TINJAUAN PUSTAKA
2. 1 Konsep Persalinan
2. 1.1 Definisi
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah
cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalanlain dengan
bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri). Proses ini dimulai dengan adanya kontraksi
persalinan sejati, yang ditandai dengan perubahan serviks secara progresif dan diakhiri dengan
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu.
Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37
minggu) tanpa disertai adanya penyulit. Persalinan di mulai sejak uterus berkontraksi dan
menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya
2. 1.2 Penyebab
Selama kehamilan, didalam tubuh perempuan terdapat dua hormon yang dominan yaitu
esterogen dan progesteron. Hormon esterogen berfungsi untuk meningkatkan sensitivitas otot
rahim serta memudahkan penerimaan rangsangan dari luar seperti rangsangan oksitosin,
sensitivitas otot rahim, menghambat rangsangan dari luar seperti rangsangan oksitosin,
prostaglandin dan mekanis serta menyebabkan otot rahim dan otot polos relaksasi (Sulistyawati,
dkk, 2013).
Beberapa teori yang dapat menyebabkan persalinan menurut Rohani (2013) sebagai
berikut :
1) Teori Keregangan
Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu. Setelah batas
waktu tersebut terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat dimulai. Keadaan uterus
terus membesar dan menjadi tegang yang mengakibatkan iskemia otot-otot uterus.
terhadap oksitosin. Akibatnya, otot rahim mulai berkontraksi setelah tercapai tingkat
esterogen dan progesteron dapat mengubah sensitivitas otot rahim sehingga sering
dimulai.
4) Teori Prostaglandin
kepala bayi sudah masuk ke dalam pintu atas paggul (PAP). Berikut adalah tanda-tanda
depan, sifatnya teratur, interval lebih pedek, dan kekuatan makin besar, serta
perubahan pada serviks yang akan menimbulkan pendataran dan pembukaan. Hal
tersebut menyebabkan lendir yang terdapat pada kanalis servikalis lepas dan pembuluh
3) Pada beberapa kasus persalinan akan terjadi pecah ketuban. Sebagian besar, keadaan ini
terjadi menjelang pembukaan lengkap. Setelah adanya pecah ketuban, diharapkan proses
4) Hasil-hasil yang didapatkan dari pemeriksaan dalam yakni pelunakan serviks, pendataran
1) Kala I
Kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan 0-10 cm atau
pembukaan lengkap. Proses ini terjadi dua fase yakni fase laten selama 8 jam dimana
serviks membuka sampai 3 cm dan fase aktif selama 7 jam dimana serviks membuka
dari 3-10 cm. Kontraksi lebih kuat dan sering terjadi salama fase aktif. Pada permulaan
his kala pembukaan berlangsung tidak begitu kuat sehingga parturientatau ibu yang
2) Kala II
Kala II merupakan kala pengeluaran bayi dimulai dari pembukaan lengkap sampai bayi
lahir. Uterus dengan kekuatan hisnya ditambah kekuatan meneran akan mendorong
bayi hingga lahir. Proses ini biasanya berlangsung 2 jam pada primigravida dan 1 jam
dalam untuk memastikan pembukaan sudah lengkap dan kepala janin sudah tampak di
vulva dengan diameter 5-6 cm (Sulistyawati, 2013 ). Gejala utama kala II menurut
a. His semakian kuat dengan interval 2 sampai 3 menit dengan durasi 50 sampai 100
detik.
secara mendadak.
d. Kedua kekuatan his dan mengejan lebih mendorong kepala bayi sehingga kepala
seluruhnya.
e. Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putar paksi luar, yaitu penyesuaian kepala
pada punggung.
f. Setelah putar paksi luar berlangsung maka persalinan bayi ditolong dengan dengan
cara memegang kepala pada os occiput dan di bawah dagu, kemudian ditarik
dengan mengunakan cunam ke bawah untuk melahirkan bahu depan dan ke atas
untuk melahirkan bahu belakang. Setelah kedua bahu lahir ketiak dikait untuk
melahirkan sisa badan bayi, kemudian bayilahir diikuti oleh sisa air ketuban.
3) Kala III
Kala III adalah waktu untuk pelepasan plasenta dan pengeluaran plasenta. Setelah kala
II yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit, kontraksi uterus berhenti sekitar 5
sampai 10 menit. Dengan lahirnya bayi dan proses retraksi uterus, maka plasenta lepas
d. Terjadi perdarahan : Plasenta dan selaput ketuban harus diperiksa secara teliti
setelah dilahirkan, bagian plasenta lengkap atau tidak. Bagian permukaan maternal
yang normal memiliki 6 sampai 20 kotiledon. Jika plasenta tidak lengkap maka
disebut ada sisa plasenta serta dapat mengakibatkan perdarahan yang banyak dan
Kala IV dimulai dari lahirnya plasenta selama 1 sampai 2 jam. Pada kala IV dilakukan
a. Tingkat kesadaranpasien.
c. Kontraksi uterus.
berikut:
Kekuatan yang mendorong janin dalam persalinan adalah his, kontraksi otot-otot perut,
kontraksi diafragma, dan aksidari ligamen. Kekuatan primer yang diperlukan dalam
persalinan adalah his, sedangkan sebagai kekuatan sekundernya adalah tenaga meneran
ibu.His atau kontraksi uterus adalah kontraksi otot-otot rahim pada persalinan.His
dibedakan menjadi dua yakni his pendahuluan dan his persalinan. His pendahuluan
atau his palsu (false labor pains), yang sebetulnya hanya merupakan peningkatan dari
kontraksi braxton hicks.His ini bersifat tidak teratur dan menyebabkan nyeri di perut
bagian bawah dan lipat paha, tidak menyebabkan nyeri yang memancar daripinggang
ke perut bagian bawah. His pendahuluan tidak mempunyai pengaruh terhadap serviks.
rahim bersifat otonom yang artinya tidak dipengaruhi oleh kemauan,namun dapat
dipengarui dari luar misalnya rangsangan oleh jari-jari tangan (Rohani, 2013).
Tenaga meneran ini serupa dengan tenaga meneran saat buang air besar, tetapi jauh
lebih kuat lagi. Ketika kepala sampai pada dasar panggul, timbul suatu reflek yang
menambah kekuatan kontraksi uterus. Pada saat pasien meneran, diafragma dan otot-
otot dinding abdomen akan berkontraksi. Kombinasi antara his dan tenaga meneran
keluar.
b. Passage(Jalan Lahir)
Jalan lahir terdiri dari panggul ibu yakni bagian tulang yang padat, dasar panggul,
vagina, dan introitus (lubang vagina). Janin harus berhasil menyesuikan dirinya dengan
jalan lahir yang relatif kaku. Oleh karena itu ukuran dan bentuk panggul harus
ditentukan sebelum persalinan dimulai. Tulang panggul dibentuk oleh gabungan tulang
ilium, tulang iskium, tulang pubis, dan tulang-tulang sakrum. Bidang hodge berfungsi
untuk menentukan sampai dimana bagian terendah janin turun ke panggul pada proses
1) Hodge I merupakan bidang yang dibentuk pada lingkaran PAP dengan bagian atas
2) Hodge II yakni bidang yang sejajar Hodge I setinggi bagian bawah simfisis
3) Hodge III yakni bidang yang sejajar Hodge I setinggi spina ischiadika
(Sulistyawati, 2013).
Perubahan mengenai janin sebagai passenger sebagian besar dalah mengenai ukuran
kepala janin, karena kepala merupakan bagian terbesar dari janin dan paling sulit untuk
perubahan bentuk dan ukuran, proses ini disebut molase (Sulistyawati, 2013).
Menurut Sulistyawati (2013), Plasenta dan tali pusat memiliki struktur berbentuk bundar
atau hampir bundar dengan diameter 15 cm sampai 20 cm dan tebal 2 cm sampai 2 sampai 2,5
cm, berat rata-rata 500 gram, terletak di depan atau di belakang dinding uterus ke atas arah
fundus. isebut pers maternal, dan dibagian ini tempat terjadinya pertukaran darah ibu dan janin.
Tali pusat merupakan bagian yang sangat penting untuk kelangsungan hidup janin meskipun
tidak menutup kemungkinan bahwa tali pusatjuga menyebabkan penyulit persalinan misalnya
d. Psikologis
3) Kebiasaan adat
e. Penolong
Peran dari penolong peralinan adalah mengantisipasi dan menangani komplikasi yang
mungkin terjadi pada ibu dan janin, dalam hal ini tergantungdari kemampuan dan
Sectio Caesarea adalah suatu cara melahirkan dengan membuat sayatan pada dinding
uterus melalui dinding depan perut, (Sofian,2012). Sectio Caesarea adalah suatu cara melahirkan
janin dengan membuat sayatann pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina
2. 2.2 Penyebab
Yaitu pada primigravida dengan kelainan letak, primi para tua disertai kelainan letak
ada, disproporsi sefalo pelvik (disproporsi janin/ panggul), ada sejarah kehamilan dan
persalinan yang buruk, terdapat kesempitan panggul, Plasenta previa terutama pada
penyakit (jantung, DM). Gangguan perjalanan persalinan (kista ovarium, mioma uteri,
dan sebagainya).
Fetal distress / gawat janin, mal presentasi dan mal posisi kedudukan janin, prolapsus
tali pusat dengan pembukaan kecil, kegagalan persalinan vakum atau forceps
Karena cara ini memungkinkan kelahiran per abdominam yang aman sekalipun
dikerjakan kemudian pada saat persalinan dan sekalipun dikerjakan kemudian pada
saat persalinan dan sekalipun rongga Rahim terinfeksi, maka insisi melintang
insisi membujur dibuat dengan scalpel dan dilebarkan dengan gunting tumpul untuk
Insisi longitudinal digaris tengah dibuat dengan scalpel kedalam dinding anterior
uterus dan dilebarkan keatas serta kebawah dengan gunting yang berujung tumpul.
Diperlukan luka insisi yang lebar karena bayi sering dilahirkan dengan bokong
dahulu. Janin serta plasenta dikeluarkan dan uterus ditutup dengan jahitan tiga lapis.
Pada masa modern ini hamper sudah tidak dipertimbangkan lagi untuk mengerjakan
Sectio Caesarea klasik. Satu-satunya indikasi untuk prosedur segmen atas adalah
generalisata yang sering bersifat fatal. Ada beberapa metode Sectio Caesarea
Extraperitoneal, seperti metode Waters, Latzko, dan Norton, T. tekhnik pada prosedur
ini relative lebih sulit, sering tanpa sengaja masuk kedalam vacuum peritoneal dan
isidensi cedera vesica urinaria meningkat. Metode ini tidak boleh dibuang tetapi tetap
5. Histerektomi Caesarea
Akan tetapi, karena pembedahan subtoral lebih mmudah dan dapatt dikerjakan lebih
cepat, maka pemmbedahan subtoral menjadi prosedur pilihan jika terdapat perdarahan
hebat dan pasien terjadi syok, atau jika pasien dalam keadaan jelek akibat sebab-
sebab lain. Pada kasus-kasus semacam ini lanjutan pembedahan adalah
2. 2.4 Patofisiologi
Terjadi kelainan pada ibu dan kelainan pada janin menyebabkan persalinan normal tidak
Adanya beberapa hambatan ada proses persalinan yyang menyebabkan bayi tidak dapat
dilahirkan secara normal, misalnya plasenta previa, rupture sentralis dan lateralis, panggul
sempit, partus tidak maju (partus lama), pre-eklamsi, distokksia service dan mall presentasi
janin, kondisi tersebut menyebabkan perlu adanya suatu tindakan pembedahan yaitu
pasien mengalami mobilisasii sehingga akan menimbulkan masalah intoleransi aktivitas. Adanya
kelumpuhan sementara dan kelemahan fisik akan menyebabkan pasien tidak mampu melakukan
aktifitas perawatan diri pasien secara mandiri sehingga timbul masalah deficit perawatan diri.
Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan, penyembuhan dan perawatan post operasi
akan menimbulkan masalah ansietas pada pasien. Selain itu dalam proses pembedahan juga akan
dilakukan tindakan insisi pada dinding abdomen sehingga menyebabkan inkontinuitas jaringan,
pembuluh darah dan saraf-saraf di daerah insisi. Hal ini akan merangsang pengeluaran histamin
dan prostaglandin yang akan menimbulkan rasa nyeri. Setelah semua proses pembedahan
berakhir, daerah insisi akan ditutup dan menimbulkan luka post operasii, yang bila tidak dirawat
Melahirkan dengan cara Sectio caesarea sudah populer. Namun demikian, demikian,
secara obyektif kita perlu menimbang untung dan ruginya adapun resiko Sectio caesarea adalah :
a. Terjadi infeksi
Infeksi luka akibat persalinan Sectiocaesareabeda dengan luka persalinan normal .
luka persalinan normal sedikit dan mudah terlihat, sedangkan luka Cesar lebih besar
dan berlapis-lapis. Ada sekitar 7 lapisan mulai dari kulit perut sampai dinding Rahim,
yang setelah operasi selesai, masing-masing lapisan dijahit tersendiri. Jadi bisa ada 3
sampai 5 lapis jahitan. Apabila penyembuhan tidak sempurna, kuman akan lebih
mudah menginfeksi sehingga luka menjadi lebih parah. Bukan tidak mungkin
Kesterilan yang tidak terjaga akan mengundang bakteri penyebab infeksi. Apabila
infeksi ini tak tertangani, besar kemungkinan akan menjalar ke organ tubuh lain,
bahkan organ-organ penting seperti otak, hati dan sebagainya bisa terkena nfeksi
yang berakibat kematian. Disamping itu infeksi juga dapat terjadi pada Rahim.
Infeksi Rahim terjadijika ibu sudah kena infeksi sebelumnya, misalnya mengalami
pecah ketuban. Ketika dilakukan operasi, Rahim pun terinfeksi. Apa lagi juka
Keloid atau jaringan parut muncul pada organ tertentu karena pertumbuhan
berlebihan. Sel-sel pembentuk organ tersebut. Ukuran sel meningkat dan terjadilah
mengalami luka niscaya mengalami keloid pada sayatan bekas operasinya. Keloid
hanya terjadi pada wanita yang memiliki jenis penyakit tertentu.Cara mengatasinya
adalah dengan memberikan informasi tentang segala penyakit yang iibu derita
sebelum kepastian tindakan Sectio caesarea dilakukan. Jika memang harus menjalani
Sectio caesarea padahal ibu punya potensi penyakit demikian tentu dokter akan
memiliki jalan keluar, misalnya diberikan obat-obatan tertentu melalui infus atau
c. Perdarahan berlebihan
Resiko lainnya adalah perdarahan. Memang perdarahan tak bisa dihindari dalam
proses persalinan. Misalnya plasenta lengket tak mau lepas. Bukan tak mungkin
setelah plasenta terlepas akan menyebabkan perdarahan. Darah yang hilang lewat
Sectio caesarea lebih sedikit dibandingkan lewat persalinan normal. Namun dengan
tekhnik pembedahan dewasa ini perdarahan bisa ditekan sedemikian rupa sehingga
sangat minim sekali. Darah yang keluar saat Sectiocaesareaadalah darah yang
memang semestinya keluar dalam persalinan normal. Keracunan darah pada Sectio
Resiko jangka panjang dari Sectio caesarea adalah pembatasan kehamilan. Dulu,
dengan tekhnik operasi yang lebih baik, ibu memang boleh melahirkan lebih dari itu,
bahkan smapai 4 kali. Akan tetapi tentu bagi keluarga zaman sekarang pembatasan itu
tidak terlalu bermasalah karena setiap keluarga memang dituntut membatasi jumlah
b. Setio caesareatransperitonealis
cervical transfersal) kira-kira sepanjang 10 cm tetapi saat ini tekhnik ini jarang
dilakukan karena memiliki bannyak kekurangan namun pada kasus seperti operasi
berullang yang memiliki banyak perlenketan organ cara ini dapat dipertimbangkan.
Dilakukan dengan membuat sayatan melintang konkaf pada segmen bawah Rahim (low
Yaitu pada primigravida dengan kelainan letak, pramiparatua disertai ada kelainan letak,
yang buruk, terdapat kesempitan pannggul, plasenta previa terutama pada primigravida,
2. Indikasi yang berasal dari janinFetal distress/gawat janin, mal presentasi dan mal posisi
kedudukan janin, prolapsus tali pusat dengan pembukaan kecil, kegagalan persalinan
Sectio sesarea tidak boleh dikerjakan kalau ada keadaan berikut ini :
1. Kalau janin sudah mati atau berada dalam keadaan jelek sehingga kemungkinan hidup
kecil. Dalam keadaan ini tidak ada alas an untuk melakukan operasi berbahaya yang
tidakdiperlukan.
2. Kalau jalan lahir ibu mengalami infeksi yang luas dan fasilitas untuk caesarea
bagi pembedahan, atau kalau tidak tersedia tenaga asisten yang memadai
2.2.9 Resiko Bedah Sectio Caesarea
1. Masalah yang muncul akibat bius yang digunakan dalam pembedahan dan obat-obatan
3. Perdarahan yang lebih berat dan peningkatan resiko perdarahan yang dapat menimbulkan
6. Resiko timbulnya masalah dari jaringan parut atau perlekatan diidalam perut.
7. Kemungkinan cederanya organ-organ lain (usus besar atau kandung kemih) dan resiko
8. Peningkatan resiko masalah pernapasan dan temperatur untuk bayi baru lahir.
9. Tingkat kemandulan yang lebih tinggi disbanding pada wanita dengan melahirkan lewat
vagina.10.Peningkatan resiko plasenta previa atau plasenta yang tertahan pada kehamilan
2.2.10 Komplikasi
pembiusan, perdarahan pasca operasi Sectio Caesarea, syok perdarahan, obstruksi usus,
gangguan pembekuan darah, dan cedera organ abdomen seperti usus, ureter, kandung kemih,
pembuluh darah. Pada Sectio Caesareajuga bisa terjadi infeksi sampai sepsis apalagi pada kasus
dengan ketuban pecah dini. Dapat juga terjadi komplikasi pada bekas luka operasi (Anggi,
2011).
Hal yang sangat mempengaruhi atau komplikasi pasca operasi yaitu infeksi jahitan pasca
Sectio Caesarea, infeksi ini terjadi karena banyak factor, seperti infeksi intrauteri, adanya
penyakit penyerta yang berhubungan dengan infeksi misalnya, abses tuboofaria, apendiksitis
misalnya, infeksi HIV, Tuberkulosis atau sedang mengkonsumsi kortikosteroid jangka panjang,
gisi buruk, termasuk anemia berat,sterilitas kamar operasi dan atau alat tidak terjaga, alergi pada
materi benang yang digunakan daan kuman resisten terhadap antibiotic. Akibat infeksi ini luka
bekas Sectio Caesareaakan terbuka dalam minggu pertama pasca operasi. Terbukanya luka bisa
hanya kulit dan subkulit saja, bisa juga sampai fascia yang disebut dengan bust abdomen.
Umumnya, luka akan bernanah atau ada eksudat dan berbahaya jika dibiarkan karena kuman
tersebut dapat menyebar melalui aliran darah. Luka yang terbuka akibat infeksi ituharus dirawat,
dibersihkan dan dilakukan kultur dari caiiran luka tersebut. (Valleria, 2012).
Ibu yang mengalami komplikasi obstetric atau medis memerlukan observasi ketat setelah
resiko Setiocaesarea. Bangsal persalinan adalah tempat untuk memulihkan dan perawatan.
Fasilitas perawatan intensif atau ketergantungan tinggi harus siap tersedia dirumah sakit yang
1. Kaji tanda-tanda vital dengan interval diats (15 menit). Pastikan kondisinya stabil.
2. Lihat tinggi fundus uteri (TFU), adanya perdarahan dari luka dan jumlah lokea.
6. Tangani kebutuhan khusus dengan indikasi langsung untuk Sectio Caesarea, misalnya
7. Anjurkan fisioterapi dada dan ambulasi dini jika tidak ada koontraindikasi.
8. Sebelum pemulangan harus diberikan kesempatan yang sesuai dengan keadaan dan
KERANGKA KONSEP
Faktor Predisposisi
Umur Ibu
Paritas Ibu
Sectio Caesarae
Riwayat SC sebelumnya
Partus Lama
Pre-eklampsia/ eklampsia
Post Date
KDP
Gawat Janin