Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN HIPERTENSI

Oleh:

Siska Alisnawati

10119002

DIII Keperawatan

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


BAKTI TUNAS HUSADA
TASIKMALAYA
2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan segala
nikmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen yang telah memberikan tugas ini
sebagai upaya untuk menjadikan penulis sebagai manusia yang berilmu dan berpengetahuan.

Teriring do’a tulus, semoga segala bantuan dan amal baik yang telah diberikan mendapat
ridha dan imbalan pahala yang berlimpah dari Allah SWT. Aamiin yarobbal alamin.

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
dan masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki. Oleh karena itu, saran dan kritik yang
membangun sangat diperlukan untuk hasil yang lebih baik. Semoga hasil karya yang sederhana
ini bermanfaat bagi semua pihak.

Tasikmalaya, 19 Maret 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI
BAB I.........................................................................................................................3
A. Konsep Penyakit Hipertensi..............................................................................4
1. Definisi Hipertensi.......................................................................................4
2. Jenis Hipertensi............................................................................................4
3. Faktor Penyebab Hipertensi.......................................................................5
4. Patofisiologi .................................................................................................7
5. Tanda dan Gejala.........................................................................................10
6. Penatalaksanaan .........................................................................................10

BAB II.......................................................................................................................12

A. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga.........................................................12


1. Pengkajian ...................................................................................................12
2. Analisa Data ................................................................................................13
3. Prioritas Masalah ........................................................................................13
4. Diagnosa Keperawatan................................................................................14
5. Intervensi .....................................................................................................14
6. Implementasi dan Evaluasi ........................................................................15

BAB III......................................................................................................................16

KESIMPULAN........................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................17

3
BAB I
A. Konsep Penyakit Hipertensi
1. Definisi Hipertensi
Hipertensi merupakan suatu keadaan yang menyebabkan tekanan darah tinggi
secara terus-menerus dimana tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg, tekanan diastolik
90 mmHg atau lebih. Hipertensi atau penyakit darah tinggi merupakan suatu keadaan
peredaran darah meningkat secara kronis. Hal ini terjadi karena jantung bekerja lebih
cepat memompa darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi di dalam
tubuh (Koes Irianto, 2014).
Menurut WHO, penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik lebih
besar atau sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolic sama atau lebih besar
95 mmHg (Kodim Nasrin, 2017).
Hipertensi adalah keadaan menetap tekanan sistolik melebih dari 140 mmHg atau
tekanan diastolic lebih tinggi dari 90 mmHg. Diagnostic ini dapat dipastikan dengan
mengukur rata-rata tekanan darah pada 2 waktu yang terpisah (FKUI, 2016).
Berdasarkan beberapa definisi menurut para ahli diatas maka penulis
menyimpulkan bahwa Hipertensi merupakan keadaan dimana tekanan darah tinggi
atau diatas normal.
2. Jenis Hipertensi
Hipertensi dapat didiagnosa sebagai penyakit yang berdiri sendiri tetapi sering
dijumpai dengan penyakit lain, misalnya arterioskeloris, obesitas, dan diabetes
militus. Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dapat dikelompokkan menjadi dua
golongan yaitu (WHO, 2014) :
a. Hipertensi esensial atau hipertensi primer
Sebanyak 90-95 persen kasus hipertensi yang terjadi tidak diketahui dengan
pasti apa penyebabnya. Para pakar menemukan hubungan antara riwayat keluarga
penderita hipertensi (genetik) dengan resiko menderita penyakit ini. Selain itu
juga para pakar menunjukan stres sebagai tertuduh utama, dan faktor lain yang
mempengaruhinya. Faktor-faktor lain yang dapat dimasukkan dalam penyebab
hipertensi jenis ini adalah lingkungan, kelainan metabolisme, intra seluler, dan

4
faktor-faktor ynag meningkatkan resikonya seperti obesitas, merokok, konsumsi
alkohol, dan kelainan darah.
b. Hipertensi renal atau hipertensi sekunder
Pada 5-10 persen kasus sisanya, penyebab khususnya sudah diketahui, yaitu
gangguan hormonal, penyakit diabetes, jantung, ginjal, penyakit pembuluh darah
atau berhubungan dengan kehamilan. Kasus yang sering terjadi adalah karena
tumor kelenjar adrenal. Garam dapur akan memperburuk resiko hipertensi tetapi
bukan faktor penyebab.
Tabel Klasifikasi Tekanan Darah Pada Orang Dewasa

Kategori Sistolik, mmHg Diastolik, mmHg


Normal < 130 < 85
Normal Tinggi 130-139 85-89
Hipertensi
Stadium 1 (ringan) 140-159 90-99
Stadium 2 (sedang) 160-179 100-109
Stadium 3 (berat) 180-209 110-119
Stadium 4 (sangat berat) > 210 > 120
Sumber : Heniwati, 2008

3. Faktor Penyebab Hipertensi


a. Faktor resiko yang tidak dapat dikontrol :
1) Jenis kelamin
Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria dengan wanita. Wanita diketahui
mempunyai tekanan darah lebih rendah dibandingkan pria ketika berusia 20-
30 tahun. Tetapi akan mudah menyerang pada wanita ketika berumur 55
tahun, sekitar 60% menderita hipertensi berpengaruh pada wanita. Hal ini
dikaitkan dengan perubahan hormon pada wanita setelah menopause
(Endang Triyanto, 2014).

2) Umur
Perubahan tekanan darah pada seseorang secara stabil akan berubah di usia
20-40 tahun. Setelah itu akan cenderung lebih meningkat secara cepat.

5
Sehingga, semakin bertambah usia seseorang maka tekanan darah semakin
meningkat. Jadi seorang lansia cenderung mempunyai tekanan darah lebih
tinggi dibandingkan diusia muda (Endang Triyanto, 2014).
3) Keturunan (genetik)
Adanya faktor genetik tentu akan berpengaruh terhadap keluarga yang telah
menderita hipertensi sebelumnya. Hal ini terjadi adanya peningkatan kadar
sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium
individu sehingga pada orang tua cenderung beresiko lebih tinggi menderita
hipertensi dua kali lebih besar dibandingan dengan orang yang tidak
mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi (Buckman, 2010).
b. Faktor resiko hipertensi yang dapat dikonrol
1) Obesitas
Pada usia pertengahan dan usia lanjut, cenderung kurangnya melakukan
aktivitas sehingga asupan kalori mengimbangi kebutuhan energi, sehingga
akan terjadi peningkatan berat badan atau obesitas dan akan memperburuk
kondisi (Anggara, F.H.D., & N. Prayitno, 2013).
2) Kurang olahraga
Jika melakukan olahraga dengan teratur akan mudah untuk mengurangi
peningkatan tekanan darah tinggi yang akan menurunkan tahanan perifer, sehigga
melatih otot jantung untuk terbiasa melakuakn pekerjaan yang lebih berat karena
adanya kondisi tertentu.
3) Kebiasaan merokok
Merokok dapat meningkatkan tekanan darah. Hal ini dikarenakan di dalam
kandungan nikotik yang dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah.
4) Konsumsi garam berlebihan
WHO merekomendasikan konsumsi garam yang dapat mengurangi peningkatan
hipertensi. Kadar sodium yang direkomendasikan adalah tidak lebih dari 100
mmol (sekitar 2,4 gram sodium atau 6 gram) (H. Hadi Martono Kris Pranaka,
2014-2015).
5) Minum alkohol
6) Minum kopi

6
Satu cangkir kopi mengandung kafein 75-200 mg, dimana dalam satu cangkir
kopi dapat meningkatakan tekanan darah 10 mmHg.
7) Kecemasan
Kecemasan akan menimbulkan stimulus simpatis yang akan meningkatkan
frekuensi jantung, curah jantung dan resistensi vaskuler, efek samping ini akan
meningkatkan tekanan darah.
4. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak
dipusat vasomotor, Pada Medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jarak
saraf simpatis, yang berlanjut kebawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna
medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat
vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system
saraf simpastis ke ganglia simpatis. Pada titik ini neuron preganglion melepaskan
asetilkolion, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah,
dimana dengan dilepaskannya norephineprin mengakibatkan kontriksi pembuluh
darah. Berbagai factor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon
pembuluh darah terhadap rangsang vasokontriksi.
Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norephineprin, meskipun
tidaak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.pada saat bersamaan
dimana system saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsang
emosi, kelenjar adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebakan vasokontriksi.
Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokontriksi. Korteks
adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons
vasokontriksor pembuluh darah. Vasokontriksi yang mengakibatkan penurunan
aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan
angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokontriksor
kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosterone oleh korteks adrenal.
Hormone ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intra vaskuler. Semua factor ini cenderung mencetuskan
keadaan hipertensi.

7
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural dan
fungsional pada system pembuluh perifer bertanggung jawab pada perubahan
tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi
aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikut dan penurunan Dallam relaksasi
otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi
dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang
kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung
(volume sekuncup) mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan
tahanan perifer (smeltzer, 2015). Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan
adanya “hipertensi palsu” disebabkan kelakuan arteri brachialis sehingga tidak
dikompresi oleh cuff sphygmomanometer (Darmojo, 2016).

Pathaway

8
5. Tanda dan Gejala

9
Tanda dan gejala pada hipertensi pada lansia dibedakan menjadi :
a. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekana arteri oleh dokter yang
memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika
tekanan arteri tidak terukur.
b. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi
nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim
yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
Menurut Rokhaeni (2017), manifestasi klinis beberapa pasien yang
menderita hiipertensi yaitu : mengeluh sakit kepala, pusing lemas, kelelahan,
sesak nafas, gelisah, mual muntah, sulit tidur, pandangan kabur, epistaksis,
kesadaran menurun.
6. Penatalaksanaan
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas
akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan
pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.
Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
a. Terapi tanpa obat
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan
sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat
meliputi :
1) Diet
Retriksi garam secara moderat dari 10 gr/hari menjadi 5 gr/hari, diet rendah
kolesterol dan rendah asam lemmak jenuh
2) Penurunan berat badan
3) Menghentikan merokok
4) Latihan fisik

10
Olahraga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk penderita
hipertensi adalah olahraga yang mempunyai 4 prinsip yaitu : isotonis, dan
dinamis seperti lari, jogging, berspeda, berenang dan lain-lain.
Intensitas olahraga yang baik antara 60-80% dari kapasitas aerobic atau
72-87% dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan. Lamanya
latihan berkisar antara 20-25 menit berada dalam zona latihan frekunsi latihan
sebaiknya 3x perminggu dan paling baik 5x perminggu.
b. Edukasi psikologis
1) Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk
mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita
untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks.
2) Pendidikan kesehatan (penyuluhan)
Tujuan penkes yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang
penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat
mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
c. Terapi dengan obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja
tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar
penderita dapat bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu
dilakukan seumur hidup penderita, konsultasikan dengan dokter untuk
pengobatan lebih lanjut.

11
BAB II
A. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga
1. Pengkajian
a. Data Umum
1) Nama kepala keluarga (KK)
2) Usia
3) Alamat
4) Pekerjaan KK
5) Pendidikan KK
6) Komposisi Kelurga dan Genogram
No Nama Jenis kelmain Hub. dg KK umur pendidikan

Genogram
7) Tipe Keluarga
8) Suku bangsa
9) Agama
10) Status sosisal ekinomi keluarga
11) Aktivitas rekreasi keluaraga
b. Riwayat Tahap Perkembangan Keluarga
1) Tahap perkembangan keluarga saat ini
2) Tahap perkembanagn keluarga yang belum terpenuhi
3) Riwayat keluarga inti
4) Riwayat keluarga sebelumnya
c. Pengkajian Lingkungan
1) Karakteristik rumah
2) Karakteristik tetangga dan komunitas
3) Mobilitas geografis keluarga
4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
5) Sistem pendukung keluarga

12
d. Struktur Keluarga
1) Pola komunikasi keluarga
2) Struktur kekuatan keluarga
3) Struktur peran
4) Nilai atau norma keluarga
e. Fungsi Keluarga
1) Fungsi afektif
2) Fungsi sosialisasi
3) Fungsi perawatan kesehatan
4) Fungsi reproduksi
5) Fungsi ekonomi
f. Stres dan Koping Keluarga
1) Stresor jangka pendek dan panjang
2) Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor
3) Strategi koping yang digunakan
4) Strategi adaptasi disfungsional
g. Pemeriksaan Fisik
h. Harapan keluarga
2. Analisa Data
Berdasarkan analisa data dapat diketahui masalah kesehatan dan keperawatan
yang dihadapi oleh keluarga, sekaligus dapat dirumuskan yang selanjutnya dilakukan
intervensi.

Tabel Format Analisa Data

Data Masalah

3. Prioritas Masalah
Tabel Skala Prioritas Masalah (Maglaya, 2009)

No Kriteria Skore Bobot


1. Sifat masalah
Skala: Wellnes 3
Aktual 3 1

13
Resiko 2
Potensial 1
2. Kemungkinan masalah
dapat diubah
Skala : Mudah 2 2
Sebagian 1
Tidak dapat 0
3. Potensial masalah untuk
dicegah
Skala : Tinggi 3 1
Cukup 2
Rendah 1
4. Menonjolnya msalah
Skala : Segera 2
Tidak perlu 1 1
Tidak dirasakan 0

4. Diagnosa Keperawatan

a. Kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah b/d ketidakmampuan keluarga


Tn memodifikasi lingkungan untuk menjamin kesehatan keluarga.
b. Resiko terjadinya gangguan penyakit yang bisa dicegah dengan imunisasi pada
An di keluarga Tn b/d ketidaktahuan keluarga Tn mengenal masalah kesehatan
keluarga
c. Kurang pengetahuan Keluarga Tn b/d ketidakmampuan keluarga Tn
menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya
d. Resiko terjadinya preeklamsia pada Ny b/d ketidakmampuan keluarga Tn
merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan.
e. Koping keluarga Tn tidak efektif b/d ketidakmampuan Tn memutuskan tindakan
kesehatan yang tepat bagi keluarga.

5. Intervensi
Fokus Intervensi Keperawatan

14
a. Diagnosa keperawatan yang muncul
1) Koognitif
Berikan pendidikan kesehatan kepada klien dan keluarga tentang
pengertian, tanda dan gejala gangguan perfusi jaringan seperti : pucat,
kebiruan, kulit dingin/lembab, bengkak/oedema.
2) Afektif
Memotivasi klien untuk minum obat secara teratur.
3) Psikomotor
a) Memberitahukan secara dini adanya gangguan perfusi jaringan
b) Lakukan pemantauan tekanan darah secara teratur.
c) Bantu klien dan keluarga untuk mencegah komplikasi, misalnya
dengan membatasi asupan garam, kolesterol yang berlebihan.
d) Bantu keluarga untuk memodifikasi faktor resiko misalnya membatasi
merokok, mengatur pola diit, manajemen stress dan lain-lain.

Tabel Format Intervensi Keperawatan

Dx Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi


Keluarga

6. Implementasi dan Evaluasi

No Tanggal Implementasi Evaluasi Paraf

15
BAB III

KESIMPULAN

Hipertensi merupakan suatu keadaan yang menyebabkan tekanan darah tinggi secara terus-
menerus dimana tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg, tekanan diastolik 90 mmHg atau lebih.
Hipertensi atau penyakit darah tinggi merupakan suatu keadaan peredaran darah meningkat
secara kronis. Hal ini terjadi karena jantung bekerja lebih cepat memompa darah untuk
memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi di dalam tubuh (Koes Irianto, 2014).

16
DAFTAR PUSTAKA

Andrian Patica N. (E-journal keperawatan volume 4 nomor 1 Mei 2016). Hubungan Konsumsi
Makanan dan Kejadian Hipertensi pada Lansia di Puskesmas Ranomut Kota Manado.

Armilawaty, Amalia H, Amirudin R. (2007). Hipertensi dan Faktor Resikonya Dalam Kajian
Epidemiologi. Bagian Epidemiologi Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas
Hasanudin Makasar.

Buckman. (2010). Apa yang Anda Ketahui Tentang Tekanan Darah Tinggi. Yogyakarta: Citra
Aji Parama.

Dina Savitri, S.ST. (2017). Cegah Asam Urat Dan Hipertensi. Yogyakarta: Healthy.

Friedman, M.M et al. (2010). Buku Ajar Keperawatan Keluarga Riset, Teori, dan Praktik. Ed 5.
Jakarta: EGC.

Heniwati. (2008). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemanfaatan Pelayanan Posyandu Lansia


Usia Di Wilayah Kerja Puskesmas Kabupaten Aceh Timur. Tesis. Medan: Universitas
Sumatera Utara.

H. Hadi Martono Kris Pranaka. (2014-2015). Geriatri Edisi ke-5. Jakarta: FKUI.

Irianto, Koes. (2014). Epidemiologi Penyakit Menular dan Tidak Menular, Panduan Klinis.
Bandung: Alfa Beta.

Setiadi. (2008). Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Triyanto, Endang. (2014). Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi SecaraTerpadu.


Yogyakarta: Graha Ilmu.

Wolf, II. (2008). Hipertensi. Jakarta: Gramedia.

17

Anda mungkin juga menyukai