Disusun oleh:
Hafidhatul Awaliya Rahmah
1610104095
4B/B2
Penyebab
Penyebab terjadinya kekerasan seksual pada remaja penyandang disabilitas utamanya adalah
kurangnya pendidikan seksual terhadap mereka. Tidak hanya itu, peran orang tua untuk
mengenalkan seks pada ABK masih sangat minim, sehingga korban yang memang sudah
menyandang disabilitas, serta tidak terlalu memerhatikan lingkungan sekitarnya menjadi
sasaran empuk bagi pelaku kekerasan seksual. Korban juga tidak memahami perlakuan tidak
senonoh yang ia alami.
Isu Terkini
Dalam kurun waktu tiga tahun terkahir Center for Improving Qualified Activity In Live Of
People With Didabillities (Ciqal) mencatat terdapat 96 kasus kekerasan seksual menimpa
penyandang disabilitas. Dari angka itu korban didominasi difabel tuna rungu /wicara. Banyak
kasus kekerasan seksual yang dialami kaum difabel dan selesai secara kekeluargaan. Menurut
Ibnu Sukoco, Koordinator Program Advokasi Lembaga Ciqal, kasus kekerasan seksual pada
tahun 2015 terdapat 28 kasus, 2016 terdapat 23 kasus, dan hingga Desember 2017 terdapat 45
kasus yang dilaporkan terhadap penyandang disabilitas. Sedang menurut data Sentra Advokasi
Perempuan Disabilitas dan Anak (SAPDA), pada 2015 tercatat 29 orang perempuan
penyandang disabilitas menjadi korban kekerasan baik itu kekerasan seksual, kekerasan fisik,
dan kekerasan ekonomi. Tahun 2016, kekerasan serupa meningkat sebanyak 33 kasus dan 35
kasus di tahun 2017.
Kebijakan Pemerintah
Salah satu kebijakan pemerintah adalah mengeluarkan UU berkaitan dengan kekerasan seksual
pada anak penyandang autis serta ancaman hukuman bagi pelaku, diantaranya:
Upaya Promotif
Dalam keluarga, upaya orang tua dalam memberikan sex education menurut Safrudin (2014),
antara lain:
1. Pembiasaan diri untuk menutup aurat.
2. Pendidikan keimanan
3. Memisahkan tempat tidur anak
4. Menjaga kebersihan seks (sex higiene)
5. Pendidikan tentang penanaman jiwa maskulinitas dan feminitas
6. Etika memandang lawan jenis dan sejenis
7. Etika meminta izin
8. Menjauhkan anak dari rangsangan seksual
9. Bahaya seks bebas dan penyakit kelamin
10. Perilaku seks menyimpang
Selain itu, pemeberian sex education dari guru ke murid di sekolah menurut Zafer, dkk (2011),
media buku, booklet, jurnal tentang seksualtitas anak autis tetap digunakan dan kesadaran
keluarga mengenai hal tersebut harus ditngkatkan. Mengambil dari teknik orang luar serta tetap
memberikan dukungan baik fisik maupun mental akan meningkatkan pengetahuan anak
mengenai tubuh mereka sendiri.
Peran Bidan
1. Memberikan konseling mengenai pentingnya pendidikan seks bagi anak autis kepada
orang tua.
2. Memberikan penyuluhan mengenai dampak dan cara mengatasi kekerasan seksual pada
anak autis.
DAFTAR PUSTAKA
Aziz, Safrudin. 2014. Pendidikan Seks bagi Anak Berkebutuhan Khusus. Jurnal
Kependidikan. 2 (2), 182-204. 2 November 2014.
Bekirogullari, Zafer et al. 2011. The Information and Attitude Levels of the Educational
Psychologists and Special Education Teachers in the Process of Sex Education for the
Adolescents with Autism. Procedia Social and Behavioral Science. 12, 638-653.
Syahdan Alamsyah, 26 Oktober 2016. “Bocah Penyandang Autis Diduga Menjadi Korban
Kekerasan Seksual di Sukabumi”, dari https://news.detik.com/berita/d-3329444/bocah-
penyandang-autis-diduga-jadi-korban-kekerasan-seksual-di-sukabumi. Diakses tanggal 9
April 2018.
Anisa, Dina Fitir, 26 Januari 2018. “Kasus Kekerasan Terhadap Penyandang Disabilitas
Meningkat”, dari http://www.beritasatu.com/kesra/475351-kasus-kekerasan-terhadap-
penyandang-disabilitas-meningkat.html. Diakses tanggal 9 April 2018.