Anda di halaman 1dari 17

HEPATITIS B

Penyakit hepatitis B adalah infeksi hati menular yang disebabkan oleh virus hepatitis B. Bagi
sebagian orang, penyakit ini bisa menjadi kronis dan bisa berlangsung selama lebih dari
enam bulan. Total orang dengan hepatitis B di Indonesia terus mengalami peningkatan
setiap tahunnya. Berdasarkan Riskesda 2017, sebanyak 7,1 persen penduduk Indonesia
mengidap infeksi ini. Bahkan dikutip dari laman Depkes, diketahui bahwa setiap tahun
diperkirakan terdapat 150 ribu bayi yang 95 persennya berpotensi mengalami hepatitis
kronis pada 30 tahun ke depan.

Jika tidak ditangani dengan baik, infeksi ini dapat meningkatkan risiko Anda untuk terkena
gagal hati, kanker hatiatau sirosis — kondisi kerusakan hati permanen. Berikut segala
informasi dasar seputar penyakit hepatitis B yang perlu Anda ketahui.

Apa penyebab penyakit hepatitis B?


Hepatitis B adalah salah satu penyakit yang sangat mudah menular. Virus hepatitis B (HBV)
ditularkan dari satu orang ke orang lainnya melalui darah, air mani, atau cairan tubuh lainnya
yang terkontaminasi virus. Orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh lemah berisiko
tinggi terinfeksi penyakit ini. 

Ada beberapa cara penularan HBV yang umum, di antaranya:

 Melakukan hubungan seks tanpa kondom (termasuk oral dan seks anal) dengan


orang yang terinfeksi.
 Berbagi jarum dan alat suntik narkoba yang sama dengan orang yang terinfeksi.
 Menjalani perawatan gigi di rumah sakit ataupun di klinik gigi yang tidak
menggunakan peralatan steril.
 Menerima suntikan di rumah sakit atau dokter dari jarum yang tidak steril.
 Bikin tato atau tindik tubuh dengan peralatan yang tidak steril.
 Saling meminjam barang pribadi dengan orang yang terinfeksi, seperti alat cukur,
sikat gigi, atau handuk. 
 Memiliki luka terbuka dan terpapar darah orang lain yang terinfeksi.

Ibu hamil yang terinfeksi HBV bisa menularkan virus ke bayinya saat persalinan. Namun
dalam hampir semua kasus, bayi yang baru lahir bisa langsung vaksin hepatitis B untuk
mencegah infeksi lebih lanjut.

Perbedaan penyakit hepatitis B akut dan


kronis
Infeksi HBV bisa bersifat akut (jangka pendek) atau kronis (jangka panjang). Lantas, apa
yang membedakan keduanya?

Infeksi HBV akut biasanya berlangsung kurang dari enam bulan. Tubuh Anda masih mampu
untuk benar-benar sembuh sepenuhnya dari hepatitis B akut dalam beberapa bulan.
Kebanyakan orang yang tertular hepatitis B sewaktu dewasa mengalami infeksi akut, tetapi
ini bisa berlanjut menjadi infeksi kronis.
Sementara infeksi HBV kronis berlangsung selama enam bulan atau lebih. Infeksi bisa
bertahan lama jika sistem kekebalan tubuh Anda gagal bekerja melawan infeksi.  Infeksi
HBV kronis berisiko tinggi menyebabkan penyakit serius, seperti sirosis dan kanker hati. 

Semakin muda usia Anda saat terinfeksi HBV, semakin tinggi pula risiko infeksi Anda
berkembang jadi kronis — terutama untuk bayi baru lahir atau anak-anak balita. Gejala
hepatitis B kronis bisa tidak terdeteksi selama beberapa tahun sampai orang tersebut benar-
benar jatuh sakit akibat penyakit hati.

Siapa saja yang berisiko tinggi terinfeksi


penyakit hepatitis B?
Semua orang bisa terinfeksi penyakit ini. Namun ada beberapa faktor yang bisa
meningkatkan risiko Anda terkena infeksi HBV, di antaranya:

 Hubungan seks tanpa kondom dengan bergonta-ganti pasangan atau dengan


seseorang yang terinfeksi HBV — baik hubungan seks antar pria dan wanita maupun pria
dengan pria (homoseksual).
 Menggunakan jarum suntik bekas orang yang terinfeksi.
 Merupakan bayi yang lahir dari ibu yang terinfeksi.
 Memiliki pekerjaan yang membuat Anda terpapar darah orang lain, misal dokter atau
perawat di rumah sakit.
 Berbagi barang pribadi seperti alat cukur dan sikat gigi bersama dengan orang yang
terinfeksi.
 Berpegian ke tempat dengan tingkat infeksi HBV yang tinggi, seperti Asia, Afrika, dan
Eropa Timur.

Apa saja tanda dan gejala hepatitis B?

HBV dapat bertahan hidup setidaknya 7 hari di luar tubuh manusia, tapi pada saat itu virus
tetap bisa menginfeksi dan masuk ke dalam tubuh yang belum terlindungi dengan vaksin.

Berikut ini beberapa gejala hepatitis B yang harus Anda waspadai meliputi:

 Nyeri perut
 Urin berwarna gelap seperti teh
 Warna feses yang pucat seperti dempul
 Demam 
 Nyeri sendi 
 Hilang nafsu makan
 Mual dan muntah
 Kelemahan dan kelelahan
 Kulit dan bagian putih mata menguning (jaundice)

Dalam banyak kasus, gejala hepatitis B tidak langsung disadari oleh penderita. Pasalnya,
beberapa orang tidak memunculkan gejala hepatitis B yang berarti. Gejala hepatitis B juga
biasanya muncul sekitar satu sampai empat bulan setelah Anda terinfeksi.

Selain itu, tanda dan gejala hepatitis B bervariasi antara satu orang dan yang lain, bisa
ringan mirip gejala flu biasa hingga berat. Nah, karena minimnya kesadaran gejala hepatitis
B, maka tingkat penularan penyakit ini pun semakin tinggi.

Oleh karena itu, segera temui dokter jika Anda mencurigai salah satu gejala hepatitis B
seperti yang sudah disebutkan di atas. Jika Anda menyadari bahwa Anda telah terpapar
virus hepatitis, segera hubungi dokter. Risiko infeksi berkembang parah bisa menurun
drastis jika Anda menerima pengobatan atau pencegahan dalam 24 jam sejak terpapar
virus.

Apa saja komplikasi penyakit hepatitis B


yang mungkin terjadi?
Ada beberapa komplikasi serius yang disebabkan oleh infeksi HBV kronis. Misalnya:

 Kerusakan jaringan hati (sirosis) yang mengganggu fungsi hati


 Kanker hati
 Gagal hati — Anda mungkin perlu transplantasi hati untuk bertahan hidup
 Kondisi lainnya, seperti penyakit ginjal, peradangan pembuluh darah atau anemia

Bagaimana dokter mendiagnosis penyakit


hepatitis B?
Dokter biasanya menyarankan Anda untuk tes darah untuk mendeteksi keberadaan virus
hepatitis dalam tubuh, dan apakah penyakit tersebut akut atau kronis. Dokter juga mungkin
ingin mengambil sampel jaringan hati untuk diperiksa (biopsi) untuk menentukan apakah
Anda mengalami kerusakan hati.

Beberapa orang dianjurkan untuk menjalani tes infeksi HBV karena virus tersebut bisa
merusak hati sebelum menimbulkan tanda-tanda dan gejala. Kelompok orang yang perlu
skrining HBV termasuk mereka yang:

 Tinggal dengan orang yang terinfeksi HBV (perawat atau anggota keluarga)
 Baru-baru ini berhubungan seks tanpa kondom dengan orang yang menderita HBV
 Mendapatkan hasil tes fungsi hati dengan kelainan yang tidak dapat dijelaskan
 Menderita HIV atau hepatitis C
 Traveling ke negara dengan kasus hepatitis B yang tinggi, termasuk Asia, Kepulauan
Pasifik, Afrika, dan Eropa Timur
 Menggunakan narkoba suntik
 Merupakan narapidana
 Merupakan pria yang berhubungan seks dengan pria lainnya
 Menjalani dialisis ginjal (cuci darah)
 Menggunakan obat-obatan yang menekan sistem kekebalan tubuh, seperti obat anti-
penolakan yang digunakan setelah transplantasi organ
 Sedang hamil

Apa saja obat hepatitis B yang tersedia?

Obat hepatitis B yang diberikan oleh spesialis hepatologi (dokter spesialis hati) pada orang
dengan HPV sebenarnya hanya untuk menekan pertumbuhan virus di dalam tubuh. Oleh
karena itu, orang yang terinfeksi HBV harus melakukan pengobatan seumur hidupnya.

Jika Anda didiagnosis dengan virus HBV, segera hubungi dokter. Menerima suntikan
imunoglobulin hepatitis B dalam 12 jam sejak terinfeksi virus bisa membantu melindungi
Anda dari infeksi.

Terutama jika Anda belum pernah vaksin hepatitis B atau tidak yakin apakah pernah vaksin
hepatitis B. Jika begini, Anda harus segera vaksin hepatitis B sesegera mungkin.

Untuk obat yang diberikan, tergantung pada jenis hepatitis yang dialami pasien. Berikut ini
beberapa pilihan obat hepatitis B.

Obat hepatitis B akut

Penanganan akan lebih difokuskan untuk mengurangi gejala-gejala yang Anda alami. Infeksi
hepatitis B akut masih memiliki kemungkinan untuk sembuh sendiri sehingga tidak
membutuhkan obat khusus. Namun terdapat pula kemungkinan untuk infeksi ini
berkembang menjadi infeksi kronis.

Untuk infeksi HBV akut, dokter mungkin akan menganjurkan Anda untuk: 

 Lebih sering beristirahat


 Membagi makanan menjadi beberapa porsi kecil
 Mengonsumsi lebih banyak makanan berkalori tinggi untuk mencukupi kebutuhan
energi

Jika Anda kondisi Anda sudah dirasa membaik, bukan berarti Anda sudah terbebas dari
penyakit infeksi HBV. Anda dianjurkan untuk rutin menjalani pemeriksaan kesehatan guna
memantau infeksi virus HBV dalam tubuh Anda.

Obat hepatitis B kronis


Jika Anda didiagnosis dengan infeksi HBV kronis, Anda bisa mengonsumsi obat hepatitis B
untuk mengurangi risiko penyakit hati dan mencegah penularan infeksi ke orang lain.
Berbagai obat hepatitis B kronis meliputi:

 Obat-obatan antivirus. Infeksi HBV diobati dengan obat antivirus yang


dimaksudkan untuk membersihkan virus dari dalam tubuh, termasuk lamivudine (Epivir),
adefovir (Hepsera), telbivudine (Tyzeka) and entecavir (Baraclude).
 Interferon alfa-2b (Intron A). Obat ini digunakan dengan injeksi terutama bagi anak
muda untuk melawan infeksi, yang tidak ingin menjalani pengobatan jangka panjang atau
yang mungkin ingin hamil dalam beberapa tahun. Efek samping bisa meliputi depresi, sulit
bernapas dan sesak dada.
 Transplantasi hati. Jika hati Anda telah mengalami kerusakan parah, transplantasi
hati bisa menjadi pilihan. Dokter akan mengangkat hati Anda yang rusak dan menggantinya
dengan hati yang sehat.
 Obat lain untuk mengobati infeksi ini masih dikembangkan.

Berbagai cara yang bisa dilakukan untuk


mencegah penularan penyakit hepatitis B

Infeksi ini memang mudah menular, tapi bukan berarti tidak dapat dicegah. Berikut ini
beberapa cara yang bisa Anda lakukan untuk mencegah penularan penyakit hepatitis B:

1. Vaksin hepatitis B

Menerima vaksin hepatitis B adalah perlindungan yang terbaik. Jika Anda terpapar virus dari
orang lain, hubungi dokter. Setelah itu, dokter akan merekomendasikan obat hepatitis B
khusus yang disebut immunoglobulin untuk Anda pakai rutin dalam 2 minggu.

Vaksin hepatitis B (Recombivax HB, Comvax, dan Engerix-B), yaitu vaksin yang dibuat dari
virus yang tidak aktif dan dapat diberikan 3 atau 4 kali dalam waktu 6 bulan.

Ketika vaksin hepatitis B diberikan pada orang yang berisiko terkena infeksi ini, maka tubuh
akan dirangsang untuk membuat antibodi. Antibodi tersebutlah yang akan ‘melawan’ virus
hepatitis jika sewaktu-waktu masuk ke dalam tubuh.

Vaksin hepatitis B dianjurkan bagi:

 Bayi baru lahir


 Anak-anak dan remaja yang tidak divaksinasi saat kelahirannya
 Siapapun yang menderita penyakit menular seksual, termasuk HIV
 Petugas layanan kesehatan, petugas gawat darurat, dan orang lain yang mengalami
kontak dengan darah
 Pria yang melakukan hubungan seks dengan pria lainnya
 Seseorang yang bergonta-ganti pasangan seks
 Penderita penyakit hati kronis
 Orang yang menggunakan narkoba suntik
 Penderita penyakit ginjal stadium akhir
 Merupakan pasangan seks dari penderita hepatitis B
 Pelancong (Traveler) yang berencana bepergian ke wilayah di dunia dengan tingkat
infeksi hepatitis B tinggi

Jika Anda sedang hamil dan berniat untuk vaksin hepatitis B, ada baiknya diskusikan hal ini
dengan dokter terlebih dahulu karena takut berdampak pada kesehatan janin yang Anda
kandung.

2. Hati-hati dengan penggunaan jarum

Penggunaan jarum ataupun peralatan medis yang tidak steril meningkatkan risiko Anda
terkena infeksi ini. Hal ini harus diwaspadai terutama oleh tenaga medis yang melakukan
kontak langsung dengan pasien hepatitis.

Selain itu, penggunaan jarum sembarangan seperti jarum yang digunakan untuk membuat
tato atau jarum yang digunakan bergantian ketika memakai obat-obatan terlarang, dapat
menjadi sarana yang paling mungkin dan sering menyebabkan terjadinya hepatitis.

3. Jangan berbagi peralatan pribadi

Berbagi dengan orang lain bukanlah hal yang buruk untuk dilakukan, namun Anda dan
keluarga Anda harus mengetahui kapan waktu yang tepat untuk berbagi dan hal apa yang
sebaiknya dibagikan. Berbagi barang seperti mainan, buku, atau hal lainnya mungkin tidak
bermasalah.

Hindari berbagi sikat gigi, pisau cukur, gunting kuku, dan berbagai barang pribadi
lainnya. Darah yang terinfeksi bisa menempel di alat pribadi yang Anda gunakan sehingga
meningkatkan risiko penularan penyakit ini ada orang lain.

Dalam banyak kasus, pasien yang mengalami hepatitis tidak menunjukkan gejala dan tanda
yang terlihat, sehingga pilihlah mana barang-barang yang bisa dibagi dan mana yang tidak
bisa dipakai bersama.

5. Melakukan hubungan seksual yang aman

Penting untuk Anda mengetahui riwayat penyakit pasangan Anda sebelum melakukan
hubungan seksual. Seperti yang sudah disebutkan di atas, penyakit ini dapat ditularkan
melalui air mani, darah, dan cairan tubuh.

Itu sebabnya, selalu lakukan hubungan seksual yang aman dengan menggunakan kondom
termasuk saat Anda dan pasangan melakukan seks oral dan anal. Selain itu, beri tahu
pasangan bahwa Anda menderita HBV dan konsultasikan risiko penularan kepadanya.

Penting untuk diketahui bahwa kondom hanya mengurangi risiko penularan, tidak
mengeliminasinya.
4. Rajin cuci tangan

Meski terdengar sepele, cara ini nyatanya efektif untuk mencegah penularan penyakit ini.
Oleh sebab itu, buatlah kebiasaan di keluarga Anda untuk mencuci tangan sebelum dan
sesudah makan, setelah dari kamar mandi, serta sebelum dan setelah mengolah bahan
makanan. Selain itu, menjaga kebersihan tubuh juga penting dilakukan, sehingga risiko
terkena hepatitis semakin kecil.
HERPES
Herpes adalah penyakit yang ditandai dengan munculnya lepuhan pada kulit yang berwarna
kemerahan dan berisi cairan. Penyakit herpes termasuk kondisi jangka panjang, virusnya
bisa bertahan seumur hidup di dalam tubuh. Di antara sekian banyak virus herpes, herpes
simpleks dan herpes zoster merupakan dua penyakit yang paling banyak angka
kejadiannya. Berbagai obat herpes alami maupun dari dokter akan membantu meringankan
gejala bahkan mempersingkat waktu kemunculannya. Salah satu obat herpes kulit yang
ampuh untuk mengatasi herpes simpleks maupun zoster ialah obat antivirus. Berikut ulasan
lengkapnya.

Apa itu penyakit herpes?

Penyakit herpes adalah infeksi yang disebabkan oleh virus herpes. Virus herpes sendiri
terdiri dari delapan jenis tapi hanya dua jenis virus yang paling umum terjadi yaitu herpes
simpleks dan juga zoster.

Herpes simpleks termasuk ke dalam jenis penyakit kelamin jadi sering dikenal dengan


sebutan herpes genital atau kelamin. Pada herpes genital, ada dua jenis virus yang
menyerang yaitu:

 HSV-1, dikenal dengan herpes oral yang bisa menyebabkan luka dan benjolan yang
melepuh di sekitar mulut dan juga wajah.
 HSV-2, termasuk ke dalam golongan herpes genital (kelamin) dan biasanya muncul
di kelamin bagian luar serta daerah sekitar anus.

Selain herpes simpleks, herpes zoster termasuk salah satu penyakit akibat virus herpes.
Herpes zoster adalah penyakit herpes yang disebabkan oleh virus varicella zoster.

Penyakit herpes zoster biasanya ditandai dengan ruam kemerahan pada kulit yang
menyebabkan rasa sakit dan terbakar. Herpes zoster disebut juga dengan cacar ular atau
cacar api karena akan muncul lepuhan pada kulit berupa garis atau area kecil di salah satu
sisi wajah atau tubuh dan rasanya cukup panas seperti terbakar.

Biasanya herpes zoster didahului riwayat pernah mengalami cacar air, kemudian muncul
kembali pada saat daya tahan tubuh menurun.

Tanda-tanda dan gejala


Apa saja ciri-ciri dan gejala penyakit herpes?

Penyakit herpes simpleks

Saat seseorang terinfeksi herpes simpleks, biasanya gejala akan muncul setelah berbulan-
bulan hingga bertahun-tahun terinfeksi. Di awal kemunculannya, tubuh akan menunjukkan
berbagai gejala seperti:

 Lecet dan luka pada alat kelamin bagian luar.


 Lepuhan merah berisi air di sekitar mulut, anus, atau alat kelamin.
 Keputihan.
 Rasa sakit dan gatal pada lepuhan.
 Tidak enak badan.
 Demam.
 Nyeri saat buang air kecil.
 Kelenjar getah bening membengkak.

Umumnya, orang yang terkena herpes simpleks akan mengalami gejala yang terus kambuh
secara berulang. Namun, gejala pada infeksi berulang cenderung lebih ringan dan tidak
berlangsung lebih dari 10 hari. Berikut berbagai gejala yang ditunjukkannya:

 Rasa terbakar atau kesemutan di sekitar alat kelamin sebelum luka lepuhan yang
berisi air kembali muncul.
 Adanya lecet dan luka pada serviks.
 Luka lepuhan di sekitar mulut yang berisi cairan dan berwarna kemerahan.

Penyakit herpes zoster

Jika Anda terkena herpes zoster, maka Anda akan menemukan berbagai gejala seperti:
 Ruam disertai lenting berkelompok yang hanya terjadi di satu sisi tubuh.
 Ruam diawali dengan benjolan merah, berubah menjadi pembengkakan yang sedikit
berair, dan akhirnya menjadi kerak kering (terlihat seperti segerombolan cacar air kecil-
kecil).
 Rasa sakit, gatal, dan kesemutan pada ruam. Hal ini juga berlaku di bagian tubuh
saat ruam baru akan muncul.
 Demam.
 Sakit kepala.
 Panas dingin.
 Kelelahan.
 Sensitif terhadap cahaya.

Kapan saya harus periksa ke dokter?

Anda perlu segera berkonsultasi ke dokter saat melihat berbagai gejala yang menunjukkan
herpes simpleks maupun zoster. Dokter akan segera melakukan penanganan terbaik sesuai
kondisi untuk mencegah keparahan kondisi. Apalagi jika Anda termasuk orang yang sudah
aktif secara seksual maka segera periksakan diri untuk memastikan kondisi Anda.

Untuk herpes zoster, Anda juga perlu segera mengonsultasikan ke dokter jika melihat
gejalanya. Apalagi jika Anda sudah pernah terkena cacar air. Maka kemungkinan virus aktif
kembali pun akan semakin besar.

Penyebab
Apa penyebab penyakit herpes simpleks?

Penyakit herpes simpleks termasuk penyakit menular yang bisa ditularkan dari satu orang
ke orang lainnya melalui kontak langsung dengan daerah yang terinfeksi.

Selain melalui mulut, anus, dan kelamin, virus juga dapat menyebar melalui area kulit
lainnya serta mata. Namun, Anda tidak akan terinfeksi virus hanya dengan menyentuh
barang-barang atau area yang telah disentuh dan dipakai oleh orang yang terinfeksi virus
herpes simpleks. Infeksi dapat menular dengan cara:

 Hubungan seks vagina atau anal tanpa kondom.


 Melakukan seks oral dengan orang yang memiliki luka dan ruam akibat herpes di
sekitar mulutnya.
 Menggunakan mainan seks secara bergantian.
 Berciuman dengan orang yang memiliki ruam akibat herpes di sekitar mulutnya.
 Melalui kelahiran jika ibu dengan herpes genital memiliki luka saat melahirkan.
Pada anak-anak, biasanya virus HSV-1 menyebar saat mengalami kontak langsung dengan
orang dewasa yang terinfeksi. Pada akhirnya, virus ini akan mengendap di dalam tubuh
seumur hidup.

Apa penyebab penyakit herpes zoster?

Penyakit ini disebabkan oleh virus varicella zoster, yakni virus yang juga menyebabkan
cacar air. Penyakit herpes zoster umumnya akan muncul pada orang yang pernah
mengalami cacar air.

Virus biasanya dapat hidup dalam sistem saraf selama bertahun-tahun. Pada sebagian
orang, virus akan tetap tidur tetapi pada sebagian lainnya akan bangun dan diaktifkan
kembali.

Biasanya, virus akan kembali muncul saat Anda memiliki penyakit yang melemahkan sistem
kekebalan tubuh, seiring dengan penuaan, menjalani kemoterapi atau radiasi, dan
mengonsumsi obat yang melemahkan sistem kekebalan. Oleh karena itu, penyakit herpes
zoster bisa muncul lebih dari satu kali.

Berbeda dengan herpes simpleks, Anda tidak akan tertular virus ini dari kontak langsung
dengan orang lain. Namun, jika Anda belum pernah terkena maupun divaksin cacar air, ada
kemungkinan untuk tertular dari orang yang sedang sakit herpes zoster.

Faktor-faktor risiko
Siapa saja yang berisiko terkena penyakit herpes?
Herpes simpleks

Semua orang berisiko terkena virus herpes simpleks, dari mulai anak-anak hingga dewasa.
Namun, dalam kasus HSV-2 yang menyerang kelamin akan lebih mudah menginfeksi orang-
orang yang aktif secara seksual tanpa menerapkan seks aman. Berbagai faktor risiko HSV-2
seperti:

 Berjenis kelamin perempuan.


 Memiliki pasangan seks lebih dari satu.
 Berhubungan seks di usia yang sangat muda.
 Memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah.
 Memiki penyakit kelamin yang lain.

Herpes zoster

Semua orang yang pernah terserang cacar air dapat terkena herpes zoster. Selain itu, ada
berbagai faktor lain yang meningkatkan risiko seseorang terkena herpes zoster, yaitu:

 Berusia lebih dari 50 tahun.


 Memiliki penyakit tertentu yang melemahkan sistem imun seperti HIV/AIDS dan
kanker.
 Sedang menjalani perawatan kanker seperti radiasi dan kemoterapi yang dapat
menurunkan kekebalan tubuh terhadap penyakit.
 Mengonsumsi obat-obatan yang dirancang untuk mencegah penolakan terhadap
organ transplantasi misalnya penggunaan steroid yang berkepanjangan seperti prednison.

Obat dan pengobatan


Apa saja obat herpes yang biasa digunakan?

Obat herpes simpleks

Pada dasarnya, tidak ada obat yang dapat menyingkirkan virus herpes. Namun, dokter
biasanya akan meresepkan antivirus seperti acyclovir, valacyclovir, dan famciclovir untuk
membantu mencegah virus berkembang biak.

Selain itu, obat antivirus ini juga digunakan untuk membantu mengurangi keparahan gejala
dan mengurangi risiko penularan virus ke orang lain. Biasanya, obat-obatan ini berbentuk pil
dan juga krim. Namun, untuk kasus yang cukup parah dokter akan memberikannya melalui
suntikan.

Acyclovir

Acyclovir termasuk obat herpes kulit yang pertama kali diproduksi dalam bentuk salep dan
saat ini lebih banyak yang berbentuk pil. Dikutip dari American Sexual Health
Association acyclovir telah terbukti aman digunakan setiap hari selama 10 tahun.

Valacyclovir

Obat herpes kulit yang satu ini menggunakan acyclovir sebagai bahan aktifnya. Jenis obat
ini membuat acyclovir lebih mudah diserap tubuh. Meski begitu, obat ini tidak bisa digunakan
untuk menghilangkan virus dari tubuh tetapi cukup efektif untuk mengurangi gejala dan
mempercepat penyembuhan.

Famciclovir

Obat herpes kulit ini yang menggunakan penciclovir sebagai bahan aktifnya untuk
menghentikan HSV bereplikasi menjadi semakin banyak. Obat herpes famciclovir mampu
bertahan lebih lama di dalam tubuh sehingga bisa dikonsumsi lebih jarang dibandingkan
dengan acyclovir.
Herpes zoster

Sama seperti herpes simpleks, tidak ada obat yang bisa menghilangkan virus herpes zoster
secara khusus. Akan tetapi, beberapa jenis obat herpes kulit dapat diresepkan untuk
membantu meringankan gejala dan memperpendek masa kekambuhan infeksi. Berikut ini
berbagai obat herpes kulit yang biasa diresepkan dokter.

 Obat antivirus seperti acyclovir, famiciclovir, dan valacyclovir membantu mengurangi


rasa sakit dan mempercepat penyembuhan. Obat herpes kulit ini dikonsumsi 2 hingga 5 kali
sehari sesuai resep dokter.
 Obat antiradang seperti ibuprofen untuk mengurangi rasa sakit dan pembengkakan.
Dikonsumsi setiap 6 hingga 8 jam sekali.
 Obat dari golongan narkotika dan analgesik untuk mengurangi rasa sakit, biasanya
dikonsumsi dua kali sehari atau sesuai resep dokter.
 Antikonvulsan atau antidepresan trisiklik untuk mengobati rasa sakit yang
berkepanjangan, biasanya dikonsumsi 1 atau 2 kali sehari.
 Antihistamin seperti diphenhydramine (Benadryl) untuk mengatasi rasa gatal,
biasanya dikonsumsi setiap delapan jam sekali.
 Krim, gel, atau patch mati rasa untuk seperti lidocaine untuk mengatasi rasa sakit,
biasanya diaplikasikan saat diperlukan.
 Capsaicin (Zostrix), membantu mengurangi risiko nyeri saraf yang disebut neuralgia
pasca-herpes yang terjadi setelah Anda pulih dari herpes zoster.

Terapi untuk mengatasi herpes


Obat herpes kulit golongan antivirus diresepkan untuk pasien yang mengalami episode
pertama herpes kelamin. Untuk episode berulang, biasanya dokter akan merekomendasikan
terapi episodik dan terapi supresif yang juga menggunakan obat antivirus.

Terapi episodik

Jika Anda mengalami enam kali kekambuhan dalam kurun waktu satu tahun maka dokter
akan merekomendasikan terapi episodik. Dalam terapi episodik, Anda akan diminta untuk
terus mengonsumsi obat herpes kulit golongan antivirus selama beberapa hari sejak tanda
pertama infeksi terlihat. Hal ini bertujuan untuk mempercepat penyembuhan bahkan
mencegah infeksi terjadi.

Terapi ini biasanya membantu mempersingkat gejala herpes yang biasanya terjadi dalam
waktu yang cukup lama. Dikarenakan setiap obat herpes kulit dari golongan antivirus ini
berbeda tingkat penyerapan dan efektivitasnya, maka dosisnya biasanya bervariasi. Namun
umumnya, Anda akan diresepkan satu hingga lima pil setiap hari selama tiga hingga lima
hari setelah infeksi menyerang.

Terapi supresif

Sementara itu, terapi supresif biasanya digunakan untuk orang-orang yang mengalami
kekambuhan sebanyak lebih dari enam kali dalam setahun. Terapi ini dapat mengurangi
gejala setidaknya hingga 75 persen saat Anda meminum obat antivirus.

Biasanya, obat herpes kulit ini dikonsumsi untuk menghilangkan dan menekan gejala. Terapi
ini dianggap cukup aman dan efektif. Umumnya, dosis yang diberikan pun bervariasi sesuai
kondisi dari mulai satu hingga dua pil per hari.

Pengobatan di rumah
Apa saja obat herpes alami yang bisa dicoba di rumah?

Selain perawatan dari dokter, Anda juga bisa menemukan berbagai obat herpes alami di
rumah. Berbagai obat herpes alami, perawatan rumahan, dan perubahan gaya hidup bisa
dilakukan untuk membantu mengatasi herpes simpleks maupun zoster.

Berbagai perawatan rumahan dan obat herpes alami ini bisa Anda gabungkan dengan
perawatan dari dokter. Pasalnya menggunakan perawatan rumahan dan obat herpes alami
saja tidak cukup.
Oleh karena itu, Anda perlu menggabungkan perawatan dokter dengan perawatan rumahan
serta obat herpes alami untuk membantu meringankan dan menghilangkan gejalanya.
Berikut berbagai perawatan rumahan dan obat herpes alami simpleks maupun zoster.

Obat herpes alami untuk herpes simpleks

Berikut berbagai perawatan rumahan dan obat herpes alami untuk meringankan gejala:

 Mandi dengan menggunakan air garam untuk membantu meredakan gejala.


 Berendam dalam bak mandi yang berisi air hangat.
 Petroleum jelly menjadi obat alami herpes yang bisa digunakan dengan
mengoleskan ke area yang terinfeksi.
 Menggunakan pakaian yang longgar dan menghindari yang ketat terutama di daerah
yang terinfeksi.
 Mencuci tangan hingga bersih dengan sabun terutama setelah menyentuh area yang
terinfeksi.
 Tidak melakukan kegiatan seksual baik vaginal, oral, maupun anal hingga gejalanya
menghilang.
 Mengompres area yang terinfeksi dengan menggunakan es yang dibalut dengan
handuk.

Obat herpes alami untuk herpes zoster

Berikut ini berbagai obat alami herpes zoster yang bisa Anda coba gunakan di rumah, yaitu:

 Istirahat yang cukup untuk mengembalikan kekuatan sistem kekebalan tubuh.


 Mengompres ruam atau lepuhan menggunakan air dingin untuk mengurangi rasa
sakit dan juga gatal.
 Menggunakan losion calamine untuk mengurangi rasa gatal.

Berbagai obat herpes alami dan perawatan rumahan ini bisa digunakan untuk membantu
meringankan gejala herpes zoster. Biasanya, kondisi ini akan hilang dalam beberapa
minggu dan jarang kambuh kembali.

Namun, jika gejala penyakit herpes zoster tidak kunjung hilang atau berkurang dalam waktu
10 hari maka segera konsultasikan ke dokter untuk diperiksa lebih lanjut.

Pencegahan
Apa yang bisa dilakukan untuk mencegah herpes?
Herpes simpleks

Belum ada obat untuk menyembuhkan herpes simpleks. Oleh karena itu, cara terbaik
menghindari infeksi ialah dengan melakukan berbagai tindakan pencegahan seperti:

 Menghindari kontak fisik langsung dengan orang yang terinfeksi herpes.


 Menghindari seks baik oral, vaginal, dan anal selama terinfeksi.
 Menghindari berciuman dengan orang yang memiliki infeksi di bagian mulut.

Herpes zoster

Vaksin cacar air membantu mencegah Anda dari gejala herpes zoster yang parah serta
komplikasi yang ditimbulkannya. Untuk itu, semua anak perlu melakukan imunisasi varicella.
Bahkan, orang dewasa yang belum pernah terserang cacar air juga perlu melakukan vaksin
yang satu ini.

Sementara itu, orang tua yang memasuki usia 50 tahun perlu melakukan vaksin herpes
zoster yang dikenal sebagai imunisasi varicella zoster. Vaksin ini nantinya akan membantu
mencegah keparahan gejala dan komplikasi akibat herpes zoster.

Anda juga perlu mencegah penyebaran infeksi dengan cara:

 Menghindari kontak dengan orang-orang yang belum pernah terkena cacar air dan
memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah.
 Sering mencuci tangan dengan menggunakan sabun.
 Menjaga daya tahan tubuh agar tetap baik dengan cara menerapkan pola hidup
sehat yaitu makan bergizi, istirahat cukup, mengurangi stres dan olahraga teratur.

Anda mungkin juga menyukai