Anda di halaman 1dari 3

PAPER REPRODUKSI PEREMPUAN

ANALISA KASUS YANG BERKAITAN DENGAN SEX EDUCATION PADA ANAK


PENYANDANG DISABILTAS
Paper ini dibuat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Reproduksi Perempuan yang diampu
oleh:
Herlin Fitriana K, S.SiT., M.Kes

Disusun oleh:
Hafidhatul Awaliya Rahmah
1610104095
4B/B2

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ‘AISYIAH YOGYAKARTA
TAHUN 2018
Identifikasi Kasus
Kasus yang saya ambil terjadi pada tanggal 20 Oktober 2016. Diduga korban berusia 13 tahun
penyandang autis mengalamai kekerasan seksual dan pelecehan seksual di RS R. Syamsudin
SH, kota Sukabumi. Ibu korban, NK (54), melaporkan hal tersebut ke aparat polisi. Menurut
penuturan sang ibu, anaknya berada di ruangan khusus pasien penyakit jiwa laki-laki dengan
keadaan telanjang, ia menambahkan putrinya dalam keadaan babak belur , terdapat luka
cakaran di pergelangan tangan dan lebam di bagian muka.

Penyebab
Penyebab terjadinya kekerasan seksual pada remaja penyandang disabilitas utamanya adalah
kurangnya pendidikan seksual terhadap mereka. Tidak hanya itu, peran orang tua untuk
mengenalkan seks pada ABK masih sangat minim, sehingga korban yang memang sudah
menyandang disabilitas, serta tidak terlalu memerhatikan lingkungan sekitarnya menjadi
sasaran empuk bagi pelaku kekerasan seksual. Korban juga tidak memahami perlakuan tidak
senonoh yang ia alami.

Isu Terkini
Dalam kurun waktu tiga tahun terkahir Center for Improving Qualified Activity In Live Of
People With Didabillities (Ciqal) mencatat terdapat 96 kasus kekerasan seksual menimpa
penyandang disabilitas. Dari angka itu korban didominasi difabel tuna rungu /wicara. Banyak
kasus kekerasan seksual yang dialami kaum difabel dan selesai secara kekeluargaan. Menurut
Ibnu Sukoco, Koordinator Program Advokasi Lembaga Ciqal, kasus kekerasan seksual pada
tahun 2015 terdapat 28 kasus, 2016 terdapat 23 kasus, dan hingga Desember 2017 terdapat 45
kasus yang dilaporkan terhadap penyandang disabilitas. Sedang menurut data Sentra Advokasi
Perempuan Disabilitas dan Anak (SAPDA), pada 2015 tercatat 29 orang perempuan
penyandang disabilitas menjadi korban kekerasan baik itu kekerasan seksual, kekerasan fisik,
dan kekerasan ekonomi. Tahun 2016, kekerasan serupa meningkat sebanyak 33 kasus dan 35
kasus di tahun 2017.

Kebijakan Pemerintah
Salah satu kebijakan pemerintah adalah mengeluarkan UU berkaitan dengan kekerasan seksual
pada anak penyandang autis serta ancaman hukuman bagi pelaku, diantaranya:

 Pasal 81 dan 82 Undang-undang nomor 35 tahun 2014 tentang perlindungan anak.


Ancaman hukuman maksimal 15 tahun penjara.
 Perlindungan khusus dalam UU 8/2016, khusus Bab X tentang Perlindungan Khusus
bagi Perempuan dan anak Penyandang Disabilitas.

Upaya Promotif
Dalam keluarga, upaya orang tua dalam memberikan sex education menurut Safrudin (2014),
antara lain:
1. Pembiasaan diri untuk menutup aurat.
2. Pendidikan keimanan
3. Memisahkan tempat tidur anak
4. Menjaga kebersihan seks (sex higiene)
5. Pendidikan tentang penanaman jiwa maskulinitas dan feminitas
6. Etika memandang lawan jenis dan sejenis
7. Etika meminta izin
8. Menjauhkan anak dari rangsangan seksual
9. Bahaya seks bebas dan penyakit kelamin
10. Perilaku seks menyimpang

Selain itu, pemeberian sex education dari guru ke murid di sekolah menurut Zafer, dkk (2011),
media buku, booklet, jurnal tentang seksualtitas anak autis tetap digunakan dan kesadaran
keluarga mengenai hal tersebut harus ditngkatkan. Mengambil dari teknik orang luar serta tetap
memberikan dukungan baik fisik maupun mental akan meningkatkan pengetahuan anak
mengenai tubuh mereka sendiri.

Peran Bidan
1. Memberikan konseling mengenai pentingnya pendidikan seks bagi anak autis kepada
orang tua.
2. Memberikan penyuluhan mengenai dampak dan cara mengatasi kekerasan seksual pada
anak autis.
DAFTAR PUSTAKA
Aziz, Safrudin. 2014. Pendidikan Seks bagi Anak Berkebutuhan Khusus. Jurnal
Kependidikan. 2 (2), 182-204. 2 November 2014.
Bekirogullari, Zafer et al. 2011. The Information and Attitude Levels of the Educational
Psychologists and Special Education Teachers in the Process of Sex Education for the
Adolescents with Autism. Procedia Social and Behavioral Science. 12, 638-653.

Syahdan Alamsyah, 26 Oktober 2016. “Bocah Penyandang Autis Diduga Menjadi Korban
Kekerasan Seksual di Sukabumi”, dari https://news.detik.com/berita/d-3329444/bocah-
penyandang-autis-diduga-jadi-korban-kekerasan-seksual-di-sukabumi. Diakses tanggal 9
April 2018.

Sudjatmiko, Tomi, 11 Desember 2017. “Kekerasan Seksual Penyandang Disabilitas


Meningkat”, dari
http://krjogja.com/web/news/read/52002/Kekerasan_Seksual_Penyandang_Disabilitas_Meni
ngkat. Diakses tanggal 9 April 2018

Anisa, Dina Fitir, 26 Januari 2018. “Kasus Kekerasan Terhadap Penyandang Disabilitas
Meningkat”, dari http://www.beritasatu.com/kesra/475351-kasus-kekerasan-terhadap-
penyandang-disabilitas-meningkat.html. Diakses tanggal 9 April 2018.

Anda mungkin juga menyukai