Anda di halaman 1dari 9

TUGAS 1

“ RANGKUMAN”

METODE PRAKIRAAN BEBAN DAN TARIF LISTRIK”

Nama : Dodi Setiawan

Npm : 201820201031

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUSAMUS
MERAUKE
2021
UU NO 30 Tahun 2009

TENTANG KETENAGALISTRIKAN

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan memberikan pengertian


umum bahwa Ketenagalistrikan adalah segala sesuatu yang menyangkut penyediaan dan
pemanfaatan tenaga listrik serta usaha penunjang tenaga listrik. Sedangkan Tenaga listrik
adalah suatu bentuk energi sekunder yang dibangkitkan, ditransmisikan, dan didistribusikan
untuk segala macam keperluan, tetapi tidak meliputi listrik yang dipakai untuk komunikasi,
elektronika, atau isyarat.

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:
1. Ketenagalistrikan adalah segala sesuatu yang menyangkut penyediaan dan
pemanfaatan tenaga listrik serta usaha penunjang tenaga listrik.
2. Tenaga listrik adalah suatu bentuk energi sekunder yang dibangkitkan,
ditransmisikan, dan didistribusikan untuk segala macam keperluan, tetapi tidak
meliputi listrik yang dipakai untuk komunikasi, elektronika, atau isyarat.
3. Usaha penyediaan tenaga listrik adalah pengadaan tenaga listrik meliputi
pembangkitan, transmisi, distribusi, dan penjualan tenaga listrik kepada konsumen.
4. Pembangkitan tenaga listrik adalah kegiatan memproduksi tenaga listrik.
5. Transmisi tenaga listrik adalah penyaluran tenaga listrik dari pembangkitan ke sistem
distribusi atau ke konsumen, atau penyaluran tenaga listrik antarsistem.
6. Distribusi tenaga listrik adalah penyaluran tenaga listrik dari sistem transmisi atau
dari pembangkitan ke konsumen.
7. Konsumen adalah setiap orang atau badan yang membeli tenaga listrik dari pemegang
izin usaha penyediaan tenaga listrik.
8. Usaha penjualan tenaga listrik adalah kegiatan usaha penjualan tenaga listrik kepada
konsumen.
9. Rencana umum ketenagalistrikan adalah rencana pengembangan sistem penyediaan
tenaga listrik yang meliputi bidang pembangkitan, transmisi, dan distribusi tenaga
listrik yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan tenaga listrik.
10. Izin usaha penyediaan tenaga listrik adalah izin untuk melakukan usaha penyediaan
tenaga listrik untuk kepentingan umum.
11. Izin operasi adalah izin untuk melakukan penyediaan tenaga listrik untuk kepentingan
sendiri.
12. Wilayah usaha adalah wilayah yang ditetapkan Pemerintah sebagai tempat badan
usaha distribusi dan/atau penjualan tenaga listrik melakukan usaha penyediaan tenaga
listrik.
13. Ganti rugi hak atas tanah adalah penggantian atas pelepasan atau penyerahan hak atas
tanah berikut bangunan, tanaman, dan/atau benda lain yang terdapat di atas tanah
tersebut.
14. Kompensasi adalah pemberian sejumlah uang kepada pemegang hak atas tanah
berikut bangunan, tanaman, dan/atau benda lain yang terdapat di atas tanah tersebut
karena tanah tersebut digunakan secara tidak langsung untuk pembangunan
ketenagalistrikan tanpa dilakukan pelepasan atau penyerahan hak atas tanah.
15. Pemerintah Pusat, yang selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden Republik
Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintah negara Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
16. Pemerintah daerah adalah gubernur, bupati, atau walikota, dan perangkat daerah
sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah.
17. Menteri adalah menteri yang membidangi urusan ketenagalistrikan.
18. Setiap orang adalah orang perorangan atau badan baik yang berbadan hukum maupun
yang bukan berbadan hukum.

BAB X
Tarif Tenaga Listrik
Pasal 34
1. Pemerintah sesuai dengan kewenangannya menetapkan tarif tenaga listrik untuk
konsumen dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia.
2. Pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya menetapkan tarif tenaga listrik
untuk konsumen dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah berdasarkan
pedoman yang ditetapkan oleh Pemerintah.
3. Dalam hal pemerintah daerah tidak dapat menetapkan tarif tenaga listrik sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), Pemerintah menetapkan tarif tenaga listrik untuk daerah
tersebut dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia.
4. Tarif tenaga listrik untuk konsumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2),
dan ayat (3) ditetapkan dengan memperhatikan keseimbangan kepentingan nasional,
daerah, konsumen, dan pelaku usaha penyediaan tenaga listrik.
5. Tarif tenaga listrik untuk konsumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
dapat ditetapkan secara berbeda di setiap daerah dalam suatu wilayah usaha.
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG
TARIF TENAGA LISTRIK YANG DISEDIAKAN OLEH PERUSAHAAN PERSEROAN
(PERSERO) PT PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN
YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MEMUTUSKAN :

Menetapkan: PERATURAN PRESIDEN TENTANG TARIF TENAGA LISTRIK YANG


DISEDIAKAN OLEH PERUSAHAAN PERSEROAN

(PERSERO) PT PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA.

Pasal 1

Tarif Tenaga Listrik yang disediakan oleh Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perusahaan

Listrik Negara dinyatakan dalam Tarif Dasar Listrik berdasarkan Golongan Tarif Dasar

Listrik.

Pasal 2

Tarif Dasar Listrik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1, terdiri atas:

a. Tarif Dasar Listrik untuk keperluan Pelayanan Sosial, terdiri atas:

1. Golongan tarif untuk keperluan pemakaian sangat kecil pada tegangan rendah,

dengan daya 220 VA (S-1/TR);

2. Golongan tarif untuk keperluan pelayanan sosial kecil sampai dengan sedang pada

tegangan rendah, dengan daya 450 VA s.d. 200 kVA (S-2/TR);

3. Golongan tarif untuk keperluan pelayanan sosial besar pada tegangan menengah,

dengan daya di atas 200 kVA (S-3/TM),

sebagaimana tercantum dalam Lampiran I;

b. Tarif Dasar Listrik untuk keperluan Rumah Tangga, terdiri atas:

1. Golongan tarif untuk keperluan rumah tangga kecil pada tegangan rendah, dengan

daya 450 VA s.d. 2.200 VA (R-1/TR);

2. Golongan tarif untuk keperluan rumah tangga menengah pada tegangan rendah,

dengan daya 3.500 VA s.d. 5.500 VA (R-2/TR);

3. Golongan tarif untuk keperluan rumah tangga besar pada tegangan rendah,
dengan daya 6.600 VA ke atas (R-3/TR),

sebagaimana tercantum dalam Lampiran II;

c. Tarif Dasar Listrik untuk keperluan Bisnis, terdiri atas:

1. Golongan tarif untuk keperluan bisnis kecil pada tegangan rendah, dengan daya

450 VA s.d. 5.500 VA (B-1/TR);

2. Golongan tarif untuk keperluan bisnis menengah pada tegangan rendah, dengan

daya 6.600 VA s.d. 200 kVA (B-2/TR);

3. Golongan tarif untuk keperluan bisnis besar pada tegangan menengah, dengan

daya di atas 200 kVA (B-3/TM),

sebagaimana tercantum dalam Lampiran III;

d. Tarif Dasar Listrik untuk keperluan Industri, terdiri atas:

1. Golongan tarif untuk keperluan industri kecil/industri rumah tangga pada

tegangan rendah, dengan daya 450 VA s.d. 14 kVA (I-1/TR);

2. Golongan tarif untuk keperluan industri sedang pada tegangan rendah, dengan

daya di atas14 kVA s.d. 200 kVA (I-2/TR);

3. Golongan tarif untuk keperluan industri menengah pada tegangan menengah,

dengan daya di atas 200 kVA (I-3/TM);

4. Golongan tarif untuk keperluan industri besar pada tegangan tinggi, dengan daya 30.000
kVA ke atas (I-4/TT), sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV;

e. Tarif Dasar Listrik untuk keperluan Kantor Pemerintah dan Penerangan Jalan Umum,
terdiri atas:

1. Golongan tarif untuk keperluan kantor pemerintah kecil dan sedang pada tegangan rendah,
dengan daya 450 VA s.d. 200 kVA (P-1/TR);

2. Golongan tarif untuk keperluan kantor pemerintah besar pada tegangan menengah, dengan
daya di atas 200 kVA (P-2/TM);

3. Golongan tarif untuk keperluan penerangan jalan umum pada tegangan rendah (P3/TR),
sebagaimana tercantum dalam Lampiran V;

f. Tarif Dasar Listrik untuk keperluan Traksi pada tegangan menengah, dengan daya di

atas 200 kVA (T/TM) diperuntukkan bagi Perusahaan Perseroan (Persero) PT Kereta
Api Indonesia, sebagaimana tercantum dalam Lampiran VI;

g. Tarif Dasar Listrik untuk keperluan penjualan Curah (bulk) pada tegangan menengah,

dengan daya di atas 200 kVA (C/TM) diperuntukkan bagi Pemegang Izin Usaha

Penyediaan Tenaga Listrik, sebagaimana tercantum dalam Lampiran VII; dan

h. Tarif Dasar Listrik untuk keperluan Layanan Khusus pada tegangan rendah, tegangan

menengah, dan tegangan tinggi (L/TR,TM,TT), diperuntukkan hanya bagi pengguna

listrik yang memerlukan pelayanan dengan kualitas khusus dan yang karena berbagai

hal tidak termasuk dalam ketentuan golongan tarif Sosial, Rumah Tangga, Bisnis,

Industri, dan Pemerintah sebagaimana tercantum dalam Lampiran VIII; yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Presiden ini.

PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR 09


TAHUN 2011

TENTANG

KETENTUAN PELAKSANAAN TARIF TENAGA LlSTRIK YANG DISEDIAKAN


OlEH PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) PT PERUSAHAAN LlSTRIK
NEGARA

MEMUTUSKAN : PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL


TENTANG KETENTUAN PELAKSANAAN TARIF TENAGA LlSTRIK YANG
DISEDIAKAN OLEH PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) PT PERUSAHAAN
LlSTRIK NEGARA.

BAS I

KETENTUAN UMUM

Pasal1

Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan :

1. Tarif Listrik Reguler adalah tarif listrik yang dibayarkan setelah pemakaian tenaga
listrik oleh konsumen.

2. Tarif Listrik Prabayar adalah tarif listrik yang dibayarkan sebelum pemakaian
tenaga listrik oleh konsumen.
3. Biaya Penyambungan adalah biaya yang dibayar calon konsumen untuk memperoleh
penyambungan tenaga listrik,atau biaya yang dibayar oleh konsumen untuk
penambahan

daya.

4. Uang Jaminan Langganan adalah uang yang merupakan jaminan atas pemakaian
daya dan energi listrik selama menjadi konsumen.

5. Daya Tersambung adalah daya yang disepakati antara Perusahaan Perseroan


(Persero) PT Perusahaan Listrik Negara dengan konsumen yang dituangkan dalam
perjanjian jual beli tenaga listrik.

6. Daya Kedapatan adalah daya yang dihitung secara proporsional dan profesional
berdasarkan alat pembatas atau kemampuan hantar arus (KHA) suatu penghantar
yang dipergunakan oleh pemakai tenaga Iistrik yang kedapatan pada waktu
dilaksanakan

Penertiban Pemakaian Tenaga Listrik.

7. Menteri adalah Menteri yang membidangi urusan ketenagalistrikan.

8. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal yang tug as dan tanggung jawabnya di
bidang ke1enagalistrikan.

BAB II

TARIF LlSTRIK REGULER DAN TARIF LlSTRIK PRABAYAR

Pasal 2

(1) Tarif dasar listrik sebagaimana tercantum dalam Lampiran I sampai dengan Lampiran
VIII Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2011 terdiri atas : a. Tarif listrik reguler; dan b. Tarif
listrik prabayar.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan tarif listrik reguler dan tarif listrik prabayar
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Direksi Perusahaan Perseroan (Persero)
PT Perusahaan Listrik Negara.

BAB III BIAYA KELEBIHAN PEMAKAIAN DAYA REAKTIF DAN PENETAPAN


FAKTOR "K" Bagian Kesatu Biaya Kelebihan Pemakaian Daya Reaktif

Pasal 3

(1) Tarif Dasar Listrik sebagaimana tercantum dalam Lampiran I sampai dengan Lampiran
VIII Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2011 berlaku untuk pemakaian tenaga listrik dengan
faktor daya rata-rata setiap bulan sekurang-kurangnya 0,85 (delapan puluh lima per seratus).
(2) Dalam hal faktor daya rata-rata setiap bulan kurang dari 0,85 (delapan puluh lima per
seratus), maka terhadap beberapa golongan tarif tersebut dikenakan biaya kelebihan
pemakaian daya reaktif (kVArh) sebagaimana tercantum dalam Lampiran I, Lampiran III,
Lampiran IV, Lampiran V, Lampiran VI, dan Lampiran VII Peraturan Presiden Nomor 8
Tahun 2011.

(3) Biaya kelebihan pemakaian daya reaktif sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
diberlakukan apabila pemakaian kVArh yang tercatat dalam 1 (satu) bulan lebih tinggi dari
0,62 (enam puluh dua per seratus) jumlah kWh pad a bulan yang bersangkutan, sehingga
faktor daya (Cos q» rata-rata kurang dari 0,85 (delapan puluh lima per seratus).

KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

NOMOR : 2682 K/21/MEM/2008

TENTANG

RENCANA UMUM KETENAGALISTRIKAN NASIONAL 2008 s.d. 2027

BAB II

KEBIJAKAN SEKTOR KETENAGALISTRIKAN NASIONAL

2. KEBIJAKAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK

2.1 Penyelenggaraan

Tenaga listrik sebagai salah satu infrastruktur yang menyangkut hajat hidup orang
banyak, oleh karena itu maka penyediaan tenaga listrik harus dapat terjamin ketersediaannya
dalam jumlah yang cukup, harga yang wajar dan mutu yang baik. Dalam rangka terciptanya
industri ketenagalistrikan yang efektif, efisien, dan mandiri serta mewujudkan tujuan
pembangunan ketenagalistrikan, maka usaha penyediaan tenaga listrik berazaskan pada
peningkatan manfaat, keadilan, efisiensi, berkelanjutan, optimasi ekonomi, kemampuan
sendiri, usaha yang sehat, kelestarian fungsi lingkungan, keamanan dan keselamatan.
Penyediaan tenaga listrik dilakukan oleh negara dan diselenggarakan oleh BUMN yang
ditugasi untuk melaksanakan usaha penyediaan tenaga listrik. Agar tenaga listrik tersedia
dalam jumlah yang cukup dan merata dan untuk meningkatkan kemampuan negara sepanjang
tidak merugikan kepentingan negara maka dapat diberikan kesempatan seluas-luasnya kepada
koperasi dan badan usaha lainnya berdasarkan izin usaha ketenagalistrikan (Sesuai
UndangUndang Nomor 15 Tahun 1985 Izin usaha Ketenagalistrikan dapat meliputi jenis
usaha pembangkitan tenaga listrik, transmisi tenaga listrik, dan distribusi tenaga listrik).
Pemerintah mengalami keterbatasan finansial untuk pendanaan di sektor ketenagalistrikan
sehingga peran swasta masih sangat diharapkan, oleh karena itu maka berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 3 Tahun 2005 dan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2006 sebagai
perubahan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1989, dimungkinkan pembelian tenaga
listrik bagi PKUK dan PIUKU dari koperasi, BUMD, swasta, swadaya masyarakat, dan
perorangan setelah mendapat persetujuan Menteri, Gubernur, atau Bupati/Walikota sesuai
kewenangannya.7

2.2. Tarif

Kebijakan Pemerintah tentang tarif dasar listrik adalah bahwa tarif listrik secara
bertahap dan terencana diarahkan untuk mencapai nilai keekonomiannya sehingga tarif listrik
rata-rata dapat menutup biaya produksi yang dikeluarkan. Kebijakan ini diharapkan akan
dapat memberikan signal positif bagi investor dalam berinvestasi di sektor ketenagalistrikan.
Meskipun penetapan tarif dilakukan sesuai dengan nilai keekonomiannya, namun khusus
untuk pelanggan yang kurang mampu dengan mempertimbangkan kemampuan bayar
pelanggan maka subsidi untuk tarif listrik masih diberlakukan. Mengingat kemampuan
keuangan Pemerintah yang terbatas, maka subsidi akan lebih diarahkan langsung kepada
kelompok pelanggan kurang mampu dan atau untuk pembangunan daerah perdesaan dan
pembangunan daerah-daerah terpencil dengan mempertimbangkan atau memprioritaskan
perdesaan/daerah dan masyarakat yang sudah layak untuk mendapatkan listrik dalam rangka
menggerakkan ekonomi masyarakat. Kebijakan tarif listrik yang tidak seragam (non-uniform
tariff) dimungkinkan untuk diberlakukan di masa mendatang, hal ini berkaitan dengan
perbedaan perkembangan pembangunan ketenagalistrikan dari satu wilayah dengan wilayah
lainnya dan kemampuan bayar masyarakat yang berbeda. 3. KEBIJAKAN PEMANFAATAN
ENERGI PRIMER UNTU

Anda mungkin juga menyukai