LAPORAN PENDAHULUAN
LAPORAN PENDAHULUAN
KATA PENGANTAR
i|Laporan Pendahuluan
Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang I-1
1.1.1. Latar Belakang Permasalahan Kawasan I-1
1.1.2. Latar Belakang Masalah I-3
1.1.3. Perumusan Masalah I-4
ii | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro
BAB II
TANGGAPAN TERHADAP KAK
2.1. Pedestrianisasi Malioboro II-1
2.1.1. Studi Terdahulu Pedestrianisasi Malioboro II-1
2.1.2. Tinjauan Kawasan Malioboro II-5
2.1.3. Rencana Pedestrianisasi Malioboro II-11
BAB III
METODOLOGI
3.1. Metodologi Penataan Transportasi III-1
3.1.1. Metode Pengumpulan Data Transportasi III-1
3.1.2. Metode Survei Transportasi dan Lalu Lintas III-1
3.1.3. Peralatan Penelitian Transportasi III-3
3.1.4. Pelaksanaan Penelitian Transportasi III-3
iii | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro
BAB IV
PERSONIL DAN RENCANA KERJA
4.1. Organisasi, Tenaga Ahli dan Personil IV-1
iv | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro
DAFTAR TABEL
v|Laporan Pendahuluan
Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro
DAFTAR GAMBAR
vi | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro
BAB I
Pendahuluan
Kawasan Malioboro adalah salah satu sistem ruang kota di pusat kota Yogyakarta
yang memiliki fungsi sangat urgen, yaitu sebagai jantung Kota Yogyakarta, sebagai tempat
wisata utama, pusat pemerintahan provinsi, serta sebagai pusat perdagangan utama yang
paling sibuk. Pesatnya intensitas dan kompleksitas guna lahan di kawasan ini membuat
pola transportasi juga menjadi lebih lebih kompleks dan memerlukan penanganan yang
sistemik dan komprehensif.
Kawasan Malioboro sejatinya adalah satu ruas jalan yang menjadi simbol poros
filosofis Kasultanan Yogyakarta. Jalan Malioboro yang kita kenal saat ini sebenarnya terdiri
dari beberapa bagian, dipetakan dari arah selatan ke utara, sejalur dengan filosofi sumbu
imajiner Laut Selatan - Kraton Yogyakarta - Gunungapi Merapi. Perempatan Nol KM
Yogyakarta (Kantor Pos Besar) menjadi awal Malioboro. Bagian pertama adalah Jalan
I-1|Laporan Pendahuluan
Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro
Marga Mulya; dari titip perempatan kantor pos hingga depan Pasar Beringharjo dan
kawasan pecinan. Antara perempatan kantor pos hingga Ngejaman disebut sebagai Jalan
Marga Mulya Kidul, dan antara Pasar Beringharjo hingga pecinan disebut Marga Mulya Lor.
Dengan konsepsi filosofinya, tata ruang Kraton dengan adanya tugu golong gilig (Tugu Pal
Putih atau Tugu Yogyakarta) di utara dan Panggung Krapyak di selatan menggambarkan
Lingga dan Yoni yang bermakna kesuburan. Antara Tugu, Kraton dan Panggung Krapyak
yang satu garis lurus merupakan sumbu filosofinya Kraton Yogyakarta. Dikatakan sumbu
filosofi karena garis penghubung Tugu, Kraton dan Panggung Krapyak merupakan sumbu
yang nyata yang berupa jalan. Adapun sebagai sumbu imajinernya adalah dari Gunung
Merapi, Kraton, dan Laut Selatan.
Dari Panggung Krapyak ke utara sampai Kraton menggambarkan seorang bayi sejak
lahir dari rahim sang ibu, menginjak dewasa, berumah tangga, sampai melahirkan kembali.
Oleh karenanya di sisi barat laut Panggung Krapyak, terdapat kampung Mijen yang berarti
“wiji” atau benih manusia. Dan tanaman di sekitarnya adalah pohon Asem dan Tanjung.
Daun asem yang masih muda namanya Sinom sehingga makna simbolisnya adalah gadis
yang masih anom (muda) akan menimbulkan rasa sengsem (tertarik) bagi lawan jenisnya
sehingga ia akan disanjung. Dari Tugu ke Kraton melambangkan perjalanan manusia
menghadap Sang Pencipta. Atas dasar konsep ini lah kemudian Gubernur DIY
mengembalikan nama jalan di wilayah tersebut, misalnya Jalan Pangeran Mangkubumi
yang awalnya bernama Jalan Margotomo, yang berarti jalan menuju keutamaan.
Kemudian disambung dengan Jalan Malioboro yang bermakna nganggo obor ajaraning
para wali. Dan Jalan Ahmad Yani awalnya bernama Jalan Margomulyo berasal dari kata
Margo yang berarti jalan dan Mulyo yang berarti kemuliaan. Sedang Jalan Trikora awalnya
bernama Pangurakan yang berasal dari kata “urak” yang berarti nggusah atau mengusir
hawa nafsu.
I-2|Laporan Pendahuluan
Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro
sepanjang Jalan Malioboro ditanami pohon Gayam (ayom) dan Asem (sengsem). Ini adalah
cara Sultan Hamengkubuwono I mengharapkan sesuatu dengan ridho Allah agar ayom-
ayem dan sengsem, yang bermakna pengayoman pemimpin Kraton kepada masyarakat,
dan masyarakat senang karena diayomi oleh pemimpinnya.
Dewasa ini kawasan Malioboro (termasuk Kraton dan sekitarnya) telah mengalami
perkembangan yang sangat pesat. Kondisi lingkungan di sekitar kawasan ini cenderung
tumbuh secara tidak teratur dan sporadis seiring dengan perkembangan pembangunan
fisik di dalam kawasan yang pesat. Malioboro telah menjadi pusat tarikan yang luar biasa,
sehingga mengakibatkan beban lalulintas yang berat hingga ke kawasan-kawasan
sekitarnya. Pertumbuhan kendaraan pribadi secara langsung juga berdampak pada
penurunan kinerja jaringan transportasi jalan di kawasan ini. Penyakit-penyakit
transportasi seperti kemacetan, kesemrawutan, kecelakaan, polusi udara dan suara
menjadi dampak negatif dari pesatnya pertumbuhan lalu lintas yang kurang terkendali.
I-3|Laporan Pendahuluan
Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro
I-4|Laporan Pendahuluan
Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro
Penutupan jalan Maliboro tentu berdampak pada peningkatan beban jaringan jalan
yang berada di sekitar kawasan Maliboro, untuk itu perlu disiapkan kemampuan jalan
pelingkup dan jalan ventilasi (baik dari segi kapasitas, kualitas, maupun sistem
pergerakannya), untuk bersiap menampung beban lalu lintas kendaraan yang lebih besar,
dan perlu direncanakan akses alternatif sebagai pengganti jalan Malioboro setelah
dilakukan pedestrianisasi dan dikaji pengaruh yang terjadi dengan adanya akses alternatif
tersebut terhadap kinerja jaringan jalan. Secara tata ruang perlu diantisipasi perubahan
pola tata guna lahan makro akibat adanya pedestrianisasi dan perubahan sistem
pergerakan, untuk itu juga perlu regulasi pada ruang terbuka yang terbentuk karena
adanya pedestrianisasi.
I-5|Laporan Pendahuluan
Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro
Maksud dari studi ini adalah melakukan identifikasi, analisis dan rekomendasi
penataan transportasi di wilayah Malioboro dan sekitarnya secara komprehensif
dan terintegrasi.
1.2.1 Tujuan
1.2.1 Sasaran
Sasaran yang ingin dicapai dalam studi ini adalah tersusunnya dokumen
Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro dan sekitarnya secara
komprehensif dan integral.
Angkutan Jalan.
4) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup
5) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya
I-6|Laporan Pendahuluan
Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro
Permukiman
7) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan Daerah
Istimewa Yogyakarta
8) Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu
Lintas Jalan
9) Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1993 tentang Kendaraan dan
Pengemudi
10) Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan
Marka Jalan
18) Keputusan Menteri Perhubungan RI Nomor KM 61 Tahun 1993 tentang
Rambu-Rambu Lalu Lintas di Jalan
19) Keputusan Menteri Perhubungan RI Nomor KM 62 Tahun 1993 tentang
I-7|Laporan Pendahuluan
Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro
Marga, Departemen PU
25) Tata Cara Perencanaan Geometrik Persimpangan Sebidang, Departemen
Kimpraswil
26) Perda Provinsi DIY No. 2 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Provinsi DIY Tahun 2009 – 2029
27) Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 1 Tahun 2007 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota Yogyakarta
Tahun 2005 – 2025
28) Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 2 Tahun 2010 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Yogyakarta Tahun 2010-2029
29) Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 2 Tahun 2012 tentang
Bangunan Gedung.
I-8|Laporan Pendahuluan
Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro
Lingkup kegiatan studi ini secara hirarkis meliputi tahapan berikut ini :
1) Menelaah literatur dan hasil studi yang telah ada yang terkait langsung
dengan penanganan transportasi di kawasan Malioboro dan sekitarnya.
3) Melakukan kompilasi data primer, antara lain : survey data lalu lintas,
pola tata ruang dan bangunan, kondisi sosial, aspek budaya dan ekonomi.
a) Analisis lalulintas.
I-9|Laporan Pendahuluan
Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro
I - 10 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro
1.4.3. Lingkup Studi Tata Guna Lahan, Tata Ruang dan Bangunan
Wilayah Studi Tata Guna Lahan, Tata Ruang dan Bangunan ini dilakukan di
kawasan Malioboro yang sepanjang rencana Pedestrianisasi Jalan Malioboro
– Jalan Margo Mulyo (Jend. A. Yani) dengan batas area :
1) Sebelah Utara : Jalan Pasar Kembang – Jalan Abubakar Ali
2) Sebelah Selatan : Jalan Kauman – Jalan Ibu Ruswo
3) Sebelah Timur : Jalan Suryotomo – Jalan Mataram
4) Sebelah Barat : Jalan Bhayangkara – Jalan Gandekan Lor
Gambar 1.2. Wilayah Lingkup Studi Tata Guna Lahan, Tata Ruang dan Bangunan
Sumber : analisis studio, 2014
I - 11 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro
Gambar 1.3. Wilayah Lingkup Studi Sosial, Budaya dan Ekonomi Pembangunan
Sumber : analisis studio, 2014
I - 12 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro
DATA PRIMER :
DATA SEKUNDER : - SURVEI LALU LINTAS
- KEBIJAKAN / REGULASI - SURVEI RUAS JALAN
KEBIJAKAN
(UU, PERDA, PERWAL,…) - SURVEI KENDARAAN
PEDESTRIANISASI
- RENCANA - RENCANA - SURVEI PARKIR
MALIOBORO
(RTRW, RTR, RTBL, - SOSIALISASI &
RPJMD, SAYEMBARA,…) WAWANCARA PELAKU
- STUDI-STUDI LAIN KEGIATAN
STUDI PEDESTRIANISASI
TERHADAP SISTEM
TRANSPORTASI
DENGAN
PEMODELAN LALU
LINTAS
ANALISIS
ANALISIS/REVIEW KEBIJAKAN RENCANA TATA GUNA LAHAN, TATA RUANG & BANGUNAN
TERHADAP PEMODELAN SKENARIO SISTEM TRANSPORTASI
REKOMENDASI
REKOMENDASI PERENCANAAN :
- MASTER PLAN PERENCANAAN PENATAAN TRANSPORTASI KAWASAN MALIOBORO
- PENTAHAPAN RENCANA AKSI PEDESTRIANISASI MALIOBORO
REKOMENDASI KEBIJAKAN :
PENANGANAN TRANSPORTASI KAWASAN MALIOBORO & PENGENDALIAN RENCANA
I - 13 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro
BAB II
Tanggapan Terhadap KAK
II - 1 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro
satu turunan panduan rancang dalam RTBL tersebut adalah mewujudkan Kawasan
Malioboro sebagai area pejalan kaki yang manusiawi.
Prinsip pengembangan komponen sistem sirkulasi dan jalur penghubung
antara lain :
a) Menetapkan Jl. Malioboro – Jl. A. Yani sebagai kawasan semi pedestrian,
sehingga diberlakukan area bebas kendaraan bermotor secara bertahap.
b) Pengaturan sistem sirkulasi searah di jalan pelingkup dan jalan ventilasi
untuk mengurangi beban dan memperlancar pergerakan pedestrian dan
kendaraan.
c) Meningkatkan kualitas badan jalan untuk kenyamanan pergerakan.
d) Mempertegas amenity zone (seperti zona pejalan kaki) dengan
menggunakan elemen vertikal sebagai street furniture seperti pepohonan,
bangku taman berskala manusia
e) Mendesain zona pedestrian yang dekoratif melalui pemilihan material luar
(paving blok).
f) Menata unsur pendukung dan perlengkapan pergerakan, seperti rambu-
rambu, papan penanda (signage), dan moda transportasi yang mendukung
karakter kawasan.
g) Mengembangkan jalur pejalan kaki yang terpisah dengan jalur kendaraan
bermotor.
h) Mengembangkan titik-titik transit dalam radius kenyamanan pejalan kaki
(400-500m), serta keterpaduannya dengan sistem transportasi kota.
II - 2 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro
II - 3 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro
mengatur tata kota khususnya di kawasan Malioboro. Stasiun Tugu juga akan
dikembangkan untuk menjadi pusat perkantoran, pertokoan dan perhotelan.
Konsepnya pengunjung stasiun maupun yang ingin menuju Malioboro, bisa
memarkir kendaraan di basement stasiun yang akan langsung terhubung dengan
area parkir Abu Bakar Ali.
II - 4 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro
d) Traffic calming secara masif dengan mengganti perkerasan jalan dengan batu
kali atau paving blok. Agar lebih mengurangi laju kendaraan trough traffic,
perlambatan diperlukan guna melemahkan dan memperlambat kendaraan
bermotor.
e) Memberikan Sinyal Red All bagi pejalan kaki pada simpang titik nol, dengan
mengubah Jalan Pangurakan satu arah ke selatan Untuk lebih meningkatkan
kualitas simpang titik nol, fasekendaraan bermotor dapat dibuat menjadi 1
fase (belok kanan permisif), atau 2 fase (belok kanan terproteksi).
II - 5 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro
II - 6 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro
1) Lalu Lintas
Di kawasan Maliboro Kota Yogyakarta parkir menjadi lahan bisnis, yakni bagi
pengelola pusat perbelanjaan dengan fasilitas parkir yang biasa disebut parkir
swasta, dan bagi pemerintah daerah sebagai variabel pendapatan asli daerah
(PAD) lewat retribusi parkir di tepi jalan umum (TJU) dan retribusi tempat khusus
II - 7 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro
parkir (TKP). Oleh karena itu, Pemerintah Kota Yogyakarta menetapkan Perda No.
18 Tahun 2009 tentang Perparkiran, Perda No. 19 Tahun 2009 tentang Retribusi
Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum dan Perwal no.8 tahun 2012 tentang tupoksi
unit pelayanan teknis malioboro . Mulai tahun 2010 Pemerintah Kota Yogyakarta,
sesuai Perda Perparkiran, Perda Retribusi Parkir Tepi Jalan dan Perwal no.8 tahun
2012 tentang tupoksi unit pelayanan terpadu malioboro, memberlakukan kenaikan
tarif parkir untuk semua jenis kendaraan, menyederhanakan kawasan, dan
menambah porsi bagi hasil pungutan retribusi parkir kepada juru parkir. Dengan
kebijakan ini diharapkan penerimaan retribusi parkir meningkat, pelayanan parkir
lebih aman dan nyaman, dan arus lalu lintas lancar.
Sebagai pusat kota dan salah satu tujuan wisata di Yogyakarta dengan adanya
rencana pedestrianisasi di sepanjang Malioboro menjadikan kawasan tersebut
menjadi lebih nyaman bagi pejalan kaki, akan tetapi di sisi lain menimbulkan
dampak lalulintas dan dampak sosial yang tinggi, maupun dampak dari sisi yang lain,
diharapkan dengan Perda DIY No. 6 2013 tentang RPJMD 2012–2017 sebagai
pedoman, penataan kawasan ini terkait pedestrianisasi, parkir dan penataan
bangunan cagar budaya serta penataan kawasan pendukung kawasan inti
Malioboro dapat segera dilaksanakan.
Model yang digunakan dalam tata ruang wilayah DIY adalah pemusatan
intensitas kegiatan manusia pada suatu koridor tertentu yang berfokus pada Kota
Yogyakarta dan jalan koridor sekitarnya. Dalam konteks ini, aspek pengendalian dan
pengarahan pembangunan dilakukan lebih menonjol dalam koridor prioritas,
terhadap kegiatan investasi swasta, dibandingkan dengan investasi pembangunan
oleh pemerintah yang dengan sendirinya harus terkendali. Untuk mendukung
aksesibilitas global wilayah DIY, maka diarahkan pengembangan pusat-pusat
pelayanan antara lain Pusat Kegiatan Nasional (PKN)/Kota Yogyakarta, Pusat
Kegiatan Wilayah (PKW) Sleman, PKW Bantul, dan Pusat Kegiatan Lokal (PKL).
Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2010 tentang RTRW Prov DIY 2009-2029
mengatur pengembangan tata ruang di DIY.
II - 8 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro
Koridor Jalan Malioboro dan Jalan Margo Mulyo memiliki fungsi sebagai lahan
komersial perdagangan dan jasa, kompleks perkantoran dan fungsi kawasan
lindung cagar budaya.
II - 9 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro
c) Tata Bangunan;
2. Sistem pepohonan dan tata hijau pada koridor jalan utama (Jalan
Malioboro dan Jalan Margo Mulyo) diatur pada median atau pulau jalan
dan tanaman perindang.
II - 10 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro
II - 11 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro
5) Ekonomi
II - 12 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro
mebel dan lain sebagainya. Hal itu terkait dengan faktor pemasangan reklame
Pedagang kaki lima sebagai pelaku ekonomi kegiatan usaha perdagangan atau
jasa, yaitu melayani kebutuhan barang-barang atau makanan yang dikonsumsi
langsung oleh konsumen, yang dilakukan cenderung berpindah-pindah dengan
kemampuan modal yang kecil/terbatas, dalam melakukan usaha tersebut
menggunakan peralatan sederhana dan memiliki lokasi di tempat-tempat umum
(terutama di atas trotoar atau sebagian badan jalan), dengan tidak mempunyai
legalitas formal. Dampak Keberadaan PKL cukup positif bagi daerah yaitu :
Memberikan lapangan pekerjaan, berpartisipasi meningkatkan Pendapatan Asli
Daerah, Ikut meningkatkan pendapatan retribusi daerah dan menjadi potensi
pariwisata yang cukup menjanjikan.
II - 13 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro
Pedestrian berasal dari Bahasa Yunani, pedos, yang berarti kaki, sehingga
pedestrian diartikan sebagai pejalan kaki atau orang yang berjalan kaki. Sedangkan
jalan adalah media di atas bumi yang memudahkan manusia dalam tujuan berjalan.
Jadi dalam hal ini, pedestrian mempunyai arti pergerakan atau perpindahan orang
atau manusia dari satu tempat sebagai titik tolak ke tempat lain sebagai tujuan
dengan menggunakan moda jalan kaki. Menurut Hamid Shirvani, 1985 dalam buku
yang berjudul The Urban Design Process, jalur pejalan kaki merupakan elemen
penting dari desain urban yang mendukung sistem kenyamanan pergerakan;
menawarkan sistem human scale (skala manusiawi), dan juga untuk memperbaiki
kualitas udara; elemen pedestrian mendukung ruang publik supaya lebih menarik
dan lively; mempertimbangkan fungsi dan kebutuhan, kenyamanan fisik dan
psikologis pengguna; koneksi jalur pedestrian dengan sistem pergerakan kendaraan;
untuk meningkatkan pergerakan pedestrian, harus mempertimbangkan dukungan
aktivitas sepanjang jalur serta perabot jalannya; promosi aspek keamanan dan
aktivitas komersial; fleksibilitas desain fisik dan manajemen sirkulasi; dipengaruhi
macam fasilitas dan letak/ posisinya di sepanjang jalur tersebut; koordinasi macam
fasilitas dan pola keterkaitan penggunaannya; mengandung aspek estetika dan
budaya; kesesuaian, skala, material, jumlah, variasi, durabilitas dari perabot jalan
dan dipengaruhi pergerakan dan aktivitas pedestrian sepanjang jalur.
Jalur pejalan kaki, yaitu lintasan yang diperuntukkan untuk berjalan kaki, dapat
berupa trotoar (DPU, 1999). Trotoar adalah jalur pejalan kaki yang terletak pada
jalan yang diberi lapisan permukaan dengan elevasi yang lebih tinggi dari permukaan
II - 14 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro
perkerasan jalan dan sejajar dengan jalur lalu lintas kendaraan (DPU, 1999).
Pedoman teknik perencanaan jalur pejalan kaki ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan (DPU, 1999 ):
2) Tinggi ruang bebas tidak kurang dari 2,2, meter dan kedalaman bebas tidak
kurang dari 1 meter, diukur dari permukaan trotoar.
1. Apabila volume pejalan kaki di satu sisi jalan sudah > 450
orang/jam/lebar efektif (dalam meter).
1. Pasal 7
II - 15 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro
a. segregasi;
b. integrasi; dan
c. separasi.
2. Pasal 8
Ruang jalur pejalan kaki merupakan ruang yang diperlukanpejalan kaki untuk
berdiri dan berjalan yang dihitungberdasarkan dimensi tubuh manusia pada
saat membawa barang atau berjalan bersama dengan pejalan kaki lainnyabaik
dalam kondisi diam maupun bergerak.
3. Pasal 10
c. ketersediaan penyeberangan;
4. Pasal 13
a. jenis kegiatan;
b. waktu pemanfaatan;
II - 16 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro
Fasilitas yang ada seperti tempat duduk saat ini digunakan sebagai sarana
berdagang bagi PKL. Kondisi elemen pendukung (vegetasi, bangku atau tempat
duduk, tempat sampah, telepon umum, papan informasi, lampu dan rambu pejalan
kaki atau sign) cukup lengkap meski agak kurang terawat. Kecenderungan pejalan
kaki tidak merasa nyaman dalam melewati area streetscape sepanjang Jalan
Malioboro - Jalan A. Yani, dan faktor-faktor utama yang mempengaruhinya antara
lain terjadi pemanfaatan ruang parkir yang tidak terkendali pada jalur pejalan kaki,
serta terdapatnya PKL yang menempati area pedestrian, sehingga tingkat kepadatan
dan intensitas penjalan kaki yang tinggi tidak seimbang dengan kondisi dimensi
ruang dan proporsi ruang pedestrian yang ada.
II - 17 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro
Di sepanjang jalan Malioboro juga dirasa ada hal yang menyebabkan keruwetan atau
kemacetan lalu lintas Malioboro yaitu parkir kendaraan bermotor. Dengan adanya tempat
parkir kendaraan di trotoar Malioboro yang peruntukkannya sebenarnya untuk pejalan kaki.
Pedestrian menyempit akibat banyaknya sepeda motor yang parkir di kawasan Malioboro
meski materialnya ideal untuk pejalan kaki, apalagi sudah dilengkapi dengan jalur khusus
bercorak kuning bagi penyandang disabilitas tapi ketika aktifitas mulai ramai dipastikan tak
lagi ideal untuk pejalan kaki, ada dua baris parkir sepeda motor di sempadan sisi timur,
Menyisakan ruang yang hanya selebar satu setengah meter saja untuk pejalan kaki yang
berebut tempat dengan laju motor yang hendak masuk atau keluar parkiran.
II - 18 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro
2) Rencana Pedestrianisasi
Sebagai pusat kota dan salah satu tujuan wisata di Yogyakarta, Malioboro
harus segera ditata. Adanya rencana pedestrianisasi di sepanjang Malioboro
menjadikan kawasan tersebut menjadi lebih nyaman bagi pejalan kaki, akan tetapi
di sisi lain menimbulkan dampak lalulintas dan dampak sosial yang tinggi, maupun
dampak dari sisi yang lain. Dari beberapa studi perencanaan pedestrianisasi
tersebut di atas, dapat diambil kesimpulan rencana penggal jalan Malioboro untuk
pedestrianisasi dengan menginterpretasi hasil sayembara penataan kawasan
Malioboro dengan sinkronisasi studi sebelumnya dari GIZ yang menitikberatkan
pada mitigasi lalu lintas berdasarkan RTBL yang telah dibuat. Pedestrianisasi ini
intinya hanya memaksimalkan kondisi eksisting Jalan Malioboro saat ini dengan
membagi lebar ruas jalan yang ada dan membagi fungsi-fungsi jalurnya sebagai
berikut :
a) Jalur Pedestrian sisi timur yang saat ini untuk parkir motor dimaksimalkan
seluruhnya untuk pejalan kaki
c) Jalur kendaraan tidak bermotor (KTB) diperlebar dengan jalur ulang alik, hal
ini dengan pertimbangan bahwa KTB adalah ciri khas dari moda
II - 19 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro
transportasi di Malioboro.
d) Jalur arcade pertokoan baik sisi timur maupun sisi barat diatur lagi agar
memberi ruang gerak yang lebih luas bagi pejalan kaki dengan penataan
pedagang kaki lima (PKL).
II - 20 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro
Kawasan Malioboro ingin menjadi kawasan pejalan kaki penuh, maka beberapa
potensi fasilitas pendukungnya adalah tempat parkir pengganti atau kantong
parkir. Secara bertahap akan ditetapkan kebijakan larangan parkir di ruas
Malioboro karena ruas jalan tersebut akan sepenuhnya digunakan bagi pejalan
kaki. Untuk menampung kendaraan bermotor telah disiapkan dua lokasi parkir
yang sedang dalam proses pembangunan, yaitu di Jalan Abu Bakar Ali dan
Ngabean, dua tempat tersebut tidaklah mencukupi untuk itu perlu direncanakan
skenario kantong-kantong parkir yang lain.
II - 21 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro
II - 22 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro
2
3 4
5 6
8 7
II - 23 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro
II - 24 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro
Lalu lintas dan angkutan jalan mempunyai peranan yang strategis dalam
mendukung pembangunan. Namun demikian di kawasan Yogyakarta ada beberapa ruas
pada jaringan jalan yang pada waktu-waktu tertentu terjadi kemacetan. Dimana ruas
jaringan jalan yang sering terjadi tidak lancar yaitu di perkotaan Malioboro. Untuk
mengoptimalkan penggunaan jaringan jalan dan gerakan lalu lintas dalam rangka
menjamin keamanan, keselamatan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas/angkutan jalan
di perkotaan Malioboro perlu diatur mengenai pengembangan dan rekayasa, serta
managemen kebutuhan ruang melalui kegiatan penyusunan “Perencanaan Penataan
Transportasi Kawasan Malioboro Yogyakarta”.
Transportasi erat kaitannya dengan penataan ruang dan pola pengguna lahan
dalam perencanaan struktur ruang. Transportasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan
untuk memindahkan sesuatu (orang atau barang) dari suatu tempat ke tempat lain yang
terpisah secara spasial, dengan atau tanpa sarana. Perpindahan tersebut dapat melalui
jaringan prasarana udara, sungai, laut, maupun darat melalui moda transportasi melalui
jalan raya, jalan rel, pipa, maupun moda transportasi lainnya. Secara kewilayahan, lingkup
transportasi mencakup transportasi nasional (Sistranas dan Tatranas), transportasi
regional, transportasi perkotaan dan pedesaan, meliputi moda transportasi darat, laut,
udara, perkeretapian dan pipa.
Penataan Ruang merupakan suatu kegiatan yang terdiri dari proses perencanaan
Tata Ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang. Pengertian ruang
di sini adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut dan ruang udara sebagaimana
dalam UU penataan ruang No. 26/2007. Bidang transportasi secara implisit termuat dalam
pasal 20 s/d 28. point 1.b. Dalam RTRWN No. 26/2008, transportasi terdapat dalam
Sistem Jaringan Transportasi Nasional yaitu pada pasal 17 s/d 37, meliputi sistem jaringan
transportasi laut, darat dan udara. Sedangkan sistem jaringan transportasi pipa terdapat
pada pasal 38, 39, 42 dan pasal 43. Sistem jaringan transportasi terstruktur menurut
hirarki fungsional dan menurut moda transportasi yang terdiri dari jaringan prasarana
ruang lalu lintas dan simpul serta jaringan pelayanan transportasi.
II - 25 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro
Manajemen lalu lintas adalah pengelolaan dan pengendalian arus lalu lintas
dengan melakukan optimasi penggunaan prasarana yang ada untuk memberikan
kemudahan kepada lalu lintas secara efisien dalam penggunaan ruang jalan serta
memperlancar sistem pergerakan. Hal ini berhubungan dengan kondisi arus lalu lintas dan
sarana penunjangnya pada saat sekarang dan bagaimana mengorganisasikannya untuk
mendapatkan penampilan yang terbaik.
Dimana analisis lalu lintas wajib dilakukan dalam setiap rencana pembangunan
infrastruktur jalan yang akan menimbulkan gangguan keamanan, keselamatan dan
ketertiban, serta kelancaran lalu lintas dan angkutan jalan. Analisis lalu lintas paling sedikit
II - 26 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro
memuat :
a) Analisis bangkitan dan tarikan lalu lintas.
II - 27 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro
Studi ini menitikberatkan pada analisa pembebanan ruas jalan dan simpang
sebagai satu jaringan jalan yang diharapkan dapat dilakukan manajemen lalulintas. Tujuan
dari studi ini adalah untuk mengetahui pergerakan kendaraan kondisi eksisting yang
selanjutnya dilakukan manajemen lalulintas pada kawasan Malioboro. Data studi berupa
lebar jalan, kecepatan arus bebas, volume kendaraan, Matriks Asal Tujuan perjalanan,
rute dan headway angkutan umum, kapasitas penumpang angkutan umum dan kapasitas
jalan, diperoleh dari studi sebelumnya dan beberapa instansi terkait.
II - 28 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro
II - 29 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro
BAB III
Metodologi
III - 1 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro
III - 2 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro
System
Setelah data yang dibutuhkan dalam studi ini didapatkan, langkah selanjutnya
adalah membuat model pada kondisi existing model ini nantinya menjadi
model dasar yang mewakili kondisi saat ini.
5) Kalibrasi dan validasi
III - 3 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro
6) Membuat Alternatif/Skenario
Pada tahap ini dilakukan running untuk model kondisi skenario yang diusulkan
menggunakan Software Transport Simulation System
8) Analisis data
Pada tahap ini dilakukan analisis dari data hasil simulasi untuk model kondisi
skenario yang diterapkan.
9) Pembahasan dan kesimpulan
Pada tahap ini dilakukan evaluasi terhadap semua analisis data dari hasil
simulasi untuk model kondisi skenario yang diterapkan kemudian memberikan
kesimpulan terhadap seluruh pembahasan yang telah dilakukan.
III - 4 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro
mulai
Rumusan Masalah
Studi Literatur
Pengumpulan Data
tidak
Lapangan = Model
ya
Analisa Data
selesai
III - 5 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro
III - 6 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro
pendukung data- data yang diperoleh dari observasi dan wawancara. Dalam
studi ini metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh data peta
wilayah yang dijadikan obyek studi yaitu di kawasan Jl. Malioboro.
Disamping itu metode dokumentasi juga digunakan untuk memperoleh data
tentang peraturan dan kebijakan yang terkait dengan sirkulasi di kawasan
studi.
1) Variabel
Variabel adalah objek studi yang bervariasi. Variabel dalam studi ini adalah
path atau koridor kawasan Malioboro, nodes atau konsentrasi aktivitas
bangunan fungsional (formal), aktivitas PKL (informal), aktivitas parkir,
aktivitas pejalan kaki, volume pergerakan kendaraan, geometri jalan dan
kelengkapan rambu lalu lintas.
2) Sumber Data
Sumber data ada 3, yaitu : Person, Place, Paper (Arikunto, 2002:107). Place
merupakan sumber data yang menyajikan tampilan berupa keadaan diam
dan bergerak.
III - 7 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro
III - 8 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro
1) Melakukan pembahasan
2) Menarik kesimpulan
2. Terciptanya koordinasi yang baik antara unit-unit kerja yang terlibat dalam
penanganan pekerjaan ini;
III - 9 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro
Apabila faktor-faktor tersebut diatas dapat dipenuhi, maka berarti juga kelancaran
jalannya pekerjaan dapat secara keseluruhan terjamin. Rencana pelaksanaan
pekerjaan memuat penetapan masing-masing item pekerjaan sesuai dengan
lingkup pekerjaan yang tertera di dalam Kerangka Acuan Kerja.Rencana kerja yang
dimaksud dibuat agar tahapan-tahapan pekerjaan dapat dilaksanakan tanpa ada
yang terlewatkan sehingga sasaran pekerjaan ini dapat dicapai dengan waktu yang
juga telah direncanakan.
2) Desk study untuk mendapatkan gambaran awal wilayah studi. Pada tahap ini
dikaji data sekunder, Pada tahap ini, dilakukan pula penyusunan checklist data,
pengumpulan data sekunder, penyusunan daftar pertanyaan dan surat
pengantar/administrasi untuk di lapangan.
3) Mobilisasi tenaga ahli dan penjelasan kembali alokasi tugas tenaga ahli serta
briefing tahap awal.
Dalam menunjang informasi yang dibutuhkan dalam studi ini maka akan dilakukan
pengumpulan data, baik data primer maupun sekunder.
III - 10 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro
Jenis data yang dibutuhkan mengikuti lingkup studi yang akan dilaksanakan.
Jenis data yang dikumpulkan meliputi data regional dan data kabupaten, yang
terdiri dari data kebijaksanaan dan program pembangunan daerah, data fisik
dasar, sarana dan prasarana, data kependudukan, ekonomi, dan dokumen
rencana sektoral.
III - 11 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro
1) Kompilasi dan tabulasi data, yaitu menstrukturkan data dalam klasifikasi dan
kelompok-kelompok tertentu dan menyusunnya dalam format-format tabel,
gambar, grafik dan tulisan yang disesuaikan dengan kebutuhan untuk analisis
(berdasarkan setiap aspek studi).
3)
3) Rencana pola ruang terbuka (open space) lansekap dan perkerasan jalan /
pedestrian termasuk di dalamnya pola perabot jalan (street furniture) pada
penggal pedestrianisasi Malioboro dan sirip-sirip jalan pendukung.
III - 12 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro
terpadu antara tata ruang dan transportasi yang saling mendukung dan
melengkapi.
1) Laporan Pendahuluan
2) Laporan Antara
3) Laporan Akhir
Laporan Akhir memuat: seluruh hasil pekerjaan, kompilasi data dan analisis
yang telah dilakukan secara komprehensif, serta penyusunan dokumen
perencanaan.
III - 13 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro
BAB IV
Personil dan Rencana Kerja
IV - 1 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro
Kegiatan :
Perencanaan
Konsultan Penataan Pejabat
Perencana Transportasi Pembuat
Direktur Kawasan Komitmen
Malioboro
Tenaga Ahli
Tenaga Pendukung
Direktur
Administrasi /
Tenaga Penunjang Team Leader
IV - 2 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro
IV - 3 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro
Membantu Tenaga Ahli Madya Manajemen Lalu Lintas dalam menganalisa area
kawasan yang diterjemahkan dalam dokumen dan gambar perencanaan
Membantu Tenaga Ahli Madya Sosial dalam menganalisa area kawasan yang
diterjemahkan dalam penyusunan laporan perencanaan.
Membantu Tenaga Ahli Madya Budaya dalam menganalisa area kawasan yang
IV - 4 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro
Membantu Tenaga Ahli Madya Teknik Jalan dalam menganalisa area kawasan
yang diterjemahkan dalam dokumen dan gambar perencanaan
1) Surveyor
3) Operator Komputer
Membantu dalam hal proses pengetikan, pengeditan laporan dan cetak (print)
dokumen.
4) Sekretaris/Administrator
5) Sopir/pengemudi
Bentuk organisasi kerja ini bertitik tolak dari tujuan yang hendak dicapai, yaitu
diselesaikannya Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro. Untuk
IV - 5 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro
sejenis.
IV - 6 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro
I PROFESIONAL STAF
Team
Leader/Ahli
Ir. Sad Marga
1 Utama 4,00
Oetomo,MT
Perencanaan
Transportasi
Ahli Madya
2 Ir. Nur Miftah Manajemen 4,00
Lalu Lintas
Ahli Madya
3 Siddiq Asiyanta, S.Sos 4,00
Sosial
Ahli Madya
Perencanaan
4 Rayyan malik, ST, MT 4,00
Wilayah
Kota/Kawasan
Ahli Madya
5 Susilo, S.S, M.Sc 4,00
Budaya
Ahli Madya
6 Didi Nuryadin, SE, M.Si Ekonomi 3,00
Pembangunan
Ahli Madya
7 Irwan Nuryadin, ST 3,00
Teknik Jalan
Sub Total 26,00
II SUB PROFESIONAL STAF
Ahli Muda
Agus Rachmat
1 Perencanaan 4,00
Hasiholan, ST
Transportasi
Ahli Muda
2 Ir. Ari Budiman Manajemen 4,00
Lalu Lintas
Ahli Muda
3 Dra. Sudaru Murti, M.Si 4,00
Sosial
Ahli Muda
Perencanaan
4 Doddy Rusyadin,ST 4,00
Wilayah
Kota/Kawasan
Kamashakti Ahli Muda
5 4,00
Wondoamiseno, S.Ant Budaya
Ahli Muda
6 Jamzani Sodik, SE, M.Si Ekonomi 3,00
Pembangunan
Ahli Muda
7 Heri Rohendi, ST 3,00
Teknik Jalan
Sub Total 26,00
III TENAGA PENDUKUNG
IV - 7 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro
2) Volume kegiatan
Saat dimulai pelaksanaan pekerjaan ini adalah saat ditandatangani Surat Perintah
Mulai Kerja (SPMK) yaitu tertanggal 21 Agustus 2014. Setiap akhir dari tahapan
pelaksanaan pekerjaan akan dilakukan konsultasi/diskusi baik dengan user maupun
dengan bagian terkait yakni PPK. Jadual pelaksanaan pekerjaan kegiatan dapat dilihat
pada Diagram Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan Perencanaan Penataan Transportasi
Kawasan Malioboro terlampir pada Tabel 4.2. di bawah ini.
IV - 8 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro
A TAHAP PERSIAPAN
5 Desk study
C TAHAP ANALISIS
1 Rencana umum
2 Rencana Detail
E TAHAP PELAPORAN
1 Laporan Pendahuluan
2 Laporan Antara
3 Laporan Akhir
IV - 9 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n