GRAVIMETRI
OLEH:
ARDITHA SURADLINO
1808103010023
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKAN DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM, BANDA ACEH
2020
BAB I
PENDAHULUAN
4.2 PEMBAHASAN
Metode gravimetri adalah metode absolut (primer) yang digunakan untuk
mengetahui kadar suatu zat berdasarkan pensenyawaan murni yang hilang dan yang
terbentuk (Fatimah, 2009). Metode langsung menggunakan metode gravimetri
memiliki tingkat akurasi tinggi namun butuh waktu lama dan tenaga yang besar
(Hermawan, 2005). Metode gravimetri relatif sama dengan metode penetapan redemen.
Perbedaannya terletak pada proses pengeringan. Proses pengeringan yang dilakukan
pada metode gravimetri dilakukan hingga analik bebas air (dilakukan dengan oven
suhu 100℃), sedangkan proses pengeringan menggunakan metode rendemen tidak
sampai pada tahap bebas air karena pada umumnya hanya dilakukan dengan
pemanasan menggunakan sinar matahari (Bana, 2015).
Preparasi sampel dilakukan dengan mengambil pipet volume 25 mL dan
dibersihkan menggunakan sedikit cairan sampel. Fungsi dari tahapan ini adalah untuk
memperkecil nilai kontaminasi sampel yang dapat mempengaruhi hasil uji di akhir
perlakuan. Filler dipasang dan dipastikan udara yang ada di dalam filler dikeluarkan
terlebih dahulu. Larutan Na2SO4 diambil sebanyak 25 mL Kemudian dimasukkan ke
dalam beaker gelas, ditambahkan HCl pekat 0,4 mL atau 10 tetes (1 mL adalah 25
tetes) dengan pipet tetes. Pipet tetes harus sudah di kalibrasi menggunakan gelas ukur
paling kecil dengan menambahkan akuades sampai batas 200 ml lalu diaduk.
Perlakuan kedua adalah membuat pereaksi. Pereaksi yang dimaksud adalah
BaCl2 5% artinya ada 5 gram BaCl2 di dalam 100 ml larutan. Selanjutnya dilakukan
penimbangan dengan cara menimbang 5 gram BaCl2 menggunakan timbangan analitik,
lalu dimasukkan kedalam beaker gelas. Kemudian ditambahkan akuades sampai batas
100 mL, lalu diaduk sampai menjadi larut (homogen).
Perlakuan selanjutnya adalah tahapan pengendapan. Sampel dan pereaksi
diletakkan diatas hotplate dimana di dalam sampel ditaruh batang pengaduk dan
kemudian ditutup menggunakan kaca arloji. Selanjutnya di nyalakan hotplate dan
ditunggu sampai hangat, lalu dilakukan proses pengendapan dengan cara meneteskan
BaCl2 ke dalam sampel. Penetesan tersebut dilakukan secara terus menerus hingga
tidak ada endapan lagi atau ditandai dengan tidak keruhnya larutan sampel.
Perlakuan selanjutnya adalah proses aging. Larutan yang telah diteteskan
dengan BaCl2 dipanaskan selama 1 jam dimana larutan tersebut tidak boleh mendidih
dan volume sampelnya tidak boleh kurang dari 150 mL. Selanjutnya diambil embun-
embun yang diperoleh dikaca arloji untuk dimasukkan ke dalam sampel, lalu
disemprot sampel yang menempel di gelas arloji. Kemudian diteteskan kembali BaCl2
untuk melihat apakah sudah mengendap sempurna.
Perlakuan selanjutnya adalah tahapan penyaringan. Tahapan ini diawali dengan
menyiapkan alat-alat yang dibutuhkan yaitu corong gelas, enlemenyer, kertas, dan
pinset. Kemudian diambil kertas saring menggunakan pinset serta dilapisi tisu, lalu
sampel disaring mengunakan kertas saring tersebut. Jika endapannya masih keruh
maka harus dilakukan kembali proses pengendapan. Selanjutnya diambil beberapa
tetes filtrat dimasukkan ke dalam tabung reaksi, lalu ditambahkan pereaksi HNO3
sebanyak 2 tetes untuk memastikan apakah masih ada ion Cl- atau tidak.
Tahapan selanjutnya adalah tahap pemijaran kurs porselen kosong. Tahapan
ini bertujuan agar kurs porselen tidak mudah pecah ketika dimasukkan ke dalam
desikator karena adanya perbedaan suhu yang jauh. Tahapan ini dilakukan dengan
menyiapkan alat untuk dilakukan pemanasan yaitu diletakkan krus porselin diatas
nyala pinsen, lalu dinyalakan pinsennya dan dipijar selama 10-15 menit. Setelah 15
menit, dimatikan pinsennya lalu diangkat krus porselin dan dibiarkan pada suhu ruang
sampai hangat. Selanjutnya dimasukkan krus porselin ke dalam desikator dan ditunggu
beberapa saat sampai dingin.
Tahapan selanjutnya adalah penimbangan kurs porselen kosong. Ditimbang
krus porselen kosong, lalu di catat hasilnya. Penimbangan kurs porselen kosong
bertujuan agar dapat menghitung berat sampel BaSO4. Penimbangan ini dilakukan
sebanyak 3 kali dengan rentang selisih penimbangan tidak lebih dari 0,2 mg.
Tahapan selanjutnya adalah tahapan pemijaran endapan. Kurs porselen kosong
yang sudah ditimbang diambil secara konstan, lalu dimasukkan kertas saring yang
telah berisi endapan ke dalam krus porselen. Kemudian diletakkan krus porselen di
atas tri angle, lalu dipanaskan untuk proses pemijaran. Kertas saring secara perlahan-
lahan akan terbakar menjadi arang. Setelah menjadi arang, dilanjutkan pemijaran
selama 10-15 menit lagi hingga kertas saring atau endapan berwarna putih. Setelah
selesai, dimatikan pinsennya serta menunggu krus porselen nya dingin. Selanjutnya
dimasukkan krus porselen ke dalam desikator dengan dibaluti tisu selama 10 menit,
lalu kemudian ditimbang menggunakan timbangan analitik.
Tahapan terakhir adalah tahapan penimbangan sampel endapan. Krus porselen
yang berisi endapan ditimbang menggunakan timbangan analitik, lalu dicatat hasil
yang diperoleh. Kemudian diulangi proses dari pemijaran hingga diletakkan ke dalam
desikator konstan. Konstan ditunjukkan dengan selisih antara penimbangan pertama
dan kedua adalah 0,2 mg atau 0,0002 gram. Kemudian ditentukan kadar sampel
gravimtetri menggunakan perhitungan dan rumus yang telah ditentukan. Hasil yang
diperoleh setelah perhitungan dilakukan adalah berat sampel BaSO4 sebesar 0,4126
gram.
BAB V
KESIMPULAN