Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

MUTLAQ DAN MUQAYYAD

Disusun untuk memenuhi tugas presentasi


pada mata kuliah ilmu fiqih
DISUSUN OLEH :
ANDI SARUL_NIM: 60100120003
KELAS 1/A

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR


FAKULTAS SAINS DAN TEHNOLOGI
TEKNIK ARSITEKTUR
2020/2021
KATA PENGANTAR
Sengala puji bagi Allah SWT, shalawat serta salam semoga terlimpah bagi Rasullulah SAW,
beserta keluarga dan para sahabat beliau.

Alhamdulillah, Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam. Atas izin
dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah tepat waktu tanpa kurang suatu apa
pun. Tak lupa pula penulis haturkan shalawat serta salam kepada junjungan Rasulullah
Muhammad SAW. Semoga syafaatnya mengalir pada kita di hari akhir kelak.

Penulisan makalah berjudul ‘MUTLAQ DAN MUQAYYAD’ bertujuan untuk memenuhi


tugas mata kuliah ilmu fiqhi. Semoga pembaca dapat memahami isi makalah ini dengan
mudah, AMIN.

MAKASSAR ,31 OKTOBER 2020

PENYUSUN

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................i

DAFTAR ISI........................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN....................................................................................1
1. LATAR BELAKANG..............................................................................................1
2. RUMUSAN MASALAH..........................................................................................1
3. TUJUAN........................................................................................................1

BAB 2 PEMBAHASAN......................................................................................2
1. PENGERTIAN MUTLAQ DAN MUQAYYAD.....................................................2
2. BENTUK-BENTUK MUTLAQ DAN MUQAYYAD............................................3
3. HUKUM LAFAZH MUTLAQ DAN MUQAYYAD..............................................5
4. HAL-HAL YANG DIPERSELISIHKAN DALAM MUTLAQ DAN
MUQAYYAD...........................................................................................................6

BAB 3 PENUTUP................................................................................................7
1. KESIMPULAN.........................................................................................................7
2. DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................8

ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG

Al-Qur’an merupakan firman Allah Swt yang diturunkan kepada Nabi


Muhammad saw melalui malaikat jibril sebagai pedoman bagi kehidupan manusia.
Di dalamnya terdiri dari berbagai surat yang kesemuanya itu sarat akan makna.
Ibarat sebuah buku cerita, berjuta kata lafazh yang ada di dalamnya mengandung
makna yang berbeda-beda. Namun dari setiap makna kata (lafazh) tersebut tak
jarang dijumpai sebuah kata (lafazh) yang maknanya begitu luas tampa batasan,
yang mana sebelumnya sudah dikaji terlebih dahulu oleh para ulama sehingga
menghasilkan perluasan makna yang lebih meluas dari makna asalnya. Ada juga
sebuah kata yang cakupan maknanya terbatas dan terkesan terpaku pada satu
makna saja (makna asal). Untuk itulah dalam makalah ini kami akan membahas
mengenai pembagian lafazh dari segi kandungan pengertiannya. Yang diantaranya
membahas mengenai Mutlaq dan Muqayyad.

2. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang akan dibahas mencakup
:
A. Apa pengertian mutlaq dan muqayyad?
B. Bentuk-bentuk mutlaq dan muqayyad?
C. Hukum lafazh mutlaq dan muqayyad?
D. Dan, hal-hal yang diperselisihkan dalam mutlaq dan muqayyad.

3. TUJUAN
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :
- Untuk mengetahui pengertian mutlaq dan muqayyad
- Untuk mengetahui bentuk-bentuk mutlaq dan muqayyad
- Untuk mengetahui hukum lafazh mutlaq dan muqayyad
- Dan, untuk mengetahui hal-hal yang diperselisihkan dalam mutlaq dan
muqayyad

1
BAB 2
PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN MUTLAQ DAN MUQAYYAD
a) Mutlaq ialah suatu lafadz yang menunjukkan hakikat sesuatu tanpa pembatasan
yang dapat mempersempit kekuasaan artinya.

Misalnya kata Raqabah yang terdapat pada firman Allah SWT dalam surat Al-
Mujadilah.

)3:‫َوالَّ ِذينَ يُظَا ِهرُونَ ِم ْن نِ َسائِ ِه ْم ثُ َّم يَعُو ُدونَ لِ َما قَالُوا فَتَحْ ِري ُر َرقَبَ ٍة ِم ْن قَ ْب ِل أَ ْن يَتَ َماسَّا (المجادلة‬

“Orang-orang yang menzhihar isteri mereka, kemudian mereka hendak menarik kembali
apa yang mereka ucapkan, maka (wajib atasnya) memerdekakan seorang budak sebelum
kedua suami isteri itu bercampur.”

Lafadz tersebut termasuk mutlaq karena tidak dibatasi dengan sifat tertentu.1

Pernyataan ini meliputi pembebasan seorang budak yang mencakup segala


jenis budak, baik yang mukmin maupun yang kafir. Lafadz raqabah adalah nakiroh
dari konteks positif. Karena itu pengertian ayat ini adalah wajib atasnya
memerdekakan seorang budak dengan jenis apapun juga. Oleh karena itu sebagian
ulama’ ushul mendefinisikan mutlaq dengan “suatu ungkapan dengan isim nakiroh
dalam konteks positif”. Kata-kata nakiroh mengecualikan isim ma’rifah dan semua
lafadz menunjukkak sesuatu yang tertentu. Dan kata-kata “dalam konteks positif”
mengecualikan isim nakiroh dalam konteks negatif (nafy), karena nakiroh dalam
konteks negatif mempunyai arti umum, meliputi semua individu ynag termasuk
jenisnya.2

b) Muqayyad adalah suatu lafadz yang menunjukkan hakikat sesuatu yang dibatasi
dengan sesuatu pembatasan yang mempersempit keluasan artinya.

Misalnya, kata raqabah disifati dengan kata mu’minah pada surat An-Nisa’ 93.3

)93:‫ َو َم ْن قَتَ َل ُم ْؤ ِمنًا َخطَأ ً فَتَحْ ِري ُر َرقَبَ ٍة ُم ْؤ ِمنَ ٍة (النساء‬ 

1
Rachmat Syafe’i, Ilmu Ushul Fiqih, ( Bandung: Pustaka Setia, 2007 ), hal. 212.
2
Manna’ Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an (Bogor: Pustaka Litera AntarNusa,2010), hal. 350-351.
3
Rachmat Syafe’i, Ilmu Ushul Fiqih,,,,,,,,hal. 212.

2
Dan barangsiapa membunuh seorang mukmin karena tersalah (hendaklah) ia “
”memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman

Kata “raqabah” (hamba sahaya) dalam ayat ini memakai qayid atau ikatan


yaitu mukminah. Maka ketentuan hukum dari ayat ini ialah siapa pun yang melakukan
pembunuhan atau menghilangkan nyawa seseorang tanpa sengaja, maka dikenai
denda atau diyat, yaitu harus memerdekakan hamba sahaya yang beriman.

Oleh karena itu, setiap ayat yang  datang dalam bentuk muqayyad, maka harus
diamalkan berdasarkan qayid
yang menyertainya, seperti ayat raqabah di atas.

2. BENTUK-BENTUK MUTLAQ DAN MUQAYYAD

Lafadz mutlaq dan muqayyad mempunyai bentuk-bentuk yang bersifat rasional,


bentuk-bentuk yang realistis sebagai berikut ini.

1. Sebab dan hukumnya sama


Dalam hal ini mutlaq harus ditarik pada yang muqayyad, artinya muqayyad
menjadi penjelasan mutlaq.
Seperti “puasa” untuk kaffarah sumpah. Lafadz itu dalam qiraah mutawatir
yang terdapat dalam mushaf diungkapkan secara mutlaq,

“Barang siapa tidak sanggup melakukan yang demikian, maka kaffarahnya puasa
selama tiga hari. Yang demikian itu adalah kaffarat sumpah-sumpahmu bila kamu
bersumpah (dan kamu langgar)...” (Qs. al-Maidah: 89)
Lafaz ‫ أيّام ثلث ِة فصيا ُم‬itu di-muqayyad-kan atau dibatasi dengan kata “at-tatabu”,
yaitu berturut-turut seperti dalam qiraah Ibnu Mas’ud:

“Maka kaffarahnya adalah berpuasa selama tiga hari berturut-turut.”


Pengertian lafadz yang mutlaq ditarik kepada yang muqayyad, karena “sebab”
yang satu tidak akan menghendaki dua hal yang bertentangan.4

4
Manna Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2011), hlm. 305-306.

3
2. Sebab sama namun hukum berbeda
Dalam hal ini masing-masing mutlaq dan muqayyad tetap pada tempatnya
sendiri.
Contoh mutlaq yang menerangkan tentang tayamum:

“Tayamum ialah sekali mengusap debu untuk muka dan kedua tangan. (HR.
Ammar).
Contoh muqayyad yang menerangkan tentang wudhu:

“Basuhlah mukamu dan tanganmu sampai siku” (Qs. al-Maidah: 6)


Ayat yang muqayyad tidak bisa menjadi penjelas hadits yang mutlaq, karena
berbeda hukum yang dibicarakan yaitu wudhu dan tayamum meskipun sebabnya
sama yaitu hendak shalat atau karena hadas.5

3. Sebab berbeda namun hukum sama


Dalam hal ini ada dua pendapat:
a. Menurut golongan Syafi’i, mutlaq dibawa kepada muqayyad.
b. Menurut golongan Hanafi dan Makiyah, mutlaq tetap pada tempatnya sendiri,
tidak dibawa kepada muqayyad.
Contoh mutlaq:

“Orang-orang yang menzihar isterinya kemudian mereka hendak menarik apa


yang mereka ucapakan maka (wajib atasnya) memerdekakan hamba sahaya
sebelum keduanya bercampur.” (Qs. al-Mujadalah: 3).
Contoh muqayyad:

“Barang siapa yang membunuh orang mukmin dengan tidak sengaja (karena
kekeliruan) maka hendaklah membebaskan seorang hamba yang mukmin”. (Qs. an-
Nisa’: 92).

5
A. Hanafie, Usul Fiqih, (Jakarta: Widjaya, 1993), hlm. 76.

4
Kedua ayat diatas berisi hukum yang sama, yaitu pembebasan budak.
Sedangkan sebabnya berbeda, yang ayat pertama karena zhahir dan yang ayat yang
kedua karena pembunuhan yang sengaja.6

4. Sebab dan hukum berbeda


Dalam hal inimasing-masing mutlaq dan muqayyad tetap pada tempatnya
sendiri. Muqayyad tidak menjelaskan mutlaq.
Contoh mutlaq:

“Pencuri lelaki dan perempuan potonglah tangannya.”


Contoh muqayyad:

“Wahai orang mukmin, apabila kamu hendak shalat, maka hendaklah basuh
mukamu dan tanganmu sampai siku.” (Qs. al-Maidah: 38).
Ayat yang muqayyad tidak bisa menjadi penjelas yang mutlaq, karena
berlainan sebab yaitu hendak shalat dan pencurian dan berlainan pula dalam hukum
yaitu wudhu dan potong tangan.7

3. HUKUM LAFAZ MUTLAQ DAN MUQAYYAD


Nas yang mutlaq hendaknya tetap dipegang sesuai dengan sifat ke-mutlaq-kannya
selama tidak ada dalil yang membatasinya, begitu juga dengan muqayyad. Lafadz
mutlaq menjadi tidak terpakai jika ada lafadz muqayyad yang menjelaskan sebab dan
hukum tersebut.8
Adapun hukum lafadz mutlaq dan muqayyad ialah sebagai berikut:

1) Hukum dan sebabnya sama, di sini para ulama’ sepakat bahwa wajibnya
membawa lafadz mutlaq kepada muqayyad.
2) Hukum dan sebabnya berbeda. Di dalam hal ini, para ulama’ sepakat wajibnya
memberlakukan masing- masing lafadz, yakni mutlaq tetap pada
kemutlakannya dan muqayyad tetap pada kemuqayyadannya.
6
Syafi’i Karim, Fiqih Ushul Fiqih, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2006), hlm. 175-176.
7
Syafi’i Karim, Fiqih Ushul Fiqih, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2006), hlm. 175-176.
8
Anang Zamroni, Suratno, Mendalami Fikih 2, (T.tp: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2013), hlm. 62.

5
3) Hukumnya berbeda sedangkan sebabnya sama. Pada bentuk ini, para ulama’
sepakat pula bahwa tidak boleh membawa lafadz mutlaq kepada muqayyad,
masing- masing tetap berlaku pada kemutlakannya dan kemuqayyadannya.
4. HAL-HAL YANG DIPERSELISIHKAN DALAM MUTLAQ DAN
MUQAYYAD
a. Kemutlaqan dan kemuqayyadan terdapat pada sebab hukum. Namun, masalah dan
hukumnya sama. Menurut Jumhur ulama’ dari kalangan Syafi’iyah, Malikiyyah, dan
Hanafiyyah, dalam masalah ini wajib membawa mutlaq kepada muqayyad.
Oleh sebab itu mereka tidak mewajibkan zakat fitrah kepada hamba
sahaya. Sedangkan ulama’ Hanafiyyah tidak mewajibkan membawa lafadz
mutlaq dan muqayyad. Oleh sebab itu, ulama’ Hanafiyyah mewajibkan zakat
fitrah atas hamba sahaya secara mutlaq.
b. mutlaq dan muqayyadterdapat pada nash yang sama hukumnya, namun sebabnya
berbeda. Masalah ini juga diperselisihkan menurut ulama’ Hanafiyyah tidak boleh
membawa mutlaq pada muqayyad, melainkan masing- masingnya berlaku sesuai
dengan sifatnya. Oleh sebab itu, ulama Hanafiyyah, pada kafarat dzihar tidak
mensyaratkan hamba mu’min. Sebaliknya, menurut jumhur ulama’ harus membawa
mutlaq kepada muqayyad secara mutlaq. Namun menurut sebagian ulama’
Syafi’iyah, mutlaq dibawa pada muqayyad apabila ada illat hukum yang sama,
yakni dengan jalan qiyas.

BAB III

PENUTUP

6
1. KESIMPULAN

Mutlaq ialah suatu lafadz yang menunjukkan hakikat sesuatu tanpa pembatasan yang
dapat mempersempit kekuasaan artinya.

Muqayyad adalah suatu lafadz yang menunjukkan hakikat sesuatu yang dibatasi dengan
sesuatu pembatasan yang mempersempit keluasan artinya.

Macam-macam mutlaq dan muqayyad ialah:

1. Sebab dan hukumnya sama, seperti “puasa” untuk kafarah sumpah.


2. Sebab sama namun hukum berbeda, seperti kata “tangan” dalam wudlu dan tayamum.
3. Sebab berbeda tetapi hukumnya sama
4. Sebab dan hukumnya berbeda

Hukum Lafadz Mutlaq dan Muqayyadialah sebagai berikut:

1. Hukum dan sebabnya sama, di sini para ulama’ sepakat bahwa wajibnya membawa lafadz
mutlaq kepada muqayyad.
2. Hukum dan sebabnya berbeda. Di dalam hal ini, para ulama’ sepakat wajibnya
memberlakukan masing- masing lafadz.
3. Hukumnya berbeda sedangkan sebabnya sama. Para ulama’ sepakat bahwa tidak boleh
membawa lafadz mutlaq kepada muqayyad.

Hal-Hal yang Diperselisihkan dalam Mutlaq dan muqayyad adalah:

1. Kemutlaqan dan kemuqayyadan terdapat pada sebab hukum. Namun, masalah dan
hukumnya sama. Menurut Jumhur ulama’ dari kalangan Syafi’iyah, Malikiyyah, dan
Hanafiyyah, dalam masalah ini wajib membawa mutlaq kepada muqayyad.Sedangkan
ulama’ hanafiyyah tidak mewajibkan membawa lafadz mutlaq dan muqayyad.
2. mutlaq dan muqayyad terdapat pada nash yang sama hukumnya, namun sebabnya
berbeda. Menurut ulama’ Hanafiyyah tidak boleh membawa mutlaq pada muqayyad.
Sedangkan Menurut jumhur ulama’ harus membawa mutlaq kepada muqayyad secara
mutlaq. Namun menurut sebagian ulama’ Syafi’iyah, mutlaq dibawa pada muqayyad
apabila ada illat hukum yang sama.

DAFTAR PUSAKA

Rachmat Syafe’i, Ilmu Ushul Fiqih, ( Bandung: Pustaka Setia, 2007)

Manna’ Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an (Bogor: Pustaka Litera AntarNusa,2010)
7
Manna Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2011)

Syafi’i Karim, Fiqih Ushul Fiqih, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2006)

Anang Zamroni, Suratno, Mendalami Fikih 2, (T.tp: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri,
2013)

Anda mungkin juga menyukai