Socrates bergaul dengan semua orang, tua dan muda, kaya dan
miskin. Ia seorang filosof dengan coraknya sendiri. Ajaran filosofinya
tak pernah dituliskannya, melainkan dilakukannya dengan
perbuatan, dengan cara hidup. Menurut kata teman-temannya:
Socrates demikian adilnya, sehingga ia tak pernah berlaku zalim. Ia
begitu pandai menguasai dirinya, sehingga ia tak pernah memuaskan
hawa nafsu dengan merugikan kepentingan umum. Ia demikian
cerdiknya, sehingga ia tak pernah khilaf dalam menimbang buruk
baik.
1) Metode Socrates
2) Etik Socrates
Budi ialah tahu, kata Socrates. Inilah inti sari daripada etiknya. Orang
yang berpengetahuan dengan sendirinya berbudi baik. Paham
etiknya itu kelanjutan daripada metodenya. Induksi dan definisi
menuju kepada pengetahuan yang berdasarkan pengertian. Dari
mengetahui beserta keinsafan moril tidak boleh tidak mesti timbul
budi.
Dari pandangan etik yang rasionil itu Socrates sampai kepada sikap
hidup, yang penuh dengan rasa keagamaan. Menurut keyakinannya,
menderita kezaliman lebih baik dari berbuat zalim. Sikap itu
diperlihatkannya, dengan kata dan perbuatan, dalam pembelaannya
di muka hakim. Socrates adalah orang yang percaya kepada Tuhan.
Alam ini teratur susunannya menurut ujud yang tertentu. Itu,
katanya, adalah tanda perbuatan Tuhan. Kepada Tuhan
dipercayakannya segala-galanya yang tak dapat diduga oleh otak
manusia. Jiwa manusia itu dipandangnya bagian daripada Tuhan
yang menyusun alam. Sering pula dikemukakannya, bahwa Tuhan itu
dirasai sebagai suara dari dalam, yang menjadi bimbingan baginya
dalam segala perbuatannya. Itulah yang disebutnya daimonion.
Bukan dia saja yang begitu, katanya. Semua orang dapat
mendengarkan suara daimonion itu dari dalam jiwanya, apabila ia
mau.
Juga dalam segi pandangan Socrates yang berisi keagamaan,
terdapat pengaruh paham rasionalisme. Semuanya itu menunjukkan
kebulatan ajarannya, yang menjadikan ia seorang filosof yang
terutama seluruh masa.[2]
Ajaran tentang Idea – Idea merupakan inti dan dasar seluruh filsafat
Plato. Idea yang dimaksudkan Plato di sini bukanlah suatu gagasan
yang terdapat dalam pemikiran saja yang bersifat subyektif belaka.
Bagi Plato Idea merupakan sesuatu yang obyektif, ada idea-idea,
terlepas dari subyek yang berfikir, Idea-idea tidak diciptakan oleh
pemikiran kita, tidak tergantung pada pemikiran, tetapi sebaliknya
pemikiranlah yang tergantung pada idea-idea. Justru karena adanya
idea-idea yang berdiri sendiri, pemikiran kita dimungkinkan.
Pemikiran itu tidak lain daripada menaruh perhatian kepada idea-
idea.
2) Etika Plato
3) Negara Ideal
Golongan atas ialah kelas perintah atau filosof. Mereka terpilih dari
paling cakap dan yang terbaik dari kelas penjaga, setelah menempuh
pendidikan dan pelatihan special untuk itu. Tugas mereka adalah
membuat undang-undang dan mengawasi pelaksanaannya. Mereka
memangku jabatan tertinggi.
1) Karya-karya Aristoteles
Berbagai macam cabang ilmu pengetahuan yang menjadi karya
Aristoteles bila diperinci terdiri dari delapan cabang yang meliputi
Logika, Filsafat Alam, Psikologi, Biologi, Metafisika, Etika Politik,
Ekonomi, Retorika dan Poetika.
a. Logika
b. Metafisika
c. Abstraksi
d. Politik
Tujuan negara.
Aristoteles dalam bukunya menyatakan “bahwa manusia menurut
kodratnya merupakan “Zoion Politikon”atau mahluk sosial yang
hidup dalam negara.
Rumah Tangga.
e. E t i k a
III. KESIMPULAN