Anda di halaman 1dari 42

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN

BBLR

DISUSUN OLEH :

1. SYAFIRA RULMADANI 2119009

2. MOH. TAUFIQ MANTO 2119004

3. ZHADELLA R. ABDULLAH 2119001

4. AVELINUS P.J. ANTAS 2119006

5. ICA INAKU 2119008

6. ADRIANUS JERATU 2119005

7. SAMUEL DEDI 2119007

8. YUSTINA N. JENOLITA 2119002

9. YULIUS BULU 2119003

PRODI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

GEMA INSAN AKADEMIK

MAKASSAR 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang


telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan tugas Keperawatan Anak yang berjudul “
BBLR “. Dalam penyusunan makalah ini penulis banyak mengalami
kesulitan dan hambatan, akan tetapi berkat bantuan dan dukungan
dari berbagai pihak, penulis dapat menyelesaikan makalah ini sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Bayi lahir dengan berat lahir rendah (BBLR) merupakan
masalah kesehatan yang sering dialami pada sebagian
masyarakat yang ditandai dengan berat lahir kurang dari 2500
gram. Kejadian BBLR pada dasarnya berhubungan dengan
kurangnya pemenuhan nutrisi pada masa kehamilan ibu dan hal
ini berhubungan dengan banyak faktor dan lebih utama pada
masalah perekonomian keluarga sehingga pemenuhan
kebutuhan konsumsi makanan pun kurang. Namun kejadian
BBLR juga dapat terjadi tidak hanya karena aspek
perekonomian, dimana kejadian BBLR dapat saja tejadi pada
mereka dengan status perekonomian yang cukup. Hal ini dapat
berkaitan dengan paritas, jarak kelahiran, kadar hemoglobin dan
pemanfaatan pelayanan antenatal. BBLR termasuk faktor utama
dalam peningkatan mortalitas, morbiditas dan diabilitas
neonatus, bayi dan anak serta memberikan dampak jangka
panjang terhadap kehidupannya di masadepan.
BBLR yang tidak ditangani dengan baik dapat
mengakibatkan timbulnya masalah pada semua sistem organ
tubuh meliputi gangguan pada pernafasan (aspirasi mekonium,
asfiksia neonatorum), gangguan pada sistem pencernaan
(lambung kecil), gangguan sistem perkemihan (ginjal belum
sempurna), gangguan sistem persyarafan (respon rangsangan
lambat). Selain itu bayi berat lahir rendah dapat mengalami
gangguan mental dan fisik serta tumbuh kembang. BBLR
berkaitan dengan tingginya angka kematian bayi dan balita, juga
dapat berdampak serius pada kualitas generasi mendatang,
yaitu akan memperlambat pertumbuhan dan perkembangan
anak, serta berpengaruh pada penurunan kecerdasan.
Bayi yang lahir dengan berat lahir rendah (BBLR)
memerlukan perawatan yang tepat agar tidak terjadi hal-hal yang
membahayakan bayi seperti yang telah disebutkan diatas. Bidan
dan perawat adalah bagian dari pemberi pelayanan yang ikut
berperan penting dalam memberikan perawatan pada bayi
dengan berat lahir rendah (BBLR). Perkembangan bayi dengan
BBLR yang dirawat di RS ini sangat tergantung pada ketepatan
tindakan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan.Oleh karena itu
penulis tertarik membahas tentang kasus BBLR pada bayi NY.
“U” yang akan penulis bahas pada BAB berikutnya.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan gambaran dan mampu
menerapkan Asuhan keperawatan melalui pendekatan proses
keperawatan pada masalah bayi berat lahir rendah.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian keperawatan secara tepat
pada bayi dengan berat badan lahir rendah
b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan sesuai
dengan prioritas masalah pada bayi dengan berat badan
lahir rendah
c. Mampu merumuskan perencanaan asuhan secara tepat
pada bayi dengan berat badan lahir rendah sesuai dengan
hasil pengkajian prioritas masalah keperawatan dan
mampu melaksanakan asuhan keperawatan sehingga
dapat mengatasi masalah yang dihadapi pada bayi
dengan berat badan lahir rendah
d. Mampu melakukan evaluasi terhadap tingkat keberhasilan
pemberian asuhan keperawatan pada bayi dengan bayi
berat badan lahir rendah
e. Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan pada
bayi dengan berat badan lahir rendah.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir
yang BB < 2.500 gram (sampai dengan 2.499 gram). BBLR dapt
dibagi menjadi 2 golongan :
1. Prematur murni
Masa gestasi kurang dari 37 minggu dan BB sesuai dengan
berat badan untuk masa gestasi itu atau biasa disebut
neonatus kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan.
2. Dismaturitas
Bayi lahir dengan BB kurang dari BB seharusnya untuk masa
gestasi itu, berarti bayi mengalami retardasi pertumbuhan intra
uterin dan merupakan bayi yang kecil untuk masa
kehamilannya.

B. Etiologi
1. Faktor Ibu
a. Penyakit, penyakit yang berhubungan langsung dengan
pasien misalnya perdarahan antepartum, trauma fisik dan
psikologis, DM, toksemia gravidarum, dan nefritis akut.
b. Usia ibu, angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada
usia < 20 tahun, dan multi gravida yang jarak kelahiran
terlalu dekat. Kejadian terendah ialah pada usia antara 26-
35 tahun.
c. Keadaan sosial ekonomi, keadaan ini sangat berperan
terhadap timbulnya prematuritas. Kejadian tertinggi
teradapat pada golongan social ekonomi rendah. Hal ini
disebabkan oleh keadaan gizi yang kurang baik dan
pengawasan antenatal yang kurang. Demikian pula
kejadian prematuritas pada bayi yang lahir dari perkawinan
yang tidak sah, ternyata lebih tinggi bila dibandingakan
dengan bayi yang lahir perkawinan yang sah.
d. Sebab lain, karena ibu merokok, ibu peminum alkohol dan
pecandu obat narkotik.
2. Faktor Janin
Faktor janin diantaranya hidramnion, kehamilan ganda dan
kelainan kromosom
3. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan di antaranya tempat tinggal di dataran tinggi
radiasi dan zat-zat tertentu.

C. Patofisiologi
Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia

kehamilan yang belum cukup bulan (prematur) disamping itu

juga disebabkan dismaturitas. Artinya bayi lahir cukup bulan

(usia kehamilan 38 minggu), tapi berat badan (BB) lahirnya

lebih kecil ketimbang masa kehamilannya, yaitu tidak

mencapai 2.500 gram. Biasanya hal ini terjadi karena adanya

gangguan pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan yang

disebabkan oleh penyakit ibu seperti adanya kelainan


plasenta, infeksi, hipertensi dan keadaan-keadaan lain yang

menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi berkurang.

Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar

pertumbuhan janin tidak mengalami hambatan, dan

selanjutnya akan melahirkan bayi dengan berat normal.

Dengan kondisi kesehatan yang baik, sistem reproduksi

normal, tidak menderita sakit, dan tidak ada gangguan gizi

pada masa pra hamil maupun saat hamil, ibu akan melahirkan

bayi lebih besar dan lebih sehat daripada ibu dengan kondisi

kehamilan yang sebaliknya. Ibu dengan kondisi kurang gizi

kronis pada masa hamil sering melahirkan bayi BBLR, vitalitas

yang rendah dan kematian yang tinggi, terlebih lagi bila ibu

menderita anemia.

Sistem pernapasan pada dasarnya cenderung kurang

berkembang pada bayi prematur. Kapasitas vital dan

kapasitas residual fungsional paru-paru pada dasarnyakecil

berkaitan dengan ukuran bayi. Sebagai akibatnya sindrom

gawat napas sering merupakan penyebab umum kematian.

Masalah besar lainnya pada bayi premature adalah

pencernaan dan absorpsi makanan yang inadekuat. Bila

prematuritas bayilebih dari dua bulan, system pencernaan dan


absorpsi hampir selalu inadekuat. Absorpsi lemak juga sangat

buruk sehingga bayi premature harus menjalani diet rendah

lemak. Lebih jauh lagi, bayi premature memiliki kesulitan

dalam absorpsi kalsium yang tidak lazim dan oleh karena itu

dapat mengalami rikets yang berat sebelum kesulitan tersebut

dikenali. Imaturitas organ lain yang sering menyebabkan

kesulitan yang berat pada bayi premature meliputi system

imun yang menyebabkan daya tahan tubuh terhadap infeksi

berkurang karena rendahnya kadar IgG gamma globulin, serta

bayi premature relatif belum sanggup membentuk antibody

dan daya fagositosis serta reaksi terhadap peradangan masih

belum baik sehingga bayi premature beresiko mengalami

infeksi, system integumen dimana jaringan kulit masih tipis

dan rawan terjadinya lecet, system termoregulasi dimana bayi

premature belum mampu mempertahankan suhu tubuh yang

normal akibat penguapan yang bertambah karena kurangnya

jaringan lemak di bawah kulit dan pusat pengaturan suhu yang

belum berfungsi sebagaimana mestinya sehingga beresiko

mengalami hipotermi atau kehilangan panas dalam tubuh


D. Pathways

Faktor Pencetus

Faktor Ibu Faktor Janin Faktor


1. Hydroamnion Lingkungan
1. Faktor penyakit 2. Kehamilan
(toksemia 1. Tempat tinggal di
multiple/ganda dataran tinggi
gravidarum,
3. Kelainan 2. Radiasi
trauma fisik, dll)
kromosom 3. Zat-zat beracun
2. Faktor usia

BBLR

Kulit tipis dan lemak Imaturitas system pernafasan Reflek menelan dan menghisap
subcutan kurang blm sempurna

Tidak dapat Pernafasan belum Intake nutrisi tidak


menyimpan panas sempurna adekuat

Asupan gizi kurang


Mudah kehilangan O2 dalam darah CO2
panas

Sel-sel kekurangan
kedinginan O2 dalam sel darah rendah
nutrisi
Co2 tinggi

Kerusakan sel
hipotermi
Asidosis
respiratoris Penurunan
BB/kematian
Gangguan
pertukaran gas

E. Manifestasi Klinis Ketidakseimbangan nutrisi

Gambaran klinis BBLR secara umum adalah :kurang dari kebutuhan tubuh
1. Berat kurang dari 2500 gram
2. Panjang kurang dari 45 cm
3. Lingkar dada kurang dari 30 cm
4. Lingkar kepala kurang dari 33 cm
5. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
6. Kepala lebih besar
7. Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang
8. Otot hipotonik lemah
9. Pernapasan tak teratur dapat terjadi apnea
10. Eksremitas : paha abduksi, sendi lutut / kaki fleksi-lurus
11. Kepala tidak mampu tegak
12. Pernapasan 40 – 50 kali / menit
13. Nadi 100 – 140 kali / menit
F. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan glucose darah terhadap hipoglikemia


2. Pemantauan gas darah sesuai kebutuhan
3. Titer Torch sesuai indikasi
4. Pemeriksaan kromosom sesuai indikasi
5. Pemantauan elektrolit
6. Pemeriksaan sinar X sesuai kebutuhan ( missal : foto thorax
)
G. Komplikasi
Menurut (Potter) komplikasi pada masa awal bayi berat
lahir rendah antara lain yaitu :
1. Hipotermia.
2. Hipoglikemia.
3. Gangguan cairan dan elektrolit.
4. Hiperbilirubinemia.
5. Sindroma gawat nafas (asfiksia).
6. Paten suktus arteriosus.
7. Infeksi.
8. Perdarahan intraventrikuler.
9. Apnea of prematuruty.
10. Anemia
Komplikasi pada masa berikutnya yaitu :
1. Gangguan perkembangan.
2. Gangguan pertumbuhan.
3. Gangguan penglihatan (retionopati).
4. Gangguan pendengaran.
5. Penyakit paru kronis.
6. Kenaikan angka kesakitan dan sering masuk rumah sakit.
7. Kenaikan frekuensi kelainan bawaan.

H. Penatalaksanaan
Menurut Prawirohardjo, penanganan bayi dengan berat
badan lahir rendah adalah sebagai berikut :
1. Penanganan bayi
Semakin kecil bayi dan semakin premature bayi, maka
semakin besar perawatan yang diperlukan, karena
kemungkinan terjadi serangan sianosis lebih besar. Semua
perawatan bayi harus dilakukan didalam incubator
2. Pelestarian suhu tubuh

Bayi dengan berat lahir rendah, mempunyai kesulitan


dalam mempertahankan suhu tubuh. Bayi akan berkembang
secara memuaskan, asal suhu rectal dipertahankan antara
35,50 C s/d 370 C.
Bayi berat rendah harus diasuh dalam suatu suhu
lingkungan dimana suhu normal tubuhnya dipertahankan
dengan usaha metabolic yang minimal. Bayi berat rendah
yang dirawat dalam suatu tempat tidur terbuka, juga
memerlukan pengendalian lingkungan secara seksama. Suhu
0
perawatan harus diatas 25 C, bagi bayi yang berat sekitar
2000 gram, dan sampai 300 C untuk bayi dengan berat kurang
dari 2000 gram
3. Inkubator
Bayi dengan berat badan lahir rendah, dirawat didalam
incubator. Prosedur perawatan dapat dilakukan melalui
“jendela“ atau “lengan baju“. Sebelum memasukkan bayi
kedalam incubator, incubator terlebih dahulu dihangatkan,
0
sampai sekitar 29,4 C, untuk bayi dengan berat 1,7 kg dan
32,20C untuk bayi yang lebih kecil. Bayi dirawat dalam
keadaan telanjang, hal ini memungkinkan pernafasan yang
adekuat, bayi dapat bergerak tanpa dibatasi pakaian,
observasi terhadap pernafasan lebih mudah.
4. Pemberian oksigen
Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius
bagi bayi preterm BBLR, akibat tidak adanya alveoli dan
surfaktan. Konsentrasi O2yang diberikan sekitar 30- 35 %
dengan menggunakan head box, konsentrasi o2 yang tinggi
dalam masa yang panjang akan menyebabkan kerusakan
pada jaringan retina bayi yang dapat menimbulkan kebutaan
5. Pencegahan infeksi
Bayi preterm dengan berat rendah, mempunyai system
imunologi yang kurang berkembang, ia mempunyai sedikit
atau tidak memiliki ketahanan terhadap infeksi. Untuk
mencegah infeksi, perawat harus menggunakan gaun khusus,
cuci tangan sebelum dan sesudah merawat bayi, memakai
masker, gunakan gaun/jas, lepaskan semua asessoris dan
tidak boleh masuk kekamar bayi dalam keadaan infeksi dan
sakit kulit.
6. Pemberian makanan
Pemberian makanan secara dini dianjurkan untuk
membantu mencegah terjadinya hipoglikemia dan
hiperbillirubin. ASI merupakan pilihan pertama, dapat
diberikan melalui kateter ( sonde ), terutama pada bayi yang
reflek hisap dan menelannya lemah. Bayi berat lahir rendah
secara relative memerlukan lebih banyak kalori, dibandingkan
dengan bayi preterm.
7. Petunjuk untuk volume susu yang diperlukan

Umur/hari Jmlh ml/kg BB


1 50- 65
2 100
3 125
4 150
5 160
6 175
7 200
14 225
21 175
28 150
I. Pengkajian Fokus
1. Sirkulasi :
Nadi apikal mungkin cepat dan atau tidak teratur dalam batas
normal (120-160 dpm). Mur-mur jantung yang dapat didengar
dapat menandakan duktusarteriosus paten (PDA).
2. Makanan/cairan
Berat badan kurang 2500 (5lb 8 oz).
3. Neuroensori
Tubuh panjang, kurus, lemas dengan perut agak gendut.
Ukuran kepala besar dalam hubungannya dengan tubuh,
sutura mungkin mudah digerakan, fontanel mungkin besar
atau terbuka lebar. Edema kelopak mata umum terjadi, mata
mungkin merapat(tergantung usia gestasi). Refleks
tergantung pada usia gestasi ; rooting terjadi dengan baik
pada gestasi minggu 32; koordinasi refleks untuk
menghisap, menelan, dan bernafas biasanya terbentuk pada
gestasi minggu ke 32; komponen pertama dari refleks
Moro(ekstensi lateral dari ekstremitas atas dengan membuka
tangan)tampak pada gestasi minggu ke 28; komponen
keduaa(fleksi anterior dan menangis yang dapat didengar)
tampak pada gestasi minggu ke 32.Pemeriksaan Dubowitz
menandakan usia gestasi antara minggu 24 dan 37.
4. Pernafasan
Skor apgar mungkin rendah. Pernafasan mungkin dangkal,
tidak teratur; pernafasan diafragmatik intermiten atau
periodik(40-60x/mt). Mengorok, pernafasan cuping hidung,
retraksi suprasternal dan substernal, atau berbagai derajat
sianosis mungkin ada. Adanya bunyi “ampelas” pada
auskultasi, menandakan adaya sindrom distress pernafasan
(RDS).
5. Keamanan
Suhu berfluktuasi dengan mudah. Menangis mungkin lemah.
Wajah mungkin memar, mungkin ada kaput suksedoneum.
Kulit kemerahan atau tembus pandang, warna mungkin
merah. muda/kebiruan, akrosianosis, atau sianosis/pucat.
Lanugo terdistribusi secara luas diseluruh tubuh. Ekstremitas
mungkin tampak edema. Garis telapak kaki mungkin tidak
ada pada semua atau sebagian telapak. Kuku mungkin
pendek.
6. Seksualita
Genetalia : Labia minora wanita mungkin lebih besar dari
labia mayora, dengan klitoris menonjol ; testis pria mungkin
tidak turun, rugae mungkin banyak atau tidak ada pada
skrotum.

J. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan jalan napas berhubungan dengan
penumpukan cairan di rongga paru
2. Resiko hipotermi berhubungan dengan jaringan lemak
subkotis tipis

3. Resiko tinggi infeksi sekunder berhubungan dengan


immaturitas fungsi imunologik.

4. Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan lemahnya daya cerna dan absorbsi
makanan.

K. Intervensi Keperawatan

N TUJUAN INTERVENSI
O
1. Setelah mendapat tindakan 1.1. Monitor pernafasan
keparawatan 3x24 jam tidak (kedalaman, irama,
terjadi gangguan jalan frekuensi )
nafas(nafas efektif) 1.2. Atur posisi kepala lebih
Kriteria Hasil : tinggi
 Akral hangat 1.3. Monitor keefektifan jalan
 Tidak ada nafas, kalau kerlu lakukan
sianosis suction.
 Tangisan 1.4. Lakukan auskultasi bunyi
aktif dan kuat nafas tiap 4 jam
 RR : 30- 1.5. Perthankan pemberian O2
40x/mt 1.6. Pertahankan bayi pada
2.  Tidak ada inkubator dengan
retraksi otot pernafasan penghangat
1.7. Kolaborasii untuk X foto
thorax

Setelah mendapatkan 2.1. Pertahankan bayi pada


tindakan keperawatan 3x24 inkubator dengan
jam tidak terjadi gangguan kehangatan 37oC
hipotermi 2.2. Beri popok dan selimut
Kriteria Hasil : sesuai kondisi
 Badan hangat 2.3. Ganti segera popok yang
 Suhu : 36,5- basah oleh urine atau
3. 37oC faeces
2.4. Hindarkan untuk sering
membuka penutup karena
akan menyebabkan
fluktuasi suhu dan
peningkatan laju
metabolisme
Setelah mendapat tindakan 2.5. Atur suhu ruangan dengan
keperawatan 3x24 jam tidak panas yang stabil
terjadi infeksi 3.1. Monitor tanda-tanda
Kriteria Hasil : infeksi(tumor,dolor,rubor,ca
 Tidak ada lor,fungsiolaesa)
tanda-tanda 3.2. Lakukan cuci tangan
infeksi(tumor,dolor,rubor,c sebelum dan sesudah
alor,fungsiolaesa) kontak dengan bayi
 Suhu tubuh 3.3. Anjurkan kepada ibu bayi
normal (36,5-37oC) untuk memakai jas saat
4. masuk ruang bayi dan
sebelum dan/sesudah
kontak cuci tangan
3.4. Barikan gizi (ASI/PASI)
secara adekuat
3.5. Pastikan alat yang kontak
dengan bayi bersih/steril
3.6. Berikan antibiotika sesuai
program
Setelah tindakan 3.7. Lakukan perawatan tali
keperawatan 3x24 jam tidak pusat setiap hari
terjadi gangguan nutrisi
Kriteria Hasil : 4.1. Kaji refleks menghisap dan
 Diet yang menelan
diberikan habis tidak ada 4.2. Monitor input dan output
residu 4.3. Berikan minum sesuai
 Reflek program lewat sonde/spin
menghisap dan menelan 4.4. Sendawakan bayi sehabis
kuat minum
 BB meningkat 4.5. Timbang BB tiap hari.
100 gr/3hr.
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN
Pengkajian dilakukan pada tanggal 17 Oktober 2014 jam 08.00
WIB
1. Identitas Data
a. Nama : By. Ny. U
b. Alamat : Jembangan Kec. Sukolilo Kab. Pati
c. Tanggal Lahir/ Umur : 16 Oktober 2014/ 1 Hari
d. Jenis Kelamin : Perempuan
e. Agama : Islam
f. No. Register : 302468
g. Tanggal Masuk/ Jam : 16 Oktober 2014 jam 15.00
h. Diagnosa Medis : Neonatus Preterm, BBLSR,
Asfiksia Berat,
Neonatus Infeksius
Nama Penanggung Jawab
a. Nama Ayah : Tn. W
b. Pendidikan : SMA
c. Pekerjaan : Wiraswasta
d. Nama Ibu : Ny. U
e. Pendidikan : SMA
f. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

2. Keluhan Utama
Bayi menangis lemah, reflek hisap belum ada, berat
bayi lahir sangat rendah yaitu 1060 gram.
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Bayi lahir pada tanggal 16 oktober 2014 di RSUD Kota
Semarang secara spontan diusia kehamilan 30 minggu
dengan berat bayi lahir yaitu 1060 gram. Selain itu setelah
lahir bayi tidak langsung menangis dengan nilai apgar score
yaitu 4-5-6 (asfiksia sedang), oleh karena itu bayi sekarang
dipindah keruang Perinatologi untuk mendapat tindakan lebih
lanjut.

4. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran


a. Pre Natal
Ibu klien mengatakan selama hamil memeriksakan
kehamilannya di bidan tiap 2 bulan sekali. Selama
kehamilan ditemukan riwayat penyakit kehamilan TORCH.
G : 3 P : 1 A : 2.
b. Intra Natal
Bayi lahir secara spontan di usia kehamilan 30 minggu,
ditandai dengan ketuban pecah sebelum persalinan, lama
persalinan 1 jam dan bayi lahir pada jam 14.45 WIB.
Panjang lahir 34 cm dan berat lahir 1060 gram.
c. Post Natal
Setelah kelahiran bayi sempat tidak menangis dan
langsung dipasang kanul O2 dengan resusitasi selama 3
menit dengan nilai apgar score 4-5-6, keadaan lemah,
nafas tidak teratur.

5. Riwayat Kesehatan Keluarga


a. Genogram

Keterangan
= Laki-laki = Pasien
= Perempuan = Tinggal serumah
6. Riwayat Sosial
a. Yang Merawat
Saat ini klien diwarat diruang perinatologi dan dirawat oleh
perawat dan sesekali ibu klien menjenguk saat jam
kunjung rumah sakit.
b. Hubungan dengan Keluarga
Ibu klien bisa mengunjungi, melihat, dan menyentuh
bayinya saat berkunjung mskipun bayi dalam incubator,
sedangkan ayahnya tidak boleh melihat bayinya karena
sudah aturan dari pihak rumah sakit.

7. Pola Sehari-hari
a. Nutrisi dan Metabolisme
Saat ini pasien mendapat diit susu formula khusus BBLR 3
jam sekali sekitar 30 cc melalui selang OGT
b. Eliminasi Urine dan Feses
Klien BAB ± 3-5x sehari dengan konsistensi warna hitam,
lembek cair, bau khas feses bayi. BAK menggunakan
pempers dan diganti setian 6 jam sekali dan terisi ± 100 cc
c. Istirahat dan Tidur
Klien terlihat sering tidur dan bangun jika lapar dan
merasa kotor setelah BAB dan BAK, rata-rata tidur per hari
yaitu 20-22 jam
d. Peran dan Hubungan
Keluarga mengatakan anak akan diasuh oleh orang
tuanya sendiri, dan selama ini ibu bayi menengok keruang
perinatologi
e. Toleransi Stress dan Koping
Klien menangis saat merasa lapar, tidak nyaman, dan saat
kotor

8. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum : Lemas, kurang aktif,
menangis lemah,
perawatan dalam inkubator
b. Tanda-tanda Vital
- Nadi : 132 x per menit
- Pernafasan : 40 x per menit
- Suhu : 36,2°C
c. Antropometri
- Panjang Badan : 34 cm
- Berat Lahir : 1060 gram
- Lingkar Dada : 26 cm
- Lingkar Kepala : 23 cm
d. Kepala : Fontanel anterior lunak, wajah
simetris,
rambut hitam
e. Mata : Simetris antara kanan dan kiri,
sclera tidak
ikterik
f. Hidung : Terpasang C-PAP Ventilator 2
lt/menit
g. Mulut : Reflek hisap belum ada, terpasang
selang
OGT, mukosa kering
h. Telinga : Simetris kanan dan kiri, tidak ada
luka
i. Dada : Tidak ada luka, warna kecoklatan
j. Jantung
- Inspeksi : Tampak ictus cordis
- Palpasi : Ictus cordis teraba dengan
getaran
- Perkusi : Tak terkaji
- Auskultasi : BJ I & II regular, tidak terdengar
gallop
k. Paru
- Inspeksi : Gerakan pernafasan kanan-kiri
simetris,
RR : 40 x per menit
- Palpasi : Rabaan gerak pernafasan
simetris
- Perkusi : Redup/ Dullness
- Auskultasi : Ronchi
l. Abdomen
- Inspeksi : Pusar insersi ditengah, buncit,
terpasang
infus umbilical
- Auskultasi : Peristaltik usus 18 x per memit
- Palpasi : Lunak, tidak ada pembesaran
hati/limfa
- Perkusi : Tympani
m. Punggung : Bentuk tulang belakang semi
fleksi
n. Genetalia : Jenis kelamin perempuan,
labia mayora
belum menutupi labia minora, anus
paten
o. Ekstremitas
- Atas : Lengkap, tidak ada kelainan
- Bawah : Lengkap, tidak ada kelainan,
kaki kanan
terpasang SPO2, akral sedikit
dingin
p. Kulit : Warna kulit coklat gelap, tidak
ikterik,
turgor kulit cukup
9. Therapi
- PO Ferlin drop 1x0.3cc
- O2 nasal kanul 0.5 liter/menit
- Susu formula BBLR 8x30cc/hari melalaui selang OGT
- Termoregulasi incubator suhu 34°C
- Infuse umbilical 5%

10. Data Penunjang


Laboratorium tanggal 16-10-2014
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
Hematologi
Hemoglobin 15.9 g/Dl 12.0-16.0
Hematokrit 49.50 % 37-47
Jumlah Eritrosit 4.14 /Ul 4.2-5.4
Jumlah Lekosit 24.7 /Ul 4.8-10.8
Jumlah Trombosit 249 10^3/ul 150-400
Kimia Klinik
Natrium 137.0 mmol/L 134.0-147.0
Kalium 5.30 mmol/L 3.50-5.20
Calsium 1.20 mmol/L 1.12-1.32

B. ANALISA DATA
N DATA PROBLEM ETIOLOGI
O
1 DS : - Resiko Jaringan lemak
DO : hipotermi subkotis tipis
- Akral sedikit dingin
- Lahir premature 30
minggu
- BBLRS 1060 gram
- Suhu tubuh 36,2°C
- Perawatan dalam
inkubator
2 DS : - Resiko Infeksi Prematuritas
DO : dan system
- Keadaan umum lemah imun yang tidak
- Lahir premature 30 adekuat
minggu
- BB 1060 gram
- Suhu tubuh 36,2°C
- Lekosit 24.7/uL
3 DS : - Ketidakseimba Prematuritas,
DO : ngan nutrisi : ketidakmampu
- Terpasang selang kurang dari an
OGT kebutuhan mengabsorbsi
- Reflek hisap lemah tubuh nutrisi
- BB 1060 gram
- Terpasang infus
umbilical D5%
4 DS : - Ketidakefektifa Penumpukan
DO : n jalan nafas cairan di
- Terpasang ventilator rongga paru
2lt/menit
- RR 40x/menit
- Perkusi paru dullness
- Auskultsi paru ronkhi

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
N TANGGA DIAGNOSA KEPERAWATAN PARA
O L F
1 17/10/201 Ketidakefektifan jalan nafas
4 berhubungan dengan penumpukan
cairan dirongga paru
2 17/10/201 Resiko hipotermi berhubungan dengan
4 jaringan subkotis tipis
3 17/10/201 Ketidakefektifan nutrisi : kurang darin
4 kebutuhan tubuh berhubungan dengan
prematuritas, ketidakmampuan
mengabsorbsi nutrisi
4 17/10/201 Resiko infeksi berhubungan dengan
4 Prematuritas dan system imun yang
tidak adekuat

D. INTERVENSI KEPERAWATAN
DIAGNOSA INTERVENSI KEPERAWATAN
N
KEPERAWAT TUJUAN TINDAKA RASIONA TT
O
AN N L
1 Ketidakefektifa Setelah - Observas - Sebagai
n pola nafas dilakukan i TTV, acuan
berhubungan tindakan cuping penatalak
dengan keperawatan hidung, sanaan
penumpukan selama 3x24 retraksi tindakan
cairan jam jalan dada - Mensupla
dirongga paru, nafas - Berikan i O2
penurunan adekuat, terapi O2 dalam
ekspansi paru dengan 2lt/menit tubuh
kriteria hasil : - Posisikan - Memberi
- Pernafasa klien kan rasa
n adekuat semi nyaman
16-30 fowler klien
x/menit - Jaga - Jalan
- Perkusi kepatena nafas
paru sonor n jalan tidak ada
- Auskultasi nafas : sumbata
vesikuler suction n
- Tidak ada
penumpuk
an cairan
di paru
2 Resiko Setelah -Pantau - Sebagai
hipotermi dilakukan suhu setiap acuan
berhubungan tindakan 3 jam penatalak
dengan keperawatan
sekali sanaan
jaringan selama 3x24
subkotis tipis jam hipotermi tindakan
tubuh stabil , - Mengikuti
dengan -Atur suhu program
kriteria hasil : incubator yang
- Suhu sesuai dianjurka
tubuh indikasi n
normal 36-
-Hindarkan
37,5°C
- Akral bayi
hangat kontak
- Bayi tidak langsung
menggigil dengan
sumber - Menjaga
dingin/pan kenyaman
as an klien
-Ganti
popok bila
basah
3 Ketidakefektifa Setelah - Monitor - mengeta
n nutrisi : dilakukan BB klien hui
kurang dari tindakan perkemb
kebutuhan keperawatan angan
tubuh selama 3x24 nutrisi
berhubungan kebutuhan - Pasang bayi
dengan nutrisi selang
prematuritas, terpenuhi , OGT - membant
ketidakmampu dengan u suplai
an kriteria hasil : nutrisi
mengabsorbsi - BB - Kaji untuk
nutrisi seimbang kemamp tubuh
2500-3500 uan - indikasi
gram reflek bayi
- Reflek hisap mampu
hisap kuat menyera
- Intake ASI - Monitor p nutrisi
adekuat asupan - mengatur
intake keseimba
dan ngan
output cairan
cairan pada
- Kolabora klien
si dengan
ahli gizi - asupan
untuk nutrisi
pemberia bayi bisa
n nutrisi tercukupi
4 Resiko infeksi Setelah - Pantau - Sebagai
berhubungan dilakukan tanda acuan
dengan tindakan gejala penatalak
Prematuritas keperawatan infeksi : sanaan
dan system selama 3x24 suhu, tindakan
imun yang tidak terjadi lekosit,
tidak adekuat infeksi, penuruna
dengan n BB - Memberi
kriteria hasil : - Batasi kenyama
- Tidak ada jumlah nan pada
tanda pengunju klien
tanda ng
infeksi
- Jumlah - Agar
lekosit - Gunakan tidak
dalam teknik terjadinya
batas aseptic infeksi
normal selama pada
5000- berintera klien
10000 ksi
dengan
klien - Menjaga
- Bersihka incubator
n tetap
incubator terjaga
secara kebersiha
berkala nnya
- Mencega
- Berikan h
anti biotik penyebar
sesuai an infeksi
advis
dokter

E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
N
O TANGGA
TINDAKAN RESPON KLIEN TT
D L JAM
X
1, 17 Okt
2, 2014 - Mengobservasi S:-
3, 08.00 ttv,cuping hidung retraksi O : Nadi :
4 dada 132x/mnt , RR :
40x/mnt , S : 36,2
09.00 -Memberikan terapi O2 S:-
1 2ltr/menit O : klien tampak
terpasang
ventilator O2
2ltr/mnt dengan
10.00 SPO2 98%
1 -Memposisikan semi
fowler S:-
O: klien tampak
nyaman dengan
10.30 posisi semi fowler
2
-Memantau suhu klien S:-
11.00 O : Suhu klien
3 -Memonitor BB klien 36,2

S:-
O : BB : 1060
12.00 gram , LD : 26 cm
4 -Membersihkan incubator , PB : 34cm , LK :
secara berkala 23cm

S:-
O : Incubator
tampak bersih
3 14.00 -mengkaji reflek hisap S:-
O : Reflek hisap
klien tampak
lemah
3 15.00 -memasang selang OGT S:-
O : Terpasang
selang OGT pada
klien
3 18.00 -mengkolaborasi dengan S:-
ahli gizi untuk pemberian O : klien
nutrisi mendapat diit
susu 30cc/OGT
1 18 - memberikan terapi O2 S : -
oktober 2lt/menit O : klien tampak
2014 terpasang
03.00 ventilator O2
2ltr/mnt dengan
SPO2 88%
1 05.00 - menjaga kepatenan S:-
jalan nafas : suction O : Cairan dalam
tabung suction
tampak jernih
1, 10.00 - mengobservasi S:-
2, ttv,cuping hidung retraksi O : Suhu : 36°C
3, dada Nadi :
4 100x/menit, RR :
48/menit
4 10.15 - memberikan anti biotik S:-
sesuai advis dokter O : klien
mendapat terapi
PO Ferlin drop
1x0,3cc
3 12.00 - mengkaji kemampuan S:-
reflek hisap O : reflek
hisapklien masih
tampak lemah
2 13.00 - mengatur suhu S:-
incubator sesuai indikasi O : Terlihat suhu
incubator klien
34oC
4 17.00 - membatasi jumlah S :-
pengunjung O : tampak hanya
ada satu
pengunjung di
ruangan
3 17.30 - Memonitor asupan S:-
intake dan output cairan O : terlihat diit
yang diberikan
habis, tidak ada
residu
3 20.00 - mengkolaborasi dengan S:-
ahli gizi untuk pemberian O : klien
nutrisi mendapat diit
susu BBLR
30cc/OGT
1, 19 - mengobservasi S:-
2, oktober ttv,cuping hidung retraksi O : suhu : 36,4oC
3, 2014 dada , nadi :
4 10.00 100x/menit RR :
45x/menit
1 10.20 - Memberikan terapi O2 S:-
2ltr/menit O : klien masih
tampak
terpasang
ventilator O2
2ltr/mnt dengan
SPO2 90%
2 12.00 - Mengganti popok bila S : ( klien
basah menangis)
O : klien tampak
menangis saat
popoknya diganti
4 12.15 - menggunakan teknik
aseptic selama
berinteraksi dengan
klien

4 12.40 - memberikan anti biotik S : -


sesuai advis dokter O : klien
terpasang infus
umbilical 5%
dengan teraphi
PO Ferlin drop
1x0,3cc
3 14.00 - mengkolaborasi dengan S : -
ahli gizi untuk O : klien masih
pemberian nutrisi terpasang OGT
dengan diit 30cc

F. EVALUASI
N
O TANGGA
EVALUASI TT
D L JAM
X
1 17-10- S:-
2014 O : Klien tampak terpasang ventilator O2
14.00 2ltr/mnt dengan SPO2 98% , auskultasi paru :
ronchi
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
- Berikan terapi O2 2lt/m
- Jaga kepatenan jalan napas
(suction)
2 - Observasi ttv,cuping
14.00 hidung,retraksi dada
- Posisikan klien semi fowler

S:-
O : Suhu : 36,2
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Atur suhu incubator sesuai
indikasi
3 - Pantau suhu setiap 3 jam sekali
14.00 - Ganti popok bila basah
- Hindarkan bayi kontak langsung
dengan sumber dingin/panas

S:-
O : BB : 1060gram
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Monitor BB klien
- Monitor asupan intake dan
4 output cairan
14.00 - Kaji kemampuan reflek hisap
- Pasang selang OGT
- Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk pemberian nutrisi

S:-
O : Hasil leukosit klien 24.7
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- pantau tanda gejala infeksi
1 suhu , lekosit, penurunan BB
18-10- - berikan antibiotic sesuai advis
2014 dokter
14.00 - batasi jumlah pengunjung
- gunakan tekhnik aseptic selama
berinteraksi dengan klien

S:-
O : Cairan dalam tabung suction tampak
2 jernih
A : Masalah teratasi sebagian
14.00 P : Lanjutkan intervensi
- Berikan terapi O2 2lt/m
- Jaga kepatenan jalan napas
(suction)
- Observasi ttv,cuping
hidung,retraksi dada
- Posisikan klien semi fowler

3 S:-
O : Suhu : 36oC
14.00 A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Atur suhu incubator sesuai
indikasi
- Pantau suhu setiap 3 jam sekali
- Ganti popok bila basah
- Hindarkan bayi kontak langsung
dengan sumber dingin/panas
4
S:-
14.00 O : Klien tampak masih terpasang OGT
dengan diit 30cc
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Monitor BB klien
- Monitor asupan intake dan
output cairan
- Kaji kemampuan reflek hisap
- Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk pemberian nutrisi
1
S:-
19-10- O : Leukosit 24.7
2014 A : Masalah belum teratasi
14.00 P : Lanjutkan intervensi
- pantau tanda gejala infeksi
suhu , lekosit, penurunan BB
- berikan antibiotic sesuai advis
dokter
- gunakan teknik aseptic selama
2 berinteraksi dengan klien
- bersihkan incubator secara
berkala
14.00

S:-
O : Klien tampak terpasang ventilator O2
2ltr/mnt dengan SPO2 90% , auskultasi :
ronchi
A : Masalah teratasi
P : Lanjutkan intervensi
3 - Berikan terapi O2 2lt/
- Jaga kepatenan jalan napas
(suction)
14.00 - Observasi ttv,cuping
hidung,retraksi dada
- Posisikan klien semi fowler

S :-
O : Suhu 36,4oC
A : Masalah teratasi sebagian
4 P : Lanjutkan intervensi
- Atur suhu incubator sesuai
indikasi
14.00 - Pantau suhu setiap 3 jam sekali
- Hindarkan bayi kontak langsung
dengan sumber dingin/panas
- Ganti popok bila basah

S :-
O : Klien tampak masih terpasang infus
umbilikel 5%
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Monitor BB klien
- Monitor asupan intake dan
output cairan
- Kaji kemampuan reflek hisap
- Pasang selang OGT
- Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk pemberian nutrisi

S:
O : Hasil leukosit 24,7
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- pantau tanda gejala infeksi
suhu , lekosit, penurunan BB
- berikan antibiotic sesuai advis
dokter
- batasi jumlah pengunjung
- gunakan teknik aseptic selama
berinteraksi dengan klien
- bersihkan incubator secara
berkala
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Penulis menguraikan beberapa kesimpulan pada pada


bayi dengan berat lahir yaitu : bayi berat lahir rendah (BBLR)
adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram, tanpa
memandang masa gestasi, berat lahir rendah adalah yang
ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah bayi lahir
Penanganan bayi dengan berat badan lahir rendah
bergantung pada besara kecilnya bayi. Semakin kecil bayi dan
semakin premature bayi, maka semakin besar perawatan yang
diperlukan, karena kemungkinan terjadi serangan sianosis lebih
besar. Semua perawatan bayi harus dilakukan didalam
incubator. Bayi dengan berat lahir rendah, mempunyai kesulitan
dalam mempertahankan suhu tubuh. Bayi akan berkembang
secara memuaskan, asal suhu rectal dipertahankan antara 35,50
C s/d 370 C.. Bayi berat rendah harus diasuh dalam suatu suhu
lingkungan dimana suhu normal tubuhnya dipertahankan dengan
usaha metabolic yang minimal. Bayi berat rendah yang dirawat
dalam suatu tempat tidur terbuka, juga memerlukan
pengendalian lingkungan secara seksama. Suhu perawatan
harus diatas 25 0 C, bagi bayi yang berat sekitar 2000 gram, dan
sampai 300 C untuk bayi dengan berat kurang dari 2000 gram.
Bayi dengan berat badan lahir rendah, dirawat didalam
incubator. Prosedur perawatan dapat dilakukan melalui “jendela“
atau “lengan baju“. Sebelum memasukkan bayi kedalam
incubator, incubator terlebih dahulu dihangatkan, sampai sekitar
29,4 0 C, untuk bayi dengan berat 1,7 kg dan 32,20C untuk bayi
yang lebih kecil. Bayi dirawat dalam keadaan telanjang, hal ini
memungkinkan pernafasan yang adekuat, bayi dapat bergerak
tanpa dibatasi pakaian, observasi terhadap pernafasan lebih
mudah.
Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi
bayi preterm BBLR, akibat tidak adanya alveoli dan surfaktan.
Konsentrasi O2yang diberikan sekitar 30- 35 % dengan
menggunakan head box, konsentrasi o2 yang tinggi dalam masa
yang panjang akan menyebabkan kerusakan pada jaringan
retina bayi yang dapat menimbulkan kebutaan. Bayi preterm
dengan berat rendah, mempunyai system imunologi yang kurang
berkembang, ia mempunyai sedikit atau tidak memiliki
ketahanan terhadap infeksi. Untuk mencegah infeksi, perawat
harus menggunakan gaun khusus, cuci tangan sebelum dan
sesudah merawat bayi, memakai masker, gunakan gaun/jas,
lepaskan semua asessoris dan tidak boleh masuk kekamar bayi
dalam keadaan infeksi dan sakit kulit.

Pemberian makanan secara dini dianjurkan untuk


membantu mencegah terjadinya hipoglikemia dan hiperbillirubin.
ASI merupakan pilihan pertama, dapat diberikan melalui kateter (
sonde ), terutama pada bayi yang reflek hisap dan menelannya
lemah. Bayi berat lahir rendah secara relative memerlukan lebih
banyak kalori, dibandingkan dengan bayi preterm.

B. Saran

- Diharapkan kepada mahasiswa khususnya mahasiswa


keperawatan agar dapat mengerti, memahami dan dapat
menjelaskan tentang BBLR baik dari pengertian,
patofisiologi, etiologi, manifestasi klinis maupun
pencegahan serta penerapan asuhan keperawatannya.
- Mahasiswa diharapkan lebih banyak menggali kembali
tentang BBLR. Ilmu yang didapatkan dapat diterapkan
dalam kehidupan masyarakat.
- Diharapkan kepada tim kesehatan maupun mahasiswa
keperawatan untuk lebih meningkatkan penyuluhan
kesehatan kepada masyarakat mengenai pencegahan
bayi BBLR.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&cd=&ved=2ahUKEwjNz7HNv6ztAhUG7XMBHeg
nAA0QFjAKegQIBxAB&url=https%3A%2F%2Fwww.academia.edu
%2F11800237%2FAsuhan_Keperawatan_Anak_BBLR&usg=AOvVa
w1HuibWGsfbvY5GJosCBjt4

Anda mungkin juga menyukai