PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tujuan pembangunan kesehatan adalah berupaya meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Dalam mencapai tujuan tersebut
diperlukan kebijakan yang proaktif dan dinamis dengan melibatkan semua iasi baik
pemerintah, swasta, masyarakat. Penggalian informasi yang akurat, tepat, dan dapat
dipertanggung jawabkan merupakan sumber utama dalam pengambilan keputusan dan
kebijakan.
Dalam UU Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan diamanatkan bahwa untuk
menyelenggarakan upaya kesehatan yang efektif dan efisien diperlukan informasi
kesehatan yang diselenggarakan melalui sistem informasi dan lintas sector. Sering
dengan era desentralisasi berbagai sistem informasi kesehatan telah dikembangkan
baik pemerintah pusat atau daerah, sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik daerah
masing-masing. Selain melaksanakan program pemerintah pusat melalui kementerian
kesehatan, pemerintah daerah juga diberikan otonomi untuk mengembangkan sistem
informasinya, baik di tingkat dinas kesehatan dan puskesmas mau pun rumah sakit.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu sistem informasi kesehatan nasional ?
2. Apa tujuan pengembangan sistem informasi kesehatan sebagai strategi
peningkatan kesehatan ?
3. Bagaimana konsep sistem informasi sebagai strategi peningkatan kesehatan ?
4. Bagaimana ruang lingkup sistem informasi kesehatan ?
5. Apa sasaran pengembangan sistem informasi kesehatan ?
6. Bagaiamana strategi pengembangan sistem informasi kesehatan ?
7. Bagaimana aplikasi sistem informasi kesehatan ?
8. Bagaimana permasalahan sistem informasi kesehatan ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui sistem informasi kesehatan nasional ?
2. Untuk mengetahui tujuan pengembangan sistem informasi kesehatan sebagai
strategi peningkatan kesehatan ?
1
3. Untuk mengetahui konsep sistem informasi sebagai strategi peningkatan kesehatan
?
4. Untuk mengetahui ruang lingkup sistem informasi kesehatan ?
5. Untuk mengetahui sasaran pengembangan sistem informasi kesehatan ?
6. Untuk mengetahui strategi pengembangan sistem informasi kesehatan ?
7. Untuk mengetahui aplikasi sistem informasi kesehatan ?
8. Untuk mengetahui permasalahan sistem informasi kesehatan ?
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Wide Area Network yang efektif, homogen dan efisien sebagai bagian dari
jaringan sistem informasi pemerintah daerah.
e. Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan merencanakan,
mengembangkan dan memelihara pusat penyimpanan data dan informasi yang
menyimpan direktori materi teknologi informasi yang komprehensif.
f. Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan secara proaktif mencari,
menanalisis, memahami, menyebarluaskan dan mempertukarkan secara
elektronis data/informasi bagi seluruh stakeholders
g. Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan memanfaatkan website dan
access point lain agar data kesehatan dan kedokteran dapat dimanfaatkan
secara luas dan bertanggung jawab dan dalam rangka memperbaiki pelayanan
kesehatan sehingga kepuasan pengguna dapat dicapai sebaik-baiknya
h. Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan merencanakan pengembangan
manajemen SDM sistem informasi mulai dari rekrutmen, penempatan,
pendidikan dan pelatihan, penilaian pekerjaan, penggajian dan pengembangan
karir.
i. Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan mengembangkan unit
organisasi pengembangan dan pencarian dana bersumber masyarakat yang
berkaitan dengan pemanfaatan dan penggunaan data/informasi kesehatan dan
kedokteran.
j. Dapat digunakan untuk mengubah tujuan, kegiatan, produk, pelayanan
organisasi, untuk mendukung agar organisasi dapat meraih keunggulan
kompetitif.
k. Mengarah pada peluang-peluang strategis yang dapat ditemukan.
4
Pada dasarnya sistem informasi tidak bergantung kepada penggunaan teknologi
iasic. Sistem informasi yang memanfaatkan teknologi iasic dalam
implementasinya disebut sebagai Sistem Informasi Berbasis Komputer (Computer
Based Information System).
2. Sistem informasi organisasi adalah suatu sistem yang dinamis.
Dinamika sistem informasi dalam suatu organisasi sangat ditentukan oleh
dinamika perkembangan organisasi tersebut.Oleh karena itu perludisadari bahwa
pengembangan sistem informasi tidak pernah berhenti.
3. Sistem informasi sebagai suatu sistem harus mengikuti siklus hidup sistem
Seperti lahir, berkembang, mantap dan akhirnya mati atau berubah menjadi sistem
yang baru. Oleh karena itu, sistem informasi memilikiumur layak guna. Panjang
pendeknya umur layak guna sistem informasitersebut ditentukan diantaranya oleh
a. Perkembangan organisasi tersebut
b. Perkembangan teknologi informasi
c. Perkembangan tingkat kemampuan pengguna (user) sistem informasi.
5
5. Penagihan dan Pembayaran, meliputi penagihan dan pembayaran untuk rawat
jalan, rawat inap dan penunjang medis (laboratorium, radiologi, rehab medik), baik
secara langsung maupun melalui jaminan dari pihak ketiga/asuransi/JPKM. Modul
ini juga mencatat transaksi harian pasien (laboratorium, obat, honor dokter), daftar
piutang, manajemen deposit dan lain-lain.
6. Apotik/Farmasi, yang meliputi pengelolaan informasi inventori dan transaksi
obat-obatan.
Melalui lingkup manajemen pasien tersebut dapat diperoleh laporan-laporan
mengenai:
1. Pendapatan rawat inap dan jalan secara periodik (harian, bulanan dan tahunan),
2. Penerimaan kasir secara periodik,
3. Tagihan dan kwitansi pembayaran pasien,
4. Rekam medis pasien,
5. Data kegiatan rumah sakit dalam triwulan (RL1),
6. Data morbiditas pasien rawat inap (RL2a),
7. Data morbiditas pasien rawat jalan (RL2b),
8. Data morbiditas penyakit khusus pasien rawat inap (RL2a1),
9. Data morbiditas penyakit khusus pasien rawat jalan (RL2b1),
10. Penerimaan kasir pada bagian farmasi/apotik,
11. Pembelian kasir pada bagian farmasi/apotik,
12. Manajemen ketersediaan obat pada bagian farmasi/apotik,
13. Grafik yang menunjang dalam pengambilan keputusan.
Berdasarkan kepada analisis situasi dan kebijakan yang telah ditetapkan maka
strategi pengembangan SIKNAS adalah:
7
d. Pencatatan dan pelaporan sumber daya dan administrasi kesehatan yang sudah
berjalan seperti ketenaga kesehatan (Sinakes, Sidiklat, dan lain-lain)
e. Survei dan penelitian untuk melengkapi data dan informasi dari pengumpulan
data rutin, yang meliputi baik yang berskala nasional (seperti Survei Kesehatan
Nasional), maupun yang berskala provinsi dan Kabupaten/ Kota (SI IPTEK
Kesehatan / Jaringan Litbang Kesehatan)
3. Fasilitasi pengembangan sistem informasi kesehatan daerah
Sistem Informasi Kesehatan Daerah mencakup SIK yang dikembangkan di
unit-unit pelayanan kesehatan (khususnya puskesmas dan rumah sakit), SIK
kabupaten/ kota, dan SIK provinsi.
Sistem Informasi Kesehatan (SIK) di Puskesmas memiliki tanggung jawab
untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan:
a. Mencatat dan mengumpulkan data baik kegiatan dalam gedung maupun luar
gedung
b. Mengolah data
c. Membuat laporan berkala ke Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota
d. Memelihara bank data
e. Mengupayakan penggunaan data dan informasi untuk manajemen pasien dan
manajemen unit puskesmas
f. Memberikan pelayanan data dan informasi kepada masyarakat dan pihak-
pihak berkepentingan lainnya di wilayah kerjanya.
8
h. Memberikan pelayanan data dan informasi kepada masyarakat dan pihak-
pihak berkepentingan lainnya di wilayah kerjanya
a. Mengolah data dari DKK, unit-unit pelayanan kesehatan milik daerah propinsi
dan sumber-sumber lain
b. Menyelenggarakan survei/ penelitian bilamana diperlukan
c. Membuat profil kesehatan propinsi untuk memantau dan mengevaluasi
pencapaian propinsi sehat
d. Mengirim laporan berkala/ profil kesehatan propinsi ke pemerintah pusat
e. Memelihara bank data
f. Mengupayakan penggunaan data dan informasi untuk manajemen klien,
manajemen unit dan manajemen sistem kesehatan kabupaten/ kota
g. Memberikan pelayanan data dan informasi kepada masyarakat dan pihak-
pihak berkepentingan lainnya di wilayah kerjanya
9
Fasilitasi pengembangan SIK daerah dilaksanakan dengan terlebih dahulu
membantu menata sistem kesehatannya, membantu pengadaan perangkat keras,
perangkat lunak, rekruitmen dan pelatihan tenaga kesehatan.
1. Pengembangan pelayanan data dan informasi untuk manajemen
Pengembangan pelayanan data dan informasi untuk manajemen diawali dengan
mengidentifikasi peluang-peluang yang dapat dimanfaatkan untuk menyajikan
data dan informasi kesehatan. Misalnya dalam rapat dengar pendapat dengan
DPRD harus dapat disajikan, kemasan-kemasan data dan informasi yang
menggambarkan kecenderungan masalah-masalah kesehatan rakyat dan
kerugian yang diakibatkannya. Pembahasan rancangan anggaran harus disajikan
kemasan data dan informasi tentang cost benefit dari kegiatan-kegiatan yang
diusulkan. Selain itu dikembangkan pula publikasi berkala cetak atau elektronik
atau akses online
10
Rancang Bangun Rumah Sakit (SIRS), sangat bergantung kepada jenis dari
rumah sakit tersebut. Rumah sakit di Indonesia, berdasarkan kepemilikannya
dibagi menjadi 2, sebagai berikut:
Rumah Sakit Pemerintah, yang dikelola oleh:
1) Departemen Kesehatan,
2) Departemen Dalam Negeri,
3) TNI,
4) BUMN.
Sifat rumah sakit ini adalah tidak mencari keuntungan (non profit)
Rumah Sakit Swasta, yang dimiliki dan dikelola oleh sebuah yayasan, baik
yang sifatnya tidak mencari keuntungan (non profit) maupun yang memang
mencari keuntungan (profit)
Berdasarkan sifat layanannya rumah sakit dibagi 2, sebagai berikut:
Rumah Sakit Umum
Untuk Rumah Sakit Pemerintah, Rumah Sakit Umum digolongkan menjadi 4
tingkatan, sebagai berikut:
1) Rumah Sakit Umum tipe A, rumah sakit umum yang memberikan layanan
medis spesialistik dan subspesialistik yang luas.
2) Rumah Sakit Umum tipe B, rumah sakit umum yang memberikan layanan
medis spesialistik dan subspesialistik yang terbatas.
3) Rumah Sakit Umum tipe C, rumah sakit umum yang memberikan layanan
medis spesialistik yang terbatas, seperti penyakit dalam, bedah, kebidanan
dan anak.
4) Rumah Sakit Umum tipe D, rumah sakit umum yang memberikan layanan
medis dasar. Untuk Rumah Sakit Swasta, Rumah Sakit Umum
digolongkan menjadi 3 tingkatan sebagai berikut:
Rumah Sakit Khusus
Rumah sakit khusus ini banyak sekali ragamnya, rumah sakit ini melakukan
penanganan untuk satu atau beberapa penyakit tertentu dan layanan medis
subspesialistik tertentu. Yang masuk dalam kelompok ini diantaranya: Rumah
Sakit Karantina, Rumah Sakit Bersalin, dsb.
b. Pengembangan Sistem Informasi Rumah Sakit
Dalam melakukan pengembangan SIRS, pengembang haruslah bertumpu
dalam 2 hal penting yaitu “kriteria dan kebijakan pengembangan SIRS” dan
11
“sasaran pengembangan SIRS” tersebut. Adapun kriteria dan kebijakan yang
umumnya dipergunakan dalam penyusunan spesifikasi SIRS adalah sebagai
berikut:
1. SIRS harus dapat berperan sebagai subsistem dari Sistem Kesehatan
Nasional dalam memberikan informasi yang relevan, akurat dan tepat
waktu.
2. SIRS harus mampu mengaitkan dan mengintegrasikan seluruh arus
informasi dalam jajaran Rumah Sakit dalam suatu sistem yang terpadu.
3. SIRS dapat menunjang proses pengambilan keputusan dalam proses
perencanaan maupun pengambilan keputusan operasional pada berbagai
tingkatan.
4. SIRS yang dikembangkan harus dapat meningkatkan daya-guna dan hasil-
guna terhadap usaha-usaha pengembangan sistem informasi rumah sakit
yang telah ada maupun yang sedang dikembangkan.
5. SIRS yang dikembangkan harus mempunyai kemampuan beradaptasi
terhadap perubahan dan perkembangan dimasa datang.
6. Usaha pengembangan sistem informasi yang menyeluruh dan terpadu
dengan biaya investasi yang tidak sedikit harus diimbangi pula dengan
hasil dan manfaat yang berarti (rate of return) dalam waktu yang relatif
singkat.
7. SIRS yang dikembangkan harus mampu mengatasi kerugian sedini
mungkin.
8. Pentahapan pengembangan SIRS harus disesuaikan dengan keadaan
masing-masing subsistem serta sesuai dengan kriteria dan prioritas.
9. SIRS yang dikembangkan harus mudah dipergunakan oleh petugas, bahkan
bagi petugas yang awam sekalipun terhadap teknologi komputer (user
friendly).
10. SIRS yang dikembangkan sedapat mungkin menekan seminimal mungkin
perubahan, karena keterbatasan kemampuan pengguna SIRS di Indonesia,
untuk melakukan adaptasi dengan sistem yang baru.
11. Pengembangan diarahkan pada subsistem yang mempunyai dampak yang
kuat terhadap pengembangan SIRS.
c. sasaran pengembangan sebagai penjabaran dari Sasaran Jangka Pendek
Pengembangan SIRS, sebagai berikut:
12
1. Memiliki aspek pengawasan terpadu, baik yang bersifat pemeriksaan tau
pengawasan (auditable) maupun dalam hal pertanggungjawaban
penggunaan dana (accountable) oleh unit-unit yang ada di lingkungan
rumah sakit.
2. Terbentuknya sistem pelaporan yang sederhana dan mudah
dilaksanakan, akan tetapi cukup lengkap dan terpadu.
3. Terbentuknya suatu sistem informasi yang dapat memberikan dukungan
akan informasi yang relevan, akurat dan tepat waktu melalui dukungan
data yang bersifat dinamis.
4. Meningkatkan daya-guna dan hasil-guna seluruh unit organisasi dengan
menekan pemborosan.
5. Terjaminnya konsistensi data.
6. Orientasi ke masa depan.
7. Pendayagunaan terhadap usaha-usaha pengembangan sistem informasi
yang telah ada maupun sedang dikembangkan, agar dapat terus
dikembangkan dengan mempertimbangkan integrasinya sesuai Rancangan
Global SIRS.
13
Data Flow Diagram (DFD) merupakan suatu cara atau metode untuk
membuat rancangan sebuah sistem yang mana berorientasi pada alur data yang
bergerak pada sebuah sistem nantinya. Dalam pembuatan Sistem Informasi,
DFD sering digunakan. DFD dibuat oleh para analis untuk membuat sebuah
sistem yang baik. Dimana DFD ini nantinya diberikan kepada para
programmer untuk melakukan proses coding.
14
Sebagi alat pembuatan model yag memungkinkan profesional sistem yang
digunakan untuk menggambarkan sistem sebagai suatu jaringan proses
fungsional yang dihubungkan satu sama lain dengan alur data, baik secara
manual maupun komputerisasi.
DFD digunakan sebagai alat pembuatan modelyang memberikan penekanan
hanya pada fungsi sistem
DFD merupakan alat perancang sistem yang berorientasi pada alur data.
15
c. Flowchart Sistem
2. Rekam Medis
17
Informasi Manajemen Puskesmas (Simpuskesmas) Berbsis Cloud
Computing dapat menghasilkan laporan-laporan seperti Pasien, Laporan
Pemakaian Obat, Laporan Rujukan, Laporan Rekam Medis.
Laporan Pasien
Adapun Laporan Pasien seperti pada gambar sebagai berikut:
18
Adapun Laporan Rujukan seperti pada gambar sebagai berikut:
20
Terlalu banyak sistem yang berbeda-beda di semua jenjang administasi
(kabupaten atau kota, provinsi dan pusat), sehingga terjadi duplikasi data, data
tidak lengkap, tidak valid dan tidak iasic dengan pusat.
Kesenjangan aliran data (terfragmentasi, banyak hambatan dan tidak tepat waktu)
3. Sumber daya masih minim
b. Masalah-Masalah dalam Pengembangan SIKNAS dan SIKDA
Untuk mewujudkan SIKNAS yang diharapkan, sampai saat ini masih dijumpai
sejumlah kelemahan yang bersifat klasik, antara lain:
Sistem informasi kesehatan masih terintegrasi
Depkes RI memilki berbagai sistem informasi kesehatan, tetapi belum
terintegrasi. Sistem informasi kesehatan itu antara lain:
22
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sistem informasi kesehatan merupakan suatu pengelolaan informasi di seluruh tingkat
pemerintah secara sistematis dalam rangka penyelenggaraan pelayanan kepada masyarakat.
Sistem informasi kesehatan harus dibangun untuk mengatasi kekurangan maupun
ketidak kompakan antar badan kesehatan. Dalam melakukan pengembangan sistem
informasi secara umum, ada beberapa konsep dasar yang harus dipahami oleh para
pengembang atau pembuat rancang bangun sistem informasi (designer). Konsep-konsep
tersebut antara lain:
Berdasarkan kepada analisis situasi dan kebijakan yang telah ditetapkan maka
strategi pengembangan SIKNAS adalah:
B. Saran
Kami berharap agar semua mahasiswa mampu menyerap informasi dan isi makalah
ini. baik itu sebagai referensi maupun sebagai bahan acuan untuk mengerjakan tugas
selanjutnya.
23
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan. 2012, Roadmap Sistem Informasi dan Kesehatan tahun 2011-
2014. Jakarta : Kementrian Kesehatan RI.
McLeod, Raymond, Jr dan George P. Schell. 2008. Sistem Informasi Manajemen, ed.10.
Jakarta: Salemba Empat.
Setyawan Wibisono dan Siti Munawaroh. 2012. Sistem Informasi Manajemen Puskesmas
(Simpuskesmas) berbasis Cloud Computing.
Ahyar Wahyudi. 2011. Analisa Sistem Informasi Kesehatan Online dan Sistem Informasi
Manajemen Puskesmas (SIMPUS)
http://www.dinkes-dki.go.id/sik.htm
http://www.depkes.go.id
.
24