Anda di halaman 1dari 7

PRAKTIKUM Evidence-based Medicine

(EBM)

Soal:

Manakah yang lebih efektif, penisilin intramuskuler atau penisilin per oral untuk

mencegah rekurensi demam rematik dan infeksi streptokokus tenggorok?

Manakah yang lebih baik, injeksi penisilin tiap 2-3 minggu atau tiap 4 minggu?
Evidence-based Medicine
(EBM)

Langkah-langkah Evidence-based Medicine (EBM), yaitu:

a. Langkah 1: Merubah kebutuhan akan informasi (mengenai terapi,

pencegahan, diagnosis, prognosis, etiologi, dll) menjadi pertanyaan yang dapat

dijawab.

Merumuskan pertanyaan klinis dengan menggunakan rumus “PICO”:

 Patient dan problem (bagaimana pasien dan masalah apa, yaitu

kausa/etiologi/ harm, diagnosis, terapi, atau prognosis)?

 Intervention (tes diagnostik, terapi, paparan, dsb)

 Comparison (jika relevan, misalnya terapi standar, gold standard,

plasebo)

 Clinical outcome (Patient-Oriented Evidence that Matters, misalnya,

perbaikan klinis, mortalitas, morbiditas, kualitas hidup)

Evidence-based Medicine (EBM) jurnal yang berjudul “Intramuscular

penicillin is more effective than oral penicillin in secondary prevention of

rheumatic fever--a systematic review” dan “Penicillin for secondary

prevention of rheumatic fever”.


Langkah 1: Rumuskan masalah klinis pasien

 Patient dan Problem

Bagaimanakah cara mencegah rekurensi demam rematik dan infeksi

streptokokus tenggorok?

 Intervention

Pemberian antibiotik seperti apa dan kapan waktu yang tepat yang dapat

diberikan untuk mencegah rekurensi demam rematik dan infeksi

streptokokus tenggorok?

 Comparison

Manakah yang lebih efektif, penisilin intramuskuler atau penisilin per oral

dan pemberian tiap 2-3 minggu atau tiap 4 minggu untuk mencegah

rekurensi demam rematik dan infeksi streptokokus tenggorok?

 Clinical Outcome

Apakah dengan pemberian antibiotik penisilin dapat mencegah terjadinya

rekurensi demam rematik dan infeksi streptokokus tenggorok?

b. Langkah 2: Mencari bukti-bukti klinis yang terbaik dalam menjawabnya

Pencarian bukti-bukti biasanya melalui literatur (literature search) dengan

mengakses Medline, Pubmed, Cochrane Collaboration, dan sebagainya.

Situs pencarian literatur lain adalah:


Sumber bukti “sistem”:

 BMJ Clinical Evidence (http://www.clinicalevidence. com)

 UpToDate (http://www.uptodate.com),

 PIER: The Physician’s Information and Education Resource

(http://pier.acponline.org/index.html)

 WebMD (http://webmd.com)denan

 ACP Medicine (www.acpmedicine.com)

 Bandolier (http:// www.ebandolier.com/).

Sumber bukti “sinopsis” (CATS= Critically Appraised Topics)

 ACP [American College of Physicians] Journal Club

(http://www.acpjc.org)

 EBM (http://ebm. bmj.com), CATs (www.cebm.jr2.ox.ac.uk)

 POEMs (www.infopoems.com), BestBETS (www.bestbets.com).

Sumber bukti “sintesis”:

 Cochrane Library (http://www3. interscience.wiley. com/ cgi-

bin/mrwhome/106568753/HOME)

 DARE www.york.ac.uk/inst/crd/welcome.htm)

 Medline, Ovid EBMR, Evidence-Based Medicine / ACP Journal Club, dan

lain-lain.

Sumber bukti “studi”

 MEDLINE/ PubMed (www.pubmed.com/)


 Embase (www.ovid.com)

 Trip database (www.tripdatabase.com/).

Pada praktikum ini kami memilih mengakses Pudmed. Langkah-langkahnya

adalah sebagai berikut:

- Buka google

- Tulis di search engine: Pubmed

- Lalu pilih Pubmed Clinical Queries

- Setelah terbuka pilih Clinical Study Categories

- Pada kotak Category, pilih Diagnosis

- Pada kotak Scope, pilih Broad

- Pada kotak search engine, tulis “prostate spesific antigen or digital

rectal examination prostate carcinoma”

- Lalu pilih jurnal yang sesuai

- Kami memilih jurnal yang berjudul: “Intramuscular penicillin is more

effective than oral penicillin in secondary prevention of rheumatic

fever--a systematic review” dan “Penicillin for secondary prevention

of rheumatic fever”.

c. Langkah 3: Penilaian secara kritis (critical appraisal) bukti-bukti tersebut

berdasarkan validitas, impact, and applicability (manfaatnya terhadap praktik

klinik kita)
 Validity: apakah temuan benar?

 Importance: apakah temuan penting (signifikansi statistik dan

signifikansi klinis?)

 Applicability: apakah temuan bisa diterapkan pada pasien saya?

Perhatikan nilai
kekuatan bukti
yang bisa
diharapkan dari
sebuah desain
studi ketika
melakukan
Critical
Appraisal

Gambar 1. Hierarki Metode Penelitian

Berdasarkan hierarki metode penelitian di atas dapat dilihat bahwa:

- Validity

Berdasarkan hierarki metode penelitian dapat dilihat bahwa Meta

Analisis/Systematic Reviews menempati urutan teratas sehingga

validitasnya juga paling kuat dari yang lain.

- Importance

Memuat hasil penelitian (disertai jurnal pendukung)


- Applicability

Apakah dapat diaplikasikan di klinik?

Bagaimana keuntungan dan kerugian dari penerapan EBP tersebut?

d. Langkah 4: Mengintegrasikan hasil evaluasi kritis dengan ketrampilan klinis

kita dan dengan keadaan biologis, nilai-nilai dan situasi pasien kita yang unik.

e. Langkah 5: Mengevaluasi efektivitas dan efisiensi kita dalam melaksanakan

langkah 1-4 dan terus berusaha mencari jalan meningkatkan kemampuan kita.

Langkah 1 muncul pertanyaan yang menjadi masalah. Langkah 2 mencari

bukti-bukti tentang masalah tersebut dengan mengakses Pubmed. Langkah 3

menguji dengan melakukan critical appraisal apakah bukti yang kita dapat

valid, importance, dan applicability. Langkah 4 mengintegrasikan evaluasi

kritis,

Anda mungkin juga menyukai