• APA YANG ANDA LAKUKAN BILA SEORANG PASIEN IBU HAMIL HARUS SEGERA
DISEKSIO
MINTA DITOLONG OLEH DOKTER OBSGIN YANG BIASA MEMERIKSA DIA , SEMENTARA
DOKTERJAGA OBSGINNYA BUKAN YANG DIA MINTA ?
APA YANG ANDA LAKUKAN BILA PASIEN MENEKAN BEL MEMANGGIL ANDA DAN DIA
MENGELUH
NYERI DADA DAN SESAK NAFAS ?
BAGAIMANA BILA MENGELUH NYERI RINGAN DI PERUT TETAPI MENYEBABKAN DIA TAK
BISA
TIDUR ?
APA YANG ANDA LAKUKAN BILA SEORANG PASIEN WANITA PASKA OPERASI
MELAPORKAN
BAHWA DIA MENDAPATKAN PELECEHAN SEKSUAL DARI SEORANG PERAWAT PRIA ?
APA YANG ANDA LAKUKAN BILA SEORANG PASIEN KARENA DIDIAGNOSIS Ca PAYUDARA
INGIN
MEMINTA SECOND OPINION DARI DOKTER LAIN ?
(D ObsGin)LANGKAH 2 APA YANG ANDA LAKUKAN BILA MENDAPAT LAPORAN DARI DR JAGA
DIMALAM HARI ADASEORANG PASIEN DENGAN DIAGNOSIS PREEKLAMSI DAN HARUS SEGERA
DILAKUKAN SEKSIO ?
W Direktur 10 TL
2. Pimpinan rumah sakit memahami hak 5
Kepala bidang/divisi TS
Kepala unit pelayanan 0 TT
dan kewajiban pasien dan keluarga
perundang-undangan. (W)
perundang-undangan. (W)
D Bukti pelaksanaan pelatihan tentang 10 TL
4. Semua staf memperoleh edukasi dan 5
hak dan kewajiban pasien TS
0 TT
memahami tentang hak serta kewajiban
W Kepala diklat
pasien dan keluarga, juga dapat Staf RS
• Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan peraturan
yang berlaku di RS
• Second opinion: meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter
lain yang mempunyai SIP baik di dalam maupun di luar RS
• Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan
pasien. (R)
D Bukti pelaksanaan tentang penjelasan 10 TL
2. Ada bukti pasien diberitahu bahwa 5
kerahasiaan informasi kesehatan pasien TS
0 TT
segala informasi tentang kesehatan
Staf klinis
pasien adalah rahasia dan kerahasiaan W Pasien/keluarga
perundang-undangan. (D,W)
pasien. (O,W)
KARS
CONTOH KALIMAT
IDENTIFIKASI PRIVASI
Dapat menjadi bagian dari persejuan umum (general
consent)
KEINGINAN PRIVASI KHUSUS
Sutoto KARS 26
CONTOH FORMULIR PERMINTAAN PRIVASI
KHUSUS
KARS
Kebutuhan Privasi umum
saat:
1. wawancara klinis
2. pemeriksaan,
3. prosedur/pengobatan
4. transportasi
KARS
Rumah sakit wajib
menghormati
kerahasiaan informasi
kesehatan pasien.
KARS
BAB
II
RUANG LINGKUP RAHASIA
KEDOKTERAN
Pasal 3
(1) Semua pihak yang terlibat dalam pelayanan kedokteran dan/atau menggunakan data dan informasi
tentang pasien wajib menyimpan rahasia kedokteran.
(2) Pihak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
• a. dokter dan dokter gigi serta tenaga kesehatan lain yang memiliki akses terhadap data dan
informasi kesehatan pasien;
• b. pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan;
• c. tenaga yang berkaitan dengan pembiayaan pelayanan kesehatan;
• d. tenaga lainnya yang memiliki akses terhadap data dan informasi kesehatan pasien di fasilitas
pelayanan kesehatan;
• e. badan hukum/korporasi dan/atau fasilitas pelayanan kesehatan;
• f. mahasiswa/siswa yang bertugas dalam pemeriksaan, pengobatan,perawatan, dan/atau
manajemen informasi di fasilitas pelayanan kesehatan.
(3) Kewajiban menyimpan rahasia kedokteran berlaku selamanya, walaupun pasien telah meninggal
dunia.
Sutoto KARS 32
Standar HPK 1.3
KARS
• Risk assesmen :
• Kelola Risiko Susun rencana pencegahan risiko Keselamatan & keamanan misalnya
monitoring daerah berisiko keamanan & keselamatan dng pemasangan CTTV, akses
terbatas, dll
PETUGAS Saksi,
~ l1as,raPasien
KARS
CONTOH
!f>ANDUAN
PERLINDUNGAN PASIEN TERHADAP KEKERASAN FISIK
A.DEFINISI
1. Kekerasan Fisik adalah ekspresi dari apa bfilk yang dilakukan secara tisi.k
yang mencerminkan tindakan agresi dan penyerangan pada kebe basan a tau
martabatseseorang. Kekerasanfisik dapat dilakukan oleh perorangan atau
sekelompok orang.
2. Perlindungan Pasien Terhadap Kekerasan Fisik adalah suatu upaya
rumah sakit untuk melindungi pasien dari kekerasan fisik oleh pengunjung,
pasien lain atau staf rumah sakit.
3. Bayi Baru Lahir (Neonatus) adalah bayi dalam kurun walctu satu jam
pertama kelahiran.
4. Bayi Yang Lahir Normal adalah bayiyang lahir dengan umur kehamilan 37
minggu sampai 42 minggu dan berat lahir 2 500 gram sampai 4000 gram.
5. Anak - Anak adalah masa yang dimulai dari periode bayi sampai masa pubertas yaitu
13-14 tahun. KARS
CONTO PROSEDUR PERLINDUNGAN PENCULIK BA
H TIANTERHADAP
PENGER AN bayi danYI
Tindakan pencegahan terhadap penculikan anak.
Melindungi pasien (bayV anak) dari tindak penculikan di
TU.JUAN lingfil!ngan
rumah
sakit.
Bayi/anak/ /manula/ orang yang tidak dapat melindungi diri
KEBIJAKAN sendiri harus
mendapat perlindungan
khusus1. Lakukan pemeriksaan secara berkala di ruang
rawat bayi/
anak/manula/pasien
2. Lakukan monitoring ygseluruh
tidak dapat melindungi
ruangan dengan
dirinya sendiri
menggggakan
3. CCTV
Larang orang asing yang tidak berkepentingan
4. berada pada
PROSED UR
area tersebut.
kepada semua orang yang akan meninggalkan rumah sakit
Awasi
dengandengan disiplin pintu keluar di ruang rawat
bayi/ anak.
5. bayi/ anak
Pastikan bahwa keluarga/ orang tua
bayi/anakmembawa
6. surat serah terima bayi (SIB) sesuai identitas.
lakukan pemeriksaan terhadap seluruh area rumah
sakit, Jika
SATPAM
1. ada laporan teriadi penculikan bayi, segera.
UNIT TERKAIT
2. Semua unit
DOKm1IEN TERKAIT pelayanan
Panduan Perlindunzan Terhadan Kekerasan Fisik
KARS
Standar HPK 1.4
W Staf terkait
W Staf terkait
Pasien / keluarga
KARS
Pembagian Daerah RS
1. Public area (open): terbuka untuk publik contoh Rawat jalan, parkir
area
2. Semi Public area (semi open): rawat inap (saat kunjungan open, saat
diluar jam kunjungan closed dengan ijin
3. Aseptic area (closed}: contoh Kamar OK . Closed ; harus dengan ijin
khusus dan persyaratan khusus
Diadaptasi dari Buku Pedoman Teknis Sarana Prasaran RS Kelas C , Depkes R.I. 2007
Standar HPK 2
Sutoto KARS 52
CONTOH PANDUAN
MEMINTA PENDAPAT LAIN ( SECOND OPINION)
A. DEFINISI
1. Opi.ni Media adalah pendapat, pikiran atau pendirian dari seorang dokter atau
ahli medis t:erhadap suat:u diagnosa, t:erapi dan rekomendasi medis lain t:erhadap
penyakit: seseorang.
diberikan oleh doh.-t:er lain t:erhadap suat:u diagnosa at:au terapi maupun
rekomendasi medis lain t:erhadap penyak:it yang diderit:a pasien. Mencari pendapat:
lain bisa dikatakan sebagai upaya penemuan sudut: pandang lain dari dokter
pasien bisa jadi menemui lebih dari dua dokt:er untuk dimint:akan pendapat:
KARS
CONTOH PROSEDUR SECOND OPINION
Alam at: .
Saya juga menyadari bahwa oleh karena ilmu kedokteran bukanlah ilmu pasti dan selalu be.rkembang, maka
perbedaan pendapat ahli adalah biasa terjadi dalarn dunia kedokteran.
Say a menyadari beban biaya second opinion menjadi tanggungjawab saya,
Saksi:
. ........ tii:I .
Pasien/\Vali**)
(D,W)
W DPJP 10 TL
7. Pasien dan keluarga dijelaskan dan 5
PPJA TS
Staf klinis 0 TT
memahami tentang haknya dalam
Pasien/keluarga
berpartisipasi membuat keputusan
KARS
Dijelaskan tentang
hasil pelayanan dan
pengobatan,
termasuk hasil yang
tidak diharapkan
dan siapa yang
akan
memberitahukan
KARS
HAK PASIEN DALAM PELAYANANDAN EDUKASI YANG HARUS DIBERIKAN
OLEH DPJP
1. Penjelasan agar pasien dan keluarganya mengetahui kapan akan
dijelaskan tentang kondisi medis dan diagnosis pasti
2. Penjelasan agar pasien dan keluarganya mengetahui kapan akan
dijelaskan tentang rencana pelayanan dan pengobatannya
3. Penjelasan agar pasien dan keluarganya mengetahui bagaimana
proses untuk mendapatkan persetujuan dan Ketika informed
consent dipersyaratkan, pasien dan keluarga belajar tentang
proses memberikan informed consent.
4. Penjelasan agar pasien dan keluarganya mengetahui haknya
untuk berpartisipasi dan terlibat dalam proses dan keputusan
5. Pasien dan keluarga berhak diberi informasi tentang
hasil dari proses asesmen dan setiap diagnosis yang
telah ditetapkan apabila diperlukan. (HPK 2.1)
6. pasien dan keluarganya diberitahu tentang
bagaimana mereka akan dijelaskan tentang
hasil pelayanan dan pengobatan,
termasuk
hasil yang tidak diharapkan dan siapa
yang
akan memberitahukan (HPK 2.1.1)
7. penyakit, saran pengobatan, dan para pemberi
pelayanan, shg mereka dapat membuat keputusan ttg
CONTOH CATATAN EDUKASI
TERINTEGRASI Nama:
B1•i11ogaB1e.o-ri'5.Jloik :
HAMBATAN BELAJAR:
1. D TdkAda 2. D Pandangan Terbata.s 3. Hambatan Bahasa: D Tidak ova:
4. O Kognisi Terbata.s 5. OPendengaran Terbata.s 6. O Hambatan Emosi 7. 0 Keterbata.s an Fisik
8 Pertimbangan Budaya dim perawatan: D Tidak O Ya: 9. O Tdk bisa membaca
.
Tanggal dan Tanda Tangan
GAYA BELAJAR YANG DI SU KAI:
DVerbal D Tertulls O~IJIQO.liltll,51 OLaln-laln:
.
1. Paslen
~,VU--.;>1 .,..._,
1.
_iuA
Olskusi
•
- ....
1. Pema_hama.n Seeara Verbal ~"'
"
-
2. Pasangan <l~U1cl/:;1111ml) 2. Tertulisl Ma_kalah 2. Oemonstrasl Ulang
3. Orang Tua 3. 3. Butuh Penguatan
4. Sauda_r.a Kandung 4.
Q~IJIQO:i.l[asi
Video -··
5. Lain-lain: S. Lain-lain:
·:. .; ·: cI
I
~
.f . I.- ...
D!os;!~ D!os;!~
TQ.ll TOPIK EDUKASI ? Dio~oJ KETERANGANJ CATA
c DJog~oJ
Jam n@m~ n@m~ TAN
E ~Yls!UQC e~oti ci
..
·;; e~oti cirnill
..
;
ID E~Yls~fil
pengobatannya
Proses untuk mendapatkan
.. "'
i
p ers etujuan
Hak Pasi@n SlAll ~eruaJ:9.1! untuk .;
berpartisipasi dalam keputusan
pelayananny.a .;
.
KARS
-
HPK DALAM PELAYANAN
• Pasien dan keluarga berpartisipasi dalam proses pelayanan melalui:
• pembuatan keputusan tentang pelayanan
• bertanya tentang pelayanan
• Menerima/menolak prosedur diagnostik dan
pengobatan.
• Rumah sakit mendukung dan meningkatkan keterlibatan pasien dan keluarganya dalam
semua aspek pelayanan dengan:
• mengembangkan dan mengimplementasikan kebijakan dan prosedur yang terkait.
• Kebijakan dan prosedur mengenai hak pasien untuk mencari second opinion /
pendapat kedua tanpa takut untuk berkompromi dalam hal pelayanan, baik di
dalam maupun dil luar rumah sakit.
• Semua staf dilatih untuk pelaksanaan kebijakan dan prosedur dalam peran mereka
mendukung hak pasien dan keluarganya untuk berpartisipasi dalam proses
pelayanan.
KARS
HAK PASIEN DALAM PELAYANAN DAN PENJELASAN APA YANG HARUS
DIBERIKAN OLEH DPJP
Sutoto KARS 68
Standar HPK 2.2
PPA. (R)
D Bukti pelaksanaan pemberian informasi 10 TL
2. Pasien diberi informasi tentang 5
tentang a) sampai j) yang relevan dengan TS
kondisi pasien dan rencana tindakan 0 TT
elemen a) sampai j) yang relevan
(W,S) Pasien/keluarga
W Staf klinis
Pasien / keluarga
pengobatan. (D,W)
W DPJP/PPA lainnya
Staf klinis
Pasien / keluarga
Nama dan Tanda tangan pasien Nama dan tanda tangan Saksi
(.................................) (..............................................)
Sutoto KARS 78
KARS
Standar HPK 2.4
1. Ada regulasi rumah sakit pada saat R Regulasi tentang pasien yang menolak 10 TL
pasien menolak pelayanan resusitasi, pelayanan resusitasi, menunda atau 5 -
menunda atau melepas bantuan melepas bantuan hidup dasar 0 TT
hidup
dasar sesuai peraturan perundang-
undangan, norma agama dan budaya
masyarakat. (R) Bukti pelaksanaan pasien yang menolak
2. Pelaksanaan sesuai dengan D 10 TL
pelayanan resusitasi, menunda atau
regulasi melepas bantuan hidup dasar 5 TS
tersebut. (D,W) 0 TT
DPJP/PPA lainnya
Staf klinis
W Pasien / keluarga
Regulasi RS :
• Panduan penolakan
resusitasi (DNR)
• SPO penolakan resusitasi
• Formulir penolakan
resusitasi
Sutoto KARS 84
REGULASI TENTANG PASIEN YANG MENOLAK
PELAYANAN
RESUSITASI, MENUNDA ATAU MELEPAS HIDUP
BANTUAN
DASAR
Saya menyatakan
Yang memberikan izin agar informasi ini diberikan
Saksi kepada seluruh staf rumahSaksi
sakit, Saya memahami bahwa saya dapat
mencabut
pernyataan ini setiap saat.
(………………………….) (……………………………………….) (………………………………………..)
Sutoto KARS 87
FORMULIR DO NOT RESUCITATE (JANGAN DILAKUKAN RESUSITASI)
Formulir ini adalah perintah dokter penanggung jawab pelayanan kepada seluruh staf klinis rumah sakit, agar tidak dilakukan resusitasi pada pasien ini bila terjadi henti jantung (bila
tak ada denyut nadi) dan henti nafas (tak ada pernafasan spontan).
Formulir ini juga memberikan perintah kepada staf medis untuk tetap melakukan intervensi atau pengobatan, atau tata laksana lainnya sebelum terjadinya henti jantung atau henti
nafas.• Nama pasien : ………………………………………………..
• Tanggal lahir : ……………………………………………….
Perintah/ Pernyataan dokter penanggung jawab pelayanan
Saya dokter yang bertanda tangan dibawah ini menginstruksikan kepada seluruh staf medis dan staf klinis lainnya untuk melakukan hal-hal tertulis dibawah
ini: • Usaha komprehensif untuk mencegah henti jantung atau henti nafas tanpa melakukan intubasi.
• Usaha suportif sebelum terjadi henti nafas atau henti jantung yang meliputi pembukaan jalan nafas non invasive, mengontrol perdarahan, memposisikan pasien
dengan nyaman, pemberian oat-obatan anti nyeri.
Jika yang diatas tidak dimungkinkan maka dokter yang bertanda tangan dibawah ini memberikan perintah TIDAK MELAKUKAN RJP (RESUSITASI
Saya dokter yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa keputusan DNR diatas diambil setelah pasien diberikan penjelasan dan menanda tangani informed consent DNR yang
diperoleh dari salah satu:
• Pasien
• Tenaga kesehatan yang ditunjuk pasien
• Wali yang sah atas pasien (termasuk yang ditunjuk oleh
• pengadilan) Anggota keluarga pasien
TANDA TANGAN DOKTER: ………………………………………….
Sutoto KARS 88
Nama Lengkap:………………………NIP/NIK:…………………………… No Telepon:…………………Tgl :…….………….
DO NOT RESUSCITATE (DNR)
STANDAR
Tanggal Terbit : Ditetapkan,
PROSED UR ................ 2013 Direktur
OPERASIONAL
Tujuan ll .~
.~ ™astik,an )2al~
™astik,an )2al~ t!~n!lifilru!Uata
t!~n!lifilru!Uatatl ~Uhl§fill.J;!a§ien, !m!Yk
tindakan DoNotResuscitate
¥¥¥¥¥¥¥
(DNR) tidak
ru~awlw:tiklIDI1iru~mt~
m1~m~i, Qfil1 Qencatatan ,ielas
2. ~
Untuk~i;~taud@ri§ij~i yang
memastikan teriadinxa !~d1s!gsm.~ut!.i§~
komunikasi t!st§i~n
~ m~ug~ai
~i;~taud@ri§ij~i
DNR. !~d1s!
Rumah sakit memastikan setiap staff I petugas mengetahui dan
Kebijakan gsm.~ut!.i§~ t!st§
mematuhi Keputusan DKiAreRkS tur Nomor tentang Kebijakan Hak
Pasien dan Keluarza Di T .inckunzan Rum ah Sakit ...
Standar HPK 2.5
0 TT
2. Rumah sakit menghormati dan D Bukti dalam rekam medis tentang pelaksanaan 10 TL
Pasien
3. Staf rumah sakit memahami D Bukti dalam rekam medis tentang laporan rasa 10 TL
pengaruh pribadi, budaya, sosial nyeri oleh pasien beserta asesmen dan 5 TS
Pasien
•
HF
untuk mengatasi Q_yeri
Regulasi tentang asesmen dan manajemen" !rifill
•
-~
.l?.~.ITIR.~.r.i.~.O 9 Q!:!~i~Jl dan ~
.l?.~.ITIR.~.r.i.~.O .~9.l;I.K!:!~i MKE 10 EP 4
• RS meneta12kan regulasi 12asien diskrining, untuk rasa .K~IW.9.
AP .~9.l;I.K!:!~i .K~IW.9.
~-~[.~.9.i~ ~~yang~~
HAK PASIEN ~-~[.~.9.i~ ~~yan
Rumah sakit menghormati dan mendukung ha~ 12asien • manaiemen
!D.fQLtI1.~~j nveriverba I ~ ~ DI~t~r.t t~r.tY.U?v MKE 11 EP 5
HF ~SUHAN NYERI
dengao, melakukan asesmen dan manajemen" !rifill
•• Rum9h, Rum9h,
~a kit ~a kit
rn~l~k? ~ PAP 6 EP 5
yang
EDU sesuai
KASI ~nak~q,Q~h~.tih9.Q
rn~l~k?~nak~q,
• Edukasi kemungkinan timbuln:¥:a"~ akibat tindakan
PA • rn~.r:1~t.~?.l~~~
• Pasien,diskrining
Pasien, diskrining untuk, AP 1.5 EP 1
rasar ~
•
yang ter~r:i.c.a_r,9
Pasien dan keluarga diberikan" edukast tentang •
untuk,8.R~.l?.[!~ gJJ.9~.'1~.iJ!
8.R~.l?.[!~ pad a ~~~-
AP 1.5 EP 2
PA k.~.~J fil@ rasa fil@
gJJ.9~.'1~.iJ!k.~.~J ~ ~.m..~.r:t
ih, mendalam" sesual
2.ela~anan untuk mengatasi !rifillsesual~lata~
belakan agama, buda:¥:~, nilai- 12asien, awa~ lakukanv asesmenv Q~n,gy_~_Yf.9;Q
g nilai dan leb
k!-:1.9.U~.9.? k~. .i.nt.~rJ.~Lt!:!~ d an
~-~Qerca~aan keluarga
vDY~r.t
lokasl ™
~ Q!:!§i~.Q,
dan laman~
.9.~DSi:!D, rn. ~.~~L k~.~-
• Pasi~Q~~~~~ ~[.912.~DJf.rn.~.~~D.? PAP 6 EP 2
d an
.~
~ ?~?~.~l fJ.~.n&.~.n
k!-:1.9.U~.9.?v DY~r.t k~.l?.~!~b.9.rt
• ~8§~.~.r:n~.r:utlfilIB-
k~.rn. rasa ~ dan ~ ~ AP 1.5 EP 3
• ~ rasa D~~Il oleh !tcJ§ign g~..?~.r!~ g~~- HPK 2.5 EP 3
~r.r..i..~. ri dan
man.ajerne.n,~ u
REGULASI TENTANG NYERI
SKRINING NYERI
• Dilakukan oleh perawat dalam pengkajian awal keperawatan
• Dilakkukan di IGD, RL,RJ
• Metode penilaian
• Mnemonic PQRST untuk Dewasa dan Wong Baker Pain Scale anak
• Behaviour Pain Scale untuk pasien ICU dan tak sadar
• Newton Scale untuk neonatus
KARS
TG-JAWAB PASIEN DALAM MANAJEMEN
NYERI
Untuk berbicara dengan dokter atau perawat tentang:
• Apa yang diharapkan
• Berbagai jenis pilihan nyeri
• Rencana penanganan nyeri untuk setiap rasa sakit yang tidak akan
hilang
• Untuk meminta untuk menghilangkan rasa sakit segera setelah
nyeri dimulai
• Untuk membantu dokter dan perawat mengukur rasa sakit Anda.
TANGGAL/JAM ASESMEN:
• P:……………………………………………………………………………………………………………………………………
• Q:…………………………………………………………………………………………………………………………………..
• R:……………………………………………………………………………………………………………………………………
• S:……………………………………………………………………………………………………………………………………
• T:……………………………………………………………………………………………………………………………………
Scala Nyeri
Keterangan:
• P= Provokatif: yang memprovokasi nyeri apa yang menjadi penyebab nyeri ? Rudapaksa, benturan ? Apa
yg
• membuat lebih baik atau lebih buruk ?
• Q=Quality/Kualitas: seperti apa rasanya ? Seperti tertusuk benda tajam, tumpul, sakit, berdenyut, ditusuk
• jarum, dll?
R=Regio/Radiasi Daerah nyeri dimana rasa sakit itu berada? Menyebar
•
kemana ?
S=Severity/Skala : seberapa berat pakai skala 0 sd
Sutoto KARS
10 98
• Asesmen nyeri
• Asesmen nyeri dapat menggunakan Numeric Rating Scale
• Indikasi: digunakan pada pasien dewasa dan anak berusia > 9 tahun yang dapat menggunakan
angka untuk melambangkan intensitas nyeri yang dirasakannya.
• Instruksi: pasien akan ditanya mengenai intensitas nyeri yang dirasakan dan
dilambangkan dengan angka antara 0 – 10.
• 0 = tidak nyeri
• 1 – 3 = nyeri ringan (sedikit mengganggu aktivitas sehari-hari)
• 4 – 6 = nyeri sedang (gangguan nyata terhadap aktivitas sehari-
• hari)
7 – 10 = nyeri berat (tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari)3
Sutoto KARS 99
• Wong Baker FACES Pain Scale
• Indikasi: Pada pasien (dewasa dan anak > 3 tahun) yang tidak dapat
menggambarkan intensitas nyerinya dengan angka, gunakan asesmen
• Instruksi: pasien diminta untuk menunjuk / memilih gambar mana yang
paling sesuai dengan yang ia rasakan. Tanyakan juga lokasi dan durasi nyeri
• 0 - 1 = sangat bahagia karena tidak merasa nyeri sama sekali
• 2–3 = sedikit nyeri
• 4–5 = cukup nyeri
• 6–7 = lumayan nyeri
• 8–9 = sangat nyeri
• 10 = amat sangat nyeri (tak
100
tertahankan)
AMATSANGAT
BAHAGIA NVERI NVERI NVERI NVERI NVERI (TAK
KARENA TERTAHANKAN)
TIDAK
MERASA
NVERI SAMA
SEKALI
Sutoto,KARS
Standar HPK 2.6
keluarga T
A. DEFINISI
1. Kondisi Terminal adalah suatu kondisi yang disebabkan oleh cedera atau
penyakit dimana terjadi kerusakan organ multiple yang dengan
pengetahuan dan teknologi kesehatan terkini tak mungkin lagi
dapat
dilakukan perbaikan sehingga akan menyebabkan kematian dalam rentang
waktu yang singkat. Pengaplikasian terapi untuk
memperpanjang/
mempertahankan hidup hanya akan berefek dan memperlama proses
penderitaan/ sekarat pasien.
2. Paaien Tahap Terminal adalah pasien dengan kondisi terminal yang makin
lama makin mem buruk
3. Paaien adalah penerima jasa pelayanan kesehatan di rumah sakit baik
dalam keadaan sehat maupun sakit.
4. Mati Klinis adalah henti nafas (tidak ada gerak nafas spontan) ditambah henti
K ARS
POKOK –POKOK PANDUAN PELAYANAN PASIEN
TAHAP
TERMINAL
• Pasien yang sedang menghadapi kematian mempunyai kebutuhan yang unik,
• Berhak mendapat pelayanan yang penuh hormat dan kasih-sayang.
• Perhatian terhadap kenyamanan dan martabat pasien mengarahkan semua
aspek pelayanan pada tahap akhir kehidupan.
• Semua staf harus menyadari kebutuhan unik pasien pada akhir
Kebutuhan ini meliputi pengobatan terhadap gejala primer dan sekunder,
kehidupannya.
manajemen nyeri (lihat juga AP.1.7, dan PP. 6);
• Melakukan intervensi untuk mengurangi rasa nyeri dan gejala primer
sekunder
atau dan mencegah gejala-gejala dan komplikasi sejauh yang dapat
diupayakan (lih PP 7.1)
• Staf harus berespon terhadap aspek psikologis, sosial, emosional, agama
budaya
dan pasien dan keluarganya (lihat juga HPK.1.1; HPK.1.1.1 dan HPK.1.2)
• Staf diminta melibatkan keluarga dalam pengambilan keputusan
pelayanan.
KARS
POKOK-POKOK PADA PANDUAN PASIEN TAHAP
• TERMINAL
Perhatian terhadap kenyamanan dan martabat pasien mengarahkan semua aspek
asuhan selama stadium akhir hidup. Asuhan akhir kehidupan yang diberikan rumah sakit
termasuk :
• pemberian pengobatan yang sesuai dengan gejala dan keinginan pasien dan
keluarga
• menyampaikan isu yang sensitif seperti autopsi dan donasi organ
• menghormati nilai yang dianut pasien, agama dan preferensi budaya
• mengikutsertakan pasien dan keluarganya dalam semua aspek pelayanan
• memberi respon pada masalah-masalah psikologis, emosional, spiritual
dan budaya dari pasien dan keluarganya ((lihat maksud tujuan : HPK 2.5)
• Rumah sakit memastikan pemberian asuhan yang tepat bagi mereka yang
kesakitan atau
dalam proses kematian dengan cara:
• melakukan intervensi untuk
mengurangi rasa nyeri dan gejala
primer atau sekunder
• mencegah gejala-gejala dan
komplikasi sejauh yang dapat
diupayakan
• melakukan intervensi dalam masalah psikososial, emosional dan spiritual dari
pasien dan keluarga, menghadapi kematian dan kesedihan
• melakukan intervensi dalam masalah keagamaan dan budaya pasien dan
• ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN TAHAP TERMINAL
KARS
RUMAH SAKIT MEMASTIKAN PEMBERIAN ASUHAN YANG TEPAT BAGI
MEREKA YANG KESAKITAN ATAU DALAM PROSES KEMATIAN
DENGAN CARA (PP7.1)
Pasal 3
Ruang lingkup pengaturan meliputi:
• a. penentuan mati batang otak pada seseorang yang diketahui proses
kematiannya di fasilitas pelayanan kesehatan;
• b. penghentian terapi bantuan hidup;
• c. penundaan terapi bantuan hidup; dan
• d. pemanfaatan organ
donor.
SUTOTO-KARS
Pasal 7
• Penentuan kematian seseorang dapat dilakukan dengan
menggunakan Kriteria diagnosis kematian klinis/konvensional atau
kriteria diagnosis kematian mati batang otak.
Bagian Kedua
Penentuan Kematian
Klinis/Konvensional
•Pasal 8
(1) Kriteria diagnosa kematian klinis/konvensional sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7 didasarkan pada telah berhentinya fungsi
sistem jantung sirkulasi dan sistem pernafasan terbukti secara
permanen.
• (2) Proses
penentuan
kematian
klinis/konv
ensional
sebagaima
na Permenkes 37 Tahun 2014 TeSnUtaTOnTgOP-KeARnSentuan Kematian Dan Pemanfaatan Organ Donor
dimaksud
PENENTUAN MATI BATANG
OTAK
Pasal 9 (siapa , dimana, bagaimana)
• (1) Penentuan seseorang mati batang otak hanya dapat dilakukan
oleh tim dokter yang terdiri atas 3 (tiga) orang dokter yang
• kompeten.
(2) Anggota tim sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
melibatkan dokter spesialis anestesi dan dokter spesialis syaraf.
• (3) Dalam hal penentuan mati batang otak dilakukan pada calon
donor organ, maka tim dokter sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
transplantasi.
bukan merupakan dokter yang terlibat dalam tindakan
• (4) Masing-masing anggota tim sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
melakukan pemeriksaan secara mandiri dan terpisah.
• (5) Diagnosis mati batang otak harus dibuat di ruang rawat intensif
(Intensive Care Unit).
a. komaadanya
b. tidak unresponsive/GCS 3 atau
sikap tubuh yang Four(seperti
abnormal Score 0
dekortikasi, atau deserebrasi); dan
c. tidak adanya gerakan yang tidak terkoordinasi atau
sentakan epileptik.
• (2) Syarat yang harus dipenuhi untuk dapat dilakukan
pemeriksaan mati batang otak sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) meliputi:
disebabkan
• a. oleh kerusakan
terdapat prakondisi otak
berupa komastruktural ireversibel
dan apnea yang akibat
gangguan yang berpotensi menyebabkan mati batang otak; dan
• b. tidak ada penyebab koma dan henti nafas yang reversibel
antara lain karena obat-obatan, intoksikasi, gangguan metabolik
dan hipotermia.
d. bila tes ulangan sebagaimana dimaksud pada huruf c tetap positif, pasien dinyatakan mati batang otak,
walaupun jantungPmeramsiehnbkeerdse3n7yuTta. hun 2014 Tentang Penentuan Kematian Dan Pemanfaatan Organ Donor
e. bila pada tes henti napas timbul aritmia jantung yang mengancam nyawa maka ventilator harus dipasang
FORMULIR PENILAIAN MATI BATANG OTAK
NO Prosedur pemeriksaan mati batang otak YA
TDK
1. Memastikan arefleksia batang otak meliputi :
a. tidak ada refleks muntah (gag reflex) atau refleks batuk terhadap rangsang oleh kateter isap yang dimasukkan
ke
2 dalam trakeakeadaan henti nafas yang menetap dengan cara :
Memastikan
a. pre – oksigenisasi dengan O2 100% selama 10 menit
a. memastikan pCO2 awal testing dalam batas 40-60 mmHg dengan memakai kapnograf dan atau analisis gas darah
(AGD)
a. melepaskan pasien dari ventilator, insuflasi trakea dengan O2 100%, 6 L/menit melalui kateter intra
trakeal
melewati
a. karinaselama 10 menit, bila pasien tetap tidak bernapas, tes dinyatakan positif atau berarti henti napas
observasi
telah
menetap.
KETERANGAN :
• Bila penilaian No 1 dan 2 di nyatakan positif, tes harus diulang sekali lagi dengan interval waktu 25 menit sampai 24 jam.
• Bila tes ulangan tetap positif, pasien dinyatakan mati batang otak, walaupun jantung masih berdenyut.
• Bila pada tes henti napas timbul aritmia jantung yang mengancam nyawa maka ventilator harus dipasang kembali
sehingga tidak dapat dibuat diagnosis mati batang otak.
• Pemeriksa dilakukan harus secara mandiri dan terpisah. ( dokter spesialis saraf, anestesi dan dokter lainnya).
Dokter Pemeriksa,
KARS
(………………………….)
PENGHENTIAN ATAU PENUNDAAN TERAPI BANTUAN HIDUP
Pasal 14
• (1) Pada pasien yang berada dalam keadaan yang tidak dapat disembuhkan akibat penyakit yang
(terminal state) dan tindakan kedokteran sudah sia-sia (futile) dapat dilakukan penghentian atau penundaan
dideritanya
terapi bantuan hidup.
• (2) Kebijakan mengenai kriteria keadaan pasien yang terminal state dan tindakan kedokteran yang sudah sia-sia
(futile) ditetapkan oleh Direktur atau Kepala Rumah Sakit.
• (3) Keputusan untuk menghentikan atau menunda terapi bantuan hidup tindakan kedokteran terhadap pasien
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh tim dokter yang menangani pasien setelah berkonsultasi
dengan tim dokter yang ditunjuk oleh Komite Medik atau Komite Etik.
• (4) Rencana tindakan penghentian atau penundaan terapi bantuan hidup harus diinformasikan dan
memperoleh persetujuan dari keluarga pasien atau yang mewakili pasien.
• (5) Terapi bantuan hidup yang dapat dihentikan atau ditunda hanya tindakan yang bersifat terapeutik dan/atau
perawatan yang bersifat luar biasa (extra-ordinary), meliputi:
• a. Rawat di Intensive Care Unit;
• b. Resusitasi Jantung Paru;
• c. Pengendalian disritmia;
• d. Intubasi trakeal;
• e. Ventilasi mekanis;
• f. Obat vasoaktif;
• g. Nutrisi parenteral;
• h. Organ artifisial;i. Transplantasi;
• j. Transfusi darah;
• k. Monitoring invasif;
• l. Antibiotika; dan
• m. Tindakan lain yang ditetapkan dalam standar pelayanan kedokteran.
• (6) Terapi bantuan hidup yang tidak dapat dihentikan atau ditunda meliputi oksigen, nutrisi enteral dan cairan
kristaloid. Permenkes 37 Tahun 2014 Tentang Penentuan Kematian Dan Pemanfaatan Organ
Donor
H. Pengelolaan Akhir Kehidupan
W Staf klinis
Customer service
Pasien / keluarga
4. Pasien dan atau keluarga pasien ikut D Bukti tentang keikutsertaan pasien dan 10 TL
atau keluarga dalam proses 5 TS
serta dalam proses penyelesaian. penyelesaian 0 TT
(D,W)
W Komite medik/komite
keperawatan/komite etik
Customer service
Staf terkait
1. Ada regulasi bahwa setiap pasien dan R Regulasi tentang pemberian informasi 10 TL
keluarga mendapatkan informasi mengenai hak pasien dan keluarga - -
tentang hak dan kewajiban pasien. (R) kepada setiap pasien, sesuai HPK 1 EP 0 TT
1
2. Ada bukti bahwa informasi tentang D Bukti materi tentang informasi hak dan 10 TL
hak serta kewajiban pasien diberikan kewajiban pasien 5 TS
tertulis kepada pasien, terpampang, 0 TT
atau tersedia sepanjang waktu. (D,O,W) O Lihat ketersediaan materi informasi
rawat inap. (D,W) STANDAR NASIONAL AKREDITASI RUMAH SAKIT edisi 1 141
Elemen penilaian HPK 5 Telusur Skor
3. Pasien dan atau keluarga diminta D Bukti materi tentang general consent 10 TL
Pasien/keluarga
• Informed consent
Untuk tindakan , prosedur, pengobatan berisiko tinggi, tranfusi darah
dan produk darah dan anestesi.
W DPJP
Pasien/keluarga
(D,W)
4. Identitas DPJP dan orang yang D Bukti dalam rekam medis tentang 10 TL
identitas staf medis dan staf yang
membantu memberikan informasi membantu memberikan informasi dalam 5 TS
kepada pasien dan keluarga dicatat di informed consent 0 TT
rekam medik pasien. (D,W) DPJP
W Dokter anestesi
Staf klinis
KARS
CONTOH TINDAKAN ANESTESI DAN SEDASI YG PERLU
INFORMED CONSENT
Tindakan anestesi Semua Tindakan sedasi
• Anestesi Umum Sedasi sedang
• Anestesi Regional
• Mengunakan midazolam 0,1 mg/kbgg
• Anastesi Infiltrasi • Mengunakan ketamin 0,5 mg/kgbb
• Anastesi Blok • Mengunakan propofol 0,5 mg/kgbb
• Anastesi Spinal Sedasi dalam
• Mengunakan ketamin 3-8 mg/kgbb
• Blok Epidural
intramuskuler
• Blok Pleksus Brakialis
• Mengunakan ketamin 1 mg/kgbb
• Anestesia Paravertebral intravena
• Mengunakan midazolam oral 10
• Blok Transakral (Kaudal)
mg/kgbb
• Anastesi Regional Intravena
•
Mengunaka
n
flunitrazepa
KARS
SIAPA YG WAJIBMEMBERIKAN
PENJELASAN
(PMK Nomer 290/2008)
Pasa 10
l
(1 Penjelasa sebaqaiman dimaksu dala Pasal 9 oleh dokter dokter
) n
yan merawa a pasien d sala satu m diberikan
atau atau gigi yang
gig dar tim dokter
g t
merawatny atau h dokter dokter i i
a.
(2 Dala ha dokte atau dokte gigi yan merawatny berhalanga untu memberika
) m
penjelasal r r
langsung g
mak pemberia a penjelasan haru didelegasika
k n kepad
n secar gig, lain yang
a n n s n a
dokter a i kompeten.
(3 atau
Tenag kesehata
dokte tertentu membant memberika penjelasa sesua denga
) a
kewenangannn dapat u n n i n
r
ya.
(4 Tenag kesehata tertent sebagaiman dimaksu pad aya (3) adala tenag
) a
kesehatan n u
ikut memberika a pelayana d a t
langsun h a
yang n n kesehat secar g kepad pasien.
Sutoto KARS an a a 153
ORANG KOMPETEN MEMBERIKAN TANDA TANGAN PADA INFORMED
CONSENT
(PMK 290/2008,pasal 1 nomer 7)
K AR S
Sutoto KARS 157
Sutoto KARS 158
KARS
PERTOLONGAN DARURAT
• U.U nomer 36 Tentang Kesehatan pasal 32
KARS
PERTOLONGAN DARURAT
• Pasal 85 UU Kesehatan
• (1) Dalam keadaan darurat, fasilitas pelayanan kesehatan, baik pemerintah maupun swasta
wajib memberikan pelayanan kesehatan pada bencana bagi penyelamatan nyawa
pasien dan pencegahan kecacatan.
• (2) Fasilitas pelayanan kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan pada bencana
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dilarang menolak pasien dan/atau meminta uang muka
terlebih dahulu.
• UU Rumah Sakit, Pasal 29 ayat (1) huruf c UU Rumah Sakit, rumah sakit
wajib memberikan pelayanan gawat darurat kepada pasien sesuai dengan
kemampuan pelayanannya.
• UU No 36 Thn 2014 tentang Tenaga Kesehatan : Pasal 59 ayat (1) UU Tenaga
Kesehatan menyebutkan bahwa tenaga Kesehatan yang menjalankan praktik
pada fasilitas pelayanan kesehatan wajib memberikan pertolongan pertama
kepada penerima pelayanan kesehatan dalam keadaan gawat
darurat dan/atau pada bencana untuk penyelamatan nyawa dan pencegahan
kecacatan.
• Pasal 17 Kode Etik Kedokteran Indonesia: setiap dokter wajib melakukan
pertolongan darurat sebagai suatu wujud tugas perikemanusiaan, kecuali bila
ia yakin ada orang lain bersedia dan mampu memberikannya.
KARS
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 36 TAHUN 2012 TENTANG RAHASIA
• Pasal 9 KEDOKTERAN
• (1) Pembukaan rahasia kedokteran berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dilakukan tanpa persetujuan pasien
kepentingan
dalam rangkapenegakan etik atau disiplin, serta kepentingan umum.
• (2) Pembukaan rahasia kedokteran dalam rangka kepentingan penegakan etik atau disiplin
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan atas permintaan tertulis dari Majelis
Kehormatan Etik Profesi atau Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia.
• (3) Pembukaan rahasia kedokteran dalam rangka kepentingan umum sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan tanpa membuka identitas pasien.
• (4) Kepentingan umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :
• a. audit medis;
• b. ancaman Kejadian Luar Biasa/wabah penyakit menular;
• c. penelitian kesehatan untuk kepentingan negara;
• d. pendidikan atau penggunaan informasi yang akan berguna di masa yang akan
datang; dan e. ancaman keselamatan orang lain secara individual atau masyarakat.
• (5) Dalam hal pembukaan rahasia kedokteran untuk kepentingan sebagaimana dimaksud
pada ayat (4) huruf b dan huruf e, identitas pasien dapat dibuka kepada institusi atau pihak
yang berwenang untuk melakukan tindak lanjut sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Sutoto KARS 162
Standar HPK 5.3
menetapkan proses dan siapa yang consent bila pasien tidak kompeten 0 TT
kompeten. (R)
(D,W)
komite yang bertanggung jawab atas disertai uraian tugas, tanggung jawab 5 TS
subyek. (D,W)
2. Pimpinan rumah sakit dan komite D Bukti tentang tersedianya anggaran yang 10 TL
Kepala Diklit
3. Pimpinan rumah sakit menyediakan D Bukti jaminan asuransi yang adekuat bagi 10 TL
Pasien/keluarga
keputusan mereka.
Maksud dan Tujuan HPK 6.2
Informasi tersebut meliputi:
keluarganya.
Elemen penilaian HPK 6.2 Telusur Skor
W Peneliti
Pasien/keluarga
persetujuan. (R)
(D,W)
perundang-undangan. (D,W)
4. Identitas petugas yang memberikan D Bukti dalam rekam medis tentang nama 10 TL
staf yang memberi penjelasan informed 5 TS
penjelasan untuk mendapatkan
consent penelitian 0 TT
persetujuan dicatat dalam rekam medis
pasien. (D,W)
W Peneliti
Pasien/keluarga
yang ditetapkan oleh rumah sakit yang mengawasi seluruh kegiatan penelitian - -
1) Bukti pelaksanaan 0 TT
pengawasan
prosedur
W
Komite etik penelitian
Pengawas Lapangan
STANDAR NASIONAL AKREDITASI RUMAH SAKIT edisi 1 191
Elemen penilaian HPK 7 Telusur Skor
2) Bukti pelaksanaan
supervisi
W
Pengawas Lapangan
3. Staf dilatih tentang isu dan masalah D Bukti pelaksanaan pelatihan tentang isu 10 TL
terkini terkait donasi organ dan dan masalah terkini terkait donasi organ 5 TS
tersedianya tranplantasi (D,W) dan tersedianya tranplantasi 0 TT
W Kepala Diklat
Staf klinis
4. Rumah sakit bekerja sama dengan D MOU dengan institusi penyedia donasi 10 TL
rumah sakit lain dan perkumpulan di (misalnya : Bank mata) 5 TS
masyarakat untuk menghargai dan 0 TT
melaksanakan pilihannya melakukan W Direktur
donasi (D,W) Kepala bidang/divisi
Kepala unit pelayanan
transplantasi. (R)
W Kepala Diklat
Staf terkait
STANDAR NASIONAL AKREDITASI RUMAH SAKIT edisi 1 202
Elemen penilaian HPK 8.2 Telusur Skor
Kepala Diklat
W Staf terkait
4. Rumah sakit mendapat persetujuan D Bukti pelaksanaan mendapat 10 TL
dari donor hidup. (D,W) persetujuan dari donor hidup 5 TS
0 TT
W DPJP/staf klinis
Komite Etik RS
Pasien/keluarga