Kelas A3 (IV)
Gagal Ginjal Kronik merupakan Gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversibel
cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia ( Retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam
Gagal ginjal Kronik Merupakan Kerusakan Ginjal Progresif yang berakibat fatal dan di
tandai dengan uremia (urea dan Limbah nitrogen lainnya yang beredar dalam darah serta
Gagal Ginjal Kronik merupakan penurunan fungsi ginjal yang bersifat persisten dan
Gagal Ginjal Kronik merupakan destruksi struktur ginjal yang progresif dan terus
Pielonefritis, Hipertensi yang tidak dapat dikontrol, Obstruksi traktus urinarius, lesi Herediter
(Smeltzzer Suzzane,2001 )
Gagal Ginjal Kronik bekaitan dengan kerusakan nefron dan penurunan progresif GFR.
Tahapan gagal ginjal kronik didasarkan pada kerusakan nefron dan tingkat GFR yang tersisa
dan mencakup:
a. Stadium penurunan cadangan ginjal sekitar 40-75 % nefron tidak berfungsi, laju
glomerulus 40-50 % normal, BUN dan kreatinin serum masih normal dan pasien
asimtomatik.
b. stadium ensufiensi ginjal, 75-80 % nefron tidak berfungsi, laju glomerulus 20-
40 % normal, BUN dan kreatinin serum mulai meningkat, anemia ringan dan azotemia ringan
c. stadium gagal ginjal apabila laju glomerulus 10-20 % normal, BUN dan
d. Penyakit ginjal stadium akhir, laju glomerulus kurang dari 5-10 % lebih dari 85 % nefron tidak
berfungsi
(140 - umur) X
BB
CCT =
72 X C
Hitung CCT untuk menentukan stadium Ggal Ginjal Kronik (Rumus Cockeroft dan gautt)
1. Anatomi dan Fisiologi Ginjal
Pada orang dewasa, panjang ginjal adalah sekitar 12 sampai 13 cm (4,7 hingga 5,1 inci),
lebarnya 6 cm (2,4 inci) tebalnya 2,5 cm (1”), dan beratnya sekitar 120 gr. Ukuranya tidak
Ginjal diliputi oleh sesuatu kapsula fibrosa tipis mengkilat, yang berkaitan longgar
dengan jaringan di bawahnya dan dapat dilepaskan dengan mudah dari permukaan ginjal.
Potongan longitudinal ginjal memperlihatkan dua daerah yang berbeda korteks di bagian
luar dan medula di bagian dalam. Medula terbagi-bagi menjadi baji segitiga yang disebut
piramida. Piramida-piramida tersebut diselingi oleh bagian korteks yang disebut kolumna
tubulus dan duktus pengumpul becorak. Setiap duktus papilaris masuk ke dalam suatu
perluasan ujung pelvis ginjal berbentuk seperti cawan yang disebut kaliks minor. Beberapa
kaliks minor bersatu membentuk kaliks mayor, yang selanjutnya bersatu sehingga
membentuk pelvis ginjal. Pelvis ginjal merupakan resevoar utama sistem pengumpul ginjal.
urine tersebut mengalir melalui tubulus dan duktus pengumpul. Urine yang terbentuk
kemudian mengalir ke dalam mayor, pelvis ginjal, dan akhirnya meninggalkan ginjal melalui
ureter menuju vesika urinaria. Dinding kaliks, pelvis dan urieter mengandung otot polos yang
Ginjal mendapat aliran darah dari aorta abdominalis yang mempunyai percabangan arteria
renalis. Arteri ini berpasangan kiri dan kanan. Arteria renalis bercabang menjadi arteria
interlobaris kemudian menjadi arteria arkuata. Arteria interlobaris yang berada di tepi ginjal
Glomerolus ini dikelilingi alat yang disebut simpai bowman. Disini terjadi penyaringan
pertama dan kapiler darah yang meninggalkan simpai bowman kemudian menjadi vena
Ginjal diperfusi oleh sekitar 1.200 ml darah / menit. suatu volume yang sama dengan 20%
Unit kerja Fungsional ginjal disebut sebagai nefron, dalam setiap ginjal terdapat sekitar 1
juta nefron yang pada dasarnya mempunyai struktur dan fungsi yang sama. Dengan demikian
kerja ginjal dapat di anggap sebagai jumlah total dari setiap nefron. Setiap nefron terdiri atas
kapsula bowman yang mengitari glomerolus , Tubulus kontortus proksimal dan tubukus
d. Persarafan ginjal
Ginjal mendapat persarafan dari fleksus renalis, saraf ini berfungsi untuk mengatur
jumlah darah yang masuk ke dalam Ginjal, saraf ini berjalan bersama dengan pembuluh
darah. Diatas ginjal terdapat kelenjar suprenalis kelenjar ini merupakan suatu kelenjar buntu
yang menghasilkan 2 macam hormon yaitu hormon adrenalin dan hormon kortisol.
(Syaifuddin, H 2006)
e. Fungsi Ginjal
1) Mengatur volume cairan dalam tubuh. Kelebihan air dalam tubuh akan di keluarkan sebagai
urine. Kekurangan air (kelebihan keringat) menyebabkan urine yang dieksresikan menjadi
sedikit.
2) Mengatur keseimbangan osmotic yang mempertahankan keseimbangan ion yang optimal
dalam plasma.
3) Mangatur keseimbangan asam basah dalam cairan tubuh bergantung pada apa yang
4) Menghasilkan urine yang bersifat asam, ph kurang dari 6 disebabkan metabolisme protein
5) Eksresi sisa hasil metabolisme (ureum, asam urat , kreatinin) zat-zat toksik, obat-obatan dan
6) Fungsi hormonal dan metabolisme. Ginjal memproduksi rennin dan eritropoitin.
(Syaifuddin, H 2006)
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya diekskresikan
ke dalam urine) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi setiap sistem
tubuh. Semakin banyak tertimbun produk sampah, maka gejala akan semakin berat. Banyak
Penurunan laju filtrasi ginjal (GFR) dapat di deteksi dengan mendapatkan urine 24 jam
berfungsinya glomerulus) klirens kreatinin akan menurun dan kadar kreatinin akan meningkat
selain itu kadar nitrogen urea dalam darah (BUN) biasanya meningkat. Kreatinin serum
merupakan indikator yang paling sensitif kerana renal substansi ini di produksi secara
Retensi cairan dan natrium. Ginjal juga tidak mampu untuk mengkonsentrasi atau
mengencerkan urine secara normal pada penyakit ginjal tahap akhir, respon ginjal yang
sesuai terhadap perubahan masukan cairan dan elekrolit sehari-hari. Pasien sering menahan
natrium dan cairan, meningkat resiko terjadinya edema, gagal jantung kongesif, dan
hipertensi, hipertensi juga dapat terjadi akibat aktivitas aksis renin angiotensin dan kerjasama
seiring dengan ketidakmampuan ginjal mensekresikan muatan asam (H+) yang berlebihan
Anemia terjadi sebagai akibat dari produksi eritropoetin yang tidak adekuat, memendekan
usia sel darah merah, defisiensi nutrisi, dan kecendurungan untuk mengalami perdarahan
akibat status uremik pasien, terutama dari saluran gastrointestinal. Eritropoetin, suatu
substansi normal yang di produksi oleh ginjal, menstimulasi sum-sum tulang untuk
menghasilkan sel darah merah. Pada ginjal, produksi eritropoetin menurun dan anemia berat
Ketidakseimbangan kalsium dan fosfat, abnormalitas utama yang lain pada gagal ginjal
kronis adalah gangguan metabolisme kalsium dan fosfat. Kadar serum kalsium dan fosfat
tubuh memiliki hubungan saling timbal balik, jika salah satunya meningkat yang lain akan
turun. Dengan menurunnya filtrasi glomerulus ginjal terdapat peningkatan kadar fosfat serum
Perdarahan gastroenteritis. Kadar ureum yang tinggi dalam darah berpengaruh pada
trombosit dimana trombosit tidak dapat lagi membentuk bekuan. Akibatnya akan timbul
perdarahan dari hidung, gastrointestinal dan sering terjadi perdarahan bawah kulit.(Smelzer &
Bare, 2001)
Gejalah dermatologi yang sering terjadi mencakup rasa gatal yang parah (pruritis) akibat
Karena pada penyakit gagal ginjal kronis setiap sistem tubuh dipengaruhi oleh kondisi
uremia, maka pasien akan memperlihatkan sejumlah tanda dan gejala bergantung pada bagian
dari tingkat kerusakan ginjal, kondisi lain yang mendasari, dan usia pasien.
Manifestasi kardiovaskuler pada gagal ginjal kronis mencakup hipertensi (akibat retensi
cairan dan natrium dari aktivasi sistem renin-angiotensin-aldosteron), gagal jantung kongestif
dan edema pulmoner (Akibat cairan berlabih) dan perikarditis (akibat iritasi dari lapisan
perikardial).
Gejala dermatologi yang sering terjadi mencakup rasa gatal yang parah (Pruritus), Kulit
kering dan bersisik, Ekimosis, Kuku tipis dan rapuh, Rambut tipis dan kasar. Butiran uremik,
Suatu penumpukan Kristal urea di bawah kulit, saat ini jarang terjadi akibat penanganan yang
dini dan agresif pada penyakit ginjal tahap akhir.Gejala Gastrointestinal juga sering terjadi
yang mencakup anoreksia, mual, mulut berbau amoniak, ulserasi mulut, perdarahan dari
Gejala Respirasi juga sering terjadi Edema paru, Efusi pleura, dan pleuritis. Gejala
Neuromuskuler Juga sering terjadi misalnya gangguan tidur, sakit kepala, letargi, gangguan
muskular, bingumg dan koma. Metabolik Endokrin juga sering terjadi misalnya gangguan
hormon seks menyebabkan penurunan libido, impoten. Gejalah Hematologi misalnya anemia
(Nursalam, 2006)
a. Pemeriksaan Umum
1) Urin
a) Volume : biasanya kurang dari 400ml/24 jam (oliguria) atau urine tak ada (anuria)
b) Warna : secara abnormal urine mungkin disebabkan oleh pus, bakteri, fosfat atau urat
d) Protein:derajat tinggi proteinuria (3-4+) secara kuat menunjukan kerusakan glomerulus.
2) Darah
a) Ureum meningkat (normal 20-40 mg/dl), kreatinin meningkat (normal 0,5-1,5 mg/dl)
b) Hitung darah lengkap : Ht menurun, Hb biasanya kurang dari 7-8 g/dl (normal laki-laki 13-
d) GDA (Gas Darah Arteri) : pH kurang dari 7,2 (normal 7,38-7,44)
b. Pemeriksaan khusus :
1) Foto polos abdomen untuk menilai bentuk dan besar ginjal dan apakah ada batu/obstruksi
2) EKG (Elektrokardiografi) untuk melihat kemungkinan hipertrofi ventrikel kiri, tanda-tanda
3) USG (Ultrasonografi) untuk melihat besar dan bentuk ginjal, tebal korteks ginjal, Anatomi
sistem pelviokelises, ureter untuk mencari adanya faktor yang irreversible seperti obstruksi,
oleh karena batu atau massa tumor, juga untuk menilai apakah proses berjalan lancar.
Pemeriksan USG merupakan teknik noninvasive dan tidak memerlukan persiapan khusus
kecuali menjelaskan prosedur serta tujuan kepada pasien. (Dongoes, Maryllin. 1999)
4) Pielografia intra-vena (PIV) untuk menilai pelviokalises dan ureter persiapan pasien sebelum
a) Riwayat pasien dianamnesis untuk mendapatkan riwayat alergi yang dapat menimbulkan
reaksi yang merugikan terhadap media kontras. Dokter dan ahli radiologi harus
dilakukan tindakan untuk mencegah reaksi alergi yang serius. Kemungkinan adanya alergi
b) Pemberian cairan dapat di batasi 8 hingga 10 jam sebelum pemeriksaan untuk meningkatkan
produksi urin yang pekat. Namun demikian, pasien-pasien yang berusia lanjut dengan
cadangan atau fungsi ginjal minimal, pasien multipel myeloma dan pasien diabetes mellitus
yang tidak terkontrol mungkin tidak dapat mentolerir keadaan dehidrasi. Setelah
berkonsultasi dengan dokter, perawat dapat memberikan air minum sehingga pasien dapat
meminumnya pada saat sebelum pemeriksaan. Pasien boleh mengalami hidrasi yang
berlebihan karena keadaan ini dapat mengencerkan media kontras dan membuat visualisasi
c) Prosedur itu sendiri serta perasaan yang timbul akibat penyuntikan media kontras dan selama
pelaksanaan pemeriksaan (misalnya perasaan panas, serta kemerahan pada muka yang
5) Pielografia retrograde dilakukan bila dicurigai ada obstruksi yang reversibel.
Dalam pielografia retrograde chateter ureter biasanya lewat ureter ke dalam pelvis ginjal
dengan bantuan sistoskopi kemudian media kontras dimasukan dengan grafitasi atau
penyuntikan melalui chateter pielografi retrograde biasanya di lakukan jika pemeriksaan IVP
6) Pemeriksaaan foto dada dapat terlihat tanda-tanda bendungan paru akibat kelebihan air
a. Tahap pertama yaitu tindakan konservatif yang ditujukan untuk merendakan atau
b. Tahap kedua pengobatan dimulai ketika tindakan konservatif tidak lagi afektif dalam
mempertahankan kehidupan. Pada keadaan ini terjadi penyakit ginjal stadium terminal.
Penatalaksanaan, meliputi :
1) Hemodialisa.
Hemodialisa adalah dialisis yang dilakukan diluar tubuh. Tujuan hemodialisa adalah
untuk mengambil zat-zat toksik di dalam darah, menyesuaikan kadar air dan elektrolit di
dalam darah. Pada hemodialisa darah dikeluarkan dari tubuh melalui sebuah kateter masuk
ke dalam sebuah alat besar. Di dalam mesin tersebut terdapat ruang yang dipisahkan oleh
sebuah membran semipermeabel. darah di masukan ke salah satu ruang, sedangkan ruang
yang lain diisi oleh cairan dialisis, dan diantara keduanya akan terjadi difusi darah
dikembalikan ke tubuh melalui sebuah pirau vena. Hemodialisa memerlukan waktu sekitar 3-
5 jam dan dilakukan sekitar seminggu. Pada akhir interval 2-3 hari di antara terapi,
keseimbangan garam,air, dan pH sudah tidak normal lagi. Hemodialisa tampaknya ikut
berperan menyebabkan anemia karena sebagian besar sel darah merah ikut masuk dalam
peritoneum yang luasnya sekitar 22.000 cm3 berfungsi sebagai difusi. Membran peritoneum
digunakan sebagai sawar semipermeabel alami. Larutan dialysis yang telah dipersiapkan
sebelumnya (sekitar 2 liter) di masukan ke dalam rongga peritoneum melalui sebuah kateter
tetap yang di letakan di bawah kulit abdomen. Larutan dibiarkan di dalam rongga peritoneum
selama waktu yang telah di tentukan (biasanya 4-6 jam). Selama waktu ini, terjadi proses
difusi air dan elektrolit keluar masuk antara darah yang bersirkulasi. Dialysis peritoneum di
lakukan sekitar 4 kali/ hari. Masalah-masalah terjadi pada dialysis peritoneum adalah infeksi
Transplantasi atau pencangkokan ginjal adalan penempatan sebuah ginjal donor ke dalam
abdomen seseorang yang mengidap penyakit ginjal stadium akhir. Ginjal yang di cangkok
dapat di peroleh dari donor hidup atau mati. Semakin mirip sifat-sifat antigenik ginjal yang
mendapat pengcangkokan ginjal harus tetap mendapat berbagai obat imunosupresan seumur
hidup untuk mencegah penolakan ginjal, penolakan dapat terjadi sacara akut, dalam masa
pasca transpalntasi dini, atau beberapa bulan atau tahun setelah pencangkokan semua orang
yang mendapat terapi imunosupresi beresiko mengalami infeksi. (Price and Wilson, 2005)
Penderita gagal ginjal kronik stadium akhir biasanya yang tidak dapat atau tidak
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses
keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari
berbagai sumber untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien. (lyer dkk,
a. Riwayat gangguan kronis dan gangguan yang mendasari status kesehatan
c. Lakukan pemeriksaan fisik : tanda-tanda vital (Nadi, respirasi, Tekanan darah, suhu badan)
Data dasar pengkajian pasien tergantung pada tahap penyakit dan derajat yang terkena.
Aktifitas / Istirahat
Sirkulasi
Tanda : Hipertensi ; DVJ, Nadi kuat, Edema jaringan umum Dan pitting pada kaki, telapak tangan.
Disritmia Jantung
Nadi Lemah Halus, hipotensi,
Kecendrungan perdarahan
Integritas Ego
Eliminasi
Makanan / Cairan
Anoreksia, nyeri ulu hati, mual/muntah, rasa tak sedap pada mulut
Edema
Neurosensori
Nyeri / kenyamanan
Pernapasan
Keamanan
Tanda : Pruritus
Demam; sepsis dehidrasi, Normotermia dapat secara atual terjadi peningkatan pada pasien
Fraktur tulang, Deposit fosfat kalsium pada kulit, jaringan lunak, sendi, keterbatasan gerak
sendi
Seksualitas
Interaksi sosisal
Gejala : Kesulitan menentukan kondisi, contoh tak mampu bekerja, mempertahankan fungsi peran
dalam keluarga.
Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : Riwayat DM keluarga (Resiko tinggi untuk gagal ginjal) Penyakit polikistik, Nefritis,
Riwayat terpajan pada toksik, contoh obat dan racun lingkungan ,Penggunaan antibiotik .
perdarahan gastrointestinal.
3. Intervensi Keperawatan
1. Kerusakan integritas kulit b/d kelebihan volume cairan d/d adanya kerusakan kulit
Observasi
Terapeutik
- Oleskan agen topikal pada kulit yang tidak mengalami luka, iritaso atau sensitif.
Edukasi
- Jelaskan jenis obat, alasan pemberian, tindakan yang diharapkan , dan efek
samping
Terapeutik
Edukasi
- Anjurkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan (mis. Duduk ditempat tidur,
Kolaborasi