Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

MAKNA PUASA DAN ZAKAT


Dosen Pengampu: Umi Hani, S.Ag.,M.pd

Disusun Oleh:
Abdillah (2005020091)
Mairi Bidayanti (2005020145)
Sitie Hafiezhah Hanie (2005020059)

UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN MUHAMMAD


ARSYAD AL BANJARI BANJARMASIN
FAKULTAS STUDI ISLAM
EKONOMI SYARIAH
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu Wata'ala, karena berkat
rahmat-Nya kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul Makna Puasa dan
Zakat. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Fiqih.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua yang telah membantu sehingga
makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Kami menyadari bahwa dalam
penyusunan laporan ini jauh dari sempurna, baik dari segi penyusunan, bahasan,
ataupun penulisannya. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun, khususnya bagi para pembaca guna menjadi acuan dalam
bekal pengalaman bagi kami untuk lebih baik di masa yang akan datang.

Banjarmasin, April 2021

TIM PENULIS

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................................i


DAFTAR ISI ..............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................................1
1.1 Latar Belakang .....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN ...........................................................................................2
2.1 Puasa ...................................................................................................................2
2.1.1 Pengertian Puasa ........................................................................................2
2.1.2 Macam-macam Puasa ................................................................................2
2.1.3 Syarat Wajib dan Rukun Puasa ..................................................................3
2.1.4 Dasar Hukum Puasa ...................................................................................3
2.1.5 Hal-hal yang Membatalkan Puasa..............................................................3
2.2 Zakat ...................................................................................................................3
2.2.1 Dasar Hukum zakat ....................................................................................4
2.2.2 Macam-macam zakat .................................................................................4
2.2.3 Orang yang Berhak Menerima zakat .........................................................5
BABIII PENUTUP ....................................................................................................7
3.1 Kesimpulan .........................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................8

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Agama Islam adalah agama yang rahmatan lil’aalamiin, mempunyai syariat yang harus
dilaksanakan oleh pemeluknya. Kewajiban bagi umat Islam untuk menjalankan syariat tersebut
tentunya terdapat banyak hikmah di dalamnya. Semua yang diciptakan oleh Allah swt. tidak ada
yang sia-sia. Demikian pula dengan urusan ibadah dan muamalah, baik yang diperintah maupun
yang dilarang, semua mengandung hikmah meskipun di antara hikmah-hikmah tersebut belum
terungkap oleh manusia. Salah satu ibadah yang mengandung banyak hikmah adalah ibadah puasa.
Ketahuilah bahwa puasa termasuk ibadah dan ketaatan yang paling utama. Banyak hadis yang
membicarakan tentang keutamaannya, juga khabar-khabar yang terdengar dari orang. Di antara
keutamaan puasa adalah Allah swt. mewajibkan dan memfardhukannya kepada seluruh umat
manusia. Seandainya puasa bukan ibadah yang agung, maka tidak ada perlunya para makhluk
beribadah kepada Allah swt. dengan mengerjakan puasa.
Zakat tidak sekedar dimaknai sebagai sebuah ibadah semata yang diwajibkan kepada setiap
umat Islam bagi yang sudah memenuhi syarat, akan tetapi lebih dari pada itu, yakni sebagai sebuah
sistem pendistribusian harta benda di kalangan umat Islam dari si kaya kepada si miskin. Sehingga
zakat mampu menghilangkan kesenjangan sosio-ekonomi masyarakat.
Sesungguhnya zakat memiliki dimensi yang sangat luas bagi manusia. Zakat tidak saja
memiliki dimensi ketuhanan tetapi juga memiliki dimensi kemanusiaan yang sangat kuat. Zakat
membuktikan bahwa hubungan kemanusiaan, tolong-menolong antar sesama manusia dibangun
diatas nilai- nilai fondasi ketuhanan. Zakat menjadi bukti bahwa Islam bukanlah agama yang
melupakan kehidupan dunia semata, zakat adalah pembangun umat manusia.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Puasa?
2. Sebutkan macam-macam puasa?
3. Sebutkan syarat wajib dan rukun puasa?
4. Sebutkan dasar hukum puasa?
5. Apa saja yang bisa membatalkan puasa?
6. Apa yang dimaksud dengan zakat?
7. Sebutkan tentang dasar jukum zakat?
8. Jelaskan macam-macam zakat?
9. Berapa golongan orang yang dapat menerima zakat?

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Puasa
Puasa merupakan ibadah yang telah lama berkembang dan dilaksanakan oleh manusia
sebelum Islam. Islam mengajarkan antara lain agar manusia beriman kepada Allah SWT, kepada
malaikat-malaikatNya, kepada kitab-kitabNya, kepada rosul-rosulNya, kepada hari akhirat dan
kepada qodo qodarNya. Islam juga mengajarkan lima kewajiban pokok, yaitu mengucapkan dua
kalimat syahadat, sebagai pernyataan kesediaan hati menerima Islam sebagai agama, mendirikan
sholat, membayar zakat, mengerjakan puasa dan menunaikan ibadah haji.

2.1.1 Pengertian Puasa


Menurut bahasa puasa berarti “menahan diri”.Menurut syara’ ialah menahan diri dari segala
sesuatu yang membatalkanya dari mula terbit fajar hingga terbenam matahari, karena perintah
Allah semata- mata, serta disertai niat dan syarat-syarat tertentu.
Sedangkan arti shaum menurut istilah syariat adalah menahan diri pada siang hari dari hal-hal
yang membatalkan puasa, disertai niat oleh pelakunya, sejak terbitnya fajar sampai terbenamnya
matahari. Artinya , puasa adalah penahanan diri dari syahwat perut dan syahwat kemaluan, serta
dari segala benda konkret yang memasuki rongga dalam tubuh (seperti obat dan sejenisnya), dalam
rentang waktu tertentu yaitu sejak terbitnya fajar kedua (yaitu fajar shadiq) sampai terbenamnya
matahari yang dilakukan oleh orang tertentu yang dilakukan orang tertentu yngmemenuhi syarat
yaitu beragama islam, berakal, dan tidak sedang dalam haid dan nifas, disertai niat yaitu kehendak
hati untuk melakukan perbuatan secara pasti tanpa ada kebimbangan , agar ibadah berbeda dari
kebiasaan.

2.1.2 Macam-macam Puasa


Adapun macam-macam Puasa:
1. Puasa wajib atau puasa fardhu terdiri dari puasa fardhu ain atau puasa wajib yang harus
dilaksanakan untuk memenuhi panggilan Allah ta’ala yang disebut puasa ramadhan.
Sedangkan puasa wajib yang terdiri dalam suatu hal sebagai hak Allah SWT atau disebut
puasa kafarat. Selanjutnya puasa wajib untuk memenuhi panggilan pribadi atas dirinya sendiri
dan disebut puasa nadzar.
2. Puasa sunat atau puasa tathawwu’ yang meliputi puasa enam hari bulan syawal, puasa senin
kamis, puasa hari Arafah (tanggal 9 Zulhijjah, kecuali bagi orang yang sedang mengerjakan
ibadah haji tidak disunatkan), puasa hari Syura (10 Muharram), puasa bulan Sya’ban puasa
tengah bulan (tanggal 13, 14, dan 15 bulan Qomariyah).
3. Puasa makruh, yaitu puasa yang dilakukan terus menerus sepanjang masa kecuali pada bulan
haram, disamping itu makruh puasa pada setiap hari sabtu saja atau tiap jumat saja.
4. Puasa haram yaitu haram berpuasa pada waktu-waktu tertentu misalnya Hari raya Idul Fitri (1
Syawal), Hari raya Idul Adha (10 Zulhijjah), Hari-hari Tasyriq (11, 12 dan 13 Zulhijjah).

2
2.1.3 Syarat Wajib dan Rukun Puasa
Adapun syarat wajib puasa ada 5, yaitu:
1. Islam, berarti puasa tidak diwajibkan pada orang kafir, artinya orang kafir tidak dituntut di
dunia untuk berpuasa. Namun diakhirat, orang kafir dihukum karena kekafirannya.
2. Taklif (dibebani syariat), artinya muslim yang baligh dan berakal. Jika sifat taklif ini tidak
ada, maka tidak dibebani hokum syariat.
3. Mampu.
4. Sehat.
5. Mukmin.

Orang yang berpuasa wajib menjalankan dua rukun berikut ini. Yaitu:
1. Niat puasa, Niat berarti al-qashdu, keinginan. Niat puasa berarti keinginan untuk berpuasa.
Letak niat adalah di dalam hati, tidak cukup dalam lisan, tidak disyaratkan melafazhkan niat.
Berarti, niat dalam hati saja sudah teranggap sahnya.
2. Menahan diri dari berbagai pembatal puasa dari terbit fajar hingga tenggelam matahari.

2.1.4 Dasar Hukum Puasa


Firman Allah SWT:
َ‫علَى الَّ ِذيْنَ ِم ْن قَ ْب ِل ُك ْم لَعَلَّ ُك ْم تَتَّقُ ْون‬ ِ ‫علَ ْي ُك ُم‬
َ ِ‫الصيَا ُم َك َما ُكت‬
َ ‫ب‬ َ ِ‫ٰيٰٓاَيُّ َها الَّ ِذيْنَ ٰا َمنُ ْوا ُكت‬
َ ‫ب‬
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas
orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa.” (Al Baqarah: 183)

2.1.5 Hal-hal yang Membatalkan Puasa


Adapun yang membatalkan puasa adalah:
1. Memasukkan sesuatu benda ke dalam rongga badan.
2. Muntah dengan sengaja.
3. Mengeluarkan mani.
4. Melakukan wati’ (bersetubuh) pada faraj dan dubur dengan sengaja.
5. Mengetahui haramnya.

2.2 Zakat
Zakat ditinjau dari segi bahasa memiliki banyak arti, yaitu al-barakatu yang mempunyai arti
keberkahan, ath-thaharatu yang memiliki arti kesucian, al-namaa yang mempunyai arti
pertumbuhan dan perkembangan, dan ash-shalahu yang memiliki arti keberesan. Sedangkan zakat
ditinjau dari segi istilah terdapat banyak ulama’ yang mengemukakan dengan redaksi yang
berbeda-beda, akan tetapi pada dasarnya mempunyai maksud yang sama, yaitu bahwa zakat itu
adalah bagian dari harta dengan persyaratan tertentu, yang Allah SWT mewajibkan kepada
pemiliknya untuk diserahkan kepada seseorang yang berhak menerimanya, dengan persyaratan
tertentu pula.
Zakat merupakan rukun Islam yang ketiga dari rukun Islam yang lima, yang merupakan dasar
atau pondasi bagi umat Islam untuk dilaksanakan. Zakat hukumnya adalah wajib (fardhu ‘ain) bagi
setiap muslim apabila sudah memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan syariat. Kewajiban
zakat ini telah ditetapkan Allah SWT dalam al-Qur’an, Hadits, serta Ijma’.

3
2.2.1 Dasar Hukum Zakat
Dasar hukum tentang zakat adalah salah satunya firman Allah SWT an-Nur 56:
َ‫س ْو َل لَ َعلَّ ُك ْم ت ُ ْر َح ُم ْون‬ َّ ‫ص ٰلوةَ َو ٰاتُوا‬
َّ ‫الز ٰكوةَ َواَ ِط ْيعُوا‬
ُ ‫الر‬ َّ ‫َواَقِ ْي ُموا ال‬
“Dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat, dan taatlah kepada rasul, supaya kamu diberi
rahmat.”
Dalam surat lain Allah kembali menegaskan dalam surat al-An’am 141:

َ‫الر َّمان‬ َّ ‫ع ُم ْختَ ِلفًا ا ُ ُكلُهٗ َو‬


ُّ ‫الز ْيت ُ ْونَ َو‬ َّ ‫ت َّوالنَّ ْخ َل َو‬
َ ‫الز ْر‬ ٍ ‫غي َْر َم ْع ُر ْو ٰش‬ َ ‫ت َّو‬ ٍ ‫ت َّم ْع ُر ْو ٰش‬ٍ ّٰ‫شا َ َجن‬ ْٰٓ ‫۞ َوه َُو الَّذ‬
َ ‫ِي اَ ْن‬
َ‫صاد ِٖۖه َو ََل تُس ِْرفُ ْوا ۗاِنَّهٗ ََل ي ُِحبُّ ْال ُمس ِْرفِيْن‬َ ‫غي َْر ُمتَشَابِ ٍۗه ُكلُ ْوا ِم ْن ثَ َم ِر ٰٓه اِ َذآٰ اَثْ َم َر َو ٰات ُ ْوا َحقَّهٗ يَ ْو َم َح‬ َ ‫ُمتَشَابِ ًها َّو‬
“Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak berjunjung, pohon
korma, tanamtanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk
dan warnanya) dan tidak sama (rasanya). makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila
Dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan disedekahkan kepada fakir
miskin); dan janganlah kamu berlebihlebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang
berlebih-lebihan”
Kemudian firman Allah dalam surat At-taubah ayat 103:

‫ع ِل ْي ٌم‬
َ ‫س ِم ْي ٌع‬
َ ُ‫ّللا‬ َ َ‫ص ٰلوتَك‬
ّٰ ‫سك ٌَن لَّ ُه ۗ ْم َو‬ َ ‫علَ ْي ِه ۗ ْم ا َِّن‬ َ ُ ‫ص َدقَةً ت‬
َ ‫ط ِه ُر ُه ْم َوتُزَ ِك ْي ِه ْم ِب َها َو‬
َ ‫ص ِل‬ َ ‫ُخ ْذ ِم ْن اَ ْم َوا ِل ِه ْم‬
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan
mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi)
ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.”

2.2.2 Macam-macam Zakat


Pada dasarnya zakat terbagi menjadi dua macam di antaranya adalah:
1. Zakat Fitrah
Zakat fitrah merupakan zakat yang wajib di keluarkan menjelang hari raya idul fitri oleh setiap
muslimin baik tua, muda, ataupun bayi yang baru lahir. Zakat ini biasanya di bentuk sebagai
makanan pokok seperti beras. Besaran dari zakat ini adalah 2,5kg atau 3,5liter beras yang biasanya
di konsumsi, pembayaran zakat fitrah ini bias di lakukan dengan membayarkan harga dari
makanan pokok daerah tersebut.
Zakat ini di keluarkan sebagai tanda syukur kita kepada Allah karena telah menyelesaikan
ibadah puasa. Selain itu zakat fitrah juga dapat menggembirakan hati para fakir miskin di hari raya
idul fitri. Zakat fitrah juga di maksudkan untuk membersihkan dosoa yang mingkin ada ketika
seseorang melakukan puasa Ramadhan.
2. Zakat Maal
Zakat maal merupakan bagian dari harta kekayaan seseorang (juga badan hukum) yang wajib
di keluarkan untuk golongan tertentu, setelah di miliki dalam jangka waktu tertentu, dan jumlah
minimal tertentu. Dalam Undang Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat. Pada
pasal 4 ayat 2 menyebutkan bahwa harta yang di kenai zakat mall berupa emas, perak, uang, hasil
4
pertanian dan perusahaan, hasil pertambangan, hasil peternakan, hasil pendapatan dan jasa, serta
rikaz.
Sedangkan dalam referensi lain menyebutkan terdapat zakat maal dalam lingkup ekonomi
klasik, zakat berdasarkn nash yang disampaikan oleh Rasulullah SAW, yaitu zakat yang terkait
dengan hewan ternak, zakat emas dan perak, zakat perdagangan, zakat hasil pertanian dan zakat
temuan dan hasil tambang. Sedangkan zakat yang bersumber dari ekonomi kontemporer dari zakat
profesi, zakat surat-surat berharga, zakat industry, zakat polis Asuransi, dan lainnya. Berikut
adalah macam zakat maal:
a. Zakat hewan ternak.
b. Zakat emas dan perak.
c. Zakat perdagangan.
d. Zakat hasil pertanian.
e. Zakat Investasi.

2.2.3 Orang-orang yang Berhak Menerima Zakat


Ada delapan golongan orang yang berhak menerima zakat seperti yang telah di jelaskan dalam
surat At-Taubah ayat 60 dengan rincian sebagai berikut:
a. Orang fakir (al-Fuqara)
Menurut mazhab Syafi’i dan Hanbali al-fuqara adalah orang yang tidak memiliki harta benda
dan pekerjaan yang mampu mencukupi kebutuhannya sehari-hari.Dia tidak memiliki suami, ayah-
ibu, dan keturunan yang dapat membiayainya, baik untuk membeli makanan, pakaian, maupun
tempat tinggal.
b. Orang miskin
Al-masakin adalah bentuk jama’ dari kata al-miskin.Orang miskin ialah orang yang memilki
pekerjaan, tetapi penghasilannya tidak dapat dipakai untuk memenuhi hajat hidupnya.Atau dapat
diartikan orang msikin adalah orang yang orang yang memiliki pekerjaan atau mampu bekerja,
tetapi penghasilannya hanya memenuhi lebih dari sebagian hajat kebutuhannya, tidak mencukupi
seluruh hajat hidupnya.
c. Panitia zakat (al-Amil)
Panitia zakat adalah orang-orang yang bekerja memungut zakat.Panitia ini disyariatkan harus
memiliki sifat kejujuran dan menguasai hukum zakat. Yang boleh dikategorikan sebagai panitia
zakat adalah:
1) Orang yang ditugasi mengambil zakat sepersepuluh (al- ‘asyir).
2) Penulis (al-kitab)
3) Pembagi zakat untuk para mustahiq-nya.
4) Penjaga harta yang dikumpulkan (al-hasyir).
d. Mu’allaf yang dibujuk hatinya
Yang dimaksud dengan golongan muallaf adalah mereka yang diharapkan kecenderungan
hatinya atau keyakinannya dapat bertambah terhadap Islam, atau terhalangnya niat jahat mereka
atas kaum Muslimin, atau harapan akan adanya kemanfaatan mereka dalam membela dan
menolong kaum Muslimin dari musuh.

5
e. Para budak (riqab)
Yang dimaksud riqab oleh ayat 60 dari surat At-Taubah yaitu segala mereka yang hendak
melepaskan dirinya dari ikatan riqab atau perbudakan.
f. Orang yang memiliki utang (gharim)
Mereka adalah orang-orang yang memiliki utang, baik hutang itu untuk dirinya sendiri
maupun bukan, baik utang itu dipergunakan untuk hal-hal yang baik maupun untuk melakukan
kemaksiatan.
g. Orang yang berjuang di jalan Allah (Fi Sabilillah)
Yang termasuk dalam kelompok ini adalah para pejuang yang berperang dijalan Allah yang
tidak digaji oleh markas komando mereka karna yang mereka lakukan hanyalah berperang.
h. Orang yang sedang dalam perjalanan (Ibnus Sabil)
Golongan terakhir yang berhak menerima zakat yaitu golongan Ibnu sabil yaitu orang-
orangyang bepergian (musafir) untuk melaksanakan suatu hal yang baik (tha’ah) tidak termasuk
maksiat.

6
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Menurut bahasa puasa berarti “menahan diri”.Menurut syara’ ialah menahan diri dari segala
sesuatu yang membatalkanya dari mula terbit fajar hingga terbenam matahari, karena perintah
Allah semata- mata, serta disertai niat dan syarat-syarat tertentu.Sedangkan arti shaum menurut
istilah syariat adalah menahan diri pada siang hari dari hal-hal yang membatalkan puasa, disertai
niat oleh pelakunya, sejak terbitnya fajar sampai terbenamnya matahari. Macam-macam puasa
terbagi menjadi 4 macam, yaitu: Puasa wajib atau puasa fardhu, pasa sunat atau puasa tathawwu’,
puasa makruh, dan puasa haram.
Adapun syarat wajib puasa ada 5, yaitu: Islam, baligh, mampu, sehat, dan mukmin. Sedangkan
rukun puasa yaitu: Niat puasa, dan menahan diri dari berbagai pembatal puasa dari terbit fajar
himgg tenggelam matahari. Adapun hal-hal yang dapat membatalkan puasa adalah: Memasukkan
sesuatu benda ke dalam rongga badan, muntah dengan sengaja, mengeluarkan mani, melakukan
wati’ (bersetubuh) pada faraj dan dubur dengan sengaja, mengetahui haramnya.
Zakat ditinjau dari segi bahasa memiliki banyak arti, yaitu al-barakatu yang mempunyai arti
keberkahan, ath-thaharatu yang memiliki arti kesucian, al-namaa yang mempunyai arti
pertumbuhan dan perkembangan, dan ash-shalahu yang memiliki arti keberesan. Sedangkan zakat
ditinjau dari segi istilah terdapat banyak ulama’ yang mengemukakan dengan redaksi yang
berbeda-beda, akan tetapi pada dasarnya mempunyai maksud yang sama, yaitu bahwa zakat itu
adalah bagian dari harta dengan persyaratan tertentu, yang Allah SWT mewajibkan kepada
pemiliknya untuk diserahkan kepada seseorang yang berhak menerimanya, dengan persyaratan
tertentu.
Pada dasarnya zakat terbagi menjadi dua macam di antaranya adalah: zakat fitrah, dan zakat
maal. Ada delapan golongan orang yang berhak menerima zakat seperti yang telah di jelaskan
dalam surat At-Taubah ayat 60, yaitu: Orang fakir (al-Fuqara), orang miskin, panitia zakat (al-
Amil), para budak (riqab), orang yang memiliki utang (gharim), orang yang berjuang di jalan Allah
(Fi Sabilillah), orang yang sedang dalam perjalanan (Ibnus Sabil).

7
DAFTAR PUSTAKA

Prof. DR. Tgk. M. Hasbi Ash-Shiddieqy, Pedoman Puasa,Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2009.
Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, Sinar Baru Algensido, Bandung, 2014.
Mahmud Sani, Fiqih. Suranbaya: CV. MIA, 2008
Abdyrrahman Qodir, Zakat Dalam Dimensi Mahdah Dan Sosial, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 1998.
Asnaini, Zakat Produktif dalam Persprktif hokum Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008.
Syaikh Muhammad Saleh bin Utsaimin, Kultum Ramadhan Panduan bagi Para Da’i, Yogyakarta:
Mitra Pustaka, 2002.
DRS. H. Mo. Rifa’i. Fikih Islam Lengkap, Semarang. Pt. Karya Toha Putra, 1978.
Didin Hafhiduddin, Zakat dalam Perekonomian Modern, Jakarta: Gema Insani Press, 2002.
Elsi Kartika, Pedoman Pengelolaan Zakat, Semarang: UNNES Press, 2006.
Ismail Nawawi, Manajemen Zakat dan Wakaf, Jakarta: VIV press, 2013.
Sayid Sabiq, Fikih Sunnah, Terj. Oleh Mahyuddin Syaf, Jilid 3, Bandung: Al-Ma’rif,, cet. Ke 6,
1988.

Anda mungkin juga menyukai