NIM: 04011181823247
Kelompok B2
Diare
Definisi
Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan konsistensi lembek atau
cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering (biasanya tiga kali atau lebih)
dalam satu hari.
Diare adalah buang air besar (BAB)dengan konsistensi feces lebih cair dengan frekuensi >3 kali
sehari,Kecuali pada neonatus (bayi < 1 bulan) yang mendapatkan ASI biasanya buang air besar
dengan frekuensi lebih sering (5-6 kali sehari) dengan konsistensi baik dianggap normal.
Etiologi
Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam 6 golongan besar yaitu infeksi
(disebabkan oleh bakteri, virus atau infestasi parasit), malabsorpsi, alergi, keracunan,
imunodefisiensi dan sebab-sebab lainnya. Penyebab yang sering ditemukan di lapangan ataupun
secara klinis adalah diare yang disebabkan infeksi dan keracunan.
a. Faktor Infeksi
2) Malabsorbsi lemak
3) Malabsornsi protein
d. Faktor psikologis, rasa takut dan cemas (jarang, tetapi dapat terjadi pada anak yang lebih
besar).
Epidemiologi
Riskesdas 2007
- Dilihat per kelompok umur diare tersebar di semua kelompok umur dengan prevalensi
tertinggi terdeteksi pada anak balita (1-4 tahun) yaitu 16,7%. Sedangkan menurut jenis
kelamin prevalensi laki-laki dan perempuan hampir sama, yaitu 8,9% pada laki-laki dan
9,1% pada perempuan.
- Beberapa provinsi mempunyai prevalensi diare klinis >9% (NAD, Sumatera Barat, Riau,
Jawa Barat, Jawa Tengah, Banten, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tengara Timur,
Kalimantan Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Papua Barat dan
Papua)
- Prevalensi diare lebih banyak di perdesaan dibandingkan perkotaan, yaitu sebesar 10% di
perdesaan dan 7,4 % di perkotaan. Diare cenderung lebih tinggi pada kelompok
pendidikan rendah dan bekerja sebagai petani/nelayan dan buruh
- Berdasarkan pola penyebab kematian semua umur, diare merupakan penyebab kematian
peringkat ke-13 dengan proporsi 3,5%. Sedangkan berdasarkan penyakit menular, diare
merupakan penyebab kematian peringkat ke-3 setelah TB dan Pneumo-nia.
Nama: Sayyidah Ayatullah Assharrima
NIM: 04011181823247
Kelompok B2
SKDI
- Dari hasil SDKI 2007 didapatkan 13,7% balita mengalami diare dalam waktu dua
minggu sebelum survei, 3% lebih tinggi dari temuan SDKI 2002-2003 (11 persen).
Prevalensi diare tertinggi adalah pada anak umur 12-23 bulan, diikuti umur 6-11 bulan
dan umur 23-45 bulan
- banyak diderita oleh kelompok umur 6-35 bulan karena anak mulai aktif bermain dan
berisiko terkena infeksi.
- Prevalensi diare sedikit lebih tinggi pada anak laki-laki (14,8%) dibandingkan dengan
anak perempuan (12,5%) dan lebih tinggi pada balita di perdesaan (14,9%) dibandingkan
dengan perkotaan (12,0%).
Klasifikasi
Jenis diare ada dua, yaitu Diare akut, Diare persisten atau Diare kronik. Diare akut adalah diare
yang berlangsung kurang dari 14 hari, sementara Diare persisten atau diare kronis adalah diare
yang berlangsung lebih dari 14 hari.
Nama: Sayyidah Ayatullah Assharrima
NIM: 04011181823247
Kelompok B2
Faktor Risiko
a. Faktor umur: yaitu diare terjadi pada kelompok umur 6-11 bulan pada saat diberikan
makanan pendamping ASI. Pola ini menggambarkan kombinasi efek penurunan kadar
antibody ibu, kurangnya kekebalan aktif bayi, pengenalan makanan yang mungkin
terkontaminasi bakteri tinja.
b. Faktor musim: variasi pola musim diare dapat terjdadi menurut letak geografis. Di Indonesia
diare yang disebabkan oleh rotavirus dapat terjadi sepanjang tahun dengan peningkatan
sepanjang musim kemarau, dan diare karena bakteri cenderung meningkat pada musim
hujan.
c. Faktor lingkungan: meliputi kepadatan perumahan, kesediaan sarana air bersih (SAB),
pemanfaatan SAB, kualitas air bersih. Sanitasi lingkungan yang buruk juga akan
berpengaruh terhadap kejadian diare, interaksi antara agent penyakit, manusia dan faktor –
faktor lingkungan, yang menyebabkan penyakit perlu diperhatikan dalam penanggulangan
diare.
d. Faktor Gizi: makin buruk gizi seorang anak, ternyata makin banyak kejadian diare.
Nama: Sayyidah Ayatullah Assharrima
NIM: 04011181823247
Kelompok B2
e. Faktor sosial ekonomi: kebanyakan anak – anak yang mudah menderita diare berasal dari
keluarga besar dengan daya beli yang rendah, kondisi rumah yang buruk, tidak punya
penyediaan air bersih yang memenuhi persyaratan kesehatan, pendidikan orang tuanya yang
rendah dan sikap serta kebiasaan yang tidak menguntungkan.
f. Faktor makanan yang terkontaminasi pada masa sapih: insiden diare pada masyarakat
golongan berpendapatan rendah dan kurang pendidikan mulai bertambah pada saat anak
untuk pertama kali mengenal makanan tambahan dan frekuensi ini akan makin lama
meningkat untuk mencapai puncak pada saat anak sama sesekali di sapih, makanan yang
terkontaminasi jauh lebih mudah mengakibatkan diare pada anak–anak lebih tua.
g. Faktor pendidikan: pendidikan adalah sebuah proses pengubahan sikap dan tata laku
seseorang atau kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran
dan pelatihan. Pendidikan memengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seeorang,
makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Tingkat pendidikan mempengaruhi
tingkat pengetahuan ibu balita dalam berperilaku dan berupaya secara aktif guna mencegah
terjadinya diare pada balita.
Patogenesis
a. Gangguan osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan
osmotic dalam rongga usus meninggi sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam
rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkanya
sehingga timbul diare.
b. Gangguan sekresi
Akibat terangsang tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan
sekresi, air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya timbul diare karena terdapat
peningkatan isi rongga usus.
c. Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan mengkkpuakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap
makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan
mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya timbul diare pula.
Nama: Sayyidah Ayatullah Assharrima
NIM: 04011181823247
Kelompok B2
Patofisiologi
1) Faktor infeksi
Proses ini dapat diawali adanya mikroorganisme (kuman) yang masuk ke dalam saluran
pencernaan yang kemudian berkembang dalam usus dan merusak sel mukosa usus yang
dapat menurunkan daerah permukaan usus. Selanjutnya terjadi perubahan kapasitas usus
yang akhirnya mengakibatkan gangguan fungsi usus dalam absorpsi cairan dan elektrolit.
Atau juga dikatakan adanya toksin bakteri akan menyebabkan transpor aktif dalam usus
sehingga sel mukosa mengalami iritasi yang kemudian sekresi cairan dan elektrolit akan
meningkat.
2) Faktor malabsorpsi
Merupakan kegagalan dalam melakukan absorpsi yang mengakibatkan tekanan osmotik
meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke rongga usus yang dapat
meningkatkan isi rongga usus sehingga terjadilah diare.
3) Faktor makanan
Faktor ini dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak mampu diserap dengan baik. Sehingga
terjadi peningkatan peristaltik usus yang mengakibatkan penurunan kesempatan
untukmenyerap makan yang kemudian menyebabkan diare.
4) Faktor psikologis
Faktor ini dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan peristaltik usus yang akhirnya
mempengaruhi proses penyerapan makanan yang dapat menyebabkan diare.
Algoritma Diagnosis
a. Anamnesis
Tanya, lihat tanda-tanda dehidrasi pada anak
Tanya:
- Berapa lama anak sudah mengalami diare?
- Berapa kali anak buang air besar dalam satu hari?
- Apakah tinjanya ada darah?
- Apakah dia muntah?
Nama: Sayyidah Ayatullah Assharrima
NIM: 04011181823247
Kelompok B2
- Apakah ada penyakit lainnya?
Lihat:
- Bagaimana keadaaan umum anak?
- Sadar atau tidak sadar?
- Lemas atau terlihat sangat mengantuk?
- Apakah anak gelisah?
- Berikan minum, apakah dia mau minum?
Jika iya, apakah ketika minum ia tampak sangat haus atau malas minum?
- Apakah matanya cekung atau tidak cekung?
Lakukan cubitan kulit perut (turgor).
- Apakah kulitnya kembali segera, lambat, atau sangat lambat (lebih dari 2 detik) ?
b. Pemeriksaan Fisik
Tanda-tanda dehidrasi ringan atau dehidrasi berat:
Nama: Sayyidah Ayatullah Assharrima
NIM: 04011181823247
Kelompok B2
◦ rewel atau gelisah
◦ letargis/kesadaran berkurang
◦ mata cekung
◦ cubitan kulit perut kembalinya lambat atau sangat lambat
◦ haus/minum dengan lahap, atau malas minum atau tidak bisa minum.
Darah dalam tinja
Tanda invaginasi (massa intra-abdominal, tinja hanya lendir dan darah)
◦ Tanda-tanda gizi buruk
◦ Perut kembung.
Tidak perlu dilakukan kultur tinja rutin pada anak dengan diare.
Tatalaksana
1. Diare tanpa dehidrasi: Rencana Terapi A
2. Diare dengan dehidrasi ringan/ sedang: Rencana Terapi
3. Diare dengan dehidrasi berat: Rencana Terapi C.
Rencana terapi A
Nama: Sayyidah Ayatullah Assharrima
NIM: 04011181823247
Kelompok B2
Nama: Sayyidah Ayatullah Assharrima
NIM: 04011181823247
Kelompok B2
Pemantauan:
Nasihati ibu untuk membawa anaknya kembali jika anaknya bertambah parah, atau tidak
bisa minum atau menyusu, atau malas minum, atau timbul demam, atau ada darah dalam
tinja
Jika anak tidak menunjukkan salah satu tanda ini namun tetap tidak menunjukkan
perbaikan, nasihati ibu untuk kunjungan ulang pada hari ke-5.
Nasihati juga bahwa pengobatan yang sama harus diberikan kepada anak di waktu yang
akan datang jika anak mengalami diare lagi
Rencana terapi B
Nama: Sayyidah Ayatullah Assharrima
NIM: 04011181823247
Kelompok B2
Pemantauan:
Periksa kembali anak setiap 1-2 jam.
Juga beri oralit (kira-kira 5 ml/kg/jam) segera setelah anak mau minum.
Periksa kembali bayi sesudah 6 jam atau anak sesudah 3 jam.
Klasifikasikan Dehidrasi. Kemudian pilih rencana terapi yang sesuai (A, B, atau C) untuk
melanjutkan penanganan.
Beri tablet Zinc
Beritahu ibu berapa banyak tablet zinc yang diberikan kepada anak selama 10 hari:
Di bawah umur 6 bulan: ½ tablet (10 mg) per hari
6 bulan ke atas: 1 tablet (20 mg) per hari
Rencana terapi C
Nama: Sayyidah Ayatullah Assharrima
NIM: 04011181823247
Kelompok B2
Pemantauan:
Nilai kembali anak setiap 15 – 30 menit hingga denyut nadi radial anak teraba. Jika
hidrasi tidak mengalami perbaikan, beri tetesan infus lebih cepat.
Nama: Sayyidah Ayatullah Assharrima
NIM: 04011181823247
Kelompok B2
Selanjutnya, nilai kembali anak dengan memeriksa turgor, tingkat kesadaran dan
kemampuan anak untuk minum, sedikitnya setiap jam, untuk memastikan bahwa telah
terjadi perbaikan hidrasi
Mata yang cekung akan membaik lebih lambat dibanding tanda-tanda lainnya dan tidak
begitu bermanfaat dalam pemantauan.
Jika tanda dehidrasi masih ada, ulangi pemberian cairan intravena seperti yang telah
diuraikan sebelumnya. Dehidrasi berat yang menetap (persisten) setelah pemberian
rehidrasi intravena jarang terjadi; hal ini biasanya terjadi hanya bila anak terus menerus
BAB cair selama dilakukan rehidrasi.
Jika kondisi anak membaik walaupun masih menunjukkan tanda dehidrasi ringan,
hentikan infus dan berikan cairan oralit selama 3-4 jam . Jika anak bisa menyusu
dengan baik, semangati ibu untuk lebih sering memberikan ASI pada anaknya.
Jika tidak terdapat tanda dehidrasi, Rencana Terapi A. Jika bisa, anjurkan ibu untuk
menyusui anaknya lebih sering. Lakukan observasi pada anak setidaknya 6 jam sebelum
pulang dari rumah sakit, untuk memastikan bahwa ibu dapat meneruskan penanganan
hidrasi anak dengan memberi larutan oralit.
Semua anak harus mulai minum larutan oralit (sekitar 5ml/kgBB/jam) ketika anak bisa
minum tanpa kesulitan (biasanya dalam waktu 3–4 jam untuk bayi, atau 1–2 jam pada
anak yang lebih besar). Hal ini memberikan basa dan kalium, yang mungkin tidak cukup
disediakan melalui cairan infus. Ketika dehidrasi berat berhasil diatasi, beri tablet zinc
Pencegahan
1. Memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan dan diteruskan sampai 2 tahun
2. Memberikan makanan pendamping ASI sesuai umur
3. Memberikan minum air yang sudah direbus dan menggunakan air bersih yang cukup
4. Mencuci tangan dengan air dan sabun sebelum makan dan sesudah buang air besar
5. Buang air besar di jamban
6. Membuang tinja bayi dengan benar
7. Memberikan imunisasi campak
Nama: Sayyidah Ayatullah Assharrima
NIM: 04011181823247
Kelompok B2
Edukasi
Berikan nasihat dan cek pemahaman ibu/pengasuh tentang cara pemberian Oralit, Zinc,
ASI/makanan dan tanda-tanda untuk segera membawa anaknya ke petugas kesehatan jika anak:
- Buang air besar cair lebih sering
- Muntah berulang-ulang
- Mengalami rasa haus yang nyata
- Makan atau minum sedikit
- Demam
- Tinjanya berdarah
- Tidak membaik dalam 3 hari
Pemberian makan:
ASI tetap diberikan
Meskipun nafsu makan anak belum membaik, pemberian makan tetap diupayakan pada
anak berumur 6 bulan atau lebih.
Jika anak biasanya tidak diberi ASI, lihat kemungkinan untuk relaktasi (yaitu memulai
lagi pemberian ASI setelah dihentikan) atau beri susu formula yang biasa diberikan
Jika anak berumur 6 bulan atau lebih atau sudah makan makanan padat, beri makanan
yang disajikan secara segar – dimasak, ditumbuk atau digiling. Berikut adalah makanan
yang direkomendasikan:
Sereal atau makanan lain yang mengandung zat tepung dicampur dengan kacang-
kacangan, sayuran dan daging/ikan, jika mungkin, dengan 1-2 sendok teh minyak
sayur yang ditambahkan ke dalam setiap sajian.
Makanan Pendamping ASI lokal yang direkomendasikan dalam pedoman
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) di daerah tersebut
Sari buah segar seperti apel, jeruk manis dan pisang dapat diberikan untuk
penambahan kalium.
Bujuk anak untuk makan dengan memberikan makanan setidaknya 6 kali sehari. Beri
makanan yang sama setelah diare berhenti dan beri makanan tambahan per harinya
selama 2 minggu.
Nama: Sayyidah Ayatullah Assharrima
NIM: 04011181823247
Kelompok B2
Komplikasi
KASUS (BAB cair sejak usia 5 bulan, US: 7 bulan; Diare persisten berat (ada tanda dehidrasi
sedang mata cekung dan rewel (nangis terus))
Diare persisten
Diare persisten adalah diare akut dengan atau tanpa disertai darah dan berlanjut
sampai 14 hari atau lebih. Jika terdapat dehidrasi sedang atau berat, diare persisten
diklasifikasikan sebagai “berat”
Anak yang menderita gizi buruk dengan diare persisten, memerlukan perawatan di rumah
sakit dan penanganan khusus
Lakukan pemeriksaan mikroskopis tinja untuk melihat adanya isospora.
Tatalaksana
Nama: Sayyidah Ayatullah Assharrima
NIM: 04011181823247
Kelompok B2
Nilai anak untuk tanda dehidrasi dan beri cairan sesuai Rencana Terapi B (dehidrasi
ringan/sedang) atau C (dehidrasi berat)
Larutan oralit efektif bagi kebanyakan anak dengan diare persisten. Namun demikian,
pada sebagian kecil kasus, penyerapan glukosa terganggu dan larutan oralit tidak efektif.
Ketika diberi larutan oralit, volume BAB meningkat dengan nyata, rasa haus meningkat,
timbul tanda dehidrasi atau dehidrasi memburuk dan tinja mengandung banyak glukosa
yang tidak dapat diserap. Anak ini memerlukan rehidrasi intravena sampai larutan oralit
bisa diberikan tanpa menyebabkan memburuknya diare.
Pengobatan rutin diare persisten dengan antibiotik tidak efektif dan tidak boleh diberikan.
Walaupun demikian pada anak yang mempunyai infeksi non intestinal atau intestinal
membutuhkan antibiotik khusus.
Periksa setiap anak dengan diare persisten apakah menderita infeksi yang tidak
berhubungan dengan usus seperti pneumonia, sepsis, infeksi saluran kencing, sariawan
mulut dan otitis media. Jika ada, beri pengobatan yang tepat.
Beri pengobatan sesuai hasil kultur tinja (jika bisa dilakukan).
Beri zat gizi mikro dan vitamin yang sesuai
Obati diare persisten yang disertai darah dalam tinja dengan antibiotik oral yang efektif
untuk Shigella
Berikan pengobatan untuk amubiasis (metronidazol oral: 50 mg/kg, dibagi 3 dosis,
selama 5 hari) hanya jika:
pemeriksaan mikroskopis dari tinja menunjukkan adanya trofozoit Entamoeba
histolytica dalam sel darah; ATAU
dua antibiotik yang berbeda, yang biasanya efektif untuk shigella, sudah diberikan
dan tidak tampak adanya perbaikan klinis.
Beri pengobatan untuk giardiasis (metronidazol: 50 mg/kg, dibagi 3 dosis, selama 5 hari)
jika kista atau trofosoit Giardia lamblia terlihat di tinja.
Beri metronidazol 30 mg/kg dibagi 3 dosis, bila ditemukan Clostridium
defisil (atau tergantung hasil kultur). Jika ditemukan Klebsiela spesies atau Escherichia
coli patogen, antibiotik disesuaikan dengan hasil sensitivitas dari kultur.
Nama: Sayyidah Ayatullah Assharrima
NIM: 04011181823247
Kelompok B2
Pemberian makan:
Diet RS
Tujuannya adalah untuk memberikan asupan makan tiap hari sedikitnya 110
kalori/kg/hari.
Bayi berumur di bawah 6 bulan
◦ Semangati ibu untuk memberi ASI eksklusif. Bantu ibu yang tidak memberi ASI
eksklusif untuk memberi ASI eksklusif pada bayinya.
◦ Jika anak tidak mendapat ASI, beri susu pengganti yang sama sekali tidak
mengandung laktosa. Gunakan sendok atau cangkir, jangan gunakan botol susu. Bila
anak membaik, bantu ibu untuk menyusui kembali.
◦ Jika ibu tidak dapat memberi ASI karena mengidap HIV-positif, ibu harus
mendapatkan konseling yang tepat mengenai penggunaan susu pengganti secara
benar.
Anak berumur 6 bulan atau lebih
- Pemberian makan harus dimulai kembali segera setelah anak bisa makan.
- Makanan harus diberikan setidaknya 6 kali sehari untuk mencapai total asupan
makanan setidaknya 110 kalori/kg/hari
- Walaupun demikian, sebagian besar anak akan malas makan, sampai setiap infeksi
serius telah diobati selama 24 – 48 jam
- Anak ini mungkin memerlukan pemberian makan melalui pipa nasogastrik pada
awalnya.
- Semua anak dengan diare persisten perlu diberi suplemen multivitamin dan mineral
setiap hari selama dua minggu. Ini harus bisa menyediakan berbagai macam vitamin
dan mineral yang cukup banyak, termasuk minimal dua RDAs (Recommended Daily
Allowance) folat, vitamin A, magnesium dan copper.
Nama: Sayyidah Ayatullah Assharrima
NIM: 04011181823247
Kelompok B2
Pemantauan:
Yang dipantau:
◦ berat badan
◦ suhu badan
◦ asupan makanan
◦ jumlah BAB
Berhasil
◦ Asupan makanan yang cukup
◦ Pertambahan berat badan
◦ Diare yang berkurang
◦ Tidak ada demam
Gagal
Nama: Sayyidah Ayatullah Assharrima
NIM: 04011181823247
Kelompok B2
◦ Peningkatan frekuensi BAB anak (biasanya menjadi >10 berak encer per harinya),
sering diikuti dengan kembalinya tanda dehidrasi (biasanya terjadi segera setelah
dimulainya diet baru), ATAU
◦ Kegagalan dalam pertambahan berat badan dalam waktu 7 hari
Tatalaksana
Pengobatan rawat jalan
Beri zat gizi mikro dan vitamin
Mencegah Dehidrasi : Beri cairan sesuai dengan Rencana Terapi A
Kenali dan obati infeksi khusus
◦ Jangan memberi pengobatan antibiotik secara rutin karena pengobatan ini tidak
efektif.
◦ Infeksi non intestinal: pneumonia, sepsis, ISK, OM, sariawan mulut
◦ Infeksi intestinal: shigella
Pemberian makan:
Nasihati ibu untuk mengurangi susu sapi (susu formula) dalam diet anak untuk
sementara
Teruskan pemberian ASI dan beri makanan pendamping ASI yang sesuai:
◦ Jika anak masih menyusu, beri ASI lebih sering, lebih lama, siang dan malam.
◦ Jika anak minum susu formula, lihatlah kemungkinan untuk mengganti susu
formula dengan susu formula bebas laktosa sehingga lebih mudah dicerna.
Nama: Sayyidah Ayatullah Assharrima
NIM: 04011181823247
Kelompok B2
◦ Jika pengganti susu formula tidak memungkinkan, batasi pemberian susu formula
hingga 50 ml/kg/hari. Campur susu dengan bubur nasi ditambah tempe, tetapi
jangan diencerkan.
◦ Beri makanan lain yang sesuai dengan umur anak untuk memastikan asupan
kalori yang cukup bagi anak. Pada bayi umur ≥ 6 bulan yang makanannya hanya
susu formula harus mulai diberi makanan padat.
◦ Berikan makanan sedikit-sedikit namun sering, setidaknya 6 kali sehari.
Supplemen zat gizi mikro, termasuk zinc
Tindak lanjut:
Mintalah ibu untuk membawa anaknya kembali untuk pemeriksaan ulang setelah
lima hari, atau lebih awal jika diare memburuk atau timbul masalah lain.
Lakukan penilaian menyeluruh pada anak yang tidak bertambah berat badannya atau
yang tidak mengalami perbaikan untuk mengenali masalah yang ada, seperti
dehidrasi atau infeksi, yang perlu perhatian segera atau perawatan di rumah sakit.
Anak yang bertambah berat dan BAB kurang dari 3 kali sehari dapat meneruskan
diet normal sesuai dengan umur mereka.