Anda di halaman 1dari 19

NURSING CARE PLAN (NCP)

PADA TN. S DENGAN POST CABG

Disusun Oleh :
RICY FATMALA SARY
J230205013

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2020
KASUS

Pasien laki-laki Tn. S usia 56 tahun dengan riwayat penyakit jantung 5 tahun
terakhir. Sebelum dilakukan operasi pasien mengeluhkan sesak nafas dan nyeri dada ketika
istirahat. Pasien memiliki riwayat merokok sampai dengan saat ini, dengan jumlah
konsumsi sebanyak 1 bungkus perhari. Hasil Echokardiografi sebelum operasi CABG
menunjukkan ejeksifraksi (EF) 25% dan hasil corangiografi menunjukkan: stenosis di left
anterior descending (LAD) sebesar 95%, stenosis di Circumflex (Cx) area tengah sebesar
80%, dan stenosis di arteri koroner kanan (right coronary arteri / RCA) sebesar 70% -
80%. Pasien dilakukan Tindakan operasi Cardiopulmonary Bypass Grafting / CABG.
Operasi Bypass Grafting dilakukan selama 8 jam dan setelah operasi pasien dirawat di ICU
selama 3 hari. Hari ke 4 post operasi kondisi pasien stabil, dan dipindahkan ke ruang rawat
inap penyakit bedah.
Hasil pemeriksaan didapatkan pasien mengatakan nyeri pada area luka post op
(insisi sternotomy, insisi thoracotomy anterior dan di area tungkai atas sampai femur
dekstra area pengambilan vena saphena), nyeri dirasakan hilang timbul dan bertambah
ketika area luka ada pergerakan, skala nyeri 4-5 (skala 1-10). Terdapat luka insisi
sternotomy sepanjang 7 cm, insisi thoracotomy anterior sepanjang 10 cm dan tungkai atas
sampai femur dextra sepanjang 27 cm. Balutan luka bersih dan area tungkai sampai femur
terpasang stocking kompresi elastis untuk mencegah terjadinya edema kaki. Hasil
pengukuran tanda vital ditemukan TD 110/ 80 mmHg, HR 115x/ menit, suhu 36,7ºC. Hasil
pemeriksaan EKG didapatkan gambaran Atrial Fibrilasi. Hasil echokardiografi paska
operasi terjadi peningkatan EF menjadi 42%. Pasien mendapatkan terapi: peroral
Clopidogrel 1x75 mg, Paracetamol 1000 mg jika nyeri, digoxin 1x 0,25 mg; injeksi
Ceftriaxon 2x 1000 mg. Hasil pemeriksaan laboratorium dalam batas normal.
NURSING CARE PLAN (NCP)

Nama Mahasiswa : RICY FATMALA SARY


NIM : J230205013

I. Identitas Diri Klien


Nama : Tn. S
Umur : 56 Tahun
Jenis kelamin : Laki -laki

II. Status Kesehatan Saat Ini


1. Alasan dirawat:
Pasien memiliki riwayat penyakit jantung serta mengeluh sesak nafas dan nyeri
dada ketika istirahat.
2. Keluhan utama:
Sesak nafas dan nyeri dada ketika istirahat
3. Lama keluhan:
5 tahun
4. Diagnosa Medik:
Coronary Heart Disease (CHD)

III. Riwayat kesehatan dahulu


Pasien memiliki riwayat penyakit Coronary Heart Disease (CHD)

IV. Pemeriksaan Penunjang dan Terapi Medis


Pemeriksaan Penunjang
1. PRE OP
- Hasil echokardiografi : ejeksi fraksi (EF) 25%
- Corangiografi : stenosis pada left anterior descending (LAD) 95%, stenosis di
circumflex (Cx) area tengah 80%, dan stenosis di arteri coroner kanan (right
coronary arteri/RCA) 70%-80%
2. POST OP
- Terdapat insisi sternotomy sepanjang 7 cm, insisi thoracotomy anterior
sepanjang 10 cm, insisi tungkai femur dextra sepanjang 27 cm
- Hasil EKG didapatkan gambaran atrial fibrilasi
- Hasil echokardiografi terjadi peningkatan EF menjadi 42%
- Hasil laboratorium batas normal
Terapi medis:
- Per oral clopidogrel 1x75 mg
- Paracetamol 1000 mg
- Digoxin 1x0,25 mg
- Ceftriaxone 2x1000 mg

V. Data Fokus
Data Subyektif :
PRE OP
- Pasien mengeluh sesak nafas dan nyeri dada ketika istirahat
POST OP
- Pasien mengatakan nyeri pada area luka post op
P : bertambah nyeri ketika area luka ada pergerakan
Q : nyeri tertusuk-tusuk
R : pada insisi sternotomy, insisi thoracotomy anterior dan area tungkai atas sampai
sampai femur dextra area pengambilan vena saphena
S : 4-5 (skala 1-10)
T : hilang timbul
Data Obyektif :
- Kondisi pasien tampak stabil
- Terdapat luka insisi sternotomy sepanjang 7 cm, insisi thoracotomy anterior
sepanjang 10 cm dan area tungkai atas sampai sampai femur dextra sepanjang 27
cm
- Balutan luka tampak bersih
- Area tungkai sampai femur terpasang stocking kompresi elastis untuk mencegah edema
kaki
- Tanda-tanda vital:
TD : 110/80 mmHg
HR : 115 x/menit
T : 36,7ºC
- Mendapatkan terapi paracetamol 1000mg
- Pemeriksaan EKG didapatkan gambaran Atrial Fibrilasi
- Hasil echokardiografi EF 42%
- Mendapatkan terapi Clopidogrel peroral 1 x 75 mg dan Digoxin 1 x 0,25 mg
VI. Analisa Data
NO DATA ETIOLOGI PROBLEM

1. Data subjektif: Perubahan frekuensi, irama Penurunan Curah Jantung


- Pasien mengeluh sesak nafas dan nyeri dada ketika jantung (D.0008)
istirahat
Data objektif:
- Hasil echokardiografi : ejeksi fraksi (EF) 25%
- Corangiografi : stenosis pada left anterior descending
(LAD) 95%, stenosis di circumflex (Cx) area tengah 80%,
dan stenosis di arteri coroner kanan (right coronary
arteri/RCA) 70%-80%
2 Data subjektif: Kelemahan Intoleransi aktivitas
- (D.0056)
Data objektif:
- Hasil echokardiografi paska operasi terjadi peningkatan EF
menjadi 42%.
- Hasil pemeriksaan EKG didapatkan gambaran Atrial
Fibrilasi.
3 Data subjektif: Agen pencedera fisik Nyeri akut
P : pasien mengatakan nyeri pada area luka post (D.0077)
operasi. bertambah nyeri ketika area luka ada
pergerakan
Q : nyeri tertusuk-tusuk
R : pada insisi sternotomy, insisi thoracotomy anterior dan area
tungkai atas sampai sampai femur dextra area pengambilan vena
saphena
S : 4-5 (skala 1-10)
T : hilang timbul
Data objektif:
- Terdapat luka insisi sternotomy sepanjang 7 cm, insisi
thoracotomy anterior sepanjang 10 cm dan area tungkai atas
sampai sampai femur dextra sepanjang 27 cm
- Tekanan Darah : 110/80 mmHg HR : 115 kali permenit

Suhu : 36,7 0C
4 Data subjektif Kondisi pasca operasi Resiko Jatuh
(D.0143)
-
Data objektif
- Terdapat luka insisi sternotomy sepanjang 7 cm, insisi
thoracotomy anterior sepanjang 10 cm dan area tungkai atas
sampai femur dextra sepanjang 27 cm
- Balutan luka tampak bersih
- Area tungkai sampai femur terpasang stocking kompresi elastis

5 Data subjektif Faktor mekanis (post operasi Gangguan integritas jaringan


- Pasien mengatakan nyeri pada area luka post operasi CABG) /kulit (D.0129)
pada area dada dan kaki kanan
Data objektif
- Tampak luka insisi post sternotomy (CABG) sepanjang 7 cm
- Tampak luka insisi post thoracotomy anterior sepanjang 10
cm
- Tampak luka post operasi pada area tungkai atas sampai
femur sepanjang 27 cm

VII. Prioritas Diangnosa Keperawatan


1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan irama, frekuensi jantung dibuktikan dengan pasien mengeluhkan sesak nafas
dan nyeri dada, TD : 110/80 mmHg, N : 115 x/menit, EF meningkat dari 25% menjadi 42%, hasil angiografi koroner pre operasi
CABG : stenosis LAD (95%), LCx (80%), RCA (70-80%).
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (post operasi CABG) dibuktikan dengan pasien mengatakan nyeri pada area
luka post operasi pada area dada dan kaki kanan, nyeri dirasakan hilang timbul dan bertambah ketika area luka ada pergerakan,
skala nyeri 4-5, pasien tampak meringis dan memegang area nyeri, N : 115x/menit, tampak luka insisi post sternotomy (CABG)
sepanjang 7 cm, tampak luka insisi post thoracotomy anterior sepanjang 10 cm, tampak luka post operasi pada area tungkai atas
sampai femur sepanjang 27 cm
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan dibuktikan dengan pasien mengeluhkan sesak nafas dan nyeri dada ketika istirahat
sebelum dilakukan operasi, N : 115 x/menit, hasil echocardiografi : EF meningkat dari 25% menjadi 42% post dilakukan operasi
CABG, hasil angiografi koroner pre operasi CABG : stenosis LAD (95%), LCx (80%), RCA (70-80%), gambaran EKG : AFRVR.
4. Gangguan integritas jaringan kulit berhubungan dengan faktor mekanis (post operasi CABG) dibuktikan dengan pasien mengatakan
nyeri pada area luka post operasi pada area dada dan kaki kanan, tampak luka insisi post sternotomy (CABG) sepanjang 7 cm,
tampak luka insisi post thoracotomy anterior sepanjang 10 cm, tampak luka post operasi pada area tungkai atas sampai femur
sepanjang 27 cm
5. Resiko jatuh berhubungan dengan kondisi pasca operasi
VIII. Perencanaan Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil (Luaran) Intervensi
1 (D.0008) Curah jantung (L.02008) A. Perawatan jantung (I.02075)
Penurunan curah jantung berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi
perubahan irama, frekuensi jantung dibuktikan selama 3x24 jam, kriteria hasil yang 1. Indentifikasi tanda dan gejala primer
dengan pasien mengeluhkan sesak nafas dan diharapkan adalah : penurunan curah jantung (dipsneu,
nyeri dada, TD : 110/80 mmHg, N : 115 1. EF meningkat kelelahan, edema, ortopnea, peningkatan
x/menit, EF meningkat dari 25% menjadi 42%, 2. Gambaran EKG aritmia menurun CVP)
hasil angiografi koroner pre operasi CABG : 3. Takikardi menurun 2. Indentifikasi tanda dan gejala sekunder
stenosis LAD (95%), LCx (80%), RCA (70- penurunan curah jantung
80%). Perfusi miokard (L.02011) (hepatomegaly,distensi vena jugularis,
dengan kriteria hasil : palpitasi, pucat, ronkhi basah, oliguria,
1. Nyeri dada menurun batuk)
2. Gambaran EKG aritmia menurun 3. Monitor tekanan darah
3. Takikardia membaik 4. Monitor saturasi oksigen
4. Kekuatan nadi membaik 5. Monitor keluhan nyeri dada (intensitas,
5. Tekanan darah membaik lokasi, faktor pencetus, dan faktor pereda)
6. Monitor EKG 12 sadapan
7. Monitor aritmia
Terapeutik
1. Posisikan pasien semi fowler atau fowler
dengan kaki ke bawah atau posisi nyaman
2. Berikan diet jantung yang sesuai (batasi
asupan kafein, natrium, kolesterol, dan
makanan tinggi lemak)
3. Berikan terapi relaksasi untuk mengurangi
stress
4. Berikan dukungan emosional dan spiritual
Edukasi
1. Anjurkan beraktivitas fisik sesuai
toleransi
2. Anjurkan beraktivitas fisik secara
bertahap
3. Anjurkan berhenti merokok
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian antiaritmia

B. Manajemen aritmia (I.02035)


Observasi
1. Periksa onset dan pemicu aritmia
2. Identifikasi jenis aritmia
3. Monitor frekuensi dan durasi aritmia
4. Monitor keluhan nyeri dada (intensitas,
lokasi, faktor pencetus, dan faktor pereda)\
5. Monitor respon hemodinamik akibat aritmia
6. Monitor saturasi oksigen
7. Monitor kadar elektrolit
Terapeutik
1. Berikan lingkungan yang tenang
2. Pasang akses intravena
3. Pasang monitor jantung
4. Rekam EKG 12 sadapan
5. Lakukan manuver valsava
6. Lakukan masase karotis unilateral
7. Berikan oksigen sesuai indikasi
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian antiaritmia
2. Kolaborasi pemberian kardioversi atau
defibrilasi jika perlu

C. Terapi oksigen (I.01026)


Observasi
1. Monitor kecepatan aliran oksigen
2. Monitor posisi alat terapi oksigen
3. Monitor aliran oksigen secara periodik dan
pastikan fraksi yang diberikan cukup
4. Monitor efektivitas terapi oksigen
(oksimetri, analisa gas darah)
5. Monitor kemampuan melepaskan oksigen
saat makan
6. Monitor tanda-tanda hipoventilasi
7. Monitor tanda dan gejala toksikasi oksigen
dan atelektasis
Terapeutik
1. Bersihkan sekret pada mulut, hidung, dan
trachea
2. Pertahankan kepatenan jalan napas
3. Berikan oksigen tambahan jika perlu
Kolaborasi
1. Kolaborasi penentuan dosis oksigen
2. Kolaborasi penggunaan oksigen saat
aktivitas dan atau tidur
2 (D.0077) Tingkat nyeri (L.08066) A. Manajemen nyeri (I.08238)
Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi
fisik (post operasi CABG) dibuktikan dengan selama 3x24 jam, kriteria hasil yang 1. Identifikasi lokasi, karakeristik, durasi,
pasien mengatakan nyeri pada area luka post diharapkan adalah : frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
operasi pada area dada dan kaki kanan, nyeri 1. Keluhan nyeri menurun 2. Identifikasi skala nyeri
dirasakan hilang timbul dan bertambah ketika 2. Gelisah menurun 3. Identifikasi faktor yang memperberat dan
area luka ada pergerakan, skala nyeri 4-5, Kontrol Nyeri (L.08063) memperingan nyeri
pasien tampak meringis dan memegang area 1. Mengenali kapan terjadinya nyeri Terapeutik
nyeri, N : 115x/menit, tampak luka insisi post 2. Melaporkan nyeri yang terkontrol 1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk
sternotomy (CABG) sepanjang 7 cm, tampak 3. Mengenali penyebab nyeri mengurangi rasa nyeri
luka insisi post thoracotomy anterior sepanjang 4. Menggunakan tindakan pengurangan 2. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa
10 cm, tampak luka post operasi pada area nyeri nyeri
tungkai atas sampai femur sepanjang 27 cm 3. Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode dan pemicu
nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Ajarkan memonitor nyeri secara mandiri
4. Ajarkan menggunakan analgetik secara
tepat
5. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgetik kalau perlu

B. Pemberian analgesik (I.08243)


Observasi
1. Identifikasi karakteristik nyeri (pencetus,
pereda, kualitas, lokasi, intensitas, frekuensi,
durasi)
2. Identifikasi riwayat alergi obat
3. Identifikasi kesesuaian jenis analgetik
dengan tingkat keparahan nyeri
4. Monitor tanda-tanda vital sebelum dan
sesudah pemberian analgesik
5. Monitor efektivitas analgesik
Terapeutik
1. Pertimbangkan penggunaan infus kontinyu
atau bolus opioid untuk mempertahankan
kadar dalam serum
Edukasi
1. Jelaskan efek terapi dan efek samping obat
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian dosis dan jenis
analgesik sesuai indikasi

3 (D.0056) Toleransi aktivitas (L.05047) A. Rehabilitasi Jantung (I.02081)


Intoleransi aktivitas berhubungan dengan Setelah dilakukan intervensi keperawatan Observasi
kelemahan dibuktikan dengan pasien selama 3x24 jam maka toleransi aktivitas 1. Monitor tingkat toleransi aktivitas
mengeluhkan sesak nafas dan nyeri dada ketika meningkat dengan kriteria hasil: 2. Periksa kontraindikasi latihan (takikardia
istirahat sebelum dilakukan operasi, N : 115 1. EKG iskemia sedang >120x/menit, TDS>180 mmHg,
x/menit, hasil echocardiografi : EF meningkat TDD>110mmHg, hipotensi ortostatik
dari 25% menjadi 42% post dilakukan operasi >20mmHg, angina, dispnea, gambaran
CABG, hasil angiografi koroner pre operasi EKG iskemia, blok antrioventikuler derajat
CABG : stenosis LAD (95%), LCx (80%), RCA 2 dan 3, takikardia ventrikel)
(70-80%), gambaran EKG : AFRVR. Terapeutik
1. Fasilitasi pasien menjalani latihan fase 1
(inpatient)
Edukasi
1. Jelaskan serangkaian fase-fase rehabilitasi
jantung
2. Anjurkan melakukan latihan sesuai
toleransi
3. Anjurkan pasien dan keluarga untuk
modifikasi faktor resiko (merokok)
Anjurkan pasien dan keluarga mematuhi
jadwal kontrol kesehatan

4 (D.0129) Integritas kulit dan jaringan (L.14125) A. Perawatan area insisi (I.14558)
Gangguan integritas jaringan kulit berhubungan Setelah dilakukan intervensi keperawatan Observasi
dengan faktor mekanis (post operasi CABG) selama 2x24 jam, maka integritas kulit 1. Periksa lokasi insisi adanya kemerahan,
dibuktikan dengan pasien mengatakan nyeri dan jaringan meningkat dengan kriteria bengkak, atau tanda-tanda dehisiensi atau
pada area luka post operasi pada area dada hasil : eviserasi
dan kaki kanan, tampak luka insisi post a. Perfusi jaringan tulang meningkat 2. Identifikasi karakteristik drainase
sternotomy (CABG) sepanjang 7 cm, tampak b. Kerusakan jaringan tulang menurun 3. Monitor proses penyembuhan area insisi
luka insisi post thoracotomy anterior sepanjang c. Nyeri menurun 4. Monitor tanda dan gejala infeksi
10 cm, tampak luka post operasi pada area d. Perdarahan menurun Terapeutik
tungkai atas sampai femur sepanjang 27 cm e. Kemerahan menurun 1. Bersihkan area insisi dengan pembersih
Hematoma menurun yang tepat
2. Usap area insisi dari area yang bersih
menuju area yang kurang bersih
3. Bersihkan area di sekitar tempat
pembuangan atau tabung drainase
4. Pertahankan posisi tabung drainase
5. Berikan salep antiseptik jika perlu
6. Ganti balutan luka sesuai jadwal
Edukasi
1. Jelaskan prosedur kepada pasien
2. Ajarkan meminimalkan tekanan pada
tempat insisi
3. Ajarkan cara merawat area insisi
5. (D.0143) Tingkat jatuh (L.14138) A. Pencegahan jatuh (I.14540)
Resiko jatuh berhubungan dengan kondisi pasca Setelah dilakukan asuhan keperawatan Observasi
operasi selama 2 x 24 jam diharapkan tingkat 1. Identifikasi faktor resiko jatuh
jatuh menurun. Dengan kriteria hasil: 2. Identifikasi resiko jatuh setidaknya sekali
- Jatuh dari tempat tidur menurun setiap shift atau sesuai kebijakan institusi
- Jatuh saat berdiri menurun 3. Identifikasi faktor lingkungan yang
- Jatuh saat duduk menurun meningkatkan resiko jatuh
- Jatuh saat berjalan menurun 4. Hitung resiko jatuh dengan skala
- Jatuh saat dipindahkan menurun 5. Monitor kemampuan berpindah dari tempat
- Jatuh saat naik tangga menurun tidur ke kursi roda atau sebaliknya
- Jatuh saat di kamar mandi menurun
- Jatuh saat membungkuk menurun
Terapeutik
1. Orientasikan ruangan pada pasien atau
keluarga
2. Pastikan roda tempat tidur dan kursi roda
selalu dalam kondisi terkunci
3. Pasang handrail tempat tidur
4. Atur tempat tidur mekanis pada posisi
terrendah
5. Tempatkan pasien berresiko tinggi jatuh
ke dekat dengan pantauan perawat dari
nurse station
6. Gunakan alat bantu berjalan
7. Dekatkan bel pemanggil dalam jangkauan
pasien
Edukasi
1. Anjurkan memanggil perawat jika
membutuhkan bantuan untuk berpindah
2. Anjurkan penggunaan alas kaki yang tidak
licin
3. Anjurkan berkonsentrasi untuk menjaga
keseimbangan tubuh
4. Anjurkan untuk melebarkan jarak kedua
kaki untuk meningkatkan keseimbangan
saat bediri
5. Ajarkan cara menggunakan bel pemanggil
untuk memanggil perawat

Analisis Jurnal
Judul Jurnal : Coronary artery bypass graft surgery complications: A review for emergency clinicians
Jurnal : American Journal of Emergency Medicine
Tahun : 2018
Volume :5
Halaman : 33
Author : Tim Montrief, Alex Koyfman, Brit Long,
Link : DOI: 10.1016/j.ajem.2018.09.014

Menurut jurnal diatas dapat diambil kesimpulan bahwa :


Faktor risiko mortalitas dan morbiditas perioperatif setelah operasi CABG telah banyak diketahui, dipelajari dan dapat dibagi menjadi tiga
kategori : karakteristik pasien, karakteristik penyedia dan faktor pasca operasi Karakteristik pasien termasuk usia yang lebih tua, jenis kelamin
wanita, Afrika Amerika ras, luas permukaan tubuh yang lebih besar, dan infark miokard sebelumnya (MI) dalam waktu satu minggu. Selain itu,
komorbiditas pasien yang terkait dengan peningkatan morbiditas dan mortalitas termasuk riwayat penyakit femoralis / poplitea, penyakit paru
obstruktif kronik, gagal jantung kongestif, kalsifikasi aorta asendens, penyakit karotis / serebrovaskular, penyakit aortoiliaka gagal hati, ginjal gagal
jantung, MI sebelumnya, dan operasi jantung terbuka sebelumnya.
Pasien pasca oeprasi CABG semakin sering datang ke UGD untuk perawatan. Masalah yang paling umum termasuk infeksi pasca operasi,
gagal jantung kongestif, dan ketidaknyamanan dada. Faktor risiko mortalitas perioperatif dan mobiditas setelah operasi CABG dapat dibagi menjadi
tiga kategori: karakteristik pasien, karakteristik provider, dan karakterisitik pasca operasi. Beberapa diantaranya komplikasi berhubungan dengan
morbiditas yang parah. DSWI terjadi pada sekitar 1-2 % dari semua pasien yang menjalani operasi jantung, tetapi memiliki tingkat kematian hingga
30%. Komplikasi signifikan lainnya termasuk pnumonia, VTE, kegagalan cangkon, fibrilasi atrium, hipertensi paru, perikardial.

REFERENSI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator Diagnostik . Jakarta: Dewan Pengurus
Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Retrieved from http://www.innappni.or.id.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (I). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia. Retrieved from http://www.inna-ppni.or.id.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan (1st ed). Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Retrieved from http://www.innappni.or.id.

Iswahyudi, Ronny; Maulidia, Rahmawati; Lumandi, Suh Ageng. 2020. Pengaruh Rehabilitasi Jantung Fase I Terhadap Kualitas Hidup Pasien
Penyakit Jantung Koroner. Jurnal Ners LENTERA, Vol. 8, No. 1, Maret 2020

Anda mungkin juga menyukai