PENDAHULUAN
Status gizi merupakan faktor resiko yang berpengaruh dalam kejadian ISPA
pada balita. Status gizi yang buruk akan lebih mudah terserang ISPA, balita yang
menderita ISPA dapat menyebabkan gangguan status gizi akibat gangguan
metabolisme tubuh (Somantri, 2015).
Pada kasus gizi kurang, individu akan lebih rentan terhadap infeksi akibat
menurunnya kekebalan tubuh terhadap invasi patogen. Anak dibawah lima tahun
adalah kelompok umur yang sangat rentan terhadap berbagai penyakit infeksi dan
membutuhkan zat gizi yang relatif lebih tinggi dibandingkan kelompok umur yang
lain. Hal ini disebabkan masih tingginya angka kematian karena ISPA terutama
pada bayi dan balita (Hadiana, 2013).
1
2
Penyakit ISPA salah satu contoh penyakit infeksi akut yang menular pada
pernafasan yang masih menjadi isu kesehatan global di semua Negara. Riset
WHO (World Health Organization) pada tahun 2010 menyebutkan bahwa ± 13
juta balita di dunia meninggal akibat ISPA setiap tahun dan sebagian besar
kematian tersebut terdapat di Negara berkembang (Mariza, A., 2013).
ISPA merupakan penyakit yang paling sering terjadi pada anak. Insiden
menurut kelompok umur balita diperkirakan 0,29 episode per anak/tahun di
negara berkembang dan 0,05 episode per anak/tahun di negara maju. Ini
menunjukkan bahwa terdapat 156 juta episode baru di dunia per tahun dimana 151
juta episode (96,7%) terjadi di negara berkembang. ISPA merupakan salah satu
penyebab utama kunjungan pasien ke Puskesmas (40-60%) dan rumah sakit (15-
30%) (Kemenkes RI, 2012).
1. Bagi Peneliti