Anda di halaman 1dari 24

Zaman Klasik (600 SM – 500 SM)

Sebelum kita masuk lebih dalam di alasan mengapa filsafat ini bermula di
Yunani. Menurut Aristoteles titik penting dari kemunculan filsafat terletak pada
pemahaman Thales, dan pengikutnya mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan
yang timbul dalam benak mereka tanpa bersandar pada penjelasan teologi.
Melalui mereka, penjelasan yang tadinya bernada supranatural sebagai penyebab
kejadian di bumi, digantikan dengan pencarian penyebab (causa) alamiah (suatu
kejadian tertentu pandangan yang dalam istilah Yunani dikenal sebagai, phusici).

Ciri-ciri filsafat pra-socrates adalah rasional meta-fisik, dimana pemikiran


yang diikuti dengan kepercayaan kepada hal-hal gaib, seperti memberikan
sesajen kepada Dewa Matahari. Masyarakat berpikir bahwa bumi mempunyai
sumber daya yang melimpah ini ada yang menciptakannya, tapi mereka belum
tahu siapa yang menciptakannya. Jadi masyarakat beranggapan bahwa yang
memberi kesuburan adalah pohon besar. Sebelum filsafat menaiki panggung
Yunani banyak pertanyaan-pertanyaan mendasar yang diajukan oleh manusia,
dan pertanyaan-pertanyaan ini dijawab dengan oleh berbagai penjelasan teologi.
Penjelasan-penjelasan agama ini disampaikan dari generasi ke generasi dalam
bentuk mitos.

Sebutan “pra-sokratik” sebenarnya kurang tepat karena perkembangan


aliran filsafat yang dimaksud ada sezaman dengan hidup Sokrates sendiri. Filsafat
‘Pra-Sokratik” sebenarnya merujuk pada aliran filsafat yang didominasi pada minat
utama untuk meneliti alam, matematika, susunan di dalamnya, dalam rangka
penyelidikan tentang asal-muasal, komponen-komponen alam, dan untuk
memformulasikan hipotesis tentang keberadaan dunia ini, maka para filsuf dari
aliran ini seringkali disebut sebagai filsuf alam (Phusikoi).
Tokoh-tokoh filsafat pada zaman Pra-Socrates

 Mazhab Mileteus.

Thales (624 – 548 SM)

Thales adalah seorang filsuf yang berasal


dari Miletius, sebuah koloni Yunani di Asia kecil. Ia
awalnya merupakan seorang insinyur yang melayani
keluarga raja Mileteus, dan juga aktif dalam
perniagaan disana. Pada usia paruh baya, ia
berkelana ke Mesir untuk berdagang, akan tetapi ia
malah mempelajari astronomi dan geometri disana,
sehingga akhirnya ia memutuskan untuk berhenti
menjadi pedagang dan mengabdikan hidupnya
untuk filsafat dan matematika. Thales ini dikisah kan pernag menghitung
tinggi piramid dengan mengukur bayangannya pada saat yang tepat. Ia
menjadi terkenal setelah mampu memprediksikan gehana matahari pada
tahun 585 SM.

Bagi Thales, yang menjadi arkle (prinsip vital yang dapat


menjelaskan semesta) adalah air. Dia percaya bahwa seluruh kehidupan
berasal dari air dan akan kembali ke air. Dia beranggapan begitu barangkali
karena ia mengamati tumbuhan yang mulai tumbuh di daratan delta sungai
nil setelah surut dari banjir.

Anaximander (610 – 546 SM)

Seperti halnya Thales, Anaximander


juga seorang ilmuwan berbakat, dengan
keahlian utama pada astronomi dan kartografi.
Dia merupakan salah satu murid Thales. Ia
merupakan orang Yunani pertama yang
membuat peta bumi, dan orang Yunani
pertama yang mempersiapkan peta bintang.
Ia juga membangun gagasan tentang koordinat benda langit, dengan bumi
berbentuk silinder di bagian tengahnya, dan lingkaran konsentris langit di
luarnya, sehingga ia membangun model semesta darinya.

Menurutnya, yang menjadi arkhe adalah apa yang disebutnya


sebagai apeiron. Apeiron bersifat abadi, tak terbatas, dan tak dapat dilihat.
Ia berpendapat, bahwa ssegala hal berasal dari apeiron, dan berproses
dalam jalinan rumit dalam dua prinsip, yaitu panas/dingin, dan
kering/basah. Apeiron berproses dalam ‘dialektika materiil’ tanpa henti,
hingga menghasilkan dunia seperti yang tampak saat ini. Gagasan
Anaximander ini cukup menarik, karena ia mengungkapkan konsep arkhe
yang berbeda dibandingkan filsuf sezamannya. Ia menganggap bahwa
dunia tampak, itu bersifat fana, dan transie. Segalanya mengali, dan
berubah kecuali apeiron sendiri.

Anaximenes (570 – 526 SM)


Anaximenes adalah filosof dari Mileteus, dia adalah murid dari
Anaximender. Teorinya tentang alam
adalah bahwa sumber dari segala sesuatu
pastilah “udara” aau “uap”. Anaximenes
tentunya mengenal teori Thales
menyangkut air. Akan tetai ia menyangkal
pendapatnya Thales, ‘darimanakah asal air
tersebtut’. Anaximenes beranggapan
bahwa adalah udara yang dipadatkan, kita
nengetahui bahwa ketika hujan turun, air
diperas dari udara. Jika air diperas lebih keras lagi, ia akan menjadi tanah,
pikirnya. Dia mungkin pernah melihat bagaimana tanah dan pasir terperas
dari es yang meleleh. Dia juga beranggapan bahwa api adalah udara yang
dijernihkan. Oleh karenannya air, tanhan dan api tercipta dari udara.

Kontribusi dari filsuf-filsuf Miletian ini adalah memperkenalkan gagasan tentang


arkhe yang membentuk semesta. Gagasan ini merupakan suatu langkah besar
ketimbang kosmogoni yang dianut oleh bangsa Yunani sebelumnya. Filsuf
Mileteus membuat ide-ide kosmologis menjadi lebih manusiaw. Gagasan tentang
arkhe ini nantinya mempengaruhi filsuf-filsuf selanjutnya tenang gagasan
mengenai substans. Pemikiran Anaximander tentang apeiron juga sangat
menarik, hingga menjadi perdebatan para filsuf-filsuf setelahnya tentang gagasan
‘kemenjadian’.

 Mazhab Phytagorian

Phytagoras (570 – 495 SM)


Phytagoras lahir di Pulau Samos, lepas pantai Asia minor, dekat
dengan Mileteus, dan Ephesios,
sekitar tahun 570 SM. Dikatakan
bahwa ia sebelumnnya merupakan
murid dari Anaximander. Phytagoras
meninggalkan Asia minor,
kemungkinan karena pemerintahan
tiran Polykrates, kemudian ia
berkeliling sebagai musafir, dan
akhirnya menetap di Kroton, dimana
sekarang terletak di Italia Selatan.
Disana ia mendirikan sekolah yang
menurut Plato sangat berpengaruh. Pengikutnya dapat dikenali melalui
lambang pentagram, yang mana kemudian aliran filsafat sekolah ini
seringkali disebut sebagai aliran filsafat mistik. Awalnya sekolah ini sangat
berpengaruh di lingkungannya tetapi sesudah terjadi pemberontakan yang
dipimpin oleh Kylon, banyak penganut Phytagorean yang terbunuh.
Phytagoras sendiri melarikan diri ke Metapontum. Sekolah ini dibubarkan
akan tetapi para penganut yang selamat, seperti Thebes, Phleios, dan
Taranteum melanjutkan filsafatnya. Kebanyakan pengetahuan kita tentang
sekolah ini berasal dari catatan-catatan Plato dan Aristoteles. Pengikut
Pythagoras di sekolah ini merahasiakan pemikiran dan aktivitas sekolah ini.
Phytagoras dalam pandangan awam filsafat di dunia moderen ini
merupakan sosok pemikir terbesar semasa Pra-Socrates. Hal ini mungkin
diakibatkan oleh pengaruhnya yang cukup besar kepada Plato dan
Aristoteles. Filsafat Phytagoras bercampur aduk dengan relifiusitas mistis
yang menganggap penyelidika rasional meeerupaka bakti pada semesta.
Bagi Pythagoras, semesta adalah keseluruhan, tanpa suatu akhir (telos);
dimana kita (atau setidaknya jiwa kita) merupakan bagian darinya.
Pythagoras mempercayai perpindahan jiwa, karenanya penganut mazhab
ini dilarang mengomsumsi daging (karena bisa jadi itu merupakan
transformasi jiwa leluhur kita). filsafat baginya merupakan suatu usaha
untuk mempelajari dan memahami kosmos. Kosmos sendiri dalam
pemikiran Phytagoras merupakan sebentuk tatanan’ bawaan’ atau pola
kedalaman, yang mana dalam filsafat belakangan dikenal sebagai forma.
Ini merupakan ide baru yang mana tidak terpikirkan sebelumnya oleh filsuf-
filsuf Miletian yang hanya berfokus kepada dunia material.
Kebanyakan pengetahuan yang bisa kita dapatkan tentang Mazhab
Pythagorean ini berasal dari Plato. Sangat sulit untuk membedakan mana
yang merupakan pemikiran Phytagoras dan yang mana merupakan
tambahan yang diberikan oleh Platon secara manasuka. Filsafat ini sangat
berpengaruh pada pandangan metafisika Platon nantinya.

Heraklitos (500 – 400 SM)

Hingga saat ini para sejarawan


filsafat belum menemukan karya orisinal
Heraklitus yang utuh. Yang menarik dari
pandangan filosofi nya adalah
penerimaannya terhadap gagasan sehari-
hari, yaitu segala yang ‘ada’, selalu
berubah. Heraklitus menerima kenyataan
yang dinamik ini sebagai yang fundamental
di semesta ketimbang berpegang pada
gagasan abstrak tentang ‘ada’ ultima.
Meskipun demikian, Heraklitus juga percaya akan dinamikan abadi
yang memang telah dirancang sesuai dengan logos universal atau
formulanya, Heraklitus menggambarkan logos sebagai api, karena selalu
bergerak, selalu ‘menjadi’, sebentk chaos yang membantu segalnya untuk
bertransfomasi. Semesta ini penuh dengan hal-hal yang bertentangan
awal/akhir ; malam/siang ; muda/tua ; hidup/mati. Jadi baginya tidak ada
sebentuk keseimbangan statis melainkan pertentangan selalu berada
dalam kesetimbangan dinamis, antara khaos – kosmos – khaos – kosmos
dst. Sgala sesuatu selalu ‘menjadi’ dalam gerak abadi dan tidak ada
kejadian yang sama.

 Mazhab Elea
Parmenides (515 – 445 SM)
Pengetahuan kita tentang gagasan filsafatnya terutama berasal dari :
 Diskusi ide-ide nya dalam dialog-
dialog Plato seperti Parmenides ;
Thaetetos ; dan Sophistes.
 Kumpulan syairnya yang dibentuk
menjadi buku kecil berjudul
Tentang Alam.

Menurut Platon, pernah terjadi


pertemuan antara Parmanides (65 tahun),
Zenon (40 tahun) dan Socrates (yang
masih sangat belia) pada 450 SM. Syair-
syair karya Parmenides (800 buah
dengan banyak bagian yang hilang) merupakan sebentuk mahakarya
kesusastraan. Syair-syair terbentuk dituliskan sebagai bentuk imajinasi dari
dialog Parmanides dalam perjumpaannya dengan sesosok dewi. Banyak
sejarawan yang menafsirkan bahwa Parmanides menganggap alam
pengalaman manusai sebagai sesuatu yang tidak eksis dan bahwa
kepercayaan normal kita akan adanya perubahan, kejamakan, dan bahkan
diri kita sendiri, sebenarnya menyesatkan.
Naskah Parmenides terdiri dari tiga bagian:
 Pertama, adalah prooimion, yang merupakan pengantar dari keseluruhan
naskah tersebut;
 Bagian kedua disebut aletheia, yang dikenal sebagai ‘jalan kebenaran’,
dan juga merupakan wacana filosofis;
 Bagian ketiga adalah doxa, yang dikenal sebagai ‘jalan pendapat’, yang
merupakan pengungkapan gejala alam.

Karya Parmenides termasuk yang sulit untuk dipahami, sehngga


terdapat berbagai interpretasi terhadapnya, umumnya, dapat
dikelompokkan tiga aliran interpretasi terhadap Parmenides sebagai
berikut:
- Interpretasi monis yang ketat, yang memandang bahwa Parmenides
hanya melihat adanya satu ‘ada’ dalam eksisten yang tidak berubah, dan
tidak berbeda.
- Interpretasi logis – dialektis, yang memahami bahwa argumen – argumen
Parmenides didorong oleh pertimbangan ketat logis, ketimbang dilatar
belakangi oleh agenda kritik terhadap pendahulunya, yakni filsuf Milesian,
dan Mazhab Pythagorean.
- Interpretasi meta – prinsip, yang menyatakan bahwa Parmenides bukanlah
seorang monis sejati, melainkan pendukung dari apa yang dikenal sebagai
monis predikasional, yakni aliran yang meyakini, bahwa setiap ‘ada’ yang
ada hanya dapat merupakan satu ‘ada’, dan hanya dapat memiliki satu
predikat yang menyatakan ada itu apa, dan harus menyatakannya dengan
tegas. Menurut interpretasi ini, Parmenides terlibat dalam refleksi kritis
terhadap prinsip – prinsip fisika dari para pendahulunya.

Parmanides menganggap bahwa segala sesuatu yang ada pasti telah


selalu ada. Gagasai ini tidak asing bagi rakyat Yunani. Mereka
menganggap sudah selayaknya bahwa segala sesuatu yang ada di dunia
ini abadi. Tidak ada sesuatu yang dapat muncul dari ketiadaan dan tidak
ada sesuatu yang ada didunia ini abadi. Parmanides membawa gagasan itu
lebih jauh lagi ia beranggapan bahwa tidak ada yang disebut perubahan
aktual, tidak ada sesuatu yang berbeda dari sebelumnya. Parmanides sdar
bahwa inderanya melihat dunia ini selalu berubah, tapi dia lebih memilih
akal daripada inderanya. Dia yakin bahwa indera-indera memberikan
gambaran akal manusia. Keyakinan yang tidak tergoyahkan pada akal
manusia disebut rasionalisme. Rasionalisme adalah seseornag yang
percaya bahwa akal manusia merupakan sumber utama pengetahuan
tentang dunia. Dalam masalah ini Parmanides mengemukakan dua
pandangan :

a. Bahwa tidak ada sesuatu yang dapat berubah


b. Bahwa persepsi indera kita tidak dapat dipercaya

Zeno

Ia dapat merelatifkan kebenaran yang telah mapan/ zeno


menemukan dialektika. Istilah dialektika termasuk kata ynag mendapat
pelbagai arti sepanjang sejarah filsafat. Ia mulai mengemukakan hipotesis
yaitu salah satu anggapan yang dianut pelawan-pelawan Parminedes. Lalu
ia menunjukkan bahwa dari hipotesis itu harus ditarik kesimpulan yang
mustahil. Menurut metode ini Zeno membuktika bahwa adanya ruang
kosong, pluralitas dan gerak sama-sama mustahil.

Terdapat empat buah paradoks dari enam buah paradoks yang


diungkapkan Zenon, yang sekiranya penting untuk dibahas di sini. Empat
buah paradoks itu, antara lain:
1. Paradoks Dikotomi

Gambar 1: Paradoks Dikotomi

Sebuah benda yang bergerak, tidak akan pernah mencapai tujuan.


Pertama – tama benda harus menempuh segmen setengah perjalanan.
Lalu, sesudah itu, benda tersebut harus melewati banyak segmen: 1/4,
1/8, 1/16, 1/32, dst. Sedemikian, hingga jumlah perjalananya menjadi tak
hingga. Karena mustahil melakukan perjalanan sebanyak tak hingga,
maka benda tersebut tidak akan pernah sampai tujuan.

2. Paradoks Akhilleus, dan Kura – Kura

Gambar 2: Paradoks Akhilleus dan Kura - Kura

Akhilleus, dan kura – kura melakukan lomba lari. Karena Akhilleus


merupakan sesosok ksatria yang sombong, ia mengijinkan kura – kura
‘lambat’ untuk memulai lari terlebih dahulu. Agar dapat menyamai
kedudukan kura – kura, Akhilleus menetapkan sasaran ke posisi, dimana
kura – kura saat ini berdiri. Akan tetapi, setiap kali Akhilleus bergerak
maju, kura – kura pun juga bergerak maju. Ketika Akhilleus sampai ke
posisi kura – kura, kura – kura sudah berada di depannya. Lalu, Akhilleus
mengejar posisi kura – kura yang sekarang. Akan tetapi, setibanya di
sana, kura – kura sudah bergerak maju lagi, begitu seterusnya, hingga
akhirnya mustahil bagi Akhilles untuk memenangkan lomba lari tersebut

.
3. Paradoks Anak Panah

Gambar 3: Paradoks Anak Panah

Misalnya, kita membagi waktu sebagai deret ‘masa kini’. Kemudian


kita melepaskan anak panah. Di setiap ‘masa kini’, anak panah menempati
posisi tertentu di udara. Oleh karena itu, anak panah dapat dikatakan diam
sepanjang waktu.

4. Paradoks Stadion

Gambar 4: Paradoks Stadion


Terdapat tiga buah barisan penonton A, B, dan C di dalam stadion.
Barisan A dianggap diam di tengah stadion. Seementara B, dan C masing
– masing terletak di ujung kiri, dan kanan A. Kemudian, B dan C bergerak
saling mendekati dengan kecepatan yang sama, dan hendak bersejajar
dengan A. Anatara ‘ sebelum’, dan ‘sesudah’, titik C paling kiri melewati
dua buah B, tetapi hanya sebuah A. Berarti waktu C untuk melewati B
sama dengan setengah waktu untuk melewati A. Padahal A, dan B adalah
unit yang identik.

Secara umum, terdapat dua buah tema yang dominan dalam


Paradoks Zenon, yaitu gerak, dan ketakterhinggaan. Zenon menganggap,
bahwa perubahan di dunia bersifat semu. Pendapat ini, kemudian
tercermin lewat empat buah paradoks yang telah dikemukakan.

Sebagaimana telah disebutkan di atas, Zeno merupakan sosok filsuf


yang tidak percaya akan gerak, dan perubahan. Lewat empat paradoks
yang telah dikemukakan, ia ingin memastikan sebentuk ‘Ada’ realitas.
Sebagai seorang pengikut Parmenides, Zenon berpendapat, bahwa semua
gerak benda bersifat semu. Untuk membuktikan keyakinannya, ia lalu
merancang serangkaian paradoks dari klaim benar – salah, paradoks –
paradoks ini kemudian membawa pada kemajuan matematika.
Kejanggalan paradoks 1, dan 2, misalnya, dapat dijelaskan lewat deret
konvergen. Dengan menggunakan konsep limit yang dipelajari dalam
bidang kalkulus, matematikawan dapat menjumlahkan irisan – irisan kecil
yang mendekati, tak hingga. Menariknya, meskipun irisan – irisannya tak
hingga, akan tetapi jika diintegralkan, ternyata jumlahnya berhingga.

1) Empedocles dan Anaxagoras ; Mazhab Kemajemukan Elemen


Empedocles (490 – 430 SM)
Empedokles hidup pada perioda 490 – 430
SM. Ia merupakan seorang Sisilia. Pendekatan
filsafatnya tentang unsure - unsur utama yang
berbeda sangat berpengaruh di kemudian hari. Ia
merupakan seorang yang pertamakali menggunakan teori tentang unsur,
sebagaimana yang kita pahami dalam dunia moderen saat ini. Kita
mengenali gagasannya melalui dua buah kumpulan sajaknya, yang
pertama berjudul, Peri Phuseos, dan yang kedua berjudul, Katharmoi
(berkisah tentang kepercayaan religiusnya tentang alam). Teorinya tentang
dunia, nampaknya berasal dari observasi. Hasil observasinya
menunjukkan, bahwa semesta ini terbagi menjadi empat macam elemen,
yaitu api, air, tanah, dan udara.

Keempat elemen ini, seperti juga gagasan tentang arkhe


sebelumnya, bersifat abadi; tidak dapat dihancurkan; dan tidak dapat
dijadikan, atau dengan kata lain tanpa awal, dan akhir. Segala perubahan
di alam, merupakan hasil pencampuran, dan pemisahan keempat elemen
ini. Fenomena – fenomena kompleks yang kasat mata, seperti struktur
geologi; galaksi; rasi bintang; bukanlah merupakan realitas yang
sebenarnya, akan tetapi hanyalah kombinasi semenatara dari keempat
elemen tadi.

Nampaknya, Empedokles menerima argumen para filsuf Elea,


tentang kemungkinan ketiadaan ruang – kosong, akan tetapi ia tetap
memegang gagasan tentang gerak ‘kemenjadian’, yang mana terjadi
karena pencampuran elemen – elemen berbeda pada ruang.

Pertanyaan yang muncul adalah apakah yang men – drive berbagai


perubahan yang secara konstan terjadi di dunia. Di sini, Empedokles,
dengan lebih menggunakan pola pikir mistik, menyatakan, terdapat dua
prinsip yang menggerakan elemen – elemen tersebut, yaitu cinta; dan
konflik. Cinta beroperasi untuk menyatukan elemen – elemen, sedangkan
konflik yang memisahkannya. Pandangan Empedokles di sini, sama sekali
tidak bersifat abstrak, dan tidak bernyawa. Dalam sajak – sajaknya,
Katharmoi, ia berpendapat bahwa konflik adalah sebentuk kejahatan, dan
cinta idem dengan kebaikan. Alam semesta merupakan gerakan tanpa
henti, dari dominannya cinta, hingga kondisi di mana konflik memegang
peranan. Empedokles merupakan seorang yang optimis, ia percaya
bahwa akan ada waktunya, di mana cinta akan berkuasa, dan manusia
yang sebenarnya telah jatuh dalam perpecahan akan diberkati, melalui
kesatuan masing – masing jiwa. Kedosaan bagi Empedokles disebabkan
oleh perpecahan jiwa (konflik), utamanya akibat memakan hewan.
Empedokles, nampaknya kerap kali berpendapat, bahwa manusia
agaknya harus menempuh beberapa kali reinkarnasi, agar
membebaskannya dari konflik, dan mencapai kepenuhan cintanya.

Empedokles merupakan salah satu dari phusikoi yang paling


berpengaruh. Baik Platon, maupun Aristoteles, menerima gagasannya
tentang keempat elemen, dan prinsip cinta, dan konflik yang ia ajukan.
Kedua gagasan ini akan sedemikian berpengaruhnya dalam peradaban
barat.

Anaxagoras (500 – 428 SM)


Anaxagoras diperkirakan hidup sekitar
tahun 500 – 428 SM. Sayangnya, hanya
sedikit yang kita ketahui tentangnya, bahkan
tahun hidupnya pun masih kontroversial. Ia
merupakan seorang yang terkenal di Athena
yang hidup sezaman dengan Perikles, dan
terdapat banyak penulis yang terinspirasi
olehnya, salah satunya Euripides. Kita
mengenal gagasannya melalui fragmen-
fragmen teksnya yang tercecer, dan disertai komentar oleh Aristoteles.
Nampaknya, pada tahun sekitar 450 SM, ia diusir dari Athena karena
dianggap atheis, dan meninggal di pembuangannya. Gaya berfilsafat
Anaxagoras, tidak terlalu menekankan aspek religiositas, dibandingkan
filsuf – filsuf Elea, dan kaum pluralis lainnya. Filsafatnya lebih dekat
dengan filsafat – filsafat Milesian. Dua hal yang menjadi penciri filsafatnya,
adalah:

→ Ia memperkenalkan konsep baru yang sepenuhnya tidak material,


sebagai arkhe, yaitu akal budi.
→ Bentuk pluralisme yang ekstrem, di mana semua benda di dunia
mengandung seluruh unsur benda lain, dalam proporsi tertentu

Anaxagoras nampaknya tidak terimpresi dengan bantahan Zenon


terhadap kaum pluralis, melalui komentarnya, “dari yang terkecil, tidak ada
yang terkecil.”, yaitu bahwa hal – hal (termasuk bilangan), menjadi bagian
yang tak terhingga. Sulit untuk mengetahui penyebab ia diusir dari Athena,
mengingat filsafatnya tidak bersifat subversif. Mungkin, ucapannya yang
mengatakan, bahwa matahari hanyalah sebongkah batu pijar besar yang
lebih besar dari Peloponnesos, bukanlah sebentuk dewa – lah yang
menyebabkan pengusirannya. Para pemikir sesudahnya, banyak
menggunakan gagasan akal budinya sebagai penggerak pertama, yang
mana berpengaruh dalam pemikiran skolastik, dan teologi dalam
peradaban barat.

2) Mazhab Atomisme
Leukippos (450 – 420 SM)
Ia merupakan guru dari Demokritos.
Di dalam aliran atomisme, pemikiran
Demokritos lebih dikenal ketimbang
Leukippos, meskipun amat sulit untuk
membedakan pandangan keduanya.
Sejarawan filsafat sekarang, cenderung
menganggap, bahwa Demokritos hanya
meneruskan ajaran – ajaran yang diterima
dari Leukippos.

Riwayat hidup Leukippos sulit diketahui, sebab hanya sedikit sumber


Yunani kuno yang berbicara tentang kehidupannya. Epikuros, dan Samos
membantah, bahwa Leukippos merupakan sosok historis. Akan tetapi,
Aristoteles, dan Theoprates, muridnya, menyatakan Leukippos sebagai
pendiri Mazhab Atomisme, dan kesaksian mereka lebih dipercaya oleh
sejarawan filsafat. Tempat kelahiran Leukippos tidaklah diketahui, namun
terdapat beberapa sumber kuno yang mengatakan, bahwa Leukippos
berasal dari Miletos, atau Elea. Leukippos dikatakan memiliki hubungan
dengan Mazhab Elea. Ada kemungkinan ia menetap di Elea beberapa
waktu, dan merumuskan filsafatnya sebagai kritik terhadap pemikir –
pemikir Elea waktu itu.

Demokritos (460 – 359 SM)


Demokritos lahir di Abdera, Yunani
Utara. Ia berasal dari keluarga kaya raya. Pada
waktu ia masih muda, ia menggunakan harta
warisannya untuk melancong ke Mesir, dan
negeri – negeri Timur – Tengah lainnya. Selain
menjadi murid Leukippos, ia juga belajar
kepada Anaxagoras, dan Philolaos. Hanya
sedikit yang diketahui tentang riwayat hidup
Demokritos. Banyak data tentang
kehidupannya yang tercampur dengan legenda
– legenda, sehingga sulit dipercaya kebenarannya. Meskipun ia hidup
sezaman dengan Sokrates, bahkan dianggap lebih muda, ia tetap
dianggap sebagai filsuf Pra – Sokratik, dalam artian sebagai seorang
phusikoi. Pandangan Demokritos, dan Leukippos tentang atom, hampir
tidak dapat dipisahkan. Filsafat Demokritos hampir tidak dikenal di Athena
pada masa hidupnya, bahkan tokoh sekaliber Platon pun tidak
mengenalnya. Barulah Aristoteles yang menaruh minat lebih pada fisika,
kemudian membongkar kembali Mazhab Atomisme.

 Teori Atom
Demokritos, dan gurunya, Leukippos, berpendapat, bahwa
atom adalah unsur –unsur yang membentuk realitas. Di sini, mereka
sepakat dengan pluralisme Empedokles, dan Anaxagoras, yang
menyatakan, bahwa realitas terdiri dari banyak unsur, bukan satu.
Akan tetapi, bertentangan dengan kaum pluralis, Demokritos
menganggap bahwa unsur – unsur tersebut tidak dapat terbagi lagi.
Karena itulah, unsur – unsur tersebut diberi nama atomos (yang tak
terbagi). Atom – atom tersebut merupakan unsur – unsur terkecil
yang membentuk realitas. Ukurannya begitu kecil, sehingga mata
manusia tidak dapat melihatnya. Selain itu, atom juga tidak memiliki
kualitas. Hal ini pula yang membedakannya dengan konsep unsur –
unsur yang diusung oleh kaum pluralis. Atom – atom tersebut
berbeda antara satu dengan lainnya, melalui tiga hal, yaitu
bentuknya; ukurannya; dan posisinya. Dengan demikian, atom
memiliki kuantitas belaka, termasuk juga massa. Jumlah atom yang
membentuk realitas ini tak berhingga. Selain itu, atom juga
dipandang sebagai sesuatu yang tidak dapat dijadikan; tidak dapat
dimusnahkan; dan tidak berubah. Yang terjadi pada atom adalah
gerak. Karena itu, Demokritos menyatakan, “Prinsip dasar alam
semesta adalah atom – atom, dan kekosongan”. Jika terdapat ruang
– kosong, maka atom – atom itu dapat bergerak. Demokritos
membandingkan gerak atom dengan situasi ketika sinar matahari
memasuki kamar yang gelap, melalui celah – celah jendela. Di situ
akan terlihat bagaimana debu bergerak ke segala arah, walaupun
tidak ada angin yang menyebabkannya bergerak. Dengan demikian,
tidak diperlukan sebentuk prinsip lain yang membuat atom bergerak,
seperi prinsip cinta, dan konflik dalam pandangan Empedokles.
Dengan keberadaan ruang – kosong sudahlah cukup untuk
membuat atom bergerak.

Dunia, dan seluruh realitasnya tercipta karena atom – atom


yang berbeda, dan unik, saling mengait bentuk satu dengan yang
lain. Atom – atom yang berkaitan itu, kemudian mulai bergerak
berputar, semakin lama, semakin banyak atom yang terlibat dalam
gerak tersebut. Kumpulan atom yang lebih besar, tinggal di pusat
gerakan, sedangkan kumpulan yang lebih kecil, dilontarkan
ujungnya. Demikianlah dunia terbentuk
Zaman Keemasan Filsafat di Yunani

Puncak Filsafat Yunani dicapai pada Socrates, Plato dan Aristoteles.


Filsafat dalam periode ini ditandai oleh ajarannya yg “membumi”
dibandingkan ajaran-ajaran filosof sebelumnya.

Tokoh-tokoh Zaman Keemasan Filsafat.


1) Socrates (470-400 S.M)
Socrates adalah filsuf dari Yunani yang
merupakan salah satu figur paling penting
dalam tradisi filosofis Barat. Socrates lahir
di Athena, dan merupakan generasi
pertama dari tiga ahli filsafat besar dari
Yunani selain Plato dan Aristoteles.
Socrates adalah guru Plato, kemudian Plato pada gilirannya mengajar
Aristoteles. Semasa hidupnya, Socrates tidak pernah meninggalkan karya
tulisan, sehingga sumber utama mengenai pemikiran Socrates berasal dari
tulisan muridnya, Plato.
Tujuan filosofi Socrates ialah mencari kebenaran yang
berlaku untuk selama- lamanya. Di sini berlainan pendapatnya dengan guru-
guru sofis, yang mengajarkan, bahwa semuanya relatif dan subyektif dan
harus dihadapi dengan pendirian yang skeptis. Socrates berpendapat,
bahwa dalam mencari kebenaran itu ia tidak memikir sendiri, melainkan
setiap kali berdua dengan orang lain, dengan jalan tanya jawab. Orang
yang kedua itu tidak dipandangnya sebagai lawannya, melainkan sebagai
kawan yang diajak bersama-sama mencari kebenaran. Kebenaran harus lahir
dari jiwa kawan bercakap itu sendiri. Ia tidak mengajarkan, melainkan
menolong mengeluarkan apa yang tersimpan di dalam jiwa orang. Sebab itu
metodenya disebut maieutik. Socrates mencari kebenaran yang tetap dengan
tanya-jawab sana dan sini, yang kemudian dibulatkan dengan pengertian,
maka jalan yang ditempuhnya ialah metode induksi dan definisi. Kedua-
duanya itu bersangkut-paut. Induksi yang menjadi metode Socrates ialah
memperbandingkan secara kritis. Ia tidak berusaha mencapai dengan
contoh dan persamaan, dan diuji pula dengan saksi dan lawan saksi.
Pada titik waktu ini dalam sejarah filsafat muncullah salah seorang pemikir
besar kuno (470-399 SM) yang mana gagasan-gagasan filosofisnya dan
metode pengajarannya ditunjukan untuk mempengaruhi secara mendalam
dan abadi terhadap teori dan praktik pendidikan diseluruh dunia Barat.
Socrates yang dilahirkan di Athena, is adalah putra seorang pemahat dan
seorang bidan yang hanya sedikit dikenal kecuali nama mereka, yaitu
Sophonicus dan Phaenarete (Smith, 1986: 19).
Socrates mengajar bahwa akal budi harus menjadi norma terpenting
untuk tindakan kita. Socrates  memulai filsafatnya dengan bertitik tolak dari
pengalaman keseharian dan kehidupan kongkret. Perbedaannya terletak
pada penolakan Socrates terhadap relatifisme (pandangan yg berpendapat
bahwa kebenaran tergantung pada manusia) yg pada umumnya dianut para
sofis. Menurut Socrates tidak benar bahwa yg baik itu baik bagi warga Athena
dan lain bagi warga negara Sparta. Yang baik mempunyai nilai yg sama bagi
semua manusia dan harus dijunjung tinggi oleh semua orang.
Pendiriannya yg terkenal adalah pandangannya yg menyatakan bahwa
keutamaan (arete) adalah pengetahuan, pandangan ini kadang-kadang
disebut intelektualisme etis. Dengan demikian Socrates menciptakan suatu
etika yg berlaku bagi semua manusia. Sedangkan ilmu pengetahuan Socrates
menemukan metode induksi dan memperkenalkan definisi-definisi umum.
Akibat pandangannya ini Socrates dihukum mati.

2) Plato (428-348 SM)

Plato adalah murid Socrates yang


paling terkemuka yang sepenuhnya
menyerap ajaran-ajaran pendidikan
besar itu, kemudian mengembangkan
sistem filsafatnya sendiri secara lengkap.
la mendirikan akademi, suatu pusat untuk studi. Plato, dilahirkan dalam
keluarga Aristokrasi yang kaya (mungkin di Athena disekitar tahun 427 SM).

Plato kehilangan ayahnya Ariston, mengaku keturunan dari Codus


yang pernah berkuasa abad ke-7 SM sebagai raja terakhir dari Athena. Ibu
Plato Perictions adalah keturunan keluarga Solon, seorang pembuat
undang-undang, penyair, memimpin militer dari kaum ningrat dan pendiri dari
demokrasi Athena terkemuka (Smith, 1986: 29).

Ada tiga ajaran pokok dari Plato yaitu tentang ide, jiwa dan proses
mengenal. Menurut Plato realitas terbagi menjadi dua yaitu inderawi yg selalu
berubah dan dunia ide yg tidak pernah berubah. Ide merupakan sesuatu yg
obyektif, tidak diciptakan oleh pikiran dan justru sebaliknya pikiran tergantung
pada ide-ide tersebut. Ide-ide berhubungan dengan dunia melalui tiga cara;
Ide hadir didalam benda, ide-ide berpartisipasi dalam konkret dan ide
merupakan model atau contoh (paradigma) bagi benda konkret. Pembagian
dunia ini pada gilirannya juga memberikan dua pengenalan. pertama
pengenalan tentang ide; inilah pengenalan yg sebenarnya. Pengenalan yg
dapat dicapai oleh rasio ini disebut episteme (pengetahuan) dan bersifat
teguh, jelas, dan tidak berubah. Dengan demikian Plato menolak relatifisme
kaum sofis. Kedua, pengenalan tentang benda-benda disebut doxa
(pendapat) dan bersifat tidak tetap dan tidak pasti; pengenalan ini dapat
dicapai dengan panca indera. Dengan dua dunianya ini juga Plato bisa
mendamaikan persoalan besar filsafat pra-socratic yaitu pandangan panta
rhei-nya Herakleitos dan pandangan yg ada-ada-nya Parmenides. Keduanya
benar, dunia inderawi memang selalu berubah sedangkan dunia ide tidak
pernah berubah dan abadi.

3) Aristoteles (384-322 S.M )


Aristoteles dilahirkan di kota Stagira, kota di wilayah Chalcidice, Thracia,
Macedonia tengah tahun 384 SM. Ayahnya yang benama Nicomacus adalah
seorang tabib pribadi Raja Amyntas III dari Macedonia. Ayahnya meninggal
ketika Aristoteles berusia 15 tahun. Karena itu, ia kemudian di asuh oleh
pamannya yang bernama Proxenus. Pada usia 17 tahun, Aristoteles pergi ke
Athena balajar di Akademi Plato dan menjadi murid Plato. Kemudian ia
diangkat menjadi seorang guru selama 20 tahun di akademi tersebut. Di
bawah asuhan Plato dia menanamkan minat dalam hal spekulasi filosofis.
Aristoteles merupakan orang pertama di dunia yang dapat membuktikan
bahwa bumi bulat. Pembuktian yang dilakukannya dengan jalan melihat
gerhana. Sepuluh jenis kata yang dikenal orang saat ini dengan kata benda,
kata sifat, kata benda dan sebagainya, merupakan pembagian kata menurut
pemikirannya.
Dengan meninggalya Plato pada tahun 347 SM, Aristoteles
meninggalkan Athena dan mengembara selama 12 tahun. Dalam jenjang
waktu itu ia mendirikan akademi di Assus dan menikah dengan Phytias yang
tak lama kemudian meninggal. Ia lalu menikah lagi denga Herpyllis yang
kemudian memberikan ia seorang anak laki-laki yang akhirnya ia beri nama
Nicomacus seperti ayahnya. Pada tahun-tahun berikutnya ia juga mendirikan
akademi di Mytilele. Saat itulah ia sempat menjadi guru Alexander Agung
selama tiga tahun.
Di tahun 335 SM, sesudah Alexander naik tahta kerajaan, Aristoteles
kembali ke Athena dan mendirikan semacam akademi di Lyceum. Di sinilah
selama 12 tahun ia memberikan kuliah, berpikir, mengadakan riset dan
experimen serta membuat catatan-catatan dengan tekun dan cermat. Dalam
masa kepemimpinannya Alexander Agung tidak meminta nasehat kepada
bekas gurunya, tetapi ia berbaik hati menyediakan dana bagi Aristoteles
untuk melakukan riset dan experimen. Hal ini mungkin menjadi contoh
pertama dalam sejarah seorang ilmuan menerima jumlah dana yang besar
dari pemerintah untuk maksud penelitian atau penyelidikan.
Walaupun begitu, hubungan Aristoteles dengan Alexander Agung
diliputi oleh berbagai macam polemik. Aristoteles menolak secara prinsipil
cara kediktatoran Alexander, apalagi ketika Alexander menghukum mati
sepupu Aristoteles dengan tuduhan pengkhianatan. Alexander memandang
Aristoteles terlalu demokratis hingga ia memiliki fikiran untuk membunuhnya
pula. Tetapi Aristoteles memiliki hubungan yang erat dengannya dan sangat
dipercaya oleh orang-orang Athena, sehingga Alexander mengurungkan
niatnya. Kemudian Alexander meninggal pada tahun 323 SM dan golongan
anti Macedonia memegang tampuk kekuasaan di Athena.
Aristoteles didakwa kurang ajar kepada dewa dikarenakan penelitian-
penelitian yang ia lakukan. Kerena takut di bunuh orang Yunani yang
membenci pengikut Alexander, Aristoteles akhirnya melarikan diri ke Chalcis.
Satu tahun setelah pelariannya ke kota itu, tepat pada tahun 322 SM,
Aristoteles meninggal pada usia 62 tahun.

Pemikiran Filsafat Menurut Aristoteles

Menurut Aristoteles filsafat ilmu adalah sebab dan asas segala benda. Filsafat
ilmu merupakan ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran yang terkandung di
dalamnya ilmuilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik dan estetika.
Oleh karena itu, ia menamakan filsafat sebagai Theologi. Filsafat sebagai refleksi
dari pemikiran sistematis manusia atas realitas dan sekitarnya, tidak berdiri sendiri
dan tidak tumbuh di tempat atau ruang yang kosong. Lingkungan keluarga, sosial
alam dan potensi diri akan ikut mempengaruhi seseorang dalam melakukan refleksi
filosofis. Oloh karenanya, dalam sejarah pemikiran manusia terdapat tokoh pemikir
ataupun filosof yang selalu saja muncul dari zaman ke zaman dengan tema yang
berbeda-beda.

Pembagian Filsafat Menurut Aritoteles

1. Logika

Penemuan Aristoteles yang terbesar dalam bidang logika adalah silogisme


(syllogimos). Silogisme maksudnya uraian berkunci, yaitu menarik kesimpulan
dari kenyataan yang umum atas hal yang khusus dan dapat digunakan dalam
menarikkesimpulan yang baru dan tepat dari dua kebenaran yang telah ada.
Sebagai contoh ada dua pernyataan:

 Setiap manusia pasti akan mati


 Dia adalah manusia

Maka dapat di tarik kesimpulan bahwa dia pasti akan mati.Menurut


Aristoteles, pengetahuan baru dapat dihasilkan melalui dua cara yaitu induksi
dan deduksi. Induksi yaitu bertolak dari kasus-kasus yang khusus
menghasilkan pengetahuan tentang yang umum. Sedangkan deduksi bertolak
dari dua kasus yang tidak disangsikan dan atas dasar itu menyimpulkan
kebenaran yang ke tiga.Cara deduksi inilah yang di sebut silogisme. Induksi
tergantung pada pengetahuan indrawi senngakan deduksi atau silogisme
sama sekali lepas dari pegetahuan indrawi.Itulah sebabnya mengapa
Aristoteles menganggap deduksi sebagai cara sempurna menuju
pengetahuan baru.

2. Filosofia teoritika

a. Fisika: yaitu tentang dunia materiil (ilmu alam dan sebagainya).


Kosmos terdiri dari dua wilayah yang sifatnya berbeda. Wilayah
sublunar di bawah bulan, maksudnya bumi dan wilayah yang meliputi
bulan, planet dan bintang. Aritoteles beranggapan bahwa jagat raya
terbatas, berbentuk bola dan jagat raya tidak mempunyai permulaan
dlam waktu dan tidak mempunyai akhir (kekal). Sedangkan bumi dan
isinya terdiri dari empat unsur: api, udara, tanah dan air. Sedangkan
selain bumi hanya terdiri dari satu unsur yaitu aether. Penggerak
pertama adalah yang tidak di gerakkan.

Beberapa pembagian penting untuk memahami pemikiran Aristoteles:

1) Doktrin tentang substansi dan aksiden, benda dan bentuk


Substansi adalah hal pertama dan fundamental dari setiap benda
dan kategori. Substansi merupakan kategori pertama dan
fundamental yang membedakannya dengan kategori-kategori
lainnya yang merupakan aksidennya saja. Misalkan kita ambil
contoh sebuah meja. Meja adalah substansinya sedangkan warna
hijaunya, untuk makan, dll adalah aksidentnya saja. Jadi bisa
dikatakan substansi adalah apa yang membuat benda itu adalah
totalitas benda itu sedangkan aksidentnya adalah apa yang
membuat benda itu sebagai benda particular; meja adalah
ketotalan dari meja sedangkan warna hijau, untuk makan adalah
kepartikularan benda itu.
2) Konsep gerak

Konsep Gerak termasuk konsep yang penting dalam pemikiran


Aristoteles.Gerak ini juga menandakan perubahan dari potensial ke
actual. Di sini perubahan itu tidak menjadi hal yang penting; apakah
preubahan dari potensial ke aktual itu adalah pertumbuhan,
pembusukan, perubahan kualitas jumlah dan kualitas, atau pun
berubah tempat.

3) Konsep tetang elemen dan teori mixio

Selain soal gerak, hal penting lain dari Aristoteles yang menjadi
pegangan dari pemikiran barat pada kurun waktu yang lama
setelahnya adalah dokrin tentang empat elemen yang berasal dari
system pemikiran Empedokes dan bagaimana cara menemukan
keempat elemen itu dalam prinsip–prinsip yang sangat mendalam.
Keempat elemen ini mempunya kualitas-kualitasnya tertentu pula yakni
kualitas sentuhan, aktif, harus berpasang-pasangan dalam oposisinya.
Aristoteles menunjukan delapan pasangan yang mempunya kualitas
haptic yang kontras satu sama lain: panas-dingin, kerng-lembab, berat-
ringan, jarangpadat, lembut-keras, kasar-halus, rapuh-tabah. Dan
elemen dari material dunia ditandai oleh empat kemungkinan
kombinasi dari dua haptic aktif kualitas (prima quialitates): tanah
(kering dan dingin), air (dingin dan lembab), udara (lembab dan
panas), api (panas dan kering). Segala material alam di dunia ini
mengandung paling sedikit dua dari keempat elemen ini.

4) Gerak natural dan gerak dipaksa

Setiap gerakan digerakan oleh sesuatu yang lainnya. Ini


merupakan aksioma yang mendasari Fisika Aristotelian. Gerak sendiri
merupakan sesuatu yang sangat menjadi perhatian Aristoteles.
Misalnya dalam De Anima sendiri Aristoteles sudah membicarakan
soal gerak. Setiap benda yang bergerak selalu diakibatkan oleh
penggerak yang lainnya yang bisa juga sedang bergerak atau juga
diam.

b. Matematika: yaitu tentang barang yang menurut kuantiasnya.


Aristoteles berprinsip bahwa ketidakhinggaan hanya ada di dalam
konsep saja. Pemikiran ini kemudian menjadi perdebatan pada
generasi setelah beliau. Pemikiran Aristoteles yang terbesar dalam
matematika adalah tentang logika dan analisis. Aristoteles
berpendapat bahwa logika harus durapkan pada semua bidang ilmu,
termasuk matematika. Analisis diperlukan untuk membangun aksioma-
aksioma yang terdapat di dalam matematika. Dia menuliskan gagasan-
gagasannya tentang logika ini pada bukunya yang baru di temukan
ratusan tahun setelah kematian Aristoteles. Pada buku inilah gagasan
tentang silogisme dan pembuktian matematika diperkenalkan.

c. Metafisika: yaitu berpusat pada persoalan barang dan bentuk. Bentuk


dikemukakan sebagai pengganti pengertian dari Dunia Idea Plato
yang ditolaknya. Berbeda dengan plato yang memisahkan idea dan
kenyataan lahir, Aristoteles beranggapan bahwa bentuk ikut serta
memberikan kenyataan pada benda. Benda dan bentuk tak dapat
dipisahkan. Barang ialah materi yang tidak mempunyai bangun,
melainkan hanya substansi, maka bentuk adalah bangunnya. Sebagai
contoh pada pandangan plato, jiwa tidak dapat mati karena merupakan
sesuatu yang adikodrati berasal dari dunia ide. Plato berpendapat
bahwa jiwa itu bersifat kekal. Sedangkan menurut Aristoteles, jiwa dan
tbuh ibarat bentuk dan materi. Jiwa merupaka asas hidup yang
menjadikan tubuh memiliki kehidupan. Disadari Aristoteles, bahwa
tubuh bisa mati oleh sebab itu, maka jiwanya juga ikut mati.

Anda mungkin juga menyukai