Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH GERONTIK

TENTANG TERAPI MODALITAS


(DosenPengampu: Warijan, S. Pd, A. Kep, M.Kes)

DISUSUN OLEH:

NAMA : DELLA AYU SASMITA

NIM : P1337420417038

TINGKAT : 3B

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

DIII KEPERAWATAN BLORA

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat-Nya
penulis dapat menyelesaikan tepat waktu Makalah Gerontik tentang Terapi Modalitas.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima
kasih.

Blora, 27 September 2019

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.....................................................................................................................
Daftar Isi..............................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang...............................................................................................................
B. Rumusan Masalah..........................................................................................................
C. Tujuan penulisan............................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Teori Modalitas................................................................................................
B. Jenis – Jenis Teori Modalitas ........................................................................................
C. Macam – Macam Teori Modalitas.................................................................................
BAB III PENUTUP
A. Simpulan.........................................................................................................................
B. Saran...............................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penuaan adalah suatu proses akumulasi dari kerusakan sel somatik yang diawali
oleh adanya disfungsi sel hingga terjadi disfungsi organ dan pada akhirnya akan
meningkatkan resiko kematian bagi seseorang. Apabila dilihat dari sudut pandang yang
lebih luas, proses penuaan merupakan suatu perubahan progresif pada organisme yang
telah mencapai kematangan intrinsik dan bersifat irreversibel serta menunjukkan adanya
kemunduran sejalan dengan waktu.
Pada hakikatnya menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang
telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu masa kanak-kanak, masa remaja, dan masa
tua. Tiga tahap ini berbeda, baik secara biologis maupun psikologis. Memasuki masa tua
berarti mengalami kemunduran baik fisik maupun psikis.Penuaan patologis dapat
menyebabkan disabilitas pada lanjut usia sebagai akibat dari trauma, penyakit kronis,
atau perubahan degeneratif yang timbul karena stres yang dialami oleh individu. Stres
tersebut dapat mempercepat penuaan dalam waktu tertentu, selanjutnya dapat terjadi
akselerasi proses degenerasi pada lanjut usia apabila menimbulkan penyakit fisik.
Oleh karena itu diperlukannya pelaksanaan program terapi yang diperlukan suatu
instrument atau parameter yang bisa digunakan untuk mengevaluasi kondisi lansia,
sehingga mudah untuk menentukan program terapi selanjutnya.Dalam keadaan ini maka
upaya pencegahan berupa latihan-latihan atau terapi yang sesuai harus dilakukan secara
rutin dan berkesinambungan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari terapi modalitas pada lansia ?
2. Apa jenis-jenis dari terapi modalitas pada lansia ?
3. Apa macam-macam dari terapi modalitas pada lansia ?

C. Tujuan Penyusunan
1. Untuk mengetahui definisi dari terapi modalitas pada lansia
2. Untuk mengetahui jenis-jenis dari terapi modalitas pada lansia
3. Untuk mengetahui macam-macam dari terapi modalitas pada lansia
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Terapi Modalitas


Terapi modalitas adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengisi waktu luang bagi
lansia. Terapi ini diberikan dalam upaya mengubah perilaku klien dari perilaku
maladaptive menjadi perilaku adaptif. Terapi modalitas mendasarkan potensi yang
dimiliki pasien (modal-modality) sebagai titik tolak terapi atau penyembuhannya.
Tujuan :
1. Mengisi waktu luang bagi lansia
2. Meningkatkan kesehatan lansia
3. Meningkatkan produktifitas lansia
4. Meningkatkan interaksi sosial antar lansia

B. Jenis – Jenis Terapi Modalitas


1. Psikodrama
Bertujuan untuk mengekspresikan perasaan lansia. Tema dapat dipilih sesuai dengan
masalah lansia.
2. Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)
Terdiri atas 7-10 orang. Bertujuan untuk meningkatkan kebersamaan, bersosialisasi,
bertukar pengalaman, dan mengubah perilaku. Untuk terlaksananya terapi ini
dibutuhkan Leader, Co-Leader, dan fasilitator. Misalnya: cerdas cermat, tebak
gambar, dan lain-lain.
3. Terapi Musik
Bertujuan untuk mengibur para lansia seningga meningkatkan gairah hidup dan dapat
mengenang masa lalu. Misalnya : lagu-lagu kroncong, musik dengan gamelan.
4. Terapi Berkebun
Bertujuan untuk melatih kesabaran, kebersamaan, dan memanfaatkan waktu luang.
Misalnya : penanaman kangkung, bayam, lombok, dll.
5. Terapi dengan Binatang
Bertujuan untuk meningkatkan rasa kasih sayang dan mengisi hari-hari sepinya
dengan bermain bersama binatang. Misalnya : mempunyai peliharaan kucing, ayam,
dan lain – lain.
6. Terapi Okupasi
Bertujuan untuk memanfaatkan waktu luang dan meningkatkan produktivitas dengan
membuat atau menghasilkan karya dari bahan yang telah disediakan. Misalnya :
membuat kipas, membuat keset, membuat sulak dari tali rafia, membuat bunga dari
bahan yang mudah di dapat (pelepah pisang, sedotan, botol bekas, biji-bijian, dll),
menjahit dari kain, merajut dari benang, kerja bakti (merapikan kamar, lemari,
membersihkan lingkungan sekitar, menjemur kasur, dll)
7. Terapi Kognitif
Bertujuan agar daya ingat tidak menurun. Seperti menggadakan cerdas cermat,
mengisi TTS, tebak-tebakan, puzzle, dll
8. Life Review Terapi
Bertujuan untuk meningkatkan gairah hidup dan harga diri dengan menceritakan
pengalaman hidupnya. Misalnya : bercerita di masa mudanya
9. Rekreasi
Bertujuan untuk meningkatkan sosialisasi, gairah hidup, menurunkan rasa bosan, dan
melihat pemandangan. Misalnya : mengikuti senam lansia, posyandu lansia,
bersepeda, rekreasi ke kebun raya bersama keluarga, mengunjungi saudara, dll.
10. Terapi Keagamaan
Bertujuan untuk kebersamaan, persiapan menjelang kematian, dan meningkatkan rasa
nyaman. Seperti menggadakan pengajian, kebaktian, sholat berjama’ah, dan lain-lain.
11. Terapi Keluarga
Terapi keluarga adalah terapi yang diberikan kepada seluruh anggota keluarga
sebagai unit penanganan (treatment unit). Tujuan terapi keluarga adalah agar
keluarga mampu melaksanakan fungsinya. Untuk itu sasaran utama terapi jenis ini
adalah keluarga yang mengalami disfungsi; tidak bisa melaksanakan fungsi-fungsi
yang dituntut oleh anggotanya.
Dalam terapi keluarga semua masalah keluarga yang dirasakan diidentifikasi
dan kontribusi dari masing-masing anggota keluarga terhadap munculnya masalah
tersebut digali. Dengan demikian terlebih dahulu masing-masing anggota keluarga
mawas diri; apa masalah yang terjadi di keluarga, apa kontribusi masing-masing
terhadap timbulnya masalah, untuk kemudian mencari solusi untuk mempertahankan
keutuhan keluarga dan meningkatkan atau mengembalikan fungsi keluarga seperti
yang seharusnya.

C. Macam – Macam Terapi Modalitas


1. Terapi Review Kehidupan
Terapi review kehidupan adalah lebih ekstensif daripada pengingatan kembali
masa lampau secara sederhana, walaupun kenang-kenangan merupakan komponen
utama dalam pendekatan ini. Mereka juga menjelaskan bahwa pemerolehan suatu
otobiografi yang ekstensif dari manula adalah penting (tergantung pada keragaman
sumber misalnya : album keluarga, silsilah keluarga), dengan membiarkan mereka
mengatur   hidupnya sendiri. Oleh karena itu, konflik-konflik intrapsikis, hubungan
keluarga, keputusan tentang keberhasilan dan kegagalan, penyelesaian masalah dan
klarifikasi dari nilai-nilai yang dimiliki manula adalah potensial untuk memberikan 
keuntungan yang diperoleh melalui life review yang dilakukan secara individu atau
kelompok.
Tetapi review kehidupan dapat menjadi suatu pengalaman yang membuat
frustasi dan menyakitkan untuk banyak manulau yang mungkinmemperoleh
dukungan emosional dari seorang penasehat (konselor) selama periode waktu yang
lama untuk mengatasi hasil tambahan (by product) dari proses ini (putus asa, rasa
bersalah, permusuhan).
2. Orientasi Realitas
Realitas (RO) menekankan pada pengurangan kebingungan/disorientasi
(biasanya dikerjakan dalam suatu institusi), dan mungkin sangat terstruktur, dengan
menekankan orientasi pada waktu, tempat dan orang atau secara intensif selama 24
jam.Karena ini melibatkan suatu perubahan lingkungan (melibatkan staf dan
keluarga), cara ini serupa dengan pengobatan lingkungan pergaulan (Folsom, 1968).
Studi yang berhubungan dengan RO cenderung deskriptif dengan peningkatan yang
bersifat umum atau pulang dari institusi tersebut merupakan tujuan utama (Sherwood
dan Mor, 1980), Penelitian ini secara metodologi memiliki kekurangan (misalnya
tidak melakukan pengontrolan terhadap harapan staf akan peningkatan).
Penelitian yang dilakukan oleh Zelpin, Wolfe dan Kleinplatz (1981)
menunjukan bahwa RO adalah efektif dalam menurunkan disorientasi (relatif
terhadap kontrol), tetapi efektifitas ini terbatas bagi manula yang tidak mengalami
disorientasi berat atau yang lebih muda. Penulis menarik kesimpulan bahwa
“Walaupun ada keterbatasan efektifitas dari RO, RO berguna sebagai suatu alat untuk
mengorganisasikan perhatian terhadap mereka yang dosrientasi sehingga dapat
menghindari kebijakan-kebijakan penjagaan yang tidak pada tempatnya (Zelpin dkk.
1981 : 77).
Zelpin dkk (1981) dan Storand (1978) keduanya menunjukan bahwa keterikan
pada suatu pengobatan yang kaku sering membatasi efektifitas dari RO. Mengingat
RO dapat dipergunakan oleh staf nonprofessional (pembantu perawat),
penggunaannya harus fleksibel, dan mungkin terbatas pada manula yang tidak begitu
disorientasi (Storand : 1978). Dilain pihak, Storand mencatat bahwa pasien yang
disorientasinya sedikit banyak menunjukan rasa permusuhan apabila terpapar dengan
RO secara sama, sehingga memerlukan waktu dan upaya tambahan bagi staf untuk
mengatasi rasa marahnya.
Seperti Hayslip dan Kooken (1982 : 295) tunjukan, “ partisipasi seperti dapat
dengan baik mencegah penurunan kognitif yang mungkin diakibatkan oleh
kurangnya stimulasi. Prinsip yang paling penting yang harus diingat adalah perlu ada
keterpaparan terhadap tuntuan untuk memproses dan memperoleh kembali informasi,
atau dalam istilah sederhana “latihan berfikir”.
Ketrampilan berpikir tidak boleh dihentikan untuk waktu yang lama karena
dapat menyebabkan kerusakan-kerusakan baik bersifat eksperiensial maupuin
organic. Tujuan utama therapist adalah selalau membuat manula aktif. Berbeda
dengan psikotherapi dengan kelompok umur lainnya, therapy ini memerlukan sesi
satu atau dua kali sehari, jika tidak, sumber stimulasi lainnya untuk klien akan
muncul dan dapat tertanam.
3. Remotivasi
Remotivasi juga dapat dilakukan dengan bantuan perawat, memiliki prinsip
bahwa bagian yang sehat dari kepribadian seseorang dapat diaktifkan. Penerima
therapy ini dapat “Menjembatani” klien dengan realita, reinforcement asintraksi
kelompok dan “Penemuan kembali” aktifitas-aktifitas sebelumnya yang memuaskan.
Tujuan dari pendekatan remotivasi ini adalah peningkatan kompetensi social,
kemampuan self care dan tingkat aktifitas. Bukti-bukti menunjukan bahwa tehnik
remotivasi ini memenuhi tujuan seperti diatas untuk orang-orang lanjut usia yang
dirawat dipanti-panti jompo (tehnik remotivasi ini juga sudah digunakan pada orang-
orang usila yang berada di masyarakat). Namun ada beberapa indikasi bahwa
keefektifan tehnik ini berbeda-beda sesuai dengan posisi klien.Storand (1978 : 286)
menyatakan bahwa tehnik remotivasi ini tidak harus dipandang sebagai sesuatu hal
yang memerlukan penelitian yang lebih mendetail untuk menentukan aspek-aspek
mana dari prosedur yang paling menguntungkan, mengingat hal itu dapat merugikan
pasien sendiri. Yang perlu diingat bahwa remotivasi ni pada awalnya berpengaruh
sangat besar dan bila sudah tertarik dan berminat berminat maka remotivasi ini paling
banyak digunakan oleh perawat dan pasien.
4. Terapi Milieu/ Manipulasi Lingkungan
Terapimilieu dilakukan dengan menciptakan suatu “Komunitas therapeutic”
dimana seluruh fase interaksi paien-pasien usila dengan perawat dirancang
sedemikian rupa sehingga menguntungkan pasien. Terapi ini bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan social, memperbersar tanggung jawab terhadap aktifitas
sendiri dan meningkatkan harga diri.
Sebagai tambahan, selain dari therapy Milieu ada beberapa teknik
“Manipulasi Lingkungan” yang berguna dalam menghadapi situasi diatas. Seperti
yang telah dijelaskan oleh Fozard dan Popkin (1978), Manipulasi lingkungan
kecemasan, disorientasi dan kebingungan pada  pasoen-pasien usila. Tehnik
Milieu/Manipulasi lingkungan ini meliputi :
a. Berbicara lebih jelas dan lebih keras.
b. Memperendah kekuatan suara tetapi volume suara ditingkatkan (seperti pada
telepon dan bel pintu).
c. Memperbanyak petunjuk-petunjuk visual lewat kode-kode warna.
d. Menghindari cahaya/warna yang menyilaukan misalnya dengan penggunaan cat
bernuansa datar secukupnya.
e. Mengatur cahaya agar redup.
f. Merancang area pribadiMenggunakan tanda-tanda/symbol-simbol yang konkrit
sambil meningkatkan fungsi memori.
5. Terapi Kelompok
Terapi kelompok adalah alternatif lain untuk perawatan lansia dan seringkali
digunakan untuk suatu kelompok dan institusi. Ciri terapi kelompok pada lansia
adalah ketergantungan pada kebutuhan-kebutuhan dapat digunakan untuk
keuntungan mereka. Pendekatan ini digunakan pada beberapa bentuk dari issue yang
berorientasikan diskusi kelompok, untuk kelompok yang dirancang untuk
merangsang verbalisasi/interaksi antar anggota kelompok, untuk kelompok
khususnya untuk meningkatkan kemandirian dan perasaan positif terhadap diri
sendiri.   Ini akan membuahkan hasil yang realistis, sampai berfokus pada beberapa
klien yang kuat yang menjadi kepaduan kelompok. Therapi kelompok sering
menggunakan berbagai variasi seperti terapi seni, terapi tari/terapi musik untuk orang
lanjut usia.
6. Psikoanalisa
Menurut Freud struktur kepribadian manusia meliputi :
Ego : berdasar prinsip realitas
Id : meliputi insting (naluri) dan tidak disadari
Superego :pengontrol Id, Ego dan berhubungan dengan moral dan idial seseorang
Setelah terjadi gabungan ketiganya dan terjadi konflik antara Id, Ego dan
Super ego dan tampaknya tidak normal, dianggap normal oleh pemberi therapy.
Freud melihat sedikit klien tua dan dirinya ragu akan keberhasilan tehnik ini bagi
ketuaan seseorang, hal ini sungguh tidak menguntungkan, untuk menghilangkan
keraguan itu maka usaha yang harus dilakukan adalah mempertahankan tehnik ini
sampai beberapa tahun meskipun kurang berharga bagi klien. Karena  klien merasa
tua, maka tehnik itu untuk dirinya dan seandainya dirinya dapat tumbuh/berubah itu
sangat sukar.
7. Terapi Keluarga
Terapi keluarga adalah pilihan lain yang terbanyak untuk menangani orang
usila yang mengalami masalah komunikasi. Terapi keluarga tepat digunakan untuk
memulihkan konflik antara orang tua dan anak disekitar perkawinan dan menjadi
kekuatan dalam rumah atupun danya keterbatasan orang tua dalam merawat anak
karena sakit atau perpisahan orang tua dengan anak yang telah dewasa. Terapi
keluarga bisa juga digunakan oleh individu unutk mengekspresikan perasaan mencari
pilihan dan meningkatkan sensitivitas terhadap pandangan orang lain.
BAB 111
PENUTUP

A. Simpulan
Menua merupakan proses fisologis dengan berbagai perubahan fungsi organ
tubuh dan bukan suatu penyakit. Adapun gangguan yang menyebabkan penderita harus
berbaring lama sedapat mungkin dihindarkan. Pemberian terapi merupakan salah satu
kunci keberhasilan dalam pemulihan kesehatan pada lansia. Seperti pemberian
modalilitas alamiah ataupun dengan menggunakan peralatan khusus biasanya hanya
menggurangi keluhan yang bersifat sementara, akan tetapi latihan-latihan yang bersifat
pasif maupun aktif yang bertujuan untuk mempertahankan kekuatan pada sekelompok
otot-otot tertentu agar mobilitas tetap terjaga sebaiknya dilaksanakan secara
berkesinambungan, sehingga pencegahan disabilitas primer diminimalkan dan disabilitas
sekunder bisa dicegah, dan pada akhirnya tidak terjadi handicap.
B. Saran
Peran perawat sangat diperlukan untuk mempertahankan derajat kesehatan pada
lansia dalam taraf setinggi-tingginya, sehingga terhindar dari penyakit atau gangguan
kesehatan. Dengan demikian, lansia masih dapat memenuhi kebutuhannya secara
mandiri. Oleh karena itu perkembangan ilmu dan praktika dalam pembelajaran sangat
penting untuk memenuhi kualitas sumber daya yang dibutuhkan.
DAFTAR PUSTAKA

http://dwaney.wordpress.com/2011/10/09/tak-lansia/2013/5/8
Maryam, R.Siti. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta : Salemba
       Medika
http://khwanul-khair.blogspot.com/.../terapi-aktifitas-kelom/2013/5/8
Mubarak, wahit ikbal. 2006. Buku Ajar Ilmu Keperawatan Komunitas 2. Jakarta:
       Sagung seto

Anda mungkin juga menyukai