Anda di halaman 1dari 72

DINAS PERHUBUNGAN, KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA - 2014

LAPORAN PENDAHULUAN

PERENCANAAN PENATAAN TRANSPORTASI


KAWASAN MALIOBORO

PT. DWI ELTIS KONSULTAN


DINAS PERHUBUNGAN, KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA - 2014

LAPORAN PENDAHULUAN

PERENCANAAN PENATAAN TRANSPORTASI


KAWASAN MALIOBORO
Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro

KATA PENGANTAR

Buku ini merupakan pelaporan awal dari kegiatan Perencanaan Penataan


Transportasi Kawasan Malioboro yang dilaksanakan oleh PT. Dwi Eltis Konsultan, berdasarkan
kontrak perjanjian dengan Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Provinsi DIY.
Penyusunan LAPORAN PENDAHULUAN i n i disamping merupakan persyaratan yang harus
dilaksanakan oleh konsultan, sebagaimana diamanatkan dalam kontrak perjanjian, juga
merupakan pedoman pelaksanaan kegiatan pada tahap berikutnya.
Perencanaan Penataan Transportasi merupakan panduan yang memberikan
arahan interprestasi wujud perencanaan transportasi serta pedoman pengendalian lalu
lintas yang dikelola secara khusus pada kawasan lingkungan yang melingkupinya. Secara
substansial LAPORAN PENDAHULUAN Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan
Malioboro ini memuat Pendahuluan, Tanggapan terhadap KAK, Metodologi dan
Pendekatan serta Personil dan Rencana Kerja. Laporan Pendahuluan ini merupakan
laporan pertama dari 3 (tiga) tahapan pelaporan yang akan disusun.
Berkenaan dengan hal tersebut, Tim Penyusun mengucapkan terimakasih terhadap
pihak-pihak yang telah membantu terselesaikannya pekerjaan ini. Semoga Studi ini dapat
bermanfaat bagi pihak- pihak yang berkepentingan dengan tema Studi terkait.

Yogyakarta, 15 September 2014

PT. DWI ELTIS KONSULTAN

i|Laporan Pendahuluan
Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang I-1
1.1.1. Latar Belakang Permasalahan Kawasan I-1
1.1.2. Latar Belakang Masalah I-3
1.1.3. Perumusan Masalah I-4

1.2. Maksud, Tujuan dan Sasaran I-5


1.2.1. Maksud I-5
1.2.2. Tujuan I-5
1.2.3. Sasaran I-5

1.3. Landasan Hukum I-5

1.4. Ruang Lingkup I-7


1.4.1. Lingkup Kegiatan I-7
1.4.2. Lingkup Studi Transportasi – Lalu Lintas I-7
1.4.3. Lingkup Studi Tata Guna Lahan, Tata Ruang dan Bangunan I-8
1.4.4. Lingkup Studi Sosial, Budaya dan Ekonomi Pembangunan I-11

1.5. Kerangka Pemikiran I-12

ii | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro

BAB II
TANGGAPAN TERHADAP KAK
2.1. Pedestrianisasi Malioboro II-1
2.1.1. Studi Terdahulu Pedestrianisasi Malioboro II-1
2.1.2. Tinjauan Kawasan Malioboro II-5
2.1.3. Rencana Pedestrianisasi Malioboro II-11

2.2. Perencanaan Penataan Transportasi II-19


2.2.1. Perencanaan Transportasi Perkotaan II-19
2.2.2. Manajemen Lalu Lintas Perkotaan II-22
2.3.3. Pemodelan Transportasi II-23

BAB III
METODOLOGI
3.1. Metodologi Penataan Transportasi III-1
3.1.1. Metode Pengumpulan Data Transportasi III-1
3.1.2. Metode Survei Transportasi dan Lalu Lintas III-1
3.1.3. Peralatan Penelitian Transportasi III-3
3.1.4. Pelaksanaan Penelitian Transportasi III-3

3.2. Metodologi Studi Dampak Transportasi dan Pedestrianisasi III-6


3.2.1. Metode Pengumpulan Data III-6
3.2.2. Metode Survei III-7
3.2.3. Variabel dan Sumber Data III-7
3.2.4. Peralatan dan Instrumen III-7
3.2.5. Metode Analisis III-8

3.3. Tahapan Pelaksanaan III-9


3.2.1. Tahap Persiapan Pekerjaan III-9
3.2.2. Tahap Pengumpulan Data III-9
3.2.3. Tahap Analisis III-10
3.2.4. Tahap Penyusunan Rencana III-11
3.2.5. Tahap Pelaporan III-12

iii | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro

BAB IV
PERSONIL DAN RENCANA KERJA
4.1. Organisasi, Tenaga Ahli dan Personil IV-1

4.2. Komposisi Tim dan Penugasan IV-2


4.2.1. Tenaga Ahli IV-2
4.2.2. Tenaga Pendukung IV-4

4.3. Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan IV-6

iv | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Komposisi Tim Kerja IV-6


Tabel 4.2. Jadwal Kegiatan IV-8

v|Laporan Pendahuluan
Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Wilayah Lingkup Studi Transportasi – Lalu Lintas I-7


Gambar 1.2. Wilayah Lingkup Studi Tata Guna Lahan, Tata Ruang dan
Bangunan I-9
Gambar 1.3. Wilayah Lingkup Studi Sosial dan Budaya I-11
Gambar 1.4. Diagram Kerangka Pemikiran I-12
Gambar 2.1. Pedestrian Malioboro RTBL II-3
Gambar 2.2. Pedestrian Malioboro Yachiyo
Gambar 2.3. Pedestrian Malioboro – Teras Budaya II-5
Gambar 2.4. Ekisting Penggal Jalan Pedestrian Malioboro II-13
Gambar 2.5. PKL Pada Pedestrian Malioboro II-14
Gambar 2.6. Parkir Motor Pada Pedestrian Malioboro II-15
Gambar 2.7. Studi Jalan Pedestrian Malioboro II-16
Gambar 2.8. Rencana Tempat Khusus Parkir Abu Bakar Ali II-17
Gambar 2.9. Rencana Tempat Khusus Parkir Abu Bakar Ali II-18
Gambar 2.10. Rencana Tempat Khusus Parkir Ngabean II-18
Gambar 2.11. Skenario Kantong Parkir Kawasan Malioboro II-19
Gambar 2.12. Contoh Output Perencanaan Transportasi II-21
Gambar 2.13. Contoh Output Manajemen Rekayasa Lalu Lintas II-23
Gambar 2.14. Contoh Pemodelan Transportasi Lalu Lintas II-24
Gambar 3.1. Titik Survei Lalu Lintas III-2
Gambar 3.2. Diagram Alir Pemodelan Transportasi III-5
Gambar 4.1. Hubungan Pemberi Tugas dengan Konsultan Perencana IV-3
Gambar 4.2. Hubungan Direktur dengan Tim Ahli IV-5

vi | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro

BAB I
Pendahuluan

1.1. Latar Belakang dan Perumusan Masalah


1.1.1. Latar Belakang Permasalahan Kawasan

Perkembangan suatu kota yang sekaligus berfungsi sebagai ibukota wilayah


provinsi dan masyarakat penghuninya merupakan simbiosis yang saling terkait dan saling
mempengaruhi. Perubahan, perkembangan, dan pertumbuhan kota menuntut penyediaan
ruang, sarana dan prasarana baru sehingga sebagai implikasinya terjadi perubahan dan
pertumbuhan kebutuhan aksesibilitas transportasi. Perkembangan tersebut menuntut
adanya perencanaan transportasi yang cermat dan integral agar dapat melayani
kebutuhan aktivitas masyarakat, karena transportasi merupakan proses perpindahan
manusia dan atau barang dari satu titik ke titik yang lain dengan menggunakan moda.
Efektivitas sistem transportasi pada suatu kawasan sangat tergantung pada pola
perencanaan yang dihasilkan dalam rangka pelayanan aksesibilitas dan mobilitas
penduduk.

Kawasan Malioboro adalah salah satu sistem ruang kota di pusat kota Yogyakarta
yang memiliki fungsi sangat urgen, yaitu sebagai jantung Kota Yogyakarta, sebagai tempat
wisata utama, pusat pemerintahan provinsi, serta sebagai pusat perdagangan utama yang
paling sibuk. Pesatnya intensitas dan kompleksitas guna lahan di kawasan ini membuat
pola transportasi juga menjadi lebih lebih kompleks dan memerlukan penanganan yang
sistemik dan komprehensif.

Kawasan Malioboro sejatinya adalah satu ruas jalan yang menjadi simbol poros
filosofis Kasultanan Yogyakarta. Jalan Malioboro yang kita kenal saat ini sebenarnya terdiri
dari beberapa bagian, dipetakan dari arah selatan ke utara, sejalur dengan filosofi sumbu
imajiner Laut Selatan - Kraton Yogyakarta - Gunungapi Merapi. Perempatan Nol KM
Yogyakarta (Kantor Pos Besar) menjadi awal Malioboro. Bagian pertama adalah Jalan

I-1|Laporan Pendahuluan
Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro

Marga Mulya; dari titip perempatan kantor pos hingga depan Pasar Beringharjo dan
kawasan pecinan. Antara perempatan kantor pos hingga Ngejaman disebut sebagai Jalan
Marga Mulya Kidul, dan antara Pasar Beringharjo hingga pecinan disebut Marga Mulya Lor.
Dengan konsepsi filosofinya, tata ruang Kraton dengan adanya tugu golong gilig (Tugu Pal
Putih atau Tugu Yogyakarta) di utara dan Panggung Krapyak di selatan menggambarkan
Lingga dan Yoni yang bermakna kesuburan. Antara Tugu, Kraton dan Panggung Krapyak
yang satu garis lurus merupakan sumbu filosofinya Kraton Yogyakarta. Dikatakan sumbu
filosofi karena garis penghubung Tugu, Kraton dan Panggung Krapyak merupakan sumbu
yang nyata yang berupa jalan. Adapun sebagai sumbu imajinernya adalah dari Gunung
Merapi, Kraton, dan Laut Selatan.

Mengingat Sultan Hamengkubuwono I yang juga sebagai Sayidin Panatagama


Kalifatullah, maka konsep kosmogoni yang berbau Hinduistis tersebut diubah menjadi
konsep filosofi islam dan budaya jawa. Hubungan antara Panggung Krapyak, Kraton dan
Tugu merupakan konsep filosofi Sangkan Paraning Dumadi.Sedang hubungan Gunung
Merapi, Kraton dan Laut Selatan merupakan konsep Manunggaling Kawulo Gusti.

Dari Panggung Krapyak ke utara sampai Kraton menggambarkan seorang bayi sejak
lahir dari rahim sang ibu, menginjak dewasa, berumah tangga, sampai melahirkan kembali.
Oleh karenanya di sisi barat laut Panggung Krapyak, terdapat kampung Mijen yang berarti
“wiji” atau benih manusia. Dan tanaman di sekitarnya adalah pohon Asem dan Tanjung.
Daun asem yang masih muda namanya Sinom sehingga makna simbolisnya adalah gadis
yang masih anom (muda) akan menimbulkan rasa sengsem (tertarik) bagi lawan jenisnya
sehingga ia akan disanjung. Dari Tugu ke Kraton melambangkan perjalanan manusia
menghadap Sang Pencipta. Atas dasar konsep ini lah kemudian Gubernur DIY
mengembalikan nama jalan di wilayah tersebut, misalnya Jalan Pangeran Mangkubumi
yang awalnya bernama Jalan Margotomo, yang berarti jalan menuju keutamaan.
Kemudian disambung dengan Jalan Malioboro yang bermakna nganggo obor ajaraning
para wali. Dan Jalan Ahmad Yani awalnya bernama Jalan Margomulyo berasal dari kata
Margo yang berarti jalan dan Mulyo yang berarti kemuliaan. Sedang Jalan Trikora awalnya
bernama Pangurakan yang berasal dari kata “urak” yang berarti nggusah atau mengusir
hawa nafsu.

Jenis tanaman yang tumbuh sekelilingnya juga bermakna filosofis. Dahulu di

I-2|Laporan Pendahuluan
Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro

sepanjang Jalan Malioboro ditanami pohon Gayam (ayom) dan Asem (sengsem). Ini adalah
cara Sultan Hamengkubuwono I mengharapkan sesuatu dengan ridho Allah agar ayom-
ayem dan sengsem, yang bermakna pengayoman pemimpin Kraton kepada masyarakat,
dan masyarakat senang karena diayomi oleh pemimpinnya.

Dewasa ini kawasan Malioboro (termasuk Kraton dan sekitarnya) telah mengalami
perkembangan yang sangat pesat. Kondisi lingkungan di sekitar kawasan ini cenderung
tumbuh secara tidak teratur dan sporadis seiring dengan perkembangan pembangunan
fisik di dalam kawasan yang pesat. Malioboro telah menjadi pusat tarikan yang luar biasa,
sehingga mengakibatkan beban lalulintas yang berat hingga ke kawasan-kawasan
sekitarnya. Pertumbuhan kendaraan pribadi secara langsung juga berdampak pada
penurunan kinerja jaringan transportasi jalan di kawasan ini. Penyakit-penyakit
transportasi seperti kemacetan, kesemrawutan, kecelakaan, polusi udara dan suara
menjadi dampak negatif dari pesatnya pertumbuhan lalu lintas yang kurang terkendali.

Maka diperlukan adanya antisipasi dan perencanaan yang matang terhadap


dampak terjadinya penurunan kualitas transportasi di kawasan ini, karena sistem
transportasi perkotaan yang efektif dan efisien, aman, nyaman, selamat, tertib dan lancar,
berkelanjutan, dan berkepastian hukum seharusnya menjadi sebuah keharusan yang harus
dipertahankan dalam struktur transportasi, karena akan dapat mendukung peningkatan
aksesibilitas wilayah perkotaan dan mobilitas penduduk sehingga dapat berdampak
kelancaran distribusi barang dan jasa, yang pada akhirnya berkontribusi positif terhadap
peningkatan kemakmuran masyarakat di wilayah perkotaan.

Perlu adanya antisipasi terhadap kemungkinan terjadinya penurunan kualitas


lingkungan. Apabila hal ini tidak diantisipasi dengan segera melalui pengendalian yang
intensif, maka dikhawatirkan akan terjadi ketidakteraturan pada fungsi dan peran ruang
kawasan dikemudian hari. Bertitik tolak dari permasalahan tersebut dan sebagai langkah
awal dari proses pengendalian pengembangan dan pemanfaatan ruang di sekitar kawasan
maka perlu dilakukan penyusunan Perencanaan Penataan Transportasi di Kawasan
Malioboro Yogyakarta.

I-3|Laporan Pendahuluan
Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro

1.1.2. Latar Belakang Masalah

Pertumbuhan perekonomian di Kota Yogyakarta berimbas pada pertumbuhan


jumlah kendaraan bermotor yang tinggi. Pertumbuhan kendaraan bermotor yang tidak
berimbang dengan peningkatan kapasitas jalan berdampak pada terjadinya kemacetan di
ruas-ruas jalan di Kota Yogyakarta. Salah satu ruas jalan yang dalam kondisi kritis menuju
kemacetan adalah ruas jalan Malioboro. Hal ini terjadi terutama ketika masa liburan
panjang. Malioboro merupakan salah satu ikon pariwisata di Yogyakarta, sehingga
penanganan kawasan tersebut sedapat mungkin menambah kenyamanan wisatawan yang
berkunjung ke kawasan Malioboro. Saat ini kenyamanan di kawasan Maliboro telah
bekurang akibat jumlah kendaraan yang besar yang melalui kawasan tersebut serta
penggunaan pedestrian untuk parkir kendaraan. Menanggapi kondisi tersebut, muncul
wacana untuk mengubah kawasan malioboro menjadi kawasan pejalan kaki dengan
melakukan penutupan jalan Malioboro.

Perencanaan Penataan Transportasi di Kawasan Malioboro Yogyakarta diawali


dengan sebuah rencana pedestrianisasi di penggal jalan Malioboro – Margo Mulyo (Ahmad
Yani). Koridor jalan dengan pusat kegiatan pariwisata dan perdagangan yang dengan
tingkat mobilitas pengunjung tertinggi adalah Jalan Malioboro. Pemerintah Yogyakarta
membuat jalur khusus pejalan kaki di sepanjang koridor Jalan Malioboro - A. Yani pada
tahun 1980-an untuk memfasilitasi kebutuhan mobilitas pengunjung,namun semakin
padatnya kawasan Malioboro menjadikan jalur khusus pejalan kaki dibanjiri dengan
pedagang lima dan parkir-parkir liar. Oleh karena itu, untuk mengembalikan fungsi
kawasan pedestrian di Malioboro perlu dilakukan penataan kawasan yang
memprioritaskan pejalan kaki dan pengguna kendaraan tidak bermotor serta angkutan
umum.

Rencana pedestrianisasi diharapkan akan berfungsi sebagai daya dukung utama


destinasi kepariwisataan Malioboro, sebagai kawasan wisata yang menunjang sektor
wisata budaya, sejarah, belanja dan kuliner. Hal tersebut akan menetukan apakah
pelaksanaan pedestrianisasi akan bersifat permanen dengan segala konsekuensinya atau
akan bersifat temporer meyesuaikan sistem pergerakan yang ada sesuai dengan aktifitas
wisata, ekonomi dan pemerintahan.

I-4|Laporan Pendahuluan
Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro

Penutupan jalan Maliboro tentu berdampak pada peningkatan beban jaringan jalan
yang berada di sekitar kawasan Maliboro, untuk itu perlu disiapkan kemampuan jalan
pelingkup dan jalan ventilasi (baik dari segi kapasitas, kualitas, maupun sistem
pergerakannya), untuk bersiap menampung beban lalu lintas kendaraan yang lebih besar,
dan perlu direncanakan akses alternatif sebagai pengganti jalan Malioboro setelah
dilakukan pedestrianisasi dan dikaji pengaruh yang terjadi dengan adanya akses alternatif
tersebut terhadap kinerja jaringan jalan. Secara tata ruang perlu diantisipasi perubahan
pola tata guna lahan makro akibat adanya pedestrianisasi dan perubahan sistem
pergerakan, untuk itu juga perlu regulasi pada ruang terbuka yang terbentuk karena
adanya pedestrianisasi.

Pedestrianisasi memerlukan aspirasi dan tanggapan masyarakat terhadap


pedestrianisasi untuk meminimalisir resistensi oleh pelaku sektor informal dan disiapkan
regulasi yang dapat diterapkan kepada para pelaku di Malioboro. Selain itu perlu solusi
terhadap pergerakan barang dan bongkar muat bagi pelaku ekonomi yang membawa
beban barang dalam jumlah besar di kawasan pertokoan Malioboro juga solusi terhadap
pergerakan orang, terutama bagi pelaku ekonomi dan konsumen yang setiap hari
berkegiatan di kawasan pertokoan Malioboro.

1.1.3. Perumusan Masalah

1) Bagaimana urgensi rencana pedestrianisasi Malioboro untuk sektor


kepariwisataan?

2) Apakah rencana pedestrianisasi Malioboro bersifat permanen atau temporer?

3) Bagaimana pengaruh beban lalu lintas pada jaringan makro akibat


pedestrianisasi?

4) Apakah ada konflik kepentingan para pelaku kegiatan akibat pedestrianisasi?

5) Bagaimana pengaruh pedestrianisasi terhadap tata ruang dan lingkungan?

6) Bagaimana pengaruh pedestrianisasi terhadap aktifitas ekonomi Malioboro?

I-5|Laporan Pendahuluan
Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro

1.2. Maksud, Tujuan dan Sasaran


1.2.1 Maksud

Maksud dari studi ini adalah melakukan identifikasi, analisis dan rekomendasi
penataan transportasi di wilayah Malioboro dan sekitarnya secara komprehensif
dan terintegrasi.

1.2.1 Tujuan

Studi ini bertujuan untuk:

1) Mengetahui dan mengidentifikasi karakteristik lalu lintas dan infrastruktur


transportasi di wilayah studi.

2) Menghitung dan menganalisis lalu lintas pada wilayah studi.

3) Menganalisis infrastruktur transportasi kondisi eksisting.

4) Menyusun strategi dan rekomendasi penanganan transportasi yang


disesuaikan dengan konsep-konsep budaya dan filosofis.

1.2.1 Sasaran

Sasaran yang ingin dicapai dalam studi ini adalah tersusunnya dokumen
Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro dan sekitarnya secara
komprehensif dan integral.

1.3. Landasan Hukum


Kebijakan yang akan digunakan untuk Perencanaan Penataan Transportasi
Kawasan Malioboro ini antara lain :
1) Undang-Undang RI Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan.
2) Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang

3) Undang-Undang RI Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan.
4) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup
5) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya

I-6|Laporan Pendahuluan
Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro

6) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan

Permukiman
7) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan Daerah

Istimewa Yogyakarta
8) Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu

Lintas Jalan
9) Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1993 tentang Kendaraan dan

Pengemudi
10) Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan

Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan


Gedung Gedung
11) Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan.

12) Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan


Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Propinsi dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota
13) Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan
Penataan Ruang
14) Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 2011 tentang Manajemen dan
Rekayasa, Analisis Dampak Serta Manajemen Kebutuhan Lalu Lintas
15) Peraturan Pemerintah Nomor 79 tahun 2013 tentang Jaringan Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan
16) Peraturan Menteri Perhubungan RI Nomor KM 14 Tahun 2006 tentang

Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas di Jalan


17) Keputusan Menteri Perhubungan RI Nomor KM 60 Tahun 1993 tentang

Marka Jalan
18) Keputusan Menteri Perhubungan RI Nomor KM 61 Tahun 1993 tentang
Rambu-Rambu Lalu Lintas di Jalan
19) Keputusan Menteri Perhubungan RI Nomor KM 62 Tahun 1993 tentang

Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas


20) Keputusan Menteri Perhubungan RI Nomor KM 65 Tahun 1993 tentang
Fasilitas Pendukung Kegiatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

I-7|Laporan Pendahuluan
Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro

21) Keputusan Menteri Perhubungan RI Nomor KM 3 Tahun 1994 tentang

Alat Pengendali dan Pengaman Pemakai Jalan


22) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2007 tentang Penataan

Ruang Hijau kawasan Perkotaan


23) Standar Perencanaan Geometrik untuk Jalan Perkotaan, 1992, Direktorat

Jenderal Bina Marga, Departemen PU


24) Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997, Direktorat Jenderal Bina

Marga, Departemen PU
25) Tata Cara Perencanaan Geometrik Persimpangan Sebidang, Departemen

Kimpraswil
26) Perda Provinsi DIY No. 2 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Provinsi DIY Tahun 2009 – 2029
27) Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 1 Tahun 2007 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota Yogyakarta
Tahun 2005 – 2025
28) Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 2 Tahun 2010 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Yogyakarta Tahun 2010-2029
29) Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 2 Tahun 2012 tentang
Bangunan Gedung.

1.4. Ruang Lingkup


Wilayah studi yang menjadi objek Studi teknis dalam studi ini adalah di kawasan
Malioboro dan sekitarnya, yang meliputi dan melingkupi pada :
1) Jalan Malioboro dan jalan-jalan yang terhubung
2) Jalan Margo Utomo (Jl. P. Mangkubumi)
3) Seluruh kawasan dan jalan yang dilingkupi oleh Jalan Mataram – Jalan
Mayor Suryotomo – Jalan Brigjen Katamso – Jalan Ibu Ruswo – Alun-alun
Utara – Jalan Pekapalan- Jalan Kauman –– Jalan Wahid Hasyim -
(termasuk Jalan KHA Dahlan – Jalan Letjen Suprapto – Jalan Tentara
Pelajar – Jalan P. Diponegoro
4) Jalan Kleringan (termasuk kawasan Stasiun Tugu) dan sekitarnya

I-8|Laporan Pendahuluan
Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro

Lingkup pekerjaan dan rincian tugas dari pekerjaan Perencanaan Penataan


Transportasi Kawasan Malioboro mencakup :

1.4.1. Lingkup Kegiatan

Lingkup kegiatan studi ini secara hirarkis meliputi tahapan berikut ini :

1) Menelaah literatur dan hasil studi yang telah ada yang terkait langsung
dengan penanganan transportasi di kawasan Malioboro dan sekitarnya.

2) Melakukan kompilasi data sekunder dan instansional terkait.

3) Melakukan kompilasi data primer, antara lain : survey data lalu lintas,
pola tata ruang dan bangunan, kondisi sosial, aspek budaya dan ekonomi.

4) Melakukan perhitungan dan analisis data primer, yang meliputi :

a) Analisis lalulintas.

b) Analisis tata guna lahan.

c) Analisis tata ruang dan bangunan.

d) Analisis sosial dan budaya.

e) Analisis ekonomi pembangunan.

5) Melakukan skenario penanganan.

6) Menyusun strategi dan rekomendasi penataan transportasi secara


komprehensif dan integral.

7) Menyusun laporan kegiatan.

1.4.2. Lingkup Studi Transportasi – Lalu Lintas


1) Wilayah Studi ini dilakukan di kawasan Malioboro yang melingkari
rencana Pedestrianisasi Jalan Malioboro – Jalan Margo Mulyo (Jend. A.
Yani) meliputi Jalan Mataram – Jalan Mayor Suryotomo – Jalan Brigjen
Katamso – Jalan Ibu Ruswo – Alun-alun Utara – Jalan Pekapalan- Jalan
Kauman –– Jalan Wahid Hasyim - Jalan KHA Dahlan – Jalan Letjen
Suprapto – Jalan Tentara Pelajar – Jalan P. Diponegoro
2) Studi ini menggunakan mikrosimulasi dan simulasi yang dilakukan

I-9|Laporan Pendahuluan
Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro

meliputi lalu lintas kendaraan bermotor, angkutan umum, dan kendaraan


tidak bermotor.
3) Titik kantong parkir dalam pemodelan disimplifikasi menjadi ujung dari
jaringan jalan di mana kantong parkir itu berada.
4) Analisis dilakukan berdasarkan hasil pemodelan yang berupa kinerja
jaringan jalan meliputi besar panjang antrian, titik-titik kritis kemacetan
dan waktu tundaan yang terjadi.

Gambar 1.1. Wilayah Lingkup Studi Transportasi – Lalu Lintas


Sumber : analisis studio, 2014

I - 10 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro

1.4.3. Lingkup Studi Tata Guna Lahan, Tata Ruang dan Bangunan
Wilayah Studi Tata Guna Lahan, Tata Ruang dan Bangunan ini dilakukan di
kawasan Malioboro yang sepanjang rencana Pedestrianisasi Jalan Malioboro
– Jalan Margo Mulyo (Jend. A. Yani) dengan batas area :
1) Sebelah Utara : Jalan Pasar Kembang – Jalan Abubakar Ali
2) Sebelah Selatan : Jalan Kauman – Jalan Ibu Ruswo
3) Sebelah Timur : Jalan Suryotomo – Jalan Mataram
4) Sebelah Barat : Jalan Bhayangkara – Jalan Gandekan Lor

Gambar 1.2. Wilayah Lingkup Studi Tata Guna Lahan, Tata Ruang dan Bangunan
Sumber : analisis studio, 2014

I - 11 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro

1.4.4. Lingkup Studi Sosial, Budaya dan Ekonomi


Wilayah Studi Sosial, Budaya dan Ekonomi ini dilakukan di kawasan Malioboro
yang sepanjang rencana Pedestrianisasi Jalan Malioboro – Jalan Margo
Mulyo (Jend. A. Yani) termasuk sirip – sirip jalan yang melingkupinya Jalan
Pasar Kembang, Jalan Abu Bakar Ali, Jalan Sosrowijayan, Jalan Perwakilan,
Jalan Dagen, Jalan Pajeksan, Jalan Suryatmajan, Jalan Beskalan, Jalan
Ketandan, Jalan Reksobayan dan Jalan Pabringan.

Gambar 1.3. Wilayah Lingkup Studi Sosial, Budaya dan Ekonomi Pembangunan
Sumber : analisis studio, 2014

I - 12 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro

1.5. Kerangka Pemikiran


PERENCANAAN
PENATAAN
TRANSPORTASI
KAWASAN
MALIOBORO

DATA PRIMER :
DATA SEKUNDER : - SURVEI LALU LINTAS
- KEBIJAKAN / REGULASI - SURVEI RUAS JALAN
KEBIJAKAN
(UU, PERDA, PERWAL,…) - SURVEI KENDARAAN
PEDESTRIANISASI
- RENCANA - RENCANA - SURVEI PARKIR
MALIOBORO
(RTRW, RTR, RTBL, - SOSIALISASI &
RPJMD, SAYEMBARA,…) WAWANCARA PELAKU
- STUDI-STUDI LAIN KEGIATAN

STUDI PEDESTRIANISASI
TERHADAP SISTEM
TRANSPORTASI
DENGAN
PEMODELAN LALU
LINTAS

ANALISIS

ANALISIS/REVIEW KEBIJAKAN RENCANA TATA GUNA LAHAN, TATA RUANG & BANGUNAN
TERHADAP PEMODELAN SKENARIO SISTEM TRANSPORTASI

ANALISIS PENANGANAN DAMPAK MASALAH SOSIAL, BUDAYA & EKONOMI


TERHADAP PEMODELAN SKENARIO SISTEM TRANSPORTASI
(SISTEM PARKIR, PKL, PENGEMUDI KTB, DLL)

REKOMENDASI

REKOMENDASI PERENCANAAN :
- MASTER PLAN PERENCANAAN PENATAAN TRANSPORTASI KAWASAN MALIOBORO
- PENTAHAPAN RENCANA AKSI PEDESTRIANISASI MALIOBORO

REKOMENDASI KEBIJAKAN :
PENANGANAN TRANSPORTASI KAWASAN MALIOBORO & PENGENDALIAN RENCANA

Gambar 1.4. Diagram Kerangka Pemikiran


Sumber : analisis studio, 2014

I - 13 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro

BAB II
Tanggapan Terhadap KAK

2.1. Pedestrianisasi Malioboro


Dari uraian Kerangka Acuan Kerja, diterjemahkan bahwa Perencanaan Penataan
Transportasi Kawasan Malioboro ini lebih dititik beratkan untuk mengendalikan
transportasi, sebagai dampak pengembangan Pedestrianisasi Malioboro, serta menciptakan
lingkungan yang tertata, berkelanjutan, berkualitas serta menambah vitalitas ekonomi
masyarakat yang dapat memenuhi kepentingan atau aspirasi para pelaku pembangunan
(stakeholders) setempat. Pengembangan pedestrianisasi di kawasan Malioboro diperlukan
untuk mendukung kawasan Malioboro sebagai kawasan pusat kegiatan ekonomi, sosial,
pusaka (heritage) dan rekreatif. Studi ini bertujuan untuk mengidentifikasi potensi dan
permasalahan pengembangan pedestrianisasi dalam mendukung kota Yogyakarta sebagai
kota pendidikan dan pariwisata berbasis budaya.

2.1.1. Studi Terdahulu Pedestrianisasi Malioboro

1) Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Malioboro (2013)


Wacana menjadikan Kawasan Malioboro Yogyakarta sebagai area pejalan kaki
penuh sudah lama didengungkan dan sudah tercantum pada Perda Kota
Yogyakarta No. 2 Tahun 2010 tentang Rencana tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota
Yogyakarta pasal 80, yang mengarahkan Jl. Malioboro – Jl. Ahmad Yani bersama-
sama dengan Jl. Mangkubumi sebagai area khusus pejalan kaki.
Penyusunan RTBL Malioboro dengan visi Malioboro Mewujudkan Kawasan
Malioboro Sebagai Pusat Pelayanan Jasa yang Berbasis Budaya, Humanis,
Berwawasan Lingkungan dan Berkelanjutan. Visi ini didasari dari penyelesaian tiga
masalah utama Malioboro meliputi masalah pencemaran udara dan air, degradasi
lahan dan kualitas lingkungan, serta hilangnya citra kota. Oleh karena itu, salah

II - 1 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro

satu turunan panduan rancang dalam RTBL tersebut adalah mewujudkan Kawasan
Malioboro sebagai area pejalan kaki yang manusiawi.
Prinsip pengembangan komponen sistem sirkulasi dan jalur penghubung
antara lain :
a) Menetapkan Jl. Malioboro – Jl. A. Yani sebagai kawasan semi pedestrian,
sehingga diberlakukan area bebas kendaraan bermotor secara bertahap.
b) Pengaturan sistem sirkulasi searah di jalan pelingkup dan jalan ventilasi
untuk mengurangi beban dan memperlancar pergerakan pedestrian dan
kendaraan.
c) Meningkatkan kualitas badan jalan untuk kenyamanan pergerakan.
d) Mempertegas amenity zone (seperti zona pejalan kaki) dengan
menggunakan elemen vertikal sebagai street furniture seperti pepohonan,
bangku taman berskala manusia
e) Mendesain zona pedestrian yang dekoratif melalui pemilihan material luar
(paving blok).
f) Menata unsur pendukung dan perlengkapan pergerakan, seperti rambu-
rambu, papan penanda (signage), dan moda transportasi yang mendukung
karakter kawasan.
g) Mengembangkan jalur pejalan kaki yang terpisah dengan jalur kendaraan
bermotor.
h) Mengembangkan titik-titik transit dalam radius kenyamanan pejalan kaki
(400-500m), serta keterpaduannya dengan sistem transportasi kota.

II - 2 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro

Gambar 2.1. Pedestrian Malioboro RTBL


Sumber : RTBL Malioboro, 2013

2) Rencana Revitalisasi Stasiun Tugu dan Pedestrianisasi Malioboro - Yachiyo


Engineering (2013)
Rencana program ini bukan hanya sekedar memecahkan kepadatan dan
mengantisipasi kemacetan di Malioboro, tetapi bagaimana potensi tanah-tanah
yang ada di kawasan lingkungan stasiun bisa dimanfaatkan secara maskimal untuk
dapat memberikan sumbangan pada pertumbuhan ekonomi dan peningkatan
kesejahteraan masyarakat. Jadi pembangunan kawasan Malioboro dan Stasiun
Tugu tidak sekadar untuk memecahkan persoalan di Malioboro, program ini juga
bertujuan mengoptimalkan fungsi tanah-tanah milik PT KAI agar memiliki nilai
ekonomis untuk pertumbuhan ekonomi DIY.
Stasiun Tugu Yogyakarta akan dikembangkan menjadi sentra meeting point
dengan berbagai fasilitas komersial dan terintegrasi dengan kawasan Malioboro.
Stasiun Tugu juga akan memperluas area parkir dan area untuk penumpang.
Pengembangan Stasiun Tugu ini diharapkan bisa memberikan andil dalam
penyelesaian sempitnya lahan parkir. Ini sekaligus juga dimaksudkan untuk

II - 3 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro

mengatur tata kota khususnya di kawasan Malioboro. Stasiun Tugu juga akan
dikembangkan untuk menjadi pusat perkantoran, pertokoan dan perhotelan.
Konsepnya pengunjung stasiun maupun yang ingin menuju Malioboro, bisa
memarkir kendaraan di basement stasiun yang akan langsung terhubung dengan
area parkir Abu Bakar Ali.

Gambar 2.2. Pedestrian Malioboro


Sumber : Yachiyo Engineering / Bappeda DIY, 2014

3) GIZ – Rencana Komprehensif Jangka Pendek Implementasi Program


Pedestrianisasi Malioboro (2014)
GIZ (Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit), BAPPENAS
dan Kementerian Perhubungan telah bekerja sama untuk memperbaiki kondisi
untuk transportasi perkotaan di Indonesia baik di tingkat nasional dan kota-kota.
Studi ini tentang rekomendasi usulan penataan lalulintas, berdasarkan
pedestrianisasi RTBL Malioboro, dengan usulan mitigasi penataan lalu-lintas untuk
mengantisipasi dampak meliputi:

a) Intensifikasi Transport Demand Management (TDM), Intensifikasi TDM adalah


faktor utama pendukung untuk pedestrianisasi di Malioboro diperlukan dalam

II - 4 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro

bentuk memprioritaskan angkutan umum dan meningkatkan tarif parkir

b) Menjadikan seluruh Jalan Bhayangkara menjadi 2 arah (Jangka panjang),


bertujuan untuk memecah arus dari Jalan Bhayangkara dan Mataram.

c) Menjadikan sebagian Jalan Bhayangkara menjadi 2 arah dari Pertigaan RS PKU


hingga pertigaan Reksobayan (Jangka pendek), bertujuan untuk tetap
memberikan alternatif sirkulasi keluar bagi kendaraan bermotor. Hal ini perlu
dilakukan untuk memecah kepadatan di Pabringan, dan mencegah lalu-lintas
berputar yang tidak perlu.

d) Traffic calming secara masif dengan mengganti perkerasan jalan dengan batu
kali atau paving blok. Agar lebih mengurangi laju kendaraan trough traffic,
perlambatan diperlukan guna melemahkan dan memperlambat kendaraan
bermotor.

e) Memberikan Sinyal Red All bagi pejalan kaki pada simpang titik nol, dengan
mengubah Jalan Pangurakan satu arah ke selatan Untuk lebih meningkatkan
kualitas simpang titik nol, fasekendaraan bermotor dapat dibuat menjadi 1
fase (belok kanan permisif), atau 2 fase (belok kanan terproteksi).

f) Melakukan perubahan geometri pada pertigaan Ngejaman guna memperlancar


manuver kendaraan yang ingin berbelok kearah Reksobayan, geometri
ngejaman perlu dikepras dengan tetap mempertahankan fisik jam antik.

g) Melakukan perubahan geometri pertigaan RS PKU dan Titik Nol Geometri


Simpang di pertigaan RS PKU dan Titik Nol diharapkan dapat menjadi lebih
efektif dan efisien dalam mengakomodasi pergerakan kendaraan dengan
mengecilkan R. Namun, di sisi lain juga memberikan dampak positif bagi
pejalan kaki dengan memendekan jarak untuk menyeberang dari satu kaki
simpang ke kaki simpang lainnya.

h) Selain itu solusi pendukungnya adalah memindahkan halte Transjogja dari


depan Vredeburg, penggal jalan Malioboro sebelum Pasar Beringhardjo,
menyediakan lahan parkir sementara di pasar senthir dan menghapuskan
hambatan samping di pasar sepatu Jalan Mataram.

II - 5 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro

4) Sayembara Penataan Malioboro


Penataan Malioboro, memang mengacu pada sejumlah konsep filosofis,
estetika, aksebilitas dan kelestarian cagar budaya. Sayembara desain penataan
digunakan untuk memperkaya dan menampung aspirasi penataan Malioboro, agar
ruas jalan itu kembali nyaman bagi pejalan kaki.
Sayembara ini memiliki empat syarat utama, yaitu pemahaman sejarah, ide,
hubungan ide dan filosofis, dan visualisasi presentasi. Ide dasar penataan yang
diangkat Tim Pemenang berasal dari filosofi hubungan antara Tuhan dengan
manusia dan manusia dengan ruang. Konsep Teras Budaya ini tampaknya ingin
menjabarkan konsep filosofis Hamemayu-Hayuning Bawana ke dalam konsep
ruang. Desain penataannya adalah dengan mengintegrasikan nilai-nilai imanensi
(hubungan antarmanusia dengan ruang) dan transendental (hubungan manusia
dengan Tuhan). Karena Malioboro ini adalah ruang jalan, maka diturunkan fungsi
suangnya sebagai Teras Budaya Kraton. Direncanakan ada 31 poin perencanaan
dimulai dari titik Monumen Tugu hingga Titik Nol Kilometer. Penataan juga
melihat keinginan dari penghuni kawasan Malioboro dengan observasi ke
lapangan. Sehingga penataan juga melihat kebutuhan pedagang kaki lima. Bahkan
penataan kawasan dilakukan di beberapa bangunan cagar budaya. Dari titik-titik
Tugu disesuaikan dengan diorama Tugu. Karena kawasan adalah sebuah sistem,
maka yang diperkuat adalah sistemnya. Di setiap penggal jalan banyak sekali
perencanaan dituangkan di sana, sehingga aspirasi masyarakat pun tertampung.
Pemenang tidak secara otomatis semua gagasannya akan diimplementasikan
dalam pelaksanaann penataan Malioboro. Konsepnya akan menjadi Grand Design
yang akan dipadukan dengan karya-karya yang lain sesuai kebutuhan. Misalnya
konsep penataan Malioboro sebagai kawasan pedestrian atau area khusus bagi
pejalan kaki masih perlu dimatangkan dalam implementasinya.

II - 6 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro

Gambar 2.3. Pedestrian Malioboro – Teras Budaya


Sumber : Pemenang 1 Sayembara Penataan Kawasan Malioboro, 2014

2.1.2. Tinjauan Kawasan Malioboro

1) Lalu Lintas

Kawasan Malioboro dan ruas jalan yang melingkupinya telah ditetapkan


statusnya dalam Keputusan walikota No 214/KEP/2013, status jalan ini akan
mempengaruhi pengembangan selanjutnya, Jalan Kolektor Sekunder meliputi :
Jalan Abu Bakar Ali, Jalan Pasar Kembang, Jalan Malioboro, Jalan Margo Mulyo
(Jend. A. Yani), Jalan Mataram, Senopati, Jalan KHA Dahlan dan Jalan Lokal
meliputi : Jalan Sosrowijayan, Jalan Perwakilan, Jalan Dagen, Jalan Pajeksan, Jalan
Suryatmajan, Jalan Beskalan, Jalan Ketandan, Jalan Reksobayan dan Jalan
Pabringan.

Di kawasan Maliboro Kota Yogyakarta parkir menjadi lahan bisnis, yakni bagi
pengelola pusat perbelanjaan dengan fasilitas parkir yang biasa disebut parkir
swasta, dan bagi pemerintah daerah sebagai variabel pendapatan asli daerah
(PAD) lewat retribusi parkir di tepi jalan umum (TJU) dan retribusi tempat khusus

II - 7 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro

parkir (TKP). Oleh karena itu, Pemerintah Kota Yogyakarta menetapkan Perda No.
18 Tahun 2009 tentang Perparkiran, Perda No. 19 Tahun 2009 tentang Retribusi
Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum dan Perwal no.8 tahun 2012 tentang tupoksi
unit pelayanan teknis malioboro . Mulai tahun 2010 Pemerintah Kota Yogyakarta,
sesuai Perda Perparkiran, Perda Retribusi Parkir Tepi Jalan dan Perwal no.8 tahun
2012 tentang tupoksi unit pelayanan terpadu malioboro, memberlakukan kenaikan
tarif parkir untuk semua jenis kendaraan, menyederhanakan kawasan, dan
menambah porsi bagi hasil pungutan retribusi parkir kepada juru parkir. Dengan
kebijakan ini diharapkan penerimaan retribusi parkir meningkat, pelayanan parkir
lebih aman dan nyaman, dan arus lalu lintas lancar.

2) Tata Guna Lahan

Sebagai pusat kota dan salah satu tujuan wisata di Yogyakarta dengan adanya
rencana pedestrianisasi di sepanjang Malioboro menjadikan kawasan tersebut
menjadi lebih nyaman bagi pejalan kaki, akan tetapi di sisi lain menimbulkan
dampak lalulintas dan dampak sosial yang tinggi, maupun dampak dari sisi yang lain,
diharapkan dengan Perda DIY No. 6 2013 tentang RPJMD 2012–2017 sebagai
pedoman, penataan kawasan ini terkait pedestrianisasi, parkir dan penataan
bangunan cagar budaya serta penataan kawasan pendukung kawasan inti
Malioboro dapat segera dilaksanakan.

Model yang digunakan dalam tata ruang wilayah DIY adalah pemusatan
intensitas kegiatan manusia pada suatu koridor tertentu yang berfokus pada Kota
Yogyakarta dan jalan koridor sekitarnya. Dalam konteks ini, aspek pengendalian dan
pengarahan pembangunan dilakukan lebih menonjol dalam koridor prioritas,
terhadap kegiatan investasi swasta, dibandingkan dengan investasi pembangunan
oleh pemerintah yang dengan sendirinya harus terkendali. Untuk mendukung
aksesibilitas global wilayah DIY, maka diarahkan pengembangan pusat-pusat
pelayanan antara lain Pusat Kegiatan Nasional (PKN)/Kota Yogyakarta, Pusat
Kegiatan Wilayah (PKW) Sleman, PKW Bantul, dan Pusat Kegiatan Lokal (PKL).
Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2010 tentang RTRW Prov DIY 2009-2029
mengatur pengembangan tata ruang di DIY.

II - 8 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro

3) Tata Ruang dan Bangunan

Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kawasan Malioboro sudah


disusun oleh Pemerintah Kota Yogyakarta mengikuti arahan dari Perwal No. 25
Tahun 2013 sebagai pengganti RDTR Kota Yogyakarta. Di dalam dokumen
perencanaan tersebut diatur beberapa panduan rancangan yang bisa dijadikan
pertimbangan dan/atau acuan peserta dalam membuat desain karya. Kandungan
dari RTBL Kawasan Malioboro yang bisa menjadi bahan pertimbangan dan/atau
acuan peserta diantaranya:

a) Struktur Peruntukan Lahan;

Koridor Jalan Malioboro dan Jalan Margo Mulyo memiliki fungsi sebagai lahan
komersial perdagangan dan jasa, kompleks perkantoran dan fungsi kawasan
lindung cagar budaya.

b) Intensitas Pemanfaatan Lahan (koridor jalan);

1. Koefisien Dasar Bangungan (KDB) : Untuk fungsi komersial antara 80%-


90%; untuk fungsi perkantoran antara 80%-90%; dan untuk fungsi cagar
budaya maksimal 80%

2. Koefisien Lantai Bangunan (KLB) : Untuk fungsi komersial antara 4,5 –


6,4; untuk fungsi perkantoran antara 3,6 – 4,8; dan untuk fungsi cagar
budaya maksimal 2,4.

3. Koefisien Dasar Hijau (KDH) : Untuk fungsi komersial dan fungsi


perkantoran antara 5%-10%; dan untuk fungsi cagar budaya maksimal
10%

4. Tinggi Bangunan (TB) : Sepanjang jalan dari Tugu sampai dengan


perempatan Kantor Pos, selain bangunan cagar budaya yang sudah ada,
ketinggian bangunan di kiri dan kanan jalan tersebut maksimal 18 meter
sampai kedalaman 60 meter dari garis batas luar ruang milik jalan
(RUMIJA) dan memenuhi ketentuan untuk membentuk sudut 45o dari
jalan.

5. Garis Sempadan Bangunan (GSB) : Besaran garis sempadan bangunan


pada Jalan Malioboro dan Jalan Margo Mulyo dengan kelas jalan kolektor

II - 9 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro

sekunder, lebar RUMIJA 22 meter, sempadan bangunan 4 meter.

c) Tata Bangunan;

Orientasi bangunan di Kawasan Malioboro dihadapkan ke arah jalan di


depannya.

Panduan rancangan arsitektur wajah depan bangunan pada sisi kiri-kanan


sumbu filosofi (Kraton sampai Tugu) pada Kawasan Cagar Budaya Malioboro
memakai pola arsitektur lestari asli dengan gaya arsitektur Indische dan
arsitektur Cina.

d) Ruang Terbuka dan Tata Hijau;

1. Sistem pepohonan dan tata hijau melalui pemilihan tanaman khas/lokal

di Yogyakarta yang memperkuat nilai luhur sumbu filosofi.

2. Sistem pepohonan dan tata hijau pada koridor jalan utama (Jalan

Malioboro dan Jalan Margo Mulyo) diatur pada median atau pulau jalan
dan tanaman perindang.

4) Sosial dan Budaya

Berdasarkan Perwal No. 8 Tahun 2012, Unit Pelaksana Teknis Pengelolaan


Kawasan Malioboro merupakan unsur pelaksana di lingkungan Dinas Pariwisata
dan Kebudayaan Kota Yogyakarta yang kedudukannya untuk menunjang
operasional Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Yogyakarta dalam pengelolaan
Kawasan Malioboro.

Unit Pelaksana Teknis Pengelolaan Kawasan Malioboro atau disingkat UPT


Malioboro adalah untuk menunjang operasional Dinas dalam pengelolaan Kawasan
Malioboro yang dipimpin oleh seorang Kepala yang berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. UPT Malioboro mempunyai fungsi
pengelolaan pariwisata, kebersihan, keindahan pemeliharaan sarana prasarana,
pembinaan ketentraman dan ketertiban, usaha perdagangan, penataan kawasan
parkir dan transportasi yang berada di Kawasan Malioboro. Selain itu UPT Malioboro
melakukan sosialisasi adanya kebijakan Pemerintah Kota Yogyakarta yang terkait
dengan Kawasan Malioboro.

II - 10 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro

Malioboro adalah Kawasan Cagar Budaya, Lahirnya Undang-Undang Nomor 11


tahun 2010 tentang Cagar Budaya tentu membawa konsekuensi logis dan yuridis
bagi kehidupan bernegara dan bermasyarakat. Dalam ketentuan umum UU CB
11/2010 pasal 1 angka 1 disebutkan tentang pengertian cagar budaya. Yang
dimaksud dengan Cagar budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa
Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, Struktur Cagar Budaya, Situs Cagar
Budaya, dan Kawasan Cagar Budaya di darat dan/atau di air yang perlu dilestarikan
keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan,
pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan melalui proses penetapan. Dari
pengertian tersebut, ada 4 (empat) hal penting yang melekat dan menjadi titik
penekanan tentang cagar budaya yaitu: 1) bersifat kebendaan, 2) perlu dilestarikan,
3) memiliki nilai penting, dan 4) proses penetapan. Sedangkan yang dimaksud
dengan Kawasan Cagar Budaya menurut UU CB 11/2010 pada pasal 1 poin 6 Yaitu
Kawasan Cagar Budaya adalah satuan ruang geografis yang memiliki dua Situs Cagar
Budaya atau lebih yang letaknya berdekatan dan/atau memperlihatkan ciri tata
ruang yang khas.

Kawasan Malioboro telah ditetapkan oleh Pemerintah Kota Yogyakarta sebagai


Kawasan Cagar Budaya, menurut Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II
Yogyakarta Nomor 6 tahun 1994 tentang Rencana Umum Tata Ruang Kota
Yogyakarta. Hal tersebut berkaitan erat dengan keberadaan tempat bersejarah
bernilai budaya, pariwisata dan untuk kepentingan studi. Dengan adanya penetapan
sebagai kawasan cagar budaya maka wajib dijaga kelestariannya. Upaya penjagaan
kawasan cagar budaya juga merujuk pada Perda DIY nomor 11 tahun 2005 tengan
pengelolaan kawasan cagar budaya dan benda cagar budaya, pasal 1 ayat 10, yaitu
didefinisikan sebagai upaya-upaya untuk mempertahankan benda dari proses
kerusakan dan kemusnahan sehingga tetap terjaga keberadaannya baik secara fisik
maupun nilai yang terkandung didalamnya.

II - 11 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro

5) Ekonomi

Kawasan Malioboro yang terletak pada jantung Kota Yogyakarta, merupakan


kawasan komersial yang tidak hanya memiliki potensi strategis perdagangan namun
juga sarat akan potensi wisata, yang menjanjikan harapan yang menggembirakan
bila dikelola dengan baik. Banyak fasilitas yang terdapat di kawasan ini sehingga
memberikan nilai tambah kawasan yang pada mulanya merupakan fungsi sosial
untuk kemudian berkembang sebagai kawasan wisata. Pariwisata sebagai
pendorong kegiatan ekonomi tersebut dalam Peraturan Daerah tentang Rencana
Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Tahun 2012-2025 dengan visi Terwujudnya Yogyakarta sebagai Destinasi Pariwisata
berbasis budaya terkemuka di Asia Tenggara, berkelas dunia, berdaya saing,
berkelanjutan, mampu mendorong pembangunan Daerah untuk kesejahteraan
masyarakat. Arah kebijakan pembangunan Fasilitas Kepariwisataan peningkatan
kualitas Fasilitas Kepariwisataan yang mendorong pertumbuhan, meningkatkan
kualitas dan daya saing Kawasan Kraton - Malioboro dan sekitarnya sebagai kawasan
Wisata berbasis budaya dan kehidupan perkotaan.

Koridor Jalan Malioboro merupakan jalur yang digunakan sebagai kawasan


perdagangan pada masa sebelum kemerdekaan hingga masa setelah
kemerdekaaan. Koridor Jalan Malioboro sebagai bagian dari struktur tata ruang
pada zaman keraton, kemudian dikembangkan sebagai daerah perdagangan oleh Sri
Sultan HBW I pada tahun 1758 Pada mulanya, bangunan dengan gaya kolonial,
pecinan dan tradisonal Jawa mendominasi sepanjang Koridor Jalan Malioboro,
tetapi kini perlahan mulai tumbuh bangunan-bangunan modern seperti pertokoan,
Mal Malioboro, minimarket dan elemen-elemen pelengkap bangunan yang mulai
bergaya modern. Kawasan Malioboro sebagai salah satu kawasan wisata belanja
andalan kota Jogja, ini didukung oleh adanya pertokoan, rumah makan, pusat
perbelanjaan, dan tak ketinggalan para pedagang kaki limanya. Untuk pertokoan,
pusat perbelanjaan dan rumah makan yang ada sebenarnya sama seperti pusat
bisnis dan belanja di kota-kota besar lainnya, yang disemarakan dengan nama merk
besar dan ada juga nama-nama lokal. Barang yang diperdagangkan dari barang
import maupun lokal, dari kebutuhan sehari-hari sampai dengan barang elektronika,

II - 12 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro

mebel dan lain sebagainya. Hal itu terkait dengan faktor pemasangan reklame

Pemerintah Kota Yogyakarta akan berupaya untuk terus menjaga ketertiban di


kawasan Malioboro, tidak hanya pemasangan reklame, namun juga ketertiban
pelaku usaha di kawasan tersebut, termasuk sarana dan prasarana lainnya,
penertiban reklame toko agar sesuai Peraturan Wali Kota Yogyakarta Nomor 85
Tahun 2011 tentang pemasangan reklame di Malioboro sedangkan penertiban
reklame di atap gedung merujuk pada Peraturan Wali Kota Yogyakarta Nomor 26
Tahun 2010 tentang Masterplan Pemasangan Reklame dan Alat Peraga.

Pedagang kaki lima sebagai pelaku ekonomi kegiatan usaha perdagangan atau
jasa, yaitu melayani kebutuhan barang-barang atau makanan yang dikonsumsi
langsung oleh konsumen, yang dilakukan cenderung berpindah-pindah dengan
kemampuan modal yang kecil/terbatas, dalam melakukan usaha tersebut
menggunakan peralatan sederhana dan memiliki lokasi di tempat-tempat umum
(terutama di atas trotoar atau sebagian badan jalan), dengan tidak mempunyai
legalitas formal. Dampak Keberadaan PKL cukup positif bagi daerah yaitu :
Memberikan lapangan pekerjaan, berpartisipasi meningkatkan Pendapatan Asli
Daerah, Ikut meningkatkan pendapatan retribusi daerah dan menjadi potensi
pariwisata yang cukup menjanjikan.

Pemerintah Kota Yogyakarta memberikan izin untuk mendirikan sebuah Lapak


Kaki Lima berdasarkan pasal 7 ayat 1 sampai 4 dan perwal Yogyakarta No. 37 tahun
2010 Pasal 11 Perwal No 62 Tahun 2009 Tentang Perubahan Perwal Yogyakarta
Nomor 45 Tahun 2007 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota
Yogyakarta Nomor 26 Tahun 2002 Tentang Penataan Pedagang Kaki Lima. Dengan
adanya izin dari pemerintah maka sudah dapat dipastikan bahwa para PKL yang
berjualan di Kawasan Malioboro tersebut legal dan diakui. PKL yang di akui oleh
pemerintah Kota setempat dengan adanya izin tersebut dapat dengan laluasa
menjajakan dagangannya kepada parawisatawan yang berkunjung di Kawasan
Malioboro. Dengan adanya PKL di Kawasan Malioboro, pemerintah mengharapkan
masyarakat sekitar juga para wisatawan dengan mudah mendapatkan barang-
barang khas Kota Yogyakarta yang dipasarkan oleh para PKL tersebut. Pemerintah
Kota Yogyakarta telah mengatur PKL Malioboro dengan Peraturan Walikota yang

II - 13 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro

secara khusus mengatur PKL Malioboro. Peraturan tersebut adalah Peraturan


Walikota Yogyakarta Nomor 37 Tahun 2010 tentang Penataan Pedagang Kaki Lima
Kawasan Khusus Malioboro – A. Yani (selanjutnya disebut Perwal Kota Yogyakarta
Nomor 37 Tahun 2010).

2.1.3. Rencana Pedestrianisasi Malioboro

1) Pedestrian Untuk Pejalan Kaki Kawasan Malioboro

a) Tinjauan Definisi Pedestrian

Pedestrian berasal dari Bahasa Yunani, pedos, yang berarti kaki, sehingga
pedestrian diartikan sebagai pejalan kaki atau orang yang berjalan kaki. Sedangkan
jalan adalah media di atas bumi yang memudahkan manusia dalam tujuan berjalan.
Jadi dalam hal ini, pedestrian mempunyai arti pergerakan atau perpindahan orang
atau manusia dari satu tempat sebagai titik tolak ke tempat lain sebagai tujuan
dengan menggunakan moda jalan kaki. Menurut Hamid Shirvani, 1985 dalam buku
yang berjudul The Urban Design Process, jalur pejalan kaki merupakan elemen
penting dari desain urban yang mendukung sistem kenyamanan pergerakan;
menawarkan sistem human scale (skala manusiawi), dan juga untuk memperbaiki
kualitas udara; elemen pedestrian mendukung ruang publik supaya lebih menarik
dan lively; mempertimbangkan fungsi dan kebutuhan, kenyamanan fisik dan
psikologis pengguna; koneksi jalur pedestrian dengan sistem pergerakan kendaraan;
untuk meningkatkan pergerakan pedestrian, harus mempertimbangkan dukungan
aktivitas sepanjang jalur serta perabot jalannya; promosi aspek keamanan dan
aktivitas komersial; fleksibilitas desain fisik dan manajemen sirkulasi; dipengaruhi
macam fasilitas dan letak/ posisinya di sepanjang jalur tersebut; koordinasi macam
fasilitas dan pola keterkaitan penggunaannya; mengandung aspek estetika dan
budaya; kesesuaian, skala, material, jumlah, variasi, durabilitas dari perabot jalan
dan dipengaruhi pergerakan dan aktivitas pedestrian sepanjang jalur.

Jalur pejalan kaki, yaitu lintasan yang diperuntukkan untuk berjalan kaki, dapat
berupa trotoar (DPU, 1999). Trotoar adalah jalur pejalan kaki yang terletak pada
jalan yang diberi lapisan permukaan dengan elevasi yang lebih tinggi dari permukaan

II - 14 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro

perkerasan jalan dan sejajar dengan jalur lalu lintas kendaraan (DPU, 1999).
Pedoman teknik perencanaan jalur pejalan kaki ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan (DPU, 1999 ):

1) Lebar efektif, untuk satu orang minimum 60 cm ditambah 15 cm untuk


bergoyang (membawa barang), jadi untuk dua orang minimum 150 cm.

2) Tinggi ruang bebas tidak kurang dari 2,2, meter dan kedalaman bebas tidak
kurang dari 1 meter, diukur dari permukaan trotoar.

3) Pemasangan utilitas harus mempertahankan ruang bebas trotoar.


Pemasangan lampu bersifat tetap, cahaya lampu cukup terang agar
memudahkan pengguna jalan berjalan atau menyeberang di waktu
gelap/malam hari dan cahaya lampu tidak membuat silau.

4) Trotoar harus diberi peneduh. Jenis peneduh: pohon pelindung, atap. 5.


Penempatan dan dimensi rambu sesuai dengan spesifikasi rambu. 6. Pagar
pembatas perlu dibuat:

1. Apabila volume pejalan kaki di satu sisi jalan sudah > 450
orang/jam/lebar efektif (dalam meter).

2. Apabila volume kendaraan sudah > 500 kendaraan/jam.

3. Apabila kecepatan kendaraan > 40 km/jam

4. Bahan pagar bisa terbuat dari konstruksi bangunan atau tanaman.

Peraturan tersebut di atas saat ini telah dikembangkan menjadi Peraturan


Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 03/PRT/M/2014 Tentang Pedoman Perencanaan,
Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana Dan Sarana Jaringan Pejalan Kaki Di
Kawasan Perkotaan

1. Pasal 7

1) Teknik perencanaan prasarana dan sarana jaringan pejalan kaki sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 3 huruf d dilakukan sesuai dengan fungsi jalan.

2) Teknik perencanaan prasarana dan sarana jaringan pejalan kaki sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:

II - 15 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro

a. segregasi;

b. integrasi; dan

c. separasi.

2. Pasal 8

Ruang jalur pejalan kaki merupakan ruang yang diperlukanpejalan kaki untuk
berdiri dan berjalan yang dihitungberdasarkan dimensi tubuh manusia pada
saat membawa barang atau berjalan bersama dengan pejalan kaki lainnyabaik
dalam kondisi diam maupun bergerak.

3. Pasal 10

Penyediaan prasarana jaringan pejalan kaki dilakukandengan


mempertimbangkan:

a. karakteristik sistem transportasi dan pergantian modaserta pusat


kegiatan;

b. karakteristik fungsi jalan dan penggunaan lahan;

c. ketersediaan penyeberangan;

d. ketersediaan jalur hijau;

e. letak prasarana jaringan pejalan kaki; dan

f. bentuk prasarana jaringan pejalan kaki.

4. Pasal 13

1) Pemanfaatan prasarana jaringan pejalan kaki dilakukan dengan


mempertimbangkan:

a. jenis kegiatan;

b. waktu pemanfaatan;

c. jumlah pengguna; dan

d. ketentuan teknis yang berlaku.

2) Pemanfaatan prasarana jaringan pejalan kaki hanya diperkenankan untuk


pemanfaatan fungsi sosial dan ekologis yang berupa aktivitas bersepeda,
interaksi sosial, kegiatan usaha kecil formal, aktivitas pameran di ruang

II - 16 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro

terbuka, jalur hijau, dan sarana pejalan kaki.

b) Kondisi Eksisting Pedestrian

Pedestrian Jalan Malioboro merupakan salah satu koridor jalan penunjang


kehidupan sosial dan ekonomi di Kota Yogyakarta. Kondisi ini ditandai dengan
mobilitas dan aktifitas yang cukup tinggi dilihat dari adanya bermacam–macam
aktifitas. Aktivitas yang terdapat di koridor jalan ini meliputi: perkantoran,
perdagangan dan jasa, wisata serta sosial budaya. Jalur pejalan kaki yang pada
dahulunya sangat harmonis dengan para pejalan kaki beserta fasilitas-fasilitasnya
kini telah berubah.

Fasilitas yang ada seperti tempat duduk saat ini digunakan sebagai sarana
berdagang bagi PKL. Kondisi elemen pendukung (vegetasi, bangku atau tempat
duduk, tempat sampah, telepon umum, papan informasi, lampu dan rambu pejalan
kaki atau sign) cukup lengkap meski agak kurang terawat. Kecenderungan pejalan
kaki tidak merasa nyaman dalam melewati area streetscape sepanjang Jalan
Malioboro - Jalan A. Yani, dan faktor-faktor utama yang mempengaruhinya antara
lain terjadi pemanfaatan ruang parkir yang tidak terkendali pada jalur pejalan kaki,
serta terdapatnya PKL yang menempati area pedestrian, sehingga tingkat kepadatan
dan intensitas penjalan kaki yang tinggi tidak seimbang dengan kondisi dimensi
ruang dan proporsi ruang pedestrian yang ada.

Gambar 2.3. Ekisting Penggal Jalan Pedestrian Malioboro


Sumber : Analisis Studio, 2014

II - 17 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro

PKL secara berjualan hampir di seluruh jalur pejalan kaki/pedestrian, ruang


terbuka dan jalur hijau, pedagang Kaki Lima mengambil ruang dimana-mana tidak
hanya ruang kosong atau terabaikan, tetapi juga pada ruang yang jelas
peruntukkannya secara formal dan mengganggu kegiatan ekonomi pedagang
formal karena lokasinya yang cenderung memotong jalur pengunjung seperti
pinggir jalan dan depan toko, serta terdapat pedagang kaki lima cenderamata yang
menggunakan ruang pedestrian serta perletakan dan layout outlet pedagang yang
tidak proporsi terhadap ruang yang ada.

Gambar 2.4. PKL Pada Pedestrian Malioboro

Di sepanjang jalan Malioboro juga dirasa ada hal yang menyebabkan keruwetan atau
kemacetan lalu lintas Malioboro yaitu parkir kendaraan bermotor. Dengan adanya tempat
parkir kendaraan di trotoar Malioboro yang peruntukkannya sebenarnya untuk pejalan kaki.
Pedestrian menyempit akibat banyaknya sepeda motor yang parkir di kawasan Malioboro
meski materialnya ideal untuk pejalan kaki, apalagi sudah dilengkapi dengan jalur khusus
bercorak kuning bagi penyandang disabilitas tapi ketika aktifitas mulai ramai dipastikan tak
lagi ideal untuk pejalan kaki, ada dua baris parkir sepeda motor di sempadan sisi timur,
Menyisakan ruang yang hanya selebar satu setengah meter saja untuk pejalan kaki yang
berebut tempat dengan laju motor yang hendak masuk atau keluar parkiran.

II - 18 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro

Gambar 2.5. Parkir Motor Pada Pedestrian Malioboro

2) Rencana Pedestrianisasi

Sebagai pusat kota dan salah satu tujuan wisata di Yogyakarta, Malioboro
harus segera ditata. Adanya rencana pedestrianisasi di sepanjang Malioboro
menjadikan kawasan tersebut menjadi lebih nyaman bagi pejalan kaki, akan tetapi
di sisi lain menimbulkan dampak lalulintas dan dampak sosial yang tinggi, maupun
dampak dari sisi yang lain. Dari beberapa studi perencanaan pedestrianisasi
tersebut di atas, dapat diambil kesimpulan rencana penggal jalan Malioboro untuk
pedestrianisasi dengan menginterpretasi hasil sayembara penataan kawasan
Malioboro dengan sinkronisasi studi sebelumnya dari GIZ yang menitikberatkan
pada mitigasi lalu lintas berdasarkan RTBL yang telah dibuat. Pedestrianisasi ini
intinya hanya memaksimalkan kondisi eksisting Jalan Malioboro saat ini dengan
membagi lebar ruas jalan yang ada dan membagi fungsi-fungsi jalurnya sebagai
berikut :

a) Jalur Pedestrian sisi timur yang saat ini untuk parkir motor dimaksimalkan
seluruhnya untuk pejalan kaki

b) Jalur kendaraan bermotor ditengah dipersempit hanya khusus untuk moda


transportasi umum (bus rapid transport) Trans Jogja dan kendaraan khusus
seperti ambulan, patroli polisi, pemadam kebakaran dan kendaraan
kenegaraan.

c) Jalur kendaraan tidak bermotor (KTB) diperlebar dengan jalur ulang alik, hal
ini dengan pertimbangan bahwa KTB adalah ciri khas dari moda

II - 19 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro

transportasi di Malioboro.

d) Jalur arcade pertokoan baik sisi timur maupun sisi barat diatur lagi agar
memberi ruang gerak yang lebih luas bagi pejalan kaki dengan penataan
pedagang kaki lima (PKL).

e) Jalur Jalan dan Pedestrian ditata ulang lansekapnya dengan pohon


(tanaman) pengarah dan peneduh sesuai dengan filosofinya.

Gambar 2.6. Studi Jalan Pedestrian Malioboro


Sumber : Analisis Studio, 2014

Saat ini akses transportasi memudahkan pengunjung untuk mencapai jalan


Malioboro di kota Yogyakarta, Banyak sekali akses yang dapat digunakan oleh
pengunjung untuk menjangkau wisata dijalan Malioboro ini, salah satunya dengan
mode transport “trans Jogja” (jalur 3 atau 4) yang menghubungan sudut-sudut kota
Jogja dengan jalan Malioboro, namun moda transport yang lain yang bisa
menghubungkan ke jalan Malioboro adalah bus umum atau kopaja jika sulit
menjangkau halte bus trans Jogja. Pengunjung yang menggunakan kendaraan mobil
dan sepeda motor juga disediakan tempat parkir yang bertempat disekitar jalan
Malioboro, disepanjang Malioboro akan dijumpai becak dan andong beroda empat
yang siap mengantarkan wisatawan mengelilingi area kawasan Malioboro.
Pedestrianisasi Malioboro akan mengutamakan moda transportasi sebagai berikut :

a) Moda Transportasi Kendaraan Tidak Bermotor (Andong, Becak,Sepeda)

II - 20 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro

b) Moda Transportasi Umum (Trans Jogja)

c) Moda Transportasi Khusus (Ambulan,Kendaraan Patroli Polisi, Kendaraan


Kenegaraan, Pemadam Kebakaran)

Gambar 2.7. Moda Transportasi

3) Kantong Parkir Pendukung Pedestrianisasi Kawasan Malioboro

Kawasan Malioboro ingin menjadi kawasan pejalan kaki penuh, maka beberapa
potensi fasilitas pendukungnya adalah tempat parkir pengganti atau kantong
parkir. Secara bertahap akan ditetapkan kebijakan larangan parkir di ruas
Malioboro karena ruas jalan tersebut akan sepenuhnya digunakan bagi pejalan
kaki. Untuk menampung kendaraan bermotor telah disiapkan dua lokasi parkir
yang sedang dalam proses pembangunan, yaitu di Jalan Abu Bakar Ali dan
Ngabean, dua tempat tersebut tidaklah mencukupi untuk itu perlu direncanakan
skenario kantong-kantong parkir yang lain.

a) Tempat Khusus Parkir Abu Bakar Ali


Tempat parkir Abu Bakar Ali yang berada di ujung Utara Jalan Malioboro
rencananya akan digunakan untuk menampung kendaraan bus pariwisata dan
sepeda motor yang selama ini parkir di sepanjang trotoar Malioboro

II - 21 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro

Gambar 2.8. Rencana Tempat Khusus Parkir Abu Bakar Ali


Sumber : UPT Malioboro, 2014

b) Tempat Khusus Parkir Ngabean


Tempat Parkir Ngabean akan dibuat portable parking dua tingkat, utamanya
tempat ini untuk parkir pengunjung yang selama ini memadati Alun-Alun
Utara, selain juga sebagai pendukung parkir Kawasan Malioboro

Gambar 2.9. Rencana Tempat Khusus Parkir Ngabean


Sumber : Dinas PUP-ESDM DIY, 2014

II - 22 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro

c) Skenario Kantong Parkir


Di Kawasan sekitar jalan malioboro masih terdapat lahan terbuka kosong yang
sudah digunakan sebagai tempat parkir dan masih dapat ditingkatkan atau
dikembangkan lagi kapasitas parkirnya, dengan perencanaan seperti di Jalan
Abu Bakar Ali dan Ngabean, sebagai berikut :
1. Kantong Parkir TKP Abu Bakar Ali (sedang direncanakan)
2. Kantong Parkir eksisting Ketandan (lahan milik UPN-dikembangkan)
3. Kantong Parkir eksisting depan Ramai (dikembangkan)
4. Kantong Parkir ekisiting Pasar Beringharjo (ditata ulang)
5. Kantong Parkir eksisting Pasar Sore, Pasar Senthir dan Masjid Al Muttaqien
(dikembangkan-ditata)
6. Kantong Parkir eksisting Taman Budaya (ditata ulang)
7. Kantong Parkir eksisting Senopati (ditata ulang)
8. Kantong Parkir TKP Ngabean (sedang dibangun)

2
3 4

5 6
8 7

Gambar 2.10. Skenario Kantong Parkir Kawasan Malioboro


Sumber : Analisis Studio, 2014

II - 23 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro

2.2. Penataan Transportasi


Transportasi merupakan komponen utama bagi berfungsinya suatu kegiatan
masyarakat. Transportasi berkaitan dengan pola kehidupan masyarakat lokal serta daerah
layanan atau daerah pengaruh aktivitasaktivitas produksi dan sosial, serta barang-barang
dan jasa yang dapat dikonsumsi. Kehidupan masyarakat yang maju ditandai dengan
mobilitas yang tinggi akibat tersedianya fasilitas transportasi yang cukup. Sebaliknya
daerah yang kurang baik sistim transportasinya, biasanya mengakibatkan keadaan
ekonomi masyarakatnya berada dalam keadaan statis atau dalam tahap immobilitas.
Transportasi merupakan kebutuhan turunan (derived demand) dari kegiatan ekonomi,
sehingga pertumbuhan ekonomi suatu Negara atau wilayah tercermin dari peningkatan
intensitas transportasinya. Transportasi memiliki peran strategis terhadap aspek
ekonomi, sosial, guna lahan atau kewilayahan, politik, keamanan, dan budaya. Regulasi
yang terkait dengan penataan transportasi adalah :
a) Undang - Undang RI No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan.
b) Undang - Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
c) Undang - Undang RI No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan
d) Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan.
e) Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan.
f) Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2011 tentang Managemen dan
Rekayasa, Analisis Dampak, serta Manajemen Kebutuhan Lalu Lintas.

Dalam implementasinya, transportasi juga tidak bersifat steril akan tetapi


bersinggungan juga dengan unsur kelembagaan dan sektor lain, sehingga dalam
pemecahan masalah transportasi memiliki kompetensi kognitif, psikomotorik dan afektif,
terintegresi ke dalam kompetensi utuh yang terbentuk dari aspek Perencanaan, Teknik
Transportasi dan Lalu Lintas, Energi dan lingkungan, Ekonomi dan Manajemen
Transportasi, aspek Keselamatan dan Keamanan transportasi, Perundang-undangan dan
Kebijakan Transportasi.

II - 24 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro

2.2.1. Perencanaan Transportasi Perkotaan

Lalu lintas dan angkutan jalan mempunyai peranan yang strategis dalam
mendukung pembangunan. Namun demikian di kawasan Yogyakarta ada beberapa ruas
pada jaringan jalan yang pada waktu-waktu tertentu terjadi kemacetan. Dimana ruas
jaringan jalan yang sering terjadi tidak lancar yaitu di perkotaan Malioboro. Untuk
mengoptimalkan penggunaan jaringan jalan dan gerakan lalu lintas dalam rangka
menjamin keamanan, keselamatan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas/angkutan jalan
di perkotaan Malioboro perlu diatur mengenai pengembangan dan rekayasa, serta
managemen kebutuhan ruang melalui kegiatan penyusunan “Perencanaan Penataan
Transportasi Kawasan Malioboro Yogyakarta”.

Transportasi erat kaitannya dengan penataan ruang dan pola pengguna lahan
dalam perencanaan struktur ruang. Transportasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan
untuk memindahkan sesuatu (orang atau barang) dari suatu tempat ke tempat lain yang
terpisah secara spasial, dengan atau tanpa sarana. Perpindahan tersebut dapat melalui
jaringan prasarana udara, sungai, laut, maupun darat melalui moda transportasi melalui
jalan raya, jalan rel, pipa, maupun moda transportasi lainnya. Secara kewilayahan, lingkup
transportasi mencakup transportasi nasional (Sistranas dan Tatranas), transportasi
regional, transportasi perkotaan dan pedesaan, meliputi moda transportasi darat, laut,
udara, perkeretapian dan pipa.

Penataan Ruang merupakan suatu kegiatan yang terdiri dari proses perencanaan
Tata Ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang. Pengertian ruang
di sini adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut dan ruang udara sebagaimana
dalam UU penataan ruang No. 26/2007. Bidang transportasi secara implisit termuat dalam
pasal 20 s/d 28. point 1.b. Dalam RTRWN No. 26/2008, transportasi terdapat dalam
Sistem Jaringan Transportasi Nasional yaitu pada pasal 17 s/d 37, meliputi sistem jaringan
transportasi laut, darat dan udara. Sedangkan sistem jaringan transportasi pipa terdapat
pada pasal 38, 39, 42 dan pasal 43. Sistem jaringan transportasi terstruktur menurut
hirarki fungsional dan menurut moda transportasi yang terdiri dari jaringan prasarana
ruang lalu lintas dan simpul serta jaringan pelayanan transportasi.

II - 25 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro

Gambar 2.11. Contoh Output Perencanaan Transportasi


Sumber : Direktorat BSTP – Dep. Perhubungan 2008

2.2.2. Manajemen Lalu Lintas Perkotaan

Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro merupakan manajemen


dan rekayasa lalu lintas yang dilakukan untuk penetapan kebijakan penggunaan jaringan
jalan, penetapan kebijakan gerakan lalu lintas pada jaringan jalan tertentu, serta
optiomalisasi operasional rekayasa lalu lintas.

Manajemen lalu lintas adalah pengelolaan dan pengendalian arus lalu lintas
dengan melakukan optimasi penggunaan prasarana yang ada untuk memberikan
kemudahan kepada lalu lintas secara efisien dalam penggunaan ruang jalan serta
memperlancar sistem pergerakan. Hal ini berhubungan dengan kondisi arus lalu lintas dan
sarana penunjangnya pada saat sekarang dan bagaimana mengorganisasikannya untuk
mendapatkan penampilan yang terbaik.

Dimana analisis lalu lintas wajib dilakukan dalam setiap rencana pembangunan
infrastruktur jalan yang akan menimbulkan gangguan keamanan, keselamatan dan
ketertiban, serta kelancaran lalu lintas dan angkutan jalan. Analisis lalu lintas paling sedikit

II - 26 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro

memuat :
a) Analisis bangkitan dan tarikan lalu lintas.

b) Simulasi kinerja lalu lintas tanpa dan dengan adanya pengembangan.

c) Rekomendasi dan rencana pengembangan jaringan jalan.

d) Rencana pengembangan jaringan jalan dilakukan secara simultan dan

terintegrasi melalui beberapa strategi antara lain dengan memberikan pilihan


dan menyiapkan fasilitas pengguna jalan terpadu antara tata ruang dan
transportasi.

Gambar 2.12. Contoh Output Manajemen Rekayasa Lalu Lintas


Sumber : Direktorat BSTP – Dep. Perhubungan 2007

II - 27 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro

2.2.3. Pemodelan Transportasi

Masalah transportasi seperti kemacetan, kesemrawutan, polusi udara, dan biaya


operasi kendaraan yang tinggi tidak dapat terlepas dari Kawasan Malioboro akhir-akhir ini.
Semua berawal dari adanya multi zona dan aktivitas yang bercampur pada kawasan
tersebut. Selain itu, terdapat banyak tarikan perjalanan baik berupa perdagangan formal
(Mall dan toko) dan perdagangan non formal (pedagang kaki lima dan pedagang
emperan). Semua masalah tersebut menjadi bertambah kompleks dengan tidak diaturnya
fasilitas parkir baik untuk sepeda motor dan mobil penumpang yang berdampak
timbulnya kemacetan lalulintas terutama pada jam sibuk.

Studi ini menitikberatkan pada analisa pembebanan ruas jalan dan simpang
sebagai satu jaringan jalan yang diharapkan dapat dilakukan manajemen lalulintas. Tujuan
dari studi ini adalah untuk mengetahui pergerakan kendaraan kondisi eksisting yang
selanjutnya dilakukan manajemen lalulintas pada kawasan Malioboro. Data studi berupa
lebar jalan, kecepatan arus bebas, volume kendaraan, Matriks Asal Tujuan perjalanan,
rute dan headway angkutan umum, kapasitas penumpang angkutan umum dan kapasitas
jalan, diperoleh dari studi sebelumnya dan beberapa instansi terkait.

II - 28 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro

Gambar 2.13. Contoh Pemodelan Transportasi Lalu Lintas


Sumber : Penataan Lalu Lintas UGM 2010

II - 29 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro

BAB III
Metodologi

3.1. Metodologi Perencanaan Transportasi


3.1.1. Metode Pengumpulan Data Transportasi
Pada studi ini digunakan data sekunder dan data primer, pada lokasi studi
yang didapat dari instansi terkait, seperti Dinas Perhubungan, Komunikasi, dan
Informatika Yogyakarta.
1) Data primer
a) Geometri beberapa ruas jalan lokal pada simpang-simpang yang
ditinjau dengan pengukuran secara langsung dan dengan estimasi
menggunakan Google Earth.
b) Kecepatan kendaraan pada ruas jalan yang ditinjau.
c) Volume lalu lintas pada simpang-simpang ruas jalan lokal.
d) Waktu siklus simpang bersinyal.
2) Data sekunder
a) Geometri ruas jalan pada lokasi studi.
b) Data volume lalulintas pada jaringan jalan kawasan Malioboro.
c) Waktu siklus pada simpang bersinyal dari jaringan jalan yang ditinjau.
d) Peta jaringan jalan yang ditinjau.

3.1.2. Metode Survei Transportasi dan Lalu Lintas


Untuk memperoleh data primer , dilakukan survei-survei sebagai berikut:
1) Survei geometri jalan dilakukan di sepanjang ruas jalan dan simpang yang
ditinjau dengan mengukur langsung menggunakan meteran.
2) Survei kecepatan dilakukan untuk memperoleh kecepatan rata-rata kendaraan
pada ruas jalan yang ditinjau atau space mean speed. Survei dilakukan pada

III - 1 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro

beberapa ruas jalan di kawasan Malioboro, seperti yang telah ditunjukkan di


Gambar 4.1. Survei dilakukan dengan melakukan mencatat waktu yang
dibutuhkan kendaraan untuk melintas di ruas jalan yang ditinjau. Survei
dilakukan selama 15 menit untuk masing-masing ruas jalan dengan periode 5
menitan pada jam puncak sore yaitu hari Sabtu dan Minggu, jam 16.00- 18.00.
3) Survei volume lalu lintas pada simpang-simpang yang ditinjau, seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 4.1. Survei dilakukan pada kondisi jam puncak sore,
yaitu hari Sabtu, jam 16.00-18.00 dengan periode 15 menitan. Metode
perhitungan dilakukan dengan cara mencatat jumlah kendaraan yang keluar
dan masuk simpang dan dibedakan dalam jenis kendaraan mobil penumpang,
kendaraan berat, sepeda motor, serta kendaraan tidak bermotor.
4) Survei waktu siklus dilakukan pada 14 simpang-simpang bersinyal yang ditinjau,
yaitu Simpang Pingit, Simpang Tugu, Simpang Gandekan Lor, Simpang Badran,
Simpang Melia Purosani, Simpang Senopati, Simpang Ngabean, Simpang Kleringan
(Jembatan Baru), Simpang Mataram (Inna Garuda), dan Simpang Pasar Kembang.
Survei dilakukan dengan cara mencatat durasi hijau, kuning, dan waktu mulai hijau
dari setiap lengan pada simpang bersinyal tersebut.

Gambar 3.1. Lokasi Survei Lalu Lintas


Sumber : analisis studio, 2014

III - 2 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro

3.1.3. Peralatan Studi Transportasi


Peralatan yang digunakan dalam studi ini terdiri dari :
1) Formulir survei kecepatan dari kendaraan (data akan digunakan untuk proses

kalibrasi dan validasi).


2) Alat tulis, di gunakan untuk mencatat hasil survei yang dilakukan

3) Stop watch, untuk alat bantu dalam survei kecepatan.


4) Komputer dan Software Transport Simulation System

3.1.4. Pelaksanaan Studi Transportasi


Pelaksanaan studi ini terdiri dari beberapa tahap antara lain:
1) Tahap perumusan masalah
Tahap awal dari studi ini adalah menetapkan rumusan masalah yang akan
menjadi fokus studi, sehingga dapat diperkirakan data yang dibutuhkan dan
proses yang akan dilakukan agar studi dapat terlaksana.
2) Studi Literatur

Studi literatur dilakukan dengan mempelajari literatur yang berkaitan dengan


studi yang diambil dan juga mempelajari kasus-kasus terkait yang sudah
diangkat pada studi sebelumnya.
3) Tahap persiapan data

Melakukan pengumpulan data yang dibutuhkan dalam studi, baik data


sekunder maupun data primer.
4) Membuat Model dan Simulasi Menggunakan Software Transport Simulation

System
Setelah data yang dibutuhkan dalam studi ini didapatkan, langkah selanjutnya
adalah membuat model pada kondisi existing model ini nantinya menjadi
model dasar yang mewakili kondisi saat ini.
5) Kalibrasi dan validasi

Melakukan kalibrasi terhadap parameter-parameter yang mempengaruhi


kondisi pada model dan pada kondisi nyata, proses ini dilakukan dengan trial
error. Kalibrasi dan validasi dilakukan pada parameter kecepatan kendaraan
yang melintas di jaringan jalan yang ditinjau.

III - 3 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro

6) Membuat Alternatif/Skenario

Langkah selanjutnya adalah membuat alternatif atau skenario yang akan


diteliti pada studi ini. Skenario yang akan diterapkan adalah penutupan jalan
Malioboro untuk semua jenis kendaraan bermotor kecuali angkutan umum
dan memberikan fasilitas parkir pada outline kawasan Malioboro serta
alternatif akses baru untuk keluar dan masuk di sekitar kawasan Malioboro.
7) Running model kondisi skenario dengan Software Transport Simulation System

Pada tahap ini dilakukan running untuk model kondisi skenario yang diusulkan
menggunakan Software Transport Simulation System
8) Analisis data

Pada tahap ini dilakukan analisis dari data hasil simulasi untuk model kondisi
skenario yang diterapkan.
9) Pembahasan dan kesimpulan
Pada tahap ini dilakukan evaluasi terhadap semua analisis data dari hasil
simulasi untuk model kondisi skenario yang diterapkan kemudian memberikan
kesimpulan terhadap seluruh pembahasan yang telah dilakukan.

III - 4 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro

mulai

Rumusan Masalah

Studi Literatur

Pengumpulan Data

Data Primer: Data Sekunder:


1.Geometri ruas jalan lokal 1.Peta Lokasi Google Earth
2.Volume Lalu lintas simpang ruas 2.Volume Lalu lintas simpang
jalan lokal utama
3.Kecepatan kendaraan 3.Geometri ruas jalan utama
4 W k ikl

Running Model Kondisi Eksisting

Kalibrasi dan Validasi

tidak
Lapangan = Model

ya

Running Model Kondisi Skenario

Analisa Data

Pembahasan dan Kesimpulan

selesai

Gambar 3.2. Diagram Alir Pemodelan Transportasi


Sumber : analisis studio, 2014

III - 5 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro

3.2. Metodologi Studi Dampak Transportasi dan Pedestrianisasi


Metodologi studi kualitatif rasionalistik berlandaskan pada cara berfikir
rasionalisme, yang berasal dari pemahaman kemampuan intelektual yang dibangun atas
kemampuan argumentasi secara logika, sehingga lebih ditekankan pada pemaknaan
empirik. Survei sebagai salah satu pendekatan, dikumpulkan data tentang faktor-faktor
yang mempengaruhi sirkulasi. Survei bukanlah hanya bermaksud mengetahui status
gejala/ fenomena, tetapi juga bermaksud menentukan kesamaan status dengan cara
membandingkannya dengan standar yang sudah dipilih atau ditentukan.

3.2.1. Metode Pengumpulan Data


Secara etimologis kata observasi berarti mengamati dengan teliti (Pusat Bahasa,
Depdiknas, 2001:794). Sedangkan secara terminologis observasi adalah suatu usaha sadar
untuk mengumpulkan data yang dilakukan secara sistematis (Arikunto, 2002:225). Objek
yang diobservasi adalah data visual yang dapat diamati secara langsung. Dalam studi ini
objek visualnya adalah sirkulasi/ pergerakan di kawasan Malioboro. Data observasi ini
merupakan bagian yang terpenting dalam studi ini karena studi ini memfokuskan pada
pengamatan objek-objek visual sirkulasi di kawasan Malioboro sebagai data utama. Untuk
memperoleh data kepadatan sirkulasi, konsultan menggunakan check list untuk
menghitung jumlah dan jenis kendaraan yang lewat di bagian penggal jalan kawasan studi
pada jam-jam tertentu.
1) Wawancara
Wawancara adalah suatu bentuk komunikasi verbal yang bertujuan untuk
memperoleh informasi (Nasution, 2003:113). Dalam studi ini data-data
wawancara merupakan data sekunder yang berupa pendapat pengelola
parkir, petugas parkir dan sebagian pengguna jalan tentang kesulitan dalam
kelancaran sirkulasi dan kendala dan kenyamanan dalam menemukan tempat
parkir.
2) Dokumentasi

Metode dokumentasi ini diartikan sebagai metode pengumpulan data dengan


mencari data yang berupa catatan, buku, majalah, surat kabar, dan data
tertulis lainnya (Arikunto, 2002, 236). Data dokumentasi ini dipakai sebagai

III - 6 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro

pendukung data- data yang diperoleh dari observasi dan wawancara. Dalam
studi ini metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh data peta
wilayah yang dijadikan obyek studi yaitu di kawasan Jl. Malioboro.
Disamping itu metode dokumentasi juga digunakan untuk memperoleh data
tentang peraturan dan kebijakan yang terkait dengan sirkulasi di kawasan
studi.

3.2.2. Metode Survei


Survey dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan data (Alamsyah, 2005:171).
Data yang diperoleh berupa data primer maupun data sekunder. Data primer adalah data
yang didapatkan oleh pencari data secara langsung dari sumber studi dalam rangka
mencapai tujuan studi. Data sekunder didapatkan oleh pencari data dari sumber lain.
Sumber ini dapat berupa instansi pemerintah ataupun instansi swasta yang antara lain
dapat berbentuk laporan studi, laporan hasil sensus, peta dan foto. Berdasarkan populasi
dan tujuan survei akan ditentukan sampel.

3.2.3. Variabel dan Sumber Data

1) Variabel

Variabel adalah objek studi yang bervariasi. Variabel dalam studi ini adalah
path atau koridor kawasan Malioboro, nodes atau konsentrasi aktivitas
bangunan fungsional (formal), aktivitas PKL (informal), aktivitas parkir,
aktivitas pejalan kaki, volume pergerakan kendaraan, geometri jalan dan
kelengkapan rambu lalu lintas.

2) Sumber Data

Sumber data ada 3, yaitu : Person, Place, Paper (Arikunto, 2002:107). Place
merupakan sumber data yang menyajikan tampilan berupa keadaan diam
dan bergerak.

a) Objek diam misalnya : ruang, koridor jalan

III - 7 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro

b) Objek bergerak misalnya aktivitas parkir, aktivitas PKL, laju


kendaraan, volume arus kendaraan

3.2.4. Peralatan dan Instrumen


Selain konsultan sendiri sebagai subyek pengamatan lapangan langsung,
dipakai juga beberapa alat bantu studi berupa:

a) Kamera dan foto perekam kegiatan

b) Alat tulis pencatat hasil pengamatan

c) Peta acuan studi

d) Kertas untuk media hasil pengamatan dan wawancara responden

Instrumen pengamatan terdiri dari sub variabel/ objek pengamatan : mobil


berjalan, berhenti, parkir; sepeda motor berjalan, berhenti, parkir; volume lalu lintas,
kondisi koridor jalan, badan jalan, trotoar, aktivitas PKL/ informal, aktivitas bangunan
fungsional/ formal.
Valid dan reliable adalah benar dan dapat dipercaya. Validitas logis adalah usaha
hati-hati melalui langkah-langkah penyusunan instrumen, yaitu memecah variabel
menjadi sub-variabel dan indikator (Arikunto, 2002:145).
Mencari reliabilitas pengamatan (observasi) adalah dengan mempunyai rekaman
video atau kamera yang dapat menunjukkan proses yang diamati. Alternatif lain mencari
reliabilitas instrumen/ pedoman pengamatan adalah dilakukan dengan dokumentasi atau
wawancara.

3.2.5. Metode Analisis Data


Studi ini tidak hanya mengidentifikasi saja, tetapi juga harus menganalisa dan
menafsirkan data atau informasi yang didapat melalui suatu alur yang logis,
menggunakan logika-logika dengan metode ilmiah baik yang bersifat kuantitatif, kualitatif
maupun keduanya.
Analisis data secara kualitatif dilakukan berdasarkan logika dan argumentasi yang
bersifat ilmiah. Analisis data secara kuantitatif dengan menggunakan statistika deskriptif

III - 8 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro

yang hanya membahas tentang teknik-teknik pengumpulan, pengolah/ analisis dan


penyajian terhadap sekelompok data.
Langkah-langkah analisis data yaitu :

1) Melakukan pembahasan

Persiapan, tabulasi, penerapan data sesuai dengan pendekatan studi yaitu


studi survei lalu lintas. Konsultan mengadakan komparasi status fenomena
dengan standarnya. Tentu saja penentuan standar ini harus dilakukan
berdasarkan landasan yang kuat misalnya teori tentang perancangan kota,
hukum, peraturan, hasil loka karya, dan sebagainya. Selanjutnya standar
ini dijadikan sejauh mana fenomena mencapai standar.

2) Menarik kesimpulan

Penarikan kesimpulan didasarkan atas data dan dilakukan sejalan dengan


cara mengolah data dan sinkron dengan problematik. Data yang bersifat
kualitatif, maka pengolahannya dibandingkan dengan suatu standar atau
kriteria yang telah dibuat oleh konsultan.

3.3. Tahapan Pelaksanaan

Program pelaksanaan pekerjaan ini disusun dengan tujuan sebagai berikut:

1. Terciptanya sistem koordinasi yang baik antara Konsultan dengan Pemberi


Tugas;

2. Terciptanya koordinasi yang baik antara unit-unit kerja yang terlibat dalam
penanganan pekerjaan ini;

3. Terjaminnya fungsi kontrol/pengawasan yang diperlukan;

4. Terjaminnya kelancaran pelaksanaan setiap unit kerja;

5. Terjaminnya kualitas hasil pekerjaan.

III - 9 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro

Apabila faktor-faktor tersebut diatas dapat dipenuhi, maka berarti juga kelancaran
jalannya pekerjaan dapat secara keseluruhan terjamin. Rencana pelaksanaan
pekerjaan memuat penetapan masing-masing item pekerjaan sesuai dengan
lingkup pekerjaan yang tertera di dalam Kerangka Acuan Kerja.Rencana kerja yang
dimaksud dibuat agar tahapan-tahapan pekerjaan dapat dilaksanakan tanpa ada
yang terlewatkan sehingga sasaran pekerjaan ini dapat dicapai dengan waktu yang
juga telah direncanakan.

Tahap pelaksanaan pekerjaan dibedakan sebagai berikut:

3.3.1. Tahap Pekerjaan Persiapan

Tahap persiapan bertujuan menyiapkan tim, baik secara substansial maupun


administratif, untuk melaksanakan pekerjaan ini dan memenuhi tujuan dan
keluaran yang diharapkan. Kegiatan pada tahap ini meliputi:

1) Penyusunan Rencana Kerja, yang meliputi penyempurnaan metodologi agar


lebih rinci dan operasional, dan penyempurnaan jadwal kerja untuk
melengkapi dan mensinkronkan tugas tenaga ahli dengan jadwal kerja.

2) Desk study untuk mendapatkan gambaran awal wilayah studi. Pada tahap ini
dikaji data sekunder, Pada tahap ini, dilakukan pula penyusunan checklist data,
pengumpulan data sekunder, penyusunan daftar pertanyaan dan surat
pengantar/administrasi untuk di lapangan.

3) Mobilisasi tenaga ahli dan penjelasan kembali alokasi tugas tenaga ahli serta
briefing tahap awal.

3.3.2. Tahap Pengumpulan Data

Dalam menunjang informasi yang dibutuhkan dalam studi ini maka akan dilakukan
pengumpulan data, baik data primer maupun sekunder.

1) Pengumpulan Data Primer

Pengumpulan data primer adalah upaya pengumpulan data dan informasi

III - 10 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro

melalui pengukuran di lapangan, yang mana sebelum dilakukan survei terlebih


dahulu dilakukan asistensi (disetujui) dengan tim teknis. Survei primer ini
dijadikan cross checking dan pengujian validitas dari data sekunder, sehingga
dapat dimungkinkan dapat diperoleh ketepatan informasi.Selanjutnya
dilakukan penyortiran data dan informasi, melalui koreksi dan pemilihan data
yang relevan.Kemudian data dan informasi melalui koreksi dan pemilihan data
yang relevan tersebut disusun menurut aspek-aspek bahasan melalui kegiatan
tabulasi data, dan untuk memberikan gambaran kondisi lokasi pada saat
pelaksanaan survei dilakukan pengambilan gambar (foto-foto).

2) Pengumpulan Data Sekunder

Pengumpulan data sekunder adalah pengumpulan data dan informasi melalui


survei ke instansi atau lembaga lembaga yang terkait dengan kepentingan
studi, baik dalam bentuk laporan, rujukan maupun keterangan dari petugas
instansi yang bersangkutan. Untuk mempermudah dalam pengarahan
pengumpulan data dan informasi, maka data dan informasi tersebut akan
disusun dalam suatu check list data. Untuk memperoleh data sekunder
dilaksanakan dengan menghubungi instansi-instansi yang memiliki
kepentingan dengan dengan studi ini, antara lain :

3) Jenis Data yang Dikumpulkan

Jenis data yang dibutuhkan mengikuti lingkup studi yang akan dilaksanakan.
Jenis data yang dikumpulkan meliputi data regional dan data kabupaten, yang
terdiri dari data kebijaksanaan dan program pembangunan daerah, data fisik
dasar, sarana dan prasarana, data kependudukan, ekonomi, dan dokumen
rencana sektoral.

III - 11 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro

3.3.3. Tahap Analisis

Tahap analisis bertujuan memahami kondisi unsur-unsur pembentuk tata ruang


dan hubungan kausal antar unsur tersebut. Mendahului analisis, akan dilakukan
pengolahan data dan informasi yang telah dikumpulkan pada tahap sebelumnya.
Kegiatan pada tahap ini meliputi:

1) Kompilasi dan tabulasi data, yaitu menstrukturkan data dalam klasifikasi dan
kelompok-kelompok tertentu dan menyusunnya dalam format-format tabel,
gambar, grafik dan tulisan yang disesuaikan dengan kebutuhan untuk analisis
(berdasarkan setiap aspek studi).

2) Menginterpretasi hasil perhitungan, peta, tabel, dan grafik yang telah


distrukturkan dan dihitung, untuk mendapatkan gambaran tentang struktur
dan pola-pola hubungan yang hendak digambarkan dan perkiraan
perkembangannya ke depan.

3)

3.3.4. Tahap Penyusunan Rencana

Penyusunan dokumen perencanaan penataan transportasi meliputi. yaitu:

1) Master Plan transportasi termasuk rencana peruntukan lahan mikro dan


makro, termasuk rencana perpetakan dan rencana tapak.

2) Rekomendasi dan rencana sistem pergerakan / sirkulasi dan parkir,


pengembangan jaringan jalan dan rencana ruas jalan kawasan Malioboro.

3) Rencana pola ruang terbuka (open space) lansekap dan perkerasan jalan /
pedestrian termasuk di dalamnya pola perabot jalan (street furniture) pada
penggal pedestrianisasi Malioboro dan sirip-sirip jalan pendukung.

4) Analisa Lalu Lintas pedestrianisasi Malioboro, termasuk di dalamnya


keterpaduan kegiatan yang direncanakan dalam kawasan perencanaan

III - 12 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro

terpadu antara tata ruang dan transportasi yang saling mendukung dan
melengkapi.

3.3.5. Tahap Pelaporan

Laporan yang diberikan oleh konsultan dalam rangka pekerjaan Perencanaan


Penataan Transportasi Kawasan Malioboro, meliputi :

1) Laporan Pendahuluan

Laporan Pendahuluan memuat: pendekatan studi, metodologi, alat analisis


yang akan digunakan.

2) Laporan Antara

Laporan Antara memuat hasil sementara pelaksanaan kegiatan: yang berisi


tentang kompilasi data sekunder yang telah didapat, serta rencana tindak
lanjut.

3) Laporan Akhir

Laporan Akhir memuat: seluruh hasil pekerjaan, kompilasi data dan analisis
yang telah dilakukan secara komprehensif, serta penyusunan dokumen
perencanaan.

III - 13 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro

BAB IV
Personil dan Rencana Kerja

4.1. Organisasi, Tenaga Ahli dan Personil


Mengingat cukup banyak kegiatan kerja dan keterkaitan antara kegiatan satu
dengan lainnya, serta intensitas kerja yang tinggi, maka jadwal penugasan personil
dilakukan dengan menyesuaikan bidang keahliannya dengan jenis pekerjaan yang
dijadwalkan. Jadwal pelaksanaan yang dilakukan Konsultan disesuaikan dengan tahapan
kegiatan sehingga memungkinkan penempatan personil secara tepat pada setiap
kegiatan yang dilakukan.
Dalam merencanakan jadwal pelaksanakan Konsultan menggunakan alat bantu
berupa perangkat keras komputer beserta perangkat lunaknya yang telah dikembangkan.
Tujuan dari digunakannya sistem tersebut adalah :
1) Mempercepat proses pembuatan jadwal pelaksanaan
2) Mendapatkan hasil analisis waktu dan alokasi tenaga yang akurat. Setiap saat
dapat segera diketahui pengenai keterlambatan pekerjaan dan dapat segera
dilakukan analisis waktu dan alokasi tenaga baru.
3) Mempercepat proses pengambilan keputusan dalam mengatur maupun

menyusun strategi baru dalam mengadapi permasalahan mengenai


keterlambatan waktu penyelesaian pekerjaan, sehingga pekerjaan dapat
berjalan dan diselesaikan tepat waktu.
Dalam pelaksanaan pekerjaan ini dibutuhkan organisasi personil dan gugus
tugasnya yang dapat digambarkan dalam diagram Gambar 4.1 di bawah ini.

IV - 1 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro

Dinas Perhubungan, Komunikasi dan


Informatika

Kegiatan :
Perencanaan
Konsultan Penataan Pejabat
Perencana Transportasi Pembuat
Direktur Kawasan Komitmen
Malioboro

Team Leader Tim Teknis

Tenaga Ahli

Tenaga Pendukung

Gambar 4.1. Hubungan Pemberi Tugas dengan Konsultan Perencana


Sumber : analisis studio, 2014

Dalam diagram Gambar 4.2 di bawah ini diterangkan hubungan masing‐masing


tenagaahli dalam organisasi untuk efisiensi pelaksanaan pekerjaan.

Direktur

Administrasi /
Tenaga Penunjang Team Leader

Ahli Ahli Manajemen Ahli Ahli Ahli Ahli Ahli Ekonomi


Perenc. Lalu Lintas Teknik Perenc. Sosial Budaya Pembangunan
Transportasi Jalan Wilayah

Juru Gambar Operator Surveyor


Komputer

Gambar 4.2. Hubungan Direktur dengan Tim Ahli


Sumber : analisis studio, 2014

IV - 2 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro

4.1.1. Tenaga Ahli

Pekerjaan Penyusunan Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro


akan dilaksanakan oleh tim penyusun studi yang terdiri dari empat belas orang
staf ahli

Tugas‐ tugas para tenaga ahli dapat dilihat sebagai berikut:

1) Ketua Tim/Ahli Utama Perencanaan Transportasi

Memimpin dan mengkoordinir seluruh kegiatan anggota tim kerja dalam


pelaksanaan pekerjaan sampai dengan pekerjaan dinyatakan selesai
berkoordinasi dengan pengelola teknis dalam pelaksanaan proses.

Melakukan kontrol dan koordinasi terhadap seluruh staf pelaksana dan


bertanggung jawab dalam teknis pelaksanaan dan penyusunan dokumen
perencanaan

Bertanggung jawab terhadap isi laporan dan seluruh hasil pekerjaan.

1) Ahli Madya Manajemen Lalu Lintas

Bertanggung‐jawab secara penuh di dalam mengerjakan kegiatan proses


perencanaan dari awal hingga akhir, khususnya terhadap pengadaan, analisis
dan perumusan rencana pengembangan kawasan perencanaan dikaitkan
dengan aspek Manajemen Lalu Lintas.

2) Ahli Madya Sosial

Bertanggung‐jawab secara penuh di dalam mengerjakan kegiatan proses


perencanaan dari awal hingga akhir, khususnya terhadap pengadaan, analisis
dan perumusan rencana pengembangan kawasan perencanaan dikaitkan
dengan aspek Sosial.

3) Ahli Madya Perencanaan Wilayah Kota/Kawasan

Bertanggung‐jawab secara penuh di dalam mengerjakan kegiatan proses


perencanaan dari awal hingga akhir, khususnya terhadap pengadaan, analisis
dan perumusan rencana pengembangan kawasan perencanaan dikaitkan
dengan aspek Perencanaan Wilayah Kota/Kawasan.

4) Ahli Madya Budaya

IV - 3 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro

Bertanggung‐jawab secara penuh di dalam mengerjakan kegiatan proses


perencanaan dari awal hingga akhir, khususnya terhadap pengadaan, analisis
dan perumusan rencana pengembangan kawasan perencanaan dikaitkan
dengan aspek Budaya.

5) Ahli Madya Ekonomi Pembangunan

Bertanggung‐jawab secara penuh di dalam mengerjakan kegiatan proses


perencanaan dari awal hingga akhir, khususnya terhadap pengadaan, analisis
dan perumusan rencana pengembangan kawasan perencanaan dikaitkan
dengan aspek Ekonomi Pembangunan.

6) Ahli Madya Teknik Jalan

Bertanggung‐jawab secara penuh di dalam mengerjakan kegiatan proses


perencanaan dari awal hingga akhir, khususnya terhadap pengadaan, analisis
dan perumusan rencana pengembangan kawasan perencanaan dikaitkan
dengan aspek Teknik Jalan.

7) Ahli Muda Perencanaan Transportasi

Membantu Tenaga Ahli Madya Perencanaan Transportasi dalam menganalisa


area kawasan yang diterjemahkan dalam dokumen dan gambar perencanaan

8) Ahli Muda Manajemen Lalu lintas

Membantu Tenaga Ahli Madya Manajemen Lalu Lintas dalam menganalisa area
kawasan yang diterjemahkan dalam dokumen dan gambar perencanaan

9) Ahli Muda Sosial

Membantu Tenaga Ahli Madya Sosial dalam menganalisa area kawasan yang
diterjemahkan dalam penyusunan laporan perencanaan.

10)Ahli Muda Perencanaan Wilayah Kota/Kawasan

Membantu Tenaga Ahli Madya Perencanaan Wilayah Kota/Kawasan dalam


menganalisa area kawasan yang diterjemahkan dalam dokumen dan gambar
perencanaan

11)Ahli Muda Budaya

Membantu Tenaga Ahli Madya Budaya dalam menganalisa area kawasan yang

IV - 4 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro

diterjemahkan dalam penyusunan laporan perencanaan.

12)Ahli Muda Ekonomi Pembangunan

Membantu Tenaga Ahli Madya Ekonomi Pembangunan dalam menganalisa


area kawasan yang diterjemahkan dalam penyusunan laporan perencanaan.

13)Ahli Muda Teknik Jalan

Membantu Tenaga Ahli Madya Teknik Jalan dalam menganalisa area kawasan
yang diterjemahkan dalam dokumen dan gambar perencanaan

4.1.2. Tenaga Pendukung


Tenaga pendukung yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan ini adalah
sejumlah tujuh tenaga penunjang yaitu :

1) Surveyor

Membantu tenaga ahli dalam rangka melaksanakan, mencari serta menyusun


data‐data survey baik itu data primer maupun sekunder terkait penyusunan
rencana

2) Draftman atau Juru Gambar

Membantu tenaga ahli untuk melakukan penggambaran aspek– aspek


perencanaan dalam penyusunan detail dokumen dan gambar perencanaan.

3) Operator Komputer

Membantu dalam hal proses pengetikan, pengeditan laporan dan cetak (print)
dokumen.

4) Sekretaris/Administrator

Mengatur dan menghitung biaya pengeluaran konsultan dalam hal kaitannya


terhadap kelancaran pekerjaaan dan penarikan termin.

5) Sopir/pengemudi

Membantu tim perencana untuk kelancaran transportasi kendaraan dalam


survey, koordinasi, presentasi dan rapat‐rapat.

Bentuk organisasi kerja ini bertitik tolak dari tujuan yang hendak dicapai, yaitu
diselesaikannya Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro. Untuk

IV - 5 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro

menangani tugas pelaksanaan pekerjaan, Konsultan mengusulkan Daftar Tenaga seperti


tercantum pada tabel halaman berikut dimana personil tersebut masing‐masing sudah
berpengalaman di dalam bidangnya dan akan dapat menyelesaikan tugas dan pekerjaan
ini dengan hasil yang memuaskan. Dengan struktur dan tata kerja tersebut maka
diharapkan pekerjaan akan dapat diselesaikan dengan sempurna dan tepat pada
waktunya sesuai Kerangka Acuan Kerja.

4.2. Komposisi Tim dan Penugasan


Setelah menerima SPMK, konsultan PT. DWI ELTIS KONSULTAN menyediakan
jasa‐jasanya semaksimal mungkin untuk melaksanakan pekerjaan, sehingga diperoleh
hasil pekerjaan yang baik dan memenuhi segala persyaratan yang ditetapkan dan dapat
dipertanggung jawabkan. Spesialisasi tenaga ahli yang diperlukan tergantung pada
lingkup Jasa Perencanaan, dapat meliputi spesialisasi dalam beberapa atau semua
bidang. Komposisi Tim ini disusun atas beberapa pertimbangan sebagai berikut:
1) Pengalaman Tenaga ahli yang bersangkutan, harus sesuai dengan bidang
dan kasus yang ditangani, untuk menghindari overlapping tanggungjawab.
2) Membagi secara tegas wewenang dan tanggung jawab masing‐masing tenaga
ahli
3) Disesuaikan dengan Kemampuan bidang keahliannya
4) Pembagian sub pekerjaan secara jelas agar beban tugas terbagi secara merata

sehingga efektif terhadap waktu yang disediakan


5) Pembagian Kerja antara Engineer senior akan mengkoordinasikan engineer yang

yang lebih junior, Pekerjaan penentuan metoda perancangan dan penetapan


sistem yang akan dipakai menjadi tanggung jawab Senior engineer.
6) Membagi pekerjaan secara parallel, agar pekerjaan dapat berjalan secara
simultan.
7) Membagi lingkup pekerjaan bagi pekerjaan yang ditangani beberapa tenaga ahli

sejenis.

IV - 6 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro

Tabel 4.1. Komposisi Tim Kerja


BULAN I BULAN II BULAN III BULAN IV
NO NAMA PERSONIL POSISI OB
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

I PROFESIONAL STAF

Team
Leader/Ahli
Ir. Sad Marga
1 Utama 4,00
Oetomo,MT
Perencanaan
Transportasi
Ahli Madya
2 Ir. Nur Miftah Manajemen 4,00
Lalu Lintas
Ahli Madya
3 Siddiq Asiyanta, S.Sos 4,00
Sosial
Ahli Madya
Perencanaan
4 Rayyan malik, ST, MT 4,00
Wilayah
Kota/Kawasan
Ahli Madya
5 Susilo, S.S, M.Sc 4,00
Budaya
Ahli Madya
6 Didi Nuryadin, SE, M.Si Ekonomi 3,00
Pembangunan
Ahli Madya
7 Irwan Nuryadin, ST 3,00
Teknik Jalan
Sub Total 26,00
II SUB PROFESIONAL STAF

Ahli Muda
Agus Rachmat
1 Perencanaan 4,00
Hasiholan, ST
Transportasi
Ahli Muda
2 Ir. Ari Budiman Manajemen 4,00
Lalu Lintas
Ahli Muda
3 Dra. Sudaru Murti, M.Si 4,00
Sosial
Ahli Muda
Perencanaan
4 Doddy Rusyadin,ST 4,00
Wilayah
Kota/Kawasan
Kamashakti Ahli Muda
5 4,00
Wondoamiseno, S.Ant Budaya
Ahli Muda
6 Jamzani Sodik, SE, M.Si Ekonomi 3,00
Pembangunan
Ahli Muda
7 Heri Rohendi, ST 3,00
Teknik Jalan
Sub Total 26,00
III TENAGA PENDUKUNG

1 To be named (55) Surveyor 55,00


Sekretaris/Ad
2 To be named 4,00
ministrasi
Operator
3 To be named (5) 15,00
Komputer
Draftman/Juru
4 To be named (4) 8,00
Gambar
5 To be named Sopir 4,00
Sub Total 86,00

IV - 7 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro

4.3. Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan


Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan perencanaan adalah 4 bulan atau 120 hari
kalender sejak diterimanya SPMK. Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan
Malioboro, Yogyakarta, dengan jadwal tersebut selain diperlukan tenaga ahli yang
handal dengan jumlah yang cukup, pelaksanaan kegiatan ini yang lebih penting lagi
adalah penjadualan yang tepat. Selama tidak berbenturan dan bisa saling melengkapi
antar kegiatan satu dengan kegiatan lainnya akan dikerjakan secara simultan. Jadual
kegiatan perencanaan disusun berdasarkan :

1) Jangka waktu pelaksanaan

2) Volume kegiatan

3) Jumlah, kualitas Tenaga Ahli dan Tenaga Penunjang yang terlibat

4) Kesiapan semua unsur–unsur terkait

Saat dimulai pelaksanaan pekerjaan ini adalah saat ditandatangani Surat Perintah
Mulai Kerja (SPMK) yaitu tertanggal 21 Agustus 2014. Setiap akhir dari tahapan
pelaksanaan pekerjaan akan dilakukan konsultasi/diskusi baik dengan user maupun
dengan bagian terkait yakni PPK. Jadual pelaksanaan pekerjaan kegiatan dapat dilihat
pada Diagram Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan Perencanaan Penataan Transportasi
Kawasan Malioboro terlampir pada Tabel 4.2. di bawah ini.

IV - 8 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Perencanaan Penataan Transportasi Kawasan Malioboro

Tabel 4.2. Jadwal Kegiatan

No Jadwal Kegiatan Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3 Bulan 4

A TAHAP PERSIAPAN

1 Mobilisasi Tenaga Ahli

Koordinasi Tim Konsultan (TL,TA,


2
Tenaga Pendukung)
Menyusun Draf Instrumen survey,
3
Rencana Kerja & Adm Lainnya
Koordinasi dengan
4
Pokja/Satker/Tim Teknis

5 Desk study

B TAHAP PENGUMPULAN DATA

1 Pengumpulan Data Primer

2 Pengumpulan Data Sekunder

C TAHAP ANALISIS

1 Kompilasi dan Tabulasi Data

2 Perhitungan dan Analisis Data

D TAHAP PENYUSUNAN RENCANA PENATAAN

1 Rencana umum

2 Rencana Detail

E TAHAP PELAPORAN

1 Laporan Pendahuluan

2 Laporan Antara

3 Laporan Akhir

F TAHAP DISKUSI DAN PRESENTASI

1 Presentasi Laporan Pendahuluan

2 Presentasi Laporan Antara

3 Presentasi Laporan Akhir

IV - 9 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n

Anda mungkin juga menyukai