Anda di halaman 1dari 5

ISLAM DAN HUKUM Isu: Mengucapkan Selamat Hari Raya Non Muslim Islam sangat menganjurkan para

ahli agama di bidangnya untuk melakukan ijtihad. Muadz bin Jabal dipuji Nabi dengan ijtihadnya saat
dikirim Nabi ke Yaman sebagai Hakim.[1] Tetapi, ijtihad adalah aktivitas para ahli di bidang hukum
agama yang disebut fiqih atau syariah. Sebagaimana juga undang-undang negara yang hanya dapat
dibuat olch para ahli hukum Ada dua hal yang menjadi kontroversi seputar Natal bagi muslim yaitu
hukum (a) mengucapkan selamat Natal, dan (b) mengikuti ritual sakramen Natal. Kodua persoalan
tersebut selalu menjadi perteniangan dan perdehatan diantara para cendikiawan muslim khusunya di
Indonesia kareana pada kenyataannnya masyarakat Indonesia yang pluralitas terdiri dari banyaknya
ragam agama dan Persoalan mengucapkan selamat hari raya kepada agama lain merupakan persoalan
ijtihadi. Setidaknya ada dua kelompok yang memberikan pandangan tentang hal tersebut, yakni
kelompok yang membolehkan dan kelompok yang mengharamkan. Kedua kelompok ini memiliki
argumentasi satu sama lainaya yang diperkuat dengan dalil-dalil baik itu al-Qur'an, Sunnah dan fatwa-
fatwa ulama. Adapun dasar dari kedua pendapat tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

A. Pendapat Yang Membolehkan Ulama yang membolchkan mengucapkan hari raya kepada orang yang
berbeda agama berargumen dengan dalil-dalil al-Qur'an sebagai berikut: 1. QS Al-Mumtahanah 60:8
"Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada
memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang beriaku adil." 2. QS Al-Baqarah 2:83: ".serta ucapkanlah kata-kata yang baik
kepada manusia" 3. QS An-Nahl 16:90: "Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat
kebajikan." 4. QS An-Nisa' 4:86 "Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan,
maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah penghormatan itu
(dengan yang serupa)." Ulama kontemporer umumnya menghalalkan atau membolchkan mengucapkan
selamat pada perayaan umat non-Muslim termasuk Natal. Dalil dasar yang menjadi landasan hukumnya
berpegang pada ayat-ayat diatas, Adapun ulama-ulama kontemporer yang memperbolehkan
mengucapkan selamat atas perayaan umat non tersebut adalah 1. Fatwa Yusuf Qardhawi Ahli Fikih asal
Mesir 2. Fatwa Wahbah Zuhaili Ahli Figih asal Suriah 3. Fatwa Ali Jumah Mufti Mesir

4. Habib Umar bin Hafidz Yaman 5. Fatwa Syarar Qudhat Ahli Hadits Yordania 6. Abdullah bin Bayyah 7.
Rasyid Ridha 8. Musthafa Zarqa Hal ini tercermin dari fatwa yang mereka sampaikan dalam karya- karya
mereka. Berikut disajikan hasil ijtihad para ulama yang membolehkan pengucapan selamat terhadap
hari raya umat yang lain: 1. Fatwa Syekh Yusuf Qardhawi Syekh Yusuf Qardhawi (lahir 9 September
1926) adalah ketua Persatuan Ulama Muslim Dunia ( a J Y). Penulis dari 120 buku lebih antara lain AI-
Halal wal IHaram fil Islam (Halal Haram dalam Islam). Figh AI-Zakat, dan Fiqh Al-Jihad. Keahlian yiby
:snsnyy Syaikh Yusuf Qardhawi membolehkan mengucapkan Selamat Natal pada hari raya umat Nasrani
dan hari-hari raya nonmuslim lain. Berikut pendapat Yuruf Qaradawi

Artinya: Mayoritas ulama kontemporer membolchkan mengucapkan selamat Natal pada umat Nasrani
termasuk di antaranya adalah Dr. Yusuf Qardhawi di mana dia mengatakan bahwa perbedaan siluasi dan
kondisi dunia telah membuat Qardhawi berbeda pendapat dengan Ibnu Taimiyah atas bolehnya
mengucapkan selamat pada Nasrani. Ucapan selamat dibolehkan apabila berdamai dengan umat Islam
khsusnya bagi umat Kristen yang memiliki hubungan khusus dengan seorang muslim seperti hubungan
kekerabatan, bertetangga, berteman di kampus atau sekolah, kolega kerja, dan lain-lain. Mengucapkan
selamat termasuk kebaikan yang tidak dilarang oleh Allah bahkan termasuk perbuatan yang disenangi
Allah sebagaimana sukanya pada sikap adil (Allah memyukai orang- orang yang bersikap adil). Apalagi,
apabila mereka juga memberi ucapan selamat pada hari raya umat Islam.

Allah berfirman: Apabila penghormatan yang lehilt baik. Qardhawi juga nenjelaskan bahwa tidak ada hal
yang mencegah untuk mengucapkan selamat pada perayaan non-muslim akan tetapi dimu jangan ikut
memperingati ritual agama mereka juga jangan ikut merayakan. Kita boleh hidup bersama mereka
(nonmuslim) dengan melakukan sesuatu yang tidak bertentangan dengan syariah Allah. Maka tidak ada
larangan bagi muslim mengucapkan selamat pada nonmuslim dengan kalimat yang biasa yang tidak
mengandung pengakuan atas agama mereka atau rela dengan hal itu. Ucapan selamat itu hanya kalimat
keramahtamahan yang biasa dikenal 2. Fatwa Syeh Wahbah Zuhaili Artinya: Tidak ada halangan dalam
bersopan santun (mujamalah) dengan orang Nasrani menurut pendapat sebagian ahli figh berkenaan
hari raya mereka asalkan tidak berinaksud sebagai pengakuan atas (kebenaran) ideologi mereka. 3.
Fatwa Syckh Ali Jum'ah Syeikh Ali Jumah adalah Mufti Besar Mesir periode 28 September 2003 - 11
February 2013. Ahli fiqih pengikut madzhab Syafri dan berakidah Asy'ariyah. Pada 2008 ia mengeluarkan
fatwa terkait mengucapkan selamat pada perayaan non-Muslim. Intinya: ucapana selamat itu boleh dan
baik.

Artinya: Mufti Mesir: Ucapan Selamat pada Hari Raya Non-Muslim itu Boleh dan baik. Kairo (Mesir) -
Mufti Mesir Dr. Ali Jum'ah menegaskan bahnwa mengucapkan selamat pada umat Kristiani dan ahli
kitab lain itu boleh. Bahkan menganggap itu hal yang baik yang tidak dilarang oleh Allah dengan syarat
tidak ikut bergabung dalam peruyaannya lerutama yang terkait dengan perkara yang bertentangan
dengan akidah Islam. Menjawab pertanyaan dari islam-online.net, Ali Jumah berkata "Mengucapkan
selamat pada non-muslim berkenaan dengan perayaan sosial dan agama mereka seperti Natal Nabi Isa
dan Tahun Baru maschi itu boleh." Hal itu masuk dalam kategori baik dan melunakkan hati. Ali Junah
menganggap mengucapkan selamat termasuk dalam firman Allah dalam QS Al-Mumtahanah 60:8 (yang
artinya): "Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang
tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah
menyukai orang- pe nyeuag Bue Sueso 3. Syckh Syaraf Qudhat Syaraf Qudhat adalah ahli hadits Fakultas
Syariah di Universitas Yordania. Dalam fatwanya pada 22 Desember 2011 yang berjudul "Ucapan
Selamat pada Hari Raya Kristen". Berikut detailnya dalam bahasa Arab:

Artinya: Banyak pertanyaan akhir-akhir ini lentang hukum mengucapkan selamat (tahniah) pada hari
raya umat Kristiani, sebagai jawaban dari hal tersebut inilah jawaban saya: Hukum asal dalam hal ini
adalah boleh. Tidak ada dalil teks (Quran dan hadits Nabi) yang melarang hal itu. Seluruh pendapat yang
saya dengar dan baca dari mereka yang melarang ucapan selamat Natal balwa dalam ucapan selamat itu
terkandung pengakuan pada agama mereka Padahal yang benar adalah balnwa dalam ucapan selamat
tidak lerkandung pengakuan apapun dengan dasar sebagai berikut: Pertama, karena kita tidak pernah
menganggap ucapan selamat Hari Raya mereka pala kita sebagai pengakuan mereka atas kebenaran
Islam. Ucapan selamat Natal seorang Muslim tidak bermaksud sebagai pengakuan yang terkait agama.
Juga bukam berarti mereka faham pada agama kita. Kedua, karena Allah menyuruh kita untuk
memperlakukan mereka dengan baik seperti tersebut dengan jelas dalam QS Al-Mumthanah 60:8.
Makna al-birr adalah berbuat baik secara umum. Artinya, Allah memerintahkan kita untuk
memperlakukan mereka dengan kebaikan. Maka, perlakukan baik kepada non-Muslim bukan haryu
boleh bahkan dianjurkan. Bagaimana mungkin mengucupkam selamat saja dilarang? Sudah pasti kita
berharap mereka dalam keadaan baik-baik saja. Dan Allah menyuruh kita melakukan hal ink Ketiga,
karena Allah mensyariatkan kita untuk tahaluf (berkoalis) dengan mereka sebagaimana yang dilakukan
Nabi saat beliau datang ke Madinah Al-Munawwaroh.

Keempat, karena Allah memerintahkan kita untuk mengunjungi rumah mereka dan menyambut
kedatangan mereka di rumah kita. Memakan makanan mereka dan menikahi perempuan mereka
padahal dalam perkawinan terdapat mawaddah wa rahmah (rasa kasih dan sayang). Tidak ada yang
mengatakan hal itu sebagai ikrar atau pengakuan bahwa agama mereka itu benar. Bagaimana semua hal
itu dibolehkan sedangkan mengucapkan selamat saja dilarang? 4. Dr. Mustofa Zarqa Mustafa Al-Zarqa
lahir di Aleppo, Suriah pada 1904 dan wafat di Riyadh 3 Juli 1999, Keahlian khusus: Fiqih (Syariah Islam)
Artinya: Ucapan selamat natal seorang muslim packa temannya yang Nasrani menurut pendapat saya
termasuk dalam kategori mujamalah (sopan santun) pada mereka ddan muhasanah (berbaikan) dalam
pergaulan. Islam tidak melarang kita untuk bermujamalah dan muhasanah dengan mereka. Apolagi Nabi
Islam dalam akidah Islam lermasuk Rasul Allah yang agung dan ulul azmi. Nabi Isa diagungkan juga
dalam Islam. Hanya saja mereka, Nasrani, berlebihan pada Nabi Islam dan menganggapnya tuhan. Maha
Luhur Allah dari apa yang mereka katakan Barangsiapa yang mengira bahwa ucapan selamat ini haram
dengan alasan karena ada kaitannya dengan akidah mereka dari segi ketuhanan maka itu salah
Mujamalah seperti ini tidak ada kaitannya vyau ojosay unp yopryo tursnan unuap 5. Fatwa Rasyid Ridha
Rasyid Ridha adalah ahli tafsir Mesir yang menulis Tafsir Al-Manar. Beliau Berkata: Artinya:
Kemaslahatan bangsa terkait dengan keharmonisannyU satu sama lain Orang yang buruk pergaulannya
tidak akan disukai sesama maka hilanglah selurulh kebaikan. Terutama apabila la (muslim) lemah sedang
mereka kuat. Apabila keburukan cara bergaul itu dikaitkan pada agama maka akan semakin
memperburuk reputasi agama. Maka, kalian boleh berkunjung ke kaum Nasrani saat perayaan mereka
dan bergaulah dengan mereka dengan akhlak mulia yang lebih baik dari cara mereka memperlakukan
kalian. Jangan menganggap ini sebagai darurat. Ini justru diperintahkan asal niatnya baik dan menjaga
diri dari perkara haram seperti minum alkohol misalnya. 6. Fatwa Abdullah Bin Bayyah Abdullah bin
Bayyah adalah Ketua Majelis Ulama Eropa (Al-Majlis Abdullah Bin Bayyah memperbolehkan ucapan
selamat Natal. Menurut Syaikh Bin Bayyah, Ibnu Taimiyah juga memperbolehkan ucapan selamat pada
perayaan non-Muslim pada salah satu fatwanya.

Artinya: Mengucapkan selamat pada non-muslim terjadi perbedaan ulama, Dalam madzhab Hambali ada
tiga pendapat yaitu haram, makruh dan boleh. Riwayat terakhir (yung membolehkan) adalah pilihan
Ibnu Taimiyah karena ada unsur maslahah. Ini pendapat yang juga kami pilih. Muka, boleh mengucapkan
selamat pada Xun( opod) ynpaý wu Sunt opod) ynljzyoi uysn-uou unnoad sakit) ini berdasarkan pada
pendapat Al-Mardawi dalam Al-Inshaf dan disebut dari Ibnu Taimiyah dalam heberapa kitab yang lain ia
tidak sepakat atas pendapatnya. B. Pendapat Yang Mengharamkan Mayoritas ulama salaf dari madzhab
empat - Syafi'i, Hanafi Maliki, Hanbali, mengharamkan ucapan selamat pada hari raya non-Muslim.
Berikut pendapat mereka: 1. Mazhab Syafi'I Damiri dalam Al-Najm Al-Wahhaj fi Syarh Al-Minhaj, "Fashl
Al- Takzir", hlm. 9/244, dan Khatib Syarbini dalam Mughnil Muhtaj ila Makrifati Ma'ani Alfadzil Minhaj,
hlm. 4/191, menyatakan:
Artinya: Ditakzir (dihukum) orang yung sepakat dengan orang kafir pada hari raya mereka, orang yung
memegang ular, yang masuk api, orang yang berkata pada kafir dzimmi "Hai Haji", orang yang
mengucapkan selamat pada hari raya (agama lain), orung yung menyebut peziarah kubur orang saleh
dengan sebutan haji, dan pelaku acu domba karena banyaknya menimbulkan kerusakan antara manusia.
Berkata Yalya bin Abu Katsir: Pengadu domba dalam satu jam dapat membuat kerusakan yang baru bisa
dilakukan tukang sihir dalam setahun. Ibnu Hajar Al-Haitami dalam Al-Fatawa Al-Fighiyah, hlm. 4/238-
239, menyatakan:

Artinya: Aku melihat sebagian ulama muta'akhirin menuturkan pendapat yang sama denganku, lalu ia
berkata: Termasuk dari bid'ah terburuk adalah persetujuan muslim pada Nasrani pada hari rayu mereka
dengan menyerupal dengan makanan dan hadiah dan mencrima hadiah pada hari itu, Kebanyakan orang
yang melakukan itu adalah kalangan orang Mesir. Nabi bersabda "Barangsiapa yung menyerupai suatu
kaum maka ia bagian dari mereka". Ibnu Al-Haj berkata: Tidak halal bagi muslim menjual sesuatu pada
orang Nasrani untuk kemaslahatan hari ruyanya baik berupa daging kulit atau baju. Hendkaknya tidak
meminjamkan sesuatu walaupun berupu kendaraan karena itu menolong kekufuran mereka. Dan bagi
pemerintah henkaknya mencegah umat Islam atas hal itu. Salah saturnya adalah perayaan Niruz (Hari
Baru) dan wajib melarang umat Islam menampakkan diri pada hari raya non-muslim. 2. Mazhab Hanafi
Ibnu Najim dalam Al-Bahr Al-Raiq Syarah Kanz Al-Daqaiq. hlm. 8/555,

Artinya: Abu Hafs Al-Kabir berkata: Apabila seorang muslim yang menyembah Allah selama 50 tahun lalu
datang pada Hari Niruz (tahun baru kaum Parsi dan Kurdi pra Islam - red) dan memberi hadiah telur
pada sebagian orang musyrik dengan tujuan untuk mengagungkan hari itu, maka dia kafir dan terhapus
amalnya. Berkata penulis kitab Al-Jamik Al-Asghar: Apabila memberi hadiah kepada sesama muslim dan
tidak bermaksud mengagungkan hari itu tetapi karena menjadi tradisi sebagian manusia maka tidak kafir
akan tetapi sebaiknya tidak melakukan itu pada hari itu secara khusus dan melakukannya sebelum atau
setelahnya supaya tidak menyerupai dengan kaum tersebut. Nabi bersabda: "Barangsiapa menyerupai
suatu kaum maka ia bagian dari mereka." Penulis kitab Al-Jamik Al-Asghar berkata: Seorang lelaki yang
membeli sesuatu yang dibeli orang kafir pada hari Niruz dia tidak membelinya sebelum itu maka apabila
ia melakukan itu ingin mengagungkan hari itu sebagaimana orang kafir maka ia kafir. Apabila berniat
untuk makan minum dan bersenang-senang saja tidak kafir.

3. Mazhab Maliki Ibnul Haj Al-Maliki dalam Al-Madkhal, 2/46-48 menyatakan: Artinya: Ibnu Qasim
ditanya soal menaiki perahu yang dinaiki kaum Nasrani pado hari raya mereka. Ibmu Qasim tidak
menyukai (memakruhkuan) hal itu karena takut turunnyu kebencian pada mereka karena mereka
berkumpul karena kekufuran mereka. Ibnu Qasim juga tidak meny nkai seorang muslim memberi hadiah
pada Nasrant pada hari rayanya sebagai hadiah la melihat hal itu termasuk mengagungkan hari rayanya
dan menolong kemaslahatan kufurnya Tidakkah engkau tahu balhwa tidak halal bagi muslim
membelikan sesuatu untuk kaum Nasrani untuk kemaslahatan hari raya mereka baik berupa daging,
baju; tidak meminjamkan kendaraan dan tidak menolong apapiun dari agama mereka karena hal itu
termasuk mengagungkan kesyirikan mereka dan menolong kekafiran mereka. Dan hendaknya penguasa
melarang umat Islam melakukan hal itu. Ini pendapat Malik dan lainnya. Saya tidak tahu pendapat yang
berbeda. 4. Mazhab Hambali Al-Buhuti dalam Kasyful Qina' an Matnil Iqnak, hlm. 3/131, menyatakan:
Artinya: Haram mengucapkan selamat, takziyuh (ziarah orang mati) (yadah (ziaralh orang sakit) kepada
non-muslim karena itu berar mengagungkan mereka menyerupal (mengucapkan) salam. Eoleh lyadah
kafir dzimmi apabila diharapkan Islamnya dan hendakmya mengajak masuk Islam. Karena, dalam sebuah
hadits riwayur Bukhari, Nabi pernah iyadah pala orang Yahudi dan mengajaknya masuk Islam lalu si
Yahudi masuk Islam lalu berkata, "Alhamdulillah Allah telah menyelamatkan aku dari neraka " Dan
karena iyudah termasuk akhak mulia. Haram menghadiri perayaan Yahudi dan Nasrani dan kafir lain dan
membeli untuk mereka pada hari itu. Dalam kitab Al-Muntaha dikatakan: Tidak ada jual beli kita pada
mereka pada hari itu dan memberi hadiah mereka karena hari rayu mereka karna hal ite termasuk
mengagungkan mereka sehingga hal ini menyerupai memulai ucapaan salam. Jika dilihat dari kedua
pendapat para ulama, ulama yang membolehkan mengucapkan selamat atas perayaan agama non
muslim memberikan persyaratan yang ketat, hal ini berarti pada dasarnya jika syarat itu tidak terpenuhi
maka tetap dalam keharamannya. Oleh karena itu jika sescorang dikhawatirkan tidak dapat memenuhi
persyaratan-persyaratan tersebut lebih utama untuk dihindari. Fatwa bolehnya mengucapkan natal
tidak menunjukan bahwa hal tersebut menjadi suatu keharusan untuk diucapkan ketika datangnya hari
natal. Selain itu fatwa tidak bersifat mengikat, fatwa hanya mengikat orang yang memfatwakannya saja.

Anda mungkin juga menyukai