Disusun Oleh :
Tn. A, umur 50 tahun, BB 45 kg, TB 150 cm, di rawat di rumah sakit dan 3 hari yang
lalu telah menjalani operasi potong usus karena terjadi pembusukan pada usus 12 jari.
Pendidikan terakhir SMA, pekerjaan sebagai karyawan swasta.
Pasien mengeluh sakit pada luka bekas operasi, nafsu makan menurun, suhu 380C.
Data laboratorium: Hb 14 mg/dl, albumin 4,5 mg/dl.
Hasil anamnesa menunjukkan Tn. A alergi udang dan ikan. Hasil recall menunjukkan
asupan energi 44% kebutuhan, protein 50% kebutuhan, lemak 39,2% kebutuhan dan
karbohidrat 45% kebutuhan.
Menurut Ester (2001 : 49) pathofisiologi dari obstruksi usus atau illeus adalah: Secara
normal 7-8 cairan kaya elektrolit disekresi oleh usus dan kebanyakan direabsorbsi, bila usus
tersumbat, cairan ini sebagian tertahan dalam usus dan sebagian dieliminasi melalui muntah,
yang menyebabkan pengurangan besar volume darah sirkulasi. Mengakibatkan hipotensi,
syok hipovolemik dan penurunan aliran darah ginjal dan serebral. Pada awitan obstruksi,
cairan dan udara terkumpul pada bagian proksimal sisi yang bermasalah, menyebabkan
distensi. Manifestasi terjadinya lebih cepat dan lebih tegas pada blok usus halus karena usus
halus lebih sempit dan secara normal lebih aktif, volume besar sekresi dari usus halus
menambah distensi, sekresi satu-satunya yang yang bermakna dari usus besar adalah mukus.
Distensi menyebabkan peningkatan sementara pada peristaltik saat usus berusaha
untuk mendorong material melalui area yang tersumbat. Dalam beberapa jam peningkatan
peristaltik dan usus memperlambat proses yang disebabkan oleh obstruksi. Peningkatan
tekanan dalam usus mengurangi absorbsinya, peningkatan retensi cairan masih tetap berlanjut
segera, tekanan intralumen aliran balik vena, yang meninkatkan permeabilitas kapiler dan
memungkinkan plasma ekstra arteri yang menyebabkan nekrosis dan peritonitis.
Peritonitis merupakan komplikasi akibat penyebaran infeksi dari organ-organ
abdomen, ruptur saluran cerna, atau luka tembus abdomen. Reaksi awal peritoneum terhadap
invasi oleh bakteri adalah keluarnya eksudat fibrinosa, kantong-kantong nanah (abses)
terbentuk diantara perlekatan fibrinosa yang membatasi infeksi. Perlekatan biasanya
menghilang bila infeksi menghilang, tetapi dapat menetap sehingga menimbulkan obstruksi
usus. Dapat terjadi secara terlokalisasi, difus, atau generalisata. Pada peritonitis lokal dapat
terjadi karena adanya daya tahan tubuh yang kuat serta mekanisme pertahanan tubuh dengan
melokalisir sumber peritonitis dengan omentum dan usus. Pada peritonitis yang tidak
terlokalisir dapat terjadi peritonitis difus, kemudian menjadi peritonitis generalisata dan
terjadi perlengketan organ-organ intra abdominal dan lapisan peritoneum viseral dan parietal.
Timbulnya perlengketan ini menyebabkan aktivitas peristaltik berkurang sampai timbul ileus
paralitik. Cairan dan elektrolit hilang ke dalam usus mengakibatkan dehidrasi, syok,
gangguan sirkulasi dan oliguria. Pada keadaan lanjut dapat terjadi sepsis, akibat bakteri
masuk ke dalam pembuluh darah.
Sumber :
http://eprints.ums.ac.id/16668/2/BAB_I.pdf
https://med.unhas.ac.id/kedokteran/wp-content/uploads/2016/10/PERITONITIS-DAN-
ILUES.pdf
METABOLISME
Sumber :
http://repository.lppm.unila.ac.id/8360/1/majority%20maret%202018_alvin_dian_sofyan.pdf
https://sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/b1b6ebcf3bb39cf4c42e3e9755b4a995.pdf
Assesment Gizi
BB 45 kg BBI = (150-100)
= 50 kg
TB 150 cm
Normal
IMT 45/(1,50) IMT Asia Normal : 18,5-22,9
= 45/ 2.25
= 20 Sumber : Dietary in Your
Pocket
3 Biokimia Data Lab : Nilai Normal :
Hb 14 mg/dl Hb 13-16 g/dl Normal
Albumin 4,5 mg/dl Albumin 3,5-5,9 g/dl Normal
Diagnosa Gizi.
1. N1 1.1 Peningkatan eneri ekspenditur berkaitan dengan perubahan fisiologis karena
kondisi padca bedah ditandai oleh suhu 380C
2. NI 2.1 Asupan oral tidak adekuat berkaitan dengan perubahan fisiologis akibat pasca
bedah ditandai oleh hasil recall menunjukan Asupan energi 44% kebutuhan, protein
50% kebutuhan, lemak 39,2% kebutuhan dan arbohidrat 45% kebutuhan
B. Nutrient Delivery
a. Prinsip dan Syarat Diet:
Energi : 1482 kkal
Protein : 55,6 gram
Lemak : 41,2 gram
Karbohidrat : 222,3 gram
Rute pemberian : oral
Bentuk Makanan : Makanan cair kental
Frekuensi Makan : 3x makan utama, 5x selingan
c. Standar Makanan
2 Protein Hewani
Rendah Lemak 1 50 7 2
Lemak Sedang 1 75 7 5
Tinggi Lemak
3 Protein Nabati 2 150 10 6 14
4 Sayuran
Sayuran A - - - -
Sayuran B 2 50 2 10
Sayuran C
5 Buah-buahan 4 200 48
6 Susu
Susu tanpa lemak 2 150 14 - 20
Susu rendah 1 125 7 6 10
lemak
7 Gula 2 100 24
8 Minyak 1 1/2 75 7.5
Jumlah 1500 59 26.5 246
- 10 % 1350 53.1 23.85 221.4
+ 10 % 1650 64.9 29.15 270.6
d. Distribusi Makanan
Penukar
No Bahan Makanan Jumlah
MP S S MS S S MM S
1 Karbohidrat 1 1 1 3
2 Protein Hewani
Rendah Lemak 1 1
Lemak Sedang 1 1
3 Protein Nabati 1 1 2
4 Sayuran
Sayuran B 1 1 2
Sayuran C
5 Buah-buahan 1 1 1 1 4
6 Susu
Susu tanpa lemak - ½ 2
Susu rendah lemak ½ 1/2 1
7 Gula 1/2 1/2 ½ 1/2 2
8 Minyak 1½ 1½
Edukasi
Sasaran : pasien
Tujuan :
- Memberikan edukasi gizi seimbang pada pasien untuk
menstabilkan status gizi dan asupan makannya.
- Memberikan informasi mengenai diet pasca bedah dan TETP
- Memberikan informasi mengenai makanan yang dianjurkan dan
tidak dianjurkan
Materi : Pasca bedah dan TETP
Waktu : 30 menit
Media : leaflet dan food model
Metode : ceramah dan diskusi
KOORDINASI
Melakukan koordinasi dengan :
Dokter Umum : Mengenai pemantaun pasca bedah
Analis Kesehatan : Mengenai pemantauan hasil data lab seperti kadar hb dan
albumin
MENU SEHARI