Anda di halaman 1dari 7

ARTIKEL TENTANG PENTINGNYA PENGENDALIAN BERAT BADAN SEBAGAI

BAGIAN PENTING DARI MANAJEMEN DIABETES MELLITUS

NAMA : A.DIAN MIRANDA YUSRAN.P

NIM : PO714201171055

KELAS : IV B

POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR

DIV KEPERAWATAN

2020
ARTIKEL TENTANG PENTINGNYA PENGENDALIAN BERAT BADAN SEBAGAI
BAGIAN PENTING DARI MANAJEMEN DIABETES MELLITUS

Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2016, Diabetes mellitus adalah
suatu penyakit kronis dimana organ pankreas tidak memproduksi cukup insulin atau ketika
tubuh tidak efektif dalam menggunakannya. Diabetes mellitus adalah gangguan metabolisme
yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya
toleransi karbohidrat (Price dan Wilson, 2006). Hiperglikemia atau terjadinya peningkatan
kadar gula darah adalah salah satu efek yang terjadi jika penyakit diabetes tidak terkontrol
dan lambat laun akan mengakibatkan kerusakan diberbagai sistem di dalam tubuh khususnya
saraf dan pembuluh darah. Diabetes mellitus merupakan penyakit metabolik yang
berlangsung lama atau kronis yang ditandai dengan peningkatan kadar gula darah sebagai
akibat dari kelainan insulin, aktivitas insulin ataupun sekresi insulin yang dapat menimbukan
berbagai masalah serius dan prevalensi dari penyakit diabetes mellitus ini berkembang sangat
cepat (Smeltzer &Bare, 2008). Diabetes Mellitus adalah penyakit menahun yang timbul pada
seseorang disebabkan karena adanya peningkatan kadar gula atau glukosa darah akibat
kekurangan insulin baik absolut maupun relative. Berdasarkan dari beberapa definisi di atas,
diabetes mellitus adalah suatu kelainan metabolik yang ditandai dengan peningkatan kadar
gula darah yang dapat mengakibatkan kerusakan diberbagai sistem tubuh manusia.. Di
Indonesia ada bermacam-macam jenis DM, yang paling banyak ditemukan adalah DM tipe 2.
Menurut survei yang di lakukan oleh International Diabetes Federation (IDF), jumlah
penderita DM terarakhir updutr pada tanggal 14/0/2020 indonesia merupakan salah satu 39
negara dan teritori di kawasan IDF WP, terdapat 463 juta orang menderita diabetes di dunia
dan 163 juta orang di wilayah WP pada tahun 2045 jumlah ini akan meningkat menjadi 212
juta. Total populasi orang dewasa 172.244.700, prevlensi diabetes pada dewasa 6,2 % jadi
total diabetes dewasa 10.681.400. Penatalaksanaan DM tipe 2 secara umum bertujuan untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien. Tujuan penatalaksanaan jangka pendek adalah 
menghilangkan tanda dan gejala DM tipe 2, mempertahankan rasa nyaman, dan mencapai
target pengendalian glukosa darah. Tujuan penatalaksanaan jangka panjang adalah  mencegah
dan menghambat progresivitas komplikasi makrovaskuler, mikrovaskuler, dan neuropati
diabetik. Tujuan akhir dari penatalaksanaan DM tipe 2 adalah turunnya  morbiditas dan
mortalitas DM tipe 2. Penatalaksanaan DM diatas dikenal dengan Pilar utama pengendalian
DM yang terdiri dari perencanaan makan, latihan jasmani, obat berkhasiat hipoglikemik dan
penyuluhan.

Keberhasilan pengendalian DM dapat diukur dengan pemeriksaan Glycosylated


hemoglobin (HbA1c). HBA1c adalah pemeriksaan penunjang diabetes mellitus yang
ditujukan untuk menilai  % kontrol glikemik seorang pasien. Nilai HbA1c yang baik adalah <
6,5 %. HBA1c dapat menggambarkan konsentrasi glukosa ambient rata-rata sejak 60 -90 hari
sebelum pemeriksaan, sehingga dapat memberikan gambaran status DM secara lebih
konsisten.

Kontrol DM yang buruk dapat mengakibatkan hiperglikemia dalam jangka panjang,


yang memicu beberapa komplikasi yang serius.Banyaknya komplikasi yang mengiringi
penyakit DM telah memberikan kontribusi terjadinya perubahan fisik, psikologis maupun
sosial yang berakibat menurunnya produktivitas.

 Manajemen Diabetes Mellitus

Tujuan utama dari manajemen diabetes mellitus yaitu mencapai level kadar glukosa normal
(euglikemia) tanpa hipoglikemia dan tanpa mengganggu aktivitas pasien. Menurut Smeltzer
dan Bare (2008) penatalaksanaan DM terbagi menjadi lima manajemen yaitu diet atau
manajemen nutrisi, latihan atau exercise, pemantauan atau monitoring terhadap glukosa dan
keton, terapi farmakologis dan pendidikan atau edukasi.

a. Diet atau Manajemen Nutrisi

Diet dan pengendalian berat badan merupakan dasar dari penatalaksanaan diabetes.
Penatalaksanaan nutrisi pada diabetes diarahkan untuk mencapai tujuan yaitu memberikan
semua unsur makanan essensial (misalnya vitamin dan mineral), mencapai dan
mempertahankan berat badan yang sesuai, memenuhi kebutuhan energi, mencegah fluktuasi
kadar glukosa darah setiap harinya dengan mengupayakan kadar glukosa darah mendekati
normal melalui cara-cara yang aman dan praktis, menurunkan kadar lemak darah jika
meningkat. Prinsip dalam perencanaan makanan pada pasien DM harus memperhatikan
pertimbangan seperti kebiasaan tiap individu, jumlah kalori, disesuaikan dengan
pertumbuhan, status gizi, umur, stress akut dan kegiatan jasmani (Smeltzer & Bare, 2008).
Diet dengan kalori sangat rendah, pada umumnya tidak efektif untuk mencapai penurunan
berat badan jangka lama, dalam hal ini perlu ditekankan bahwa tujuan diet adalah
pengendalian glukosa dan lipid (Waspadji, 2009). Selanjutnya perubahan disesuaikan dengan
pola makan pasien. Standar yang dianjurkan untuk komposisi makanan : karbohidrat (KH)
60-70%, protein 10-15%, lemak 20-25% (Sukardji, 2009 dalam Soegondo, Soewondo &
Subekti, 2007).

b. Latihan Jasmani/Olahraga

Latihan jasmani atau olahraga sangat penting dalam penatalaksanaan diabetes karena efeknya
dapat menurunkan kadar glukosa darah dan mengurangi faktor risiko kardiovaskuler. Latihan
akan menurunkan kadar glukosa darah dengan meningkatkan pengambilan glukosa oleh otot
dan memperbaiki pemakaian insulin. Latihan juga akan mengubah kadar lemak darah yaitu
meningkatkan kadar HDL kolesterol dan menurunkan kadar kolesterol total serta trigliserida.
Manfaat olah raga bagi pasien DM yaitu meningkatkan kontrol gula darah, menurunkan
risiko penyakit kardiovaskuler (jika dilakukan minimal 30 menit, 3-5 kali/minggu sampai HR
mencapai 220- umur/menit), menurunkan berat badan, menguatkan tulang dan otot,
mengurangi komplikasi dan menimbulkan kegembiraan (Smeltzer & Bare, 2008). Sebelum
melakukan olah raga, pasien DM yang mengikuti latihan

yang panjang harus memeriksa kadar glukosa darahnya sebelum, selama dan sesudah periode
latihan tersebut. Pasien DM harus memakan camilan setiap 1⁄2-1 jam yang mengandung
karbohidrat jika diperlukan untuk mempertahankan glukosa darah (Ilyas, 2009). Jenis olah
raga yang dianjurkan pada pasien DM yaitu olahraga yang bersifat rekresional maupun
profesional seperti berjalan kaki, bersepeda, berenang, yoga dan senam kaki (Smeltzer et al.,
2010).

a.jenis

Latihan jasmani yang dianjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat aerobik seperti jalan
kaki, bersepeda santai, jogging, senam dan berenang.Selain jenis aerobik, latihan ketahanan
seperti angkat besi juga terbukti memberikan dampak positif terhadap kendali gula darah,
adipositas dan lipid. Bahkan kombinasi antara keduanya memebrikan hasil yang lebih baik
dalam mengurangi nilai hemoglobin A1c sekitar 0,6%. Untuk mereka yang relatif sehat,
intensitas latihan jasmani dapat ditingkatkan, sementara yang sudah mendapat komplikasi
DM dapat dikurangi.
b. Frekuensi

Frekuensi menunjukkan banyaknya latihan persatuan waktu dan untuk meningkatkan


kebugaran fisik diperlukan latihan 3-5 kali perminggu yang dilakukan secara teratur.

c. Intensitas

Intensitas yaitu kulaitas yang menunjukkan berat ringannya latihan.Intensitas latihan untuk
daya tahan paru jantung sebesar 60-70%.Total Heart Rata (THR).THR dihitung menggunkan
rumus 60% x (220-umur).Misalnya responden berusia 45 tahun maka denyut jantungnya
harus dapat mencapai 105 kali permenit.

d. Durasi

Waktu yang diperlukan setiap kali latihan utnuk meningkatkan kebugaran fisik adalah
30 - 60 menit yang didahului 3 – 5 menit pemanasan dan diakhiri 3 – 5 menit pendinginan.
Adapun waktu yang diperlukan selama latihan yaitu 30 menit dengan waktu untuk
pemanasan 5 menit dan pendinginan 5 menit sehingga latihan intinya 20 menit sampai
responden mencapai THR.

Olahraga lebih dianjurkan pada pagi hari sebelum pukul 06.00 karena selain udara
yang masih bersih juga suasana yang belum ramai sehingga membantu penderita lebih
merasa nyaman dan tidak mengalami stress yang tinggi. Selian itu juga dapat dilakukan pada
sore hari ketika sinar matahari tidak begitu terik.

Hal yang perlu diingat dalam latihan jasmani adalah jangan memulai olahraga
sebelum makan, memaki sepatu yang pas, membawa bekal permen atau minuman manis yang
dapat dimakan atau diminum jika sewaktu-waktu terasa pusing saat olaharaga (hipoglikemia)
dan harus didampingi oleh orang yang tahu mengatasi serangan hipoglikemia. Penderita DM
yang memulai olahraga tanpa makan akan berisiko terjadinga stravasi sel dengan cepat dan
akan berdampak pada nekrosis sel.

c. Pemantauan atau Monitoring terhadap glukosa dan keton

Pemantauan glukosa dan keton oleh penyandang diabetes mellitus merupakan hal yang
penting dilakukan untuk mencegah dari keadaan hipoglikemia dan hiperglikemia sehingga
meminimalkan komplikasi. Pemantauan yang dilakukan oleh penyandang diabetes mellitus
secara langsung juga bermanfaat untuk mengevaluasi regimen atau pengobatan yang selama
ini diperoleh untuk menormalkan kadar glukosa dan keton (Smeltzer & Bare, 2008).
d. Terapi Farmakologis

Intervensi farmokologis ditambahkan jika sasaran kadar glukosa darah belum tercapai dengan
pengaturan makan dan latihan jasmani. Intervensi farmakologis meliputi : Obat Anti
Hipoglikemik Oral (OHO) dan insulin (Lemone, Burke, Bauldoff, 2015). Tujuan terpai
insulin adalah menjaga kadar gula darah normal atau mendekati normal. Pada diabetes
mellitus tipe 2 akan membutuhkan insulin apabila terapi jenis lain tidak dapat mencapai
target pengendalian kadar glukosa darah dan keadaan stress berat seperti pada infeksi berat,
tindakan pembedahan, infark miokard akut atau stroke (Soegondo, 2009). Pada diabetes tipe
2, insulin mungkin diperlukan sebagai terapi jangka panjang untuk mengendalikan kadar
glukosa darah jika diet dan obat OHO tidak berhasil mengontrolnya (Smeltzer & Bare, 2010).

e. Edukasi

Edukasi yang diberikan pada pasien DM pada dasarnya adalah supaya pasien mampu
meningkatkan pengetahuan terkait penyakit yang dideritanya sehingga mampu
mengendalikan penyakitnya dan mengontrol gula darah

dalam keadaan mendekati normal dan dapat mencegah komplikasi. Edukasi yang dapat
diberikan pada penderita diabetes mellitus yaitu pemantauan glukosa mandiri, perawatan
kaki, ketaatan penggunaan obat-obatan, berhenti merokok, meningkatkan aktifitas fisik, dan
mengurangi asupan kalori dan diet tinggi lemak (Ndraha, 2014). Salah satu ketrampilan yang
dapat diberikan bagi penderita diabetes mellitus adalah dengan pemberian pendidikan
kesehatan mengenai perawatan kaki. Menurut Indian Health Diabetes Best Practice (2011)
perawatan kaki adalah perilaku yang dilakukan secara mandiri atau oleh tenaga kesehatan
yang meliputi menjaga kegiatan setiap hari, memotong kuku kaki dengan benar, memilih alas
kaki yang baik, dan pengelolaan cedera awal pada kaki termasuk kesehatan secara umum dan
gawat darurat pada kaki. Perawatan kaki dapat dilakukan oleh pasien dan keluarga secara
mandiri dirumah. Apabila pasien tidak bisa melaksanakan perawatan kaki secara mandiri
misalnya pada kondisi tertentu (stroke) yang membutuhkan bantuan maka kelurga dapat
membantu dalam perawatan kaki. Tenaga kesehatan berkewajiban memberikan edukasi bagi
pasien dan keluarga untuk melakukan perawatan kaki secara mandiri dirumah. Menurut
WHO (2012) aktifitas mandiri dapat dilakukan oleh seseorang mulai dari usia 18-64 tahun.
DAFTAR PUSTAKA

1. https://www.idf.org/our-network/regions-members/western-pacific/members/104-
indonesia.html
2. LEMONE, Priscilla; BURKE, Karen M.; BAULDOFF, Gerene. Buku ajar
keperawatan medikal bedah. Jakarta: EGC, 2015.
3. PRICE, Sylvia A.; WILSON, Lorraine M. Patofisiologi konsep klinis proses-proses
penyakit. Jakarta: Egc, 2006, 4.2: 1127-1128.
4. http://garuda.ristekbrin.go.id/journal?q=Media+Keperawatan
5. SMELTZER, Suzanne C., et al. Brunner and Suddarth’s textbook of medicalsurgical
nursing 10th edition. Philadelphia: Lipincott Williams & Wilkins, 2008
6. WASPADJI, Sarwono. Diabetes Mellitus: Mekanisme Dasar dan Pengelolaannya
yang Rasional Dalam: Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu Edisi 2. Jakarta:
Balai Penerbit FKUI, 2009.
7. ILYAS, E. Manfaat Latihan Jasmani Bagi Penyandang Diabetes. Dalam: Soegondo S,
dkk, Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2009.
8. Soegondo, S., Soewondo, P., & Subekti, I. (2009). Penatalaksanaan diabetes melitus
terpadu. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
9. Ndraha, Suzanna. "Diabetes melitus tipe 2 dan tatalaksana terkini." Medicinus 27.2
(2014): 9-16.

Anda mungkin juga menyukai