Anda di halaman 1dari 132

GERAKAN SOSIAL MASYARAKAT PEDULI LINGKUNGAN DI

KECAMATAN AWANGPONE KABUPATEN BONE

JURNAL

OLEH

ABD.RAHMAN

10538 02015 11

JURUSAN PENDIDIKAN SOSIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
MAKASSAR
2015
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

”Semua orang punya hak untuk sukses tidak peduli dia siapa ”

Keberhasilan adalah tetesan-tetesan dari kerja keras, penderitaan,


luka, pengorbanan, dan kecemasan. Sedangkan kegagalan
adalah tetesan-tetesan dari kemalasan,
minder, dan tidak bergairah.

Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu.Dan Kami telah menghilangkan


darimu beban.Yang memberatkan punggungmu. Dan Kami tinggikan bagimu
sebutan (nama)mu. Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada
kemudahan.Maka, apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan) kerjakanlah
dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. Dan hanya kepada Rabb-mulah
hendaknya kamu berharap (QS. Al-Insyirah: 1-8)

Kupersembahkan karya sederhana ini untuk :


Kedua kedua orangtuaku, saudaraku, sahabatku, serta orang-
orang yang menyayangiku atas cinta dan kasih yang tulus demi masa depanku

vii
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Skripsi : Gerakan Sosial Masyarakat Peduli Lingkungan Di


Kecamatan Awangpone Kabupaten Bone

Mahasiswa yang bersangkutan:

Nama : Abd.Rahman

NIM : 10538 02015 11

Jurusan : Pendidikan Sosiologi S1

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Makassar, September 2015

Disetujuioleh:

Pembimbing I Pembimbing II

Dra. Hj. Syaribulan. K, M.Pd Muhammad Akhir, S.Pd., M.Pd

Diketahui:

Dekan FKIP KetuaJurusan


Unismuh Makassar Pendidikan Sosiologi

Dr. Andi Sukri Syamsuri, M.Hum. Dr. H. Nursalam, M.Si


NBM : 858625 NBM:951 829

ii
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Judul Skripsi : Gerakan Sosial Masyarakat Peduli Lingkungan Di

Kecamatan Awangpone Kabupaten Bone

Mahasiswa yang bersangkutan :

Nama : Abd.Rahman

NIM : 10538 02015 11

Jurusan : Pendidikan Sosiologi

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Setelah diperiksa dan diteliti, maka skripsi ini telah memenuhi persyaratan

dan layak untuk diujikan.

Makassar, September 2015

Disetujui oleh:

Pembimbing I Pembimbing II

Dra. Hj. Syaribulan. K, M.Pd Muhammad Akhir, S.Pd., M.Pd

Diketahui:

Dekan FKIP Ketua Jurusan


Unismuh Makassar Pendidikan Sosiologi

Dr. Andi Sukri Syamsuri, M.Hum. Dr. H. Nursalam, M.Si


NBM : 858625 NBM: 951 829

iv
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Judul Skripsi Gerakan Sosial Masyarakat Peduli Lingkungan di Kecamatan

Awangpone KabuPaten Bone'

\ama ABD. RAHMAN

\IM 10s380201511

Jurusan Pendidikan Sosiologi

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

ini telah memenuhi syarat untuk


Setelah diteliti dan diperiksa ulang, skripsi

Fakultas Keguruan dan llmu


dipertanggungiawabkan di depan tim penguji skripsi

Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar'

Makassar, 01 SePtember 2015

Disahkan oleh:

II

G
Pembimbing I Pembirnbing

Ketua Jurusan

,f)6etfitx4*

f-jffi
HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi atas nama Abd. Rahman, NIM 105380201511 diterima dan


disahkan oleh Panitia ujian Skripsi berdasarkan Surat Keputusan Rektor
M,
universitas Muhammadiyah Makassar Nomor: 054 Tahun 1436 H12015
sebagai salah satu syarat guna memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
pada
Universitas
Jurusan Pendidikan Sosiologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Muhammadiyah Makassar, Yudisium pada hari Kamis tanggal 02 Juli
2015.

17 Zulqaidahl436H
Makassar,
01 SePtember 2015 M

PANITIA UJIAN

Pengawas Limum Dr. H. Irwan Akib, M.Pd. (

Ketua Dr. Andi Sukri Syamsuri, M.Hum. (

Khaeruddin, S.Pd., M.Pd. - l'lr'4".


Sekretaris

Pengu3i

l. Dr. H. Abd. Rahman Rahim, M'M


0fu,
2. AndiAdam, S.Pd." M'Pd

3, Dra. Hidayah QuraisY, M.Pd

4. Dra. Hj. St. Fatimah Tola, M.Si

Mengetahui

FKIP Ketua Jurusan


idikan Sosiologi

/*..$+tH
iW
ffi
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur atas kehadirat Allah S.W.T yang senantiasa

memberi berbagai karunia dan nikmat yang tiada terhitung, kepada seluruh

makhluknya terutama manusia. Demikian pula salam dan shalawat kepada

junjungan kita Nabi Muhammad S.A.W. yang merupakan panutan dan contoh kita

sampai akhir zaman, yang dengan keyakinan ini penulis dapat menyusuna skripsi

yang berjudul: “Gerakan Sosial Masyarakat Peduli Lingkungan di Kecamatan

Awangpone Kabepaten Bone” dapat di selesaikan sebagai salah satu tugas

akademik untuk memperoleh gelar sarjana “ Sarjana Pendidikan “ pada Jurusan

Pendidikan Sosiologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Muhammadiyah Makassar.

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada orang

tua tercinta ayahanda H. Ahmad dan Ibunda Hj. Suruga dengan susah payah dan

ketulusannya mencurahkan cinta, kasih sayang dan perhatiannya dalam mendidik

dan membesarkan disertai dengan iringan doa sehingga penulis dapat

menyelesaikan penyusunan skripsi ini, semoga ananda dapat membalas setiap

tetes keringat yang tercurah demi membantu ananda menjadi seorang manusia

yang berguna. Serta untuk saudara-saudaraku semua yang selama ini selalu

menemani dan memberikan semangat kepada penulis.

Selama penyusunan skripsi ini, penulis menghadapi berbagai hambatan

dan tantangan namun berkat bimbingan, motivasi, dan sumbangan pemikiran dari

berbagai pihak, segala hambatan dan tantangan yang di hadapi penulis dapat

ix
teratasi. Dengan penuh rasa hormat penulis menghaturkan banyak terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada, Kepada Dra. Hj. Syaribulan. K, M.Pd dan

Muhammad Akhir, S.Pd., M.Pd pembimbing I dan pembimbing II, yang telah

memberikan bimbingan, arahan serta motivasi sejak awal proposal hingga

selesainya skripsi ini.

Selanjutnya dengan penuh rasa hormat penulis menghaturkan banyak

terimah kasih kepada Dr. H. Irwan Akib, M. Pd. Sebagai Rektor Universitas

Muhammadiyah Makassar, Dr. Andi Sukri Syamsuri, M. Hum. sebagai Dekan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar,

Dr. H. Nursalam, M. Si. dan Muhammad Akhir S. Pd., M. Pd. Ketua jurusan dan

sekertaris jurusan pendidikan sosiologi atas segala bantuannya dalam administrasi

maupun dalam perkuliahan, dan Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan khususnya Jurusan Pendidikan Sosiologi yang telah mendidik

dan memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis.

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya juga penulis ucapkan kepada

masyarakat Awangpone yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian

serta Rekan-rekan mahasiswa Angkatan 2011 Jurusan Pendidikan Sosiologi

khususnya kelas A tanpa terkecuali yang telah bersama-sama penulis menjalani

masa-masa perkuliahan, atas sumbangan saran dan motivasinya yang telah

memberi pelangi dalam hidup penulis selama ini. Semoga persaudaraan kita tetap

abadi untuk selamanya.

Akhirnya, dengan segala kerendahan hati, penulis senantiasa

mengharapkan kritikan dan sarannya dari berbagai pihak, selama saran dan

x
kritikan tersebut sifatnya membangun, karena penulis yakin bahwa suatu

persoalan tidak akan berarti sekali tanpa adanya kritikan. Mudah-mudahan dapat

memberi manfaat bagi para pembaca, terutama bagi diri pribadi penulis.

Makassar, Mei 2015

Penulis

xi
ABSTRAK

ABD. RAHMAN, Nim 105380201511, Jurusan Sosiologi Pada Fakultas


Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar, Dengan
Judul Skripsi Gerakan Sosial Masyarakat Peduli Lingkungan Di Awangpone
Kabupaten Bone. Di Bimbing Oleh Hj. Syaribulan K dan Muhammad Akhir.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Gerakan Sosial Masyarakat Peduli


Lingkungan Di Awangpone Kabupaten Bone. Jenis penelitian ini adalah
penelitian sosial budaya (PSB) dengan tipe deskriptif kualitatif, yaitu memberikan
gambaran tentang perubahan sosial ekonomi terhadap masyarakat. Pengumpulan
data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara observasi, wawancara dan
dokumentasi. Dalam penelitian ini responden di pilih langsung oleh peneliti yang
disebut sasaran penelitian yaitu 10 orang.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Gerakan sosial peduli lingkungan


adalah salah satu cara masyarakat untuk menjaga kelestarian alam serta
menyelamatkan ekosistem alam selain itu dengan terjaganya lingkungan
masyarakat secara otomatis mempengaruhi kesehatan masyarakat untuk hidup
sehat di Kecamatan Awangpone. Dan selain kelebihan tersebut masi juga terdapat
kekurangan yang dimana masih ada masyarakat yang bermasa bodoh dan tidak
peduli dengan lingkungannya, dan kurangnya kerjasama antara pemerintah desa
dengan kecamatan sehingga program tersebut tidak berjalan sesuai dengan apa
yang diinginkan.

Kata Kunci : Gerakan Sosial, Peduli Lingkungan

viii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ ii

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................ iv

SURAT PERNYATAAN ............................................................................... v

SURAT PERJANJIAN .................................................................................. vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN................................................................. vii

ABSTRAK ...................................................................................................... viii

KATA PENGANTAR.................................................................................... ix

DAFTAR ISI................................................................................................... xii

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiv

DAFTAR GAMBAR...................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1

A. Latar Belakang ..................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................ 5

C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 5

D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR .......................... 7

A. Kajian Pustaka...................................................................................... 7

1. Gerakan Sosial............................................................................... 7

2. Peduli Lingkungan ....................................................................... 11

xii
B. Kerangka Pikir ..................................................................................... 23

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 26

A. Jenis Penelitian..................................................................................... 26

B. Waktu Dan Tempat Penelitian ............................................................. 26

C. Informan Penelitian .............................................................................. 26

D. Instrumen peneltian.............................................................................. 27

E. Teknik Pengumpulan Data................................................................... 27

F. Teknik Analisis Data............................................................................ 30

G. Teknik Keabsahan Data....................................................................... 30

BAB 1V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................. 32

A. Hasil Penelitian .................................................................................... 32

B. Deskripsi Hasil Penelitian .................................................................... 47

C. Pembahasan.......................................................................................... 65

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 66

A. Kesimpulan........................................................................................... 66

B. Saran..................................................................................................... 67

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

xiii
DAFTAR TABEL

Halaman

2.1. Ketinggian Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bone................................. 33

2.2 Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Bone Tahun 2015................ 41

2.3 Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan dan Agama di Kabupaten Bone

Tahun 2011.................................................................................................... 43

xiv
DAFTAR GAMBAR

Halaman

2.1. Bagan Kerangka Pikir .............................................................................. 24

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Ditingkat nasional, lahirnya undang-undang nomor 4 tahun 1982 tentang

ketentuan-ketentuan pokok pengelolaan lingkungan hidup, tanggal 11 maret 1982

dipandang sebagai pangkal tolak atau awal dari lahir dan pertumbuhan hukum

lingkungan nasional modern. Jadi, peraturan perundang-undangan yang disebut

sebelum 11 maret 1982 diperundang-undangan sebagai rezim hukum lingkungan

nasional klasik sedangkan peraturan perundang-undangangan yang dibuat sejak

11 maret 1982 dipandang sebagai rezim hukum lingkungan klasik dan rezim

hukum lingkungan klasik dan rezim hukum lingkungan modern adalah terletak

pada ruang lingkup dan pendekatannya. Rezim hukum lingkungan klasik bersikan

ketentuan-ketentuan dalam hukum lingkungan modern berdasarkan pendekatan

lintas sektoral atau komprenship integral. Sebelum studi tentang inventrasasi

peraturan perundang-undangan klasik di Indonesia telah dilaksanakan. Studi itu

menginventrisasi seluruh peraturan perndang-undangan yang pernah dibuat

hinggah kurung waktu tahun 1979. Hasil studi itu menunjukkan bahwa di

Indonesia terdapat beberapa peraturan perundang-undangan .

Pada periode 1960-an, perkembangan teori gerakan sosial memasuki era

baru dalam dunia akademis terutama di Negara-negara Amerika Utara dan Eropa

Barat sebelum era yang ditandai dengan ditransformasikannya teori gerakan sosial

kelasik menjadi lebih modern dengan mempergunakan teori-teori yang telah

dikembangkan oleh akademisi teori gerakan sosial sebelumnya atau thesis baru

1
2

dari kritik terhadap teori yang telah tersedia. Teori gerakan sosial modern

memiliki beberapa ciri utamanya. Pertama, memandang dan menempatkan

aktivitas gerakan sosial sebagai sebuah aksi kolektif yang rasional dan memiliki

nilai positif.

Dan memperbaiki serta mengkontekstualisasikan teori-teori garakan sosial

sebelumnya kekinian seperti menganarilisasi teori eksploitasi kelas karl marx

menjadi teori keluhan yang lebih cocok dipergunakan dalam konteks saat ini

dimana aksi-aksi kolektif berkembang tidak hanya dan satu-satunya didorong oleh

eksploitasi kelas pemilik alat produksi terhadap buruh dimasyarakat kapitalis.

Ketiga, semakin banyaknya riset dan studi gerakan sosial di Negara-negara diluar

Amerika Utara dan Eropa Barat yang membuat kajian gerakan sosial semakin

kaya. Dan teori gerakan sosial modern berhasil mengidentifikasi faktor-faktor apa

saja yang memfasilitasi tumbuhnya gerakan sosial, kuat lemahnya dan berhasil

atau tidaknya sebuah geraka sosial.

Lingkungan hidup menjadi masalah yang sangat populer di dunia.

Temanya apalagi kalau bukan Pemanasan Global akibat perubahan iklim yang

sangat ekstrim di dunia. Masalah pemanasan global atau global warming ini

menjadi suatu masalah yang selalu diperbincangkan oleh banyak orang dan

penulis melihat ada semacam euforia global warming di dunia. Bahwa bumi ini

sedang mengalami perubahan iklim yang sangat ekstrim dengan ditandai oleh

bencana ekologis dimana – mana, suhu yang meningkat tajam dalam 20 atau 10

tahun terakhir ini, penyakit – penyakit bermunculan dan mengancam

keberlangsungan mahluk hidup di dunia ini serta permukaan air laut yang semakin

.
3

meningkat karena es di kutub utara yang mencair, seakan menunjukkan bahwa

bumi kita terancam oleh bahaya besar.

Selama 20 tahun belakangan ini, isu tentang lingkungan menjadi sesuatu

yang paling sering diperbincankan. Semakin parahnya isu lingkungan, semakin

banyak muncul gerakan perlindungan lingkungan, dan konferensi – konferensi

yang digelar terkait dengan isu – isu pemanasan global. Konferensi yang diadakan

tidak hanya konferensi yang diadakan oleh PBB sebagai organisasi terbesar dunia,

tapi juga konferensi yang digelar oleh gerakan grassroots dan kelompok

kepentingan yang memiliki perhatian pada masalah lingkungan.

Isu lingkungan diidentikkan dengan pemanasan global dan perubahan

iklim yang terjadi, jumlah es di kutub berkurang secara drastis yang

mengakibatkan kenaikan volume lautan, dan dibeberapa tempat terjadi

ketidakjelasan cuaca. Contohnya di Indonesia, beberapa tahun belakangan ini,

pergantian musim di Indonesia tidak jelas lagi, dan dibeberapa daerah yang

dulunya berhawa dingin, tidak lagi terasa seperti itu. Sehingga pemerintah daerah

bekerjasama dengan beberapa lembaga dan masyarakat dalam melakukan

gerakan sosial peduli lingkungan di Kecamatan Awangpone Kabupaten Bone.

Belakangan ini, banyak sekali muncul gerakan sosial yang sifatnya lokal,

maupun global, dimana inti dari setiap pergerakan itu adalah menuntut perubahan

ke arah yang lebih baik. Salah satu gerakan sosial yang sifatnya global adalah

gerakan untuk melindungi lingkungan dari kerusakan yang lebih parah, yang

dikenal dengan “Environmental Movements”

.
4

Pemerintah Indonesia sudah punya gerakan untuk mengerem laju

pemanasan global melalui gerakan satu orang satu pohon (one man one tree),

dengan gerakan ini diterapkan oleh masyarakat setempat yang sangat membantu

ekosistem dan pelestarian lingkunan di Kecamatan Awangpone Kabupaten Bone,

yang dimana lingkungan disekitar pinggir pantai bisa dilestarikan kembali dengan

adanya kegiatan gerakan sosial ini. Dengan melihat bahwa lingkungan disekitar

pinggir pantai ini sangat memperihatinkan dan butuh perlindungan dari penduduk,

dan pemerintah setempat untuk mempebaiki kembali ekosistem disekitar pantai.

Dan dengan adanya kegiatan gerakan sosial peduli lingkungan ini ada perubahan

kearah yang lebih baik dengan memperbaiki dan melestarikan kembali lingkungan

hidup agar bumi ini terselamatkan dari bencana alam dan menghijaukan kembali

lingkungan sekitar.

Masyarakat setempat yang berada disekitar pinggir pantai Awangpone

sangat mendukung program pemerinta dalam pelestarian lingkungan, yang

dimana masyarakat Awangpone yang berada disekitar pinggir Pantai

mengharapkan adanya perubahan dalam perbaikan dan pelestarian lingkungan.

Kegiatan program pemerintah dalam pelestarian lingkungan ini masyarakat sangat

antusias melihat bahwa program ini sangat bermanfaat karena kelestarian

ekosistem mangrove merupakan sesuatu yang harus dan tidak bisa ditawar-tawar.

Namun demikian seringkali upaya pelestarian selalu kalah oleh “ modal uang”.

Akan tetapi pemerinta dan masyarakat memiliki tekad yang kuat dalam

pelestarian lingkungan untuk menyelamatkan ekosistem pantai dengan gerakan

menanam pohon yaitu satu pohon satu orang agar lebih meringankan dalam

.
5

melestarikan lingkungan dan bisa terlaksana program tersebut yang dimana tidak

terlalu diberatkan oleh biaya. Dan dengan adanya program gerakan sosial peduli

lingkungan ini masyarakat mulai sadar akan pentingnya menjaga lingkungan dan

bisa menambah pendapatan serta memiliki lingkungan yang sehat.

Dari uraian diatas, maka penulis termotivasi melakukan penelitian dengan

judul ”Gerakan Sosial Peduli Lingkungan Di Kecamatan Awangpone

Kabupaten Bone”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dirumuskan di atas, maka masalah

dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah bentuk-bentuk gerakan sosial peduli lingkungan di

Kecamatan Awangpone Kabupaten Bone ?

2. Apakah kendala-kendala Gerakan Sosial peduli Lingkungan di

Kecamatan Awangpone Kabupaten Bone?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahandi atas, maka penelitian ini dilaksanakan dengan

tujuan :

1. Untuk mengetahui bentuk-bentuk gerakan sosial peduli lingkungan di

Kecamatan Awangpone Kabupaten Bone.

2. Untuk mengetahui kendala-kendala gerakan sosial peduli lingkungan di

Kecamatan Awangpone Kabupaten Bone.

.
6

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Diharapkan penelitian ini dapat menjadi sumber informasi untuk

mengenal, memahami dan mendalami tentang gerakan sosial yang terjadi dan

dapat menjadi bahan acuan bagi peneliti selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi masyarakat

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan sumbangsi

pengetahuan bagi masyarakat tentang gerakan sosial peduli lingkungan

yang terjadi saat sekarang ini yang bertempat di kecamatan awangpone

kabupaten bone.

b. Bagi pemerintah

Diharapkan penelitian ini dapat menjadi masukan, tambahan

informasi dan pertimbangan dalam perencanaan,lebih mencintai

lingkungan dan pengambilan keputusan serta kebijakan pada saat

melaksanakan suatu gerakan sosial peduli lingkungan .

c. Bagi peneliti

Diharapkan penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan

wawasan serta memberikan gambaran yang jelas mengenai gerakan sosial

peduli lingkungan.

.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. KAJIAN PUSTAKA

1. Gerakan Sosial

1) Pengertian Gerakan sosial

Gerakan Sosial merupakan salah satu kelompok yang turut

memperjuangkan terwujudnya perubahan dunia kearah yang lebih baik.

Wood dan Jackson (dalam Sztompka, 1994) menyatakan bahwa perubahan

social merupakan basis yang menentukan ciri-ciri gerakan sosial, dan gerakan

sosial berkaitan erat dengan perubahan sosia. Gerakan sosial memiliki

berbagai cara yang menurut mereka paling tepat dalam rangka mewujudkan

cita-citanya. Sejak abad ke-19, gerakan social sering diwujudkan dalam

bentuk gerakan protes, pemberontakan, kudeta, sampai perilaku anarkis.

Namun ada juga gerakan social yang dilakukan dengan perilaku yang positif,

tanpa tindakan yang anarkis dan tidak merusak.

Untuk dapat memahami peranan gerakan sosial dalam kerangka studi

perubahan social, kita perlu memahami mengenai berbagai defenisi gerakan

social. Ada banyak defenisi mengenai gerakan social, gerakan social sering

diidentikkan dengan masalah politik, karena memang gerakan social lahir dari

sebuah kepentingan individu atau kelompok masyarakat, baik yang

terorganisasi maupun tidak. Gerakan social pada hakikatnya merupakan hasil

perilaku kolektif, yaitu sebuah perilaku yang dilakukan bersama-sama oleh

sejumlah orang tidak bersifat rutin dan perilaku mereka merupakan hasil

7
8

tanggapan atau respons terhadap ransangan tertentu. Akan tetapi, gerakan

social berbeda dengan perilaku kolektif. Gerakan social sifatnya lebih

terorganisasi dan lebih memiliki tujuan dan kepentingan bersama

dibandingkan perilaku kolektif. Perilaku kolektif dapat terjadi secara spontan,

namun gerakan social memerlukan sebuah penggorganisasian massa. Sunarto

dalam Nanang Martono (2011:223)

Secara umum, gerakan sosial dimaknai sebagai sebuah gerakan yang

lahir dari sekelompok individu untuk memperjuangkan kepentingan, aspirasi

atau menuntut adanya perubahan ynag ditunjukkan oleh sekelompok tertentu,

misalnya adalah pemerintah atau penguasa. Namun gerakan social dapat ini

dapat berpihak sebagai kelompok yang pro maupun kontra dengan

pemerintah (penguasa). Gerakan sosial merupakan bentuk dari kolektivitas

orang-orang didalamnya untuk membawa atau menentang perubahan.

Gerakan social sering kali tidak terwujud sebagai organisasi formal, namun

dapat pula merupakan bagian dari sebuah organisasi tertentu, sehingga tidak

mengherankan apabila didalam organisasi terdapat kelompok-kelompok yang

saling bertentangan dan masing-masing mewujudkan dirinya dalam bentuk

gerakan social.

Sztompka dalam Nanang Martono (2011:225), memberikan batasan

definisi gerakan sosial. Menurutnya, gerakan social harus memiliki empat

kriteria, yaitu: pertama, adanya kolektivitas; kedua, memiliki tujuan yang

bersama, yaitu mewujudkan perubahan tertentu dalam masyarakat mereka

yang ditetapkan partisipasi menurut cara yang sama. ketiga, kolektivitasnya

.
9

relative tersebar namun lebih rendah derajatnya dari pada organisasi formal.

Keempat, tindakannya memiliki derajat spontanitas tinggi namun tidak

terlembaga dan bentuknya tidak konvensional.

Adapun pengertian gerakan sosial menurut para ahli adalah sebagai

berikut:

1. Giddens (dalam Putra, dkk, 2006), menjelaskan konsep konsep gerakan

sosial sebagai suatu upaya kolektif untuk mengejar suatu kepentingan

bersama, atau gerakan yang bertujuan untuk mencapai tujuan bersama

melalui tindakan kolektif diluar lingkup lembaga-lembaga yang sudah

ada.

2. Horton dan Hunt, dalam Nanang Martono (2011:227), Menurutnya

gerakan social terbentuk melalui serangkaian proses yang pertama,

tahap ketidaktentraman dan ketidakpuasan. Kedua, tahap perangsangan.

Ketiga, tahap formalisasi. Keempat, tahap pelembagaan. Kelima, tahap

pembubaran.

2) Tipologi dan Strategi Gerakan Sosial

Ada beberapa bentuk atau klasifikasi gerakan sosial. Klasifikasi

tersebut didasarkan pada beberapa kriteria, yaitu: pertama, menurut bidang

perubahan yang diinginkan, kedua, menurut kualitas perubahan yang

diinginkan. Ketiga, menurut target perubahannya. Keempat, menurut arah

perubahan yang diinginkan. Kelima, menurut strategi yang mendasari atau”

logika tindkan mereka”. Keenam, menurut sejarah perkembangannya

Sztompka dalam Nanang martono (2011:230).

.
10

Pertama, menurut bidang perubahan yang diinginkan. Tipe gerakan

social ini dibedakan ini menjadi dua. yang pertama, gerakan Sosial dengan

tujuan terbatas hanya untuk mengubah aspek tertentu dalam masyarakat tanpa

menyentuh struktur lembaganya. Gerakan ini dinamakan gerakan reformasi

misalnya gerakan menolak undang-undang pornografi dan pornoaksi. Kedua

gerakan radikal, gerakan ini mengupayakan perubahan yang lebih mendalam

yang menyentuh landasan organisasi social contohnya adalah gerakan hak

sipil.

Kedua, menurut kualitas perubahan yang diinginkan. kelompok ini

dibedakan menjadi dua yaitu, pertama gerakan konservatif. Kedua yaitu

gerkan progresif

Ketiga menurut target perubahannya tipe gerakan social ini dibedakan

menjadi dua, pertama, gerkan social yang memusatkan target perubahannya

pada perubahan stuktur sosial, kedua, gerakan social yang berorientasi pada

perubahan diri individu.

Keempat menurut arah perubahan yang diinginkan. tipe gerakan

social ini dibagi menjadi dua. Pertama gerakan social positif, kedua gerakan

social negative

Kelima menurut strategi yang mendasari atau logika tindakan mereka.

Ada dua gerakan yang termasuk dalam tipe ini. Pertama gerakan yang

mengikuti ini logika instrumental, yang bertujuan untuk mendapatkan

kekuasaan politik. Kedua, gerakan yang mengedepankan logika perasaan,

gerakan ini misalnya adalah gerakan perempuan ( feminisme).

.
11

Keenam, menurut sejarah perkembangannya. tipologi gerakan social

ini dibagi menjadi dua. Pertama, gerakan sosial lama (GSL), gerakan social

yang menonjol pada masa awal kemunculan modernisasi. Gerakan ini

memusatkan perhatian pada kepentingan ekonomi, anggotnya kebanyakan

direktur dari kelas social tertentu, sifatnya organisasinya kakuserta bersifat

desentralisasi. kedua, gerakan social baru atau ( GSB), gerakan social yang

muncul pada masa akhir perkembangan modernisasi.

2. Peduli Lingkungan

1) Pengertian peduli lingkungan

Gerakan Masyrakat Peduli Lingkungan adalah Lembaga Swadaya

Masyarakat yang Independen berdiri pada 17 Januari 2010 di Jakarta, yang

memfungsikan diri sebagai Lembaga yang senantiasa mengkritisi segala

bentuk penyimpangan dan kebijakan policy Lingkungan hidup, kerusakan

ekosistem yang memilki dampak kepada masyarakat sekitar yang kemudian

merambah pada persoalan disharmoni tidak terjalin interaksi secara optimal

antara masyarakat dan Lingkungan. Masyarakat (Sosial) dan Lingkungan

merupakan dua aspek yang tidak terpisahkan

Gerakan Masyarakat Peduli Lingkungan sebagai salah satu lembaga

yang independen bergerak dalam Pemberdayaan Masyarakat dan Lingkungan

memiliki beberapa program utama yang dikelola oleh kalangan Masyarakat.

GEMPUL (Gerakan Masyarakat Peduli Lingkungan), melakukan sosialisasi

dan rujukan serta kerjasama dengan pihak-pihak terkait untuk mendukung

.
12

kelancaran program Pemberdayaan Masyarakat dan Lingkungan serta

mendukung layanan-layanan yang dibutuhkan oleh Masyarakat.

Semua problematika lingkungan telah memunculkan sebuah fenomena

baru di kalangan masyarakat yang bernama “Gerakan Sosial Lingkungan

Hidup” atau “ Green Movement” termasuk di Indonesia. fenomena –

fenomena gerakan sosial lingkungan hidup atau Green Movement ini

sekarang marak bermunculan, terutama di Indonesia, pasca konferensi

Desember lalu itu. Gerakan sosial ini tampaknya tidak hanya menjadi milik

para aktivis lingkungan saja tetapi sudah menjadi hal yang lazim yang

dilakukan oleh masyarakat. Tidak bisa dipungkiri, ada semacam difusi

kebudayaan, secara antropologis, dan ada semacam internalisasi, secara

sosiologis, bahwa yang namanya gerakan lingkingan hidup, dalam konteks

ini penulis menyebutnya sebagai gerakan penyelamatan lingkungan hidup,

adalah sebuah gerakan yang harus dilakukan mulai sekarang juga. Bahkan

anak kecil saja sudah diajari untuk melakukan gerakan penyelamatan

lingkungan hidup. Keterlibatan anak - anak dalam gerakan sosial lingkungan

hidup ini, seperti yang ditunjukkan dengan Gerakan Menanam Pohon

bersama dengan Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo di Pantai Indah Kapuk

atau Iklan Kampanye Penghematan Energi dengan modelnya adalah seorang

anak kecil laki – laki dengan ibunya yang menasihati agar ia mematikan

lampu yang tidak terpakai, menunjukkan bahwa ada semacam value atau nilai

sosial di masyarakat yang mengandung makna bahwa kepedulian terhadap

lingkungan harus sudah dimulai sejak dini. Di dalam sebuah keluarga,

.
13

penulis melihat bahwa sudah ada semacam “kurikulum” bahwa anak harus

diperkenalkan dengan yang namanya Peduli Terhadap Lingkungan. Mungkin

ini baru sebatas opini penulis saja tetapi kalau diperhatikan pada masa

sekarang kecenderungan seperti itu sudah ada pada keluarga di Indonesia.

Pada kehidupan sekolah, seorang anak juga sudah diajarkan untuk peduli

terhadap lingkungan, salah satunya lewat gerakan menanam pohon di

sekolah.

2) Masalah lingkungan

Pengurasan sumber daya alam (natural resource defletion) diartikan

sebagai pemanfaatan sumberdaya alam secara tidak bijaksana sehingga

sumber daya alam itu baik kualitasnya maupun kuantitasnya menjadi

berkurang atau menurun dan pada akhirnya akan habis sama sekali. Ancaman

akan habisnya sumber daya alam, terutama dapat terjadi pada sumber daya

alam yang tidak terbarui, misalnya bumi,gas alam, batu bara, atau mineral

pada umunya. Jenis sumberdaya alam yang tidak terbarui akan cepat habis

sebelum pada waktunya jika pemanfatannya tidak disertai dengan kebijakan

konservasi. Meskipun beberapa jenis sumber daya alam tergolong kedalam

sumber daya alam yang dapat diperbaharui atau tersedia secara tetap,

kegiatan-kegiatan manusia dapat menyebabkan sumber daya alam itu

menjadi kurang kualitasnya misalnya, lahan adalah termasuk sumber daya

alam yang terbarui, jika lapisan permukaan tanah terkikis habis maka lahan

menjadi tidak atau berkurang nilainya untuk budidaya pertanian. Hutan

termasuk sumber daya alam terbarui namun penebangan hutan tanpa diiringi

.
14

olrh reboisasi , maka lambat laun akan terjadi kerusakan lahan. Namun, ada

pandangan lain yang mengatakan bahwa hutan bukan sumber daya alam yang

terbarui karena manusia mampu membuat hutan, hanya tuhan yang Maha Esa

yang mampu membuat hutan sebab hutan bukan sekadar kumpulan batang-

batang pohon kayu hutan tetapi sebuah ekosisten ekologi yang kompleks.

Manusia hanya mampu menanam kembali pohon-pohon kayu hutan dan

penanam kembali tidak dengan sendirinya membuat hutan. Matahari juga

termasuk sumber daya alam terbarui, tetapi dengan berkurangnya lapisan

ozon menyebabkan cahaya matahari menjadi sumber penyakit. Punahnya

satwa tertentu dapat memengaruhi proses-prose ekologis sehingga dapat

menyebabkan terganggunya keseimbangan ekologis.

Perbedaan pokok antara pencemaran lingkungan dengan terkurasnya

sumber daya alam adalah bahwa pencemaran dapat terjadi karena masuknya

atau hadirnya sesuatu zat, energy atau komponen kedalam lingkungan hidup

atau ekosistem tertentu. Dengan demikian, zat, energy atau kmponen itu

merupakan sesuatu yang asing atau pada mulanya tidak ada di dalam suatu

kawasan lingkungan hidup kemudian hadir dalam kuantitas atau kualitas

tertentu karena dimasukkan oleh kegiatan manusia. Sebaliknya, pengurasan

sumber daya alam mengandung arti sumberdaya alam yang terletak atau

hidup didalam konteks asalnya atau kawasan asalnya,kemudian oleh manusia

diambil secara terus menerus dan tidak terkendali dengan cara dan jumlah

tertentu sehingga menimbulkan perubahan dan penurunan kualitas

lingkungan hidup.

.
15

Dampak negatif dari menurunya kualitas lingkungan hidup baik

karena terjadinya pencemaran atau terkurasnya sumber daya alam adalah

timbulnya ancaman atau dampak negatif terhadap kesehatan, menurunnya

nilai estetika kerugian ekonomi (economi cozt), dan terganggunya sistem

alami (Natural system). Menurut Rahmadi (2014:1-3)

3) Faktor-faktor terjadinya masalah lingkungan

a. Teknologi

Barry Commoner dalam Rahmadi (2014:6) melihat bahwa teknologi

merupakan sumber terjadinya masalah-masalah lingkungan. Terjadinya

revolusi dibidang ilmu pengetahuan alam misalnya fisika dan kimia, yang

terjadi selama 50 tahun terakhir, telah mendorong perubahan-perubahan

besar dibidang teknologi selanjutnya hasil-hasil teknologi itu diterapkan

dalam sector industry, pertanian, transportasi dan komunikasi.

b. Pertumbuhan penduduk

Ehrlich dan Holdren dalam Rahmadi (2014:7) menekankan bahwa

pertumbuhan penduduk dan peningkatan kekayaan memberikan sumbangan

penting terhadap penurunan kualitas lingkungan hidup. Mereka menolak

pandangan Commoner bahwa pengembangan dan penerapan teknologi baru

kedalam berbagai sector di mulai pada tahun 1940 sebagai penyebab

terjadinya masalah-masalah lingkungan.

Ehrlich dan Holdren berpendapat bahwa jauh sebelumnya teknologi

maju dikembangkan seperti apa adanya dewasa ini, bumi, tempat hidup

manusia ini, telah mengalami bencana lingkungan. Mereka menunjukkan

.
16

beberapa contoh, yakni terjadinya gurun pasir di lembah sungai Eupharate

dan sungai Tigris terkenal pada zaman sebelum masehi terkenal sebagai

kawasan susbur. Terjadinya kerusakan pada kawasan yang semula subur

itu disebabkan oleh sistem irigasi yang gagal dan pembukaan lahan yang

terus menerus akibat pertumbuhan penduduk sehingga semakin luas lahan

pertanian berdasarkan sistem irigasi.

c. Motif Ekonomi

Hardin dalam Rahmadi (2014:8-9) melihat bahwa alasan-alasan

ekonomi yang sering menggerakkan perilaku manusia atau keputusan-

keputusa yang diambil oleh manusia secara perorangan maupun dalam

kelompok, terutama dalam hubungannya denagn pemanfaatan Common

Property. Common Property adalah sumber-sumber adaya alam yang tidak

dapat menjadi hak perorangan, tetapi setiap orang dapat menggunakan atau

memanfaatkannya untuk kepentingan masing-masing. Common property

meliputi sungai, padang, rumput, udara, laut. Karena sumber daya itu

dapat dan bebas untuk dimanfaatkan oleh setiap orang untuk memenuhi

kebutuhannya masing-masing, maka setiap orang berusaha dan berlomba-

lomba untuk memanfaatkan atau noneksploitasi sumber daya alam

semaksimal mungkin guna perolehan keuntungan pribadi yang sebesar-

besarnya.

.
17

4) Bentuk-bentuk gerakan sosial peduli lingkungan

a. Baku mutu lingkungan hidup

Baku mutu lingkungan hidup (BMLH) dan merupakan instrument

pengelolaan hidup. Pengertian BMLH dirumuskan dalam pasal 1 angka 13

UUPPLH yaitu “ ukuran batas atau kadar mahkluk hidup, zat, energy, atau

komponen yang ada atau harus ada dan / atau unsure pencemar yang

ditenggang adanya dalam sumber daya tertentu sebagai unsur lingkungan

hidup.” Konsep BMLH dapat dibedakan atas baku mutu air dan baku mutu

udara Ambien disuatu pihak dan baku mutu limbah atau baku mutu Emisi

dipihak lain. Baku mutu air dan baku mutu udara Ambien mewakili keadaan

atau kondisi komponen lingkungan hidup, misalkan air atau udara yang ingin

dipertahankan atau ditingkatkan sedangkan baku mutu air limbah atau baku

mutu emisi adalah kuantitas dan kualitas limbah atau buangan yang diizinkan

keluar dari saluran-saluran pembuangan atau pelepasan sebuah kegiatan

usaha. Untuk mempertahankan keadaan atau kondisi sebuah sumber air atau

kawasan udara tertentu, maka pelepasan atau buangan dari berbagai kegiatan

yang potensial perlu dikendalikan melalui penetapan baku mutu limbah atau

baku mutu Emisi.

b. Pengendalian pencemaran laut

Pengendalian pencemaran dan perusakan laut dilakukan melalui

empat pendekatan yaitu : perlindungan mutu laut, pencegahan pencemaran

laut, pencegahan perusakan laut, dan penanggulangan pencemaran dan

perusakan laut. Perlindungan mutu laut melalui langka-langka berikut:

.
18

penelitian data mutu air laut, penetapan status mutu laut dengan mengacu

pada baku mutu air laut (BMAL) dan kriteria kerusakan laut. Pencegahan

pencemaran laut dilakukan melalui langka-langka berikut : melarang

perbuatan yang dapat menimbulkan pencemaran laut, mewajibkan kegiatan

usaha melalui pencemaran laut, mewajibkan kegiatan usaha mematuhi

persyaratan tentang BMAL, BMLC dan BME, mewajibkan kegiatan usaha

mengelola limbah cair dan limba padat.

Pencegahan pengrusakan laut dilakukan dengan langka-langka berikut

melarang perbuatan yang dapat menimbulkan kerusakan laut, mewajibkan

keiatan usaha melakukan pencegahan, penanggulangan. Penanggulangan

pencemaran dan perusakan laut dilakukan dengan langka-langka berikut:

mewajibkan kegiatan usaha melakukan pemulihan mutu laut, mejibkan

kegiatan usaha menanggung biaya penanggulangan dan pembayaran ganti

kerugian. Pengendalian pencemaran laut dilakukan melalui penggunaan

instrument-instrumen berikut: baku mutu air laut, criteria baku kerusakan air

laut, izin melakukan damping dan pengawasan. Dalam Rahmadi (2014:150-

151).

Dan cara lain yang sangat mendukung pelestarian lingkungan yaitu

input penting ekosistem mangrove terutama keseimbangan air tawar dan air

asin. Kehadiran ekosistem mangrove dipantai menjadi wilayah penyangga

perembesan air laut atau intrusi kedaratan. Ekosistem mangrove yang tebal

dengan tumbuhan yang rapat dapat mencegah masuknya air laut melalui bawa

.
19

tanah kedaratan , sehingga sumur-sumur yang dibuat belakang ekosistem

mangrove tidak asin.

Dikota-kota besar atau desa-desa pantai ditebang habis untuk

pembanguna pemukiman. Karena tidak ada penghalang, maka sumur-sumur

yang jauh dari pantaipun air asin. Itu berarti telah terjadi intrusi air laut

melalui bawa tanah kedaratan. Penduduk pesisir dan pulau mempunyai

pengetahuan mengenai keterkaitan antara keberadaan tumbuhan pesisir dan

air tawar ini. Karena itu dipulau-pulau kecil, penduduk menanam berbagai

tanaman dipantai dengan harapan sumur yang dibuatnya tawar atau tidak

terlalu asin.

Di Kecamatan Awangpone Kabupaten Bone, sebelum melakukan

penghijauan dipesisir tidak hanya sumur-sumur penduduk yang airnya asin,

obak pasangpun menyapu sampai kebawah rumah penduduk. Setelah

melakukan penghijauan dan pelestarian lingkungan yang dimotori oleh

pemerinta setempat dan masyarakat luasan hutan mangrove kemudian

melindungi pemukiman dan sumur-sumur pendudukpun airnya menjadi

tawar.

Ekosistem mangrove mampu mengendapkan berbagai lumpur yang

dibawah oleh air tawar, baik dari sungai dan drainase, maupun ketika terjadi

banjir dimusim hujan. Limbah dari darat juga dapat mengendap diekosistem

mangrove namun jika limba tersebut berupa bahan kimia berbahaya makan

akan diserap biota akuatik terutama kerang sehingga terakumulasi didalam

.
20

tubuhnya, dan akhirnya biota tersebut berbahaya untuk dikonsumsi. Dalam

Ghufran (2012:70-71).

5) Teori-teori yang menjadi unit analisis

Ada banyak teori yang menjelaskan proses terbentuknya suatu

gerakan sosial. Teori tersebut meliputi teori yang lahir dari psikilogi dan

sosiologi. Teori psikologi menjelaskan bahwa akar tumbuhnya gerakan sosial

berawal dari faktor keperibadian para pengikut gerakan sosial tersebut. Ada

beberapa teori yang dapat menjelaskan argumentasi tersebut.

1. Teori gerakan sosial

a. Teori ketidakpuasan (discontent theory). Teori ini menjelaskan bahwa

akar munculnya gerakan sosial terletak pada perasaan ketidakpuasan.

Orang yang merasa hidupnya nyaman dan puas, cenderung kurang

menaruh perhatian pada gerakan sosial. Ada berbagai ragam

ketidakpuasan, mulai dari luapan kemarahan orang-orang merasa

dikorbankan oleh ketidak adilan yang kejam sampai dengan kadar

kejengkelan terendah dari orang-orang yang tidak menyukai perubahan

sosial tertentu. Pada semua masyarakat modern, selalu saja terdapat kadar

ketidakpuasan memang merupakan kondisi ketidakpuasan itu sendiri

belum cukup untuk membangkitkan munculnya gerakan sosial. Dalam

Nanang Martono (2011: 228-229) .

b. Teori ketidakmampuan penyesuaian diri peribadi (personal

maladjusment theory). Teori ini menyatakan bahwa gerakan sosial

merupakan tempat untuk menyalurkan kegagalan pribadi. Orang yang

.
21

merasa kecewa dan gagal tertarik untuk ikut serta dalam gerakan sosial

daripada orang yang sudah merasa puas dan senang. Orang-orang yang

merasa bahwa kehidupannya sudah nyaman dan memuaskan kurang

memerlukan perasaan harga diri dan keberhasilan karena mereka telah

memiliki.

Teori gerakan sosial dari disiplin sosiologi lebih melihat faktor

masyarakat dari pada individu sebagai pemicu munculnya gerakan sosial.

Salah satu teori dalam sosiologi yang menjelaskan munculnya gerakan sosial.

(1). Teori deprivasi relatif (relative deprevation theory). Konsep ini

dikembangkan oleh stouffer. Menurut teori ini, seseorang merasa kecewa

karena adanya kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Orang yang

menginginkan sedikit, lalu ternyata hanya mampu memperoleh lebih sedikit

akan merasa kadar kekecewaan yang lebih rendah daripada orang yang telah

memperoleh banyak, tetapi masih mengkhendaki yang lebih dari apa yang

telah mereka dapatkan. Faktor ini juga dipicu oleh proses melemahnya

kendali dan tradisi kesukuan yang biasanya disertai dengan meningkatnya

kadar keinginan. Dalam Nanang Martono (2011: 229)

c. Teori proses-politik. Teori ini erat kaitannya dengan teori mobilisasi

sumberdaya. Pendekatan teori proses-polotik menekankan pada peluang-

peluang bagi gerakan, yang diciptakan oleh proses politik dan sosial yang

lebih besar. Dalam Nanang Martono (2011: 229).

.
22

2. Teori gerakan sosial modern

Pada periode 1960-an perkembangan teori gerakan sosial memasuki

era baru dalam dunia akademis terutama dinegara-negara Amerika Utara dan

Eropa Barat sebuah era yang ditandai dengan transpormasikannya teori

gerakan sosil kelasik menjai lebih modern dengan mempergunakan teori-teori

yang telah dikembangkan oleh akademisi teori gerakan sosial sebelumnya

atau thesis baru dari kritik terhadap teori yang telah tersedia.

Dalam konteks studi gerakan ekologi di Indonesia pasca orde baru,

studi ini berbagai pandangan yang sama dengan teori gerakan sosial modern

seperti yang diuraikan diparagraf sebelumnya dan mempergunakan

perkembangan terakhir teori gerakan sosial modern sebagai dasar dan

petunjuk dalam menyusun kerangka teori dalam proposal prapenelitian

desertasi ini. Dalam Abdul Wahid Situmorang (2013: 24-25).

3. Teori pengembangan hukum lingkungan

Pengembangan hukum lingkungan berdasarkan teori hak dipengaruhi

oleh filsapat moral atau etika. Aliran filsafat ini menganggap perbuatan yang

menimbulkan pencemaran dan perusakan lingkungan merupakan perbuatan

jahat (evils) sehingga masyarakat atau Negara wajb untuk menghukum

perbuatan semacam itu. Teori hak ini juga mencakup dua aliran pemikiran,

yaitu libertarianisme disuatu sisi dan aliran pemikiran tentang hak-hak hewan

(animal rights) libertarianisme menolak argument dari teori pendekatan

ekonomi yang menganggap pencemaran dan penrusakan lingkunga sekadar

sebagai masalah ketidak efesienan dan ketidak adilan distribusi sumberdaya

.
23

alam, tetapi libertarianisme secara tegas menganggap perbuatan mencemari

dan merusak lingkungan merupakan bentuk pelanggarana hak pribadi dan

hak-hak kebedaan. Oleh karena itu menurut libertarianisme hukum

lingkungan harus mewajibkan para pelaku untuk terus menerus

meminimalisasi tingkat pencemaran atau perusakan lingkungan dan

kemudian meniadakan sama sekali pencemaran dan perusakan lingkungan.

Hal ini dapat di lakukan dengan merumuskan peraturan perundangan-

undangan yang dapat mendorong lahirnya inovasi teknologi pencegah

pencemaran ( technology-forcing pollution control legislation). Menurut

Rahmadi (2014:35-36).

B. Kerangka Pikir

Gerakan Sosial merupakan salah satu kelompok yang turut

memperjuangkan terwujudnya perubahan dunia kearah yang lebih baik. Wood dan

Jackson (dalam Sztompka, 1994) menyatakan bahwa perubahan social merupakan

basis yang menentukan ciri-ciri gerakan sosial, dan gerakan sosial berkaitan erat

dengan perubahan sosial.

Gerakan Masyarakat Peduli Lingkungan sebagai salah satu lembaga yang

independen bergerak dalam Pemberdayaan Masyarakat dan Lingkungan memiliki

beberapa program utama yang dikelola oleh kalangan Masyarakat. GEMPUL

(Gerakan Masyarakat Peduli Lingkungan), melakukan sosialisasi dan rujukan

serta kerjasama dengan pihak-pihak terkait untuk mendukung kelancaran program

Pemberdayaan Masyarakat dan Lingkungan serta mendukung layanan-layanan

yang dibutuhkan oleh Masyarakat.

.
24

Pemerintah Indonesia sudah punya gerakan untuk mengerem laju

pemanasan global melalui gerakan satu orang satu pohon (one man one tree),

dengan gerakan ini diterapkan oleh masyarakat setempat yang sangat membantu

ekosistem dan pelestarian lingkunan di Kecamatan Awangpone Kabupaten Bone,

yang dimana lingkungan disekitar pinggir pantai bisa dilestarikan kembali dengan

adanya kegiatan gerakan sosial ini. Dengan melihat bahwa lingkungan disekitar

pinggir pantai ini sangat memperihatinkan dan butuh perlindungan dari penduduk,

dan pemerintah setempat untuk mempebaiki kembali ekosistem disekitar pantai.

Kita ketahui pada setiap jenis penelitian, selalu menggunakan kerangka

berfikir sebagi alur dalam menentukan penelitian, hal ini untuk menghindari

terjadinya perluasan pembahasan yang menjadikan penelitian tidak terarah atau

terfokus. Pada penelitian ini maka peneliti menyajikan kerangka pikir sebagai

berikut:
Gerakan Sosial Masyarakat

Awangpone

Peduli Lingkungan

Bentuk-bentuk Gerakan Kendala-kendala Gerakan

Sosial Peduli Lingkungan Sosial Peduli Lingkungan

Bagan 1. Kerangka Pemikiran

.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian deskriktif, yaitu penelitian sosial budaya

yang dianalisis secara kualitatif. Menurut Bogdan dan Biklen dalam Moleong

(2005:3), merupakan penelitian yang menghasilkan data deskriptif yakni kata-

kata tertulis atau lisan dan perilaku yang dapat diamati dari orang-orang yang

diteliti (sasaran penelitian). Dengan kata lain penelitian ini akan sangat bergatung

kepada informasi yang diberikan oleh sasaran penelitian. Sasaran penelitian

dengan demikian adalah subyek dalam penelitian ini.

Menurut Jane Richie, penelitian kualitatif adalah upaya untuk menyajikan

dunia sosial dan perspektifnya didalam dunia dari segi konsep, perilaku, persepsi,

dan persoalan tentang manusia yang diteliti.

Jadi dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang

bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek

penelitian.

B. Waktu Dan Tempat Penelitian


Penelitian ini mengambil lokasi di Kecamatan Awangpone Kabupaten Bone.

C. Informan Penelitian

Informan penelitian dalam penelitian ini adalah sebagian masyarakat yang

berada di kecamatan Awangpone Kabupaten Bone. Untuk menentukan sampel

sebagai informan dalam penelitian ini, peneliti melakukan teknik Purposive

25
26

Sampling. Peneliti cenderung memiliki responden secara variatif berdasarkan

(alasan), sehingga dalam penelitian ini menggunakan Maximum variation

Sampling. Namun demikian responden yang dipilih dapat menunjukkan

responden yang dipilih dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan dan

kemantapan penelitian dalam pengambilan data penelitian, sehingga peneliti akan

mendapatkan informasi sesuai dengan data yang diinginkan, yang diperlukan

dalam pembuatan laporan penelitian.

Dalam penelitian ini sampel yang akan digunakan adalah informasi dari

masyarakat selaku pelaksana gerakan sosial peduli lingkungan , yaitu berjumlah

10 orang diantaranya, H. Muh, Syukri, S.sos. hj. Andi Tenri Angka Syukri, S.Pd.

Drs. Aras Latif. Suriani S.Pd. A. Asmawan. Maman. Rusli. Koda. Kasmir. A.

Sudarman di Kecamatan Awangpone Kabupaten Bone.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan dalam mengumpulkan

data. Yang menjadi instrument utama (key instrument) dalam penelitian ini adalah

peneliti sendiri. Sebagai instrumen utama dalam penelitian ini, maka peneliti

mulai tahap awal penelitian sampai pada hasil peneliti ini seluruhnya dilakukan

oleh peneliti. Selain itu, untuk mendukung tercapainya hasil penelitian maka

peneliti menggunakan alat bantu berupa pedoman wawancara, dokumentasi dan

catatan lapangan.

.
27

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan

memanfaatkan beberapa teknik, diantaranya :

1. Observasi

Obsevasi atau pengamatan adalah proses pengambilan data dalam

penelitian ini penelitian atau pengamatan melihat situasi penelitian. Teknik ini

digunakan untuk mengamati dari dekat dalam upaya mencari dan menggali

data melalui pengamatan secara langsung dan mendalam terhadap obyek yang

diteliti.

Hal-hal yang diobservasi yaitu kegiatan masyarakat mengenai gerakan

sosial peduli lingkungan misalnya adanya jamban keluarga ada atau tidak,

apakah masyarakat memanfaatkan lingkungan pekarangannya atau tidan dan

apakah masyarakat melakukan penanaman pohon atau tidak.

Menurut James dan Dean dalam Paizaluddin dan Ermalinda (2013:113)

obervasi adalah: “mengamati (watching) dan mendengar (listening) perilaku

seseorang selama beberapa waktu tanpa melakukan manipulasi atau

pengendalian serta mencatat penemuan yang menghasilkan atau memenuhi

syarat untuk digunakan kedalam tingkat penafsiran analisis”.

Ada beberapa alasan mengapa dalam penelitian kualitatif, pengamatan

yang dimanfaatkan sebesar-besarnya seperti yang dikemukakan oleh Guba dan

Lincoln (1981:191-193) yaitu (1) Teknik pengambilan ini didasarkan atas

pengalaman secara lansung. (2). Teknik pengamatan juga memungkinkan

.
28

melihat dan mengamati sendiri kemudian mencatat perilaku dan kejadian

sebagaimana yang terjadi pada keadaan sebenarnya. (3). Pengamatan

memungkinkan penelitian mencatat peristiwa dalam situasi yang berkaitan

dengan pengetahuan proposisional maupun pengetahuan yang langsung

diperoleh dari data. (4). Teknik pengamatan memungkinkan penelitian mampu

memahami situasi-situasi yang rumit.

2. Wawancara

Adapun jenis-jenis wawancara yang dilakukan penelitian yaitu

wawancara langsung dengan masyarakat di Kecamatan Awangpone. Dan

adapun data yang diperoleh melalui wawancara tersebut gerakan sosial peduli

lingkungan masyarakat awangpone ternyata sangat berkaitan erat dengan

program Kabupaten Bone.

Menurut James dan Dean dalam Paizaluddin dan Ermalinda (2013:130)

“wawancara adalah suatu kegiatan komunikasi verbal dengan tujuan

mendapatkan informasi disamping mendapatkan gambaran yang menyeluruh,

juga akan mendapatkan informasi yang penting”.

Wawancara merupakan salah satu cara untuk mengumpulkan data

dengan jalan mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara lisan kepada subjek

penelitian, instrumen ini digunakan untuk mendapatkan informasi mengenai

fakta, keyakinan, perasaan, niat dan sebagainya. Wawancara memiliki sifat

yang luwes, pertanyaan yang diberikan dapat disesuaikan dengan subjek

sehingga segala sesuatu yang ingin diungkapkan dapat digali dengan baik.

Wawancara terbagi atas dua jenis yaitu wawancara berstruktur dan wawancara

.
29

tidak berstruktur. Dalam wawancara berstruktur, pertanyan dan alternatif

jawaban yang diberikan kepada subyek telah ditetapkan terlebih dahulu oleh

peneliti.

3. Dokumentasi

Dalam penelitian ini akan menggunakan dokumen berupa foto dan arsip

dari daerah tempat penelitian.

Dokementasi adalah cara pengumpulan data yang dilakukan dengan

cara mengumpulkan data-data yang berupa dokumen baik dokumen tertulis

maupun hasil gambar.

Menurut Lexy J.Moleong dalam Paizaluddin dan Ermalinda

(20013:135) “dukumen digunakan dalam penelitian sebagai sumber data

karena dapat dimanfatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk

meramalkan”. Data yang diperoleh dari dokumen ini bias digunakan untuk

melengkapi bahkan memperkuat data dari hasil wawancara dan obsevasi.

F. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data

yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan

cara mengorganisasikan data kedalam kategori, penjabaran kedalam unit-unit,

melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan

yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga muda dipahami oleh diri

sendiri maupun orang lain.

Analisis dari penelitian ini dilakukan dengan cara: (1) Reduksi data,

semua data yang diperoleh dilapangan akan ditulis dalam bentuk uraian secara

.
30

lengkap dan banyak. Kemudian data tersebut direduksi yaitu data dirangkum,

membuat kategori, memilih hal-hal yang pokok dan penting yang berkaitan

dengan masalah. Data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang

lebih jelas dari hasil wawancara dan observasi. (2) Display data, dan bagian-

bagian detailnya dapat dipadukan dengan jelas. (3). Vervikasi, yaitu membuat

kesimpilan dari data yang telah didisplay sebelumnya sehingga lebih muda di

pahami dan dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai masalah yang ada

di lapangan.

G. Teknik Keabsahan Data

Dalam penelitian ini, teknik keabsahan data yang digunakan adalah

triningulasi (peer debriefing). Menurut Sugiyono (2012:369-371) triangulasi

dalam pemeriksaan keabsahans data diartikan sebagai pengecekan data dari

berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Dengan demikian

terdapat tringulasi teknik dan tringulasi waktu. Teknik keabsahan data dalam

penelitian ini, dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Tringulasi sumber, untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara

mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber.

2. Tringulasi teknik, untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara

mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.

3. Tringulasi waktu, untuk menguji kredibilitas data dapat dilakukan dengan

cara melakuakan pengecekan dengan wawancara, obsevasi atau teknik lain

dalam waktu atau situasi yang berbeda.

.
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran umum lokasi penelitian

a. Letak Geografis

Kabupaten Bone merupakan salah satu kabupaten yang terdapat di

Provinsi Sulawesi Selatan dengan Ibukota Watampone dengan luas wilayah

keseluruhan mencapai 4.558 km2. Kabupaten Bone secara administratif

terbagi kedalam 27 kecamatan, 329 desa dan 43 kelurahan. Kecamatan terluas

adalah Kecamatan Bonto Cani yaitu seluas 463,35 km2 sedangkan kecamatan

dengan luas wilayah terkecil adalah Kecamatan Tanete Riatang yaitu seluar

0,52 km2. Kabupaten Bone terletak pada posisi 4°13′- 5°6′ LS dan antara

119°42′-120°40′ BT dengan garis pantai sepanjang 138 km yang membentang

dari selatan ke utara.

Kabupaten Bone secara langsung berbatasan dengan beberapa

kabupaten lain di Provinsi Sulawesi Selatan, yaitu:

 Sebelah Utara : Kabupaten Wajo dan Kabupaten Soppeng

 Sebelah Selatan : Kabupaten Sinjai dan Kabupaten Gowa

 Sebelah Timur : Teluk Bone

Kabupaten Maros, Kabupaten Pangkep,


 Sebelah Barat :
dan Kabupaten Barru

31
32

Sumber:www.bonekab.go.id

Kabupaten Bone ditinjau dari ketinggian tempat dapat diklasifikasikan

kedalam 6 kategori dengan variasi ketiggian antara 0 hingga lebih dari 1.000

meter dpal. Kategori pertama (0-25 meter) yaitu seluas 81.925,2 Ha, kategori

kedua (25-100 meter) seluas 101.620 Ha, kategori ketiga (100-250 meter)

seluas 202.237,2 Ha, kategori keempat (250-750 meter) seluas 62.640,6 Ha,

kategori kelima (750-1000 meter) seluas 40.080 Ha, dan kategori keenam

(diatas 1.000 meter) seluas 6.900 Ha. Ketinggian wilayah di Kabupaten Bone

dapat dilihat pada tabel 2.1

.
33

Tabel 2.1

Ketinggian Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bone

No Kecamatan Ketinggian Wilayah (meter dpal)

1 Bonto Cani 100 - > 1.000

2 Kahu 25 – 1.000

3 Kajuara 0 - 500

4 Salomekko 0 - 500

5 Tonra 0 - 500

6 Patimpeng 25 – 1.000

7 Libureng 100 – 1.000

8 Mare 0 – 1.000

9 Sibulue 0 – 500

10 Cina 0 – 500

11 Barebbo 0 – 500

12 Ponre 25 – 1.000

13 Lappariaja 25 – 1.000

14 Lamuru 25 – 1.000

15 Tellu Limpoe 100 - > 1.000

16 Bengo 25 – 1.000

17 Ulaweng 100 - 500

18 Palakka 25 - 500

19 Awangpone 0 – 500

.
34

20 Tellu Siattinge 0 - 500

21 Amali 25 - 500

22 Ajangale 0 - 100

23 Dua Boccoe 0 – 500

24 Cenrana 0 – 100

25 T.R Barat 0 – 100

26 Tanette Riantang 0 – 100

27 T. R. Timur 0 - 25

Sumber: Bappeda Kabupaten Bone

Tingkat kemiringan lahan di Kabupaten Bone bervariasi mulai dari

datar, landai hingga daerah kemiringan yang curam. Daerah yang memiliki

kemiringan datar hingga landai banyak terdapat di daerah dengan kontur

wilayah pantai atau dataran rendah, daerah ini terletak di sepanjang bagian

timur Kabupaten Bone hingga di sebagian daerah bagian utara. Adapun

daerah dengan kemiringan curam berada pada bagian Selatan dan Barat yang

didominasi oleh perbukitan dan pegunungan.

Wilayah Kabupaten Bone termasuk daerah beriklim sedang.

Kelembaban udara berkisar antara 95% – 99% dengan temperatur berkisar

260C – 430C. Pada periode April-September, bertiup angin timur yang

membawa hujan. Sebaliknya pada Bulan Oktober-Maret bertiup Angin Barat,

saat dimana mengalami musim kemarau di Kabupaten Bone. Selain kedua

wilayah yang terkait dengan iklim tersebut, terdapat juga wilayah peralihan,

yaitu: Kecamatan Bontocani dan Kecamatan Libureng yang sebagian

.
35

mengikuti wilayah barat dan sebagian lagi mengikuti wilayah timur. Rata-rata

curah hujan tahunan diwilayah Bone bervariasi, yaitu: rata-rata<1.750 mm;

1750-2000 mm; 2000-2500 mm dan 2500-3000 mm.

Dilihat dari jenis tanahnya, sebagian besar jenis tanah yang terdapat di

Kabupaten Bone berasal dari jenis Alluvial, Gleihumus, Litosol, Regosol,

Grumosol, Rasial dan Litosol, Mediteranian dan Latosol. Jenis tanah yang

paling dominan di Kabupaten Bone adalah jenis Mediteranian dan Latosol

yang tersebar hampir di seluruh kecamatan.

Potensi sumberdaya mineral yang terkandung di Kabupaten Bone

termasuk besar baik kandungan mineral logam maupun non-logam.

Kandungan mineral logam di Kabupaten Bone yang berhasil teridentifikasi

antara lain:

1. Emas, terdapat di daerah Patimpeng, diindikasikan

memiliki kandungan emas dengan luasan sebaran mencapai

20.000 ha.

2. Tembaga, terdapat di Kecamatan Libureng dengan indikasi

sebaran mencapai 67,5 ha.

3. Mangan, terdapat di Kecamatan Ponre, Bontocani dan

Salomekko dengan luasan sebaran mencapai 5.506,5 ha.

4. Endapan besi, terdapat di Kecamatan Bontocani dan Kahu

dengan luas sebaran mencapai 10.200 ha.

Selain potensi mineral logam, Kabupaten Bone juga memiliki potensi

mineral non logam, antara lain: batu bara, gamping, marmer, kuarsa, batu

.
36

sabak dan basal yang tersebar di beberapa wilayah seperti Bontocani,

Patimpeng, Kahu, Lamuru, Lappariaja, Ponre, dan Cina.

Kabupaten Bone memiliki 19 sungai besar yang dikelola oleh

Pemerintah Daerah melalui Dinas Pekerjaan Umum. Sejumlah sungai tersebut

dimanfaatkan oleh pemerintah ataupun oleh masyarakat sebagai sumber

pengairan untuk pertanian maupun sebagai sarana pengembangan perikanan

air tawar. Beberapa nama sungai yang dikelola oleh PU antara lain: 1) Sungai

Cenrana, 2) Sungai Walannae, 3) Sungai Palakka, 4) Sungai Pattiro, 5)

Sungai Jaling, 6) Sungai Unyi, 7) Sungai Maradda, 8) Sungai Lerang, 9)

Sungai Pallengoreng, 10) Sungai Bengo, 11) Sungai Malinrung, 12) Sungai

Dekko, 13) Sungai Melle, 14) Sungai Seko Balle, 15) Sungai Coppo Bulu,

16) Sungai Tanette Buang, 17) Sungai Mico, 18) Sungai Paccing, dan 19)

Sungai Corowali. Selain digunakan sebagai sarana pendukung perikanan dan

pertanian, beberapa sungai di Kabupaten Bone juga akan digunakan sebagai

sarana pembangkit listrik tenaga air, yaitu melalui PLTA dan PLTMH.

Rencana pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH)

dan Pembangkit Listrik Tenaga Air akan dilakukan di: 1) PLTA di sekitar

DAS Walane dengan kapasitas 10.000 (sepuluh ribu) mega watt hour, 2)

PLTMH 1 (Cenranae) di sekitar Sungai Cenranae dengan kapasitas 120

kilowatt hour, 3) PLTMH 2 (Ponre) di sekitar Sungai Ponre dengan kapasitas

120 kilowatt hour, 4) PLTMH 3 (Salomekko) di sekitar Sungai Salomekko

dengan kapasitas 120 kilowatt hour.

.
37

2. Potensi Pengembangan Wilayah

Potensi pengembangan wilayah di Kabupaten Bone dilaksanakan dalam

rangka peningkatan ekonomi. Berdasarkan Rencana Tata Ruang dan Wilayah

(RTRW) Kabupaten Bone Tahun 2012–2032 kawasan yang ditetapkan sebagai

kawasan budidaya sebagai berikut.

a. Kawasan Hutan Produksi

Kawasan hutan produksi di Kabupaten Bone dibagi kedalam 2

kategori, yaitu hutan produksi dan hutan produksi terbatas. Hutan produksi

tetap di Kabupaten Bone adalah seluas 16.309,73 hektar yang tersebar di

sebagian wilayah Kecamatan Tonra, sebagian wilayah Kecamatan Sibulue,

sebagian wilayah Kecamatan Cina, sebagian wilayah Kecamatan Ponre,

sebagian wilayah Kecamatan Lappariaja, sebagian wilayah Kecamatan

Ulaweng, sebagian wilayah Kecamatan Salomekko, sebagian wilayah

Kecamatan Libureng dan sebagian wilayah Kecamatan Mare. Hutan Produksi

Terbatas di Kabupaten Bone adalah seluas 81.011 hektar dengan sebaran

wilayah di Kecamatan Tonra, sebagian wilayah Kecamatan Cina, sebagian

wilayah Kecamatan Ponre, sebagian wilayah Kecamatan Lappariaja, sebagian

wilayah Kecamatan Ulaweng, sebagian wilayah Kecamatan Libureng,

sebagian wilayah Kecamatan Mare, sebagian wilayah Kecamatan Kahu,

sebagian wilayah Kecamatan Bontocani, sebagian wilayah Kecamatan

Lamuru, sebagian wilayah Kecamatan Tellusiattingnge, sebagian wilayah

Kecamatan Awangpone, sebagian wilayah Kecamatan Palakka dan sebagian

wilayah Kecamatan Barebbo

.
38

b. Kawasan Pertanian

Kawasan pengembangan untuk pertanian di Kabupaten

Bone terbagi menjadi 4 kategori, yaitu: 1) Pertanian tanaman

pangan, 2) pertanian holtikultura, 3) perkebunan, dan 4)

peternakan.

c. Kawasan Perikanan

Kawasan pengembangan perikanan di Kabupaten Bone dibagi

kedalam 4 kategori utama, yaitu: 1) kawasan perikanan tangkap, 2) kawasan

perikanan budidaya, 3) kawasan pengolahan ikan, dan 4) kawasan pelabuhan

perikanan. Kawasan peruntukan perikanan tangkap ditetapkan pada kawasan

pesisir dan laut Kecamatan Kajuara, kawasan pesisir dan laut Kecamatan

Salomekko, kawasan pesisir dan laut Kecamatan Tonra, kawasan pesisir dan

laut Kecamatan Mare, kawasan pesisir dan laut Kecamatan Sibulue, kawasan

pesisir dan laut Kecamatan Barebbo, kawasan pesisir dan laut Kecamatan

Tanete Riattang, kawasan pesisir dan laut Kecamatan Tanete Riattang Barat,

kawasan pesisir dan laut Kecamatan Tanete Riattang Timur, kawasan pesisir

dan laut Kecamatan Awangpone, kawasan pesisir dan laut Kecamatan

Tellusiattinge, dan kawasan pesisir dan laut Kecamatan Cenrana dengan

wilayah penangkapan mencakup kawasan perairan Teluk Bone berdasarkan

cakupan batas wilayah kewenangan daerah sesuai dengan ketentuan

perundang-undangan.

Kawasan peruntukan budidaya perikanan ditetapkan dengan luasan

sebesar 118.003 hektar, yang tersebar di sebagian daerah di Kecamatan Bone

.
39

Borong, sebagian wilayah Kecamatan Bone Selatan, sebagian wilayah

Kecamatan Bone Barat, Kecamatan Awangpone, sebagian wilayah

Kecamatan Tanete Riattang Timur, sebagian wilayah Kecamatan Barebbo,

sebagian wilayah Kecamatan Sibulue, sebagian wilayah Kecamatan Mare,

sebagain wilayah Kecamatan Tonra, sebagian wilayah Kecamatan

Salomekko, sebagian wilayah Kecamatan Kajuara, Cenrana, sebagian

wilayah Kecamatan Awangpone, sebagian wilayah Kecamatan Tanete

Riattang Timur, sebagian wilayah Kecamatan Barebbo, sebagian wilayah

Kecamatan Sibulue, sebagian wilayah Kecamatan Mare, sebagain wilayah

Kecamatan Tonra, sebagian wilayah Kecamatan Salomekko, dan sebagian

wilayah Kecamatan Kajuara.

Kawasan pengolahan ikan akan dikembangkan secara terpadu dan

terintegrasi sebagai kawasan minapolitan di sebagian wilayah Kecamatan

Cenrana, sebagian wilayah Kecamatan Mare, sebagian wilayah Kecamatan

Kajuara, sebagian wilayah Kecamatan Sibulue, dan sebagian wilayah

Kecamatan Barebbo. Pelabuhan perikanan dikembangkan dalam dua kategori,

yaitu Pelabuhan Perikanan Ancu di Kecamatan Kajuara, Pelabuhan Perikanan

Bulu-Bulu di Kecamatan Tonra, dan Pelabuhan Perikanan LonraE di

Kecamatan Tanete Riattang Timur; dan Rencana pembangunan Pelabuhan

Perikanan ditetapkan di Kecamatan Cenrana, Kecamatan Awangpone,

Kecamatan Ajangale, Kecamatan Tanete Riattang Timur, Kecamatan

Barebbo, Kecamatan Sibulue, Kecamatan Mare, Kecamatan Tonra,

Kecamatan Salomekko, dan Kecamatan Kajuara.

.
40

3. Demografi

Penduduk Kabupaten Bone menurut hasil Pendataaan yang dilakukan oleh

Badan Pusat Statistik Kabupaten Bone Tahun 2012 sebanyak 728.737 jiwa yang

terdiri dari laki-laki 347.707 jiwa dan perempuan 381.030 jiwa. Ini berarti bahwa

penduduk perempuan lebih banyak daripada penduduk laki-laki dengan

perbandingan 47,71% penduduk laki-laki dan 52,29 penduduk perempuan.

Seluruh penduduk Kabupaten Bone terhimpun dalam keluarga (rumah tangga)

dengan jumlah sebanyak 163.621 KK. Rata-rata anggota keluarga sebesar 4,43

jiwa, artinya setiap keluarga memiliki anggota rata-rata 4 jiwa.

Kepadatan penduduk Kabupaten Bone menurut luas wilayah pada Tahun

2011 rata-rata sebesar 166 jiwa/km2. Tiga kecamatan dengan kepadatan penduduk

paling banyak, yakni Kecamatan Tanete Riattang sekitar 2.077 jiwa/km2, disusul

Kecamatan Tanete Riattang Timur sekitar 1.003/km2, kemudian Kecamatan

Tanete Riattang Barat sekitar 833 jiwa/km2. Sementara itu kepadatan penduduk

paling rendah terdapat di Kecamatan Bontocani sebesar 33 jiwa/km2, disusul

Kecamatan Tellu Limpoe sebesar 44 jiwa/km2, kemudian Kecamatan Ponre

sebesar 46 jiwa/km2. Data terinci mengenai hal tersebut dapat dilihat pada tabel

berikut.

.
41

Tabel 2.2

Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Bone

Tahun 2015

Jumlah Jumlah Penduduk


2
No Kecamatan Luas Km
Desa/Kel L P

1 Bontocani 11 463, 35 7.719 7.772

2 Kahu 20 189, 5 18.202 19.717

3 Kajuara 18 124, 13 17.199 18.096

4 Salomekko 8 84,91 7.415 7.775

5 Tonra 11 200, 32 6.349 6.792

6 Libureng 20 344, 25 14.734 14.723

7 Mare 18 263, 5 12.518 13.214

8 Sibulue 20 155, 8 15.599 17.656

9 Cina 12 147, 5 12.360 13.461

10 Barebbo 18 114, 2 12.546 14.286

11 Ponre 9 293 6.570 6.883

12 Lappariaja 9 138 11.199 12.227

13 Lamuru 12 208 11.473 13.074

14 Ulaweng 15 161, 67 11.484 13.104

15 Palakka 15 115, 32 10.361 11.934

16 Tanete Riattang 8 23,79 23.530 26.357

17 Awangpone 18 110, 7 13.352 15.541

.
42

18 Dua Boccoe 22 144, 9 13.857 16.186

19 Tellu Siattinge 17 159, 3 18.543 21.325

20 Ajangale 14 139 12.656 14.640

21 Cenrana 16 143, 6 11.250 12.413

22 Tenete R. Barat 8 53, 68 21.848 23.481

23 Tanete R. Tmur 8 48, 88 20.683 20.676

24 Amali 15 119, 13 9.387 11.229

25 Tellu Limpoe 11 318, 1 6.918 6.982

26 Patimpeng 10 130, 47 7.744 8.270

27 Bengo 9 164 12.211 13.125

JUMLAH 372 4.559 347.707 381.030

Sumber : Badan Pusat Statistik Kab. Bone Tahun 2014

Masyarakat Kabupaten Bone, sebagaimana masyarakat kabupaten lainnya

di Provinsi Sulawesi Selatan pada umumnya, merupakan pemeluk Agama Islam

yang taat, kehidupan mereka selalu diwarnai oleh keadaan yang serba Religius.

Kondisi ini ditunjukkan dengan banyaknya tempat-tempat ibadah dan Pendidikan

Agama Islam. Sekalipun demikian Penduduk Kabupaten Bone yang mayoritas

pemeluk agama Islam, tetapi di kota Watampone juga ada Gereja dan Wihara

dalam arti pemeluk agama lain cukup leluasa untuk menunaikan Ibadahnya.

Keadaan ini memberikan dampak yang positif terhadap kehidupan keagamaan

karena mereka saling hormat menghormati dan menghargai satu dengan lainnya.

Disamping itu peran pemuka agama terutama para alim ulama sangat dominan

.
43

dalam kehidupan keagamaan bahkan alim ulama merupakan figur kharismatik

yang menjadi panutan masyarakat.

Data jumlah penduduk menurut agama dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.3

Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan dan Agama

di Kabupaten Bone Tahun 2011

No Kecamatan Islam Kristen Katolik Hindu Budha

1 Bontocani 15.443 0 0 0 0

2 Kahu 37.739 0 0 0 0

3 Kajuara 35.054 0 0 0 0

4 Salomekko 15.098 14 0 0 0

5 Tonra 13.021 12 0 0 0

6 Libureng 29.227 39 86 0 0

7 Mare 25.485 39 0 0 0

8 Sibulue 33.048 0 0 0 0

9 Cina 25.534 68 75 12 0

10 Barebbo 26.679 0 0 0 0

11 Ponre 13.363 2 0 0 0

12 Lappariaja 23.282 60 0 0 0

13 Lamuru 24.442 19 0 0 0

14 Ulaweng 24.559 0 0 0 0

15 Palakka 22.182 41 0 0 0

.
44

16 Tanete Riattang 48.711 0 269 29 23

17 Awangpone 28.774 0 10 0 0

18 Dua Boccoe 29.991 8 8 0 0

19 Tellu Siattinge 39.821 0 0 0 0

20 Ajangale 27.247 16 0 0 0

21 Cenrana 23.554 6 0 0 0

22 Tanete R. Barat 43.493 504 556 4 143

23 Tanete R. Timur 41.081 0 0 0 0

24 Amali 20.591 0 0 0 0

25 Tellu Limpoe 13.853 0 0 0 0

26 Patimpeng 15.894 0 0 0 0

27 Bengo 25.260 45 0 0 0

JUMLAH 722.426 1.264 1.004 45 166

Sumber : Badan Pusat Statistik Kab. Bone Tahun 2012

Berdasarkan sebaran penduduk perwilayahan pemeluk agama Islam

tersebar merata di seluruh Kecamatan yang ada di Kabupaten Bone, sedangkan

pemeluk agama Kristen terdapat di 15 (Limabelas) kecamatan,Katolik 6 (Enam)

kecamatan dan pemeluk agama Hindu 3 (tiga) kecamatan dan Budha hanya

terdapat 2(Dua) kecamatan dengan jumlah yang relatif sedikit.

Penyebaran jumlah penduduk dalam suatu wilayah berkorelasi langsung

dengan tingkat ketersediaan fasilitas peribadatan, sehingga semakin mayoritas

suatu agama maka sebaran fasilitas peribadatannya dapat ditemui setiap tempat.

.
45

Berdasarkan UU Nomor 32 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional, pendidikan diperuntukan bagi seluruh masyarakat indonesia dan salah

satu tujuannya adalah meningkatkan kecerdasan dan kesejahteraan penduduk

secara maksimal. Dengan demikian, penduduk baik sebagai perorangan maupun

sebagai kelompok masyarakat merupakan sasaran kegiatan pembangunan

pendidikan. Oleh karena itu, aspek-aspek kependudukan, dinamika penduduk

dan masalah yang ditemui dalam masyarakat akan sangat mempengaruhi

pendidikan. Dengan demikian, aspek kependudukan perlu dipertimbangkan dalam

pengembangan pendidikan.

Tingkat pendidikan penduduk 7 tahun ke atas yang dirinci menjadi 9

kategori dapat digambarkan sebagai berikut; 1) belum pernah sekolah sebanyak

82.709 orang (13,35%), 2) belum tamat SD sebanyak 99.861 orang (16,12%), 3)

Tamat SD/MI 191.853 orang (30,97%), 4) Tamat SMP/MTs sebanyak 76.688

orang (12,70%), 5) Tamat SMA sebanyak 52.274 orang (9,24%), 6) Tamat SMK

sebanyak 11.043 orang (1,78%), 7) Tamat Diploma I/II sebanyak 16.709 orang

(2,70%), 8) Tamat Diploma III/Sarmud sebanyak 6.195 orang (1,00%), 9) Tamat

Sarjana sebanyak 20.259 orang (3,27%).

Kecamatan Awangpone merupakan kecamatan yang ada di kabupaten

Bone yang terdiri dari 18 desa dan kelurahan. Sebagian besar masyarakat

beragama Islam dan memiliki mata pencaharian di bidang pertanian, perdagangan,

dan peternakan. Dan dipimpin oleh H. Muh. Syukri, S.Sos sebagai camat

Awangpone. Kantor camat Awangpone berada di desa Lappoase sekitar 7 km dari

kota Awangpone. Adapun visi kecamatan Awangpone yaitu menjadikan

.
46

kecamaatn Awangpone sebagai sentra pendidikan yang berkualitas, sehat, cerdas

menuju kesejahteraan masyarakat sedangkan misinya yaitu terwujudnya tata

kehidupan yang sehat, cerdas, dan harmonis dalam meningkatkan kesejahteraan

masyarakat demi tercapainya visi dan misi pemerintah kabupaten Bone.

Masyarakat Awangpone masih sangat menjungjung tinggi adat istiadat mereka.

Adapun jumlah penduduk kecamatan Awangpone yang tercatat dari 18 kelurahan

atau desa yang ada yaitu laki-laki 14.118 orang dan perempuan 16.387 orang.

B. Deskripsi Hasil Penelitian

1. Bentuk-Bentuk Gerakan Sosial Masyarakat Peduli Lingkungan.

Sebagai aksi kolektif umur gerakan sosial hingga hari ini tentu sama

tuanya dengan perkembangan peradaban manusia. Perubahan satu ke peradaban

ke peradaban lainnya tidaklah selalu melalui jalan “damai” bahkan sejarah

membuktikan perubahan peradaban masyarakat kerap terjadi melaui gerakan-

gerakan kolektif atau yang lebih dikenal dengan istilah Gerakan Sosial. Tapi pada

pembahasan kali ini kita akan membahas Gerakan Sosial peduli lingkungan yang

akhir-akhir ini sering terdengar di negara kita indonesia tidak terlepas dari

kerusakan lingkungan dan rendahnya tingkat kesehatan masyarakat, begitupun

Gerakan Sosial peduli lingkungan yang ada di Kabupaten Bone seperti di

Kecamatan Awangpone, bahwa kerusakan lingkungan dan rendahnya tingkat

kesehatan sangat memperihatinkan sehingga menimbulkan masalah sosial.

a. Jamban Sehat

Jamban merupakan sanitasi dasar penting yang harus dimiliki setiap

masyarakat sebenarnya, masyarakat sadar dan mengerti arti pentingnya

.
47

mempunyai jamban sendiri di rumah. Alasan utama yang selalu diungkapkan

masyarakat mengapa sampai saat ini belum memiliki jamban keluarga adalah

tidak atau belum mempunyai uang melihat faktor tersebut, sebenarnya tidak

adanya jamban di setiap rumah tangga bukan semata faktor ekonomi, tetapi

lebih kepada adanya kesadaran masyarakat untuk menerapkan pola hidup

sehat (PHBS), jamban pun tidak harus mewah dengan biaya yang mahal.

Cukup sederhana saja disesuaikan dengan kemampuan ekonomi

rumah tangga. Buat apa jamban yang mewah sementara perilaku buang air

besar (BAB) masih tetap sembarangan. Ada faktor lain yang menyebabkan

masyarakat untuk membuat atau membangun jamban yaitu ketergantungan

pada bantuan pemerintah dalam hal membangun jamban. Hal ini merupakan

bagian kesalahan masa lalu dalam penerapan kebijakan yang justru

cenderung memanjakan masyarakat. Program pembangunan jamban yang

dilakukan selama ini kurang optimal khususnya dalam membangun

perubahan masyarakat. Pendekatan yang dilakukan mempunyai karakteristik

yang brorientasi kepada konstruksi atau bangunan fisik jamban saja, tanpa

ada upaya pendidikan perilaku hidup bersi dan sehat (PHBS) yang memadai

selain itu desain jamban yang dianjukan seringkali mahal bagi keluarga

miskin. Subsidi proyek tidak efektif menjangkau kelompok masyarakat

miskin, jamban dibangun, tetapi serigkali tidak digunakan masyarakat.

Masalah penyehatan lingkungan pemukiman khususnya pada

pembuangan tinja merupakan salah satu dari berbagai masalah kesehatan

yang perlu mendapatka prioritas. Penyediaan sarana pembuangan tinja

.
48

masyarakat terutama dalam pelaksanaannya tidaklah mudah, karena

menyangkut peran serta masyarakat yang biasanya sangat erat kaitannya

dengan perilaku, tingkat ekonomi, kebudayaan dan pendidikan.

Tempat jamban dapat dipilih yang baik, sehingga bau dari jamban

tidak tercium. Secara tersendiri dan ditempatkan di luar atau di dalam rumah

dan berfungsi untuk melayani 1 sampai 5 keluarga, atau untuk melayani

orang-orang di tempat-tempat umum (terminal, biokop, dan sebagainya). Hal

ini terungkap lewat wawancara sebagai berikut:

Menurut Hj. A Tenri Angka Syukri S.Pd, alasan masyarakat

Awangpone melakukan gerakan sosial peduli lingkungan ini adalah karena

kebiasaan masyarakat buang air besar di sembarang tempat dan hal itu

menimbulkan banyak penyakit.(wawancara 22 Mei 2015).

Hal serupa yang diungkapkan Rusli, perlu adanya jamban atau wc di

setiap rumah warga agar masyarakat terlatih untuk hidup sehat. (wawancara

22 Mei 2015).

Maman mengatakan, masyarakat harus diberi arahan tentang

pengadaan jamban sehat karena saya melihat warga masyarakat belum

memiliki tempat yang layak untuk BAB. ( wawancara 22 Mei 2015 )

Koda mengatakan sudah menjadi kebutuhan dan tidak tersebar limbah

BAB serta ada tempat untuk membuang kotoran. ( wawancara 22 Mei 2015 )

Sejalan dengan itu A. Asnawan juga mengungkapkan, alasan

masyarakat melaksanakaan hal ini untuk mewujudkan masyarakat yang

sesuai dengan program pemerintah. ( wawancara 22 Mei 2015 )

.
49

Sedangkan menurut Kasmir, masyarakat perlu diarahkan untuk hidup

sehat yang di mulai dengan hal-hal kecil misalnya dengan mewajibkan setiap

rumah untuk memiliki jamban sehingga penyakit dan bau menyengat dari

kotoran manusian dapat diatasi.(wawancara 22 mei 2015).

Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa salah satu

alasan masyarakat melakukan gerakan sosial peduli lingkungan tersebut

ialah ingin membiasakan hidup sehat,bersih dan menumbuhkan kesadaran

masyarakat.

b. Memanfaatkan Lingkungan Pekarangan Rumah Dan Menjaga

Kebersihannya

Masalah lingkungan mempunyai kaitan erat dengan factor manusia.

Baik tidaknya lingkungan hidup bergantung pada tingkat kesadaran

manusia. Manusia merupakan bagian dari ekosistem yang paling

berpengaruh dalam menentukan mutu lingkungan.

Manusia dalam kehidupannya kerap sekali tidak memperdulikan

lingkungan. Kita sering mendengar tentang kerusakan, misalnya kerusakan

hutan, pencemaran sungai, pencemaran laut, pencemaran tanah dan

pencemaran udara,terjadi dimana-mana.

Pekarangan rumah adalah hal yang tidak bisa terpisahkan dari hidup

kita.bagi sebagian orang pekarangan rumah bukanlah sesuatu hal yang harus

dipusingkan,namun tanpa kita sadari pekarangan rumah mempunyai banyak

manfaat yang bisa kita ambil yaitu sebagai tempat bermain atau tempat

berkumpul dengan keluarga, juga ada satu hal yang sering kita lupakan yaitu

.
50

menjadikan pekarangan rumah bermanfaat dan berguna buat kita maupun

orang lain. Kenapa demikian? Bukankah kita hanya akan membiarkan

pekarangan rumah kosong begitu saja, sedangkan di luar sana telah terjadi

banyak sekali kerusakan lingkungan. Dan kenapa tidak kita manfaatkan

pekarangan rumah untuk menanami dengan tanaman hias, sayur-sayuran atau

bahan obat-obatan yang secara langsung menjadi apotek hidup buat kita.

Hal-hal tersebut selain berguna buat diri kita bukan kah juga akan

sangat beguna buat tetangga di sekitar rumah kita. Hal lain yang lebih besar

adalah kita bisa menyumbang berkurangnya percepatan terjadinya Global

Warning yang telah menjadi masalah di seluruh dunia. Dan tentunya dengan

pekarangan rumah yang ditanami banyak tumbuhan mengantarkan kita pada

orang-orang yang peduli terhadap lingkungan dan secara tidak langsung

mengantarkan antusiasme kita menjadi kelestarian bumi. Hal ini terungkap

lewat wawancara sebagai berikut:

Menurut Camat Awangpone H. Muh. Syukri, S.Sos mengatakan

bahwa salah satu usaha yang di lakukan masyarakat Awangpone agar

tercapainya program pemerintah Kabupaten Bone bersih, sehat, dan sejahtera

yaitu memanfaatkan lingkungan pekarangan menjadi meningkat

kebersihannya sehingga gizi dan kesehatan masyarakat menjadi lebih baik. (

wawancara 25 Mei 2015 )

Hal serupa diungkapkan oleh Drs. H. Aras Latif mengatakan bahwa

gerakan sosial peduli lingkungan utamanya memanfaatkan lingkungan dan

.
51

menjaga kebersihannya merupakan bentuk nyata masyarakat yang mulai

peduli dengan lingkungannya. ( wawancara 25 Mei 2015 )

Adapun yang diungkapkan oleh A. Sudarman mengatakan bahwa

gerakan sosial peduli lingkungan ini sangat penting dan bermanfaat sehingga

kita wajib melestarikannya karena kita ketahui kebersihan pangkal kesehatan

dan dengan memanfaatkan lingkungan pekarangan misalnya menanam

sayur-sayuran, tanaman obat sangat membantu masyarakat dalam proses

pemenuhan kebutuhannya. ( wawancara 25 Mei 2015 )

Berdasarkan hasil dari wawancara di atas, dapat disimpulkan bahwa

masyarakat mulai menyadari betapa pentingnya memanfatkan pekarangan

rumah dan tetap menjaga kebersihan lingkungannya.

c. Menanam Pohon

Untuk menjaga kelestarian lingkungan di daerah aliran sungai (DAS),

peran pelestarian pohon penjadi penting untuk dilakukan. Terlebih dengan

kondisi sekarang ini, kesadaran masyarakat untuk menjaga lingkungan masih

cukup rendah.

Penanaman pohon dapat mengurangi dampak pemanasan global dengan

kemampuan pohon dalam menyerap emisi karbon yang merupakan penyebab

terjadinya pemanasan global. Adapun manfaat dari penanaman pohon diantaranya

sebagai berikut :

1. Manfaat Estetis (keindahan), pohon memiliki beberapa bentuk tajuk yang khas,

sehingga menciptakan keindahan tersendiri. Oleh karena itu, apabila di susun

secara berkelompok dengan jenis yang sama pada masing-masing kelompok

dapat menciptakan keindahan atau suasana yang nyaman. Struktur bangunan

.
52

tanpa di imbangi dengan pohon, akan terasa gersang, sebaliknya apa bila di

sekitarnya di tanami pohon serta di tata dengan baik akan nampak hijau dan

asri.

2. Manfaat Orologis, akar pohon dan tanah merupakan satu kesatuan yang kuat,

sehingga mampu mencegah erosi atau pengikisan tanah

3. Manfaat Hidrologis, dalam hal ini di maksudkan bahwa tanaman pada dasarnya

akan menyerap air hujan. Dengan demikian, banyaknya kelompok pohon-

pohon akan menjadikan daerah sebagai daerah resapan/persediaan air tanah

yang dapat memenuhi kehidupan bagi manusia dan makhluk lainnya

4. Manfaat Klimatologis, dengan banyaknya pohon, akan menurunkan suhu

setempat, sehingga udara sekitarnya akan menjadi sejuk dan nyaman. Maka,

kehadiran kelompok pohon-pohon pelindung sangat besar artinya.

5. Manfaat Edaphis, ini manfaat dalam kaitan tempat hidup binatang.

Dilingkungan yang penuh dengan pohon, satwa akan hidup dengan tenang

karena lingkungan demikian memang sangat mendukung.

6. Manfaat Ekologis, lingkungan yang baik adalah seimbang antara struktur

buatan manusia dan struktur alam. Kelompok pohon atau tanaman, air, dan

binatang adalah bagian dari alam yang dapat memberikan keseimbangan

lingkungan.

7. Manfaat Protektif, manfaat protektif adalah manfaat karena pohon dapat

memberikan perlindungan, misalnya terhadap terik sinar matahari, angin

kencang, penahan debu, serta peredam suara. Disamping juga melindungi mata

dari silau.

8. Manfaat Hygienis, adalah sudah menjadi sifat pohon pada siang hari

menghasilkan O2 (oksigen) yang sangat di perlukan oleh manusia, dan

.
53

sebaliknya dapat menyerap CO2 (karbondioksida) yaitu udara kotor hasil gas

buangan sisa pembakaran. Jadi secara hygienis, pohon sangat berguna bagi

kehidupan manusia.

Adapun hasil wawancara dari beberapa sumber, diantaranya yang di

ungkapkan oleh A. Asnawan mengatakan salah satu usaha kita untuk

mengatasi pemanasan global yaitu dengan cara menanam pohon. ( wawancara

26 Mei 2015 )

Hal ini diungkapkan pula oleh Koda mengatakan bahwa dengan

menanam pohon dia merasakan banyak manfaat yaitu selain menikmati hasil

dari pohon yang dia tanam, lingkungan sekitar juga terasa diinginkan dan

udaranya segar. ( wawancara 26 Mei 2015 )

Begitupun yang diungkapkan oleh Maman yang mengatakan bahwa

menanam pohon merupakan bentuk terima kasih kita kepada alam semesta ini.

( wawancara 26 Mei 2015 )

Berdasarkan hasil dari wawancara di atas, dapat disimpulkan bahwa

dengan adanya kesadaran masyarakat tentang pentingnya penghijauan maka

salah satu cara yang dapat dilakukan yaitu dengan menanam pohon.

2. Kendala-Kendala Gerakan Sosial Peduli Lingkungan.

a. Masyarakat Bermasa Bodoh Terhadap Lingkungan

Masyarakat adalah sekelompok individu yang memiliki kepentingan

bersama dan memiliki budaya serta lembaga yang khas. Masyarakat juga bisa

dipahami sebagai sekelompok orang yang memiliki tujuan bersama.

Pencemaran lingkungan sudah menjadi musuh besar manusia selama

berabad-abad. Manusia berusaha meminimalisir dampak kerusakan

.
54

lingkungan akibat pencemaran. Tapi pada kondisi tertentu, manusia ternyata

juga pelaku pencemaran itu sendiri. tidak bisa dielak lagi, bahwa kegiatan

manusialah yang mengakibatkan lingkungan semakin hari semakin rusak.

Pencemaran air, udara, dan lingkungan sekitar kita kalau tidak segera

dikurangi maka jelas dapat berakibat fatal bagi keselamatan manusia bumi.

Mungkin banyak yang masih merasa bahwa bukan tugasnya untuk

menjaga lingkungan hidup di mana ia tinggal. Mungkin masih ada yang

berfikiran sempit dan bersikap masa bodoh sehingga tidak mau peduli apapun

yang berhubungan dengan menjaga bumi ini dari pencemaran. Karena sikap-

sikap seperti itulah maka tidak mengherankan bila masih saja ada yang

memandang sepele membuang sampah di sungai, selokan, dan disembarang

tempat.

Sebenarnya menjaga lingkungan hidup bukan hanya semata-mata

program pemerintah, dan dengan begitu harus dicapai pemerintah. Ini

merupakan program serta usaha bersama yang harus disukseskan secara

bersama pula. Karena tanpa peran serta dan keikutsertaan kita menjaga

lingkungan hidup tempat kita tinggali ini, akibatnya akan kita rasakan juga.

Kitalah yang akan mengalami betapa buruknya tinggal , hidup, dan bernafas

di lingkungan yang tercemar parah. Hal ini berdasarkan dari wawancara yang

dilakukan dari beberapa sumber yaitu :

Menurut Hj. A. Tenri Angka Syukri, S.Pd mengatakan bahwa

masyarakat Awangpone bermasa bodoh terhadap lingkungannya, sehingga

terkadang ada program pemerintah yang berhubungan dengan lingkungan

.
55

mereka kurang merespon hal tersebut, menurut dia mungkin masih ada

masyarakat belum mengetahui manfaat dari gerakan sosial peduli lingkungan

tersebut. ( wawancara 27 Mei 2015 )

Diungkapkan oleh Kasmir mengatakan bahwa masyarakat bermasa

bodoh karena kurangnya dorongan pemerintah dalam mendukung gerakan

sosial peduli lingkungan. ( wawancara 27 Mei 2015 )

Diungkapkan pula oleh A.Asnawan mengatakan bahwa kurangnya

kepedulian masyarakat terhadap setiap gerakan sosial peduli lingkungan. (

wawancara 27 Mei 2015 )

Sejalan dengan itu Rusli mengatakan bahwa masyarakat lebih

mementingkan kepentingan sesaat daripada manfaat yang akan datang. (

wawancara 27 Mei 2015 )

Hal serupa diungkapkan Maman mengatakan bahwa masyarakat

cenderung bermasa bodoh terhadap lingkungannya karena disebabkan oleh

banyaknya pekerjaan yang menurutnya lebih penting dari pada menjaga

lingkungan. ( wawancara 27 Mei 2015 )

Adapun menurut A. Sudarman mengatakan bahwa kurangnya rasa

peduli terhadap lingkungan, hal inilah yang menyebabkan gerakan sosial

peduli lingkungan kurang berjalan secara maksimal dan sebagian masyarakat

baru mau bekerja kalau dilandasi materi. ( wawancara 27 Mei 2015 )

Berdasarkan hasil dari wawancara di atas, dapat disimpulkan bahwa

kurangnya kesadaran dan respon masyarakat terhadap gerakan peduli

lingkungan menyebabkan lingkungan tidak terjaga dengan baik.

.
56

b. Lambatnya Pemberian Data Dari Kantor Desa Ke Kecamatan

Salah satu kendala yang ditemukan dalam gerakan sosial peduli

lingkungan yaitu lambatnya pemberian data dari kantor-kantor desa ke

kecamatan. Ini juga banyak mempengaruhi tercapainya program yang

dicanamkan pemerintah tentang peduli lingkungan. Hal ini terungkap dari

kutipan wawancara sebagai berikut :

Menurut camat Awangpone mengatakan bahwa sementara ini respon

kepala desa untuk gerakan sosial peduli lingkungan ini sangat kurang

sehingga menghambat program peduli lingkungan tersebut dan sebagai camat

dia mengatakan akan terus menghimbau kepala desa agar melaksanakan

tugasnya secara optimal. ( wawancara 27 Mei 2015 )

Hal serupa diungkapkan oleh Drs. H. Aras Latif mengatakan bahwa

sebagian kepala desa yang ada di kecamatan Awangpone sangat lambat

pemberian informasi kepada pemerintah kecamatan. Hal inilah yang sering

menjadi hambatan untuk menjalankan gerakan peduli lingkungan karena

sumber data yang tidak lengkap. ( wawancara 27 Mei 2015 )

Adapun yang diungkapkan oleh Kasmir mengatakan kurangnya

keseriusan aparat desa dalam menindaklanjuti program dari kecamatan. (

wawancara 27 Mei 2015 )

Koda juga mengatakan biasa ada aparat yang berbeda pendapat

dengan pemerintah kecamatan sehingga dia kurang peduli akan hal itu. (

wawancara 27 Mei 2015 )

.
57

Rusli juga mengatakan bahwa kurangnya wibawa pak camat sehingga

anggotanya cenderung tidak peduli dengan lingkungannya. ( wawancara 27

Mei 2015 )

Hal serupa diungkapkan pula oleh A.Asnawan mengatakan bahwa

kurang tegasnya sanksi dari pak camat ke kepala desa ketika aparat desa

kurang memperhatikan instruksi dari atasannya. ( wawancara 27 Mei 2015 )

Berdasarkan hasil dari wawancara di atas, dapat disimpulkan bahwa

salah satu yang menjadi penghambat gerakan sosial peduli lingkungan yang

dilaksanakan pemerintah kecamatan yaitu lambatnya pemberian data dari

kantor desa ke kecamatan.

c. Kurang Kerjasama Antara Warga Masyarakat Dengan Pemerintah

Kerja sama, atau kooperasi merujuk pada praktik seseorang atau kelompok

yang lebih besar yang bekerja di khayalak dengan tujuan atau kemungkinan metode

yang disetujui bersama secara umum, alih-alih bekerja secara terpisah

dalampersaingan.Kerja sama dapat sejumlah ranah bisnis, pertanian, dan perusahaan

dapat diwujudkan dalam bentuk koperasi.

Kerja sama umumnya mencakup paradigma yang berlawanan

dengan kompetisi. Banyak orang yang mendukung kerja sama sebagai bentuk yang

ideal untuk pengelolaan urusan perorangan.Walau begitu, beberapa bentuk kerja

sama bersifat ilegal karena mengubah sifat akses orang lain pada sumber daya

ekonomi atau lainnya. Sehingga, kerja sama dalam bentuk kartel bersifat ilegal,

dan penetapan harga biasanya ilegal.

Kerjasama antar masyarakat dengan pemerintah merupakan upaya yang

dilakukan dua pihak untuk mencapai tujuan bersama. Dalam konteks pengembangan

.
58

wilayah atau program kewilayaan, kerjasama antara masyarakat dengan pemerintah

bertujuan untuk mencapai sinergiantar daerah dalam mengatasi kesenjangan antara

wilayah melalui perencanaab pembangunan daerah dan implementasi pengembangan

wilayah yang sinergis dan selaras. Tujuan tersebut dapat dicapai melalui berbagai

bentuk kerjasama antar masyarakat dengan pemerintah dengan tata cara kerjasama

yang sesuai dengan arahan kebijakan dan ketentuan peraturan perundangan yang

ada.

Menurut A. Asmawan mengatakan bahwa gerakan sosial peduli lingkungan

sering mengalami hambatan karena disebabkan oleh tidak adanya kerjasama yang

baik antara pemerintah dengan masyarakat. ( wawancara 27 Mei 2015 )

Hal ini diungkapkan pula oleh Kasmir yang mengatakan bahwa pemerintah

yang seharusnya menghimbau dan menjadi panutan bagi masyarakat tetapi tidak

melaksanakan tugas yang seharusnya karena hal ini kerjasama antara masyarakat

dengan pemerintah sulit terlaksana. ( wawancara 27 Mei 2015 )

Rusli mengatakan bahwa masyarakat dan pemerintah kurang mengetahui

hak dan kewajibannya sehingga hal inilah membuat konflik diantara mereka. (

wawancara 27 Mei 2015 )

Adapun yang diungkapkan oleh Koda mengatakan terkadang terjadi mis

komunikasi antara pemerintah dan masyarakat hal inilah yang menyebabkan

kurangnya kerjasama diantara mereka. ( wawancara 27 Mei 2015 )

Berdasarkan hasil dari wawancara di atas, dapat disimpulkan bahwa

kurangnya kerjasama antara masyarakat dengan pemerintah akan menghambat

program gerakan sosial peduli lingkungan.

.
59

C. Pembahasan

Pelestarian lingkungan hidup pada hakikatnya merupakan tanggung jawab

semua pihak,tidak terkecuali masyarakat.oleh karena itu ,pemerintah harus

berupaya memotivasi masyarakat agar ikut berpartisipasi secara aktif dalam

lingkungan hidup,baik di sekitar tempat tinggalnya maupun lingkungan

kelurahannya. Hal ini sangat penting karena pengelolaan lingkungan hidup sangat

terkait dengan aspek kesehatam masyarakat.

Gerakan sosial peduli lingkungan Kecamatan Awangpone cukup berhasil

karena masyarakatnya sudah sadar betapa pentingnya kesehatan, kebersihan

lingkungan yang sesuai dengan Motto Kabupaten Bone yaitu Green And Clean.

Adapun landasan teori yaitu teori motivasi Maslow dalam Rekhadi Projo

dan Handoko (1996) membagi kebutuhan manusia sebagai berikut (1) Kebutuhan

Psiologis merupakan hirarki kebutuhan manusia yang paling dasar yang

merupakan kebutuhan untuk dapat hidup seperti makan, minum, perumahan,

oksigen, tidur dan sebagainya. (2) Kebutuhan rasa aman apabila kebutuhan

psiologis relatif sudah terpuaskan maka muncul kebutuan yang kedua yaitu

kebutuhan rasa akan aman. Kebutuhan rasa akan aman ini meliputi keamanan dan

perlindungan dari bahaya kecelakaan kerja, jaminan akan kelangsungan

pekerjaannya dan jaminan akan hari tuanya. (3) Kebutuhan Sosial yaitu kebutuhan

akan persahabatan, apiliasi dana interaksi yang lebih erat dengan orang lain.

Dalam organisasi akan berkaitan denagan kebutuhan dengan adanya kelompok

kerja dengan kompak, supervisi yang baik, rekreasi bersama dan sebagainya. (4)

Kebutuhan penghargaan, kebutuhan ini meliputi kebutuhan ke inginan untuk

.
60

dihormati, dihargai, atas perestasi seseorang, pengakuan atas kemampuan dan

keahlian seseorang serta efektifitas kerja seseorang (5) Berkaitan dengan proses

pengembangan potensi yang sesungguhnya dari seseorang.

Teori Maslow mengasumsikan bahwa orang berkuasamemenuhi

kebutuhan lebih pokok sebelum mengarahkan perilaku memenuhi kebutuhan yang

lebih tinggi.

Upaya pemerintah dalam meningkatkan partisipasi masyarakat dalam

pengelolaan lingkungan hidup,yaitu bahwa dalam rangka mewujudkan visi

pembangunan kesehatan kota bone, maka pemerintah kecamatan awangpone

membentuk forum komunikasi kecamatan sehat kecamatan awangpone dengan

tujuan yaitu ; 1) merancang program pengembangan kabupaten sehat tingkat

kecamatan berdasarkan tatanan yang di pilih untuk dikembangkan, 2)

Melakasanan sosialisasi dan advokasi pengembangan kabupaten sehat, 3)

memberikan penyuluhan dan pengarahan agar tidak membuang sampah di

sembarang tempat,memberikan pengarahan tentang pentingnya lingkungan hidup

sehat,bersih dan lestari. Pemberian pengarahan kepada masyarakat tentang

pentingnya hidup sehat,bersih dan lestari tidak hanya dilakukan aparat pemerintah

kelurahan tetapi juga dilakukan oleh pihak posyandu dan ibu PKK. Pemberian

pengarahan tersebut terutama dilakukan saat masyarakat melakukan kegiatan

bersama tim penggerak PKK,maupun mengikuti kegiatan posyandu. Adanya

pengarahan tentang pentingnya hidup sehat, bersih dan lestari tersebut sangat

penting, mengingat hal tersebut sangat berkaitan dengan upaya peningkatan

derajat kesehatan masyarakat. Karena faktor kesehatan sangat terkait dengan

.
61

masalah kebersihan, sehingga, kegiatan penyuluhan merupakan hal yang paling

penting dilakukan pemerintah kelurahan dengan segala perangkatnya.

Pemerintah kecamatan senantiasa berupaya secara berkala untuk

melakukan berbagai agar masyarakat dapat ikut berpartisipasi dalam pengelolaan

lingkungan hidup. Baik sekitar lingkungan tempat tinggalnya maupun lingkungan

kelurahannya. Hal ini sangat penting karena pengelolaan lingkungan hidup sangat

terkait dengan aspek kesehatan masyarakat. Menurut asumsi penulis partisipasi

masyarakat dalam pengelolaan atau penataan lingkungan pekarangan sangat

penting mengingat kesuksesan dalam kegiatan pengelolaan lingkungan sangat

bergantung dari kesadaran dan partisipasi masyarakat dan pemerintah harus jadi

motivator dan fasilitator yang memungkinkan penataan lingkungan pekarangan

dapat berlangsung dengan baik.

Berbagai keuntungan yang dapat diperoleh oleh masyarakat sebagai

dampak dari penataan lingkungan pekarangan. Keuntungan atau manfaat yang

diperoleh sangat terkait dengan jenis pemanfaatan lingkungan tanah

pekarangannya.

Masyarakat kecamatan Awangpone maka dapat di peroleh informasi

tentang keuntungan-keuntungan yang mereka peroleh dengan pemanfaatan atau

penataan lingkungan pekarangan , yaitu dapat meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat. Dengan pemanfaatan atau penataan lingkungan pekarangan dengan

baik, akan memungkinkan kebersihan lingkungan dapat terjaga dengan baik.

Kondisi tersebut akan memberi dampak positif terhadap peningkatan derajat

kesehatan. Karena faktor kesehatan sangat terkait dengan faktor kebersihan

.
62

lingkungan tempat tinggal. Hal tersebut sangat relevan dengan pernyataan

responden yang senantiasa melakukan pembersihan lingkungan sekitar tempat

tinggalnya yang memungkinkan mereka dapat hidup bersih. Menciptakan

kenyaman hidup dalam kehidupan sehari-hari. Dengan tertatanya lingkungan

pekarangan dengan baik akan memungkinkan anggota keluarga dapat hidup

dengan nyaman dengan udara yang segar dan bersih. Dengan kata lain,

kenyamanan dalam kehidupan sehari-hari tidak terlepas dari kondisi tempat

tinggal yang aman dan bersih melalui penataan tempat tinggal secara baik.

Dapat diperoleh seperti apotik hidup dan sayur –sayuran . Pemanfaatan

lingkungan pekarangan dengan menanam apotik hidup dan sayur - sayuran akan

memberi manfaat yang sangat besar dalam keluarga, seperti akan sangat

bermanfaat jika ada warga masyarakat yang sakit untuk dimanfaatkan sebagai

pertolongan pertama dan sumber gizi.

Adanya berbagai keuntungan dari penataan lingkungan di pekarangan di

kecamatan Awangpone, tentu akan menjadi pelajaran bagi warga masyarakat

lainnya untuk dapat berusaha memanfaatkan lingkungan pekarangannya secara

baik dengan menanami berbagai macam tanaman yang bermanfaat. Karena

kenyataanya melalui penataan lingkungan dengan pemanfaatan pekarangan

secara optimal akan dapat memberi dampak terhadap kesehatan masyarakat,

kenyamanan sekaligus dapat memperoleh hasil atau manfaat berupa hasil tanaman

pekarangan.

Penataan lingkungan pekarangan tidak terlepas dari perlunya keterlibatan

masyarakat secara aktif. Keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan lingkungan

.
63

hidup dalam bentuk partisipasi tidak hanya terbatas pada menjaga kelestarian

lingkungan , tetapi juga diikuti dengan upaya terlibat secara aktif dalam

pelestarian lingkunngan, seperti penanaman penanaman tanaman disekitar rumah

dan melakukan pembersihan lingkungan tempat tinggalnya. Karena jika

lingkungan hidup kurang mendapat perhatian, maka tidak mustahil akan memberi

dampak aktor terhadap kehidupan manusia seperti munculnya berbagai macam

penyakit akibat dari kerusakan lingkungan hidup.

Pelestarian lingkungan hidup tidak hanya menjadi tanggung jawab

pemerintah tetapi juga masyarakat. Oleh karena itu, sudah seharusnya setiap

anggota masyarakat menyadari dan ikut secara aktif dalam pengelolaan

lingkungan hidup. Terutama pada lingkunngan tempat tinggalnya, dimana hal

tersebut diatur dengan tegas dalam Undang-Undang Nomor 23 tahun 1997 tentang

pengelolaan lingkungan hidup yang memberikan pengetahuan dan kesadaran bagi

masyarakat akan pentingnya pelestarian lingkungan hidup. Karena partisipasi aktif

dari masyarakat, mustahil lingkungan hidup dapat dijaga kelestariannya.

Sehubungan dengan itu pulalah, maka sudah seharusnya pemerintah melakukan

sosialisasi atau penyuluhan tentang pentingnya partisipasi masyarakat dalam

pengelolaan lingkungan hidup dan berbagai upaya-upaya lainnya, baik secara

preventif maupun represif. Dari pengelolaan lingkungan hidup tersebut,

khususnya lingkungan tempat tinggal masyarakat tentunya diharapkan berbagai

keuntunngan yang dapat diperoleh masyarakat.

Tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan penataan lingkungan

pekarangan, termasuk dalam kategori tinggi, walaupun sebagian ada yang

.
64

termasuk dalam kategori cukup tinggi namun tidak ada dalam kategori rendah dan

sangat rendah partisipasinya. Hal ini berarti masyarakat sangat menyadari

pentingnya menjaga lingkungan hidup sehingga tergerak untuk berpartisipasi

dengan menjaga dan melestarikan lingkungan hidup disekitar tempat tinggalnya.

Adanya partisipasi masyarakat dalam penataan lingkungan pekarangan

merupakan cerminan dari kesadaran masyarakat tentang pentingnya lingkungan

hidup demi kehidupannya, dan pemerintah seharusnya merespon hal tersebut

dengan berupaya melakukan berbagai upaya agar masyarakat lebih meningkatkan

partisipasinya dalam pengelolaan lingkungan hidup di kecamatannya.

Berbagai upaya telah ditempuh dalam peningkatan partisipasi masyarakat

di kecamatan awangpone dalam kegiatan penataan lingkungan pekarangan.

Upaya-upaya tersebut berupa memberikan penyuluhan dan pengarahan agar tidak

membuang sampah di sembarang tempat terutama di sekitar tempat tinggalnya,

dan memberikan pengarahan tentang pentingnya hidup sehat, bersih dan lestari

dengan menjaga lingkungan tempat tinggalnya dengan melakukan pembersihan

setiap saat dan tidak membuang sampah di sembarang tempat.

Adanya lingkungan hidup yang bersih pada hakikatnya akan memberi

dampak juga bagi masyarakat. Oleh karena itu, sudah seharusnya masyarakat

menyadari betapa pentingnya berpartisipasi dalam melestarikan lingkungan hidup,

terutama lingkungan tempat tinggalnya maupun lingkungannya. Dari hasil

penelitian menunjukkan bahwa berbagai keuntungan yang dapat di peroleh

masyarakat, dalam penataan lingkungan, khususnya penataan lingkungan

pekarangan rumah penduduk, berupa : dapat meningkatkan derajat kesehatan

.
65

masyarakat karena adanya upaya menjaga kebersihan lingkungan tempat

tinggalnya ; menciptakan kenyaman hidup dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat

di peroleh seperti apotik hidup melalui pemanfaatan lingkungan pekarangan untuk

berbagai jenis tanaman yang bermanfaat. Dengan kata lain, tanah pekarangan

tempat tinggal tidak dibiarkan kosong atau ditumbuhi tanaman yang tidak

bermanfaat, tetapi dengan pemanfaatan berbagai tanaman seperti apotik hidup

tentu akan memberi manfaat yang lebih besar bagi kehidupan masyarakat sehari –

hari, sehingga memberi konsekuensi pada perlunya kesadaran masyarakat untuk

memanfaatkan lingkungan pekarangannya atau di sekitar tempat tinggalnya.

Adanya keuntungan yang di peroleh masyarakat melalui pengelolaan

lingkungan hidup khususnya dalam penataan lingkungan tentu memberikan

kesadaran bagi masyarakat kecamatan awangpone untuk lebih memanfaatkan

lingkungan tempat tinggalnya dengan baik yang memungkinkan banyaknya

manfaat yang diperoleh, seperti dengan adanya penataan lingkungan pekarangan

akan memungkinkan masyarakat dapat meningkatkan derajat kesehatannya karena

faktor kesehatan sangat ditentukan oleh faktor lingkungan tempat tinggal.

Demikian pula dapat memberi manfaat ekonomi karena dengan pemanfaatan

lingkungan pekarangan dari apotik hidup maupun sayur-sayuran yang dapat

dimanfaatkan setiap saat.

.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah peneliti menyajikan hasil penelitian dan pembahasan pada bab

sebelumnya, maka tibalah pada bab ini peneliti menarik kesimpulan yaitu :

1. Gerakan Sosial peduli lingkungan masyarakat Awangpone yang dimulai

pada tahun 2011 tidak berstruktur dan bersifat spontan, tetapi berubah lebih

ke arah maju dengan membuka jalur hukum dan membentuk sebuah

organisasi. penulis menyimpulkan bahwa masyarakat telah menyadari

pentingnya lingkungan yang sehat terutama di lingkungan masyarakat.

Adapun bentuk-bentuk gerakan sosial peduli lingkungan yang ada di

kecamatan Awangpone yaitu: jamban sehat, memanfaatkan lingkungan

pekarangan rumah dan menjaga kebersihannya, dan menanam pohon.

2. Upaya masyarakat Awangpone menjaga solidaritas gerakannya, sudah

berlangsung selama 3 (tiga) tahun, solidaritas antar warga yang sudah

dimulai tahun 2011 sampai saat ini masih di jaga oleh warga, mulai dari

pertemuan yang intensif, acara, diskusi, makan bersama, dan nonton bareng

; komunikasi yang baik juga menunjang solidaritas warga yang ada disana

baik antar warga maupun dengan pemerintah, bahkan warga juga

menggunakan Mesjid untuk menyampaikan informasi yang menjadi salah

satu komunikasi yang efektif bagi warga yang ada di Kecamatan

Awangpone. Dalam menjalankan gerakan sosial peduli lingkungan ini

masyarakat pasti mengalami kendala. Adapun kendala tersebut yaitu:

66
67

masyarakat bermasa bodoh terhadap lingkungan, lambatnya pemberian data

dari kantor desa ke kantor kecamatan, dan kurangnya kerjasama antara

masyarakat dengan pemerintah.

B. Saran

1. Mengenai gerakan sosial peduli lingkungan yang membawa dampak positif

terhadap masyarakat dan kesehatan lingkungan agar sekiranya masyarakat

mempertahankan serta melestarikan lingkungan dan ekosistem alam.

2. Untuk masyarakat Kecamatan Awangpone agar kiranya membangun

kesadaran yang lebih besar dimana perjuangan yang selama ini dilakukan

bertujuan untuk menjaga kelestarian lingkungan serta menjaga ekosistem

sehingga menciptakan masyarakat yang sehat, bersih, dan sejahtera.

3. Pada pemerintah Kota Bone, sebelum menata tata ruang kota seharusnya

pemerintah lebih memperhatikan penduduknya terlebih dahulu, dimana

masih banyak warga miskin yang belum tersentuh oleh kebijakan

pemerintah, serta kiranya pemerintah lebih mengutamakan kepentingan

warganya terutama kesehatan dan menjaga kelestarian lingkungan yang

sehat.
Daftar Pustaka

Beilharz, peter. 2005. Teori – Teori Sosial. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Herimanto dan Winarno. 2014. Ilmu Sosial & Budaya Dasar. Jakarta : Bumi
Aksara.

Kordi M. Ghufran. 2012. Ekosistem Magrove. Jakarta: Rineka Cipta.

Martono Nanang. 2011. Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta : Rajawali Pers.

Moleong, J.Lexy. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Rosdakarya.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Prinsip – Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan. : Rineka


cipta.

Narwoko, dwi. j dan suyanto, bagong. 2011. Sosiologi Teks Pengantar Dan
Terapan. Jakarta : Kencana.

Narwoko, dwi. j dan suyanto, bagong. 2010. Sosiologi Teks Pengantar Dan
Terapan. Jakarta : Kencana.

Paizaluddin, Ermalinda. 2013. Penelitian Tindakan Kelas Panduan Teoritis dan


Praktis. Bandung: Alfabeta.

Rahmadi takdir. 2014. Hukum Lingkungan. Jakarta: Rajawali pers.

Ritzer, george dan goodman, douglas j. 2014. Teori Sosiologi. Bantul. Kreasi
Wacana.

Soemirat Juli. 2014. Kesehatan lingkungan. Bandung: Gadja Mada University


Perss.

Soerjono Soekanto. 2012. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung :


Alfabeta.

Wahib situmorang abdul. 2013. Gerakan Sosial (teori & praktik). Yokyakarta :
pustaka pelajar.

Waters. 1994. Teori Sosiologi Moderen. Surabaya : Yayasan Kesatuan Umat.


Sumber Lain

Setia Graha. 2012. Defenisi Gerakan Sosial. (Online) http: // Sosial Sosiologi.
Blogspot.com/2012/12/defenisi masyarakat.html

Zulfaidah Idriana.2013. Pengertian Unsur-Dan-Kriteria-Masyarakat. (online)


http://zulfaidaindriana. Blogspot.com/2013/05/pengertian unsur dan
kriteria masyarakat.html.mei 2013.

http//: sanitasi lingkungan. Htm dikunjungi situsnya pada tanggal 7 november


2009.

http://www.bone.go.id
GERAKAN SOSIAL MASYARAKAT PEDULI LINGKUNGAN DI

KECAMATAN AWANGPONE KABUPATEN BONE

Abd. Rahman

10538 02015 11

Jurusan Pendidikan Sosiologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Muhammadiyah Makassar

ABSTRAK

Setiap individu atau kelompok memiliki kepedulian terhadap lingkungan

hidup, tak terkecuali masyarakat Awangpone, masyarakat sudah sadar dengan

kebersihan lingkungan yang sesuai motto Kabupaten Bone yaitu Green and Clean

yang artinya hijau dan bersih.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Gerakan Sosial Masyarakat Peduli

Lingkungan Di Awangpone Kabupaten Bone. Jenis penelitian ini adalah

penelitian sosial budaya (PSB) dengan tipe deskriptif kualitatif, yaitu memberikan

gambaran tentang perubahan sosial ekonomi terhadap masyarakat. Pengumpulan

data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara observasi, wawancara dan

dokumentasi. Dalam penelitian ini responden di pilih langsung oleh peneliti yang

disebut sasaran penelitian yaitu 10 orang.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Gerakan sosial peduli lingkungan

adalah salah satu cara masyarakat untuk menjaga kelestarian alam serta

menyelamatkan ekosistem alam selain itu dengan terjaganya lingkungan

1
masyarakat secara otomatis mempengaruhi kesehatan masyarakat untuk hidup

sehat di Kecamatan Awangpone. Dan selain kelebihan tersebut masi juga terdapat

kekurangan yang dimana masih ada masyarakat yang bermasa bodoh dan tidak

peduli dengan lingkungannya, dan kurangnya kerjasama antara pemerintah desa

dengan kecamatan sehingga program tersebut tidak berjalan sesuai dengan apa

yang diinginkan.

Kata Kunci : Gerakan Sosial, Peduli Lingkungan

Latar belakang

Ditingkat nasional, lahirnya undang-undang nomor 4 tahun 1982 tentang

ketentuan-ketentuan pokok pengelolaan lingkungan hidup, tanggal 11 maret 1982

dipandang sebagai pangkal tolak atau awal dari lahir dan pertumbuhan hukum

lingkungan nasional modern.

Pada periode 1960-an, perkembangan teori gerakan sosial memasuki era

baru dalam dunia akademis terutama di Negara-negara Amerika Utara dan Eropa

Barat sebelum era yang ditandai dengan ditransformasikannya teori gerakan sosial

kelasik menjadi lebih modern dengan mempergunakan teori-teori yang telah

dikembangkan oleh akademisi teori gerakan sosial sebelumnya atau thesis baru

dari kritik terhadap teori yang telah tersedia.

Teori gerakan sosial modern berhasil mengidentifikasi faktor-faktor apa

saja yang memfasilitasi tumbuhnya gerakan sosial, kuat lemahnya dan berhasil

atau tidaknya sebuah geraka sosial.

Lingkungan hidup menjadi masalah yang sangat populer di dunia.

Temanya apalagi kalau bukan Pemanasan Global akibat perubahan iklim yang

2
sangat ekstrim di dunia. Masalah pemanasan global atau global warming ini

menjadi suatu masalah yang selalu diperbincangkan oleh banyak orang dan

penulis melihat ada semacam euforia global warming di dunia.

Selama 20 tahun belakangan ini, isu tentang lingkungan menjadi sesuatu

yang paling sering diperbincankan. Semakin parahnya isu lingkungan, semakin

banyak muncul gerakan perlindungan lingkungan, dan konferensi – konferensi

yang digelar terkait dengan isu – isu pemanasan global. Konferensi yang diadakan

tidak hanya konferensi yang diadakan oleh PBB sebagai organisasi terbesar dunia,

tapi juga konferensi yang digelar oleh gerakan grassroots dan kelompok

kepentingan yang memiliki perhatian pada masalah lingkungan.

Contohnya di Indonesia, beberapa tahun belakangan ini, pergantian musim

di Indonesia tidak jelas lagi, dan dibeberapa daerah yang dulunya berhawa dingin,

tidak lagi terasa seperti itu. Sehingga pemerintah daerah bekerjasama dengan

beberapa lembaga dan masyarakat dalam melakukan gerakan sosial peduli

lingkungan di Kecamatan Awangpone Kabupaten Bone.

Pemerintah Indonesia sudah punya gerakan untuk mengerem laju

pemanasan global melalui gerakan satu orang satu pohon (one man one tree),

dengan gerakan ini diterapkan oleh masyarakat setempat yang sangat membantu

ekosistem dan pelestarian lingkunan di Kecamatan Awangpone Kabupaten Bone,

yang dimana lingkungan disekitar pinggir pantai bisa dilestarikan kembali dengan

adanya kegiatan gerakan sosial ini. Dengan melihat bahwa lingkungan disekitar

pinggir pantai ini sangat memperihatinkan dan butuh perlindungan dari penduduk,

dan pemerintah setempat untuk mempebaiki kembali ekosistem disekitar pantai.

3
Masalah tersebut peneliti ingin melakukan penelitian dengan judul “ Gerakan

Sosial Peduli Lingkungan Di Kacamatan Wangpone Kabupaten Bone.

Kajian Pustakan

Wood dan Jackson (dalam Sztompka, 1994) menyatakan bahwa perubahan

social merupakan basis yang menentukan ciri-ciri gerakan sosial, dan gerakan

sosial berkaitan erat dengan perubahan sosia.

Ada banyak defenisi mengenai gerakan social, gerakan social sering

diidentikkan dengan masalah politik, karena memang gerakan social lahir dari

sebuah kepentingan individu atau kelompok masyarakat, baik yang terorganisasi

maupun tidak. Gerakan social pada hakikatnya merupakan hasil perilaku kolektif,

yaitu sebuah perilaku yang dilakukan bersama-sama oleh sejumlah orang tidak

bersifat rutin dan perilaku mereka merupakan hasil tanggapan atau respons

terhadap ransangan tertentu. Akan tetapi, gerakan social berbeda dengan perilaku

kolektif. Gerakan social sifatnya lebih terorganisasi dan lebih memiliki tujuan dan

kepentingan bersama dibandingkan perilaku kolektif. Perilaku kolektif dapat

terjadi secara spontan, namun gerakan social memerlukan sebuah

penggorganisasian massa. Sunarto dalam Nanang Martono (2011:223)

Sztompka dalam Nanang Martono (2011:225), memberikan batasan

definisi gerakan sosial. Menurutnya, gerakan social harus memiliki empat kriteria,

yaitu: pertama, adanya kolektivitas; kedua, memiliki tujuan yang bersama, yaitu

mewujudkan perubahan tertentu dalam masyarakat mereka yang ditetapkan

partisipasi menurut cara yang sama. ketiga, kolektivitasnya relative tersebar

namun lebih rendah derajatnya dari pada organisasi formal. Keempat, tindakannya

4
memiliki derajat spontanitas tinggi namun tidak terlembaga dan bentuknya tidak

konvensional

Ada beberapa bentuk atau klasifikasi gerakan sosial. Klasifikasi tersebut

didasarkan pada beberapa kriteria, yaitu: pertama, menurut bidang perubahan

yang diinginkan, kedua, menurut kualitas perubahan yang diinginkan. Ketiga,

menurut target perubahannya. Keempat, menurut arah perubahan yang diinginkan.

Kelima, menurut strategi yang mendasari atau” logika tindkan mereka”. Keenam,

menurut sejarah perkembangannya Sztompka dalam Nanang martono (2011:230).

Dampak negatif dari menurunya kualitas lingkungan hidup baik karena

terjadinya pencemaran atau terkurasnya sumber daya alam adalah timbulnya

ancaman atau dampak negatif terhadap kesehatan, menurunnya nilai estetika

kerugian ekonomi (economi cozt), dan terganggunya sistem alami (Natural

system). Menurut Rahmadi (2014:1-3).

Barry Commoner dalam Rahmadi (2014:6) melihat bahwa teknologi

merupakan sumber terjadinya masalah-masalah lingkungan. Terjadinya revolusi

dibidang ilmu pengetahuan alam misalnya fisika dan kimia, yang terjadi selama

50 tahun terakhir, telah mendorong perubahan-perubahan besar dibidang

teknologi selanjutnya hasil-hasil teknologi itu diterapkan dalam sector industry,

pertanian, transportasi dan komunikasi.

Ehrlich dan Holdren dalam Rahmadi (2014:7) menekankan bahwa

pertumbuhan penduduk dan peningkatan kekayaan memberikan sumbangan

penting terhadap penurunan kualitas lingkungan hidup.

5
Hardin dalam Rahmadi (2014:8-9) melihat bahwa alasan-alasan ekonomi

yang sering menggerakkan perilaku manusia atau keputusan-keputusa yang

diambil oleh manusia secara perorangan maupun dalam kelompok, terutama

dalam hubungannya denagn pemanfaatan Common Property. Common Property

adalah sumber-sumber adaya alam yang tidak dapat menjadi hak perorangan,

tetapi setiap orang dapat menggunakan atau memanfaatkannya untuk kepentingan

masing-masing. Common property meliputi sungai, padang, rumput, udara, laut.

Pencegahan pengrusakan laut dilakukan dengan langka-langka berikut

melarang perbuatan yang dapat menimbulkan kerusakan laut, mewajibkan keiatan

usaha melakukan pencegahan, penanggulangan. Penanggulangan pencemaran dan

perusakan laut dilakukan dengan langka-langka berikut: mewajibkan kegiatan

usaha melakukan pemulihan mutu laut, mejibkan kegiatan usaha menanggung

biaya penanggulangan dan pembayaran ganti kerugian. Pengendalian pencemaran

laut dilakukan melalui penggunaan instrument-instrumen berikut: baku mutu air

laut, criteria baku kerusakan air laut, izin melakukan damping dan pengawasan.

Dalam Rahmadi (2014:150-151).

Limbah dari darat juga dapat mengendap diekosistem mangrove namun

jika limba tersebut berupa bahan kimia berbahaya makan akan diserap biota

akuatik terutama kerang sehingga terakumulasi didalam tubuhnya, dan akhirnya

biota tersebut berbahaya untuk dikonsumsi. Dalam Ghufran (2012:70-71).

Pada semua masyarakat modern, selalu saja terdapat kadar ketidakpuasan

memang merupakan kondisi ketidakpuasan itu sendiri belum cukup untuk

6
membangkitkan munculnya gerakan sosial. Dalam Nanang Martono (2011: 228-

229) .

Oleh karena itu menurut libertarianisme hukum lingkungan harus

mewajibkan para pelaku untuk terus menerus meminimalisasi tingkat pencemaran

atau perusakan lingkungan dan kemudian meniadakan sama sekali pencemaran

dan perusakan lingkungan. Hal ini dapat di lakukan dengan merumuskan

peraturan perundangan-undangan yang dapat mendorong lahirnya inovasi

teknologi pencegah pencemaran ( technology-forcing pollution control

legislation). Menurut Rahmadi (2014:35-36).

Metode Penelitian

Jenis penelitian yang yaitu deskriptif kualitatif yang bertujuan memahami

bentuk-bentuk gerakan sosial peduli lingkungan dan kendala-kendala gerakan

sosial peduli lingkungan di Kecamatan Awangpone Kabupaten Bone. Informan

ditentukan secara purpose sampling, teknik pengumpulan data yakni observasi,

wawancara, dan dokumentasi, kemudian dianalisis melalui tahapan pengumpulan

data (data collection), reduksi data (data reduction), penyajian data (display

data), penarikan kesimpulan (conclusion) dan menggunakan teknik keabsahan

dan triangulasi sumber, teknik, dan waktu.

Pembahasan

Pelestarian lingkungan hidup pada hakikatnya merupakan tanggung jawab

semua pihak,tidak terkecuali masyarakat.oleh karena itu ,pemerintah harus

berupaya memotivasi masyarakat agar ikut berpartisipasi secara aktif dalam

lingkungan hidup,baik di sekitar tempat tinggalnya maupun lingkungan

7
kelurahannya. Hal ini sangat penting karena pengelolaan lingkungan hidup sangat

terkait dengan aspek kesehatam masyarakat.

Gerakan sosial peduli lingkungan Kecamatan Awangpone cukup berhasil

karena masyarakatnya sudah sadar betapa pentingnya kesehatan, kebersihan

lingkungan yang sesuai dengan Motto Kabupaten Bone yaitu Green And Clean.

Adapun landasan teori yaitu teori motivasi Maslow dalam Rekhadi Projo

dan Handoko (1996) membagi kebutuhan manusia sebagai berikut (1) Kebutuhan

Psiologis merupakan hirarki kebutuhan manusia yang paling dasar yang

merupakan kebutuhan untuk dapat hidup seperti makan, minum, perumahan,

oksigen, tidur dan sebagainya. (2) Kebutuhan rasa aman apabila kebutuhan

psiologis relatif sudah terpuaskan maka muncul kebutuan yang kedua yaitu

kebutuhan rasa akan aman. Kebutuhan rasa akan aman ini meliputi keamanan dan

perlindungan dari bahaya kecelakaan kerja, jaminan akan kelangsungan

pekerjaannya dan jaminan akan hari tuanya. (3) Kebutuhan Sosial yaitu kebutuhan

akan persahabatan, apiliasi dana interaksi yang lebih erat dengan orang lain.

Dalam organisasi akan berkaitan denagan kebutuhan dengan adanya kelompok

kerja dengan kompak, supervisi yang baik, rekreasi bersama dan sebagainya. (4)

Kebutuhan penghargaan, kebutuhan ini meliputi kebutuhan ke inginan untuk

dihormati, dihargai, atas perestasi seseorang, pengakuan atas kemampuan dan

keahlian seseorang serta efektifitas kerja seseorang (5) Berkaitan dengan proses

pengembangan potensi yang sesungguhnya dari seseorang.

8
Teori Maslow mengasumsikan bahwa orang berkuasamemenuhi

kebutuhan lebih pokok sebelum mengarahkan perilaku memenuhi kebutuhan yang

lebih tinggi.

Upaya pemerintah dalam meningkatkan partisipasi masyarakat dalam

pengelolaan lingkungan hidup,yaitu bahwa dalam rangka mewujudkan visi

pembangunan kesehatan kota bone, maka pemerintah kecamatan awangpone

membentuk forum komunikasi kecamatan sehat kecamatan awangpone dengan

tujuan yaitu ; 1) merancang program pengembangan kabupaten sehat tingkat

kecamatan berdasarkan tatanan yang di pilih untuk dikembangkan, 2)

Melakasanan sosialisasi dan advokasi pengembangan kabupaten sehat, 3)

memberikan penyuluhan dan pengarahan agar tidak membuang sampah di

sembarang tempat,memberikan pengarahan tentang pentingnya lingkungan hidup

sehat,bersih dan lestari. Pemberian pengarahan kepada masyarakat tentang

pentingnya hidup sehat,bersih dan lestari tidak hanya dilakukan aparat pemerintah

kelurahan tetapi juga dilakukan oleh pihak posyandu dan ibu PKK. Pemberian

pengarahan tersebut terutama dilakukan saat masyarakat melakukan kegiatan

bersama tim penggerak PKK,maupun mengikuti kegiatan posyandu. Adanya

pengarahan tentang pentingnya hidup sehat, bersih dan lestari tersebut sangat

penting, mengingat hal tersebut sangat berkaitan dengan upaya peningkatan

derajat kesehatan masyarakat. Karena faktor kesehatan sangat terkait dengan

masalah kebersihan, sehingga, kegiatan penyuluhan merupakan hal yang paling

penting dilakukan pemerintah kelurahan dengan segala perangkatnya.

9
Pemerintah kecamatan senantiasa berupaya secara berkala untuk

melakukan berbagai agar masyarakat dapat ikut berpartisipasi dalam pengelolaan

lingkungan hidup. Baik sekitar lingkungan tempat tinggalnya maupun lingkungan

kelurahannya. Hal ini sangat penting karena pengelolaan lingkungan hidup sangat

terkait dengan aspek kesehatan masyarakat. Menurut asumsi penulis partisipasi

masyarakat dalam pengelolaan atau penataan lingkungan pekarangan sangat

penting mengingat kesuksesan dalam kegiatan pengelolaan lingkungan sangat

bergantung dari kesadaran dan partisipasi masyarakat dan pemerintah harus jadi

motivator dan fasilitator yang memungkinkan penataan lingkungan pekarangan

dapat berlangsung dengan baik.

Berbagai keuntungan yang dapat diperoleh oleh masyarakat sebagai

dampak dari penataan lingkungan pekarangan. Keuntungan atau manfaat yang

diperoleh sangat terkait dengan jenis pemanfaatan lingkungan tanah

pekarangannya.

Masyarakat kecamatan Awangpone maka dapat di peroleh informasi

tentang keuntungan-keuntungan yang mereka peroleh dengan pemanfaatan atau

penataan lingkungan pekarangan , yaitu dapat meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat. Dengan pemanfaatan atau penataan lingkungan pekarangan dengan

baik, akan memungkinkan kebersihan lingkungan dapat terjaga dengan baik.

Kondisi tersebut akan memberi dampak positif terhadap peningkatan derajat

kesehatan. Karena faktor kesehatan sangat terkait dengan faktor kebersihan

lingkungan tempat tinggal. Hal tersebut sangat relevan dengan pernyataan

responden yang senantiasa melakukan pembersihan lingkungan sekitar tempat

10
tinggalnya yang memungkinkan mereka dapat hidup bersih. Menciptakan

kenyaman hidup dalam kehidupan sehari-hari. Dengan tertatanya lingkungan

pekarangan dengan baik akan memungkinkan anggota keluarga dapat hidup

dengan nyaman dengan udara yang segar dan bersih. Dengan kata lain,

kenyamanan dalam kehidupan sehari-hari tidak terlepas dari kondisi tempat

tinggal yang aman dan bersih melalui penataan tempat tinggal secara baik.

Dapat diperoleh seperti apotik hidup dan sayur –sayuran . Pemanfaatan

lingkungan pekarangan dengan menanam apotik hidup dan sayur - sayuran akan

memberi manfaat yang sangat besar dalam keluarga, seperti akan sangat

bermanfaat jika ada warga masyarakat yang sakit untuk dimanfaatkan sebagai

pertolongan pertama dan sumber gizi.

Adanya berbagai keuntungan dari penataan lingkungan di pekarangan di

kecamatan Awangpone, tentu akan menjadi pelajaran bagi warga masyarakat

lainnya untuk dapat berusaha memanfaatkan lingkungan pekarangannya secara

baik dengan menanami berbagai macam tanaman yang bermanfaat. Karena

kenyataanya melalui penataan lingkungan dengan pemanfaatan pekarangan

secara optimal akan dapat memberi dampak terhadap kesehatan masyarakat,

kenyamanan sekaligus dapat memperoleh hasil atau manfaat berupa hasil tanaman

pekarangan.

Penataan lingkungan pekarangan tidak terlepas dari perlunya keterlibatan

masyarakat secara aktif. Keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan lingkungan

hidup dalam bentuk partisipasi tidak hanya terbatas pada menjaga kelestarian

lingkungan , tetapi juga diikuti dengan upaya terlibat secara aktif dalam

11
pelestarian lingkunngan, seperti penanaman penanaman tanaman disekitar rumah

dan melakukan pembersihan lingkungan tempat tinggalnya. Karena jika

lingkungan hidup kurang mendapat perhatian, maka tidak mustahil akan memberi

dampak aktor terhadap kehidupan manusia seperti munculnya berbagai macam

penyakit akibat dari kerusakan lingkungan hidup.

Pelestarian lingkungan hidup tidak hanya menjadi tanggung jawab

pemerintah tetapi juga masyarakat. Oleh karena itu, sudah seharusnya setiap

anggota masyarakat menyadari dan ikut secara aktif dalam pengelolaan

lingkungan hidup. Terutama pada lingkunngan tempat tinggalnya, dimana hal

tersebut diatur dengan tegas dalam Undang-Undang Nomor 23 tahun 1997 tentang

pengelolaan lingkungan hidup yang memberikan pengetahuan dan kesadaran bagi

masyarakat akan pentingnya pelestarian lingkungan hidup. Karena partisipasi

aktif dari masyarakat, mustahil lingkungan hidup dapat dijaga kelestariannya.

Sehubungan dengan itu pulalah, maka sudah seharusnya pemerintah melakukan

sosialisasi atau penyuluhan tentang pentingnya partisipasi masyarakat dalam

pengelolaan lingkungan hidup dan berbagai upaya-upaya lainnya, baik secara

preventif maupun represif. Dari pengelolaan lingkungan hidup tersebut,

khususnya lingkungan tempat tinggal masyarakat tentunya diharapkan berbagai

keuntunngan yang dapat diperoleh masyarakat.

Tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan penataan lingkungan

pekarangan, termasuk dalam kategori tinggi, walaupun sebagian ada yang

termasuk dalam kategori cukup tinggi namun tidak ada dalam kategori rendah dan

sangat rendah partisipasinya. Hal ini berarti masyarakat sangat menyadari

12
pentingnya menjaga lingkungan hidup sehingga tergerak untuk berpartisipasi

dengan menjaga dan melestarikan lingkungan hidup disekitar tempat tinggalnya.

Adanya partisipasi masyarakat dalam penataan lingkungan pekarangan

merupakan cerminan dari kesadaran masyarakat tentang pentingnya lingkungan

hidup demi kehidupannya, dan pemerintah seharusnya merespon hal tersebut

dengan berupaya melakukan berbagai upaya agar masyarakat lebih meningkatkan

partisipasinya dalam pengelolaan lingkungan hidup di kecamatannya.

Berbagai upaya telah ditempuh dalam peningkatan partisipasi masyarakat

di kecamatan awangpone dalam kegiatan penataan lingkungan pekarangan.

Upaya-upaya tersebut berupa memberikan penyuluhan dan pengarahan agar tidak

membuang sampah di sembarang tempat terutama di sekitar tempat tinggalnya,

dan memberikan pengarahan tentang pentingnya hidup sehat, bersih dan lestari

dengan menjaga lingkungan tempat tinggalnya dengan melakukan pembersihan

setiap saat dan tidak membuang sampah di sembarang tempat.

Adanya lingkungan hidup yang bersih pada hakikatnya akan memberi

dampak juga bagi masyarakat. Oleh karena itu, sudah seharusnya masyarakat

menyadari betapa pentingnya berpartisipasi dalam melestarikan lingkungan hidup,

terutama lingkungan tempat tinggalnya maupun lingkungannya. Dari hasil

penelitian menunjukkan bahwa berbagai keuntungan yang dapat di peroleh

masyarakat, dalam penataan lingkungan, khususnya penataan lingkungan

pekarangan rumah penduduk, berupa : dapat meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat karena adanya upaya menjaga kebersihan lingkungan tempat

tinggalnya ; menciptakan kenyaman hidup dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat

13
di peroleh seperti apotik hidup melalui pemanfaatan lingkungan pekarangan untuk

berbagai jenis tanaman yang bermanfaat. Dengan kata lain, tanah pekarangan

tempat tinggal tidak dibiarkan kosong atau ditumbuhi tanaman yang tidak

bermanfaat, tetapi dengan pemanfaatan berbagai tanaman seperti apotik hidup

tentu akan memberi manfaat yang lebih besar bagi kehidupan masyarakat sehari –

hari, sehingga memberi konsekuensi pada perlunya kesadaran masyarakat untuk

memanfaatkan lingkungan pekarangannya atau di sekitar tempat tinggalnya.

Adanya keuntungan yang di peroleh masyarakat melalui pengelolaan

lingkungan hidup khususnya dalam penataan lingkungan tentu memberikan

kesadaran bagi masyarakat kecamatan awangpone untuk lebih memanfaatkan

lingkungan tempat tinggalnya dengan baik yang memungkinkan banyaknya

manfaat yang diperoleh, seperti dengan adanya penataan lingkungan pekarangan

akan memungkinkan masyarakat dapat meningkatkan derajat kesehatannya karena

faktor kesehatan sangat ditentukan oleh faktor lingkungan tempat tinggal.

Demikian pula dapat memberi manfaat ekonomi karena dengan pemanfaatan

lingkungan pekarangan dari apotik hidup maupun sayur-sayuran yang dapat

dimanfaatkan setiap saat.

Kesimpulan

1. Gerakan Sosial peduli lingkungan masyarakat Awangpone yang dimulai

pada tahun 2011 tidak berstruktur dan bersifat spontan, tetapi berubah

lebih ke arah maju dengan membuka jalur hukum dan membentuk sebuah

organisasi. penulis menyimpulkan bahwa masyarakat telah menyadari

pentingnya lingkungan yang sehat terutama di lingkungan masyarakat.

14
2. Adapun bentuk-bentuk gerakan sosial peduli lingkungan yang ada di

kecamatan Awangpone yaitu: jamban sehat, memanfaatkan lingkungan

pekarangan rumah dan menjaga kebersihannya, dan menanam pohon.

3. Upaya masyarakat Awangpone menjaga solidaritas gerakannya, sudah

berlangsung selama 3 (tiga) tahun, solidaritas antar warga yang sudah

dimulai tahun 2011 sampai saat ini masih di jaga oleh warga, mulai dari

pertemuan yang intensif, acara, diskusi, makan bersama, dan nonton

bareng ; komunikasi yang baik juga menunjang solidaritas warga yang

ada disana baik antar warga maupun dengan pemerintah, bahkan warga

juga menggunakan Mesjid untuk menyampaikan informasi yang menjadi

salah satu komunikasi yang efektif bagi warga yang ada di Kecamatan

Awangpone. Dalam menjalankan gerakan sosial peduli lingkungan ini

masyarakat pasti mengalami kendala.

4. Adapun kendala tersebut yaitu: masyarakat bermasa bodoh terhadap

lingkungan, lambatnya pemberian data dari kantor desa ke kantor

kecamatan, dan kurangnya kerjasama antara masyarakat dengan

pemerintah.

Saran

1. Mengenai gerakan sosial peduli lingkungan yang membawa dampak

positif terhadap masyarakat dan kesehatan lingkungan agar sekiranya

masyarakat mempertahankan serta melestarikan lingkungan dan ekosistem

alam.

15
2. Untuk masyarakat Kecamatan Awangpone agar kiranya membangun

kesadaran yang lebih besar dimana perjuangan yang selama ini dilakukan

bertujuan untuk menjaga kelestarian lingkungan serta menjaga ekosistem

sehingga menciptakan masyarakat yang sehat, bersih, dan sejahtera.

3. Pada pemerintah Kota Bone, sebelum menata tata ruang kota seharusnya

pemerintah lebih memperhatikan penduduknya terlebih dahulu, dimana

masih banyak warga miskin yang belum tersentuh oleh kebijakan

pemerintah, serta kiranya pemerintah lebih mengutamakan kepentingan

warganya terutama kesehatan dan menjaga kelestarian lingkungan yang

sehat.

Daftar pustaka

Beilharz, peter. 2005. Teori – Teori Sosial. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Herimanto dan Winarno. 2014. Ilmu Sosial & Budaya Dasar. Jakarta : Bumi
Aksara.

Kordi M. Ghufran. 2012. Ekosistem Magrove. Jakarta: Rineka Cipta.

Martono Nanang. 2011. Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta : Rajawali Pers.

Moleong, J.Lexy. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Rosdakarya.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Prinsip – Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan. : Rineka


cipta.

Narwoko, dwi. j dan suyanto, bagong. 2011. Sosiologi Teks Pengantar Dan
Terapan. Jakarta : Kencana.

Narwoko, dwi. j dan suyanto, bagong. 2010. Sosiologi Teks Pengantar Dan
Terapan. Jakarta : Kencana.

Paizaluddin, Ermalinda. 2013. Penelitian Tindakan Kelas Panduan Teoritis dan


Praktis. Bandung: Alfabeta.

16
Rahmadi takdir. 2014. Hukum Lingkungan. Jakarta: Rajawali pers.

Ritzer, george dan goodman, douglas j. 2014. Teori Sosiologi. Bantul. Kreasi
Wacana.

Soemirat Juli. 2014. Kesehatan lingkungan. Bandung: Gadja Mada University


Perss.

Soerjono Soekanto. 2012. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung :


Alfabeta.

Wahib situmorang abdul. 2013. Gerakan Sosial (teori & praktik). Yokyakarta :
pustaka pelajar.

Waters. 1994. Teori Sosiologi Moderen. Surabaya : Yayasan Kesatuan Umat.

Sumber Lain

Setia Graha. 2012. Defenisi Gerakan Sosial. (Online) http: // Sosial Sosiologi.
Blogspot.com/2012/12/defenisi masyarakat.html

Zulfaidah Idriana.2013. Pengertian Unsur-Dan-Kriteria-Masyarakat. (online)


http://zulfaidaindriana. Blogspot.com/2013/05/pengertian unsur dan
kriteria masyarakat.html.mei 2013.

http//: sanitasi lingkungan. Htm dikunjungi situsnya pada tanggal 7 november


2009.

http://www.bone.go.id

17
Lampiran 2

DAFTAR NAMA-NAMA INFORMAN

1. Nama : H. Muh. Syukri, S.Sos


Umur : 55 Tahun
Status : Sudah menikah
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Camat Awangpone

2. Nama : Hj. A. Tenri Angka Syukri, S.pd


Umur : 42 Tahun
Status : Sudah menikah
Pendidikan : S1
Pekerjaan : PNS / Ketua Forum Komunikasi Kecamatan Sehat

3. Nama : Drs. Aras Latif


Umur : 55 Tahun
Status : Sudah menikah
Pendidikan : S1
Pekerjaan : PNS

4. Nama : Suriadi, S.Pd


Umur : 30 Tahun
Status : Sudah menikah
Pendidikan : S1
Pekerjaan : PNS
5. Nama : A. Asmawan
Umur : 21 Tahun
Status : Belum Menikah
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Mahasiswa

6. Nama : Maman
Umur : 20 Tahun
Status : Belum Menikah
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Mahasiswa

7. Nama : Rusli
Umur : 37 Tahun
Status : Sudah menikah
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta

8. Nama : Koda
Umur : 50 Tahun
Status : Sudah menikah
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Petani

9. Nama : Kasmir
Umur : 35 Tahun
Status : Sudah menikah
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Petani
10. Nama : A. Sudarman
Umur : 40 Tahun
Status : Sudah menikah
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Nelayan
Sumber : Canon 21 Mei 2015
Sumber : Canon 22 Mei 2015

Sumber : Canon 22 Mei 2015


Sumber : Canon 25 Mei 2015

Sumber : Canon 27 Mei 2015


Sumber : Canon 27 Mei 2015
GERAKAN SOSIAL MASYARAKAT PEDULI
LINGKUNGAN DI KECAMATAN AWANGPONE
KABUPATEN BONE

Pembimbing I Pembimbing II
Dra. Hj. Syaribulan. K, M.Pd Muhammad Akhir, S.Pd., M.Pd

OLEH

ABD. RAHMAN

10538 02015 11
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

B. RUMUSAN MASALAH

C.TUJUAN PENELITIAN

D. MANFAAT PENELITIAN
A. LATAR BELAKANG
Lingkungan hidup menjadi masalah yang sangat populer di
dunia. Temanya apalagi kalau bukan Pemanasan Global akibat
perubahan iklim yang sangat ekstrim di dunia. Masalah
pemanasan global atau global warming ini menjadi suatu
masalah yang selalu diperbincangkan oleh banyak orang dan
penulis melihat ada semacam euforia global warming di dunia.
Pemerintah Indonesia sudah punya gerakan untuk mengerem
laju pemanasan global melalui gerakan satu orang satu pohon
(one man one tree), dengan gerakan ini diterapkan oleh
masyarakat setempat yang sangat membantu ekosistem dan
pelestarian lingkunan di Kecamatan Awangpone Kabupaten
Bone, yang dimana lingkungan disekitar pinggir pantai bisa
dilestarikan kembali dengan adanya kegiatan gerakan sosial ini.
B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah


dirumuskan di atas, maka masalah dalam
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah bentuk-bentuk gerakan sosial


peduli lingkungan di Kecamatan Awangpone
Kabupaten Bone ?
2. Apakah kendala-kendala Gerakan Sosial peduli
Lingkungan di Kecamatan Awangpone Kabupaten
Bone?
C. TUJUAN PENELITIAN

 Untuk mengetahui bentuk-bentuk gerakan


sosial peduli lingkungan di Kecamatan
Awangpone Kabupaten Bone.

 Untuk mengetahui kendala-kendala gerakan


sosial peduli lingkungan di Kecamatan
Awangpone Kabupaten Bone.
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat Teoritis
Diharapkan penelitian ini dapat menjadi sumber informasi
untuk mengenal, memahami dan mendalami tentang
gerakan sosial yang terjadi dan dapat menjadi bahan acuan
bagi peneliti selanjutnya.

2. Manfaat Praktis
a. Bagi masyarakat
b. Bagi pemerintah
c. Bagi peneliti
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

b. Tipologi dan Strategi


1. Gerakan Sosial Gerakan Sosial
Ada beberapa bentuk atau
klasifikasi gerakan sosial.
a. Pengertian Gerakan Klasifikasi tersebut didasarkan
sosial pada beberapa kriteria, yaitu:
Gerakan Sosial merupakan pertama, menurut bidang
perubahan yang diinginkan,
salah satu kelompok yang turut kedua, menurut kualitas
memperjuangkan terwujudnya perubahan yang diinginkan.
perubahan dunia kearah yang lebih Ketiga, menurut target
baik. perubahannya. Keempat,
menurut arah perubahan yang
diinginkan. Kelima, menurut
strategi yang mendasari atau”
logika tindkan mereka”.
Keenam, menurut sejarah
perkembangannya
2.2.Peduli
Peduli lingkungan
lingkungan

a. Pengertian peduli lingkungan b. Masalah lingkungan


Gerakan Masyrakat Peduli Lingkungan Pengurasan sumber daya
adalah Lembaga Swadaya Masyarakat alam (natural resource
yang Independen berdiri pada 17 defletion) diartikan sebagai
Januari 2010 di Jakarta, yang pemanfaatan sumberdaya
memfungsikan diri sebagai Lembaga alam secara tidak bijaksana
yang senantiasa mengkritisi segala sehingga sumber daya alam
bentuk penyimpangan dan kebijakan
itu baik kualitasnya maupun
policy Lingkungan hidup, kerusakan
ekosistem yang memilki
kuantitasnya menjadi
dampak kepada berkurang atau menurun dan
masyarakat sekitar yang kemudian pada akhirnya akan habis
merambah pada persoalan disharmoni sama sekali.
tidak terjalin interaksi secara optimal
antara masyarakat dan Lingkungan.
3. Faktor-faktor terjadinya masalah
lingkungan

a. Tehnologi

b. Pertumbuhan
penduduk

c. Motif ekonomi
4. Bentuk-bentuk gerakan sosial peduli
lingkungan

a. Baku mutu b. Pengendalian


lingkungan hidup pencemaran laut

Pengendalian pencemaran
Baku mutu dan perusakan laut
lingkungan hidup dilakukan melalui empat
(BMLH) dan pendekatan yaitu :
merupakan perlindungan mutu laut,
pencegahan pencemaran
instrument laut, pencegahan perusakan
pengelolaan hidup. laut, dan penanggulangan
pencemaran dan perusakan
laut.
5. Teori-teori yang menjadi unit
analisis

a. Teori gerakan sosial

b. Teori gerakan sosial


modern

c. Teori pengembangan
hukum lingkungan
SKEMA KERANGKA PIKIR
Gerakan Sosial
Masyarakat Awangpone

Peduli Lingkungan

Bentuk-bentuk Gerakan Kendala-kendala


Sosial Peduli Gerakan Sosial Peduli
Lingkungan Lingkungan
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian

B. Waktu Dan Tempat Penelitian

C. Informan Penelitian

D. Instrumen Penelitian

E. Teknik Pengumpulan Data

F. Teknik Analisis Data

G. Teknik Keabsahan Data


A. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian deskriktif, yaitu
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian deskriktif, yaitu penelitian
penelitian sosial budaya yang dianalisis
sosial budaya yang dianalisis secara kualitatif.
secara
kualitatif.

B. Waktu Dan Tempat Penelitian


Penelitian ini mengambil lokasi di Kecamatan
Awangpone Kabupaten
Bone.

C. Informan Penelitian
Informan penelitian dalam penelitian ini adalah sebagian
masyarakat
yang berada di kecamatan Awangpone Kabupaten Bone.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan dalam
mengumpulkan data. Yang menjadi instrument utama
(key instrument) dalam penelitian ini adalah peneliti
sendiri.

E. Teknik Pengumpulan Data

2. 3.
1. Observasi
Wawancara Dokumentasi
F. Teknik Analisis Data
(1) Reduksi data, semua data yang diperoleh dilapangan
akan ditulis dalam bentuk uraian secara lengkap dan
banyak.
(2) Display data, dan bagian-bagian detailnya dapat
dipadukan dengan jelas.
(3) Vervikasi, yaitu membuat kesimpilan dari data yang
telah didisplay sebelumnya sehingga lebih muda di
pahami dan dapat memberikan gambaran yang jelas
mengenai masalah yang ada di lapangan.

G. Teknik Keabsahan Data


Dalam penelitian ini, teknik keabsahan data yang
digunakan adalah
triningulasi (peer debriefing).
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian

1. Gambaran umum lokasi penelitian


a. Letak Geografis
Kabupaten Bone merupakan salah satu kabupaten yang terdapat di Provinsi
Sulawesi Selatan dengan Ibukota Watampone dengan luas wilayah
keseluruhan mencapai 4.558 km2. Kabupaten Bone secara administratif
terbagi kedalam 27 kecamatan, 329 desa dan 43 kelurahan.

2. Potensi Pengembangan Wilayah


a. Kawasan Hutan Produksi
b. Kawasan Pertanian
c. Kawasan Perikanan
3. Demografi
Penduduk Kabupaten Bone menurut hasil Pendataaan yang dilakukan oleh
Badan Pusat Statistik Kabupaten Bone Tahun 2012 sebanyak 728.737 jiwa
yang terdiri dari laki-laki 347.707 jiwa dan perempuan 381.030 jiwa. Ini
berarti bahwa penduduk perempuan lebih banyak daripada penduduk laki-
laki dengan perbandingan 47,71% penduduk laki-laki dan 52,29 penduduk
perempuan.

B. Deskripsi Hasil
Penelitian

1. Bentuk-Bentuk Gerakan Sosial Masyarakat Peduli Lingkungan.


a. Jamban Sehat
b. Memanfaatkan Lingkungan Pekarangan Rumah Dan Menjaga
Kebersihannya
c. Menanam Pohon
2. Kendala-Kendala Gerakan Sosial Peduli Lingkungan.

 Masyarakat Bermasa Bodoh Terhadap Lingkunga

 Lambatnya Pemberian Data Dari Kantor Desa Ke


Kecamatan

 Kurang Kerjasama Antara Warga Masyarakat Dengan


Pemerintah
C. Pembahasan

Pelestarian lingkungan hidup pada hakikatnya


merupakan tanggung jawab semua pihak,tidak
terkecuali masyarakat. Oleh karena itu
,pemerintah harus berupaya memotivasi
masyarakat agar ikut berpartisipasi secara aktif
dalam lingkungan hidup,baik di sekitar tempat
tinggalnya maupun lingkungan kelurahannya.
Hal ini sangat penting karena pengelolaan
lingkungan hidup sangat terkait dengan aspek
kesehatam masyarakat.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1. Gerakan Sosial peduli 2. Dalam menjalankan
lingkungan masyarakat gerakan
Awangpone yang dimulai sosial peduli lingkungan ini
pada tahun 2011 tidak masyarakat pasti
berstruktur dan bersifat mengalami
spontan, tetapi berubah kendala. Adapun kendala
lebih ke arah maju dengan tersebut yaitu:
membuka jalur hukum dan masyarakat
membentuk sebuah bermasa bodoh terhadap
organisasi. penulis lingkungan, lambatnya
menyimpulkan bahwa pemberian data dari
masyarakat telah kantor
menyadari pentingnya desa ke kantor kecamatan,
lingkungan yang sehat dan kurangnya kerjasama
terutama di lingkungan antara masyarakat dengan
masyarakat. pemerintah.
B. Saran

1. Mengenai gerakan sosial peduli


lingkungan yang membawa dampak
positif terhadap
masyarakat dan kesehatan lingkungan
agar sekiranya masyarakat
mempertahankan serta melestarikan
lingkungan dan ekosistem alam.
2. Untuk masyarakat Kecamatan Awangpone agar
kiranya membangun kesadaran yang lebih besar
dimana perjuangan yang selama ini dilakukan
bertujuan untuk menjaga kelestarian lingkungan
serta menjaga ekosistem sehingga menciptakan
masyarakat yang sehat, bersih, dan sejahtera.

3. Pada pemerintah Kota Bone, sebelum menata tata


ruang kota seharusnya pemerintah lebih
memperhatikan penduduknya terlebih dahulu,
dimana masih banyak warga miskin yang belum
tersentuh oleh kebijakan pemerintah, serta kiranya
pemerintah lebih mengutamakan kepentingan
warganya terutama kesehatan dan menjaga
kelestarian lingkungan yang sehat.
RIWAYAT HIDUP

ABD. RAHMAN, lahir pada tanggal 01 Januari 1992 Di

Desa Carigading Kecamatan Awangpone Kabupaten Bone,

anak ketiga dari enam bersaudara buah cinta dan kasih

sayang dari pasangan H. Ahmad dan Hj. Suruga

Penulis mulai memasuki dunia pendidikan tingkat dasar pada tahun 1999 di SDN

45 Carigading dan tamat pada tahun 2005. Kemudian penulis melanjutkan

pendidikan tingkat menengah pertama di SMP Negeri 4 Awangpone pada tahun

2005-2008. Kemudian pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di

SMA Negeri 1 Watangpone selama tiga tahun dan berhasil menamatkan studinya

di sekolah tersebut pada tahun 2011.

Pada tahun 2011 penulis melanjutkan studinya kejenjang yang lebih tinggi

melalui jalur seleksi Penerimaan mahasiswa baru (SPMB), dan diterima di

Jurusan Pendidikan Sosiologi Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Universitas Muhammadiyah Makassar program studi strata 1. Dan Alhamdulillah

sekarang ini telah berhasil menyusun tugas akhir dengan judul “GERAKAN

SOSIAL MASYARAKAT PEDULI LINGKUNGAN DI KECAMATAN

AWANGPONE KABUPATEN BONE”.

Anda mungkin juga menyukai