Anda di halaman 1dari 30

PEDOMAN PELAYANAN

UNIT LAUNDRY

KOMITE PPI
RUMAH SAKIT Dr. SOBIRIN
KABUPATEN MUSI RAWAS
Jl. Yos Sudarso No.13 Telp. (0733) 321013
Lubuklinggau Kode Pos 31611
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kami haturkan kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan
Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penyusunan Pedoman Pelayanan Unit Laundry di Rumah
Sakit dr. Sobirin Kabupaten Musi Rawas ini dapat diselesaikan. Kami sampaikan juga terima
kasih dan penghargaan yang tinggi kepada Unit Laundry dan Komite PPI, serta semua pihak
dari berbagai latar belakang keahlian yang telah berkontribusi aktif dalam proses penyusunan
Panduan ini.
Pedoman Pelayanan Unit Laundry ini merupakan salah satu faktor pendukung yang
sangat penting dalam pelaksanaan Pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah
Sakit dr. Sobirin Kabupaten Musi Rawas.
Semoga Pedoman Pelayanan Unit Laundry ini dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Lubuklinggau, Agustus 2017


DIREKTUR

Dr. H. RM. NAWAWI


PEMBINA UTAMA MUDA
NIP. 19601130 1988 01 1001
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

SK KEBIJAKAN PENATALAKSANAAN LINEN

SK PEDOMAN PELAYANAN UNIT LAUNDRY

BAB PENDAHULUAN.…………………………………………………………………....1
A. LATAR BELAKANG…………………………………………………………..1
B. TUJUAN ……………………………………………….....……………………..1
C. BATASAN OPERASIONAL……………………………………………………2
D. LANDASAN HUKUM………………………………………………………….3
BAB II STANDAR KETENAGAAN………………………….……………………………4
A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA…………………….…………..4
B. DISTRIBUSI KETENAGAAN…………………...……………………..….…..6
C. PENGATURAN JAGA……………………………………………….………. 7
BAB III STANDAR FASILITAS…………………………………………………………. 8
A. DENAH RUANG……………………………………………………….…….. 8
B. STANDAR FASILITAS……………………………………………………… 8
BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN…………..……………..………….....……...11
BAB V LOGISTIK………………………………..………………………………………..15
BAB VI KESELAMATAN PASIEN….……..………………………….………………....16
BAB VII KESELAMATAN KERJA…………………………………...…………….….......17
BAB VIII PENGENDALIAN MUTU………….………………………………..……….. 19
BAB IX PENUTUP…………………………………………………………………....….. 20
LAMPIRAN SPO
PEMERINTAH KABUPATEN MUSI RAWAS
RUMAH SAKIT Dr. SOBIRIN
Jl. Yos Sudarso No.13 Telp. (0733) 321013 Fax: (0733) 324973 Lubuklinggau Kode Pos 31611

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT Dr. SOBIRIN


NOMOR : 22/KPTS/RS.DS.V.4 /VIII/2017

TENTANG
KEBIJAKAN PENATALAKSANAAN LINEN
DI RUMAH SAKIT Dr. SOBIRIN KABUPATEN MUSI RAWAS

DIREKTUR RUMAH SAKIT Dr. SOBIRIN KABUPATEN MUSI RAWAS

Menimbang : 1. Bahwa Rumah Sakit dr. Sobirin Kabupaten Musi Rawas dituntut
untuk memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar
pelayanan yang berlaku.
2. Bahwa pelayanan usaha pencegahan dan pengendalian infeksi
perlu dioptimalkan dan terus ditingkatkan sebagai upaya
pelayanan sosial untuk memberikan kepuasan pada masyarakat.
3. Bahwa dalam rangka mendukung pelaksanaan pelayanan
kesehatan yang bermutu dan profesional khususnya pencegahan
dan pengendalian infeksi di Rumah Sakit dr. Sobirin Kabupaten
Musi Rawas perlu Kebijakan Penatalaksanaan Linen di Rumah
Sakit dr. Sobirin Kabupaten Musi Rawas..
4. Bahwa Kebijakan Penatalaksanaan Linen di Rumah Sakit dr.
Sobirin Kabupaten Musi Rawas seperti dimaksud butir 3 di atas,
perlu diatur dan ditetapkan melalui keputusan Direktur Rumah
Sakit dr. Sobirin Kabupaten Musi Rawas.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan


2. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1045/
Menkes/Per/XI/2006 Tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit
di Lingkungan Departemen Kesehatan
4. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 270 Tahun 2007 tentang
Pedoman Manajerial Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di
Rumah Sakit dan Fasilitas Kesehatan Lainnya.
5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1204/Menkes/SK/III/2007 tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit
6. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129/Menkes/SK/II/2008
tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit.
7. Surat Edaran Direktur Jendral Bina Pelayanan Medik Nomor
HK.03.01/III/3744/08 tentang Pembentukan Komite dan Komite
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit.
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144 Tahun 2010 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan
9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 12 Tahun 2012 tentang
Akreditasi Rumah Sakit
10. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 11
Tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien
11. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 27
Tahun 2017 tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

MEMUTUSKAN
Menetapkan :
KESATU : KEBIJAKAN PENATALAKSANAAN LINEN DI RUMAH SAKIT
Dr. SOBIRIN KABUPATEN MUSI RAWAS
KEDUA : Kebijakan Penatalaksanaan Linen di Rumah Sakit dr. Sobirin
Kabupaten Musi Rawas sebagaimana tercantum dalam lampiran
keputusan ini.

KETIGA : Surat Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan


ketentuan apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan akan diadakan
perbaikan/perubahan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Lubuklinggau
Pada Tanggal : 09 Agustus 2017
DIREKTUR

Dr. H. RM. NAWAWI


PEMBINA UTAMA MUDA
NIP. 19601130 1988 01 1001
LAMPIRAN : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH
SAKIT Dr. SOBIRIN KABUPATEN
MUSI RAWAS
TANGGAL : 09 AGUSTUS 2017
NOMOR : 22 /KPTS/RS.DS.V.4 /VIII/2017
TENTANG : KEBIJAKAN PENATALAKSANAAN
LINEN DI RUMAH SAKIT Dr.
SOBIRIN KABUPATEN MUSI
RAWAS

KEBIJAKAN PENATALAKSANAAN LINEN


DI RUMAH SAKIT Dr. SOBIRIN KABUPATEN MUSI RAWAS

1. Rumah Sakit dr. Sobirin Kabupaten Musi Rawas berupaya menjamin manajemen laundry dan
linen yang benar.
2. Rumah Sakit dr. Sobirin Kabupaten Musi Rawas berupaya mencegah terjadinya kontaminasi
pada pakaian atau lingkungan.
3. Linen dipisahkan berdasarkan linen kotor dan linen terkontaminasi cairan tubuh,
pemisahan dilakukan sejak dari lokasi penggunaannya oleh perawat atau petugas.
4. Semua linen yang sudah digunakan harus dimasukkan ke dalam kantong/wadah yang tidak
rusak saat diangkut.
5. Minimalkan penanganan linen kotor untuk mencegah kontaminasi ke udara dan petugas yang
menangani linen tersebut.
6. Linen yang terkontaminasi dengan cairan tubuh pasien dimasukkan kedalam kantong
kuning/infeksius
7. Pengantongan ganda tidak diperlukan untuk linen yang sudah digunakan
8. Petugas yang menangani linen harus mengenakan APD (sarung tangan rumah tangga, gaun,
apron, masker dan sepatu tertutup).
9. Buang terlebih dahulu kotoran seperti faeces ke washer bedpan, spoelhoek atau toilet dan
segera tempatkan linen terkontaminasi ke dalam kantong kuning/infeksius.
10. Pengangkutan dengan troli yang terpisah, untuk linen kotor atau terkontaminasi dimasukkan
ke dalam kantong kuning. Pastikan kantong tidak bocor dan lepas ikatan selama
transportasi.Kantong tidak perlu ganda.
11. Pastikan alur linen kotor dan linen terkontaminasi sampai di laundry TERPISAH
dengan linen yang sudah bersih.
12. Cuci dan keringkan linen di ruang laundry. Linen terkontaminasi seyogyanya langsung
masuk mesin cuci yang segera diberi disinfektan.
13. Untuk menghilangkan cairan tubuh yang infeksius pada linen dilakukan melalui 2 tahap
yaitu menggunakan deterjen dan selanjutnya dengan Natrium hipoklorit (Klorin) 0,5%
atau menggunakan larutan alkali atau larutan enzymatik
14. Apabila dilakukan perendaman maka harus diletakkan di wadah tertutup agar tidak
menyebabkan toksik bagi petugas.

Ditetapkan di : Lubuklinggau
Pada Tanggal : 09 Agustus 2017
DIREKTUR

Dr. H. RM. NAWAWI


PEMBINA UTAMA MUDA
NIP. 19601130 1988 01 1001
PEMERINTAH KABUPATEN MUSI RAWAS
RUMAH SAKIT Dr. SOBIRIN
Jl. Yos Sudarso No.13 Telp. (0733) 321013 Fax: (0733) 324973 Lubuklinggau Kode Pos 31611

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT Dr. SOBIRIN


NOMOR : 20/KPTS/RS.DS.V.4 /VIII/2017

TENTANG
PEDOMAN PELAYANAN UNIT LAUNDRY
DI RUMAH SAKIT Dr. SOBIRIN KABUPATEN MUSI RAWAS

DIREKTUR RUMAH SAKIT Dr. SOBIRIN KABUPATEN MUSI RAWAS


Menimbang : 1. Bahwa Rumah Sakit dr. Sobirin Kabupaten Musi Rawas dituntut
untuk memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar
pelayanan yang berlaku.
2. Bahwa pelayanan usaha pencegahan dan pengendalian infeksi
perlu dioptimalkan dan terus ditingkatkan sebagai upaya
pelayanan sosial untuk memberikan kepuasan pada masyarakat.
3. Bahwa dalam rangka mendukung pelaksanaan pelayanan
kesehatan yang bermutu dan profesional khususnya pencegahan
dan pengendalian infeksi di Rumah Sakit dr. Sobirin Kabupaten
Musi Rawas perlu Pedoman Pelayanan Unit Laundry di Rumah
Sakit dr. Sobirin Kabupaten Musi Rawas..
4. Bahwa Pedoman Pelayanan Unit Laundry di Rumah Sakit dr.
Sobirin Kabupaten Musi Rawas seperti dimaksud butir 3 di atas,
perlu diatur dan ditetapkan melalui keputusan Direktur Rumah
Sakit dr. Sobirin Kabupaten Musi Rawas.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan


2. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1045/
Menkes/Per/XI/2006 Tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit
di Lingkungan Departemen Kesehatan
4. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 270 Tahun 2007 tentang
Pedoman Manajerial Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di
Rumah Sakit dan Fasilitas Kesehatan Lainnya.
5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1204/Menkes/SK/III/2007 tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit
6. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129/Menkes/SK/II/2008
tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit.
7. Surat Edaran Direktur Jendral Bina Pelayanan Medik Nomor
HK.03.01/III/3744/08 tentang Pembentukan Komite dan Komite
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit.
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144 Tahun 2010 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan
9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 12 Tahun 2012 tentang
Akreditasi Rumah Sakit
10. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 11
Tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien
11. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 27
Tahun 2017 tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

MEMUTUSKAN
Menetapkan :
KESATU : PEDOMAN PELAYANAN UNIT LAUNDRY DI RUMAH SAKIT
Dr. SOBIRIN KABUPATEN MUSI RAWAS

KEDUA : Pedoman Pelayanan Unit Laundry di Rumah Sakit dr. Sobirin


Kabupaten Musi Rawas sebagaimana tercantum dalam lampiran
keputusan ini.

KETIGA : Surat Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan


ketentuan apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan akan diadakan
perbaikan/perubahan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Lubuklinggau
Pada Tanggal : 09 Agustus 2017
DIREKTUR

Dr. H. RM. NAWAWI


PEMBINA UTAMA MUDA
NIP. 19671130 1988 01 1001
LAMPIRAN : KEPUTUSAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT Dr. SOBIRIN
KABUPATEN MUSI RAWAS
NOMOR : 02 /KPTS/RS.DS.III.1/VIII/2017
TANGGAL : 09 AGUSTUS 2017

BAB I
PENDAHULUAN

A. LatarBelakang
Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit adalah melalui
pelayanan penunjang medik, salah satunya dalam upaya pengelolaan linen di rumah sakit.
Linen di rumah sakit dibutuhkan disetiap ruangan . Kebutuhan akan linen di setiap ruangan
ini sangat bervariasi baik jenis, jumlah dan kondisinya. Alur pengelolaan linen cukup
panjang, membutuhkan banyak keterlibatan tenaga kesehatan dengan bermacam- macam
klasifikasi. Untuk mendapatkan kualitas linen yang baik, nyaman dan siap pakai diperlukan
perhatian khusus seperti kemungkinan terjadinya pencemaran infeksi dan efek penggunaan
bahan kimia.

B. Tujuan
A. Umum:
Untuk meningkatkan mutu pelayanan linen di rumah sakit.
B. Khusus:
1. Sebagai pedoman dalam memberikan pelayanan linen di rumah sakit.
2. Sebagai pedoman kerja untuk mendapatkan linen yang bersih, kering, rapi, utuh
dan siap pakai.
3. Sebagai panduan dalam meminimalisasi kemungkinan untuk terjadinya infeksi
silang
4. Untuk menjamin tenaga kesehatan, pengunjung dan lingkungan dari bahaya
potensial.
5. Untuk menjamin ketersediaan linen di setiap unit di rumah sakit.

C. BATASAN OPERASIONAL
1. Antiseptik;
Adalah desinfektan yang digunakan pada permukaan kulit dan membrane mukosa
untuk menurunkan jumlah mikroorganisme.
2. Dekontaminasi:
Adalah suatu proses untuk mengurangi jumlah pencemaran mikroorganisme atau
substansi lain yang berbahaya sehingga aman untuk penanganan lebih lanjut.
3. Desinfeksi:
Adalah proses inaktivasi mikroorganismemelalui system.
4. Infeksi;
Adalah proses dimana seseorang yang rentan terkena invasi agen pathogen atau
infeksius yang tumbuh, berkembang biak dan dan menyebabkan penyakit.
5. Infeksi nosokomial: Adalah infeksi yang didapat di rumah sakit dimana pada saat
masuk rumah sakit tidak ada tanda/ gejala atau tidak dalam masa inkubasi.
6. Steril: Adalah kondisi bebas dari semua mikroorganismetermasuk spora.
7. Linen: Adalah bahan atau alat yang terbuat dari kain atau tenun.
8. Kewaspadaan universal:
Adalah suatu prinsip dimana darah, semua jenis cairan tubuh, sekreta, kulit yang tidak
utuh, dan selaput lendir pasien dianggap sebagai sumber potensial untuk penularan
infeksi HIV maupun infeksi lainnya. Prinsip ini berlaku bagi semua pasien, tanpa
membedakan resiko, diagnose ataupun status.
9. Linen kotor terinfeksi: Adalah linen yang terkontaminasi dengan cairan, darah dan
feses terutama yang berasal dari infeksi TB paru, infeksi salmonella dan shigella
(sekresi dan ekskresi), HBV dan HIV ( jika terdapat noda darah) dan infeksi lainnya
yang spesifik (SARS) dimasukkan kedalam kantong dengan segel yang dapat terlarut di
air dan kembali ditutup dengan kantong luar berwarna kuning bertuliskan terinfeksi.
10. Linen kotor tidak terinfeksi: Adalah linen yang tidak teerkontaminasi oleh darah, cairan
tubuh dan feses yang berasal dari pasien lainnya secara rutin, meskipun mungkin linen
yang diklasifikasikan dari seluruh pasien berasl dari sumber ruang isolasi yang
terinfeksi.
11. Bahan berbahaya: Adalah zat, bahan kimia dan biologi baik dalam bentuk tunggal
maupun campuran yang dapat membahayakan kesehatan dan lingkungan hidup secara
langsung atau tidak langsung yang mempunyai sifat beracun, karsiogenik, teratogenik,
mutagenic, korosif dan iritasi.
12. Limbah bahan berbahaya: Adalah sisa suatu usaha dan atau kegiatan yang mengandung
bahan berbahaya dan atau beracun yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau
jumlahnya baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan dan atau
merusak lingkungan hidup dan atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan,
kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lainnya.
13. Keselamatan kerja: Adalah keselamatan yang berkaitan dengan alat kerja, bahan dan
Proses pengolahannya, tempat kerja, dan lingkungan serta cara-cara melakukan
Pekerjaan.
14. Kecelakaan kerja: Adalah kejadian tidak terduga dan tak diharapkan, dapat
Menyebabkan kerugian material ataupun penderitaan dari yang paling ringan sampai
dengan berat.
15. Bahaya ( hazard ):
Adalah suatu keadaan yang berpotensi menimbulkan dampak merugikan atau
menimbulkan kerusakan.

D. DASAR PELAYANAN LINE DI RUMAH SAKIT


1. UU No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan
2. UU No. 23 tahun 1997 tentang pengelolaan lingkingan hidup.
3. UU No. 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja.
4. PP No. 85/1999 tentang perubahan PP No. 18 tahun 1999 tentang pengelolaan limbah
berbahaya dan beracun.
5. PP No. 20 tahun 1990 tentang pencemaran air.
6. PP No. 27 tahun 1999 tentang AMDAL.
7. Permenkes RI No. 472/ Menkes/ peraturan / V / 1996 tentang penggunaan bahan
berbahaya bagi kesehatan.
8. Permenkes No. 416/Menkes/Per/XI/1992 tentang penyediaan air bersih dan air
minum.
9. Permenkes No. 986/Menkes/Per/XI/1992 tentang penyehatan lingkungan rumah sakit.
10. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 983/Menkes/SK/XI/1992 tentang pedoman
organisasi rumah sakit
11. Kepmen LH No. 58/MENLH/12/1995 tentang baku mutu limbah cair bagi kegiatan
rumah sakit.
12. Pedoman sanitasi rumah sakit di Indonesia tahun 1992 tentang pengelolaan linen.
13. Buku pedoman infeksi nosokomial tahun 2001.
14. Standar pelayanan rumah sakit tahun 1999.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA


a. Kriteria
1. Tenaga yang bekerja di Instalasi Sarana Sandang / Laundry dan Sentral Sterilisasi,
khususnya di Laundry berdasarkan jenis dan kualifikasi sesuai dengan kebutuhan
2. Jenis tenaga
2.1. Tenaga non Fungsional
2.2. Tenaga poli Teknik Mesin
3. Kualifikasi Tenaga :
3.1. Pendidikan Minimal :
a). Kepala Instalasi Sarana Sandang / Laundry & Sentral Sterilisasi : Sarjana
Umum dan Kesehatan
b). Pengelola pelayanan Sarana Sandang / Laundry : Sarjana Kesehatan dan
Umum
c). Pengelola Penyiapan Fasilitas dan SDM : Sarjana Umum
d). Ka. Tim Pencucian : D3 Teknik
e). Ka. Tim Produksi : D3 Teknik
f). Ka. Tim Distribusi : D3 Umum
g). Pelaksana : SLTA Sederajat
3.2. Kopentensi : di Bidang Laundry
3.3. Sertifikasi : di Bidang Laundry

b. Tanggung Jawab
1. Kepala Instalasi / Unit Laundry
 Membuat rancangan strategis jangka penjang Instalasi / Unit Laundry
 Membuar rencana Bisnis dan Anggaran Instalasi / Unit Laundry
 Membuat rencana kerja operasional Instalasi / Unit Laundry
 Membuat prosedur pelayanan Instalasi / Unit Laundry
 Mengembangkan program kegiatan pelayanan Instalasi / Unit Laundry
 Melakukan pemantauan pelaksanaan kegiatan Instalasi / Unit Laundry
 Melakukan evaluasi secara berkala program kegiatan pelaksanaan
pelayanan Instalasi / Unit Laundry
 Melakukan penilaian kinerja terhadap staf Instalasi / Unit Laundry
 Membuat laporan berkala Instalasi / Unit laundry
 Melakukan tugas lain yang di berikan atasan sesuai dengan ruang lingkup
kerjanya.
2. Operator Instalasi / Unit Laundry
 Membersihkan Trolley linen bersih dan kotor dari kotoran dan debu
 Mengambil semua linen kotor dari seluruh ruangan perawatan dan lainnya
untuk dilakukan pencucian
 Menimbang semua linen kotor yang masuk ke ruang Laundry
 Menyerahkan semua linen kotor yang sudah ditimbang ke bagian
pencucian
 Setiap linen yang akan di cuci di timbang berdasarkan kapasitas mesin
tersebut
 Melakukan pencucian berdasarkan klarifikasi jenis linen, warna maupun
tingkat kekotorannya
 Melakukan proses pengeringan terhadap semua linen yang sudah di cuci
 Melakukan penyetrikaan dan pelipatan terhadap semua linen yang sudah
di setrika
 Melakukan penyusunan terhadap semua linen yang sudah disetrika
berdasarkan ruangan masing-masing
 Mendistribusikan semua linan keruangan masing- masing

c. Uraian Tugas
1. Kepala Instalasi / Unit Laundry :
a. Menyusun rencana kerja Ruang Laundry meliputi kebutuhan dan pemeliharaan
sarana, penyusunan petunjuk pemakaian, pengendalian dan pengawasan
pelayanan di Unit Laudry
b. Melaksanakan dan koordinasi pelayanan di Unit Laundry sesuai petunjuk
teknis guna optimalisasi pelayanan dan peningkatan pengetahuan
c. Melaksanakan pendayagunaan, pengendalian, pengawsan dan pemeliharaan
pemakaian dan system inventaris pelayanan di Laundry
d. Melaksanakan evaluasi dan pelaporan hasil pelaksanaan tugas pelayanan di
ruang Laundry
e. Melaksanakan tugas lain yang diberikan pimpinan, sesuai dengan tugas dan
fungsinya

2. Bagian pengambilan linen kotor :


a. Menyiapkan diri dengan memakai APD, baju petugas, topi, masker, handscon
dan sepatu boot
b. Menyiapkan Trolley linen kotor tertutrup
c. Mengambil semua linen kotor yang ada di ruangan-ruangan perawatan dan
lainnya dan dibukukan
d. Menyerahkan semua linen kotor ke petugas pencucian melalui jalur yang telah
ditentukan
e. Melakukan serah terima dengan petugas pencucian
f. Meenyusun trolley linen kotor pada tempat yang telah di tentukan
g. Melakukan kebersihan tangan dengan air mengalir selama 15 s/d 20 detik
3. Bagian pencucian :
a. Menyiapkan diri dengan memakai Alat Pelindung Diri (APD) lengkap
b. Menerima Linen kotor dari ruangan-ruangan yang sudah di kumpulkan
c. Merendam semua Linen Infeksius dengan cairan Alkazyme selama 15 menit
atau sesuai aturan pakai.
d. Mengikuti prosedur kerja yang di tentukan Standar Prosedur Operasional
(SPO)
e. Melakukan pengawasan terhadap Linen Infeksius secara baik dan benar
f. Memelihara peralatan dan menjaga mutu linen
g. Setelah selesai menyarahkan linen pada bagian pengeringan.
4. Bagian penyetrikaan dan pelipatan
a. Menyiapkan diri dengan memakai (APD), Baju petugas, masker, topi dan
sepatu.
b. Melakukan kebersihan tangan selama 15 s/d 20 detik
c. Menerima dan menyusun Linen untuk disetrika
d. Melakukan penyetrikaan secara baik dan benar
e. Menyusun semua linan yang sudah disetrika sesuai ruangan masing-masing
f. Melakukan pencatatan pada buku yang di sediakan
g. Petugas melepaskan APD dan mencuci tangan dengan air mengalir
5. Bagian pendistribusian linen :
a. Melakukan kebersihan tangan selama 15 s/d 20 detik
b. Menyiapkan Trolley linen bersih tertutrup
c. Menyusun semua linan bersih per ruangan ke dalam trolley yang sudah di
siapkan
d. Mengantar semua linen bersih ke ruangan-ruangan masing-masing dan di serah
terima pada
petugas ruangan
e. Setelah selesai petugas kembali keruangan dan menyusun kembali trolley bersih
pada tempatnya
f. Melakukan kebersihan tangan dengan air mengalir selama 15 s/d 20 detik

B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
Sebagai analisa dari beban kerja yang mengacu pada kebutuhan ketenagaan petugas
ruang Laundry Rumah Sakit dr. Sobirin Kabupaten Musi Rawas sebagai berikut :
Nama Jabatan Formal Jumlah Jumlah Pendidikan Keterangan
Kebutuhan Tenaga
yang ada
Kepala Instalasi / Unit - Sarjana 1 1 Sarjana Cukup
Laundry Kesehatan, Kesehtan
Masyarakat
Umum

Pelaksana Pencucian D3 Kesehatan, 3 2 - SLTA Belum


Teknik - SD terpenuhi

Pelaksana Produksi D3 Kesehatah, 4 3 - SLTA Belum


Teknik terpenuhi

Pelaksana Distribusi D3 Kesehatan, 4 2 -SLTA Belum


Teknik -SD terpenuhi

Jumlah 12 8

C. PENGATURAN JAGA
Pembagian jadwal dinas di unit Pelayanan ruang Laundry terbagi menjadi 2 shift, yaitu
dengan pembagian :
1. Kepala Ruangan/ Staf Jaga Pagi
Jam jaga dari jam 07.30 WIB – 14.00 WIB
2. Pelaksana Sore
Jam jaga dari jam 14.00 WIB – 21.00 WIB

BAB III
STANDAR FASILITAS

A. DENAH RUANGAN

Mesin
pengering Pintu Masuk
Linen Kotor
Trolley
Linen
Kotor

Trolley
Linen
Meja Area Pencucian Area Pencucian Kotor
Pelipatan
Linen Non Infeksius Linen Infeksius

I I
Meja
Penyetrikaan
Lemari

Pintu Keluar Linen


Bersih
I Kamar Mandi
Linen Bersih Petugas
I
Trolley Linen Trolley Linen
Bersih Bersih

B. STANDAR FASILITAS
A. Sarana Fisik.
Sarana fisik untuk instalasi laundry mempunyai persyaratan tersendiri.Terutama untuk
pemasangan peralatan pencucian yang baru.Sebelum pemasangan data lengkap sangat diperlukan
untuk memudahkan koordinasi dan jejaring selama pengoperasiannya.Tata letak dan hubungan
antar ruangan memerlukan perencanaan yang baik, untuk memudahkan penginstalasian termasuk
instalasi listrik, air, uap, dan lainnya. Saran fisik instalasi laundry terdiri dari beberap ruang
antara lain:
1. Ruang penerimaan linen kotor.
Ruangan ini memuat:Meja penerima, yaitu untuk linen yang terinfeksi dan tidak
terinfeksi. Linen yang diterima harus sudah terpisah, kantong warna kuning untuk yang
terinfeksi dan kantong warna hitam untuk yang tidak terinfeksi.
– Timbangan
– Ruang yang cukup untuk troli pembawa linen kotor untuk dilakukan desinfeksi sesuai
standart.
2. Ruang pemisahan atau pemilahan linen.
Ruang ini memuat meja panjan untuk mensortir jenis linen yang tidak terinfeksi.
3. Ruang pencucian dan pengeringan.
Ruang ini memuat:
a. Mesin cuci.
b. Mesin pengering.
4. Ruang penyetrikaan linen.
Ruang ini sebaiknya memuat:
a. Penyetrikaan linen menggunakan flatwork ironers atau pressing ironers.
b. Alat setrika biasa atau manual.
5. Ruang penyimpanan linen.
Ruang ini memuat:
a. Lemari dan rak untuk menyimpan linen.
b. Meja administrasi.
6. Ruang distribusi linen.
Ruang ini memuat:
Meja panjang untuk penyerahan linen bersih kepada pengguna.

B. Prasarana.
1. Prasarana listrik.
Sebagian besar peraltan laundry menggunakan daya listrik. Adapun tenaga listrik yang
digunakan di instalasi laundry terbagi dua bagian antara lain:
 Instalasi penerangan.
 Instalasi tenaga.
 Prasarana air.
2. Prasarana air
Prasarana air untuk instalasi laundry memerlukan sedikitnya 40% dari kebutuhan air di
rumah sakit atau diperkirakan 200 liter per tempat tidur per hari. Kebutuhan air untuk proses
pencucian dengan kualitas air bersih sesuai standart air.
Standart air yang digunaka untuk mencuci mempunyai standart air bersih berdasarkan
Permenkes No. 416 tahun 1992 dan standart khusus bahan kimia dengan penekanan tidak
adanya:
a. Hardness – garam ( calcium, carbonate, dan chloride 0.
Standart baku mutu: 0 – 90 ppm.
– Tingginya konsentrasi garam dalam air menghambat kerja bahan kimia pencuci
sehingga proses pencucian tidak berjalan sebagaimana mestinya.
– Efek pada linen dan mesin.
– Garam akan mengubah warna linen putih menjadi keabu- abuan dan linen warna
akan cepat pudar.
– Mesin cuci akan berkerak ( scale forming), sehingga dapat menyumbat saluran -
saluran air dan mesin.
b. Iron – Fe ( besi )
Standart baku mutu: 0 – 0,1 ppm.
– Kandungan zat besi pada air mempengaruhi konsentrasi bahan kimia, dan proses
pencucian.
– Linen putih akan menjadi kekuning-kuningan ( yellowing ) dan linen warna akan
cepat pudar.
– Mesin cuci akan berkarat.
– Bersifat alkali.

3. Peralatan Dan Bahan Pencuci


Peralatan pada instalasi laundry menggunakan bahan pencuci kimiawi dengan
komposisi dan kadar tertentu, agar tidak merusak bahan yang dicuci atau linen, mesin cuci, kulit
petugas yang melaksanakannya dan limbah buangannya tidak merusak lingkungan.
Peralatan yang ada di instalasi laundry antara lain:
1. Mesin cuci / washing machine.
2. Mesin peras / washing extractor.
3. Mesin pengering / drying tumbler.
4. Mesin penyetrika / flatwork ironer.
5. Mesin penyetrika pres / presser ironer.

BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN LAUNDRY
A. Jenis Linen.
Ada bermacam- macam jenis linen yang digunakan di rumah sakit. Jenis linen yang
dimaksud antara lain:
1. Speri atau laken.
2. Steek laken.
3. Perlak.
4. Sarung bantal.
5. Sarung guling.
6. Selimut.
7. Alas kasur.
8. Bed cover.
9. Tirai atau gorden.
10. Kain penyekat.
11. Taplak .
12. Schort.
13. Celemek, topi dan lap.
14. Baju pasien.
15. Baju operasi.
16. Macam- macam doek.
17. Popok bayi, baju bayi, kain bedong, gurita bayi.
18. Steek laken bayi.
18. Kelambu bayi.
20. Laken bayi.
21. Selimut bayi.
22. Masker.
23. Washalp.
24. Handuk.
25. Linen untuk operasi.

B. Bahan Linen.
Bahan linen yang digunakan biasanya terbuat dari:
1. Katun 100 %.
2. Wool.
3. Kombinasi seperti 65% aconilic dan 35% wool.
4. Silk.
5. Blacu.
Pemilihan bahan linen sebaiknya disesuaikan dengan fungsi dan cara perawatan serta
penampilan yang diharapkan.

C. Peran Dan Fungsi.


Peran pengelolaan linen di rumah sakit cukup penting. Diawali dengan perencanaan,
salah satu subsistem pengelolaan linen adalah proses pencucian. Alur aktifitas fungsional
dimulai dari penerimaan linen kotor, penimbangan, pemilahan, proses pencucian,
pemerasan, pengeringan, sortir noda, penyetrikaan, sortir linen rusak, pelipatan, merapikan
mengepak atau mengemas, menyimpan dan mendistribusikan ke unit yang membutuhkan
sedangkan linen yang rusak dikirim ke kamar jahit jika sudah ada mesin jahitnya.
Untuk melakukan aktifitas tersebut dengan lancar dan baik, maka diperlukan alur
yang terencana dengan baik. Peran sentral lainnya adalah perencanaan, pengadaan,
pengelolaan, pemusnahan, control, dan pemeliharaan fasilitas sehingga linen dapat tersedia
di unit yang membutuhkan

D. Pengelolaan Linen.
Tata laksana pengelolaan pencucian linen terdiri dari:
1. Perencanaan.
2. Penerimaan linen kotor.
3. Penimbangan.
4. Pensortiran atau pemilahan.
5. Proses pencucian.
6. Pemerasan.
7. Pengeringan.
8. Sortir noda.
9. Penyetrikaan.
10. Sortir linen rusak.
11. Pelipatan. Merapikan, pengepakan atau pengemasan.
12. Penyimpanan.
13. Distribusi.
14. Perawatan kualitas linen.
15. Pencatatan dan pelaporan.
Skema pengelolaan linen di rumah sakit:
1. Perencanaan
2. Proses pengadaan
3. Pengadaan
4. PenerimaanPemberian identitas
5. Distribusi ke unit yang membutuhkan
6. Pemanfaatan linen oleh unit terkait
7. Hilang; Rusak; Perbaikan; Musnahkan
8. Pencatatan dan pelaporan

E. Sentralisasi Linen.
Merupakan suatu keharusan yang dimuali dari proses perencanaan, pemantauan dan evaluasi
dimana merupakan siklus yang berputar. Sifat linen adalah barang habis pakai. Supaya terpenuhi
dengan baik maka diperlukan system pengadaan satu pintu yang sudah terprogam dengan baik.

F. Standarisasi Linen
Linen adalah istilah untuk menyebutkan seluruh produk tekstil yang berada di rumah sakit
yang meliputi linen diruang perawatan maupun ruang operasi dan unit lain yang ada.

G. Mesin Cuci
Persyaratan mesin cuci:
1. Mesin cuci dengan kapsitas besar (diatas 100 kg) yang disarankan memiliki 2
kompartemen (pintu) yang membedakan antara memasukkan linen kotor dengan hasil
pencucian linen bersih.
2. Mesin cuci ukuran sedang dan kecil ( 25- 100kg ) tanpa penyekat seperti pada mesin
besar dapat digunakan dengan memperhatikan batas ruang kotor dan bersih dengan jelas.
3. Pipa pembuangan limbah cair hasil pencucian ( pemanasan- desinfeksi ) langsung
dialirkan ke dalam system pembuangan yang terpendam dalam tanah menuju IPAL.
4. Peralatan pendukung yang mutlak digunakan untuk menbantu proses pemanasan
desinfeksi:

H. Tenaga Laundry.
Untuk mencegah infeksi yang terjadi didalam pelaksanaan kerja terhadap tenaga laundry
maka perlu ada pencegahan dengan :
– Pemeriksaan kesehatan kerja sebelum kerja dan pemeriksaan kesehatan berkala.
– Pemberian imunisasi poliomyelitis, tetanus, BCG dan hepatitis.
– Pekerja yang memiliki permasalahan dengan kulit misalnya luka-luka, ruam, kondisi kulit
eksfoliatif tidak boleh melakukan proses pencucian.

I. Penatalaksanaan Linen.
Penatalaksanaan linen dibedakan menurut lokasi dan kemungkinan transmisi organism
berpindah.
– Ruangan.
– Perjalanan transportasi linen kotor.
– Proses pencucian di laundry.
– Penyimpanan linen bersih.
– Distribusi linen bersih.
Linen kotor yang dapat dicuci di laundry dapat dikategorikan menjadi:
1. Linen kotor infeksius.
Adalah linen yang terkontaminasi dengan darah, cairan tubuh, dan feses terutama yang
berasal dari infeksi TB paru, infeksi salmonella dan shigella, HBV dan HIV dan infeksi
lainnya yang spesifik ( SARS ) dimasukkan ke dalam kantong dengan segel yang dapat
terlarut dalam air dan kembali ditutup dengan kantong luar berwarna kuning bertuliskan
infeksius.
2. Linen kotor tidak infeksius.
Adalah linen yang tidak terkontaminasi darah, cairan, dan feses yang berasal dari pasien
lainnya secara rutin dari seluruh pasien dari ruangan biasa ataupun ruang isolasi yang
terinfeksi.

BAB V
LOGISTIK
Kebutuhan logistik Ruang laundry perbulan adalah :
No Nama Barang Jumlah Kebutuhan Keterangan

1 Deterjen Attack / Rinso 60 kg Sanitasi

2 Pewangi Molto 80 bks Sanitasi

3 Serbuk Alkazyme 5 bks @ 25 sachet Farmasi

4 Rapika Reffil 80 bks Sanitasi

5 Sabun Cream 80 bks Sanitasi

6 Bayclin 10 btl Sanitasi

7 Kantong Asoy Kuning 2 pak Sanitasi

8 Kantong Asoy Hitam 2 pak Sanitasi

9 Pulpen 5 bh Perlengkapan

BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
A. Pengertian
Keseimbangan pasien adalah suatu sistem di mana rumah sakit membuat Asuhan
Perawatan pasien lebih aman. Hal ini termasuk asesmen resiko, identifikasi dan pengelolaan
Hal yang berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar
dari insiden dan tidak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko
Sedangkan insiden keselamatan pasien adalah setiap kejadian atau situasi yang dapat
mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan harm (penyakit, cedera, cacat, kematian, dan lain-
lain) yang tidak seharusnya terjasi.

B. Tujuan
Tujuan sistem ini adalah mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan
akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
Selain itu sistem keselamatan pasien ini mempunyai tujuan agar terciptanya budaya keselamatan
pasien di rumah sakit, meningkatkannya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat,
menurunnya kejadian tidak diharapkan di rumah sakit, dan terlaksananya program-program
pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian tidak diharapkan.
Dengan itulah Ruang Laundry selalu berusaha untuk menjaga kebersihan dan kerapian serta
mutu dari semua linen-linen yang dihasilkan di ruang Laundry.

BAB VII
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA ( K3).
Kesehatan Dan Keselamata Kerja.
Potensi bahaya Kesehatan pada petugas ruang laundry:
1. Bahaya mikrobiologi.
Bahaya mikrobiologi adalah penyakit atau gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh
mikroorganisme hidup seperti bakteri, virus, parasit dan jamur. Petugas laundry yang menangani
linen kotor senantiasa kontak dengan bahan dan menghirup udara yang tercemar kuman pathogen.
Menurut penelitian menunjukkan bahwa jumlah total bakteri meningkat 50 kali selama periode
waktu sebelum cucian mulai diproses.
Contoh mikroorganisme :
a. Mycobacterium tuberculosis.
Adalah mikroorganisme penyabab tuberculosis dan palind sering menyerang paru-paru.
Penularannya melalui percikan atau dahak penderita.
b. Virus hepatitis B.
Selain manifestasi sebagai hepatitis B akut dengan segala komplikasinya, lebih penting
dan berbahaya lagi adalah manifestasi dalam bentuk sebagai pengidap (carrier) kronik,
yang dapat merupakan sumber penularan bagi lingkungan.Penularan dapat melalui darah
dan cairan tubuh lainnya.
Pencegahan:
– Meningkatkan pengetahuan dan kepedulian petugas rumah sakit terhadap penyakit
hepatitis B dan penularannya.
– Memberikan vaksinasi kepada petugas.
– Menggunakan APD sesuai SPO.
– Melakukan tindakan dekontaminasi, desinfeksi, dan sterilisasi terhadap bahan dan
peralatan yang dipergunakan terutama bila terkena bahan infeksi.
– Secara tehnis setiap petugas harus melaksanakan tugas sesuai SPO.
c. Virus HIV ( human immunodeficiency virus ).
Penyakit yang ditimbulkannya disebut AIDS ( acquired immunodeficiency syndrome ).
Virus HIV menyerang target sel dalam jangka waktu lama. Jarak waktu masuknya virus
kedalam tubuh sampai timbulnya AIDS tergantung pada daya tahan tubuh seseorang
dan gaya hidup sehatnya. HIV dapat hidup di dalam darah, cairan vagina, cairan
sperma, air susu ibu, sekreta dan ekskreta tubuh.
2. Bahaya bahan kimia.
a. Debu.
Pada instalasi laundry debu dapat berasal dari bahan linen itu sendiri dan debu dari mesin
pengering atau kontak dari udara luar.
b. Bahaya bahan kimia.
Sebagian besar dari bahaya di instalasi laundry diakibatkan oleh zat kimia seperti detergen,
desinfektan, zat pemutih dll.Tingkat resiko yang diakibatkan tergantung dari besar, luas
dan lama pemajanan. Oleh karena itu sikap berhati-hati terhadap semua bahan kimia yang
dipakai dan potensial masuk ke dalam tubuh sangat diperlukan.
c. Bahaya Fisika.
1. Bising.
Bising dapat diartikan sebagai suara yang dapat menurunkan pendengaran baik secara
kuantitatif (peningkatan ambang pendengaran) maupun secara kualitatif (penyempitan
spectrum pendengaran), berkaitan dengan factor intensitas,frekuensi,durasi dan pola
waktu.
2. Cahaya
Pencahayaan di laundry sangat penting karena berhubungan dengan keselamatan
pekerja, peningkatan pencermatan, kesehatan yang lebih baik, suasana nyaman. Petugas
yang terpajan gangguan pencahayaan akan mengeluh kelelahan mata dan keluhan laian
berupa iritasi (konjungtivitis), ketajaman penglihatan terganggu, akomodasi dan
konvergensi terganggu, sakit kepala.
Pencegahan yang dapat dilakukan antara lain dengan mengadakan pencahayaan yang
cukup sesuai dengan standart rumah sakit ( minimal 200 lux).
3. Listrik.
Kecelakaan tersengat listrik dapat terjadi pada petugas laundry oleh karena dukungan
pengetahuan listrik yang belum memadai. Pada umumnya yang terjadi di rumah sakit
adalah kejutan listrik microshock dimana listrik mengalir ke badan petugas melalui system
peralatan yang tidak baik.
4. Panas.
Panas dirasakan bila suhu udara di atas suhu nyaman ( 26-28 derajat celcius) dengan
kelembaban antara 60-70%. Pada instalasi laundry panas yang terjadi adalah panas lembab.

BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
A. Monitoring.
Yang dimaksud dengan monitoring adalah upaya untuk mengamati pelayanan dan
cakupan progam pelayanan seawal mungkin, untuk dapat menemukan dan memperbaiki masalah
yang timbul dalam pelaksanaan program.

B. Evaluasi.
Setiap kegiatan harus selalu dievaluasi pada tahap proses akhir seperti tahap pencucian,
pengeringan dan sebagainya, juga evaluasi secara keseluruhan dalam rangka kinerja dari
pengelolaan linen di rumah sakit.
Tujuan Dari Evaluasi :
1. Meningkatkan kinerja pengelolaan linen yang baik.
2. Sebagai acuan atau masukan dalam perencanaan pengadaan linen, bahan kimia
pembersihan sarana dan prasarana ruang cuci.
3. Sebagai acuan dalam perencanaan system pemeliharaan mesin.
4. Sebagai acuan perencanaan peningkatan pengetahuan dan ketrampilan SDM
Hasil evaluasi diberikan kpada penanggung jawab dan pengelola linen di rumah sakit dan
umpan balik yang diberikan dapat menjadi bahan laporan dan pertimbangan dalam pembuatan
perencanaan sesuai tujuan evaluasi.

BAB IX
PENUTUP
Besar harapan kami dengan adanya Pedoman Pelayanan Unit Laundry dapat memberikan
pelayanan sesuai yang diharapkan. Semoga Unit Laundry Rumah Sakit dr. Sobirin ke depannya
dapat tersentralisasi dengan baik dan benar.

Ditetapkan di : Lubuklinggau
Pada Tanggal : 09 Agustus 2017
DIREKTUR

dr. H. RM. NAWAWI


Pembina Utama Muda
NIP. 19601130 1988 01 1001

Anda mungkin juga menyukai