Anda di halaman 1dari 14

Nama :Aji Pratama Wardana

Nim : 710018087

TUGAS ACARA 1
KONSEP DASAR GEOLOGI

Jelaskan potensi endapan bahan galian yang terdapat di daerah kalian masing
masing ( tempat sekarang kalian berada ) serta tahapan eksplorasinya?serta
melampirkan hasil screenshot koordinat dari aplikasi “handy gps” dan
menuliskan lokasi daerah beserta secara lengkap ( kabupaten ,kota,provinsi)

Jawab:
 Kabupaten : Muara Enim
 Kota : Muara Enim
 Provinsi : Sumatera Selatan
 Koordinat: Easting: 364963
Northing: 9576437
POTENSI ENDAPAN BAHAN GALIAN DI KABUPATEN MUARA ENIM
PROVINSI SUMATERA SELATAN DAN TAHAPAN EKSPLORASINYA
1.Batubara
Eksplorasi batu bara umumnya dilaksanakan melalui empat tahap, survei tinjau,
prospeksi, eksplorasi pendahuluan dan eksplorasi rinci. Tujuan penyelidikan
geologi ini adalah untuk mengidentifikasi keterdapatan, keberadaan, ukuran,
bentuk, sebaran, kuantitas, serta kualitas suatu endapan batu bara sebagai dasar
analisis/kajian kemungkinan dilakukannya investasi. Tahap penyelidikan tersebut
menentukan tingkat keyakinan geologi dan kelas sumber daya batubara yang
dihasilkan.
Tahapan Eksplorasi Batubara
1. Survei Tinjau (Reconnaissance)
Survei tinjau merupakan tahap eksplorasi Batu bara yang paling awal dengan
tujuan mengidentifikasi daerah-daerah yang secara geologis mengandung endapan
batubara yang berpotensi untuk diselidiki lebih lanjut serta mengumpulkan
informasi tentang kondisi geografi, tata guna lahan, dan kesampaian daerah.
Kegiatannya, antara lain, studi geologi regional, penafsiran penginderaan jauh,
metode tidak langsung lainnya, serta inspeksi lapangan pendahuluan yang
menggunakan peta dasar dengan skala sekurang-kurangnya 1 : 100.000.
Pada tahap survei awal, pertama dilakukan survei formasi cool-bearing yang
terbuka secara alami dan beberapa pengeboran untuk mengetahui kedalaman dari
lapisan batubara kearah kemiringan dengan maksud memastikan deposit batubara
yang potensial. Kemudian akan berlanjut kepada teknik eksplorasi yang lebih
tinggi menggunakan mesin dan peralatan yang spesifik. Dalam bab ini akan
dijelaskan secar ringkas mengenai survei geologi permukaan yang merupakan
dasar dari semua survei geologi. Namun, lingkup penyelidikan perlu
dikembangkan, tidak hanya pada batubara itu sendiri, tetapi juga kepada
penelitian lain seperti penelitian sedimentologi batubara dan lingkungannya,
penelitian palaentologi fosil mikro dan mega, penelitian geokimia, penelitian
struktur terhadap fracture dan lain-lain.
2. Prospeksi (Prospecting)
Tahap eksplorasi ini dimaksudkan untuk membatasi daerah sebaran endapan yang
akan menjadi sasaran eksplorasi selanjutnya. Kegiatan yang dilakukan pada tahap
ini, di antaranya, pemetaan geologi dengan skala minimal 1:50.000, pengukuran
penampang stratigrafi, pembuatan paritan, pembuatan sumuran, pemboran
uji(scout drilling), pencontohan dan analisis. Metode tidak langsung, seperti
penyelidikan geofisika, dapat dilaksanakan apabila dianggap perlu.
Logging geofisik berkembang dalam ekplorasi minyak bumi untuk analisa kondisi
geologi dan reservior minyak. Logging geofisik untuk eksplorasi batubara
dirancang tidak hanya untuk mendapatkan informasi geologi, tetapi untuk
memperoleh berbagai data lain, seperti kedalaman, ketebalan dan kualitas lapisn
batubara, dan sifat geomekanik batuan yang menyrtai penambahan batubara.
Dan juga mengkompensasi berbagai maslah yang tidak terhindar apabila hanya
dilakukan pengeboran, yaitu pengecekan kedalaman sesungguhnya dari lapisan
penting, terutama lapisan batubara atau sequence rinci dari lapisan batubara
termasuk parting dan lain lain.

3. Eksplorasi Pendahuluan (Preliminary Exploration)


Tahap eksplorasi ini dimaksudkan untuk mengetahui kuantitas dan kualitas serta
gambaran awal bentuk tiga-dimensi endapan batu bara. Kegiatan yang dilakukan
antara lain, pemetaan geologi dengan skala minimal 1:10.000, pemetaan topografi,
pemboran dengan jarak yang sesuai dengan kondisi geologinya,
penarnpangan(logging) geofisika, pembuatan sumuran/paritan uji, dan
pencontohan yang andal. Pengkajian awal geoteknik dan geohidrologi mulai dapat
dilakukan.

4. Eksplorasi Rinci (Detailed Exploration)


Tahap eksplorasi ini dimaksudkan untuk mengetahui kuantitas clan kualitas serta
bentuk tiga-dimensi endapan batu bara. Kegiatan yang harus dilakukan adalah
pemetaan geologi dan topografi dengan skala minimal 1:2.000, pemboran, dan
pencontohan yang dilakukan dengan jarak yang sesuai dengan kondisi geologinya,
penampangan (logging) geofisika, pengkajian geohidrologi, dan geoteknik. Pada
tahap ini perlu dilakukan pencontohan batuan, batubara dan lainnya yang
dipandang perlu sebagai bahan pengkajian lingkungan yang berkaitan denqan
rencana kegiatan penambangan

METODE GEOFISIKA BATUBARA


Seiring dengan meningkatnya ilmu pengetahuan dan teknologi maka hadirlah
survey geofisika tahanan jenis yang merupakan suatu metode yang dapat
memberikan gambaran susunan dan kedalaman lapisan batuan dengan mengukur
sifat kelistrikan batuan. Loke (1999) mengungkapkan bahwa survey geofisika
tahanan jenis dapat menghasilkan informasi perubahan variasi harga resistivitas
baik arah lateral maupun arah vertical. Metode ini memberikan injeksi listrik
kedalam bumi, dari injeksi tersebut maka akan mengakibatkan medan potensial
sehingga yang terukur adalah besarnya kuat arus (I) dan potensial (∆V), dengan
menggunakan survey ini maka dapat memudahkan para geologist dalam
melakukan interpretasi keberadaan cebakan-cebakan batubara dengan biaya
eksplorasi yang relatif murah.
LOGGING GEOFISIK (GEOPHYSICAL WELL LOGGING)
Logging geofisik berkembang dalam ekplorasi minyak bumi untuk analisa kondisi
geologi dan reservior minyak. Logging geofisik untuk eksplorasi batubara
dirancang tidak hanya untuk mendapatkan informasi geologi, tetapi untuk
memperoleh berbagai data lain, seperti kedalaman, ketebalan dan kualitas lapisn
batubara, dan sifat geomekanik batuan yang menyrtai penambahan batubara.
Dan juga mengkompensasi berbagai masalah yang tidak terhindar apabila hanya
dilakukan pengeboran, yaitu pengecekan kedalaman sesungguhnya dari lapisan
penting, terutama lapisan batubara atau sequence rinci dari lapisan batubara
termasuk parting dan lain lain.
Dari sekian banyak prinsip logging yang ada, yang paling sering digunakan adalah
resistansi listrik, kecepatan gelombang elastis dan radioaktif. Untuk eksplorasi
batubara, logging densitas adalah yang paling efektif dan kombinasi logging
densitas dan sinar gama adalah yang direkomendasi untuk menentukan sifat
geologi sekitar lapisan batubara. Setiap logging mempunyai keistimewaannya
masing-masing, oleh karena itu lebih baik melakukan kombinasi logging untuk
analisa menyeluruh
2.Batu Andesit
Andesit termasuk jenis batuan beku kategori menengah sebagai hasil bentukan
lelehan magma diorit. Nama andesit sendiri diambil berdasarkan tempat
ditemukan, yaitu di daerah Pegunungan Andes, Amerika Selatan. Peranan bahan
galian ini penting sekali di sektor konstruksi, terutama dalam pembangunan
infrastruktur, seperti jalan raya, gedung, jembatan, saluran air/irigasi dan lainnya.
Dalam pemanfaatannya dapat berbentuk batu belah, split dan abu batu. Sebagai
negara yang sedang membangun, Indonesia membutuhkan bahan galian ini yang
terus setiap tahun.
Mula Jadi
Jenis magma diorit merupakan salah satu magma terpenting dalam golongan
kapur alkali sebagai sumber terbentuknya andesit. Lelehan magma tersebut
merupakan kumpulan mineral silikat yang kemudian menghablur akibat
pendinginan magma pada temparatur antara 1500 –
berkomposisi mineral felspar plagioklas jenis kalium felspar natrium plagioklas,
kuarsa, felspatoid serta mineral tambahan berupa hornblenda, biotit dan piroksen.
Andesit bertekstur afanitik mikro kristalin dan berwarna gelap.

Mineralogi
Mineral yang ada dalam andesit ini berupa kalium felspar dengan jumlah kurang
10% dari kandungan felspar total, natrium plagioklas, kuarsa kurang dari 10%,
felspatoid kurang dari 10%, hornblenda, biotit dan piroksen. Penamaan andesit
berdasarkan kepada kandungan mineral tambahannya yaitu andesit hornblenda,
andesit biotit dan andesit piroksen.

Sifat Kimia dan Fisika


Komposisi kimia dalam batuan andesit terdiri dari unsur-unsur, silikat,
alumunium, besi, kalsium, magnesium, natrium, kalium, titanium, mangan, fosfor
dan air. Prosentasi kandungan unsur-unsur tersebut sangat berbeda di beberapa
tempat. Sebagai contoh, dalam Tabel 1., diperlihatkan komposisi kimia yang
terdapat di Desa Kalirejo, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Andesit berwarna abu-abu kehitaman, sedangkan warna dalam keadaan lapuk
berwarna abu-abu kecoklatan. Berbutir halus sampai kasar, andesit mempunyai
kuat tekan berkisar antara 600 – 2400 kg/cm2 dan berat jenis antara 2,3 – 2,7,
bertekstur porfiritik, keras dan kompak.
Tabel 1. Komposisi kimia Andesit
Senyawa Komposisi (%)
SiO2 47,55
Al2O3 18,37
Fe2O3 8,19
CaO 7,11
MgO 2,25
Na2O 1,70
K2O 2,16
TiO2 0,59
MnO 0,22
P2O5 0,30
H2O 0,52
2.3. Potensi dan Cadangan
Potensi andesit di Indonesia sangat besar dan tersebar di setiap propinsi. Hasil
inventarisasi dan eksplorasi oleh Direktorat Sumberdaya Mineral pada awal 1997,
cadangan andesit tercatat sekitar 2,1 juta ton (Tabel 2).
PERTAMBANGAN
Eksplorasi
Kegiatan eksplorasi andesit dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu :
1. Penelitian geologi
Kegiatan ini dilakukan dengan maksud untuk mengetahui batas penyebaran secara
lateral, termasuk mengumpulkan segala informasi geologi dan pemetaan
topografi. Peta topografi pada tahap ini berskala 1 : 500;
1. Penelitian geofisika
Penelitian yang umum dilakukan berupa pendugaan geolistrik, yaitu penelitian
berdasarkan sifat tahanan jenis batuan.
Kegiatan ini diselaraskan dengan data geologi permukaan ataupun bawah
permukaan. Hasil interpretasi disajikan dalam bentuk penampang geologi yang
didasarkan kepada hasil pengolahan data pengukuran geolistrik dengan
menghubungkan setiap titik duga satu dengan yang lainya. Keadaan geologi ini
akan memperlihatkan penyebaran, baik secara vertikal maupun lateral pada suatu
penampang. Pendugaan geolistrik secara umum akan menyajikan data lapisan
tanah pucuk dan lapisan andesit;
c. Pemboran
Kegiatan ini dilakukan untuk pengecekan secara rinci data endapan bagi
keperluan perhitungan cadangan;
1. Pengambilan contoh
Kegiatan ini dimaksudkan untuk keperluan analisis laboratorium dan mekanika
batuan;

1. Perhitungan cadangan
Perhitungan cadangan yang terdapat di daerah penyelidikan dilakukan dengan
cara metoda penampang (cross section method) yang sangat cocok untuk batuan
yang penyebarannya homogen serta ketebalannya relatif merata.
Volume cadangan dihitung per luas penampang yang dimensinya adalah di antara
dua luas daerah penampang dan ketebalan pada titik-titik eksplorasi di
sekelilingnya.
Dengan menjumlahkan volume seluruh penampang yang ada di daerah
penyelidikan tersebut, maka jumlah cadangan dapat diketahui.
Penambangan
Metode penambangan yang biasa diterapkan terhadap andesit adalah tambang
terbuka (quarry). Bentuk topografi bahan galian umumnya berbentuk bukit, dan
penambangan dimulai dari puncak bukit (top hill type) ke arah bawah (top down)
secara bertahap membentuk jenjang (bench). Secara garis besar tahapan kegiatan
penambangan dapat diuaraikan sebagai berikut :
1. Persiapan (development)
Meliputi pembangunan sarana dan prasarana tambang antara lain jalan,
perkantoran, tempat penumpukan (stockpile), mobil-isasi peralatan, sarana air,
work-shop, listrik (genset), serta poliklinik;
1. Pembersihan permukaan (land clearing)
Perbersihan permukaan lahan yang ditumbuhi pepohonan dan semak belukar
dengan alat konvensional atau buldoser;
1. Pengupasan lapisan penutup (stripping overburden)
Mengupas tanah penutup dilakukan dengan buldoser atau back hoe. Tanah
penutup didorong dan dibuang ke arah lembah (disposal area) yang terdekat,
namun bila tumpukan hasil pengupasan ini jauh dari disposal area pembuangan-
nya dapat dibantu dengan dump truck.
1. Pembongkaran (lossening).
Pekerjaan ini dimaksudkan untuk membongkar andesit dari batuan induknya
sehingga dapat dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan. Untuk
melaksanakan pekerjaan ini dilakukan dengan cara pemboran dan peledakan.
Dalam kegiatan pemboran perlu ditentukan geometri lubang tembak yang meliputi
berden, kedalaman, pemampat, subdrilling dan spasi. Peralatan yang digunakan
untuk kegiatan pemboran adalah crawler rock drill (CRD) dan kompresor.
Sedangkan untuk kegiatan peledakan digunakan bahan peledak ANFO/ damotin.
Dalam kegiatan peledakan ini, untuk mendapatkan ukuran produk yang
diinginkan ditentukan melalui perubahan spasi lubang ledak; makin rapat ukuran
semakin kecil ukuran produknya.

1. Pemuatan (loading).
Pekerjaan ini dilakukan dengan menggunakan alat muat mekanis untuk memuat
hasil kegiatan pembongkaran ke dalam alat angkut yaitu truk;
1. Pengangkutan (transporting)
Bongkahan andesit diangkut ke lokasi unit peremukan menggunakan dump truck.
Peremukan
Pengolahan andesit adalah mereduksi ukuran yang sesuai dengan berbagai
kebutuhan. Untuk kegiatan ini dilaksanakan melalui unit peremukan (crushing
plant). Tahapan pengolahan meliputi :
1 Peremukan dengan primary crusher seperti jaw crusher, cone crusher atau
gyratory crusher yang dilanjutkan dengan Secondary crusher;
2 Pengangkutan menggunakan ban berjalan;
3 Pemisahan menggunakan pengayak (screen);
4 Penghalus ukuran dengan rotopactor

3.Batu Kali
Batu kali adalah sebuah material alam yang berupa bongkahan bebatuan dari
sungai maupun pegunungan dengan ukuran yang tidak beraturan satu dengan
lainnya.
Dari segi visual, batu kali memiliki ukuran yang beragam dan mudah didapatkan
di sungai atau pegunungan.
Seringnya batu kali dipakai sebagai fondasi bangunan.
Oleh karena itu secara umum, batu ini memiliki peran yang vital pada proses
pembangunan.
Nantinya fondasi batu kali menggunakan campuran material lain agar lebih solid
sebagai landasan bangunan.
Lihat juga: Pengertian dan fungsi Turap batu kali penahan tanah
Batu Kali Merupakan Material Terbaik Untuk Fondasi
Karakter asli dari batu kali yaitu kuat menghadapi segala kemungkinan cuaca,
baik hujan ataupun terik panas dari matahari.
Oleh sebab itu fondasi batu kali selalu menjadi pilihan terbaik sebagai landasan
beban dari suatu struktur bangunan.
Batu kali dengan bentuk bulat memiliki karakteristik kuat dan keras.
Tetapi bentuk batu yang utuh justru kurang maksimal untuk di jadikan fondasi.
Oleh sebab itu batu harus di pecah terlebih dahulu agar bisa di campur sebagai
bahan dasar fondasi rumah.
Biasanya batu yang di belah bukan berasal dari sungai, melainkan diambil dari
pegunungan.
Ukuran diameter batu pegunungan tergolong besar sehingga ideal untuk dipecah.
Tekstur permukaan batu kali pegunungan lebih kasar.
Sehingga mampu melekat sempurna dengan kombinasi adukan semen.
img source : antarafoto com
Fondasi Batu Kali Harus Mampu Menopang Beban Bangunan
Prinsip dasar suatu fondasi yaitu harus mampu menahan beban bangunan dari
segala sisi.
Proses pekerjaan pemasangan fondasi harus menghasilkan posisi yang stabil.
Artinya tidak mentolerir adanya pergeseran sekecil apapun.
Fondasi sendiri terbagi dalam 3 jenis, yaitu fondasi lokal, sumuran, dan tembok
penahan.
Biasanya fondasi batu kali di gunakan pada bangunan bertingkat.
Kualitas batu kali sendiri tidak berubah karena penempatannya berada didalam
tanah.
Ukuran pemasangan dasar bangunan ukurannya jelas sama lebarnya dengan luas
bangunan.
Standar umum ukurannya adalah 80cm pada bagian fondasi yang di tanam agar
mampu menahan beban yang ada diatasnya.
Fondasi batu kali harus dikombinasikan dengan kombinasi lain seperti adukan
beton atau bisa juga semen.
Setidaknya ukuran batu kali yang dipakai sebagai dasar tidak boleh terlalu kecil
dan dalam bentuk utuh.
Biasanya para pekerja menggunakan batu berukuran 25-40 cm tergantung dari
bangunan yang akan di bangun.
Lihat juga: Portfolio Project Paving Block Asiacon di Jakarta
Metode Pelaksanaan Pekerjaan Fondasi Bangunan
Saat merancangkan batu kali sebagai material untuk fondasi sebuah bangunan,
maka perlu diperhitungkan berat masa bangunan saat sudah jadi.
Selain itu fondasi lebih baik tertanam di dasar tanah supaya pada saat terjadi
pergerakan tanah, bangunan tidak akan runtuh.
Karena terbuat dari campuran beton dan pasir, batu belah semakin kuat menahan
tekanan air tanah ataupun unsur kimiawi pada tanah.
Gambaran sederhana pekerjaan pembangunan peletakan fondasi batu kali adalah
sebagai berikut:
1. Tanah yang akan lokasi penempatan fondasi harus dipadatkan terlebih
dahulu sebelum diisi pasir.
2. Pemasangan pasir urug, tebalnya harus sesuai dengan gambar konstruksi.
Tujuannya agar pemukaan dasar menjadi rata. Pasir haruslah bersih, terbebas dari
lumpur, tanah ataupun akar-akar sisa tanaman.
3. Kemudian lapisan pertama batu kali di pasang, letakkan batu dalam posisi
berdiri
4. Setiap celah di antara batu lapisan pertama harus diisi kembali dengan
pasir
Lapisan pertama akan menjadi drainase yang membuat fondasi batu kali tetap
kering.
5. Setelahnya maka plesteran batu kali dapat dipasang bersamaan dengan
adukan semen atau beton. Semua pemakaian batu kali pecah harus kuat dan tidak
porous. Tidak ada pembubukan pada material batu.
6. Setiap level gradasi fondasi batu kali harus bercampur dengan adukan
beton atau semen terbaik. Adukan memiliki kepadatan dan mampu mengikat
material seperti air, semen, pasir, serta batu aggregat.
7. Bahan perekatan beton akan diukur berdasarkan takaran volume, sehingga
bukan dengan takaran random.
8. Setelah fondasi batu kali set, barulah pemasangan bata dapat dilakukan.
Durasi waktu hingga fondasi benar-benar set kurang lebih satu minggu.
4.Batu Gamping
Batukapur (Gamping) merupakan salah satu mineral industri yang banyak
digunakan oleh sektor industri ataupun konstruksi dan pertanian, antara lain untuk
bahan bangunan, batu bangunan bahan penstabil jalan raya, pengapuran untuk
pertanian dll. Batu kapur (Gamping) dapat terjadi dengan beberapa cara, yaitu
secara organik, secara mekanik, atau secara kimia. Sebagian besar batu kapur
yang terdapat di alam terjadi secara organik, jenis ini berasal dari pengendapan
cangkang/rumah kerang dan siput, foraminifera atau ganggang, atau berasal dari
kerangka binatang koral/kerang. Batu kapur dapat berwarna putih susu, abu muda,
abu tua, coklat bahkan hitam, tergantung keberadaan mineral pengotornya.
Mineral karbonat yang umum ditemukan berasosiasi dengan batu kapur adalah
aragonit (CaCO3), yang merupakan mineral metastable karena pada kurun waktu
tertentu dapat berubah menjadi kalsit (CaCO3). Mineral lainnya yang umum
ditemukan berasosiasi dengan batu kapur atau dolomit, tetapi dalam jumlah kecil
adalah Siderit (FeCO3), ankarerit (Ca2MgFe(CO3)4), dan magnesit
(MgCO3).
Kalsium karbonat (CaCO3) dengan kemurnian dan kehalusan yang tinggi banyak
diperlukan dalam industri tapal gigi, cat, farmasi, kosmetik, karet, kertas, dan lain
lain, baik sebagai bahan dasar maupun bahan penolong. Untuk kebutuhan itu,
Indonesia masih mendatangkan CaCO3 dari luar negeri. Umumnya bahan itu
dibuat secara kimia dari suspensi kapur padam dan gas karbon dioksid. Di
Indonesia banyak terdapat batu kapur atau marmer yang berupa serpihan atau
butir kecil yang dibuang sia sia. Di samping itu, gas CO2 juga banyak yang belum
dimanfaatkan. Pembuangan kedua jenis bahan itu dapat mencemari lingkungan.
Oleh karena itu, kalau serbuk limbah marmer disuspensikan dalam air dan
direaksikan dengan CO2 akan diperoleh Ca(HCO) yang tidak banyak tercampur
zat pengotor. Selanjutnya Ca(HCO3)2 mudah berubah menjadi CaCO3 murni.
Pada penelitan ini akan direaksikan suspensi batu kapur dan gas CO2 seperti
pembentukan stalakmit dan stalaktit di alam.
2.2 Mula Jadi
Batukapur dapat terjadi dengan beberapa cara yaitu secara organik secara mekanik
atau secara kimia sebagian batu kapur dialam terjadi secara organik. Jenis ini
berasal dari pengembangan cangkang atau rumah kerang dan siput. Untuk batu
kapur yang terjadi secara mekanik sebetulnya bahannya tidak jauh beda dengan
batu kapur secara organik yang membedakannya adalah terjadinya perombakan
dari bahan batu kapur tersebut kemudian terbawa oleh arus dan biasanya
diendapkan tidak jauh dari tempat semula. Sedangkan yang terjadi secara kimia
jenis batu kapur yang terjadi dalam kondisi iklim dan suasana lingkungan tertentu
dalam air laut ataupun air tawar.

2.3 Mineralogi
Batukapur dan dolomit merupakan batuan karbonat utama yang banyak digunakan
diindustri Aragonit yang berkomposisi kimia sama dengan Kalsit (CaCO3) tetapi
berbeda dengan struktur kristalnya, merupakan mineral metas table karena pada
kurun waktu tertentu dapat berubah menjadi Kalsit. Karena sifat fisika mineral-
mineral karbonat hampir sama satu sama lain, maka tidak mudah untuk
mengidentifikasinya.

2.4 Identifikasi Batuan


Batugamping merupakan salah satu golongan batuan sedimen yang paling banyak
jumlahnya.Batugamping itu sendiri terdiri dari batugamping non-klastik dan
batugamping klastik.
Batugamping non-klastik, merupakan koloni dari binatang laut antara lain dari
Coelentrata, Moluska, Protozoa dan Foraminifera atau batugamping ini sering
juga disebut batugamping Koral karena penyusun utamanya adalah Koral.
Batugamping Klastik, merupakan hasil rombakan jenis batugamping non-klastik
melalui proses erosi oleh air, transportasi, sortasi, dan terakhir sedimentasi.selama
proses tersebut banyak mineral-mineral lain yang terikut yang merupakan
pengotor, sehingga sering kita jumpai adanya variasi warna dari batugamping itu
sendiri. Seperti warna putih susu, abu-abu muda, abu-abu tua, coklat, merah
bahkan hitam.
Secara kimia batugamping terdiri atas Kalsium karbonat (CaCO3). Dialam tidak
jarang pula dijumpai batugamping magnesium. Kadar magnesium yang tinggi
mengubah batugamping dolomitan dengan komposisi kimia CaCO3MgCO3
Adapun sifat dari batugamping adalah sebagai berikut :
• Warna : Putih,putih kecoklatan, dan putih keabuan
• Kilap : Kaca, dan tanah
• Goresan : Putih sampai putih keabuan
• Bidang belahan : Tidak teratur
• Pecahan : Uneven
• Kekerasan : 2,7 – 3,4 skala mohs
• Berat Jenis : 2,387 Ton/m3
• Tenacity : Keras, Kompak, sebagian berongga
Dibeberapa daerah endapan batu batugamping seringkali ditemukan di gua dan
sungai bawah tanah. Hal ini terjadi sebagai akibat reaksi tanah. Air hujan yang
mengandung CO3 dari udara maupun dari hasil pembusukan zat-zat organic
dipermukaan, setelah meresap ke dalam tanah dapat melarutkan batugamping
yang dilaluinya.
Reaksi kimia dari proses tersebut adalah sebagai berikut :
CaCO3 + 2 CO2 + H2O Ca (HCO3)2 + CO2
Ca (HCO3)2 larut dalam air, sehingga lambat laun terjadi rongga di dalam tubuh
batugamping tersebut. Secara geologi, batugamping erat sekali hubungannya
dengan dolomite. Karena pengaruh pelindian atau peresapan unsur magnesium
dari air laut ke dalam batugamping, maka batugamping tersebut dapat berubah
menjadi dolomitan atau jadi dolomite. Kadar dolomite atau MgO dalam
batugamping yang berbeda akan memberikan klasifikasi yang berlainan pula pada
jenis batugamping tersebut.

Anda mungkin juga menyukai