Anda di halaman 1dari 13

BLOK BIOMATERIAL 1

Bahan Amalgam
Tutor : Tuti Alawiyah, drg, M.Pd

Disusun oleh:
Kelas B (Kelompok 1)
1. Diva Calista (202011024)
2. Muhammad Minanul Hanif (202011025)
3. Siti Mutmainah Salfadillah (202011026)
4. Muhammad Iqbal Latif (202011027)
5. Arini Tata Aulia (202011028)
6. Rafi Naufal Fernanda (202011029)
7. Sabrina Allya Zahra (202011030)
 
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA)
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah mata kuliah
Biomaterial tepat waktu. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terima kasih
atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan
baik materi maupun pikirannya sehingga terbentuklah makalah ini. Dengan
adanya makalah ini, kami berharap agar para pembaca mudah mengerti tentang
bahan amalgam. Selain itu, kami juga menyadari bahwa dalam tugas ini terdapat
kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk itu, kami
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yamg
membangun.

Demikian yang dapat kami sampaikan. Akhir kata, semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca.

Jakarta, 4 April 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

1.1 Latar Belakang..........................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................1

1.3 Tujuan........................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................2

2.1 Definisi Amalgam.................................Error: Reference source not found

2.2 Komposisi Amalgam.................................................................................2

2.3 Reaksi Pengerasan (Setting) pada Amalgam.............................................3

2.4 Sifat-sifat Bahan Amalgam......................................................................5

BAB III PENUTUP................................................................................................8

3.1 Rangkuman................................................................................................8

3.2 Saran..........................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Amalgam kedokteran gigi (dental amalgam) dibuat dengan cara
mencampurkan merkuri cair dengan zat-zat padat yang merupakan perpaduan dari
perak, timah, tembaga, dan kadang seng, paladium, indium, dan selenium.
Kombinasi dari logam padat tersebut disebut dengan amalgam alloy. Sangat
penting untuk dapat membedakan antara amalgam kedokteran gigi dan amalgam
alloy.(1)
Indikasi utama bahan restorasi amalgam adalah sebagai bahan tambal
posterior. Restorasi dental amalgam ini sangat baik karena secara teknik tidak
sensitif, dapat mempertahankan bentuk anatomi dari gigi, tidak mudah fraktur,
dan tahan lama.(1)
Bahan tambal amalgam dipergunakan sejak awal abad 19 dibuat dari
campuran koin perak Spanyol/Meksiko dengan air raksa. Standardisasi amalgam
merupakan standardisasi pertama yang dibuat American Dental Association
(ADA) tahun 1919, sehingga disebut ADA Spefications No.1.(1)

1.2 Rumusan Masalah


2.1 Apa definisi amalgam?
2.2 Apa saja komposisi amalgam?
2.3 Bagaimana reaksi pengerasan (setting) pada amalgam?
2.4 Apa saja sifat-sifat bahan amalgam?

1.3 Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk membahas dan memperdalam tentang bahan
amalgam.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Amalgam


Amalgam merupakan campuran dari dua atau beberapa logam (alloy) yang
salah satunya adalah merkuri. Kata amalgam juga didefenisikan untuk
menggambarkan kombinasi atau campuran dari beberapa bahan seperti merkuri,
perak, timah, tembaga, dan lainnya. Dental amalgam sendiri adalah kombinasi
alloy dengan merkuri melalui suatu proses yang disebut amalgamasi. Ketika
powder alloy dan liquid merkuri dicampur, terjadi suatu reaksi kimia yang
menghasilkan dental amalgam yang berbentuk bahan restorasi keras dengan warna
perak abu – abu.(2)

2.2 Komposisi Amalgam


Amalgam adalah salah satu bahan restorasi gigi yang sering digunakan. Lebih
dari 150 tahun amalgam digunakan sebagai bahan restorasi karena sifatnya yang
sangat kuat dan tahan lama didalam rongga mulut. Menurut American Dental
Association (ADA) no.1 mengharuskan agar logam campur amalgam mempunyai
bahan utama perak dan timah dan unsur-unsur lain seperti tembaga, seng, merkuri,
emas dengan konsentrasi yang kurang dari besar konsentrasi timah dan perak.
Penambahan material tersebut kedalam bahan campur amalgam bertujuan untuk
meningkatkan sifat fisik dan mekanik dari restorasi amalgam. Konsentrasi perak
dalam logam campur amalgam adalah 40%-70% dan timah 12%-30%, tembaga
kurang dari 12%-24%, paladium 0,5%, indium 1% dan seng sampai dengan 1%.
Kandungan logam tersebut memiliki fungsi tersendiri;(3)
A. kandungan perak dalam logam campur amalgam berfungsi untuk
menigkatkan kekuatan amalgam, menurunkan creep, dan
memperbesar reaktivitas logam campur dengan merkuri. kandungan
timah berperan dalam meningkatkan reaktivitas dan korosi, namun

2
dapat menurunkan kekuatan dan kekerasan. selain itu, pula
kandungan tembaga dalam logam campur amalgam berfungsi untuk
menaikan kekuatan, ekpansi dan kekerasan serta dapat menurunkan
creep.(3)
B. Zink berfungsi untuk meningkatkan plastisitas, kekuatan serta mampu
menurunkan creep.(3)
C. Merkuri berfungsi untuk memberikan kelembapan terhadap logam
campur amalgam.(3)
D. Beberapa peneliti berpendapat bahwa indium yang terkandung
berfungsi untuk pengurangan creep dan meningkatkan kekuatan
terhadap tekanan mastikasi, sedangkan kandungan paladium berperan
dalam proses pencegahan korosi. Untuk mendapatkan amalgam,
merkuri dicampur dengan bubuk dari logam campur amalgam dengan
prosedur pencapuran yang disebut triturasi. Produk dari triturasi ini
adalah merupakan suatu masa plastis. Selama proses triturasi, merkuri
akan melarutkan partikel logam campur untuk membentuk fase yang
baru. Fase baru yang terbentuk cenderung memiliki titik cair diatas
temperatur normal di dalam rongga mulut. Cara manipulasi logam
campur amalgam dengan merkuri sangat mempengaruhi sifat fisik
dan kimiawi dari amalgam. Hal ini merupakan kunci dari
keberhasilan dalam melakukan restorasi.(3)

2.3 Reaksi Pengerasan (Setting) pada Amalgam


Reaksi yang terjadi jika bubuk alloy dan merkuri dicampur adalah kompleks.
Merkuri berdifusi ke dalam partikel-partikel alloy; hanya sangat sedikit partikel-
partikel alloy yang menjadi terlarutkan secara sempurna di dalam merkuri.
Struktur lapisan permukaan dari alloy menjadi rusak, dan unsur-unsur utama
metal tersebut mengalami proses amalgamasi dengan merkuri. Produk-produk
dari rekasi ini mengkristal membentuk fasa-fasa baru amalgam yang mengeras.
Sejumlah tertentu dari alloy awal ini tetap tidak bereaksi pada saat
penyempurnaan pengerasan. Struktur material yang mengeras ini sebagai halnya

3
inti-inti dari partikel alloy yang tidak bereaksi dan tetap tertanam dalam suatu
matriks dari produk-produk yang bereaksi ini.(4)
Dalam istilah sederhana, reaksi untuk alloy amalgam konvensional dapat
diberikan sebagai persamaan yang tidak seimbang ini:(4)

Ag3Sn + Hg → Ag2Hg3 + SnxHg + Ag3Sn


atau
γ + Hg → γ1 + γ2 + γ

Produk reaksi primer adalah dalam fasa perak-merkuri (fasa γ1) san suatu
masa timah-merkuri (fasa γ2). Fasa γ2 mempunyai struktur yang agak tidak tepat
serta nilai x dalam formula SnxHg bervariasi dalam kisaran tujuh hingga delapan.
Persamaan ini menekankan kenyataan bahwa sejumlah tertentu dari alloy yang
tidak mendapat perlakuan (fasa γ) tetap tidak digunakan.(4)
Untuk alloy yang diperkaya dengan tembaga reaksinya diwakili oleh:(4)

Ag3Sn + Cu + Hg → Ag2Hg3 + Cu6Sn5 + Ag3Sn


atau
γ + Cu + Hg → γ1 + Cu6Sn5 + γ

Perbedaan penting antara reaksi di atas dan reaksi untuk alloy konvensional
adalah penggantian timah-merkuri, fasa γ2 dalam reaksi produk dengan suatu fasa
tembaga-timah. Fsa tembaga-timah dapat berada dalam bentuk Cu6Sn5 (fasa η)
atau Cu3Sn (fasa ε), tergantung pada formulasi yang tepat pada aloi. Dalam setiap
kasus, eliminasi atau pembuangan fasa γ2 mempunyai pengaruh nyata terhadap
sifat material yang mengeras (set matrial).(4)
Dalam hal modifikasi-penyebaran, material yang diperkaya dengan tembaga,
dipercaya bahwa partikel dari aloi berbentuk potongan bilah Panjang yang
konvensional, pada keadaan awalnya bereaksi untuk membentuk fasa fasa γ 1 dan
γ2. Fasa γ2 kemudian bereaksi dengan tembaga dari lingkungan yutektik perak-
tembaga untuk membentuk fase tembaga-timah. Jadi, dalam material ini, fasa γ 2

4
berada sebagai suatu produk dari reaksi intermediate atau perantara dalam jangka
waktu pendek selama proses pengerasan. Kecepatan reaksinya cukup lambat serta
kadang hingga beberapa hari atau bahkan beberapa minggu untuk mencapai
kesempurnaanya. Keadaan tergambarkan dalam kecepatan perkembangan sifat
mekanikanya.(4)

2.4 Sifat-sifat Bahan Amalgam


Sifat amalgam yang secara klinis relevan termasuk kekuatan, perubahan
dimensi, creep, noda, dan korosi yang akan dibahas sebagai berikut:(5)

A. Kekuatan

Kekuatan amalgam harus tahan terhadap gaya mekanis oral. Kekuatan yang
tidak mencukupi dapat menyebabkan fraktur curah atau fraktur marginal yang
membutuhkan penggantian. Ketika restorasi amalgam dikenakan gaya oklusal
dalam pelayanan, baik tekanan tekan maupun tarik menghasilkan di dalam
restorasi amalgam. Jika tekanan tersebut melebihi kekuatan tekan atau tarik
amalgam, maka restorasi patah. Kekuatan tarik untuk amalgam adalah sekitar
12,5% dari kekuatan tekan pada 1 hari dan oleh karena itu, merupakan parameter
klinis yang penting untuk dipertimbangkan karena lebih lemah. Kekuatan tarik
amalgam pada 1 hari kira-kira sama dengan dentin manusia.(5)

B. Perubahan Dimensi

Idealnya, amalgam yang baru dicampur tidak akan mengembang atau


mengerut saat mengeras setelah dipadatkan ke dalam preparasi rongga. Ekspansi
dapat mengakibatkan sensitivitas pasca penempatan atau bahkan penonjolan dari
rongga, sedangkan kontraksi akan meninggalkan celah antara restorasi dan gigi
yang rentan terhadap kebocoran dan pembusukan berulang. Kontraksi bersih atau
perluasan amalgam selama pengaturan didefinisikan sebagai perubahan dimensi.
Perubahan dimensi negatif jika amalgam berkontraksi dan positif jika
mengembang selama pengaturan. Secara umum, sebagian besar amalgam

5
mengembang atau berkontraksi hanya sedikit selama pengaturan, tetapi ANSI /
ADA mensyaratkan bahwa perubahan dimensi tidak lebih dari 20 μm / cm
(ekspansi atau kontraksi).(5)

C. Creep

Kekuatan mengunyah berulang yang diterapkan pada restorasi amalgam dari


waktu ke waktu menyebabkan amalgam merayap. Secara klinis, creep tinggi
dikaitkan dengan kerusakan pada margin restorasi karena margin tipis secara
bertahap “meregang” di luar batasnya yang pada akhirnya menyebabkan
kegagalan klinis. Amalgam tembaga tinggi memiliki nilai creep jauh di bawah
amalgam rendah tembaga lama. Amalgam rendah tembaga memiliki lebih banyak
kerusakan pada margin dibandingkan amalgam tinggi tembaga selama periode
layanan yang sama. Lebih dari properti lainnya, berkurangnya creep amalgam
high-copper menyebabkan dominasi mereka dalam restorasi amalgam gigi di
tahun 1970-an dan hilangnya amalgam low-copper secara virtual dari pasaran.(5)

D. Noda dan Korosi

Tarnish merupakan fenomena permukaan yang dapat mengakibatkan


perubahan warna restorasi. Dengan noda, reaksi kimia antara amalgam dan rongga
mulut terbatas pada permukaan amalgam. Korosi terjadi akibat reaksi kimia yang
menembus ke dalam badan amalgam. Meskipun noda mungkin tidak diinginkan
secara estetika, hal itu tidak akan sering menyebabkan kegagalan pemulihan.
Korosi, di sisi lain, pada akhirnya menyebabkan kegagalan restorasi. Noda dan
korosi lebih banyak terjadi pada amalgam dengan permukaan kasar. Jadi,
amalgam yang dipoles dengan baik membatasi masalah ini.(5)

Tabel . Sifat amalgam dan penggunaan klinisnya.(5)

6
7
BAB III

PENUTUP

3.1 Rangkuman
Amalgam merupakan campuran dari dua atau beberapa logam (alloy) yang
salah satunya adalah merkuri. Dental amalgam sendiri adalah kombinasi alloy
dengan merkuri melalui suatu proses yang disebut amalgamasi. Ketika powder
alloy dan liquid merkuri dicampur, terjadi suatu reaksi kimia yang menghasilkan
dental amalgam yang berbentuk bahan restorasi keras dengan warna perak abu –
abu.(2)

Menurut American Dental Association (ADA) no.1 mengharuskan agar


logam campur amalgam mempunyai bahan utama perak dan timah dan unsur-
unsur lain seperti tembaga, seng, merkuri, emas dengan konsentrasi yang kurang
dari besar konsentrasi timah dan perak. Penambahan material tersebut kedalam
bahan campur amalgam bertujuan untuk meningkatkan sifat fisik dan mekanik
dari restorasi amalgam. Konsentrasi perak dalam logam campur amalgam adalah
40%-70% dan timah 12%-30%, tembaga kurang dari 12%-24%, paladium 0,5%,
indium 1% dan seng sampai dengan 1%. Amalgam memiliki sifat sebagi berikut:
kekuatan, perubahan dimensi, creep, noda, dan korosi.(3,5)
Reaksi yang terjadi jika bubuk alloy dan merkuri dicampur adalah kompleks.
Merkuri berdifusi ke dalam partikel-partikel alloy; hanya sangat sedikit partikel-
partikel alloy yang menjadi terlarutkan secara sempurna di dalam merkuri.
Struktur lapisan permukaan dari alloy menjadi rusak, dan unsur-unsur utama
metal tersebut mengalami proses amalgamasi dengan merkuri. Produk-produk
dari rekasi ini mengkristal membentuk fasa-fasa baru amalgam yang mengeras.
Sejumlah tertentu dari alloy awal ini tetap tidak bereaksi pada saat
penyempurnaan pengerasan. Struktur material yang mengeras ini sebagai halnya
inti-inti dari partikel alloy yang tidak bereaksi dan tetap tertanam dalam suatu
matriks dari produk-produk yang bereaksi ini.(4)

8
3.2 Saran
Makalah ini kami buat untuk memberikan informasi tentang bahan amalgam.
Makalah ini pun masih sangat sederhana. Oleh sebab itu, kritik dan saran sangat
diterima demi menyempurnakan makalah ini.

9
DAFTAR PUSTAKA

1. Siti Sulastri. Dental Material: Bahan Ajar Keperawatan Gigi. Jakarta:


Indo.Kemkes.BPPSDM, 2017, 158 p.
2. Baum, Philips, Lund. 1997. Buku Ajar Ilmu Konservasi Gigi. Jakarta :
EGC.
3. Annusavice, Kenneth J. 2003. Buku Ajar Ilmu Biomaterial Kedokteran
Gigi. Jakarta: EGC.
4. Mc. Cabe, John F. & Walls, Angus W.G, Bahan Kedokteran Gigi. Edisi
9. Jakarta: EGC, 2014: 256-257.
5. Powers JM, Wataha JC. Dental Materials: Foundations and Applications,
11th Ed. Missouri: Elsevier. 2017: 61-65.

10

Anda mungkin juga menyukai