Anda di halaman 1dari 96

IMPLIKATUR PERCAKAPAN BAHASA INDONESIA KALANGAN

REMAJA MASYARAKAT DESA PARASANGAN BERU


KECAMATAN GALESONG KABUPATEN TAKALAR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memeroleh Gelar


Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh:
SATRIANI
NIM: 10533 7371 13

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2017
MOTO DAN PERSEMBAHAN

Keberhasilan adalah sebuah proses

Niat adalah awal keberhasilan

Peluh keringat adalah penyedapnya

tetesan air mata adalah pewarnannya

Doamu dan doa-doa orang sekitar adalah bara api

kegagalan di setiap langkahmu adalah pengawetnya

Maka dari itu bersabarlah

Sesungguhnya kesabaran akan membuatmu

Mengerti bagaimana caranya mensyukuri

Arti sebuah keberhasilan

Persembahan
Ku persembahkan karya sederhana ini sebagai bukti kebaktian dan kecintaan kepada:

Ayahanda dan Ibundaku yang telah mendoakan dan membimbing aku dengan kasih

sayangnya mewujudkan harapan menjadi kenyataan

Saudara-saudara dan keluargaku yang telah menjadi motivator kesuksesanku

Sahabat-sahabatku yang telah menyertai hari-hariku dan mengantarku menuju

kesuksesan dan

Firman yang telah menjadi motivator dalam perjuanganku.

vii
vii
MAKASSAR
PENDIDIKAN

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi atas narna SATRIANI, NIM: IA533737113 diterirna dan disahkan

oleh Panitia Ujian Skripsi berdasarkan Surat Keputusan Rektor Universitas

Muhammadiyah Makassar Nomor: 128 Tahun 1438 H/2017 M, Tanggal 22 Juli

2017 M, sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

pada Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Kegunran dan

Ilmu Pendidikan UniverEitas Mulramrnadiyah h'{akassar pada hari Selasa tanggal

25 Juli 2017

Makassar, 24 Syawal 1{38_ll


{ 18 "iull ztJii lv{

PAI'[[T'fr{ tiJlAN {_, fu{,


1. Penl,.awas i hnum Dr. H. i{hdui l{ahman Ra.ium, S. 8., M

2. Ketua Erwin Akib, M. i'}d.. Ph. D.

3. Sekletani Dr Kliaemddln, l\'1. Pd.

4. Pengtdi Frof" Dr. N,l*h. R"api Tang, h'i. S

Drs. H. Muir. Amier. S.Pd.. N'1. Pd

Dr. Syafiuddin, M. Pd.

Anzilr, S. Pd., M. Pd.

Disahkan Oleh .

s Muhqlrnadiyah Makassar
@
I.INrlrE RSITAS MUHAMMA DIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Judul skripsi
ryffi -:'tr"H::esia Ka,angan Remaja

G
parasangan
ret Beru Kecamatan Garesong

G,,
Nama

Nim

Program Studi

Fakultas E-
Setelah diperiksa dan ditetriti, skripsi ini telah mem,muhi persyaratan untuk
l:- :.!
OlUJir:illl.

Makassai,2T &rudri2Dfi

Disetrljui,oleh

EemUlmning ffi Pepbimbing II

/t/ Y \**n
{)r-.'Syafffi A'kbaro S.Pd.,

Diketahui oleh

Ketua Prodi Pendidikan

ffi""
HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi atas nama SATRIANI , NIM 10533737113 telah diterimah dan disahkan
oleh panitia ujian skripsi berdasarkan surat Keputusan Rektor Universita Muhammadiyah
Makassar Nomor : 125 Tahun 1438 H/2017 M, Tanggal 22 Juli 2017 M, sebagai salah
satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana Sarjana Pendidikan pada Jurusan
Pendidikan Bahasadan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar pada hari Selasa, tanggal 25 Juli 2017.

Makassar, 28 Juli 2017

PANITIA UJIAN

1. Pengawas Umum : Dr. H. Abdul Rahman Rahim, S. E., M. M.


(.................................)
2. Ketua : Erwin Akib, M. Pd., Ph. D.
(.................................)
3. Sekretaris : Dr. Khaeruddin, M. Pd.
(.................................)
4. Penguji : 1. Prof. Dr. Muh. Rafi Tang, M. S.
(.................................)
2. Drs. H. Muh. Amier, S. Pd., M. Pd.
(.................................)
3. Dr. Syafruddin, M.Pd.
(.................................)
4. Anzar, S. Pd,. M. Pd.
(.................................)

Disahkan Oleh
Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar

Erwin Akib, M. Pd., Ph. D.


NBM. 860 934

ii
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMUPENDIDIKAN

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Implikatur Percakapan Bahasa Indonesia Kalangan Remaja


Masyarakat Desa Parasangan beru Kecamatan Galesong
Kabupaten Takalar

Mahasiswa yang bersangkutan:

Nama : SATRIANI

Nim : 1053 3737 113

Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Setelah diperiksa dan diteliti ulang, maka skripsi ini telah memenuhi
persyaratan dan layak untuk diujikan.

Makassar, Juli 2017

Disetujui Oleh:

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Syafruddin, M.Pd. Amal Akbar, S.Pd., M.Pd.

Mengetahui:

Dekan FKIP Ketua Jurusan Pendidikan


Unismuh Makassar Bahasa dan Sastra Indonesia

Erwin Akib, S.Pd., M.Pd., Ph. D. Dr. Munirah, M. Pd.


NBM: 860 934 NBM: 951 576

ii
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMUPENDIDIKAN

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Implikatur Percakapan Bahasa Indonesia Kalangan Remaja


Masyarakat Desa Pa’rasangan beru Kecamatan Galesong
Kabupaten Takalar

Mahasiswa yang bersangkutan:

Nama : SATRIANI

Nim : 1053 3737 113

Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Setelah diperiksa dan diteliti ulang, maka skripsi ini telah memenuhi
persyaratan dan layak untuk diujikan.

Makassar, Juli 2017

Disetujui Oleh:

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Syafruddin, M.Pd Amal Akbar S.Pd, M.Pd.


Mengetahui:

Dekan FKIP Ketua Jurusan Pendidikan


Unismuh Makassar Bahasa dan Sastra Indonesia

Erwin Akib, S.Pd., M.Pd., Ph. D. Dr. Munirah, M.Pd.


NBM: 860 934 NBM: 951 576

iii
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMUPENDIDIKAN

iv
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMUPENDIDIKAN

PERSETUJUAN PEMBIMBIMNG

Judul : Implikatur Percakapan Bahasa Indonesia Kalangan Remaja


Masyarakat Desa Parasangan beru Kecamatan Galesong
Kabupaten Takalar

Mahasiswa yang bersangkutan:

Nama : SATRIANI

Nim : 1053 3737 113

Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Setelah diperiksa dan diteliti ulang, maka skripsi ini telah memenuhi
persyaratan dan layak untuk diujikan.

Makassar, Juli 2017

Disetujui Oleh:

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Syafruddin, M.Pd. Amal Akbar, S.Pd., M.Pd.

Mengetahui:

Dekan FKIP Ketua Jurusan Pendidikan


Unismuh Makassar Bahasa dan Sastra Indonesia

Erwin Akib, S.Pd., M.Pd., Ph. D. Dr. Munirah, M.Pd.


NBM: 860 934 NBM: 951 576

ii
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMUPENDIDIKAN

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Implikatur Percakapan Bahasa Indonesia Kalangan Remaja


Masyarakat Desa Pa’rasangan beru Kecamatan Galesong
Kabupaten Takalar

Mahasiswa yang bersangkutan:

Nama : SATRIANI

Nim : 1053 3737 113

Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Setelah diperiksa dan diteliti ulang, maka skripsi ini telah memenuhi
persyaratan dan layak untuk diujikan.

Makassar, Juli 2017

Disetujui Oleh:

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Syafruddin, M.Pd Amal Akbar, S.Pd, M.Pd.


Mengetahui:

Dekan FKIP Ketua Jurusan Pendidikan


Unismuh Makassar Bahasa dan Sastra Indonesia

Erwin Akib, S.Pd., M.Pd., Ph. D. Dr. Munirah, M.Pd.


NBM: 860 934 NBM: 951 576

iii
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMUPENDIDIKAN

iv
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMUPENDIDIKAN

v
KATA PENGANTAR

Tiada kata yang paling afdal penulis persembahkan kecuali rasa puji dan

syukur kehadirat Allah Swt., yang telah memberikan nikmat berupa kesempatan,

kesehatan, ketabahan, petunjuk dan kekuatan iman sehingga penulisan skripsi ini

dapat terselesaikan. Salam dan salawat tak lupa kita hantarkan kepada Nabi Besar

Muhammad saw beserta keluarganya dan para sahabatnya yang tetap selalu

Istiqamah di jalan Allah swt.

Tugas akhir ini disusun sebagai salah satu persyaratan akademik yang

harus ditempuh dalam rangka menyelesaikan program studi pada jurusan

pendidikan bahasa dan sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Makassar.

Adapun judul skripsi ini adalah “Implikatur percakapan Bahasa Indonesia

kalangan Remaja Masyarakat Desa Pa’rasangan beru Kecamatan Galesong

Kabupaten Takalar” Di dalam penulisan skripsi ini penulis tidak luput dari

berbagai hambatan dan tantangan. Akan tetapi, semua itu dapat teratasi berkat

petunjuk dari Allah swt. Serta kerja keras dan percaya diri penulis. Penulis

menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini terdapat banyak kekurangan. Oleh

karena itu, penulis menerima dengan ikhlas segala koreksi dan masukan-masukan

guna penyempurnaan tulisan ini agar kelak dapat bermanfaat.

Skripsi ini dapat terselesaikan berkat adanya bantuan dan motivasi dari

berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segalah kerendahan hati penulis

mengucapkan banyak terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya


kepada semua pihak yang turut serta memberikan bantuan baik berupa materi

maupun moral, khususnya kepada: orang tua tercinta, Ibunda Rabaiya serta

saudara-saudaraku, yang senang tiasa memberikan semangat dan dorongan serta

doa sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Semoga saya bisa menjadi orang

yang diharapkan bagi keluarga dan dapat bermanfaat bagi orang lain. Pembimbing

I Dr. Syafruddin M.Pd. dan Pembimbing II Amal Akbar, S. Pd., M. Pd. Yang

telah meluangkan waktu untuk mencurahkan segenap perhatian, arahan,

dorongan, dan semangat serta pandangan-pandangan dengan penuh rasa

kesabaran sehingga dapat membuka wawasan berpikir yang sangat berarti bagi

penulis sejak penyusunan proposal hingga skripsi ini terselesaikan. Penguji Prof

Rapi Tang, M.S, Dr. Syafruddin, M. Pd., Drs. Amier, S. Pd., M. Pd., Anzar, S.

Pd.,M.Pd. Yang telah meluangkan waktu untuk memberikan arahan kepada

penulis.

Dr. Rahman Rahim, M. Hum., Rektor Universitas Muhammadiyah

Makassar. Dr. Erwin Akib, S.Pd., M. Pd., Ph. D. Dekan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Dr. Munirah, M. Pd.,

Ketua Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Bapak dan Ibu dosen

Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah membagikan ilmunya kepada

penulis selama ini.

Serta sahabat-sahabat seperjuanganku teman-teman angkatan 2013

khususnya kelas D prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Terima kasih

atas doa, motivasi, dukungan serta masukan-masukan sehingga skripsi ini

terselesaikan. Semoga kalian semua tetap menjadi sahabatku yang selalu ada di
dalam suka maupun duka meskipun kelak waktu akan memisahkan kita karena

cita dan cinta yang harus kita capai.

Segenap kemampuan, tenaga dan daya pikir telah tercurahkan dalam

menyelesaikan penulisan ini untuk mencapai hasil yang maksimal. Namun

sesempurnanya manusia adalah ketika ia melakukan kesalahan, oleh karena itu

penulis memohon maaf atas segala kekurangan dan kesalahan yang terdapat

dalam tulisan ini dan semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Makassar, Juli 2017

Penulis
ABSTRAK

SATRIANI. 2017. Implikatur Percakapan Bahasa Indonesia Kalangan Remaja


Masyarakat Desa Pa’rasangan Beru Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar.
Skripsi. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing I
Syafruddin dan Pembimbing II Amal Akbar.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeksripsikan konteks tuturan
berdasarkan prinsip (maksim) kerja sama, serta menafsirkan makna implikatur
percakapan Bahasa Indonesia kalangan Remaja Masyarakat Desa Pa’rasangan
beru Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar. Pembahasan data implikatur pada
karya tulis ini, menggunakan metode analisis deksriptif, yaitu menggambarkan
data itu sebagaimana adanya, kemudian data itu dianalisis berdasarkan teori dasar
kerjasama yang membahas tentang aturan-aturan dalam suatu percakapan. Adapun
dalam pengumpulan data digunakan metode pengamatan, yang mengamati objek
penilitian secara seksama. Dari analisis yang digunakan menunjukkan bahwa
bentuk-bentuk implikatur banyak digunakan dalam percakapan bahasa Indonesia.
Hal ini terbukti dengan banyaknya data yang ditemukan di dalam obyek
penilitian. Bentuk-bentuk ini digunakan karena pertimbangan kesopan santunan
berbahasa yaitu partisipan memperhitungkan citra (nilai rasa) pertuturan agar
komunikasi dapat berjalan harmonis. Untuk itu penulis dapat menarik kesimpulan,
bahwa penggunaan implikatur dalam percakapan Bahasa Indonesia Kalangan
Remaja Masyarakat Desa Pa’rasangan Beru Kecamatan Galesong Kabupaten
Takalar masih terdapat perhatian yang besar, hal ini terbukti dengan banyaknya
data yang penulis temukan Akhirnya disarankan kepada semua pembacaa yang
berminat dibidang pragmatik khususnya implikatur, agar member perhatian yang
lebih jauh lagi untuk kepentingan ilmu pengetahuan kebahasaan.

Kata Kunci: Implikatur, Percakapan Bahasa Indonesia.


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………………………………………………………… i


HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………….. ii
LEMBAR PENGESAHAN ………………………………………………...... iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING …………………………………………… iv
SURAT PERNYATAAN ……………………………………………………. v
SURAT PERJANJIAN ………………………………………………………. vi
MOTO DAN PERSEMBAHAN …………………………………………….. vii
ABSTRAK …………………………………………………………………… viii
KATA PENGANTAR ……………………………………………………….. ix
DAFTAR ISI …………………………………………………………………. xi
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................................1


B. Rumusan Masalah ...................................................................................6
C. Tujuan Penulisan.....................................................................................7
D. Manfaat Penelitian ..................................................................................7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Tinjauan Pustaka .....................................................................................8


1. Penilitian Relevan .............................................................................8
2. Pengertian Pragmatik ........................................................................10
3. Implikatur .........................................................................................15
a. Teori Implikatur Grice...................................................................16
b. Ciri-ciri Implikatur Percakapan....................................................22
c. Interpretasi Implikatur..................................................................23
d. Fungsi Implikatur ........................................................................24
e. Aturan Penggunaan Implikatur ...................................................25
f. Kegunaan Konsep Implikatur .....................................................28
4. Konteks Wacana ...............................................................................30
5. Perkembangan Remaja……………………………………………...34
6. Lokasi Penilitian ..............................................................................36
B. Kerangka Pikir .......................................................................................40

BAB III METODE PENELITIAN

A. Fokus Penelitian dan Desain Penelitian ..................................................41


B. Data dan Sumber Data ............................................................................43
C. Teknik Pengumpulan Data......................................................................40
D. Teknik Analisis Data...............................................................................44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian……….…………………………………………….......45
B. Pembahasan………………………………………………………….....63

BAB V PENUTUP

A. Simpulan……………………………………………………………….68
B. Saran……………………………………………………………………69

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahasa merupakan sarana komunikasi paling utama bagi manusia.

Melalui bahasa seseorang dapat mengungkapkan segala isi pikiran, perasaan,

gagasan, ide, dan pesan, baik dalam bentuk tertulis maupun lisan. Dalam

perannya sebagai sarana komunikasi, maka bahasa tidak pernah lepas dari

kehidupan sehari-hari manusia. Demikian dekatnya tali kehidupan bagi manusia,

maka tepat diungkapkan bahwa bahasa dan manusia seperti dua sisi mata uang.

Manusia menggunakan bahasa sebagai media komunikasi yang

sangat penting dalam kehidupan ini. Bahasa merupakan salah satu ciri

yang membedakan antara manusia dengan makhluk lainnya di muka bumi

ini terutama dalam tindak tutur atau berkomunikasi. Oleh karena itu, perlu

disadari bahwa manusia mneggunakan bahasa buka hanya merupakan

suatu peristiwa belaka atau sesuatu yang terjadi dengan sendirinya,

melainkan mempunyai fungsi, mengandung maksud atau makna, dan

tujuan tertentu serta dirancang untuk menghasilkan beberapa pengaruh

atau akibat pada lingkungan pembicara dan pendengar. Hal tersebut sesuai

dengan pendapat Austin ( dalam Tarigan 1986) menyatakan bahhwa “


2

komunikasi adalah serangkaian tindak ujar yang dipakai secara bersistem

untuk menyelesaikan tujuan-tujuan tertentu”.

Cara pengungkapan maksud dan tujuan serta keinginanya,ada

sebagian orang menggunakan bahasa lisan atau bahasa tulisan dengan

menggunakan kata-kata secara eksplisit (Jelas), sehingga pendengar atau

pembaca dapat mengerti secara langsung makna yang dimaksudkan.

Sebaliknya ada pula sebagian orang yang menggunakan kata-kata lisan

atau tulisan secara eksplisit (Jelas) dengan maksud dan tujuan tertentu.

Maksud dan tujuan yang terkandung didalamnya tidak diungkapkan

dengan jelas, sehingga pendengar atau pembaca sulit menginterpretasikan

maksud yang disampaikan pembicara atau penulis. Oleh karena itu,

Komunikasi dalam suatu percakapan antara pesapa dan penyapa sangat

ditentukan oleh situasi dan kondisi (Konteks)yang dapat mempengaruhi

kejelasan makna.

Akan tetapi, terkadang pendengar atau pembaca sulit untuk

menafsirkan maksud kata-kata yang diucapkan seseorang, ada pula

pendengar atau pembaca langsung dapat menafsirkan dengan tepat

implikasin suatu pembicaraan atau percakapan. Hal tersebut dapat

disebabkan oleh penyapa dan pesapa yang mempunyai latar belakang

pengetahuan dan pengalaman yang sama.

Lebih jauh lagi, dalam pembelajaran bahasa, seperti diungkapkan

Gurnawan (2004: 22), terdapat keterkaitan, yaitu bahwa pengetahuan


3

pragmatik, dalam arti praktis. Patut diketahui oleh pelajar untuk

membekalinya dengan pengetahuan tentang penggunaan bahasa menurut

situasi tertentu. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, misalnya

pengetahuan ini penting untuk membimbing pembelajaran agar dapat

menggunakan bahasa yang sesuai dengan situasinya, karena selain benar,

bahasa yang digunakan harus baik. Dalam pengajaran bahasa Asing,

pengetahuan tentang prinsip-prinsip dalam bahasa yang dimaksud penting

demi kemampuan komunikasi yang baik dalam bahasa tersebut. Secara

umum, dapat disimpulkan bahwa kaitan antara pengajaran pragmatik dan

pengajaran bahasa adalah dalam hal kompetensi komunikatif yang

mencakup tiga macam kompetensi lain selain kompetensi gramatikal

(grammatical competence), yaitu kompetensi sosiolinguistik

(sociolinguistic competence) yang berkaitan dengan pengetahuan sosial

budaya bahasa tertentu, kompetensi wacana (discourse competence) yang

berkaitan dengan kemampuan untuk menuangkan gagasan secara baik,dan

kompetensi strategic (strategic competence) yang berkaitan dengan

kemampuan pengungkapan gagasan melalui beragam gaya yang berlaku

khusus dalam setiap bahasa.

Konsep Implikatur memberikan suatu penjelasan yang tegas atau

implicit tentang bagaimana mungkinnya apa yang diucapkan secara

lahiriah berbeda dari apa yang dimaksud dan bahwa pemakai bahasa itu

dapat mengerti pesan yang dimaksudkan.


4

Berdasarkan hasil observasi awal yang telah dilakukan,observasi

tersebut menemukan bahwa terdapat beberapa pelanggaran maksim dalam

percakapan remaja masyarakat Desa Pa’rasangan Beru Kecamatan

Galesong Kabupaten Takalar, Misalnya:

Percakapan antara Arief dan Basri

A : Arif, sebentar ada acara tinju di TV One

B : Saya punya ujian besok

Pada contoh diatas merupakan percakapan antara dua orang remaja. (A)

berusaha mengajak Basri (B) untuk nonton tinju di TV yang akan

disiarkan langsung. Apabila kita memperhatikan percakapan tersebut,

seakan-akan ungkapan penyapa (A) dan jawaban yang diberikan pesapa

(B) tidak berkaitan, hal ini disebabkan ungkapan Arif (A) merupakan

kalimat pernyataan bukan kalimat ajakan, begitu pula jawaban (B)

termasuk ungkapan pernyataan, bukan kalimat persetujuan atau penolakan.

Berdasarkan konteks pembicaraan, mereka dapat saling

memahami, sebab dari pernyataan Arif (A) yang berisi suatu informasi

mengenai adanya acara tinju di TV One yang disiarkannya secara

langsung, maka dapat ditafsirkan oleh Basri (B) sebagai pesan yang

tersirat di balik pernyataan itu, bahwa ia diajak nonton tinju di TV.

Demikian pula dengan jawaban yang diberikan oleh Basri (B)

dapat ditafsirkan oleh Arif (A) sebagai bentuk penolakan, walaupun

pesapa (B) hanya mengatakan “ saya punya ujian besok”.


5

Berdasarkan teori implikatur dalam percakapan ini ungkapan yang

dikatakan oleh (B) sebagai pesapa telah mengabaikan aturan “maksim

kuantintas” karena tidak seinformatif dengan apa yang dibutuhkan dalam

konteks percakapan ini.

Contoh diatas merupakan pelanggaran maksim kuantitas karena

percakapan tersebut tidak seinformatif mungkin sesuai dengan aturan

maksim kuantitas, Untuk itu peniliti akan melakuakan penilitian tentang

pelanggaran-pelanggaran maksim yang terdapat dalam implikatur (Prisip

kerjasama) pada kalangan remaja masyarakat Desa Pa’Rasangan beru

Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar.

Konsep Implikatur ini kelihatannya dapat menyederhanakan

pemberian simantik dari perbedaan hubungan anatara klausa,walaupun

klausa itu dihubungkan dengan kata struktur yang sama. Konsep

implikatur ialah bahwa hanya beberapa butir saja dasar-dasar implikatur

dapat menerangkan berbagai macam fakta atau gejala yang secara lahiriah

kelihatan tidak atau berlawanan.

Salah satu model tuturan yang dimaksud adalah bentuk implikatur.

Bentuk implikatur ini dijumpai dalam komunikasi lisan maupun tulisan.

Tuturan senantiasa mengandung implikasi pragmatik. Implikasi pragmatik

menurut kridalaksana (1991) adalah ” apa yang secara logis merupakan

kesimpulan dari suatu ujaran serta latar belakang apa yang diketahui

bersama oleh pembicara dan pendengar dalam konteks tertentu”.


6

Menurut Grice (dalam Wahid, 1996: 47) bahwa implikatur

digunakan untuk menjelaskan apa yang diimplikasikan, disaranakan atau

yang dimaksud oleh pembicara berbeda dengan apa yang dikatakan secara

literal. Atau dengan kata lain, Implikatur adalah yang menerangkan

perbedaan antara apa yang diucapkan dengan apa yang diimplikasikan

(Nababan, 1987:28).

B. Rumusan Masalah

Sebagaimana latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka

perlu diberikan rumusan masalah sebagai salah satu upaya untuk

mendapatkan kesatuan pengertian antara pembaca dan penulis tentang

pokok-pokok persoalan atau permasalahan yang diajukan.

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Bagaimanakah bentuk pelanggaran maksim kualitas dalam

percakapan remaja masyarakat Desa Pa’Rasangan Beru Kecamatan

Galesong Kabupaten Takalar?

2. Bagaimanakah bentuk pelanggaran maksim kuantiitas dalam

percakapan remaja masyarakat Desa Pa’Rasangan Beru Kecamatan

Galesong Kabupaten Takalar?

3. Bagaimanakah bentuk pelanggaran maksim relevansi atau maksim

hubungan dalam percakapan remaja masyarakat Desa Pa’Rasangan

Beru Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar?


7

4. Bagaimanakah bentuk pelanggaran maksim pelaksanaan dalam

percakapan remaja masyarakat Desa Pa’Rasangan Beru Kecamatan

Galesong Kabupaten Takalar.

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini, adalah untuk :

1. Mendeksripsikan bentuk pelanggaran maksim kualitas dalam

percakapan remaja masyarakat Desa Pa’Rasangan Beru Kecamatan

Galesong Kabupaten Takalar.

2. Mendeskripsikan bentuk pelanggaran maksim kuantitas dalam

percakapan remaja masyarakat Desa Pa’Rasangan Beru Kecamatan

Galesong Kabupaten Takalar.

3. Mendeksripsikan bentuk pelanggaran maksim relevansi atau maksim

hubungan dalam percakapan remaja masyarakat Desa Pa’Rasangan

Beru Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar.

4. Mendeskripsikan bentuk pelanggaran maksim pelaksanaan dalam

percakapan remaja masyarakat Desa Pa’Rasangan Beru Kecamatan

Galesong Kabupaten Takalar.

D. Manfaat Penelitian

Adapun hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk:

1. Menambah wawasan atau pengetahuan peneliti sesuai dengan bidang

ilmu yang digeluti.


8

2. Menambah bahan referensi atau bacaan mahasiswa Jurusan Bahasa

dan Sastra Indonesia, baik di Unismuh maupun dari kampus-kampus

lain; dan

3. Menambah hasil penelitian khususnya di bidang Kebahasaan.


9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Tinjauan Pustaka

1. Penelitian Relevan

Keberhasilan sebuah penilitian tergantung pada teori yang

mendasarinya. Karena teori merupakan landasan suatu penilitian yang

berkaitan dengan kajian pustaka yang mempunyai korelasi dengan

masalah yang dibahas. Untuk itu, dalam usaha menunjang pelaksanaan

dan peranggapan proposal ini perlu mempelajari pustaka yang berkaitan

dengan penilitian ini.

Penilitian ini diharapkan dapat menyimpulkan tujuan yang

signifikan. Hal ini tentunya ditunjang oleh beberapa penilitian terdahulu

yang memiliki korelasi dengan penilitian ini yaitu:

Skripsi Tri Astuti (2010) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidik

Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Dian Nuswantoro

Semarang dengan judul “ Analisis Implikatur Tindak Tutur Tokoh

Chiekoh Karya Yasunari Karwata, Penilitian ini membahasa tentang

pelanggaraan percakapan Tokoh Chiekoh, Pelanggaraan tersebut

disebabkan karena Chikoh telah mengerti bahwa ia adalah anak adopsi

keluarga Saga.

Skripsi Ardison (1999) Mahasiswa Universitas Andalas dengan


10

Judul “Implikatur Tindak Tutur Mahasiswa Universitas Andalas Fakultas

Sastra melalui tinjauan Pragmatik”. Penilitian Ardison bertujuan untuk

mengetahuiimplikasi pada tuturan Mahasiswa Fakultas Sastra Universitas

Andalas.

Skripsi Haris Pratama (2013) Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Negeri Makassar dengan judul “ Implikatur Pada

Percakapan Bahasa Daerah Mahasiswa Angakatan 2013 STKIP Kota

Bima. Tujuan Penilitian ini adalah untuk mengetahui Bagaimanakah

konteks tuturan percakapan Bahasa Daerah Mahasiswa Angkatan 2013

STKIP Kota Bima.

Setelah melihat beberapa karya ilmiah diatas, Skripsi Tri Astuti

yang membahas tentang Analisis Implikatur Tindak Tutur Tokoh Chiekoh

Karya Yasunari Karwata, Skripsi Ardison yang membahas tentang

Implikatur Tindak Tutur Mahasiswa Universitas Andalas, dan Skripsi

Haris Pratama yang membahas tentang Implikatur Pada Percakapan

Bahasa Daerah Mahasiswa Angakatan 2013 STKIP Kota Bima.

Dalam Penilitian ini penulis akan membahas tentang Bagaimana

percakapan Bahasa Indonesia pada kalangan remaja Masyarakat Desa

Pa’rasangan Beru Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar, Pelanggaran

Maksim apa saja yang dilanggar dalam percakapan remaja masyarakat

Desa Pa’rasangan Beru Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar.


11

Setelah membahas beberapa penilitian yang relevan diatas

maka, penulis akan membahas kerangka teori yang dianggap relevan

dengan penilitian ini diuraikan sebagai berikut:

2. Pengertian Pragmatik

Dalam kehidupan sehari-hari bahasa memegang peranan penting

sebagai media komunikasi dalam percakapan diberbagai situasi (konteks)

tutur, baik menggunakan bahasa lisan maupun menggunakan bahasa

tulisan yang menimbulkan berbagai implikatur.

Pemakaian bahasa dalam kaitannya dengan konteks adalah

termasuk dalam kerangka pembicaraan pragmatik. Selain itu penulis juga

merasa bahwa penyelidikan ilmiah terhadap hal-hal yang tersirat didalam

suatu tuturan pada suatu kelompok masyarakat adalah layak dilakukan.

Heatherington (1997), mengatakan bahwa pragmatic adalah ilmu

yang menelaah ucapan-ucapan khusus dalam situasi-situasu khusus dan

terutama memusatkan perhatian pada aneka ragam cara yang merupakan

wadah aneka konteks social performansi bahasa dapat mempengaruhi

tafsiran atau interpretasi. Pragmatik menelaah keseluruhan prilaku insan.

Terutama sekali dalam hubungannya dengan tanda-tanda dan lambing-

lambang. Pragmatik memusatkan perhatian pada cara insane berprilaku

dalam keseluruhan situasi pemberian tanda dan penerimaan tanda.


12

Pragmatik adalah telaah mengenai hubungan antara bahasa dan

konteks yang tergramanisasikan atau disandikan dalam struktur suatu

bahasa. Pragmatik merupakan telaah mengenai segala aspek makna yang

tidak tercakup dalam teori semantic, sesuai dengan perkataan

lain,memperbincangkan segala aspek makna yang tidak dapat dijelaskan

secara tuntas oleh referensi langsung kepada kondisi-kondisi kebenaran

kalimat yang diucapkan (Tarigan, 1986).

Pendapat Lavinson (Nababan,1987) Mengatakan bahwa pragmatik

adalah kajian bahasa dan konteks yang mendasari penjelasan pengertian

bahasa. Disini, pengertian atau pemahaman bahasa menunjukkan kepada

fakta bahwa untuk mengerti sesuatu ungkapan atau ujaran bahasa

diperlukan juga pengetahuan diluar makna kata dan hubungan tata

bahsanya, yakni dengan konteks pemakaiannya. Pragmatik ialah kajian

tentang kemampuan pemakai bahasa mengaitkan kalimat-kalimat dengan

konteks-konteks yang sesuai dengan kalimat itu.

Demikian beberapa pengertian pragmatik yang diberikan oleh

pakar linguistik. Dapat ditarik kesimpulan bahwa pragmatik adalah ilmu

yang mempelajari bahasa yang berhubungan dengan situasi dan kondisi

dimana bahasa itu digunakan.

Berbicara mengenai pragmatic, kita tidak akan terlepas dari:

1. Aspek tindak tutur (speech act)

2. Aspek situasi ujaran


13

Menurut Austin (dalam Nababan 1984) mengkaji suatu tindak ujar,

terdiri atas tiga sudut pandangan yaitu:

1. Konsep Lokusi

2. Konsep ilokusi, dan

3. Konsep perlokusi.

Konsep lokusi merupakan suatu konsep

Konsep lokusi locution yang memandang suatu kalimat atau ujaran

sebagaim tindakan bahasa,umpahmanya, menyuruh, memanggil,

menyatakan setujuh, menyampaikan keberatan dan sebagainya. Konsep

perlokusi perlucotion, yaitu efek atau apa yang dihasilkan kalimat atau

ujaran itu. Umpamanya kalimat siapa bilang? (sesuatu) sebagai predikat,

secara ilokusi, kalimat ini bertanya sesuatu (adalah pernyataan), tetapi

secara perlokusi, tergantung pada situasi dan konteks kalimat itu berarti

atau diterima sebagai “pernyataan tidak percaya”.

Menurut Leach (dalam Tarigan 1989) aspek situasi ujaran

menyangkut:

1. Pembicara atau penyimak

2. Konteks ujaran

3. Tujuan ujaran

4. Ucapan sebagai produk tindak verbal.


14

Dalam setiap situasi ujaran haruslah ada pihak pembicara (atau

Penulis), dan pihak penyimak ( atau pembaca). Kata konteks dapat

diartikan dengan berbagai cara, misalnya kita memasukkan aspek-aspek

yang sesuai atau relevan mengenai latar fisik dan social suatu ucapan.

Konteks diartikan sebagai setiap latar belakang pengetahuan yang

diperkirakan dimiliki dan disetujui bersama oleh pembicara dan penyimak

terhadap apa yang dimaksud oleh pembiicara dengan suatu ucapan

tertentu.

Bila tata bahasa mengagap kesatuan-kesatuan statis yang abstrak

seperti kalimat-kalimat (dalam sintaksis) dan proposi-proposisi (dalam

simantik), maka pragmatic menggarap tindak-tindak verbal atau

performansi-performansi yang berlangsung didalam situasi-situasi khusus

dalam waktu tertentu. Dalam hal ini pragmatic menggarap bahasa dalam

tingkatannya yang lebih kongkret. singkatnya, ucapan dianggap sebagai

suatu bentuk kegiatan suatuntindak ujar.

Pengertian lain dari kata ucapan yang dapat dipakai dalam

pragmatic, yaitu mengacu kepada produk suatu tindak verbal itu sendiri.

Dengan kata lain bahwa suatu konsep yang paling penting dalam ilmu

pragmatic dan yang paling menonjolkan pragmatic seabagai suatu cabang

ilmu bahasa ialah konsep implikatur percakapan.


15

3. Pengertian Implikatur

Implikatur sudah menjadi bagian dari tuturan percakapan sehari-

hari.Implikatur merupakan maka emplisit atau tersirat, implicit memiliki

arti yang tersimpul tetapi tidak dinyatakan. Sejalan dengan pemahaman

tersebut dapat dipahami bahwa implikatur adalah makna yang tersembunyi

didalam sebuah tuturan dalam suatu percakapan. Pemahaman terhadap

implikatur tidak lepas dari asas kerjasama antar kedua penutur dalam suatu

interaksi percakapan.

Menurut Brown Yule (1996) Istilah implikatur dipakai sebagai

untuk menerangkan apa yang mungkin diartikan, disarankan, atau

dimaksudkan oleh penutur yang mungkin berbedah dari apa yang

sebenarnya diakatakan oleh penutur. pendapat ini bertumpuh pada suatu

makna yang berbedah dengan makna tuturan secara harfiah.

Senada dengan pendapat tersebut, H. P. Grice, menunjukkan

bahwa sebuah implikatur merupakan sebuah proposisi yang

diimplikasikan melalui ujaran dari sebuah kalimat dalam sebuah konteks,

sekalipun proposisi itu sendiri bukan suatu bagian dari yang dinyatakan

sebelumnya (Gasdar, 1979:38). Implikatur cakapan dipakai untuk

menerangkan makna implisit dibalik apa yang diucapkan atau dituliskan

sebagai suatu yang diimplikasikan.

Menurut Grice (dalam Wahid 1996) bahwa implikatur digunakan

untuk menjelaskan apa yang diimplikasikan, disaranakan atau yang


16

dimaksud oleh pembicara berbeda dengan apa yang dikatakan secara

literal. Atau dengan kata lain, implikatur adalah yang menerangkan

perbedaan antara apa yang diucapakan dengan apa yang diimplikasikan

(Nababan, 1987).

a.Teori implikatur Grice

Grice (2004) membedahkan dua macam makna dalam implikatur

percakapan yang disebut “Makna alamiah dan makna nonalamiah”.

Sebagai contoh makna alamiah “awan yang gelap diudara” berarti

“bahwa akan turun hujan”. Makna non alamiah adalah apa yang

dimaksud dalam situasi tindakan berkomunikasi atau pesan yang

dimaksudkan untuk dikomunikasikan. Atau dengan kata lain “Sesuatu

komunikasi terdiri atas maksud dari “pengirim” utuk menyebabkan

“penerima” berpikir atau berbuat sesuatu hal, hanya dengan upaya

“penerima” sadar atau tahu bahwa “pengirim” ingin menimbulkan pikiran

atau perbuatan itu.

Teori kedua Grice (2004) adalah teori tentang bagaimana orang

menggunakan bahasa. Dalam teori inilah dikembangkan konsep

implikatur, karena menurut Grice ada seperangkat asumsi yang

melingkupi dan mengatur kegiatan percakapan sebagai suatu tindakan

berbahasa. Menurut analisisnya, perangkat asumsi yang memandu

tindakan orang dalam percakapan untuk mencapai hasil yang baik. Paduan

itu adalah kerja sama yang terdiri atas empat aturan percakapan yang
17

mendasar yang dipandang sebagai dasar-dasar umum yang mendasari

kerja sama penggunaan yang bahasa yang efisien yang secara keseluruhan

disebut dasar kerja sama. Empat dasar kerja sama itu adalah sebagai

berikut:

1) Kuantitas, terdiri atas dua aturan khusus:

a) Buat sumbangan anda seinformatif yang diperlukan (untuk

tujuan percakapan)

b) Jangan membuat sumbangan anda lebih informstif dari apa

yang diperlukan.

Misalnya, Fatma memintah pertolongan kepada Baya untuk

dibelikan telur sebanyak 5 butir. Fatma mengharapkan bantuan si

Baya tidak lebih dan tidak kurang dari padaapa yang diperlukan.

Jadi, si Baya membelikan sebanyak 5 butir bukan 4 atau 6.

2) Kualitas, juga terdiri atas dua aturan khusus:

a) Jangan katakana apa yang Anda anggap salah

b) Jangan katakana sesuatu yang Anda tidak dapat dukung dengan

bukti yang cukup.

Misalnya, Bila Nasmi sedang bekerja sama dengan

Risna,Nasmi akan mengharapkan bantuan dari Risna yang benar

bukan yang palsu. Umpamanya dalam membuat kue, Nasmi

memerlukan kue dan memintahnya kepada Risna, Nasmi tidak

mengharapkan Risna member garam kepadanya.


18

3) Hubungan, aturan ini terdiri atas satu aturan khusus saja, yakni

“Perkataan anda harus relevan”.

Kalau Piyu dan Ibnu sedang bekerja sama membuat pintu

rumah, dan pada suatu ketika Piyu memerlukan dan meminta lem kayu

kepada Ibnu, Piyu tidak akan mengharapkan Ibnu memberikan cat

kepadanya kalaupun itu akan dibutuhkan pada suatu ketika nanti.

4) Cara, yaitu yang mengenai bukan apa yang dikatakan tetapi

bagaimana itu diungkapkan.

Misalnya, Ayyub dan Asri sedang bersama-sama mengangkat

suatu balok, yang seorang mengharapkan yang lain mengisyarat

dengan jelas kalau dia mau bergerak, dan kalau seorang mau

meletakkan balok itu, dia harus kerjakan itu dengan pelan.

Grice (2004) juga menyebut adanya aturan-aturan lain (yang

umpamanya bersifat social, estetis, atau susila/moral). Hal ini yang

dikembangkan oleh Leech yang mengagap aturan kesopanan bukan

setingkat dengan aturan atau maksim yang dapat ditambahkan kepada

yang 4 butir di atas, tetapi adalah suatu dasar berbahasa tersendiri yang

disebutnya dasar kesopanan.

Dalam pergaulan sosial kedua dasar yang dihasilkan implikatur

percakapan itu, dasar kerja sama dan kesopanan sama-sama berfungsi dan

bekerja. Dalam keadaan yang satu, dasar kesopanan yang lebih dominan
19

atau menentukan dan dalam situasi yang lain dan dasar kerja samalah yang

lebih menentukan apa yang sewajarnya yang diucapkan pembicara dan

bagaimana seharusnya cara menginterpretasi atau mengartikan apa yang

didengar.

Pandangan Grice berguna sekali membantu kita memahami

tindakan manusia dalam interaksi dan pergaulan bersama. Pentingnya

dasar kerja sama dan implikatur percakapan yang mendasarinya akan lebih

jelas kita pahami kalau kita perhatikan apa yang terjadi kalau aturan-aturan

dasar kerja sama dilanggar atau tidak diikuti. Dibawah ini kita lihat

beberapa kemungkinan pelanggaran.

a) Seseorang dapat menyalahi suatu aturan secara diam-diam atau

tidak nampak, dalam hal ini mungkin sekali akan memperdaya

orang lain.

b) Seseorang bisa tidak mau melaksanakan suatu aturan (maksim)

dan atau seluru Dasar Kerja Sama (DKS) itu. Dia mungkin

katakana atau isyaratkan dia tidak akan bekerjasama sebagaimana

dituntut oleh suatu aturan DKS itu.

c) Seseorang dihadapkan dengan benturan: dia, umpamanya, tidak

dapat memenuhi aturan kuantitas yang pertama (Anda harus

seinformatif yang diperlukan). Tanpa melanggar aturan kualitas

yang kedua (“Jangan katakana sesuatu yang anda tidak cukup

bukti”).
20

d) Seseorang bisa terang-terangan dapat melanggar suatu aturan.

Dalam hal ini, pembicara dapat memenuhi aturan yang diperlukan

tanpa melanggar aturan yang lain (= tidak ada benturan).

Dalam contoh-contoh di bawah ini, sesuatu aturan dilanggar pada

tingkat harfiah(= apa yang diucapkan pembicara) tetapi pendengar itu

berhak menganggap bagawa aturan itu, atau paling sedikit DKS secara

keseluruhan, dituruti oleh pembicara pada tingkatimplikasi.

a. Pelanggaran aturan kuantitas yang pertama: “Buat sumbangan Anda

seinformatif yang diperlukan.

Asri menulis suatu surat keterangan bagi sesorang mahasiswa

yang bernama Ayub yang melamar suatu pekerjaan sebagai asisten

dosen ilmuh Falsafah. Surat keterangannya berbunyi sebagai berikut:

“Dengan hormat, Bahasa Indonesia Sdr. Ayub adalah amat baik, dan

dia secara teratur menghadiri pertemuan response. Salam saya.”

Interpretasi: Asri tidak menolak memberikan surat keterangan

yang diminta, sebab jika memang tidak mau memenuhi permintaan itu,

dia tentu tidak akan menulis surat itu. Bukan juga dia tidak mampu

memberikan informasi yang lebih banyak oleh karena dia tidak tahu

sebab pelamar itu adalah mahasiswanya. Lagi pula tentu diaa tahu

bahwa suatu surat keterangan diharapkan lebih banyak informasi. Jadi

rupanya dia ingin memberikan informasi lain yang dia tidak suka

menuliskannya anggapan ini hanya dapat diterima kalau si Ayyub itu


21

tidak pandai mengenai ilmu Falsafah. Jadi inilah yang si Asri

implikasikan.

b. Pelanggaran Aturan Kualitas yang Pertama: “Jangan katakan sesuatu

yang Anda tahu tidak benar.”

Si X, yang selama ini bersahabat erat dengan si M. Si X membocorkan

rahasia si M kepada saingan bisnisnnya si M. si M dan para pendengar

mengetahui hal ini. Si M lalu mengatakan: “Si X adalah teman yang

baik.”

Interpretasi: adalah amat jelas bagi si M dan bagi pendengarnya

baahwa apa yang dikataakaan si M atau secara lahiriaah

diucaapkannya, adalah sesuatu yang ia tidak yakini, dan para

pendengarnya bahwa si M tahu baahwa hal itu jelas bagi

pendengarnya. Jadi, kalau ungkapan si M itu tidak sama sekali tanpa

makna, maka yang mau disampaikan si M adalah suatu keterangan

yang lain dari yang diucapkannya secaara lahiriah, namun yang mau

yang disampaikannya itu jelas ada hubungannya dengan yang

diucapkannya itu: yang jelas yang paling berhubngan dengan itu ialah

kebalikan atau lawan yang diucapkannya itu, itu yang diimplikasikan

ucapan si M.

Ada juga pelanggaran aturan-aturan yang lain (Relasi dan Cara),

tetapi jumlah dan macamnya lebih terbatas dan juga belum begitu

banyak dikaji. Kiranya cukup dikatakan di sini bahwa ketiga aturan

khusus dari aturan cara yang lebih banyak dilanggar ialah:


22

a. “Hindarkan kekaburan”;

b. “Hindari kedwimaknaan”;

c. “Anda harus berbicara singkat”.

b. Ciri-ciri implikatur percakapan

Adapun cirri-ciri implikatur percakapan adalah sebagai berikut:

1) Sebagai implikatur percakapan dapat dibatalkan dalam hal tertentu,

umpamanya dengan menambahkan suatu klausa yang mengatakan

bahwa seseorang tidak mau memakai atau menggunakan

implikatur percakapan itu, atau dengan memberikan suatu konteks

untuk membatalkan implikatur itu.

2) Biasanya tidak ada cara yang lain untuk mengatakan apa yang

dikatakan dan masih mempertahankan implikatur yang

bersangkutan.

3) Implikatur percakapan mempersyaratkan pengetahuan terlebih

dahulu akan arti konvensional dari kalimat yang dipakai.

4) Kebenaran dari isi suatu implikatur percakapan bukanlah

tergantung pada kebenaran yang dikatakan.

c. Interpretasi Implikatur

Dalam membicarakan makna implikatur percakapaan hanya proses

setempat saja yang terlibat, bukan proses secara umum. Artinya hanya

pernyataan-pernyataan dari tindak tutur yang dibicarakan saja dan latar

belakang penutur dan pendengar itu sendiri.


23

Menurut Jalaluddin (1991) bahwa kita tidak dapat membentuk atau

menafsirkan implikatur tanpa merujuk pada yang telah dikatakan. Apa

yang telah dikatakan merujuk pada ujaran yang implisit atau eksplisit.

Ditambahkan pula, bahwa dalam membicarakan implikatur ada dua proses

yang saling berkaitan, antara lain:

1) Interpretasi implikatur

2) Simpulan implikatur

Kombinasi antara interpretasi implikatur dan simpulan implikatur

akan membentuk implikatur. Interpretasi implikatur ialah interpretasi

(tafsiran) yang dibuat oleh pendengar sendiri berdasarkan jabawan

penutur. Interpretasi ini terbentuk dari ujaran penutur yang disampaikan

secara implisit. Ujaran ini diproses dalam lingkungan konteks yang

dipahami oleh penutur dan pendengar. Peranan interpretasi makna

implikatur yaitu bukan hanya untuk mewujudkan sembarang implikasi

konteks tertentu, melainkan ia berperan untuk membentuk kandungan

yang bisa dirujuk untuk suatu ujaran yang merupakan syarat utama yang

penting dalam segala implikasi konteks. Oleh karena itu, setelah implikasi

konteks pendengar akan membuat kesimpulan implikatur yang dianggap

benar.

d. Fungsi Implikatur

Levinson (dalam Nababan 1987), membagi atas empat fungsi

atau kegunaan konsep implikatur adalah sebagai berikut:


24

1) Konsep implikatur memungkinkan penjelasan fungsional yang

bermakna atas fakta-fakta kebahasaan yang tidak terjangakau oleh

teori linguistik;

2) Konsep implikatur memberikan suatu penjelasan yang eksplisit

tentang kemungkinan bahwa apa yang diucapkan secara lahiriah

berbeda dari apa yang dimaksud (pemakai bahasa dapat

mencakup pesan yang dimaksud)

3) Konsep implikatur ini kelihatannya dapat menyederhanakan

pemberian sistematik dan perbedaan hubungan antara klausa,

walaupun klausa-klausa itu dihubungkan dengan kata-kata

struktur yang sama; dan

4) Tidak semua implikatur dapat memerankan berbagai fakta yang

secara lahiriah kelihatan tidak berkaitan atauberlawanan, seperti:

“ dia cantik sekali”, bisa saja berarti sebaliknya.

Menurut Darwis (1991) bahwa penggunaan atau fungsi implikatur

cukup banyak dijumpai dalam penggunaan bahasa Indonesia sehari-hari,

terutama dalam percakapan informal dan rubrik, pojok, atau sudut pada

koran, berfungsi untuk menyatakan penolakan, menyatakan permintaan,

mengemukakan pendapat yang berlawanan, dan memecahkan suatu

permasalahan, yang kalau diucapkan secara langsung (eksplisit)

dikhawatirkan menyinggung perasaan sehingga dapat berakibat tidak

berterima.

e. Aturan Penggunaan Implikatur


25

Menurut Allan (dalam Wijana, 1996), bahwa dalam berbica atau

percakapan, penutur dan lawan tutur sama-sama menyadari bahwa ada

kaidah-kaidah yang mengatur tindakannya, penggunaan bahasanya, dan

interpretasi (penafsiran) makna terhadap tuturan-tuturannya. Grice (dalam

Wijana.1996), bahwa ada seperangkat prinsip kerja sama yang mengatur

kegiatan percakapan sebagai suatu tindakan berbahasa yang harus

dilakukan antara penutur dan lawan tutur. Ditambah pula bahwa di dalam

melaksanakan prinsip kerja sama itu, setiap penutur harus memahami

empat prinsip kerja sama (maksim) percakapan, sebagai berikut:

1) Maksim kuantitas

a) Jadikan kontribusi anda seinformatif mungkin yang diperlukan.

b) Jangan membuat kontribusi lebih informatif dari yang

diperlukan.

2) Maksim kualitatif

a) Jangan kata apa yang dianggap sebagai pernyataan yang salah.

b) Jangan katakan kalau buktinya kurang memadai.

3) Maksim hubungan (relevan)

Pernyataan anda harus relevan

4) Maksim cara

a) Hindari pernyataan yang kabur

b) Hindari ketaksaan

c) Anda harus berkata secara singkat

d) Anda harus berbicara secara teratur.


26

Di samping itu, menurut Leech (dalam Wijana, 1996),

mengajukan enam prinsip kesopanan dalam percakapan, sebagai

berikut:

1. Maksim bijaksana

Maksim ini menggariskan setiap peserta pertuturan untu

meminimalkan kerugian orang lain, atau memaksimalkan

keuntungan orang lain.

2. Maksim penerimaan

Maksim ini mewajibkan setiap peserta tindak tutu untuk

memaksimalkan kerugian bagi diri sendiri dan meminimalkan

keuntungan diri sendiri.

3. Maksim penghargaan

Maksim ini menuntut setiap peserta pertuturan untuk

memaksimalkan rasa hormat kepada orang lain dan meminimalkan

rasa tidak hormat kepada orang lain.

4. Maksim kerendahan hati

Maksim ini menuntut setiap peserta pertuturan untuk

memaksimalkan ketidak-hormatan kepada diri sendiri dan

meminimalkan rasa hormat pada diri sendiri.

5. Maksim pemufakatan

Maksim ini menggariskan setiap penutur dan lawan tutur untuk

memaksimalkan kesepakatan di antara mereka dan meminimalkan

ketidakcocokan di antara mereka.


27

6. Maksim simpati

Maksim ini mengharuskan setiap peserta pertuturan untuk

memaksimalkan rasa simpati dan meminimalkan rasa antipati

kepada lawan tutur.

Dalam percakapan sehari-hari, prinsip kerja sama dan prinsip

kesopanan sama-sama berfungsi dan bekerja. Pada suatu keadaan,

prinsip kesopanan yang lebih dominana atau menentukan. Dalam

keadaan yang lain, prisnsip kerja samalah yang lebih menentukan apa

yang sewajarnya dituturkan pembicara dan bagaimana seharusnya cara

menginterpretasikan (menafsirkan) apa yang didengar oleh pendengar

(Nababan, 1987).

f. Kegunaan Konsep Implikatur

Adapun kegunaan konsep implikatur , terdiri atas empat butir,

yakni:

1) Konsep implikatur memungkinkan penjelasan fungsional yang

bermakna atas fakta-fakta kebahasaan yang tidak terjangkau oleh

teori linguistik.

2) Konsep implikatur memberikan suatu penjelasan tegas/ eksplisit

tentang bagaimana mungkinnya bahwa apa yang diucapkan

secara lahiriah berbeda dari apa yang dimaksud dan bahwa

pemakai bahassa itu mengerti (menangkap) pesan yang dimaksud.


28

3) Konsep implikatur tampaknya dapat menyederhanakan pemerian

semantik dari perbedaan hubungan antar klusa, walaupun klausa-

klausa itu dihubungkan dengan kata-kata struktur yang sama.

4) Bahwa hanya beberapa butir saja dasar-dasar implikatur dapat

menerangkan berbagai macam fakta/ gejala yang secara lahiriah

kelihatan tidak berkaitan/ berlawanan.

4. Konteks Wacana

Menurut Brom Yule (1996) konteks adalah lingkungan

(envirenmen) atau keadaan (circumstances) tempat bahasa

digunakan.Dapat pula dikatakan bahwa konteks merupakan lingkunngan

teks. Menurut Holieday dan Muhammad Hasan (1985) yang dimaksud

dengan konteks wacana adalah teks yang menyertai teks lain. Menurut

kedua penulis itu, pengertian hal yang menyertai teks itu tidak hanya yang

dilisankan dan dituliskan, tetapi termasuk pula kejadian yang nonverbal

lainnya yaitu keseluruhan lingkungan teks itu.

Menurut Holieday, konteks memasukan semua situasi dan hal yang

berada diluar teks yang mempengaruhi pemakaian bahasa, seperti

partisipan dalam bahasa situasi dimana teks diproduksi,fungsi yang

dimaksudkan dan sebagainya.

a. Unsur-unsur konteks

Menurut hymes (1975) menyebutkan bahwa komponen-komponen tutur

yang merupakan unsur-unsur konteks yaitu:

1) Penutur dan Pendengar


29

Penutur dan pendengar yang terlibat dalam peristiwa tutur

disebut partisipan. Berkaitan dengan partisipan ini yang

diperhatikan adalah latar belakang (sosial, budaya, dll), kondisi

objektif partisipan (fisik, mental, kemahiran berbahasa dll).

2) Topik pembicaraan

Memahami topik pembicaraan akan memudahkan

memahami isi wacana, sebab pembicaraan yang berbeda akan

menghasilkan bentuk wacana yang berbeda pula. Contohnya kata ‘

banting’ dalam sebuah wacana akan bervariasi maknanya,

bergantung pada topik pembicaraannya. Dalam bidang ekonomi

mungkin berarti ‘turunnya harga’, jika topiknya dalam olah raga

yudo tentulah maknanya ‘ mengangkat seseorang dan

menjatuhkannya:

3) Latar Peristiwa

Faktor yang mempengaruhi makna wacana adalah latar

peristiwa Latar peristiwa dapat berupa tempat, dan keadaan

psikologis partisipan atau semua hal yang melatari terjadinya

peristiwa tutur. Tempat lebih banyak berpengaruh pada peristiwa

tutur lisan, sedangkan keadaan psikologis partisipan di samping

berpengaruh pada peristiwa tutur lisan juga bnayak berpengaruh

pada peristiwa tutur tulis.


30

(a) Latar peristiwa menentukkan latar wacana, contoh di

warung kopi, jika ada pembeli bertutur ‘ Teh, Bu!’,

maka pelayan warung akan menafsirkan ujaran tersebut

adalah ‘ segelas air teh’. Berbeda jika ujaran ‘teh, Bu!’

di ucapkan di toko, maka pelayan tokoh akan

menafsirkan sebagai ‘daun the yang sudah

dikeringkan’ bukan ‘ air teh’.

(b) Keadaan psikologi juga mewarnai bentuk dan makna

wacana. Contoh: jika dalam keadaan normal ada

seseorang mengatakan kata ‘Bagus!’ pada orang yang

berprestasi maka itu adalah sebuah pujian, sebaliknya

jika seseorang mengatakan ‘Bagus!’ pada seorang

‘pemalas” maka maknanya berubah menjadi cemohan.

4) Penghubung

Penghubung adalah medium yang dipakai untuk

menyampaikan topik tutur. Untuk menyampaikan informasi,

seorang penutur dapat mempergunakan penghubung dengan bahasa

lisan dan/atau tulis dengan paralinguistiknya. Ujaran lisan dapat

dibedakan berdasarkan sifat hubungan partisipan tutur, yaitu

langsung (seperti berdialog) dan tak langsung (seperti telepon,

teleks dll.)

5) Kode
31

Kalau penghubungnya itu lisan, maka kodenya dapat dipilih

antara salah satu dialek bahasa yang ada. Akan kurang tepat jika

penggunaan ragam bahasa baku digunakan untuk tawar menawar

di pasar, sebaliknya ragam bahasa nonbaku kurang tepat jika

digunakan untuk berkhotbah di mesjid. Pemilihan kode bahasa

yang tidak tepat sanagt berpengaruh pada efektifan komunikasi

yaitu akan timbul kesalahpahaman komunikasi.

6) Bentuk pesan

Faktor yang mempengaruhi bentuk makana wacana adalah

bentu pesan. Jika pendengarnya bersifat umum dan dari berbagai

lapisan AQmasyarakat maka haruslah dipilih bentuk pesan yang

bersifat umum, sebaliknya jika pendenagrnya kelompoknya

bersifat khusus maka pesannya haruslah bersifat khusus.

7) Peristiwa tutur

Peristiwa tutur yang dimaksud di sini adalah peristiwa tutur

tertentu yang mewadahi kegiatan bertutur, misalnya pidato,

percakapan, seminar, sidang pengadilan, dll. Hymes (1975:75)

menyatakan bahwa peristiwa tutur sangat erat hubungannya

dengan latar peristiwa, dalam pengertian suatu peristiwa tutur

tertentu akan terjadi dalam konteks situasi tertentu. Peristiwa tutur

tersebut dapat menentukan bentuk dan isi wacana yang dihasilkan.

Wacana yang dipersiapkan untuk pidato akan berbeda bentuk dan

isinya denagn wacana untuk seminar.


32

5. Perkembangan Remaja

Remaja merupakan masa peralihan antara anak-anak dan masa

dewasa,yang dimulai pada saat terjadinya kematangan seksual yaitu antara

usia 11 atau 12 tahun sampai dengan 20 tahun yaitu menjelang masa

dewasa muda (Soetjiningsih 2004).

a. Tahapan-tahapan remaja

1) Masa pra remaja: 12-14 tahun

Yaitu periode sekitar kurang lebih 2 tahun sebelum terjadinya

pemasakan seksual yang sesunggunya tetapi sudah terjadi

perkembangan psikologi yang berhubungan dengan pemasakan

beberapa kelenjer endokrin.

2) Masa remaja awal: 14-17 tahun

Yaitu periode dalam rentang perkembangan dimana terjadi

kematangan alat-alat seksual dan tercapai kemampuan repreduksi.

3) Masa remaja akhir:17-21

Berarti rumbuih menjadi remaja yang mencakup kematangan

mental,emosional,social dan fisik.

b. Ciri-ciri remaja

1) Pertumbuhan pisik

2) Perkembangan seksual.

6. Lokasi Penilitian
33

a. Legenda Desa Pa’Rasangan Beru

Desa Pa’rasangang Beru adalah merupakan Desa induk yang

mana pada saat itu Desa Parasangang Beru di diami penduduk yang mata

pencaharian petani dan nelayan. Desa Parasangang Beru terbentuk pada

tahun 1980 yang awalnya terdiri dari 3 (Tiga) Dusun yaitu Dusun

Palalakkang, Dusun Kalukuang, dan Dusun Romang Sapiria yang kepala

Desanya pada waktu itu adalah MADDOLANGANG DG TOBO. Pada

tahun 1992 dari kesepakatan Tokoh masyarakat akhirnya menyapakati

pemekaran Desa persiapan Palalakkang, dan Pada bulan Desember 1992

diadakan pemilihan Kepala Desa yang dimenangkan oleh H.M.AMIN.R,

dari perjalanan kepemimpinan beliau mengundurkan diri pada tahun 2003

sehingga pada bulan maret 2003 diadakan pemilihan Kepala Desa yang

dimenangkan oleh ABD.GAFFAR DG LAWA. Pada Tahun 2008

diadakan lagi pemekaran desa yaitu Desa Kalukuang yang diambil dari

nama dusun yang ada diwilayah Desa Pa’rasangang Beru. Sehingga Desa

Pa’rasangang Beru membentuk Dusun baru menjadi 4 (Empat) Dusun

Yakni Dusun Romang Sapiria, Dusun Bontokanang, Dusun Gusunga, dan

Dusun Tamalalang.

b. Letak Luas Wilayah dan Kondisi Desa

1) Letak dan Luas Wilaya

Desa Parasangang Beru merupakan salah satu dari 14 Desa di

wilayah Kecamatan Galesong, Kodisi Geografis Desa Parasangang Beru


34

yang ibu kotanya Romang Sapiria yang berada pada posisi sebelah timur

ibu kota Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar, dan sebagian wilayah

daratan dengan luas wilayah +220 Ha, dengan jarak dari ibu kota Provinsi

40 km dan 26 km dari ibu kota Kabupaten dengan batas-batas wilayah

sebagai berikut :

a)Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Bontomanai Kabupaten Gowa

b) Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Gentungan Kabupaten Gowa

c) Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Parangmata Kecamatan.

d) Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Kalukuang Kecamatan.

c. Kondisi Desa

1) Iklim

Dengan kondisi Desa Parasangang Beru beriklim tropis merupakan

daerah dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 0-2 mdl dengan suhu

rata-rata 23-30 0C serta memiliki 2 (dua) tipe musim yaitu musim kemarau

dan musim hujan.Secara geologis wilayahnya memiliki jenis tanah

sebagian besar tanah abu-abu dengan tekstur lempungan. Musim hujan

terjadi mulai bulan Januari sampai Maret sementara musim kemarau

terjadi pada bulan April sampai Desember yang berputar setiap Tahunnya.

Disamping memiliki curah hujan rata-rata setiap tahun 176-200 Mm. hal

tersebut mempunyai pengaruh langsung terhadap pola tanam yang ada di

Desa Parasangang Beru Kecamatan Galesong.

2) Kondisi Sosial Ekonomi


35

Desa Parasangang Beru sesuai potensinya sebagai Desa yang

berbasis pertanian mengalami perkembangan ekonomi dari tahun ke tahun

semakin membaik, hal ini di dorong oleh berbagai sektor terutama sektor

pertanian, peternakan dan perdagangan selain itu di Desa Parasangang

Beru yang sebagian penduduknya bermata pencaharian petani semakin

diupayakan untuk lebih maju dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat

yang berdampak pada kesejahteraan penduduk baik sarana maupun

prasarananya. Dalam wilayah Desa Parasangang Beru saat ini jumlah

Kepala Keluarga (KK) sebanyak 569 KK dengan jumlah penduduk 2155

Jiwa, Laki-laki 1061 Jiwa dan Perempuan 1094 Jiwa, yang sebagian besar

memiliki pekerjaan pokok petani 65%, Pembuat Batu merah 5%, buruh

Tani 10%, dan pekerja lainnya 20% diluar pekerjaan diatas.


36

B. Kerangka Pikir

Dengan memperhatikan penjelasan pada bagian terdahulu, maka

pada bagian ini diuraikan beberapa hal yanng dijadikan peneliti sebagai

landasan atau kerangka pikir.

Adapun kerangka pikir yang maksud dalam penelitian ini, sebagai

berikut:

1. Mengindentifikasi data-data atau tuturan-tuturan percakapan

pembicara dan pendengar,

2. Mengklasifikasi dasar prinsip kerja sama dalam tuturan percakapan,

dan.

3. Menginterpretasi makna implikatur percakapan


37

Pragmatik

Deiksis Implikatur Tindak Ujaran Peranggapan

Maksim Maksim Maksim Maksim


Kualitas Kuantitas Relevansi Pelaksanaan

Percakapan Bahasa Indonesia Kalangan Remaja


Masyarakat Desa Pa’rasangan Beru Kecamatan
Galesong Kabupaten Takalar.

Analisis

Temuan
38
38

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Fakus Penelitian dan Rancangan Penelitian

1. Fokus Penelitian

Moleong (2006), berpendapat bahwa penetapan fokus

penelitian atau masalah dalam penelitian kualitatif bagaimana pun

akhirnya akan dipastikan sewaktu peneliti sudah berada di area

atau lapangan penelitian.

Dengan kata lain, walaupun rumusan masalah sudah cukup

baik dan telah dirumuskan atas dasar penelaahan kepustakaan dan

dengan ditunjang oleh sejumlah pengalaman tertentu, bisa terjadi

situasi di lapangan tidak memungkinkan peneliti untuk meneliti

masalah itu. Dengan demikian kepastian tentang fokus dan masalah

itu yang menentukan adalah keadaan dilapangan. Fokus penenlitian

dalam penelitian kualitatif berkaitan erat dengan rumusan masalah,

dimana rumusan masalah penelitian dijadikan acuan dalam

menentukan fokus penelitian.

Dalam hal ini fokus penelitian dapat berkembang atau berubah

sesuai dengan perkembangan masalah penelitian di lapangan. Hal

tersebut sesuai dengan sifat pendekatan kualitatif yang lentur, yang

mengikuti pola pikir yang empirical induktif, dimana segala sesuatu

dalam penelitian ini ditentukan dari hasil akhir pengumpulan data yang

mencerminkan keadaan yang sebenarnya.


39

2. Rancangan Penilitian

Rancangan penilitian yang digunakan dalam penelitian ini

ialah menggunakan metode deskriptif kualitatif. Oleh sebab itu, dalam

penyusunan desain ini pun dirancang berdasarkan pada prinsip metode

desain kualitatif. Maksudnya data itu dikumpulkan, dikelolah,

dianalisis, dan diajukan secara objektif atau apa adanya sesuai dengan

kenyataan yang ada. Penelitian ini bersifat alamiah dan akurat tanpa

disertaperlakuan, pengukuran, dan perhitungan statistik serta tidak

mencari data mendukung atau menolak hipotesis yang telah diajukan

sebelum penelitian dimulai.

B. Data dan Sumber Data

1. Data

Yang maksud dengan data adalah keterangan yang dijadikan dasar

kajian analisis atas penggunaan implikatur dalam percakapan bahasa

Indonesia. Sehubungannya dengan itu, maka data di dalam penelitian ini

berupa implikatur percakapan yang terdiri atas empat maksim (kerjasama)

dalam meniliti implikatur percakapan Bahasa Indonesia pada kalangan

remaja Masyarakat Desa Pa’Rasangan Beru Kecamatan Galesong

Kabupaten Takalar.
40

2. Sumber data

Yang menjadi sumber data dalam penelitian ini ialah kalangan remaja

Masyarakat Desa Pa’Rasangan Beru Kecamatan Galesong Kabupaten

Takalar.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik

observasi, perekaman dan pencatatan lapangan.

1. Observasi

Observasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah observasi

partisipan atau pengamat berperan serta (Moleong, 2006:). Dalam hal ini

peneliti melakukan pengamatan dan mendengarkan secermat mungkin

percakapan remaja Masyarakat Desa Pa’rasangan Beru Kecamatan

Galesong Kabupaten Takalar. Peran serta peneliti dibatasi hanya pada hal-

hal yang relevan dengan penelitian. Yang diamati adalah segala gejala,

peristiwa yang berhubungan dengan bentuk-bentuk percakapan.

2. Perekaman

Perekaman yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

menggunakan radio kaset (tape recorder). Hal ini dilakukan ketika remaja

tersebut sedang melakukan komunikasi atau perckapan baik pada situasi

formal maupun pada situasi non formal.

3. Pencatatan lapangan

Pencatatan lapangan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

catatan tertulis tentang apa yang didengar, dilihat, dialami, dan dipikirkan
41

dalam rangka pengumpulan data dan refleksi terhadap data penelitian.

Pencatatan lapangan digunakan untuk melengkapi data yang diperoleh

melalui observasi dan perekaman.

D. Teknik Analisis Data

Berdasarkan teknik pengumpulan data di atas, maka data yang

diperoleh dengan mengidentifikasikan dan mengklasifikasi data-data

percakapan para remaja, kemudian dianalisis dan diinterpretasikan makna

implikatur percakapan tersebut.


29

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab terdahulu telah kita ketahui bahwa pengertian implikatur adalah

pesan tersirat (implisit) yang dicoba untuk disampaikan oleh seorang penutur

dalam suatu percakapan.

Pemakaian implikatur dalam percakapan sehari-harinya sebenarnya sangat

penting kita gunakan. Hal ini disebabkan oleh adanya situasi yang mengharuskan

seseorang untuk berbicara sehalus mungkin agar pendengar tidak merasa

tersinggun atau marah, namun demikian maksud yang hendak disampaikan dapat

tercapai. Bahkan keberhasilan seorang diplomat juga sangat ditentukan oleh

permainan kata-kata yang digunakan.

Kesalah tafsiran dan ketidak tepatan andaian maupun kesimpulan

implikatur oleh pesapa atas implikatur yang telah dipergunakan oleh pesapa,tidak

akan terjadi apabila penyapa bertanggung jawab pada kemampuan pesapa

menafsir, memahami, membuat andaian, dan menghasilkan kesimpulan implikatur

yang tepat.

Oleh karena itu, untuk menangkap kandungan maksud tersirat sebuah

implikatur, diperlukan kemampuan penafsiran atau penginterpretasian. Ketepatan

penafsiran ini banyak sekali berhubungan dengan wawasan seseorang tentang

alam sekitar dan budaya yang mengintari suatu percakapan. Selain itu, implikasi
30

juga sangat tergantung pada konteks tertentu yang melingkupi ujaran yang

mendahululuinya.

Berikut penulis akan menganalisis implikatur yang cukup banyak dijumpai

dalam percakapan bahasa Indonesia kalangan remaja Masyarakat Desa

Pa’rasangan Beru Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar.

A. Penyajian Hasil Penelitian

Data yang akan dianalisis dalam karya tulis ini adalah merupakan kata-

kata yang sering digunakan oleh penutur bahasa Indonesia dalam pergaulan

sehari-hari khusus remaja Masyarakat Desa Pa’rasangan Beru Kecamatan

Galesong Kabupaten Takalar

1. Menyatakan penolakan atas suatu ajakan

Implikatur yang menyatakan penolakan atas suatu ajakanadalah bentuk

pengungkapan implikatur yang bertujuan agar orang yang ditolak

permintaannya tidak merasa tersinggung.

a. Penolakan dengan menggunakan jawaban yang berupa alasan.

(1) Percakapan antara Arif dan teman kelasnya.

A : Arif , sebentar ada acara tinju di TV One

B : Saya punya Ujian besok

(2) Percakapan antara tuan rumah dengan tamunya.


A : Silahkan dicicipi kuenya!

B : Saya lagi mual

(3) Percakapan antara anak dan ibunya.


A : Belum berangkat juga kamu Andi!
31

B : Mama belum dating Indah

Pada contoh (1) adalah percakapan antara dua orang

remaja. Remaja (A) berusaha mengajak remaja (B) untuk

menonton tinju di TV yang akan disiarkan langsung. Apabila kita

perhatikan percakapan tersebut, seakan-akan ungkapan penyapa

(A) dan jawaban yang diberikan pesapa (B) tidak berkaitan, hal ini

disebabkan ungkapan remaja (A) merupakan kalimat pernyataan

bukan kalimat ajakan, begitu, begitu pula jawaban remaja (B)

termasuk ungkapan pernyataan, bukan kalimat persetujuan atau

penolakan.

Berdasarkan konteks pembicaraan, mereka dapat saling

memahami, sebab dari pernyataan remaja (A) yang berisi suatu

informasi mengenai adanya acara tinju di TV One yang

disiarkannya secara langsung, maka dapat ditafsirkan oleh remaja

(B) sebagai pesan yang tersirat dibalik pernyataan itu, bahwa ia

diajak nonton tinju di TV.

Demikianlah halnya dengan jawaban yang diberikan oleh

remaja (B) dapat ditafsirkan oleh remaja (A) sebagai bentuk

penolakan, walaupun pesapa (B) hanya mengatakan “saya punya

ujian besok”.

Berdasarkan teori implikatur yaitu teori dasar prinsip kerja

sama, dalam percakapan ini ungkapan yang dikatakan oleh remaja

(B) sebagai pesapa telah mengabaikan aturan “Kuantitas” karena


32

tidak seinformatif dengan apa yang dibutuhkan dalam konteks

percakapan ini.

Data (2) adalah percakapan antara dua remaja yang saling

bersilaturahmi di rumah teman kampusnya. Dalam konteks

percakapan ini, remaja (A) selaku tuan rumah, mempersilahkan

kepada tamu, yakni remaja (B) untuk mencicipi makanan yang

telah disediakan. Secara lahiriah percakapan diatas seakan-akan

tidak berhubungan, disebabkan karena jawaban yang diberikan

oleh remaja (B). Namun berdasarkan konteks percakapan, apa yang

dikatakan remaja (B) yang sementara merasa mual dapat

ditafsirkan oleh penyapa (A) sebagai jawaban pengetahuan dari

penyapa (A) bahwa yang sementara mual tidak baik memakan

sesuatu yang dapat merangsang lambung, seperti kue yang telah

dihidangkan.

Ucapan dari (B) “saya lagi mual ini” sebagai tamu

mengharapkan agar tuan rumah tidak tersinggung karena makanan

(kue) yang telah dihidangkan tidak makannya.

Dilihat dari teori dasar prinsip kerja sama dalam suatu

percakapan, apa yang dikatakan oleh remaja (B) adalah ungkapan

yang mengabaikan aturan “Hubungan” yaitu perkataan tidak

relevan, sehingga secara lahiriah tampaknya percakapan diatas

tidak berkaitan.
33

Dan Data (3) adalah percakapan yang terjadi antara dua

orang remaja yang bersaudara dan tinggal bersama dalam satu

rumah. Dalam konteks percakapan ini, apa yang dikatakan oleh

remaja (A) sebagai kakak (orang yang lebih tua) ditanggapi sebagai

perintah untuk berangkat kesuatu tujuan oleh remaja (B) sebagai

adik (yang lebih mudah), sekalipun ucapan mahasiswa (A) atau

kakaknya bukan merupakan kalimat perintah. Demikian halnya

jawaban yang diberikan oleh (B) atau adik dapat ditafsirkan oleh

(A) bahwa remaja (B) belum berangkat karena kakaknya belum

datang. Percakapan ini kelihatannya tidak berhubungan, namun

berdasarkan konteks pembicaraan keduannya baik (A) maupun

remaja (B) dapat saling memahami.

b. Penolakan dengan diberikan syarat atau kondisi sebagai

pengganti penolakan.

(4) Percakapan antara beberapa orang dengan seorang yang

baru saja membeli koran.

A : Boleh kami pinjam majalahnya?

B : Majalah itu baru saja saya beli.

(5) Percakapan antara guru dan siswa.

A : Apa bapak memanggil saya?

B : Sekarang ini saya mencari ketua himpunan kamu.


34

Data (4) adalah percakapan yang terjadi antara penyapa (A)

agar dipinjamkan majalah milik pesapa (B), karena (B) sedang

memegang majalah.

Jika melihat jawaban yang diberikan oleh (B) yang

mengatakan “majalah itu baru saja saya beli” dapat ditafsirkan

sebagai penolakan atau keberatan untuk meminjamkan majalahnya.

Karena (B) sendiri baru saja membelinya di toko, tentunya (B) juga

belum sempat membaca majalah tersebut.

Berdasarkan teori dasar Kerja sama, jawaban yang

diberikan oleh pesapa (B) mengutamakan aturan “kuantitas” yaitu

di (B) tidak memberikan informasi yang berlebihan. Berdasarkan

konteks pembicaraan ini, pesapa (B) berusaha memberikan

jawaban yang tidak membuat penyapa (A) tersinggung karena

tidak dapat dipinjamkan majalah.

Data ke (5) adalah konteks pembicaraan yang terjadi antara

seorang siswa dan seorang guru. Dalam konteks ini siswa mengira

bahwa dirinya dipanggil oleh guru tersebut, di lain pihak pesapa

(B) memberi tanggapan kepada penyapa (A) dengan mengatakan

“sekarang ini saya sedang mencari ketua himpunanmu”.

Berdasarkan konteks, si penyapa (A) dapat menafsirkan apa

yang dikatakan oleh pesapa (B) sebagai suatu ungkapan penolakan,

bahwa bukan dia yang dipanggil/ dicari, karena penyapa (A)


35

menyadari bahwa yang dicari-cari oleh pesapa (B) bukan dia tetapi

ketua himpunannya.

Jika dilihat dari teori prinsip kerja sama, apa yang

dikatakan oleh pesapa (B) adalah ungkapan yang mengabaikan

aturan “kuantitas” karena dia (B) mengatakan bahwa dia tidak

butuh dengan penyapa (A).

c. Penolakan Diimplikasikan dengan Sebuah Komentar

(6) Percakapan antara Rudi dan Andi dalam Rumah.

A : Rudi, tolong ambilkan sepatuku!

B : Kamu sudah besar.

(7) Percakapn antara orang yang sudah saling kenal.

A : Malam ini kamu cantik sekali.

B : Sayang, tidak ada uang kecil.

Data (6) adalah konteks pembicaraan antara Rudi dan Andi

yang tinggal bersama dalam satu rumah. Dalam percakapan

tersebut penyapa (A) memintah tolong kepada Andi (B) yang

sementara duduk untuk diambilkan sendalnya.

Sedangkan pesapa (B) menanggapi dengan mengatakan

“Kamukan sudah besar”, dapat ditafsirkan oleh penyapa (A)

sebagai ungkapan penolakan atas permintaanya untuk diambilkan

sendalnya. Karena pernyatan pesapa (B) diatas berarti (A) dapat

mengambil sepatunya sendiri karena ia bukan anak kecil lagi. Jadi


36

dalam hal penyapa (A) telah ditolak permintaanya untuk

diambilkan sendalnya.

Jika kita melihat teori dasar prinsip Kerja sama dalam

konteks percakapan ini, pesapa (B) kelihatan mengabaikan aturan

hubungan karena jawabannya, tidak relevan .

Data (7) adalah dialog yang sering terjadi dikalangan orang

yang sudah saling mengenal. Karena dalam situasi tertentu,

ungkapan semacam ini sering kali digunakan untuk mengawali

suatu percakapan.

Pernyataan dari penyapa (A) yang mengatakan “mala mini

kamu cantik sekali) sebenarnya merupakan bentuk kekaguman

kepada pesapa (B) yang mungkin pada saat itu penampilannya lain

dari biasanya. Tetapi karena ungkapan ini begitu lazim

dipergunaka orang pada saat bertemu kembali karena begitu lama

tidak berjumpa atau ungkapan untuk mengawali percakapan maka

orang yang mendapat Fujian tersebut menganggap hanya basa basi

saja. Demikian halnya pesapa (B) menafsirkan atau menganggap

pertanyaan penyapa (A) sebagai ungkapan basa basi saja.

Sebenarnya pernyataan pesapa (B) yang mengatakan “Sayang

tidak ada uang kecil” adalah suatu bentuk protes kepada penyapa

(A) bahwa sebenarnya dia (B) tidak suka dengan Fujian yang

diberikan oleh remaja (A)


37

Berdasarkan teori dasar kerja sama dalam konteks

percakapan ini, pesapa (B) mengabaikan aturan “hubungan” karena

tampaknya tidak ada kerelevanan dalam percakapan ini.

d. Penolakan yang Diimplikasikan dengan Sebuah Usul

(8) Percakapan Adik dan kakak.

A : Kak tolong bantu saya kerja tugas ini!

B : Itu, di meja ada buku paket.

Data (8) adalah konteks pembicaraan antara seorang

kakak dengan adiknya, yang dalam percakapan ini penyapa (A)

Memperlihatkan tugas yang belum selesai kepada pesapa (B)

sebagai seorang kakak, unutk meminta bantuan diselesaikan.

Setelah penyapa (A) mendapat tanggapan atas pernyataan itu yang

menyatakan “ itu ada buku paket”. Penayapa (A) beranggapan

bahwa kakaknya (B) menolak membantu menyelesaikannya. Dan

pesapa (B) berharap agar tugas (A) yang belum selesai diselesaikan

dengan melihat yang ada dalam buku paket tersebut.

Berdasarkan teori dasar kerja kerjasama dalam

percakapan ini melanggar maksim “Hubungan” karena

perkataannya tidak relevan.


38

2. Menyatakan Perintah Atau Suruhan

(9) Percakapan antara seorang kakak dan adiknya.

A : Wan, sudah jam berapa sekarang?

B : Sebentar lagi sudah selesai kok bu.

Data (9) adalah dialog antara seorang anak dengan

ibunya (B), yang dalam konteks percakapan ini pesapa (B) sebagai

anak sedang menyelesaikan suatu pekerjaan pada malam hari

bersama beberapa orang temannya. Sebelum pekerjaan itu selesai,

(A) sebagai penyapa menegur pesapa (B) dengan ucapan “Wan,

sudah jam berapa sekarang?” dapat ditafsirkan oleh pesapa (B)

sebagai ungkapan yang bukan untuk berarti menanyakan waktu

yang ditunjukan jarum jam pada saat itu, tetapi merupakan suatu

teguran terhadap (A) segera pulang karena larut malam.

Jika dilihat konteks percakapan tersebut, maka berdasarkan

teori dasar prinsip kerja sama. Ungkapan dari penyapa (A) telah

mengabaikan aturan “Cara”, karena maksud dari ucapan itu adalah

teguran, bukan menanyakan waktu.


39

3. Mengemukakan Alasan Atas Suatu Pertanyaan

(10) Percakapan seoran Mahasiswa dengan teman kampungnya


A : Wah hebat, Dian sekarang menjadi bintang kampus!

B : Dian kan pintar.

(11) Percakapan Rani dengan temannya.

A : Rani kemana Sit?

B : Saya baru saja bersamanya .

(12) Percakapan Rahma dengan Andi.

A : Temanmu cantik sekali

B : Siapa duluh dong temannya.

Data (10) adalah percakapan yang terjadi antara dua

orang remaja, dan sedang membicarakan salah seorang temannya

yang sekarang sudah mulai popular sebagai seorang bintang

kampus. Dilihat dari jawaban pesapa (B) atau pernyataan pesapa

(A), sebenarnya tidak memiliki hubungan. Karena biasanya orang

yang menjadi bintang kampus adalah orang cantik yang cantik dan

cukup gaul. sedangkan bermodal kepintaran hanya sebagai

pendukung untuk meraih keberhasilan seseorang. Namun

percakapan diatas dapat ditafsirkan bahwa penyapa (A)

menyaksikan kemampuan temannya yang bernama Dian dalam

berpikir dan bernalar , dan jawaban dari remaja (B) yang

mengatakan bahwa “Dian kan pintar” dapat ditafsirkan oleh


40

penyapa (A) bahwa orang yang mau menjadi bintang kampus

sekarang ini haruslah orang yang pintar, sekalipun tanpa

kecantikan dan tanpa harus menjadi anak gaul.

Berdasarkan teori dasar kerja sama, ungkapan yang

dikatakan oleh pesapa (B) menghindari penggunaan “Kualitas”

yaitu dengan tidak mengatakan sesuatu yang tidak dapat didukung

dengan bukti yang cukup,akan tetapi dalam percakapan ini dia (B)

telah mengabaikan aturan “cara”, yaitu dengan tidak memperjelas

maksud yang sebenarnya.

Data (11) adalah konteks percakapan antara Rani

dengan seorang temannya yang bernama Rahma dan sedang

membicarakan Sita, salah satu teman mereka.

Dalam percakapan ini, apa yang dikatakan oleh pesapa

(B) ditafsirkan oleh penyapa (A) sebagai ungkapan protes bahwa

tidak akan mungkin ia (B) mengetahui kemana Sita pergi, karena

(B) baru saja bersama (Sita) dan tentunya tidak tahu situasi yang

pada saat itu.

Jika dilihat dari teori dasar kerja sama jawaban yang

diberikan oleh pesapa (B) telah mengabaikan aturan “Cara” karena

dia memberi komentar yang tidak jelas. Hal ini terjadi karena

menghindari penggunaan aturan “kualitas” yaitu jangan

memberikan informasi yang tidak dapat didukung oleh bukti yang

cukup.
41

Data (12) adalah bentuk percakapan antara Rahma

dengan Andi, dalam hal ini (A) sebagai penyapa dengan salah

seorang temannya yang cantik yaitu (B) sebagai pesapa.

Mendengar pujian itu pesapa (B) member komentar

dengan mengatakan “ siapa duluh dong temannya”, oleh penyapa

(A) dapat ditafsirkan bahwa pesapa (A) menyatakan temannya

kelihatan cantik karena merupakan temannya.

Menurut teori dasar prinsip kerja sama dalam

percakapan, ungkapan yang dikatakan oleh pesapa (B) telah

mengabaikan “maksim cara” karena tidak memberikan penjelasan

tentang hal yang dia maksudkan, dengan kata lain dia (B)

menghindari kejelasan.

4. Mengemukakan Suatu Jawaban Dengan Mengimplikasikan pada

Objek Lain

(13) Percakapan tentang kapan pulangnya.


A : Kapan kita pulang?

B : Kita kan belum makan siang.

(14) Percakapan mengenai sepeda motor.


A : Berapa jam lagi kita sampai tujuan ?

B : Kira-kira 15 kilo meter lagi kita akan sampai.

Data (13) pada konteks ini adalah pembicaraan tentang

waktu untuk pulang. Penyapa (A) ingin mengetahui dan

menanyakan kepada pesapa (B), dan mendapat jawaban yang

mengatakan “kita belum makan siang”


42

Jawaban tersebut dapat ditafsirkan oleh pesapa (B) akan

mengatakan bahwa mereka tidak akan pulang sebnelum mereka

makan siang duluh. Sekalipun hal ini tidak dikatakan langsung oleh

pesapa (B), hal ini dimengerti oleh penyapa (A) karena pada saat

itu waktu makan siang telah dekat.

Berdasarkan teori dasar prinsip kerja sama, ungkapan

yang dikatakan oleh pesapa (B) telah mengabaikan aturan catau

maksim “cara” yaitu telah member informasi yang kurang jelas

kepada penyapa (A). Dengan kata lain pesapa (B) tidak

menghindari ketidakjelasan informasi. Hal ini disebabkan pesapa

(B) mengutamakan aturan “Kuantitas” yaitu tidak ingin

memberikan informasi yang terlalu berlebihan, karena ia (B) tidak

tahu tepatnya jam berapa mereka akan pulang.

Data (14) adalah percakapan yang terjadi pada suatu

perjalanan dengan mengendarai sepeda motor. Dalam perjalanan

tersebut pesapa (B) yang dibonceng menanyakan waktu atau lama

perjalanan untuk sampai ketujuan.

Dalam konteks percakapan ini secara lahiriah apa yang

dikatakan oleh penyapa (A) maupun pesapa (B) kelihatannya tidak

berkaitan. Karena dalam konteks ini penyapa (A) menanyakan

waktu dalam jam bukannya jarak dalam kilo meter untuk sampai

ketujuan. Akan tetapi jawaban yang diberikan oleh pesapa (B)

meskipun tidak mengatakan waktu dalam jam yang akan ditempuh,


43

yang akan ditanyakan oleh penyapa (A), dalam konteks ini

penyapa (A) dapat memahami atau mengerti apa yang dikatakan

oleh pesapa (B) sebagai pembonceng yaitu pernyataan bahwa dia

(B) tidak dapat mengatakan waktu yang sebenarnya, tetapi secara

tersirat pesapa (B) menginformasikan bahwa sesuai dengan

pengalamannya selama ini jarak yang akan ditempuh kira-kira

Lima belas kilo meter lagi untuk sampai ketujuan. Sehingga

dengan demikian si penanya dalam konteks ini adalah penyapa (A)

dapat memperkirakan waktu yang akan ditempuh lagi.

Melihat bentuk percakapan di atas, berdasarkan teori

prinsip dasar kerja sama dalam ungkapan yang dikatakan oleh

pesapa (B) tidak memberikan informasi yang sesuai dengan yang

dibutuhkan oleh penyapa (A). Hal ini terjadi karena pesapa (B)

lebih mengutamakan penggunaan aturan “kuantitas” yaitu berusaha

tidak mengatakan sesuatu yang tidak disukung oleh bukti yang

cukup.

5. Menyatakan Sindiran Atas Perbuatan Atau Tindakan Orang Lain.

(15) Komunikasi kakak beradik.

A : Bajumu bagus sekali!

B : Maaf kak, saya mau ke pesta teman.

(16) Percakapan antara guru dan siswanya.


A : Anda terlalu rajin!

B : Saya terlambat bangun, pak.


44

Contoh (15) adalah komunikasi atau percakapan antara

seorang kakak dengan adiknya, yang dalam konteks percakapan ini

penyapa (A) mengomentari baju yang dipakai pesapa (B).

Dalam konteks ini pesapa (B) memakai baju milik

kakaknya (A), tanpa sepengetahuan penyapa (A). Sementara

pesapa (B) memakai baju tersebut, tiba-tiba dating sang kakak dan

melihat bajunya dipakai oleh pesapa (B). Dan untuk menegur sang

adik (B) karena telah memakai bajunya penyapa (A) mengatakan

“bajumu bagus sekali”.

Mendengar ungkapan dari kakaknya, pesapa (B)

menafsirkan bahwa sebenarnya dia (B) bukan mendapat pujian

akan tetapi suatu teguran atas perbuatannya. Hal ini pesapa (B)

menyadari karena dia telah memakai baju kakaknya tanpa meminta

izin terlebih dahulu. Atas perbuatannya itu, pesapa (B) meminta

maaf kepada kakaknya (A).

Konteks percakapan diatas berdasarkan teori dasar

prinsip kerja sama, ungkapan penyapa (A) telah mengabaikan

aturan “cara” karena penyapa tidak memperjelas maksud yang

sebenarnya.

Data (16) adalah suatu percakapan yang terjadi antara

seorang guru dengan siswanya dalam kelas, dalam konteks

percakapan ini, guru sebagai penyapa (A) member sapaan kepada


45

salah seorang siswanya yang terlambat datang ke sekolah yakni

pesapa (B).

Sapaan dari guru penyapa (A) yang mengatakan

“ancaman terlalu rajin”oleh penyapa (B) ditafsirkan sebagai

sindiran bukan suatu pujian terhadap dirinya. Hal ini disebabkan

karena dalam konteks percakapan ini pesapa (B) sadar bahwa

dirinya pada saat itu terlambat masuk sekolah. Jadi ungkapan dari

gurunya itu adalah suatu teguran atas keterlambatannya.

Sesuai teori dasar prinsip kerja sama, percakapan yang

dikatakan oleh penyapa (A) sebagai guru telah mengabaikan aturan

“cara” karena tidak memperjelas maksud yang sebenarnya.

6. Menyatakan penilaian terhadap orang lain

(17) Percakapan dua orang yang saling kenal.

A : Baru jam 10:00 pagi perasaan sudah loyo sekali, tapi

anda kok kelihatan segar.

B : Saya sudah mandi tadi.

(18) Percakapan dua orang yang berkawan.

A : Saya haus sekali!

B : Disanakan ada kantin.

Data (17) adalah konteks percakapan antara dua orang

yang sudah saling mengenal penyapa (A) dalam konteks ini merasa

loyo padahal baru jam 10:00 pagi, oleh karena itu penyapa (A)
46

bertanya kepada rekannya yaitu pesapa (B) apaka juga merasa

loyo.

Mendengar pernyataan dari penyapa (A), pesapa (B)

menjawab dengan mengatakan “saya sudah mandi tadi” dapat

ditafsirkan sebagai sindiran seolah-olah penyapa (A) belum mandi.

Menurut teori dasar prinsip kerjasama, pada konteks

diatas jawaban yang diberikan oleh pesapa (B) telah menggunakan

aturan “kuantitas” yaitu maksud dari pesapa (B) terlindungi oleh

kata-kata yang merupakan informasi saja, bukan kata-kata ejekan.

Data (18) adalah percakapan antara dua orang berkawan

yang sedang jalan-jalan. Jawaban dari pesapa (B) atas pernyataan

dari penyapa (B) dapat ditafsirkan bahwa (B) sebenarnya

mengecam (A), karena walaupun sudah sadar merasa haus penyapa

(A) tidak mau membelanjakan uangnya untuk singga minum di

kantin.

Dilihat dari teori dasar prinsip kerja sama dalam suatu

percakapan, maka jawaban yang dikatakan oleh pesapa (B) telah

mengabaikan aturan “cara” karena tidak memperjelas maksud yang

sebenarnya.
47

B. Pembahasan Hasil Penelitian

Pada bagian terdahulu telah dipaparkan bahwa pengertian implikatur

yang dirujuk oleh penulis mengacu kepada teori yang dikemukakan oleh

Nababan dalam buku yang berjudul Ilmu pragmatik, demikian pula H.P

Grice. Data buku itu, Nababan menjelaskan bahwa implikatur adalah

menerangkan perbedaan antara yang diucapkan dengan apa yang

diimplikasikan. Oleh karena itu, komunikasi dalam suatu pembicaraan atau

percakapan antara penyapa dan pesapa sangat ditentukan oleh situasi dan

kondisi (konteks) yang dapat mempengaruhi kejelasan makna menjelaskan

makna. Walaupun terkadang pendengar atau pembaca sulit untuk menafsirkan

maksud kata-kata yang diucapkan seseorang, ada pula pendengar atau

pembaca yang langsung dapat menafsirkan dengan tepat implikasi suatu

pembicaraan. Hal ini disebabkan penyapa dan pesapa mempunyai latar

belakang pengetahuan dan pengalaman yang sama.

Penggunaan implikatur atau percakapan sehari-hari sangat penting,

karena maksud dan tujuan yang ingin disampaikan dapat menembus

pemikiran dan pemahaman pendengar dan ternyata dalam implikatur ini

jarang sekali terjadi kesalah tafsiran.

Setelah melakukan analisis data yang diperoleh dari sampel, penulis

menemukan bahwa peranan tafsiran implikatur adalah bukan untuk

mewujudkan sembarang implikasi konteks tertentu tetapi ia berperan untuk

membentuk kandungan yang bisa dirujuk untuk suatu ujaran, dimana

merupakan syarat utama yang penting dalam segala implikasi konteks.


48

Setelah implikasi konteks, pendengar akan membuat kesimpulan implikatur

yang dianggap benar. Setiap kesimpulan yang diambil adalah selalu

kesimpulan yang tepat. Dengan demikian analisis yang dikemukakan penulis

mendukung teori yang dikemukakan Nababan dalam bukunya.

Bertolak dari analisi sebelumnya, penulis melihat bahwa implikatur

itu muncul Karen adanya keinginan untuk menyampaikan informasi tertentu,

dengan dilindungi oleh kata-kata yang halus dan sopan, sehingga tidak terjadi

kesalah tafsiran dan ketidak tepatan andaian maupun kesimpulan impplikatur

oleh pesapa atas implikatur yang telah dipergunakan oleh penyapa.

Pada pembahasan ini akan diuraikan beberapa hal yang berkaitan

dengan implikatur percakapan yaitu sebagai berikut:

1. Prinsip Kerja Sama

Dalam komunikasi yang wajar agaknya dapat diasumsikan bahwa

seorang penutur mengartikulasikan ujaran dengan maksud untuk

mengkomunikasikan sesuatu kepada lawan bicaranya, dan berharap lawan

bicaranya dapat memahami apa yang hendak dikomunikasikan itu. Untuk

itu penutur selalu berusaha agar tuturannya selalu relevan dengan konteks,

jelas, dan mudah dipahami, padat dan ringkas (concise), dan selalu pada

persoalan (straight forward), sehingga tidak menghabiskan waktu lawan

bicaranya. Bila dalam suatu percakapan terjadi penyimpangan, ada

implikasi-implikasi tertentu yang hendak dicapai oleh penuturnya. Bila

implikasi itu tidak ada, maka penutur yang bersangkutan tidak

melaksanakan kerjasama atau tidak bersifat kooperatif, jadi secara ringkas


49

dapat diasumsikan bahwa ada semacam prinsip kerja sama yang harus

dilakukan pembicara dan lawan bicara agar proses komunikasi itu berjalan

lancar. Dalam rangka melaksanakan prinsip-prinsip kerja sama itu, setiap

penutur harus mematuhi 4 maksim percakapan (conversational maxim),

yakni maksim kuantitas (maxim of quantity), maksim kualitas (maxim of

quality), maksim relevansi (maxim of relevance), dan maksim pelaksanaan

(maxim of manner).

a. Maksim Kuantitas

Maksim kuantitas menghendaki setiap peserta pertuturan

memberikan kontribusi yang secukupnya atau sebanyak yang

dibutuhkan oleh lawan bicaranya.

b. Maksim Kualitas

Maksim kualitas mewajibkan setiap peserta percakapan

mengatakan hal yang sebenarnya. Kontribusi peserta percakapan

hendaknya didasarkan pada bukti-bukti yang memadai. Apabila

patuh pada prinsip ini, jangan pernah mengatakan sesuatu yang

diyakini bahwa itu kurang benar atau tidak benar.

c. Maksim Relevansi

Maksim relevansi mengharuskan setiap peserta percakapan

memberikan kontribusi yang relevan dengan masalah pembicaraan.


50

d. Maksim Pelaksanaan

Maksim pelaksanaan mengharuskan setiap peserta

percakapan berbicara secara langsung, tidak kabur, tidak taksa, dan

tidak berlebih-lebihan, serta runtut.

Antara Prinsip Kerja Sama dan Prinsip Kesopanan

dijelaskan bahwa prinsip kerja sama dibutuhkan untuk mempermudah

menjelaskan hubungan antara makna dan daya penjelasan yang demikian

sangat memadai, khususnya untuk memecahkan masalah-masalah yang

timbul dalam semantik yang memakai pendekatan berdasarkan kebenaran

(truth-based approach). Akan tetapi, prinsip kerja sama itu sendiri tidak

dapat menjelaskan, mengapa manusia sering menggunakan cara yang tidak

langsung untuk menyampaikan apa yang mereka maksud dan apa

hubungan antara makna dan daya dalam jenis-jenis kalimat yang bukan

kalimat pernyataan/deklaratif (non-declarative). Dengan demikian, di

sinilah peranan kesopanan menjadi penting.

Ada sebagian masyarakat yang dalam situasi-situasi tertentu lebih

mementingkan prinsip kesopanan daripada prinsip kerjasama, atau lebih

mendahulukan maksim prinsip kesopanan yang satu daripada yang lain.

Dalam hal ini harus diakui bahwa kedudukan prinsip kerjasama lemah

sekali bila kasus-kasus perkecualian tidak dijelaskan dengan memuaskan.

Prinsip kerjasama memungkinkan seorang peserta percakapan

untuk berkomunikasi dengan asumsi bahwa peserta yang lain bersedia

bekerja sama. Dalam hal ini prinsip kerjasama berfungsi mengatur apa
51

yang dikatakan oleh peserta percakapan sehingga tuturan dapat

menyumbang kepada tujuan ilokusi atau tujuan wacana. Namun dapat

dikatakan bahwa dalam hal atur-mengatur tuturan peserta, prinsip

kesopanan berperan menjaga keseimbangan sosial dan keramahan

hubungan, karena hanya dengan hubungan yang demikian kita dapat

mengharapkan bahwa peserta yang lain akan bekerja sama. Dalam situasi

tertentu, prinsip kesopanan menduduki tempat kedua. Hal ini terjadi pada

suatu kegiatan kerja sama berupa pertukaran informasi-informasi yang

sangat dibutuhkan oleh kedua belah pihak.

Dari uraian di atas dapat kita ketahui bahwa antara prinsip

kerjasama dengan prinsip kesopanan selalu tidak sejalan. Hal tersebut

sesuai dengan keterangan Grice dalam Leech yang menyatakan bahwa

kalau kita ingin sopan kita sering dihadapkan pada benturan antara prinsip

kerjasama dengan prinsip kesopanan sehingga kita harus memutuskan

sejauh mana kita akan tawar-menawar antara prinsip kerjasama dengan

prinsip kesopanan.
53

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini penulis akan mengemukakan uraian yang telah dikemukakan

pada bab-bab terdahulu dalam simpulan dan memberikan sumbangan pendapat

dalam bentuk saran-saran.

A. Simpulan

Pada bab ini penulis akan mengemukakan uraian yang telah dikemukakan

simpulan sebagai berikut:

a. Konteks tuturan percakapan bahasa Indonesia kalangan remaja masyarakat

Desa Pa’rasangan beru Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar, cukup

banyak menggunakan bentuk-bentuk implikatur ini digunakan karena

pertimbangan kesopan santunan berbahasa yaitu partisipan yang

menghitungkan citra (nilai rasa) pertuturan agar komunikasi dapat berjalan

harmonis.

b. Dalam percakapan bahasa Indonesia kalangan remaja masyarakat Desa

Pa’rasangan beru Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar, prinsip kerja

sama berfungsi dan bekerja dalam suatu keadaan. Prinsip kerja sama

menentukan apa yang sewajarnya dituturkan pembicara dan bagaimana

seharusnya cara menginterprestasi (menafsir) apa yang didengar oleh

pendengar.

c. Kesalah tafsiran dan ketidak tepatan andaian maupun kesimpulan

implikatur oleh pesapa atas implikatur yang telah dipergunakan oleh


54

penyapa, tidak akan terjadi apabila penyapa bertanggung jawab pada

kemampuan pesapa menafsirkan,memahami andauan, dan menghasilkan

implikatur yang tepat. Oleh karena itu, untuk menangkap kandungan

maksud tersirat sebuah implikatur diperlukan kemampuan penafsiran atau

penginterpretasi. Ketepatan penafsiran ini banyak sekali berhubungan

dengan wawasan orang tentang alam sekitar serta budaya yang mengintari

suatu percakapan. Selain itu implikasi juga sangat bergantung pada

konteks tertentu yang melingkupi ujaran yang mendahuluinya.

B. Saran

Penggunaan implikatur yang merupakan salah satu bentuk penggunaan bahasa

yang diciptakan sedemikian rupa, kiranya perlu mendapatkan perhatian,

karena akan menumbuhkan kreatifitas dalam berbahasa dan mengembangkan

kesantunan dalam berkomunikasi.

Walaupun penggunaan implikatur perlu ditingkatkan dalam

berkomunikasi, bukan berarti cara berkomunikasi eksplisit (polos) harus kita

tinggalkan, karena terkadang pengungkapan pikiran atau perasaan justru lebih

baik apabila dikatakan secara terus (polos eksplisit).

Penulis sadar bahwa dalam skripsi ini terdapat kekurangan yang

tentunya harus dilengkapi dan diperbaiki. Oleh karena itu, penulis

menyarankan kepada semua pembaca yang berminat dibidang pragmatik

khususnya mengenai implikatur, agar member perhatian yang lebih jauh lagi

demi kepentingan ilmu pengetahuan kebahasaan.


DAFTARA PUSTAKA

Ardison. 1999. Implikatur Tindak Tutur Mahasiswa Universitas Andalas. Skripsi.


Semarang : Program Strata Satu.

Allan. 1996. “Implikatur Bahasa Indonesia” ( Makalah ). Ujung Pandang : IMSI-


UNHAS

Astuti, Tri. 2010 (h.8). Analisis Implikatur Tindak Tutur Tokoh Chiekoh. Skripsi.
Semarang: Program Strata Satu.

Darwis, Muhammad. 1991. “Implikatur Bahasa Indonesia” ( Makalah ). Ujung


Pandang : UNHAS

Firman. 1996 Implikatur dalam Rubrikpojok Kompas Suatu Kajian Pragmatik.


Skripsi. Makassar: Program Strata Satu.

Gasdar. 1979 (h.14). “Implikatur Bahasa Indonesia”.(Makalah). Makassar:


UNHAS

Grice, H. P. (2004). Logic and Conversation. London: University College


London for Pragmatic Theory Online Course.

Grundy, P. 2008. Doing Pragmatics. Third Edition London: Hodder Education


(Part of Hachette Livre UK)

Gunarwan, Asim. 2004. Pragmatik, Teori dan Kajian Nusantara. Jakarta:


Universitas Atma Jaya.

Holieday dan Hasan, Muhammad. 1985 . Konteks Wacana. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya.

Hymes. 1975. Pragmatik. Bandun: PT Tirta Abadi.

Heatherington. 1997. Ilmu Pragmatik. Makassar. PT Tirta Sejahtera.

Jalaluddin. 1991. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Lavinson, Stephen, C. 1987.Pragmatik. Cambridge: Cambridge University Press.

Leach. 2004. Analisis Wancana Bahasa Indonesia. Malang: Bayumedia


Publishing

Moleong Lexy J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya.
Nababan, P. W. J . 1987. Ilmu Pragmatik. Jakarta: Depdikbud.

Pratama, Haris. 2013. Implikatur Percakapan Bahasa Daerah. Skripsi. Bima.


STIKIP.

Soetjiningsih.2004 (h.31).Usia Remaja.Malang: PT Tirta Sejahtera.

Tarigan, Henry Guntur. 1986. Pengajaran Pragmatik. Bandung : PT Angkasa.

Wahid. 1996 (h.5).Tindak Tutur Bahasa Indonesia.Bandung. PT Erlangga.

Wijana, I. Dewa Putu. 1996. Dasar-Dasar Pragmatik, Yogyakarta : PT.


Rosdakarya.

Yule, Brom. 1996. “Implikatur” ( Makalah ). Makassar: UNHAS.


PEMERINTAH KABUPATEN TAKALAR

KECAMATAN GALESONG

DESA PARASANGAN BERU

SURAT KETERANGAN SELESAI PENELITIAN


Nomor. 004 / DPB /VII /2017

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : BURHANUDDIN
Jabatan : Kepala Desa Parasangan Beru
Alamat :Dusun Romang Sapiria Desa Parasangan Beru Kecamatan Galesong
Dengan menerangkan bahwa:
Nama : SATRIANI
Tempat/ Tanggal Lahir : Bontokanang, 15 November 1993
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Jurusan : Bahasa dan Sastra Indonesia
Alamat : Bontokanang

Benar telah mengadakan penelitian di Desa Parasangan Beru Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar
dalam rangka penyelesaian skripsi yang berjudul Implikatur Percakapan Bahasa Indonesia
Kalangan Remaja Masyarakat Desa Parasangan Beru Kecamatan Galesong Kabupaten Takalr.
Dari tanggal 20 Mei sampai dengan tanggal 10 Juli.
Demikian surat pernyataan ini kami buat dengan sebenar-benarnya untuk digunakan seperlunya.

Parasangan Beru, 07 Juli 2017


Kepala Desa Parasangan Beru

BURHANUDDIN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : SATRIANI

Nim : 1053 3737 113

Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Judul Skripsi : Implikatur Percakapan Bahasa Indonesia Kalangan


Remaja Masyarakat Desa Parasangan Beru Kecamatan
Galesong Kabupaten Takalar

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya ajuhkan di depan tim
penguji adalah hasil karya saya sendiri dan bukan hasil ciptaan orang lain atau
dibuatkan oleh siapa pun.

Demikian pernyataan ini saya buat dan saya bersedia menerima sanksi
apabila pernyataan ini tidak benar.

Makassar, Juli 2017


Yang Membuat Pernyataan

SATRIANI

v
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

SURAT PERJANJIAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : SATRIANI

Nim : 1053 3737 113

Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Judul Skripsi : Implikatur Percakapan Bahasa Indonesia Kalangan


Remaja Masyarakat Desa Parasangan Beru Kecamatan
Galesong Kabupaten Takalar.

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya ajuhkan di depan tim
penguji adalah hasil karya saya sendiri dan bukan hasil ciptaan orang lain atau
dibuatkan oleh siapa pun.

Demikian pernyataan ini saya buat dan saya bersedia menerima sanksi
apabila pernyataan ini tidak benar.

Makassar, Juli 2017


Yang Membuat Pernyataan

SATRIANI

vi
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

vii
ANALISI HASIL TEKNIK REKAMAN DAN PENCATATAN LAPANGAN

“Percakapan bahasa Indonesia kalangan remaja masyarakat Desa Pa’rasangan

beru Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar

1. Penolakan dengan menggunakan jawaban yang berupa alasan.

A : “Arif, sebentar ada acara tinju di TV One”

B : ”Saya punya ujian besok”.

2. Percakapan antara tuan rumah dengan tamunya.

A : ”Silahkan dicicipi kuenya!”

B : “Saya sedang Mual”.

3. Percakapan antara anak dan ibunya.

A : “Belum berangkat juga kamu Andi?”

B : “Indah belum datang Mama”.

4. Percakapan antara beberapa orang dengan salah seorang bapak yang telah

membeli Koran.

A : ” Boleh kami pinjam korannya?

B : ”Koran itu baru saja saya beli”.

5. Percakapan antara seorang guru dengan siswa.

A: ”Apa bapak memanggil saya?”

B : “Sekarang ini saya mencari ibu kamu”

6. Percakapan antara Rudi dan Andi dalam Rumah.

A :”Rudi, tolong ambilkan sepatuku!”


B :”Kamu sudah besar”.

7. Percakapan dua orang yang sudah saling kenal.

A : “Mala mini kamu cantik sekali”

B : “Sayang, tidak ada uang kecil”.

8. Percakapan adik dan kakaknya.

A :”Kak, ini tugas saya yang belum selesai!”

B :”Itu, di meja ada buku paket”

9. Percakapan seorang kakak dengan adiknya.

A : “Wan, sudah jam berapa sekarang?”

B : “sebentar lagi sudah selesai kok kak”

10. Percakapan seorang mahasiswa dengan teman kampungnya.

A : “Wah hebat, Dian sekarang menjadi bintang kampus!”

B : “Dian kan pintar”

11. Percakapan Rani dengan temannya.

A : ‘Rani kemana Sit?”

B :’ Saya baru saja bersamanya”.

12. Percakapan Rahma dengan Andi.

A : “Temanmu cantik sekali.”

B : “Siapa dulu dong temannya”.


13. Percakapan tentang waktu pulang.

A : “Kapan kita pulang”

B : “Kita kan belum makan siang”.

14. Percakapan mengenai sepeda motor.

1. A : “Berapa jam lagi kita sampai tujuan?”

B : “Kira-kira lima bekas kilo meter lagi”.

15. Komunikasi kakak beradik.

A : “Bajumu bagus sekali!”

B: “Maaf kak, saya mau ke pesta teman”.

16. Percakapan antara guru dan siswanya.

A : “Anda terlalu rajin!”

B : “Saya terlambat bangun pak”.

17. Percakapan dua orang yang sudah saling mengenal.

A : “baru jam 10:00 pagi perasaan sudah loyo sekali, tapi anda kok

kelihatan segar”

B : “saya sudah mandi tadi.”

18. Percakapan dua orang yang berkawan.

A : “Saya haus sekali”


RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Parasangan Beru, sebuah Desa

diujung Utara Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan

pada tanggal 15 November 1993. Buah hati dari seorang

ayah yang bernama C. Dg Nanring dan Ibunda Rabaiyah.

Penulis masuk sekolah dasar padat ahun 2001 di SDI Bontokanang dan

tamat tahun 2007, selanjutnya pada tahun itu juga melanjutkan pendidikan di MTs

Babussalam Kalukuang tahun 2010. Kemudian melanjutkan pendidikan di MA

Babussalam Kalukuang dan tamat pada tahun 2013. Kemudian melanjutkan

pendidikan pada program strata satu (S1) Program Studi Pendidikan Bahasa dan

Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Muhammadiyah Makassar .

Anda mungkin juga menyukai