Fikih
Fikih
Disusun Oleh:
Abdillah (2005020091)
Mairi Bidayanti (2005020145)
Sitie Hafiezhah Hanie (2005020059)
Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu Wata'ala, karena berkat
rahmat-Nya kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul Makna Puasa dan
Zakat. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Fiqih.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua yang telah membantu sehingga
makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Kami menyadari bahwa dalam
penyusunan laporan ini jauh dari sempurna, baik dari segi penyusunan, bahasan,
ataupun penulisannya. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun, khususnya bagi para pembaca guna menjadi acuan dalam
bekal pengalaman bagi kami untuk lebih baik di masa yang akan datang.
TIM PENULIS
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Puasa
Puasa merupakan ibadah yang telah lama berkembang dan dilaksanakan oleh manusia
sebelum Islam. Islam mengajarkan antara lain agar manusia beriman kepada Allah SWT, kepada
malaikat-malaikatNya, kepada kitab-kitabNya, kepada rosul-rosulNya, kepada hari akhirat dan
kepada qodo qodarNya. Islam juga mengajarkan lima kewajiban pokok, yaitu mengucapkan dua
kalimat syahadat, sebagai pernyataan kesediaan hati menerima Islam sebagai agama, mendirikan
sholat, membayar zakat, mengerjakan puasa dan menunaikan ibadah haji.
2
2.1.3 Syarat Wajib dan Rukun Puasa
Adapun syarat wajib puasa ada 5, yaitu:
1. Islam, berarti puasa tidak diwajibkan pada orang kafir, artinya orang kafir tidak dituntut di
dunia untuk berpuasa. Namun diakhirat, orang kafir dihukum karena kekafirannya.
2. Taklif (dibebani syariat), artinya muslim yang baligh dan berakal. Jika sifat taklif ini tidak
ada, maka tidak dibebani hokum syariat.
3. Mampu.
4. Sehat.
5. Mukmin.
Orang yang berpuasa wajib menjalankan dua rukun berikut ini. Yaitu:
1. Niat puasa, Niat berarti al-qashdu, keinginan. Niat puasa berarti keinginan untuk berpuasa.
Letak niat adalah di dalam hati, tidak cukup dalam lisan, tidak disyaratkan melafazhkan niat.
Berarti, niat dalam hati saja sudah teranggap sahnya.
2. Menahan diri dari berbagai pembatal puasa dari terbit fajar hingga tenggelam matahari.
2.2 Zakat
Zakat ditinjau dari segi bahasa memiliki banyak arti, yaitu al-barakatu yang mempunyai arti
keberkahan, ath-thaharatu yang memiliki arti kesucian, al-namaa yang mempunyai arti
pertumbuhan dan perkembangan, dan ash-shalahu yang memiliki arti keberesan. Sedangkan zakat
ditinjau dari segi istilah terdapat banyak ulama’ yang mengemukakan dengan redaksi yang
berbeda-beda, akan tetapi pada dasarnya mempunyai maksud yang sama, yaitu bahwa zakat itu
adalah bagian dari harta dengan persyaratan tertentu, yang Allah SWT mewajibkan kepada
pemiliknya untuk diserahkan kepada seseorang yang berhak menerimanya, dengan persyaratan
tertentu pula.
Zakat merupakan rukun Islam yang ketiga dari rukun Islam yang lima, yang merupakan dasar
atau pondasi bagi umat Islam untuk dilaksanakan. Zakat hukumnya adalah wajib (fardhu ‘ain) bagi
setiap muslim apabila sudah memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan syariat. Kewajiban
zakat ini telah ditetapkan Allah SWT dalam al-Qur’an, Hadits, serta Ijma’.
3
2.2.1 Dasar Hukum Zakat
Dasar hukum tentang zakat adalah salah satunya firman Allah SWT an-Nur 56:
َس ْو َل لَ َعلَّ ُك ْم ت ُ ْر َح ُم ْون َّ ص ٰلوةَ َو ٰاتُوا
َّ الز ٰكوةَ َواَ ِط ْيعُوا
ُ الر َّ َواَقِ ْي ُموا ال
“Dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat, dan taatlah kepada rasul, supaya kamu diberi
rahmat.”
Dalam surat lain Allah kembali menegaskan dalam surat al-An’am 141:
ع ِل ْي ٌم
َ س ِم ْي ٌع
َ ُّللا َ َص ٰلوتَك
ّٰ سك ٌَن لَّ ُه ۗ ْم َو َ علَ ْي ِه ۗ ْم ا َِّن َ ُ ص َدقَةً ت
َ ط ِه ُر ُه ْم َوتُزَ ِك ْي ِه ْم ِب َها َو
َ ص ِل َ ُخ ْذ ِم ْن اَ ْم َوا ِل ِه ْم
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan
mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi)
ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.”
5
e. Para budak (riqab)
Yang dimaksud riqab oleh ayat 60 dari surat At-Taubah yaitu segala mereka yang hendak
melepaskan dirinya dari ikatan riqab atau perbudakan.
f. Orang yang memiliki utang (gharim)
Mereka adalah orang-orang yang memiliki utang, baik hutang itu untuk dirinya sendiri
maupun bukan, baik utang itu dipergunakan untuk hal-hal yang baik maupun untuk melakukan
kemaksiatan.
g. Orang yang berjuang di jalan Allah (Fi Sabilillah)
Yang termasuk dalam kelompok ini adalah para pejuang yang berperang dijalan Allah yang
tidak digaji oleh markas komando mereka karna yang mereka lakukan hanyalah berperang.
h. Orang yang sedang dalam perjalanan (Ibnus Sabil)
Golongan terakhir yang berhak menerima zakat yaitu golongan Ibnu sabil yaitu orang-
orangyang bepergian (musafir) untuk melaksanakan suatu hal yang baik (tha’ah) tidak termasuk
maksiat.
6
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Menurut bahasa puasa berarti “menahan diri”.Menurut syara’ ialah menahan diri dari segala
sesuatu yang membatalkanya dari mula terbit fajar hingga terbenam matahari, karena perintah
Allah semata- mata, serta disertai niat dan syarat-syarat tertentu.Sedangkan arti shaum menurut
istilah syariat adalah menahan diri pada siang hari dari hal-hal yang membatalkan puasa, disertai
niat oleh pelakunya, sejak terbitnya fajar sampai terbenamnya matahari. Macam-macam puasa
terbagi menjadi 4 macam, yaitu: Puasa wajib atau puasa fardhu, pasa sunat atau puasa tathawwu’,
puasa makruh, dan puasa haram.
Adapun syarat wajib puasa ada 5, yaitu: Islam, baligh, mampu, sehat, dan mukmin. Sedangkan
rukun puasa yaitu: Niat puasa, dan menahan diri dari berbagai pembatal puasa dari terbit fajar
himgg tenggelam matahari. Adapun hal-hal yang dapat membatalkan puasa adalah: Memasukkan
sesuatu benda ke dalam rongga badan, muntah dengan sengaja, mengeluarkan mani, melakukan
wati’ (bersetubuh) pada faraj dan dubur dengan sengaja, mengetahui haramnya.
Zakat ditinjau dari segi bahasa memiliki banyak arti, yaitu al-barakatu yang mempunyai arti
keberkahan, ath-thaharatu yang memiliki arti kesucian, al-namaa yang mempunyai arti
pertumbuhan dan perkembangan, dan ash-shalahu yang memiliki arti keberesan. Sedangkan zakat
ditinjau dari segi istilah terdapat banyak ulama’ yang mengemukakan dengan redaksi yang
berbeda-beda, akan tetapi pada dasarnya mempunyai maksud yang sama, yaitu bahwa zakat itu
adalah bagian dari harta dengan persyaratan tertentu, yang Allah SWT mewajibkan kepada
pemiliknya untuk diserahkan kepada seseorang yang berhak menerimanya, dengan persyaratan
tertentu.
Pada dasarnya zakat terbagi menjadi dua macam di antaranya adalah: zakat fitrah, dan zakat
maal. Ada delapan golongan orang yang berhak menerima zakat seperti yang telah di jelaskan
dalam surat At-Taubah ayat 60, yaitu: Orang fakir (al-Fuqara), orang miskin, panitia zakat (al-
Amil), para budak (riqab), orang yang memiliki utang (gharim), orang yang berjuang di jalan Allah
(Fi Sabilillah), orang yang sedang dalam perjalanan (Ibnus Sabil).
7
DAFTAR PUSTAKA
Prof. DR. Tgk. M. Hasbi Ash-Shiddieqy, Pedoman Puasa,Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2009.
Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, Sinar Baru Algensido, Bandung, 2014.
Mahmud Sani, Fiqih. Suranbaya: CV. MIA, 2008
Abdyrrahman Qodir, Zakat Dalam Dimensi Mahdah Dan Sosial, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 1998.
Asnaini, Zakat Produktif dalam Persprktif hokum Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008.
Syaikh Muhammad Saleh bin Utsaimin, Kultum Ramadhan Panduan bagi Para Da’i, Yogyakarta:
Mitra Pustaka, 2002.
DRS. H. Mo. Rifa’i. Fikih Islam Lengkap, Semarang. Pt. Karya Toha Putra, 1978.
Didin Hafhiduddin, Zakat dalam Perekonomian Modern, Jakarta: Gema Insani Press, 2002.
Elsi Kartika, Pedoman Pengelolaan Zakat, Semarang: UNNES Press, 2006.
Ismail Nawawi, Manajemen Zakat dan Wakaf, Jakarta: VIV press, 2013.
Sayid Sabiq, Fikih Sunnah, Terj. Oleh Mahyuddin Syaf, Jilid 3, Bandung: Al-Ma’rif,, cet. Ke 6,
1988.