌﻨﺎﺻﺮ اﻟّﻠﻐﻮﯾّﺔ‬
‫ورﻗﺔ اﻷﺳﺌﻠﺔ و اﻷﺟﻮﺑﺔ ﻟﻠﻤﺪرّس‬
‫‪ .I‬اﻷﺻﻮات)‪(Fonologi‬‬
‫‪Pernyataan untuk fonologi agar dibacakan, sedang option tidak dibacakan.‬‬

‫أ‪ .‬إﺧﺘﺮ اﻟﺠﻮاب اﻟﺼﺤﯿﺢ اﻟﺬي ﺗﺴﻤﻌﻪ ﺑﻮﺿﻊ داﺋﺮة ﺣﻮل اﻟﺤﺮف اﻟﻤﻨﺎﺳﺐ !‬
‫‪ .١‬ﻋﻠﯿﻢ‬
‫ج‪ -‬ﺣﻠﯿﻢ‬ ‫ب‪ -‬ﻋﻠﯿﻢ‬ ‫أ‪ -‬أﻟﯿﻢ‬
‫‪ .٢‬ﻏﺎل‬
‫ج‪ -‬ﻏﺎل‬ ‫ب‪ -‬ﺧﺎل‬ ‫أ‪ -‬ﻗﺎل‬
‫‪ .٣‬ﯾﻨﺒﺖ‬
‫ج‪ -‬ﯾﻨﺒﻂ‬ ‫ب‪ -‬ﯾﻤﺒﺖ‬ ‫أ‪ -‬ﯾﻨﺒﺖ‬
‫‪ .٤‬ﺛﺎر‬
‫ج‪ -‬ﺷﺎر‬ ‫ب‪ -‬ﺛﺎر‬ ‫أ‪ -‬ﺳﺎر‬
‫‪ .٥‬ﺿﻞّ‬
‫ج‪ -‬ذلّ‬ ‫ب‪ -‬ﻇﻞّ‬ ‫أ‪ -‬ﺿﻞّ‬
‫‪ .٦‬ﻓﺨﻮر‬
‫ج‪ -‬ﻓﺨﻮر‬ ‫ب‪ -‬ﻓﻘﻮر‬ ‫أ‪ -‬ﻓﺨﺮ‬
‫‪ .٧‬ﺻﺎر‬
‫ج‪ -‬ﺻﺎر‬ ‫ب‪ -‬ﺛﺎر‬ ‫أ‪ -‬ﺳﺎر‬
‫‪ .٨‬ﺑﻞّ‬
‫ج‪ -‬ﺑﻞ‬ ‫ب‪ -‬ﻣﻞّ‬ ‫أ ‪ -‬ﺑﻠﻰ‬
‫‪ .٩‬ﯾﻨﺒﻊ‬
‫ج‪ -‬ﯾﻨﺒﺄ‬ ‫ب‪ -‬ﯾﻨﺒﻊ‬ ‫أ‪ -‬ﯾﻤﺒﻊ‬

‫‪13‬‬
‫‪ .١٠‬ﯾﻨﻈﺮ‬
‫ج‪ -‬ﯾﻨﻈﺮ‬ ‫ب‪ -‬ﯾﻨﺬر‬ ‫أ‪ -‬ﯾﻨﺜﺮ‬
‫‪ .١١‬ﺻﺎﻟﺤﺔ‬
‫ج‪ -‬ﺻﺎﻟِﺤﺖ‬ ‫ب‪ -‬ﺻﺎﻟِﺤﺔ‬ ‫أ‪ -‬ﺻﺎﻟِﺤﻪ‬
‫‪ .١٢‬ﯾﺸﺘﺪّ‬
‫ج‪ -‬ﯾﺸﺘﺪّ‬ ‫ب‪ -‬ﯾﺸﺘﺪّو‬ ‫أ‪ -‬ﯾﺸﺘﺎد‬

‫‪ .II‬اﻟﺼّﺮﻓﻲ)‪(Morfologi‬‬
‫ﻋﻨﺪﻣﺎ أﺗﻨﺎول اﻟﻄّﻌﺎم‪ ،‬أودّع واﻟﺪيّ ﺛﻢّ اﻧﻄﻠﻖ إﻟﻰ ﻣﻮﻗﻒ اﻟﺤﺎﻓﻼت‪ ،‬ﺣﯿﺚ‬
‫أﻧﺘﻈﺮ ﻗﻠﯿﻼ وأﺳﺘﺮﯾﺢ‪ ،‬و ﻋﻨﺪﻣﺎ ﺗﺼﻞ اﻟﺤﺎﻓﻼت‪ ،‬أﻗﻔﺰ إﻟﯿﻬﺎ وأﺟﻠﺲ ﻓﻲ اﻟﻤﻘﻌﺪ‬
‫اﻟﺬي أﺟﺪه ﺧﺎﻟﯿﺎ‪ .‬ﻓﻲ ﺑﻌﺾ اﻷﺣﯿﺎن ﺗﻜﻮن اﻟﺤﺎﻓﻠﺔ ﻣﺰدﺣﻤﺔ ﺑﺎﻟﺮّﻛﺎّب‪ ،‬ﻓﺄﻗﻒ‬
‫ﻋﻠﻰ ﻗﺪﻣﻲ‪ ،‬وإذا ﻛﻨﺖُ ﺟﺎﻟﺴﺎ وﺷﺎﻫﺪتُ رﺟﻼ واﻗﻔﺎ أو إﻣﺮأة واﻗﻔﺔ‪ ،‬ﺗﺮﻛﺖ‬
‫ﻣﻘﻌﺪي ودﻋﻮﺗُﻬﻤﺎ ﻓﻲ أدب ﻟﻠﺠﻠﻮس ﻣﻜﺎﻧﻲ‪.‬‬

‫أ‪ .‬أﻛﻤﻞ ﺗﺼﺮﯾﻒ اﻟﻔﻌﻞ ﻣﻦ اﻷﻓﻌﺎل اﻟﺘﻲ ﺗﺤﺘﻬﺎ ﺧﻂّ ﻣﻦ اﻟﻔﻜﺮة اﻟﺴﺎﺑﻘﺔ ﺛﻢّ‬
‫اذﻛﺮ أﻧﻮاﻋﻬﺎ)ﻛﺎﻧﺖ ﺛﻼﺛﯿّﺎ ﻣﺠﺮّدا وإﻣّﺎ ﻛﺎﻧﺖ ﺛﻼﺛﯿّﺎ ﻣﺰﯾﺪا ﺑﺤﺮف واﺣﺪ أو‬
‫ﺑﺤﺮﻓﯿﻦ أو ﺑﺜﻼﺛﺔ أﺣﺮف( !‬
‫ﻧﻮع‬ ‫ﻓﻌﻞ‬ ‫اﺳﻢ‬ ‫اﺳﻢ‬ ‫ﻣﺼﺪر‬ ‫ﻣﻀﺎرع‬ ‫ﻣﺎض‬ ‫ﻧﻤﺮة‬
‫اﻟﻔﻌﻞ‬ ‫أﻣﺮ‬ ‫ﻣﻔﻌﻮل‬ ‫ﻓﺎﻋﻞ‬
‫‪...‬‬ ‫‪...‬‬ ‫‪...‬‬ ‫‪...‬‬ ‫‪...‬‬ ‫ﯾﺘﻨﺎول‬ ‫‪...‬‬ ‫‪.١‬‬
‫‪...‬‬ ‫‪...‬‬ ‫‪...‬‬ ‫‪...‬‬ ‫‪...‬‬ ‫ﯾﻮدّع‬ ‫‪...‬‬ ‫‪.٢‬‬
‫‪...‬‬ ‫‪...‬‬ ‫‪...‬‬ ‫‪...‬‬ ‫‪...‬‬ ‫ﯾﻨﺘﻈﺮ‬ ‫‪...‬‬ ‫‪.٣‬‬

‫‪14‬‬
‫‪...‬‬ ‫‪...‬‬ ‫‪...‬‬ ‫‪...‬‬ ‫‪...‬‬ ‫ﯾﺴﺘﺮﯾﺢ‬ ‫‪...‬‬ ‫‪.٤‬‬
‫‪...‬‬ ‫‪...‬‬ ‫‪...‬‬ ‫‪...‬‬ ‫‪...‬‬ ‫‪...‬‬ ‫ﺷﺎﻫﺪ‬ ‫‪.٥‬‬
‫‪...‬‬ ‫‪...‬‬ ‫‪...‬‬ ‫‪...‬‬ ‫‪...‬‬ ‫‪...‬‬ ‫دﻋﺎ‬ ‫‪.٦‬‬

‫ب‪ .‬أﻛﻤﻞ ﺗﺼﺮﯾﻒ اﻷﻓﻌﺎل اﻟﻠﻐﻮيّ ﻣﻦ اﻷﻓﻌﺎل اﻷﺗﯿّﺔ !‬


‫ﻧﺤﻦ‬ ‫أﻧﺎ‬ ‫اﻧﺘﻦّ‬ ‫اﻧﺖِ‬ ‫اﻧﺘﻢ‬ ‫اﻧﺘﻤﺎ‬ ‫ﻫﻦّ‬ ‫ﻫﻲ‬ ‫ﻫﻢ‬ ‫ﻫﻮ‬ ‫ﻧﻤﺮة‬
‫‪...‬‬ ‫‪...‬‬ ‫‪...‬‬ ‫‪...‬‬ ‫‪...‬‬ ‫‪...‬‬ ‫‪...‬‬ ‫‪...‬‬ ‫‪...‬‬ ‫ﺟﻠﺲ‬ ‫‪.٧‬‬
‫‪...‬‬ ‫‪...‬‬ ‫‪...‬‬ ‫‪...‬‬ ‫‪...‬‬ ‫‪...‬‬ ‫‪...‬‬ ‫‪...‬‬ ‫‪...‬‬ ‫ﯾﺸﺎﻫﺪ‬ ‫‪.٨‬‬
‫‪...‬‬ ‫‪...‬‬ ‫‪...‬‬ ‫‪...‬‬ ‫‪...‬‬ ‫‪...‬‬ ‫‪...‬‬ ‫‪...‬‬ ‫‪...‬‬ ‫ﯾﺴﺘﻐﻔﺮ‬ ‫‪.٩‬‬

‫ج‪ .‬ﺣﻮّل اﻟﻔﺎﻋﻞ ﺑﺎﻟﻜﻠﻤﺎت اﻷﺗﯿّﺔ ﻣﻊ ﻣﺮاﻋﺔ ﻣﺎ ﯾﺤﺘﺎج ﻣﻦ اﻟﺘّﻐﯿّﺮ !‬


‫ﻣﺜﺎل‪ :‬ذﻫﺐ ﻋﻤﺮ ﺑﻦ اﻟﺨﻄّﺎب إﻟﻰ رﺳﻮل اﷲ وأﻋﻠﻦ إﺳﻼﻣﻪ‬
‫اﻷب واﻷمّ واﻹﺑﻦ‪...................................‬‬ ‫‪.... .١٠‬‬
‫أمّ ﺳﻼﻣﻪ وﺑﻨﺘﻬﺎ ‪...................................‬‬ ‫‪.... .١١‬‬
‫‪...................................‬‬ ‫‪ .... .١٢‬ﯾﺎﺳﺮ ﻣﻊ واﻟﺪه‬

‫‪ .III‬اﻟﻨّﺤﻮي)‪(Sintaksis‬‬
‫ﻗﺮاءة أوﻟﻰ‪:‬‬
‫اﻟﻄّﺎﻟﺐ اﻟﺬّﻛﻲّ‬
‫إﺳﺘﯿﻘﻆ أﺣﻤﺪ ﻣﻦ ﻧﻮﻣﻪ ﻣﺒﻜّﺮا‪ ،‬ﺑﻌﺪ ﻟﯿﻠﺔ ﻃﻮﯾﻠﺔ‪ ،‬ﻟﻢ ﯾﻨﻢ ﻓﯿﻬﺎ ﻛﺜﯿﺮا‪ .‬ﻧﻈﺮ أﺣﻤﺪ‬
‫إﻟﻰ ﺳﺎﻋﺘﻪ‪ ،‬ﻛﺎﻧﺖ ﺗﻘﺘﺮب ﻣﻦ اﻟﺜّﺎﻟﺜﺔ ﺻﺒﺎﺣﺎ‪ .‬ﺑﻌﺪ ﻗﻠﯿﻞ ارﺗﻔﻊ ﺻﻮت اﻟﻤﺆذّن‬
‫ﻋﺎﻟﯿﺎ ﻓﻲ اﻟﻘﺮﯾﺔ‪ ،‬ﻓﺸﻌﺮ أﺣﻤﺪ ﺑﺎﻹﻃﻤﺌﻨﺎن ﺛﻢّ رﺛﺐ ﻣﻦ ﻓﺮاﺷﻪ و ﺗﻮﺿّﺄ ﺛﻢّ‬
‫ﺻﻠّﻰ اﻟﻔﺠﺮ‪ ،‬ﺑﻌﺪ ﺻﻼة دﻋﺎ أﺣﻤﺪ رﺑّﻪ ﻗﺎﺋﻼ‪ :‬ﯾﺎربّ ‪.....‬اﻟﻨّﺠﺎح‪.‬‬

‫‪15‬‬
‫أ‪ .‬ﻣﻮاﻗﻊ اﻹﻋﺮاب ﻣﻦ اﻟﻜﻠﻤﺎت اﻟﺘﻲ ﺗﺤﺘﻬﺎ ﺧﻂّ ﻫﻲ‪...‬‬

‫ﻋﻼﻣﺔ اﻹﻋﺮاب‬ ‫ﻣﻮاﻗﻊ اﻹﻋﺮاب‬ ‫اﻟﻜﻠﻤﺎت‬ ‫ﻧﻤﺮة‬


‫‪...‬‬ ‫‪...‬‬ ‫أﺣﻤﺪ‬ ‫‪.١‬‬
‫‪...‬‬ ‫‪...‬‬ ‫ﻃﻮﯾﻠﺔ‬ ‫‪.٢‬‬
‫‪...‬‬ ‫‪...‬‬ ‫ﻋﺎﻟﯿﺎ‬ ‫‪.٣‬‬
‫‪...‬‬ ‫‪...‬‬ ‫رﺑّﻪ‬ ‫‪.٤‬‬

‫ﻗﺮاءة ﺛﺎﻧﯿﺔ‪:‬‬
‫اﻟﺼّﺪاﻗﺔ‬

‫زﯾﻨﺐ و ﺳﻠﻤﻰ ﺻﺪﯾﻘﺘﺎن ﺗﺴﻜﻨﺎن ﻓﻲ ﺣﻲّ واﺣﺪ وﺗﺪرﺳﺎن ﻓﻲ ﻣﺪرﺳﺔ واﺣﺪة‪ .‬ﻛﺎن‬
‫واﻟﺪ زﯾﻨﺐ ﺗﺎﺟﺮا ﻏﻨﯿّﺎ‪ .‬إﻣّﺎ واﻟﺪ ﺳﻠﻤﻰ ﻓﻘﺪ ﻛﺎن ﻋﺎﻣﻼ ﻓﻘﯿﺮا ﻓﻲ إﺣﺪى اﻟﻤﺼﺎﻧﻊ‪.‬‬

‫ب‪ .‬ﻣﻮاﻗﻊ اﻹﻋﺮاب ﻣﻦ اﻟﻜﻠﻤﺎت اﻟﺘﻲ ﺗﺤﺘﻬﺎ ﺧﻂّ ﻫﻲ‪...‬‬


‫اﻟﺼّﺪاﻗﺔ‬
‫ﻋﻼﻣﺔ اﻹﻋﺮاب‬ ‫ﻣﻮاﻗﻊ اﻹﻋﺮاب‬ ‫اﻟﻜﻠﻤﺎت‬ ‫ﻧﻤﺮة‬
‫‪...‬‬ ‫‪...‬‬ ‫ﺻﺪﯾﻘﺘﺎن‬ ‫‪.٥‬‬
‫‪...‬‬ ‫‪...‬‬ ‫واﻟﺪ زﯾﻨﺐ‬ ‫‪.٦‬‬
‫‪....‬‬ ‫‪....‬‬ ‫واﻟﺪ ﺳﻠﻤﻰ‬ ‫‪.٧‬‬
‫‪....‬‬ ‫‪...‬‬ ‫ﻋﺎﻣﻼ‬ ‫‪.٨‬‬

‫‪16‬‬
‫ج‪ .‬إﺳﺘﺨﺮج اﻷﺳﻤﺎء و اﻷﻓﻌﺎل و اﻟﺤﺮوف ﻣﻦ ﺳﻮرة اﻟﻜﻮﺛﺮ !‬
‫إﻧّﺎ أﻋﻄﯿﻨﺎك اﻟﻜﻮﺛﺮ‪ ،‬ﻓﺼﻞّ ﻟﺮﺑّﻚ واﻧﺤﺮ‪ ،‬إنّ ﺷﺎﻧﺌﻚ ﻫﻮ اﻷﺑﺘﺮ‪.‬‬
‫اﻟﺤﺮوف‬ ‫اﻷﻓﻌﺎل‬ ‫اﻷﺳﻤﺎء‬ ‫ﻧﻤﺮة‬
‫‪...‬‬ ‫‪...‬‬ ‫‪...‬‬ ‫‪.٩‬‬
‫‪...‬‬ ‫‪...‬‬ ‫‪...‬‬ ‫‪.١٠‬‬
‫‪...‬‬ ‫‪...‬‬ ‫‪...‬‬ ‫‪.١١‬‬
‫‪...‬‬ ‫‪Kosongkan‬‬ ‫‪...‬‬ ‫‪.١٢‬‬

‫د‪ .‬اﺧﺘﺮ اﻟﺠﻮاب اﻟﺼﺤﯿﺢ ﺑﻮﺿﻊ داﺋﺮة ﺣﻮل اﻟﺤﺮف اﻟﻤﻨﺎﺳﺐ !‬


‫‪ .١٣‬اﻟﻘﻰ ﻣﺪﯾﺮ اﻟﺠﺎﻣﻌﺔ ﻧﻔﺴُﻪُ اﻟﻤﺤﺎﺿﺮة اﻣﺎم اﻟﻄّﻠﺒﺔ‪.‬‬
‫اﻟﻜﻠﻤﺔ اﻟﺘﻲ ﺗﺤﺘﻬﺎ ﺧﻂّ ﻫﻲ‪...‬‬
‫ج‪ -‬ﺑﺪل‬ ‫ب‪ -‬ﺗﻮﻛﯿﺪ‬ ‫ﻧﻌﺖ‬ ‫أ‪-‬‬
‫‪ .١٤‬اﻟﺠﻤﻞ اﻟﺘﻲ ﻓﯿﻬﺎ ﻣﻔﻌﻮل اﻟﻤﻄﻠﻖ ﻫﻲ‪...‬‬
‫دﻋﺎ إﺑﺮاﻫﯿﻢ رﺑّﻪ‬ ‫أ‪-‬‬
‫ب‪ -‬اﻧﺘﺼﺮ اﻟﻤﺴﻠﻤﻮن ﻋﻠﻰ اﻟﻜﻔّﺎر اﻧﺘﺼﺎرا ﻋﻈﯿﻤﺎ‬
‫ج‪ -‬ﻗﺎم اﻟﻄّﻼّب اﺣﺘﺮاﻣﺎ ﻷﺳﺘﺎذﻫﻢ‬
‫‪ .١٥‬ﻓﻲ اﻟﻤﺪرﺳﺔ ﺗﺴﻊ ﻣﺪرّﺳﺎت‬
‫ﻛﻠﻤﺔ "ﻣﺪرّﺳﺎت" ﻓﻲ ﻣﻮﻗﻌﺔ اﻹﻋﺮاب‪...‬‬
‫ج‪ -‬ﺑﺪل‬ ‫ب‪ -‬ﺣﺎل‬ ‫أ‪ -‬ﺗﻤﯿﯿﺰ‬
‫‪ .١٦‬أﺧﺒﺮت زﯾﻨﺐ ﺑﺄنّ ﺻﺪﯾﻘﺘﻬﺎ ﺳﻠﻤﻰ ﺳﺘﺮﺣﻞ ﻣﻊ أﺳﺮﺗﻬﺎ إﻟﻰ ﻣﺪﯾﻨﺔ‬
‫أﺧﺮى‪ .‬اﻟﺒﺪل ﻣﻦ اﻟﺠﻤﻠﺔ ﻫﻮ‪...‬‬
‫ج‪ -‬ﺳﻠﻤﻰ‬ ‫ب‪ -‬ﺻﺪﯾﻘﺘﻬﺎ‬ ‫زﯾﻨﺐ‬ ‫أ‪-‬‬

‫‪17‬‬
‫‪ .١٧‬ﻷنّ اﻟﻤﺼﻨﻊ اﻟﺬي ﻛﺎن ﯾﻌﻤﻞ ﺧﺎﻟﺪ ﻗﺪ أﻏﻠﻖ‬
‫ﻛﻠﻤﺔ " ﻗﺪ أﻏﻠﻖ" ﻓﻲ ﻣﺤﻞّ رﻓﻊ ‪...‬‬
‫ج‪ -‬ﺧﺒﺮ أنّ‬ ‫ب‪ -‬ﺧﺒﺮ اﻟﻤﺒﺘﺪاء‬ ‫أ‪ -‬إﺳﻢ ﻛﺎن‬

‫‪18‬‬

Anda mungkin juga menyukai