Anda di halaman 1dari 47

DAFTAR ISI

JUDUL NO DOKUMEN

SPO MENCUCI TANGAN 11/04/01


SPO TES WAKTU BEKUAN DARAH (CLOTTING TIME) 11/04/02
SPO TES DARAH RUTIN 11/04/03
SPO TES LAJU ENDAP DARAH METODE WESTERGREEN (LED) 11/04/04
SPO PEMBUATAN DAN PEWARNAAN APUSAN DARAH TEPI 11/04/05
SPO TES HIV 11/04/06
SPO TES HbsAg 11/04/07
SPO TES KEHAMILAN 11/04/08
SPO TES NARKOBA 11/04/09
SPO TES SEROLOGIK TIFOID 11/04/10
SPO TES GDS STRIP 11/04/11
SPO IDENTIFIKASI BASIL TAHAN ASAM SPUTUM DENGAN
PEWARNAAN MODIFIKASI ZIEHL NIELSEL 11/04/12
SPO TES MALARIA 11/04/13
SPO PEMERIKSAAN FAECES RUTIN 11/04/14
SPO URINALISIS 11/04/15
SPO BIOPSI JARINGAN TUBUH (HISTOPATOLOGI) 11/04/16
SPO PERSIAPAN BAHAN SITOLOGI 11/04/17
MENCUCI TANGAN
NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN
RSU
THALIA IRHAM 11/04/01 1/2

TANGGAL TERBIT DITETAPKAN OLEH


STANDAR DIREKTUR RSU THALIA IRHAM
PROSEDUR
1 januari 2016
OPERASIONAL dr. Muhammad Saad Bustan,M.Kes.
Pengertian Membersihkan tangan dari kotoran, kuman, virus, sebelum dan
sesudah melakukuan tindakan
Tujuan - Untuk mencegah terjadinya penularan penyakit silangbaik
kepada pasien maupun petugas.
- Agar tidak ada keluhan kecemasan dari pasien, suami dan
keluarga.
- Agar tindakan dapat dilakukan dengan baik dan benar.
Kebijakan Mengacu kepada standar operasional asuhan keperawatan
Prosedur A. Persiapan Alat
1. Air mengalir dari kran
2. Sabun atau cairan anti septik
3. Tissue atau lap bersih
4. Tempat Tissue/lap kotor
B. Langkah-langkah
1. Mengkaji keadaan kulit tangan apakah allergi terhadap
sabun atau antiseptik.
2. Melepas perhiasan dan menggulung lengan baju diatas
siku
3. Berdiri didepan wastafel, membuka kran air kemudian
membasahi tangan dengan air mengalir.
4. Mengambil sabun/anti septik sebanyak 3 – 5 ml
5. Gosok kedua telapak tangan
6. Gosok punggung tangan menggunaka telapak tangan
kiri,jari-jari saling menyilang dan lakukan sebaliknya
7. Gosok kedua telapak tangan, jari-jari tangan saling
menyilang
8. Gosok punggung jari-jari tangan pada telapak tangan
dengan posisi kedua tangan saling mengunci
9. Genggam ibu jari tangan kanan dengan tangan kiri,
gosokkan dengan cara memutar dan lakukan sebaliknya.
10. Gosokkan ujung jari-jari tangan kanan ditelapak tangan
kiri dengan cara memutar dan lakukan sebaliknya.
11. Membilas tangan dengan pergelangan tangan sampai
bersih.
MENCUCI TANGAN
NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN
RSU
THALIA IRHAM 11/04/01 2/2

STANDAR 12.Menutup kran dan keringkan tangan dan jari-jari kearah


pangkal lengan dengan kertas tissue atau lap tangan kering.
PROSEDUR
OPERASIONAL
Unit terkait 1. Rekam medis
2. IGD
3. Poliklinik
4. Kamar bersalin
5. Kamar bayi
6. Kamar operasi
7. R. Perawatan
8. Laboratorium
9. Radiologi
10. Farmasi
11. Instalasi gizi
12. Laundry
13. Laboratorium
TES WAKTU BEKUAN
(CLOTTING TIME)
No. Dokumen No. Revisi Halaman
11.04.02 1 dari 2
Ditetapkan oleh :
STANDAR Tanggal terbit : Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL 01 Januari 2016

Dr.Muhammad Saad Bustan, M.Kes

PENGERTIAN Dengan tes ini ditentukan lamanya waktu yang diperlukan


darah untuk membeku

TUJUAN Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk menilai


aktivitas faktor-faktor koagulasi darah, terutama factor
pembentuk tromboplastin dan trombosit

KEBIJAKAN 1. Dilaksanakan oleh analis laboratorium yang bertugas


2. Analis tersebut menggunakan sarung tangan, masker
dan baju lab, karena sampel adalah bahan infeksius.
3. Hasil dievaluasi oleh dokter yang bertugas

PROSEDUR 1. Pra analitik


a. Persiapan pasien :
1) Terangkan bahwa tes ini digunakan untuk
menentukan waktu pembekuan.
2) Jelaskan bahwa tidak ada larangan makan atau
minum sebelum tes.
3) Ditanyakan apakah mengkonsumsi obat sebelum tes
seperti thiazid, sulfonamid, antineoplastik,
antikoagulan atau anti inflamasi.
4) Jelaskan untuk tidak takut waktu diambil darahnya
walaupun ada sedikit rasa sakit dan tidak enak.
b. Alat : Tabung reaksi 100 x 10 mm 3 buah, stop watch ,
rak tabung
TES WAKTU BEKUAN
(CLOTTING TIME)
No. Dokumen No. Revisi Halaman
11.04.02 2 dari 2

STANDAR 2. Analitik
PROSEDUR Cara kerja :
OPERASIONAL a. Tempatkan ketiga tabung reaksi dalam rak tabung.
b. Ambil darah vena, jalankan stopwatch saat darah
tampak di dalam spoit.
c. Tuangkan 1 ml ke dalam setiap tabung.
d. Setelah 3 menit, mulailah mengamati ketiga tabung.
e. Angkat tabung tegak lurus lalu miringkan tiap 30 detik
sampai darah terlihat membeku.
f. Catat selang waktu saat pengambilan darah sampai
darah membeku.
Nilai rujukan : 4 – 10 menit
3. Pasca Analitik
Waktu bekuan memanjang pada trombosis
Hasil yang didapatkan ditulis pada blanko hasil kemudian
ditandatangani oleh analis yang bertugas.
Tes dapat dilakukan setiap hari di RSU THALIA IRHAM
GOWA selama 24 jam sesuai permintaan.
Pengawasan:
Blanko hasil ditandatangani oleh dokter yang bertugas.
1. Laboratorium
UNIT TERKAIT
TES DARAH RUTIN

No. Dokumen No. Revisi Halaman


11/04/03 1 dari 3
Ditetapkan oleh :
STANDAR Tanggal terbit : Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL 01 Januari 2016
Dr.Muhammad Saad Bustan, M.Kes

PENGERTIAN SOP ini merupakan pedoman bagi analis dalam mengerjakan


panel tes darah rutin dengan alat automatik ABX Micros 60.
Panel tes ini meliputi tes Hemoglobin, Hitung jumlah (eritrosit,
lekosit dan trombosit), Hematokrit, MCV, MCH, MCHC,
RDW. PDW, PCT

TUJUAN Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk membantu


menetapkan status berbagai penyakit baik hematologi maupun
non hematologi

KEBIJAKAN 1. Dilaksanakan oleh analis laboratorium yang bertugas


2. Analis tersebut menggunakan sarung tangan, masker dan
baju lab, karena sampel adalah bahan infeksius.
3. Hasil dievaluasi oleh dokter yang bertugas

PROSEDUR Prosedur
1. Pra analitik
a. Persiapan pasien : Tidak ada persiapan khusus
b. Persiapan sampel :
1) Darah EDTA (Etilen Diamin Tetra Asetat) dapat
dipakai karena tidak berpengaruh terhadap
morfologi eritrosit dan lekosit serta mencegah
trombosit bergumpal.
2) Tes sebaiknya dilakukan dalam waktu kurang dari 2
jam.
TES DARAH RUTIN

No. Dokumen No. Revisi Halaman


11/04/03 2 dari 3
Ditetapkan oleh :
STANDAR Tanggal terbit : Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL 01 Januari 2016
Dr.Muhammad Saad Bustan, M.Kes

3) Alat automatik ABX Micros 60


PROSEDUR
2. Analitik
Sampel darah EDTA dimasukkan ke dalam tabung reaksi
sebanyak 3 ml
a. Tekan tombol ID dan masukkan ID pasien
b. Tunggu jarum sampling keluar dan masukkan sampel
pasien sambil menekan sampling bar
c. Selanjutnya tes berjalan secara otomatis
d. Hasil tes akan keluar dalam bentuk print out
3. Pasca Analitik
Nilai Rujukan:
Hb = 12-18 g/dl
RBC = 4.,00-600x 106/mm3
MCV = 80-97 mm3
MCH = 26,5-33,5x pg
MCHC = 31,5-35,0 g/dl
Ht = 37,0-48,0%
RDW = 10,0-15,0%
WBC = 4.,00-10,0x 106/mm3
PLT = 150-400 X 10 3/mm3
MPV = 6,5-11,0 mm3
PCT = 0,15-0,500%
PDW = 10,0-18,0%
Lymfosit % = 20,0-40,0
TES DARAH RUTIN

No. Dokumen No. Revisi Halaman


11/04/03 3 dari 3

STANDAR Monosit % = 2,0-8,0


PROSEDUR
Granulosit %= 52,0-75,0
OPERASIONAL

UNIT TERKAIT 1. laboratorium


TES LAJU ENDAP DARAH METODE
WESTEGREEN
(LED)

No. Dokumen No. Revisi Halaman


11/04/04 1 dari 2
Ditetapkan oleh :
STANDAR Tanggal terbit : Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL
01 Januari 2016
Dr.Muhammad Saad Bustan, M.Kes

PENGERTIAN SOP ini merupakan pedoman bagi analis dalam mengerjakan


tes penyaring dalam pemeriksaan darah rutin

TUJUAN Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk menetapkan


nilai LED

KEBIJAKAN 1. Dilaksanakan oleh analis laboratorium yang bertugas


2. Analis tersebut menggunakan sarung tangan, masker
dan baju lab, karena sample adalah bahan infeksius
3. Hasil dievaluasi oleh dokter yang bertugas

PROSEDUR 1. Pra Analitik


a. Persiapan Pasien: tidak dilakukan persiapan khusus
b. Persiapan sampel :
1) Sampel darah diperoleh melalui vena punksi
2) Antikoagulan yang dipakai adalah EDTA
c. Alat dan Bahan yang dibutuhkan :
1) Pipet westegreen
2) Anti koagulan EDTA
3) Sampel darah yang digunakan adalah sampel darah
vena ± 2 cc tanpa intervensi khusus
4) Rak pipet Westegreen
2. Analitik :
a. Siapkan sampel yang akan diperiksa
b. Pipet sampel darah sampai tanda 0.
TES LAJU ENDAP DARAH METODE
WESTEGREEN
(LED)

No. Dokumen No. Revisi Halaman


11/04/04 2 dari 2
Ditetapkan oleh :
STANDAR Tanggal terbit : Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL 01 Januari 2016

Dr.Muhammad Saad Bustan, M.Kes


c. Letakkan pada rak pipet tepat menutup rapat di
PROSEDUR
atas karet agar sampel tidak tumpah
d. Tegakkan pipet (900) pada raknya
e. Setelah 1 jam I, dan 1 jam II dibaca jarak dari
permukaan meniskus sampai puncak kolom eritrosit
yang mengendap (dalam mm), catatlah sebagai LED
Nilai rujukan : 10 pada jam pertama, 20 pada jam ke dua
3. Pasca Analitik :
Hasil yang didapatkan ditulis pada blanko hasil kemudian
ditandatangani oleh analis yang bertugas.
1. Tes dapat dilakukan setiap hari di RSU Thalia Irham selama
24 jam sesuai permintaan.

Pengawasan:
Blanko hasil ditandatangani oleh dokter yang bertugas.
Evaluasi:
Nilainya harus disesuaikan dengan Pemantapan Mutu Internal dan
Eksternal Laboratorium
Pengembangan:
Disesuaikan dengan alat dan metode baru yang lebih efektif dan
efisien.
1. Laboratorium
UNIT TERKAIT
PEMBUATAN DAN PEWARNAAN
APUSAN DARAH TEPI

No. Dokumen No. Revisi Halaman


11/04/05 1 dari 5
Ditetapkan oleh :
STANDAR Tanggal terbit : Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL 01 Januari 2016

Dr.Muhammad Saad Bustan, M.Kes

PENGERTIAN Tes apusan darah tepi adalah pembuatan apusan darah pada
kaca objek, berdasarkan prinsip pewarnaan sifat kimiawi dalam
sel

TUJUAN Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk mencari


kemungkinan penyakit (suspected disease) baik yang primer
akibat kelainan hematologi maupun yang sekunder akibat
penyakit sistemik
1. Dilaksanakan oleh analis laboratorium yang bertugas
KEBIJAKAN
2. Analis tersebut menggunakan sarung tangan, masker dan
baju lab, karena sampel adalah bahan infeksius
3. Hasil dievaluasi oleh dokter yang bertugas

PROSEDUR Pra analitik


1. Persiapan pasien : Tidak ada persiapan khusus
a. Persiapan sampel :
1) Darah kapiler segar akan memberikan morfologi dan
hasil pewarnaan yang optimal pada sediaan apus.
2) Darah EDTA (Etilen Diamin Tetra Asetat) dapat
dipakai karena tidak berpengaruh terhadap
morfologi eritrosit dan lekosit serta mencegah
trombosit bergumpal.
3) Tes sebaiknya dilakukan dalam waktu kurang dari 2
jam
4) Tiap 1 mg EDTA digunakan untuk 1 ml darah vena.
PEMBUATAN DAN PEWARNAAN
APUSAN DARAH TEPI

No. Dokumen No. Revisi Halaman


11/04/05 2 dari 5
Ditetapkan oleh :
STANDAR Tanggal terbit : Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL 01 Januari 2016

Dr.Muhammad Saad Bustan, M.Kes

PROSEDUR b. Alat dan Bahan :


1) Kaca objek
2) Larutan MGG (May Grunwald Giemza) yang telah
siap pakai (komposisi : eosin, metilen biru)
3) Larutan Giemza yang telah siap (Merk)
(komposisinya : azur, eosin, metilen biru)
4) Larutan buffer, ph 6,4 yang terbuat dari : 26,5 cc
Na2HPO4 2 H2O + KH2PO4 sampai 100 cc
5) Rak pewarnaan, pipet tetes, pengatur waktu
Analitik :
Cara kerja :
1. Hapuskan sampel yang akan diperiksa di atas kaca objek.
2. Keringkan di udara terbuka Letakkan sediaan apus yang
telah difiksasi di atas rak pewarnaan.
3. Genangi sediaan apus dengan zat warna MGG dan biarkan
2 menit
4. Tambahkan larutan buffer pH 6,4 sama banyak larutan
MGG yang telah diberikan sebelumnya.
5. Tiup agar larutan dapattercampur rata dengan zar warna.
Biarkan selama 2 menit, sisa air dibuang.
6. Genangi dengan larutan giemza 5% biarkan 10-15 menit.
7. Periksa dibawah mikroskop
PEMBUATAN DAN PEWARNAAN
APUSAN DARAH TEPI

No. Dokumen No. Revisi Halaman


11/04/05 3 dari 5
Ditetapkan oleh :
STANDAR Tanggal terbit : Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL
01 Januari 2016
Dr.Muhammad Saad Bustan, M.Kes

PROSEDUR
Pewarnaan May Grunwald-Giemsa(MGG)
1. Letakan sedian apus diatas rak pewarnaan.
2. Fiksasi dengan methanol, biarkan ± 2 menit
3. Warnai apusan dengan larutan MGG yang telah diencerkan
1 : 1 ( 1 bagian larutan MGG + 1 bagian larutan buffer pH
6,4 )
4. Biarkan 4 menit kemudian buang pewarnaan (Jangan dibilas
Air )
5. Warnai kembali apusan dengan larutan Giemza yang telah
diencerkan 1 : 9 ( 1 bagian larutan giemza + 9 bagian
larutan buffer pH 6,4 )
6. Biarkan ± 20 menit
7. Bilas apusan dengan air kran, keringkan.
8. Periksa di bawah mikroskop.
Sumber Kesalahan
1. Kesalahan dalam persiapan penderita, pengambilan dan
penyimpanan bahan
2. Pemeriksaan Sediaan apus terlalu biru kemungkinan
disebabkan oleh apusan yang terlampau Tebal, pewarnaan
terlalu lama, kurang pencucian, zat warna atau larutan dapar
yang alkalis.
3. Sediaan apus yang terlalu merah mungkin disebabkan oleh
PEMBUATAN DAN PEWARNAAN
APUSAN DARAH TEPI

No. Dokumen No. Revisi Halaman


11/04/05 4 dari 5
Ditetapkan oleh :
STANDAR Tanggal terbit : Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL 01 Januari 2016

Dr.Muhammad Saad Bustan, M.Kes

PROSEDUR zat warna sediaan atau larutan dapar yang terlalu asam
dapat menyebabkan leukocyte hancur.
4. Bercak – bercak zat warna pada sediaan apus dapat
disebabkan oleh zat warna tidak disaring sebelum dipakai
atau pewarnaan terlalu lama sehingga zat warna mengering
pada sediaan.
5. Morfologi sel terbaik adalah bila menggunakan darah tepi
langsung tanpa anti koagulan. Bila menggunakan anti
koagulan sediaan apus harus dibuat segera,tidak lebih dari 1
jam setelah pengambilan darah. Penggunaan anti koagulan
heparinakan menyebabkan latar belakang warna birudan
leukosit menggumpal
6. Sediaan apus yang tidak rata dapat disebabkan oleh kaca
pengapus yang tidak Bersih atau pinggiranya tidak rata atau
oleh kaca objek yang berdsebu, berlemak atau bersidik jari.
7. Fiksasi yang tidak baik menyebabkan perubahab morfologi
dan warna sediaan. Ini mungkin terjadi apabila fiksasi
dilakukan menggunakan methanol yang tidak absolute
karena telah menyerap uap air akibat penyimpanan yang
tidak baik.

Fiksasi yang tidak segera dilakukan setelah setelah sediaan


apus kering dapat mengakibatkan perubahan morfologi
lekosit.
PEMBUATAN DAN PEWARNAAN
APUSAN DARAH TEPI

No. Dokumen No. Revisi Halaman


11/04/05 5 dari 5
Ditetapkan oleh :
STANDAR Tanggal terbit : Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL 01 Januari 2016

Dr.Muhammad Saad Bustan, M.Kes


Pasca Analitik :
PROSEDUR 1. Evaluasi Eritrosit
a. Morfologinya
b. Bentuk eritrosit hemolisis
c. Distribusi abnormal eritrosit
d. Benda-benda inklusi
e. Evaluasi Lekosit
f. Evaluasi Trombosit
NILAI RUJUKAN:
EVALUASI ERITROSIT
Yang perlu diperhatikan dalam mengevaluasi eritrosit adalah
morfologi, perhatikan:
a. Ukuran (Size):
Diameter eritrosit yang normal ( normositik ) adalah 6 – 8
µm atau kurang lebih
b. Bentuk (shape) :
Bentuknya bikonkaf bundar dimana bagian tepi lebih merah
daripada bagian centralnya’
Warna (Staining) Bagian sentral lebih pucat disebut
akromia sentral yang luasnya antara 1/3 – ½ kali diameter
eritrosit
c. Benda – benda inklusi (structure intracel)
d. Distribusi
1. laboratorium
UNIT TERKAIT
TES HIV

No. Dokumen No. Revisi Halaman


11/04/06 1 dari 3
Ditetapkan oleh :
STANDAR Tanggal terbit : Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL 01 Januari 2016

Dr.Muhammad Saad Bustan, M.Kes

PENGERTIAN Suatu retrovirus yang dapat menyebabkan AIDS. Pada awal


infeksi umumnya belum memberikan gejala yang nyata
,sehingga diagnosis infeksi oleh HIV pada stadium awal
umumnya berdasarkan hasil tes laboratorium

TUJUAN Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk mendeteksi


antibodi HIV-1 dan atau HIV-2 dalam serum/plasma

KEBIJAKAN 1. Prosedur dilaksanakan oleh analis laboratorium yang


bertugas.
2. Analis tersebut memakai sarung tangan, masker serta baju
laboratorium karena sampel adalah bahan infeksius.
3. Hasil dievaluasi oleh dokter yang bertugas

PROSEDUR A. PRA ANALITIK

1. Persiapan pasien : Tidak ada persiapan khusus


2. Persiapan sampel : Sampel yang digunakan adalah serum
atau plasma (EDTA,Heparin, Citrat). Sampel tidak
hemolisis dan tidak keruh. Tes sebaiknya dilakukan
segera dan jangan menyimpan sampel pada suhu ruangan
dalam waktu lama. Sampel dapat disimpan selama 3 hari
o
pada suhu 2-8 C, jika lebih lama sebaiknya disimpan
pada suhu < 20 oC. Hindari proses pembekuan dan
pencairan yang berulang2. Biarkan sampel terlebih
TES HIV

No. Dokumen No. Revisi Halaman


11/04/06 2 dari 3
Ditetapkan oleh :
STANDAR Tanggal terbit : Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL 01 Januari 2016

Dr.Muhammad Saad Bustan, M.Kes

PROSEDUR dahulu pada suhu ruangan sebelum tes dilakukan. Buffer


disimpan pada suhu 2-8oC dan jangan dibekukan.
a. Alat dan Bahan it ACON :
Alat Tes
1) Buffer
2) Pipet Tetes
b. Serum/ Plasma (EDTA/Heparin/Citrat)
B. ANALITIK
Cara Kerja:
1. Alat tes dilepaskan dari tutupnya dan dilakukan pada
suhu ruangan. Sebaiknya tes dilakukan dalam waktu 1
jam untuk mendapatkan hasil yang baik.
2. Tempatkan alat tes pada permukaan datar dan bersih.
Pipet tetes dipegang secara vertical lalu teteskan
serum/plasma 1 tetes (± 30-40 µl) kedalam sumur
spesimen (S), kemudian tambahkan 2 tetes buffer.
Hindarkan adanya gelembung udara.
3. Tunggu sampai garis merah muncul.
4. Hasil sebaiknya dibaca dalam waktu 10 menit.
Catatan: Titer antibodi anti HIV-1/2 yang rendah dapat
menyebabkan timbulnya garis yang tidak jelasw pada
bagian tes (T) bila pembacaan hasil terlambat. Hasil
tidak diinterpretasikan setelah 20 menit.
Sensitivitas : 100%, Spesifisitas: 99,6%
TES HIV

No. Dokumen No. Revisi Halaman


11/04/06 3 dari 3
Ditetapkan oleh :
STANDAR Tanggal terbit : Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL 01 Januari 2016

Dr.Muhammad Saad Bustan, M.Kes

PROSEDUR C. PASCA ANALITIK


Interpretasi Hasil:
Positif :
Jika nampak 2 garis merah pada garis kontrol (C) dan garis
tes (T)
Negatif :
Jika hanya nampak 1 garis merah pada bagian kontrol (C)
Invalid :
Tidak tampak garis merah sama sekali atau nampak hanya
pada bagian tes (T)
Interpretasi Klinik: Anti HIV-1/2 (+)-----> infeksi HIV

UNIT TERKAIT 1. laboratorium


TES HbsAg

No. Dokumen No. Revisi Halaman


11/04/07 1 dari 2
Ditetapkan oleh :
STANDAR Tanggal terbit : Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL 01 Januari 2016

Dr.Muhammad Saad Bustan, M.Kes

PENGERTIAN Hepatitis adalah suatu proses peradangan yang pada jaringan


hati yang memberikan gejala lemah badan ,mual, kencing
seperti air the disertai mata badan berwarna kuning ,salah satu
penyebabnya adalah virus hevatitis B.
Tes HbsAg adalah untuk mendeteksi antigen permukaan virus
hepatitis B

TUJUAN Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk mendeteksi


penyakit Hepatitis

KEBIJAKAN 1. Dilaksanakan oleh analis laboratorium yang bertugas


2. Analis tersebut menggunakan sarung tangan, masker
dan baju lab, karena sampel adalah bahan infeksius.
3. Hasil dievaluasi oleh dokter yang bertugas

PROSEDUR a. Pra Analitik


1. Persiapan pasien : tidak ada persiapan khusus
2. Persiapan sampel:
3. Prinsip :
4. Alat dan Bahan:
a. Kit ACON ( HBsAG )/Biotech
b. Alat tes
c. Pipet tetes
d. Sampel darah ( Serum / plasma )

b. Analitik
TES HbsAg

No. Dokumen No. Revisi Halaman


11/04/07 2 dari 2
Ditetapkan oleh :
STANDAR Tanggal terbit : Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL 01 Januari 2016

Dr.Muhammad Saad Bustan, M.Kes


Cara kerja :
PROSEDUR
1. Masukan strip kedalam wadah yang berisi
serum/plasma
2. Letakan strip dengan posisi dimiringkan kira – kira 45 º
Tunggu sampai muncul garis ( pita ) pada strip lalu
dibaca/ tulis hasil yang diperoleh
c. Pasca Analitik
1. Negatif : Bila hanya 1 garis ( pita ) muncul pada
bagian control (C)
2. Positip : Bila 2 garis ( pita ) muncul pada bagian control
( C ) dan tes ( T )
3. Invalid : Bila tidak timbul garis ( pita ) sama sekali atau
timbul hanya pada bagian tes ( T )

UNIT TERKAIT 1. laboratorium


TES KEHAMILAN

No. Dokumen No. Revisi Halaman


11/04/08 1 dari 2
Ditetapkan oleh :
STANDAR Tanggal terbit : Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL 01 Januari 2016

Dr.Muhammad Saad Bustan, M.Kes

PENGERTIAN HCG adalah suatu hormone glycoprotein yang dihasilkan oleh


plasenta sesaat setelah terjadi pembuahan .Pada kehamilan
normal ,HCG terdapat didalam urine dan serum setelah 7-10 hari
pada awal masa gestational

TUJUAN Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk


1. Menentukan adanya hormone B-HCG
2. Membantu mendeteksi dini kehamilan

KEBIJAKAN 1. Prosedur dilaksanakan oleh analis laboratorium yang bertugas.


2. Analis tersebut memakai sarung tangan, masker serta baju
laboratorium karena sampel adalah bahan infeksius.
3. Hasil dievaluasi oleh dokter yang bertugas

PROSEDUR Pra Analitik


1. Persiapan pasien : pada umumnya tidak memerlukan persiapan
khusus
2. persiapan sampel : Wadah penampungan hendaknya bersih dan
kering, gunakan urine pagi
3. Alat dan bahan
a. Wadah penampungan urine yang bersih dan kering
(tabung/botol)
b. Strip tes kehamilan : Kit ACON/Kit ABON
c. Urine
TES KEHAMILAN

No. Dokumen No. Revisi Halaman


11/04/08 2 dari 2
Ditetapkan oleh :
STANDAR Tanggal terbit : Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL 01 Januari 2016

Dr.Muhammad Saad Bustan, M.Kes

PROSEDUR Analitik
1. Masukan strip kedalam penampungan urine / Letakan strip
dengan posisi dimiringkan kira – kira 45 º
2. Tunggu sampai muncul garis ( pita ) pada strip lalu dibaca
Tulis hasil yang diperoleh
Pasca Analitik
1. Negatip: Bila hanya 1 garis ( pita ) muncul pada bagian control
(C)
2. Positip : Bila 2 garis ( pita ) muncul pada bagian control ( C ) dan
tes ( T )

UNIT TERKAIT 1. laboratorium


TES NARKOBA

No. Dokumen No. Revisi Halaman


11/04/09 1 dari 2
Ditetapkan oleh :
STANDAR Tanggal terbit : Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL 01 Januari 2016

Dr.Muhammad Saad Bustan, M.Kes

PENGERTIAN Narkotika (Narkotika dan obat berbahaya lainnya) adalah zat-


zat yang dapat membuat dan amat berbahaya bagi masyarakat

TUJUAN Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk menentukan


ada tidaknya narkoba dalam urine

KEBIJAKAN 1. Prosedur dilaksanakan oleh analis laboratorium yang


bertugas.
2. Analis tersebut memakai sarung tangan, masker serta baju
laboratorium karena sampel adalah bahan infeksius.
3. Hasil dievaluasi oleh dokter yang bertugas

PROSEDUR Pra Analitik


1. Persiapan pasien : Tidak ada persiapan khusus
2. Persiapan sampel : Sampel yang digunakan adalah urin,
tes sebaiknya dilakukan segera mungkin.
3. Prinsip Imunokromatografi dengan prinsip urin yang
diteteskan pada bantalan sampel bereaksi dengan partikel
yang telah dilapisi. Campuran ini selanjutnya akan bergerak
sepanjang strip membrane untuk berikatan dengan
antibodispesifik pada daerah tes, sehingga akan
menghasilkan garis warna.
4. Alat dan bahan :
KIT ACON Narkoba/ABON Narkoba
Alat tes

Pipet tetes ,Sampel urin


TES NARKOBA

No. Dokumen No. Revisi Halaman


11/04/09 2 dari 2
Ditetapkan oleh :
STANDAR Tanggal terbit : Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL 01 Januari 2016

Dr.Muhammad Saad Bustan, M.Kes


Analitik
PROSEDUR
Cara kerja
a. Alat tes dilepas dari tutupnya (untuk mendapatkan hasil
yang baik sebaiknya tes dilakukan dalam waktu 1 jam ).
b. Tempatkan alat tes pada permukaan datar dan bersih.
Pipet tetes dipegang secara vertikal lalu teteskan 3 tetes
urin kedalm sumur specimen alat tes.
c. Hindarkan adanya gelembung udaraTunggu sampai
garis merah muncul pada tes ( C / T ).
d. Hasil sebaiknya dibaca dalam waktu 10 menitPasca
Analitik
Interpretasi hasil
1. Negatif : Terbentuk 2 garis merah pada bagian control (C)
dan tes (T).
2. Positif : Hanya 1 garis merah muncul pada bagian control
(C)
3. Invalid : Tidak timbul garis merah sama sekali atau timbul
hanya pada bagiantes (T).

UNIT TERKAIT 1. laboratorium


TES SEROLOGIK TIFOID

No. Dokumen No. Revisi Halaman


11/04/10 1 dari 2
Ditetapkan oleh :
STANDAR Tanggal terbit : Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL 01 Januari 2016

Dr.Muhammad Saad Bustan, M.Kes

PENGERTIAN Demam tifoid adalah gejala yang ditimbulkan oleh beberapa


Salmonella, khususnya Salmonella typhi, Setelah masa inkubasi
10 – 14 hari, timbul demam, lemah, sakit kepala, konstipasi,
bradikardia dan mialgia. Untuk membantu diagnosis demam
tifoid dapat dilakukan dengan tes serologis, misalnya dengan
tes Widal.

TUJUAN Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk mendeteksi


adanya antibodi terhadap antigen Salmonella typhi

KEBIJAKAN 1. Dilaksanakan oleh analis laboratorium yang bertugas


2. Analis tersebut menggunakan sarung tangan, masker
dan baju lab, karena sampel adalah bahan infeksius.
3. Hasil dievaluasi oleh dokter yang bertugas

PROSEDUR PRA ANALITIK


1. Persiapan pasien : Pasien sebaiknya belum diterapi dengan
antibiotik
2. Persiapan sampel : Pengambilan darah sebaiknya dilakukan
pada fase akut dan konvalesen
3. Alat dan Bahan:
a. Serum
b. Antigen ST. O dan antigen ST.H
c. Antigen PT. AH dan antigen PT.
BH
d. Satu buah microplate plastik
e. Micropipet dengan tipnya
TES SEROLOGIK TIFOID

No. Dokumen No. Revisi Halaman


11/04/10 2 dari 2
Ditetapkan oleh :
STANDAR Tanggal terbit : Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL 01 Januari 2016

Dr.Muhammad Saad Bustan, M.Kes

PROSEDUR ANALITIK
Cara kerja:
Siapkan slide kemudian diberi tanda O dan tanda H
1. Siapkan slide kemudian diberi tanda O dan tanda H
2. Teteskan 8 µl serum pada masing-masing slide
3. Pada slide O tambahkan 1 tetes suspensi antigen O dan slide
H tambahkan 1 tetes antigen H.
4. Campur serum dan suspensi antigen dengan menggunakan
aplikator bersih pada masing-masing slide, digoyang pelan-
pelan dengan menggunakan tangan selama 3 menit
5. Amati adanya aglutinasi.
Nilai rujukan:
Negatif jika tidak terjadi reaksi aglutinasi
PASCA ANALITIK
Dinyatakan menderita demam tifoid jika terjadi reaksi
aglutinasi. Anti O dan anti H akan meningkat sesudah vaksinasi
tetapi aglutinin akan turun lebih dahulu dan
umumnya negatif setelah beberapa bulan, sedang aglutinin H
biasanya bertahan setelah beberapa tahun.

UNIT TERKAIT 1. laboratorium


TES GDS STRIP

No. Dokumen No. Revisi Halaman


11/04/11 1 dari 2
Ditetapkan oleh :
STANDAR Tanggal terbit : Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL 01 Januari 2016

Dr.Muhammad Saad Bustan, M.Kes

PENGERTIAN Tes Glukosa Darah pada pasien diabetes (DM) dapat berupa
Tes Glukosa Darah Sewaktu (GDS), Tes Glukosa Darah 2 jam
Post Prandial (GD2PP) dan tes toleransi Glukosa Oral
(TTGO)Suatu prosedur yang mengatur pemeriksaan glukosa
darah di laboratorium dengan penggunaan alat POCT di RSU
Thalia Irham

TUJUAN Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk kontrol/


monitoring kadar gula darah

KEBIJAKAN 1. Dilaksanakan oleh analis laboratorium yang bertugas


2. Analis tersebut menggunakan sarung tangan, masker dan
baju lab, karena sampel adalah bahan infeksius.
3. Hasil dievaluasi oleh dokter yang bertugas

PROSEDUR ANALITIK
1. Masukan tes kalibrasi pada alat, pada monitor akan
menunjukan F – 5
2. Persiapan tes : buka foil pada strip, jangan menyentuh strip
tapi pergunakan foil
3. Untuk memegang stip yang telah terbuka
4. Masukan kedalam alat, pada monitor akan menunjukan F –
5, kemudian hasil tes sebelumnya akan nampak
5. Teteskan sampel pada ujung strip sampai terdengar tanda
yang berarti strip sudah terisi penuh
6. Hasil akan muncul dimonitor setelah 60 detik
PASCA ANALITIK
Interpretasi
TES GDS STRIP

No. Dokumen No. Revisi Halaman


11/04/11 2 dari 2
Ditetapkan oleh :
STANDAR Tanggal terbit : Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL 01 Januari 2016

Dr.Muhammad Saad Bustan, M.Kes

PROSEDUR
TES BUKAN DM BELUM PASTI DM DM
GDS < 90 mg / dl 90 – 199 mg / dl ≥200 mg / dl
GDP < 90 mg /dl 90 – 109 mg / dl ≥110 mg / dl
GD2PP < 120 mg / dl 120 – 200 mg / dl > 200 mg / dl

Linearitas alat:
a. Alat mengeluarkan hasil ‘Lo’ bila nilai glukosa di bawah 40
mg / dl
b. Alat mengeluarkan hasil ‘ Hi ‘ bila nilai glukosa diatas 500
mg / dl

UNIT TERKAIT 1. laboratorium


IDENTIFIKASI BASIL TAHAN ASAM
SPUTUM DENGAN PEWARNAAN
MODIFIKASI ZIEHL NIELSEN

No. Dokumen No. Revisi Halaman


11/04/12 1 dari 6
Ditetapkan oleh :
STANDAR Tanggal terbit : Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL 01 Januari 2016

Dr.Muhammad Saad Bustan, M.Kes

PENGERTIAN SOP ini merupakan pedoman bagi analis dalam mengerjakan


tes mikrobiologi dengan cara pewarnaan Basil Tahan Asam

TUJUAN Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk


mengidentifikasi bakteri Basil Tahan Asam yang didapat dari
spesimen penderita

KEBIJAKAN 1. Prosedur dilaksanakan oleh analis laboratorium yang


bertugas.
2. Analis tersebut memakai sarung tangan, masker serta baju
laboratorium karena sampel adalah bahan infeksius.
3. Hasil dievaluasi oleh dokter yang bertugas

PROSEDUR Pra Analitik

1. Persiapan pasien : memberi penjelasan tentang cara batuk


yang benar untuk mendapatkan dahak yang kental dan
purulen. Bila seseorang sulit mengeluarkan dahak, maka
malam hari sebelum tidur dianjurkan untuk minum satu
gelas teh manis atau menelan tablet gliseril guaiacolate 200
mg.
2. Persiapan Sampel
a. Spesimen dahak dikumpulkan / ditampung dalam pot
dahak yang bermulut lebar, berpenampang 6 cm atau
lebih dengan tutup berulir, tidak mudah pecah dan tidak
IDENTIFIKASI BASIL TAHAN ASAM
SPUTUM DENGAN PEWARNAAN
MODIFIKASI ZIEHL NIELSEN

No. Dokumen No. Revisi Halaman


11/04/12 2 dari 6
Ditetapkan oleh :
STANDAR Tanggal terbit : Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL 01 Januari 2016

Dr.Muhammad Saad Bustan, M.Kes

PROSEDUR bocor. sebagai berikut :


 S (Sewaktu) : dahak dikumpulkan pada saat suspek
TBC datang berkunjung pertama kali. Saat pulang,
suspek membawa sebuah pot dahak untuk
mengumpul mengumpulkan dahak hari kedua.
 P (Pagi) : dahak dikumpulkan di rumah pada pagi
hari kedua, segera setelah bangun tidur. Pot dibawa
dan diserahkan sendiri kepada petugas laboratorium.
 S (Sewaktu) : dahak dikumpulkan di laboratorium
pada hari kedua, saat menyerahkan dahak pagi Pot
dahak diberi label yang memuat identitas pasien dan
tanggal pengambilan spesimen.
b. Jenis Sampel : Dahak yang baik untuk pemeriksaan
adalah dahak yang purulen, volume 3-5 ml.
3. Alat dan Bahan
Pembuatan sediaan apus dahak :
a. Kaca sediaan atau kaca obyek
b. Ose (sengkelit) /lidi
c. Lampu spiritus
Pewarnaan sediaan dengan metode Ziehl Neelsen:
 Larutan Carbol Fuchsin 0,3%
 HCL-Alkohol 3%
IDENTIFIKASI BASIL TAHAN ASAM
SPUTUM DENGAN PEWARNAAN
MODIFIKASI ZIEHL NIELSEN

No. Dokumen No. Revisi Halaman


11/04/12 3 dari 6
Ditetapkan oleh :
STANDAR Tanggal terbit : Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL 01 Januari 2016

Dr.Muhammad Saad Bustan, M.Kes

PROSEDUR  Larutan Methylen Blue 0,3%


 Rak untuk pengecatan slide
 Pipet Pinset
 Pengukur waktu (timer)
 Lampu spiritus
 Air yang mengalir berupa air ledeng atau botol berpipet
berisi air
Analitik
1. Pembuatan Sediaan Apus Dahak
a) Ambil pot dahak dan kaca sediaan yang beridentitas
sama kemudian buka pot dengan hati-hati untuk
menghindari terjadinya droplet.
b) Panaskan ose diatas nyala api spiritus sampai merah dan
biarkan sampai dingin
c) Ambil spesimen dari bagian yang kental dan kuning
kehijau-hijauan (purulen) menggunakan ose yang telah
disterilkan.
d) Oleskan dahak secara merata pada permukaan kaca
sediaan. Hapusan dilakukan membentuk spiral dengan
ukuran 2 x 3 cm.
e) Ketebalan : tidak terlalu tebal, tidak terlalu tipis. Periksa
dengan meletakkan tulisan di bawah sediaan dengan
jarak 4 – 5 cm, harus dapat dibaca.
f) Dekatkan ose pada api spiritus sampai kering, kemudian
bakar sampai membara
g) Keringkan sediaan di udara terbuka sekitar 15 – 30
menit, jangan terkena sinar matahari langsung atau
diatas api.
IDENTIFIKASI BASIL TAHAN ASAM
SPUTUM DENGAN PEWARNAAN
MODIFIKASI ZIEHL NIELSEN

No. Dokumen No. Revisi Halaman


11/04/12 4 dari 6
Ditetapkan oleh :
STANDAR Tanggal terbit : Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL 01 Januari 2016

Dr.Muhammad Saad Bustan, M.Kes


h) Gunakan pinset untuk mengambil sediaan yang sudah
PROSEDUR kering pada sisi yang berlabel dengan hapusan dahak
menghadap keatas.
i) Lewatkan di atas lampu spiritus sebanyak 3 kali (sekitar
3-5 detik) untuk fiksasi (kalau terlalu lama dapat
mengubah bentuk kuman dan membuat sediaan pecah).

2. Pewarnaan Sediaan dengan Metode Modifikasi Ziehl


Neelsen:
a) Letakkan sediaan dahak yang telah difiksasi pada rak
dengan hapusan dahak menghadap ke atas.
b) Teteskan larutan Carbol Fuchsin 0,3% pada hapusan
dahak sampai menutupi seluruh permukaan sediaan.
c) Panaskan dengan nyala api alkohol sampai keluar uap
selama 3-5 menit. Zat warna tidak boleh mendidih atau
kering. Apabila mendidih atau kering maka carbol
fuchsin akan terbentuk kristal (partikel kecil) yang
dapat terlihat seperti kuman TBC
d) Diamkan sediaan selama 5 menit.
e) Bilas sediaan dengan air mengalir pelan sampai zat
warna yang bebas terbuang
f) Teteskan larutan Methylen Blue 0,3% pada sediaan
sampai menutupi seluruh permukaan. Diamkan selama
1 menit
g) Bilas dengan air mengalir pelan.
h) Keringkan sediaan diatas rak pengering di udara terbuka
(jangan terkena sinar matahari langsung).
IDENTIFIKASI BASIL TAHAN ASAM
SPUTUM DENGAN PEWARNAAN
MODIFIKASI ZIEHL NIELSEN

No. Dokumen No. Revisi Halaman


11/04/12 5 dari 6
Ditetapkan oleh :
STANDAR Tanggal terbit : Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL 01 Januari 2016

Dr.Muhammad Saad Bustan, M.Kes

PROSEDUR 3. Pembacaan Sediaan Dahak


a. Sediaan yang telah diwarnai dan sudah kering diperiksa
dibawah mikroskop
b. Cari lebih dahulu lapang pandang dengan objektif 10x
c. Teteskan satu tetes minyak emersi di atas hapusan dahak
d. Periksa dengan menggunakan lensa okuler 10x dan
objektif 100x
e. Carilah Basil Tahan Asam (BTA) yang berbentuk
batang berwarna merah
f. Periksa paling sedikit 100 lapang pandang atau dalam
waktu kurang lebih 10 menit, dengan cara
menggeserkan sediaan menurut arah seperti gambar di
bawah ini :

Nilai rujukan : tidak ditemukan BTA atau negatif


Pasca Analitik
Interpretasi Hasil :
Pembacaan hasil tes sediaan dahak digunakan dengan
menggunakan skala IUATLD (International Union Against
Tuberculosis and Lung Disease) sebagai berikut :
IDENTIFIKASI BASIL TAHAN ASAM
SPUTUM DENGAN PEWARNAAN
MODIFIKASI ZIEHL NIELSEN

No. Dokumen No. Revisi Halaman


11/04/12 6 dari 6
Ditetapkan oleh :
STANDAR Tanggal terbit : Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL 01 Januari 2016

Dr.Muhammad Saad Bustan, M.Kes


 Tidak ditemukan BTA dalam 100 lapang pandang, ditulis
PROSEDUR negatif
 Ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lapang pandang, ditulis
 Ditemukan 10-99 BTA dalam 100 lapang pandang, disebut
(1+)
 Ditemukan 1-10 BTA dalam 1 lapang pandang disebut (2+),
minimal dibaca 50 lapang pandang
 Ditemukan > 10 BTA dalam 1 lapang pandang disebut (3+),
minimal dibaca 20 lapang pandang

BTA

UNIT TERKAIT 1. laboratorium


TES MALARIA

No. Dokumen No. Revisi Halaman


11/04/13 1 dari 4
Ditetapkan oleh :
STANDAR Tanggal terbit : Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL 01 Januari 2016

Dr.Muhammad Saad Bustan, M.Kes

PENGERTIAN Tes malaria adalah tes laboratorium yang dapat memberikan


informasi tentang parasit khususnya genus Plasmodium sebagai
penyebab penyakit malaria.
Tes Malaria meliputi: tes apusan darah tebal dan tes apusan darah
tipis

TUJUAN Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk menunjang


diagnosis, memantau perjalanan penyakit, efektifitas pengobatan dan
penyakit malaria

KEBIJAKAN 1. Prosedur dilaksanakan oleh analis laboratorium yang bertugas.


2. Analis memakai sarung tangan, masker serta baju laboratorium
3. Hasil dievaluasi oleh dokter yang bertugas

PROSEDUR PRA ANALITIK


1. Persiapan pasien :
a. Pengambilan sampel dilakukan sebelum pasien
menggunakan obat antimalaria.
b. Waktu pengambilan sampel harus tepat yaitu pada saat
demam
2. Persiapan sampel :
Darah dapat berupa darah kapiler atau darah vena
Alat dan Bahan:
a. Kapas alkohol 70%
b. Blood lancet
c. Etil alkohol
d. Object glass
e. Larutan Giemsa dengan larutan Buffer ph 7,2
f. Air kran/aquades
g. Mikroskop
TES MALARIA

No. Dokumen No. Revisi Halaman


11/04/13 2 dari 4
Ditetapkan oleh :
STANDAR Tanggal terbit : Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL 01 Januari 2016

Dr.Muhammad Saad Bustan, M.Kes


ANALITIK
PROSEDUR
Tes Pembuatan Sediaan Darah Tebal dan Tipis
1. Bersihkan ujung jari dengan kapas alkohol 70%.
Biarkan mengering.
2. Tusuk kulit dengan jarum (blood lancet) dengan
cepat, cukup dalam sehingga darah dapat mengalir secara bebas
tanpa diperas (dipijat). Tetesan darah pertama dibuang.
3. Buat sediaan darah tebal dengan cara meneteskan
sebanyak 3 - 4 tetes darah pada daerah dekat ujung object glass
yang bersih dan bebas dari lemak. Dengan sudut object glass yang
lain campurkan tetesan darah tersebut secara membulat sehingga
diameternya sekitar 20 mm. Ketebalannya sedemikian rupa
sehingga masih bisa membaca koran yang diletakkan di belakang
sediaan tersebut.
4. Buatlah sediaan darah tipis pada sisa tempat di object
glass yang sama.
5. Tempatkan di kotak sediaan atau letakkan horizontal
agar mengering. Lindungi terhadap pengotoran oleh debu atau
gangguan lalat, dan kecoa. Sediaan darah tebal kadang-kadang
perlu waktu 2 jam untuk menjadi kering.

Prosedur Pewarnaan
Cara Pembuatan Larutan Buffer
Larutan Buffer terdiri atas 2 stok larutan yaitu:
1. Dinatrium phosphate, anhydrous (Na2HPO4) 9,5 gr per liter
2. Natrium asam phosphate (NaH2PO4H2O) 9,2 gr per liter
Dari stok larutan ini dibuat larutan buffer dalam air untuk pewarnaan
dan pencucuian sediaan., sebagai berikut:
TES MALARIA

No. Dokumen No. Revisi Halaman


11/04/13 3 dari 4
Ditetapkan oleh :
STANDAR Tanggal terbit : Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL 01 Januari 2016

Dr.Muhammad Saad Bustan, M.Kes


Formula untuk 1 (satu) liter
PROSEDUR
pH Na2HPO4 NaH2PO4H2O Aquadest
6,8 49,6 cc 50,4 cc 900 cc
7,0 61,1 cc 38,9 cc 900 cc
7,2 72,0 cc 28,0 cc 900 cc
7,4 80,3 cc 19,7 cc 900 cc

1. Sediaan darah tipis


a. Sediaan darah tipis difiksasi dengan direndam ethyl alkohol
absolut atau metyl alkohol absolut selama 2-3 menit.
b. Rendam sediaan dalam larutan campuran 1 (satu) cc stock
Giemsa dengan 50 cc larutan Buffer air selama 10-45 menit
c. Cuci dengan aquadest dan biarkan mengering
2. Sediaan darah tebal
Pada sediaan darah tebal, tidak dilakukan perendaman dengan
ethyl alkohol absolut (methyl alkohol absolut), tetapi langsung
dengan pewarnaan. Kemudian cuci dengan aquadest dengan hati-
hati selama 2 (dua) menit.
3. Pemeriksaan sediaan apusan
a. Periksa sediaan apusan darah di bawah mikroskop dengan
lensa obyektif 100x untuk melihat ada atau tidak parasit
malaria, dan untuk mengidentifikasi spesies Plasmodium
vivax, Plasmodium falciparum Plasmodium Malariae, atau
Plasmodium ovale.
b. Hasil tes positif jika ditemukan parasit malaria, dan negatif
jika tidak ditemukan parasit malaria.
Nilai rujukan:
Negatif : tidak ditemukan parasit malaria
TES MALARIA

No. Dokumen No. Revisi Halaman


11/04/13 4 dari 4
Ditetapkan oleh :
STANDAR Tanggal terbit : Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL 01 Januari 2016

Dr.Muhammad Saad Bustan, M.Kes

PROSEDUR PASCA ANALITIK


Interpretasi pemeriksaan mikroskopis yang terbaik adalah
berdasarkan hitung parasit dengan identifikasi parasit yang tepat.
Hitung parasit pada tetes darah tebal: dihitung berdasar leukosit
(eritrosit sudah lisis), yaitu per 200 leukosit.
Contoh: Hasil : 1500 parasit/200 leukosit
Bila leukosit 8000/uL, hitung parasit: 8000/200 x

1500 par. = 60.000/uL


Penilaian: Hitung parasit < 100.000/uL, mortalitas < 1%
Hitung parasit > 500.000/uL, mortalitas >50%
Catatan:
a. baik untuk parasitemia rendah
b. kurang baik bila parasit padat
Secara kasar pada pemeriksaan tetes darah tebal sering dilaporkan
dengan kode plus 1(+) satu sampai dengan plus 4 (++++), yang
artinya ialah:
+ : 1-10 parasit per 100 lapang pandang
++ : 11-100 parasit per 100 lapang pandang
+++ : 1-10 parasit per satu lapang pandang
++++ : lebih dari 10 parasit per satu lapang
pandang
c. Catat hasil pada Buku Hasil dan Formulir Hasil,

4. Tes dapat dilakukan setiap hari di subdivisi Cairan Tubuh


UPL RSU Thalia Irham selama 24 jam sesuai permintaan.

UNIT TERKAIT 1. laboratorium


PEMERIKSAAN FESES RUTIN

No. Dokumen No. Revisi Halaman


11/04/14 1 dari 2
Ditetapkan oleh :
STANDAR Tanggal terbit : Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL 01 Januari 2016

Dr.Muhammad Saad Bustan, M.Kes

PENGERTIAN Faeses adalah sisa-sisa pencernaan makanan yang dikeluarkan


melalui anus.
Yang termasuk dalam pemeriksaan faeses rutin antara lain :
makroskopik (warna, konsistensi, lendir, darah, nanah), mikroskopik
(lekosit, eritrosit, amoeba, telur cacing, lemak, serat tumbuhan, lain-
lain)
Pemeriksaan khusus yaitu tes darah samar

TUJUAN Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk mengetahui adanya


infeksi pada pencernaan atau adanya telur cacing, amuba dan lain-lain

KEBIJAKAN 1. Dilaksanakan oleh analis laboratorium yang bertugas


2. Analis tersebut menggunakan sarung tangan, masker dan baju lab,
karena sampel adalah bahan infeksius.
3. Hasil dievaluasi oleh dokter yang bertugas

PROSEDUR PRA ANALITIK


1. Persiapan penderita : tidak memerlukan persiapan khusus
2. Persiapan sampel: Faeces segar harus terhindar dari kontaminasi,
wadah penampungan hendaknya bersih dan kering
3. Alat dan bahan :
a. Objek glass
b. Deck glas
c. Pengaduk dari kaca / lidi
d. Larutan Eosin 2 %
e. Pipet tetes
f. Mikroskop
PEMERIKSAAN FESES RUTIN

No. Dokumen No. Revisi Halaman


11/04/14 2 dari 2
Ditetapkan oleh :
STANDAR Tanggal terbit : Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL 01 Januari 2016

Dr.Muhammad Saad Bustan, M.Kes

PROSEDUR ANALITIK
1. Tes makroskopis : Warna, Konsistensi, lender, darah
2. Tes mikroskopis : untuk melihat adanya Eritrosit, Lekosit
3. Cara kerja:
a. Diteteskan larutan Eosin 2% secukupnya diatas gelas obyek.
b. Diambil faeses dengan lidi secukupnya kemudian diletakkan
diatas larutan eosin tersebut, diaduk hingga rata dan tutup
dengan deck glass.
c. Amati ada tidaknya telur cacing, amuba dan benda-benda
lainnya.
d. Catat hasil pada buku induk hasil
e. Print/tulis hasil pada lembar hasil
f. Serahkan lembar hasil pada ruangan yang meminta
PASCA ANALITIK
a. Negatif : Jika tidak ditemukan telur cacing
b. Positif : Jika ditemukan telur cacing

UNIT TERKAIT 1. laboratorium


URINALISIS

No. Dokumen No. Revisi Halaman


11/04/15 1 dari 7
Ditetapkan oleh :
STANDAR Tanggal terbit : Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL 01 Januari 2016

Dr.Muhammad Saad Bustan, M.Kes

PENGERTIAN Urinalisis atau analisis urin adalah tes laboratorium terhadap


spesimen urin yang dapat memberikan informasi keadaan ginjal dan
saluran kemih, baik prerenal renal maupun post renal.Urinalisis
terdiri dari tes makroskopik, mikroskopik dan kimia.

TUJUAN Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk skrining, menunjang


diagnosis, memantau perjalanan penyakit, efektifitas pengobatan, dan
komplikasi penyakit.

KEBIJAKAN 1. Prosedur dilaksanakan oleh analis laboratorium yang bertugas.


2. Analis tersebut memakai sarung tangan, masker serta baju
laboratorium karena sampel adalah bahan infeksius.
3. Hasil dievaluasi oleh dokter yang bertugas.

PROSEDUR Dilaksanakan oleh petugas laboratorium/analis yang telah terlatih,


jika perlu dikonfirmasi oleh dokter yang bertugas
PRA ANALITIK
a. Persiapan Pasien: tidak ada persiapan khusus, kecuali untuk tes
urin post prandial, pasien berkemih setelah makan 1½ - 3 jam
b. Persiapan Sampel:
a. Wadah penampung bersih dan kering
b. Identifikasi sampel: nama, nomor, alamat, umur
c. Urin diperiksa dalam waktu ≤ 2 jam setelah dikemihkan
d. Sampel urin sewaktu, untuk tes Esbach: urin 24 jam atau 12
jam
c. Alat dan Bahan:
a. Wadah penampung urin bersih dan kering atau steril untuk
tes mikrobiologi
b. Gelas volume / gelas takar
URINALISIS

No. Dokumen No. Revisi Halaman


11/04/15 2 dari 7
Ditetapkan oleh :
STANDAR Tanggal terbit : Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL 01 Januari 2016

Dr.Muhammad Saad Bustan, M.Kes

PROSEDUR c.Tabung reaksi


d.Pipet tetes
e.Mikroskop
g.Kaca obyek dan kaca penutup
h.Sentrifus
i.Alat Uriscan dan reagen stripnya.
j.Tabung Esbach, reagen Esbach, asam sulfosalisilat 20%
untuk tes protein kuantitatif
k. Termometer, asam asetat 50%, untuk tes Protein Bence Jones
ANALITIK
Cara kerja:
1. Tes Makroskopik:
a. Perhatikan warna/kejernihan dan bau
b. Ukur volume urin menggunakan gelas takar
c. Tes KimiaCelup 1 lembar reagen strip ke dalam urin sampai
urin mengenai area reaksi, sentuhkan pada kertas tissue
kering
d. Letakkan pada alat Verify U 120, jalankan sesuai prosedur
e. Hasil keluar dalam bentuk lembar print out, berupa: Berat
jenis (BJ), pH, Lekosit, Nitrit, Protein, Glukosa, Keton,
Urobilinogen, Bilirubin, dan Hemoglobin, Vitamin C, Blood
2. Tes Mikroskopik/Sedimen
a. Masukkan 10-15 ml urin ke dalam tabung reaksi, sentrifus
selama 5 menit pada 1500-2000 rpm
b. Buang cairan di bagian atas tabung, sehingga volume
cairan dan sedimen tinggal 0,5-1 ml.
c. Kocok tabung untuk meresuspensikan sedimen.
d. Letakkan 2 tetes suspensi tersebut di atas kaca obyek lalu
tutup dengan kaca penutup
URINALISIS

No. Dokumen No. Revisi Halaman


11/04/15 3 dari 7
Ditetapkan oleh :
STANDAR Tanggal terbit : Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL 01 Januari 2016

Dr.Muhammad Saad Bustan, M.Kes

PROSEDUR e. Periksa sedimen di bawah mikroskop dengan lensa obyektif


10x untuk Lapangan Pandang Kecil (LPK) untuk melaporkan
jumlah rata-rata sedimen, serta lensa obyektif 40x untuk
Lapangan Pandang Besar (LPB) untuk melaporkan jumlah
rata-rata eritrosit dan lekosit.
f. Tulis hasil yang diperoleh berupa: Elemen organik yaitu
jumlah sel eritrosit, lekosit, epitel, silinder, bakteri, jamur,
parasit; dan elemen anorganik berupa kristal, zat lemak.
3. Tes protein kuantitatif secara Esbach
a. Tambahkan 3-5 tetes asam asetat glasial ke dalam urin
hingga reaksinya asam.
b. Isi tabung Esbach dengan sampel urin sampai garis bertanda
U.
c. Tambahkan reagen Esbach pada sampel tersebut
hingga garis bertanda R.
d. Tutup tabung lalu bolak-balikkan tabung 12 kali ( jangan
dikocok).
e. Letakkan tabung pada rak dalam posisi tegak dan biarkan
selama 18 – 24 jam.
f. Tinggi kekeruhan dibaca dan menunjukkan banyaknya gram
protein perliter urin.
4. Tes Protein Bence Jones
a. Sebelumnya lakukan penetapan ada tidaknya protein dengan
tes asam sulfosalisilat yaitu dengan cara :
b. Masukkan masing-masing 2 ml urin yang jernih ke dalam 2
tabung reaksi.
URINALISIS

No. Dokumen No. Revisi Halaman


11/04/15 4 dari 7
Ditetapkan oleh :
STANDAR Tanggal terbit : Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL 01 Januari 2016

Dr.Muhammad Saad Bustan, M.Kes


c. Tambahkan 8 tetes asam sulfosalisilat 20 % ke dalam salah
PROSEDUR
satu tabung lalu kocok. Bandingkan kedua tabung, jika tetap
sama jernihnya, maka hasil tes negatif.
d. Jika tabung pertama lebih keruh dari tabung kedua, maka
panasi tabung tersebut di atas nyala api sampai mendidih lalu
dinginkan kembali dengan air mengalir
e. Jika kekeruhan tetap ada saat pemanasan dan terus
menetap sampai dingin kembali, maka tes terhadap protein
positif. Protein itu mungkin albumin atau globulin atau
keduanya.
f. Jika kekeruhan hilang saat pemanasan tetapi timbul
kembali setelah dingin, lanjutkan dengan tes Protein Bence
Jones.
g. Jika tes protein dengan asam sulfosalisilat negatif, maka
Protein Bence Jones pasti tidak ada.
h. Lakukan tes Protein Bence Jones
i. Masukkan kira-kira 5 ml urin dan sebatang termometer ke
dalam tabung reaksi, lalu masukkan tabung itu ke dalam
gelas kimia berisi air. Panasi gelas kimia tersebut dan
perhatikan suhu pada termometer.
j. Catat suhu saat mulai timbul kekeruhan sampai kekeruhan
maksimal.
k. Angkat tabung reaksi dari air lalu panaskan langsung di atas
nyala api sampai isinya mendidih dan perhatikan
kekeruhannya :
URINALISIS

No. Dokumen No. Revisi Halaman


11/04/15 5 dari 7
Ditetapkan oleh :
STANDAR Tanggal terbit : Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL 01 Januari 2016

Dr.Muhammad Saad Bustan, M.Kes

PROSEDUR 1. Jika kekeruhan lenyap, biarkan urin itu


mendingin dan catat suhu saat kekeruhannya
timbul lagi.
2. Jika kekeruhan tidak hilang saat dipanasi,
tambahkan 1 ml asam asetat 50% tetes demi
tetes dan teruskan pemanasan sampai urin mendidih.
Jika kekeruhannya menetap, saringlah urin tersebut
dalam keadaan mendidih dengan kertas saring
lalu perhatikan kekeruhan pada filtratnya. Jika
kekeruhan timbul lagi saat urin mendingin dan
menghilang lagi jika dipanaskan maka tes Protein
Bence Jones positif.

PASCA ANALITIK
Nilai rujukan:
Tes Makroskopik dan Tes Kimia
1. Warna/kejernihan : kuning jernih atau sedikit keruh
2. Bau : berbau khas asam organik dalam urin
3. Berat Jenis (BJ) : 1,010 – 1,020
4. pH : 4,5 – 8,0
5. Lekosit : negative
6. Nitrit : negative
7. Protein : negative
8. Glukosa : negative
9. Keton : negative
10. Urobilinogen : negative
11. Urobilin : negative
12. Eritrosit : negatif
URINALISIS

No. Dokumen No. Revisi Halaman


11/04/15 6 dari 7
Ditetapkan oleh :
STANDAR Tanggal terbit : Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL 01 Januari 2016

Dr.Muhammad Saad Bustan, M.Kes

PROSEDUR Tes Sedimen


1. Eritrosit : < 5 /LPB
2. Lekosit : < 5 /LPB
3. Torak : negatif, atau positif torak hialin
4. Bakteri : < 2 /LPB atau < 1000 / ml
5. Sel : Epitel pipih
6. Kristal : Kalsium oksalat, asam urat (dalam urin asam)
7. Amorf, tripelfosfat (dalam urin alkalis)
8. Lemak : negatif
9. Sperma : negatif
10. Tes Protein kuantitatif dengan cara Esbach: < 0,5 gr / hari
11. Tes Protein Bence Jones : negatif

Interpretasi Hasil:
Tes Makroskopik

1. Warna/Kejernihan : keruh : mungkin piuria


2. Berat Jenis (BJ) : pekat  diabetes mellitus
Encer  diabetes insipidus
3. pH : <  diet protein, asidosis
: >  diet sayur, alkalosis, infeksi
4. Lekosit : +  inflamasi, infeksi
5. Nitrit : + infeksi
6. Protein : +  albumin: penyakit ginjal
7. Globulin : myeloma multiple
8. Glukosa : +  diabetes mellitus
9. Keton : +  puasa, diet lemak, ketoasidosis
10. Urobilinogen : +  pada gangguan hati
11. Bilirubin : +  pada obstruksi bilier
12. Eritrosit : +  penyakit ginjal dan saluran kemih
URINALISIS

No. Dokumen No. Revisi Halaman


11/04/15 7 dari 7

PROSEDUR Tes Sedimen


1. Eritrosit : abnormal: batu atau penyakit ginjal dan saluran
kemih
2. Lekosit : abnormal: batu atau penyakit ginjal dengan
inflamasi
3. Torak : > pada penyakit ginjal dan saluran kemih
4. Bakteri : + infeksi saluran kemih bila > 105 / ml
5. Sel : abnormal: sel bulat, sel ganas
6. Kristal : asam urat >>  gout
7. Tes Protein kuantitatif dengan cara Esbach: abnormal:
penyakit ginjal
8. Tes Protein Bence Jones : positif pada myeloma
multipel, amyloidosis, sindrom Fanconi (dewasa) dan
makroglobulinemia Waldenstrom
9. Ket:  : mengarah, menunjukkan.
10. Catat hasil pada Buku Hasil dan Formulir Hasil,
11. Tes dapat dilakukan setiap hari di subdivisi Cairan Tubuh UPL
RSU Thalia Irham sesuai permintaan.

UNIT TERKAIT 1. laboratorium

Anda mungkin juga menyukai